SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali dan relevansinya dengan
pendidikan Indonesia
Dhinda Vadya Izmi
Dhindavadya22@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
Jl. Medan B. Aceh, Alue awe, Kec. Muara Dua.
Abstract : Artikel ini mengkaji tentang Pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan relevansinya
dengan pendidikan, Al-Ghazali adalah seorang pemikir dan ulama besar dengan hasil karya
dalam berbagai bidang ilmu seperti ilmu agama, filsafat, tasawuf, akhlak, politik, dan lainnya.
Karya terbesar Imam Al-Ghazali adalah kitab Ihya 'Ulum Ad-Din yang berkisah tentang
pendidikan. Al-Ghazali adalah proses tindakan yang sistematis secara sistematis untuk membawa
perubahan perilaku secara bertahap kebiasaan manusia Menurut Al-Ghazali, pusat yang dalam
Pendidikan adalah hati karena hati adalah hakekat seseorang karena materi manusia tidak berada
dalam unsur-unsur yang ada di tubuhnya tetapi ada di hatinya dan menunjukkan Orang-orang itu
teosentris, karenanya konsep pendidikan lebih diarahkan pada pembentukan akhlak mulia. Draf
Pelatihan Al-Ghazal dapat diwujudkan melalui pemahaman Pikirannya berhubungan dengan
aspek yang berbeda dengan pendidikan yaitu tujuan pendidikan, kurikulum, etika guru dan siswa
serta metode pembelajaran. Konsep pendidikan Dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali sangat
penting untuk sistem Pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan, juga konsep guru
dan siswa, metode pembelajaran kurikulum saat ini, khususnya pengembangan karakter, di mana
aspek tingkat aplikasi diprioritaskan perkembangan mental, moral dan spiritual sehingga mampu
untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, jagalah akhlak yang baik berakal budi, berakal, berpengalaman, cakap,
kreatif, mandiri dan beradab negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Keyword : Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, Relevansi Al-Ghazali dengan pendidikan
Sistem pendidikan Al-Ghazali.
2
Pendahuluan
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali. Di kalangan
Barat dikenal dengan nama Algazel (Glasse,1996: 106). Kemahirannya berargumen dalam
menghadapi berbagai persoalan agama menyebabkan ia mendapat gelar “ Hujjatul Islam” dan “
Zainuddin”. Dilahirkan tahun 450 Hijriyah atau tahun 1058, seperempat abad sesudah wafatnya
Ibnu Sina di Thush, sebuah kota kecil di Khurasan (Iran). Pemikirannya yang luas menyebabkan
dirinya banyak mendapat perhatian tokoh baik yang pro maupun yang kontra. Diantara yang
mengagumi pemikirannya adalah Zwemmer yang memasukkan al-Ghazali kedalam empat tokoh
besar Islam yang dikagumi yaitu Muhammad SAW, Imam al-Bukhari, Imamal-Asy’ari dan al-
Ghazali.
Al-Ghazali adalah seorang pemikir dengan hasil karya dalam berbagai bidang ilmu
seperti ilmu agama, filsafat, tasawuf, akhlak, politik, dan lainnya. Karya terbesar dari imam Al-
Ghazali adalah kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din (Kebangkitan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) yang ditulis
sepulangnya dari Naisabur setelah sekian tahun berkelana sebagai seorang sufi pada saat berusia
50 tahun. Selain itu, hasil karyanya mencapai 300 buah, karena kemasyhurannya sehingga
digelari sebagai Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam) dan Zainuddin (hiasan agama). Al-
Ghazali banyak mengarang buku dalam berbagai disiplin ilmu.
Karangan-karangannya meliputi Fikih, Ushul Fikih, Ilmu Kalam, Teologi Kaum Salaf,
bantahan terhadap kaum Batiniah, Ilmu Debat, Filsafat dan khususnya yang menjelaskan tentang
maksud filsafat serta bantahan terhadap kaum filosof, logika, tasawuf, akhlak dan psikologi.
Kitab terbesar karya Al-Ghazali yaitu Ihya ‘Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama). lmu
al-Ghazali menjadikannya besar dengan segala manfaat yang sudah diberikannya kepada dunia.
Oleh karenanya, tulisannya ini berusaha menjawab sebagian kecil dari kontribusinya dalam
bidang pendidikan, terutama menjawab bagaimana konsep pemikiran pendidikan al-Ghazali dan
relevansinya dengan sistem pendidikan di Indonesia.
Ideologi dan Metodologi Pemikiran Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazal, semua ilmu dan pembelajaran berarti pencerahan, pengembangan dan
pengayaan konsep kehidupan kemudian menerapkannya (dalam implementasi) dengan cara
alamiah. Tujuan hidup Al-Ghazali adalah pengetahuan diri dan Tuhan Sains adalah alat,
perusahaan, dan perangkat untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Percaya diri berarti
menemukan orang yang sebenarnya di dalamnya, yaitu siapayang merupakan perwujudan moral
dan spiritual yang sempurna. sehingga ideologi Al-Ghazali mengarah pada kebangkitan kembali
pada budaya spiritual dan dinamika moral yang didukung oleh dimensi intelektual.
Ini menurut Al Quran menganggap kehidupan dunia sebagai sementara dan adalah alat untuk
mempersiapkan kehidupan di akhirat abadi Keyakinan akan akhirat adalah salah satunya Rukun
Iman dengan segala kebaikan dan kejahatan akan dibalas di akhirat. Oleh karena itu harus ada
banyak dari satu dalam ukuran untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin untuk
3
mendapatkan buahnya di akhirat. Di sinilah filsafat etika Al-Ghazali masuk, menekankan bahwa
Alquran dan As-Sunnah bersama-sama memberi aturan sempurna untuk kehidupan moral di
mana tidak hanya ada hal-hal dasar, tetapi hal-hal sekunder dan tersier. Demikianlah Al-Ghazali
menekankan pemikiran tentang pendidikan karakteristik moral-keagamaan dengan mengabaikan
hal-hal Keduniawian karena merupakan alat untuk mencapai tujuan Kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Konsep Pendidikan dan Pemikiran Imam Al-Ghazali
Pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan
menanamkan akhlak yang baik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses kegiatan
yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan yang progresif pada tingkah laku
manusia. Dalam pandangan Al-Ghazali, sentral dalam pendidikan adalah hati sebab hati
merupakan esensi dari manusia karena substansi manusia bukanlah terletak pada unsur-unsur
yang ada pada fisiknya, melainkan berada pada hatinya dan memandang manusia bersifat
teosentris sehingga konsep tentang pendidikannya lebih diarahkan pada pembentukan akhlak
yang mulia.
Pemikiran pendidikan al-Ghazali dapat diketahui dari berbagai aspek berkaitan dengan
pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, kode etik guru/pendidik dan peserta didik,
dan metode pengajaran berikut ini.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, yang meliputi pembinaan
nalar, seperti kecerdasan, kepandaian, dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan
hati, seperti pengembangan rasa, kalbu, dan rohani; dan aspek psikomotor, yaitu pembinaan
jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan. melalui sufinya, dimana tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Dalam hasil karya
utamanya yaitu kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din, disebutkan tentang tujuan pendidikan yang pada
dasarnya untuk mencapai dua sasaran yaitu:
 insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT,
 insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari hasil studi pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang
ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani
yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. dan kedua, kesempurnaan insani yang
bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Kurikulum Pendidikan
Konsep kurikulum yang digagas al-Ghazali berkait erat dengan konsepnya mengenai ilmu
pengetahuan. Dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu pengetahuan
4
dalamempat kategori. Pertama, klasifikasi ilmu syar’iyah (religi) dan ‘aqliyah (nalar/intelektual)
atas ilmu akhirat dan ilmu dunia. Di sisi lain terdapat ilmu ghairu syar’iyah (non religi) yang
dibedakan menjadi ilmu yang terpuji (mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela
(madzmum). Kedua, klasifikasi ilmu teoritis dan praktis. Ketiga, klasifikasi pengetahuan menjadi
bagian pengetahuan yang dihadirkan (hudhuri) dan pengetahuan yang diperoleh
(hushuli). Keempat, pembagian ilmu menjadi fardhu ‘ain (wajib atas setiap individu umat Islam)
dan fardhu kifayah (wajib atas komunitas umat Islam).
Keempat kategori atau klasifikasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Ilmu Religius dan Ilmu Intelektual
Ilmu religius meliputi ilmu tauhid, ilmu tentang kenabian, ilmu tentang akhirat atau
eskatologi, dan ilmu tentang sumber pengetahuan religius (Alquran, Hadits, ijma’,
dan atsar sahabat). Ilmu yang disebut terakhir pun masih terbagi lagi dalam dua kategori, yaitu
ilmu pengantar (muqaddimat) seperti ilmu bahasa, dan ilmu pelengkap (mutammimat) yang
terdiri dari ilmu Alquran dan cabang-cabangnya, ilmu hadits dan cabang-cabangnya,
dan tarikh Islam.
Sementara ilmu intelektual meliputi matematika (mencakup aritmatika, geometri, astronomi,
astrologi, dan musik); logika; ilmu alam yang mencakup ilmu kedokteran, meteorologi, kimia
dan mineralogi; serta ilmu metafisika yang meliputi ontologi, pengetahuan tentang mimpi, dan
lainnya.
b. Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis
Dalam kitab Maqashid al-Falasifah, ilmu filsafat atau ilmu tentang hikmah mencakup
teoritis dan praktis. Bagian teoritis menjadikan kondisi wujud dapat diketahui sebagaimana
adanya, sedangkan bagian praktis berkenaan dengan tindakan positif manusia demi terciptanya
kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Sementara dalam al-Risalah al-Ladunniyyah, al-
Ghazali memaparkan bahwa pengetahuan religius yang meliputi ilmu prinsip dasar (ushul)
sebagai pengetahuan teoritis, dan pengetahuan cabang (furu’) sebagai ilmu praktis.
c. Ilmu Hudhuri dan Ilmu Hushuli
Ilmu hudhuri, yang oleh al-Ghazali sering pula diistiahkan dengan ilmu mukasyafah, bersifat
langsung, serta merta, intuitif, suprarasional, dan kontemplatif. Sedangkan ilmu hushuli bersifat
tidak langsung, rasional, dan logis, yang diperoleh dari hasil belajar dan proses pembelajaran.
d. Ilmu Fardhu ‘Ain dan Ilmu Fardhu Kifayah
Menurut al-Ghazali, upaya klasifikasi ilmu ke dalam fardhu ‘ain dan fardhu kifayah sangat
tergantung kepada kondisi seseorang dan kebutuhan masyarakat di suatu tempat. Kategori
ilmu fardhu ‘ain meliputi ilmu agama, seperti Alquran dan hadis, dan pokok-pokok ibadah.
5
Sedangkan ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang harus ada demi esksintesi dunia. Ilmu
kedokteran sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan makhluk hidup. Begitu juga ilmu
matematika berperan penting dalam dunia perdagangan. Ilmu semacam ini harus dikuasai umat
Islam, walaupun tidak harus melibatkan setiap individu umat Islam.
Setiap klasifikasi ilmu di atas didasarkan pada aspek relasi antara manusia dan pengetahuan
serta berdasarkan pada pengalaman empiris al-Ghazali selama mengarungi hidup sebagai
ilmuwan sekaligus pendidik. Klasifikasi tersebut juga saling berkaitan sehingga memungkinkan
satu ilmu mempunyai klasifikasi lebih dari satu. Dalam pencermatan Abuddin Nata,
pengklasifikasian ilmu pengetahuan oleh al-Ghazali tersebut mengacu pada dimenasi manfaat
dan madharat. Lebih lanjut Abuddin Nata menyimpulkan bahwa mata pelajaran yang seharusnya
diajarkan dan masuk dalam kurikulum menurut al-Ghazali didasarkan pada dua
kecenderungan. Pertama, kecenderungan agama dan tasawuf. Dengan kecenderungan ini maka
al-Ghazali sangat mementingkan pendidikan etika, karena menurutnya ilmu ini bertalian erat
dengan pendidikan agama. Kedua, kecenderungan pragmatis. Kecenderungan ini tampak dalam
karya tulisnya, yang beberapa kali mengulangi penilaiannya terhadap ilmu berdasarkan
manfaatnya bagi manusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Pengklasifikasian ilmu oleh al-Ghazali tidak berarti ia menolak pentingnya mempelajari
segala macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia. Ia hanya menekankan perlunya
manusia membuat skala prioritas pendidikan dengan menempatkan ilmu agama dalam posisi
paling urgen. Hal ini didasarkan pada kesadaran al-Ghazali bahwa hanya pendidikan agamalah
yang mampu secara mengarahkan peserta didik untuk dekat kepada Allah.
Kode Etik Pendidik dan Peserta Didik
Tugas guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga membimbing, mengarahkan,
meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi, peranan
guru sangatlah besar, bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu, melainkan yang lebih penting
adalah mendidik. Pandangan al-Ghazali terhadap guru sangat idealistik. Idealisasi guru,
menurutnya, adalah orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Berangkat dari perspektif
idealistik tersebut, al-Ghazali menegaskan bahwa pendidik atau guru perlu menjaga etika dan
kode etik profesinya. Kode etik atau tugas profesi yang harus dipatuhi guru (pendidik) meliputi
delapan hal berikut
3. Kode Etik Pendidik dan Peserta Didik
Dalam pandangan al-Ghazali, sentral dalam pendidikan adalah hati sebab hati merupakan
esensi dari manusia. Menurutnya, substansi manusia bukanlah terletak pada unsur-unsur yang
ada pada fisiknya, melainkan berada pada hatinya dan memandang manusia bersifat teosentris
sehingga konsep tentang pendidikannya lebih diarahkan pada pembentukan akhlak yang mulia.
Tugas guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga membimbing, mengarahkan,
meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi, peranan
6
guru sangatlah besar, bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu, melainkan yang lebih penting
adalah mendidik.
Pandangan al-Ghazali terhadap guru sangat idealistik. Idealisasi guru, menurutnya,
adalah orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Berangkat dari perspektif idealistik tersebut,
al-Ghazali menegaskan bahwa pendidik atau guru perlu menjaga etika dan kode etik profesinya.
Kode etik atau tugas profesi yang harus dipatuhi guru (pendidik) meliputi delapan hal berikut.
 Menyayangi peserta didiknya, bahkan memperlakukan mereka seperti perlakuan dan
kasih sayang guru kepada anaknya sendiri.
 Guru bersedia sungguh-sungguh mengikuti tuntunan Rasulullah sehingga ia tidak
mengajar untuk mencari upah atau untuk mendapatkan penghargaan dan tanda jasa. Akan
tetapi, semata-mata mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
 Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberi nasihat kepada peserta didiknya, yang
meliputi nasihat tentang tahapan mencari ilmu (termasuk prioritas studi keilmuan yang
harus digeluti), serta nasihat tentang tujuan mencari ilmu yang berorientasi pada
pendekatan diri kepada Allah.
 Mencegah peserta didik terjerembab ke dalam akhlak tercela melalui cara sepersuatif
mungkin dan melalui cara penuh kasih sayang, tidak dengan cara mencemooh dan kasar.
 Kepakaran guru dalam spesialisasi keilmuan tertentu tidak menyebabkannya memandang
remeh disiplin keilmuan lainnya.
 Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik.
 Terhadap peserta didik yang berkemampuan rendah, guru menyampaikan materi secara
jelas, konkret, dan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencernanya.
 Guru mau mengamalkan ilmunya sehingga antara terjadi keterpaduan antara ucapan dan
tindakan guru.
Tidak hanya guru atau pendidik yang dituntut mematuhi kode etik, tetapi peserta didik
pun demikian. Ada sepuluh poin kewajiban, yang oleh al-Ghazali diistilahkann dengan wadlifah,
yang harus dipatuhi oleh peserta didik.
 Mengutamakan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, sebab ilmu itu
merupakan bentuk peribadatan hati, shalat rohani, dan pendekatan batin kepada Allah.
 Peserta didik menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi, dan seyogyanya berkelana
jauh dari tempat tinggalnya.
 Tidak membusungkan dada terhadap orang alim (guru), melainkan bersedia patuh dalam
segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya.
 Penuntut ilmu pemula hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji variasi pemikiran
dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab hal
ini dapat mengacaukan pikiran, membuat bingung, dan memecah konsentrasi.
7
 Penuntut ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apa pun yang terpuji, tetapi bersedia
mempelajarinya hingga tahu akan orientasi dari disiplin ilmu yang dimaksud. Apabila
usia dan kesempatan mengizinkan, ia bisa mendalaminya lebih lanjut. Jika tidak, ia perlu
memprioritaskan disiplin ilmu yang terpenting untuk didalami. Meskipun demikian,
harus disadari bahwa ilmu-ilmu itu saling terkait, sehingga jangan sampai penuntut ilmu
menutup mata dan meremehkan disiplin ilmu lain yang tidak diketahuinya.
 Penuntut ilmu dalam usaha mendalami suatu disiplin ilmu tidak dilakukan sekaligus,
akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting.
 Penuntut ilmu tidak melangkah mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar
menguasai tahap ilmu sebelumnya.
 Penuntut ilmu hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan dapat
memperoleh ilmu yang paling mulia
 Tujuan belajar penuntut ilmu adalah pembersihan batin dan menghiasinya dengan
keutamaan serta pendekatan diri kepada Allah serta meningkatkan maqam spiritualnya.
 Penuntut ilmu mengetahui relasi ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju,
sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana yang harus diutamakan.
Metode Pendidikan dan Pengajaran
Metode pendidikan agama menurut AlGhazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan
dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu
penegakan dalil-dalil dan keterenganketerangan yang menguatkan akidah. Dengan demikian
metode mengajar Al-Ghazali tidak mengikuti aliran tertentu, tetapi berupa satu model yang
diperoleh dari hasil pemikiran berdasarkan ajaran Islam.
Selanjutnya, prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjukan aspek ganda.
Suatu aspek menunjukan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukan aspek guru
mengajar dan mendidik.
A. Asas-asas metode belajar
 Memusatkan perhatian sepenuhnya.
 Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari.
 Mempelajari ilmu pengetahuan dari yang sederhana menuju yang komplek.
 Mempelajari ilmu pengetahuan dengan sistematika pembahasan.
B. Asas-asas metode mengajar
 Memperhatikan tingkat daya pikir anak.
 Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelasjelasnya.
 Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak.
 Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berangsurangsur.
8
C. Asas metode mendidik
 Memberikan latihan-latihan.
 Memberikan pengertian dan nasihatnya.
 Melindungi anak dari pergaulan yang buruk.
Secara teknis al-Ghazali menegaskan bahwa mempelajari ilmu agama harus dimulai sejak
dini. Pada mulanya anak-anak usia dini diajak menghafal dasar-dasar agama. Kemudian, seiring
perkembangan usia dan intelektualitas anak, pendidikan dilanjutkan dengan memberikan
penjelasan dan pengertian atas suatu materi. Anak didik diajak untuk memahami substansinya
dengan disertai argumentasi rasional. Pengajaran agama seperti ini diakui al-Ghazali memang
belum sempurna, dan harus diikuti dengan tindak lanjut secara gradual.
Relevansi Konsep Pendidikan Al-Ghazali dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia sangat relevan dengan tujuan pendidikan
menurut imam Al-Ghazali yang juga sangat menekankan pada aspek pengembangan intelektual,
moral, dan spiritual peserta didik yang mengacu pada nilai-nilai keabadian dan ketuhanan.
Mengacu kepada kedua tujuan pendidikan tersebut, sama-sama bertujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik yang mengacu pada nilai-nilai keabadian yaitu membentuk
peserta didik yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengedepankan moralitas
dan intelektualitas peserta didik.
Implementasi dari tujuan pendidikan tersebut sangat tercermin dari kurikulum yang sudah
diterapkan oleh pemerintah khususnya dalam implementasi kurikulum 2013 yang berbasis
karakter. Dimana konsep filsafat pendidikan Al-Ghazali yang mewarnai pemikirannya beracuan
pada konsep dasar etika yang lebih dikenal dengan “pendidikan akhlak’’.yang sejalan dengan
tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh Al-Ghazali yaitu membentuk insan purna yang
bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena pendidikan menurut Al-
Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik.
Konsep pendidikan Al-Ghazali relevan untuk pendidikan umum dengan diterapkannya
pendidikan karakter, terlebih lagi dengan konteks pendidikan islam seperti pada konsep
pendidikan di pesantren, dimana tujuan dari pendidikan nasional tersebut diwujudkan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang tidak hanya mengedepankan aspek spritual dan moral
semata tetapi juga sangat mengedepankan aspek intelektual peserta didik sehingga pada akhirnya
akan melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara spritual dan moral, tetapi juga
cerdas secara intelektual.
Terlebih lagi dalam konsep pendidikan islam di Indonesia yang sangat kental dengan
nuansa spiritual dengan mengedepankan nilai-nilai keabadian yang tercermin dari keragaman
dan kompleksitas mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik dengan
mengkombinasikan mata pelajaran umum seperti Sains, Matematika, PPKN, Sejarah, dan mata
pelajaran umum lainnya dengan mata pelajaran agama seperti mata pelajaran Al-Qur’an, Al-
9
Hadist, Bahasa Arab, Ilmu Fiqh dan yang lainnya. Oleh karena itu, relevansinya dengan konsep
pendidikan Al-Ghazali sangat erat yang berkaitan dengan menumbuhkembangkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik yang tidak hanya mengembangkan aspek intelektualitas semata tetapi
juga mengedepankan aspek moral dan spiritual.
Adapun relevansi antara peran pendidk dan peserta didik dalam konsep pendidikan Al-
Ghazali dengan konsep pendidikan di Indonesia, baik pendidikan umum maupun konsep
pendidikan islam adalah peran pendidik sebagai penanggung jawab utama pengembangan
potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga seorang pendidik
harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang keahliannya dan harus menjadi guru yang
professional sebagaimana konsep guru professional yang dicanangkan Al-Ghazali sangat relevan
dengan tuntutan kompetensi seorang pendidik seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas tahun
2003 yang menuntut seorang guru harus memiliki kompetensi yang professional pada aspek
pedagogik, sosial, keperibadian, dan keterampilan.
Demikian juga dengan peran peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki peran
yang tidak kalah pentingnya dengan pendidik. Terlebih lagi dengan tuntutan kurikulum 2013,
dimana peserta didik dituntut untuk memperoleh pemahaman ataupun konsep melalui
pengalaman sendiri yang tentunya dengan bimbingan dari pendidik sehingga peran pendidik dan
peserta didik harus sesuai dengan porsinya masing-masing demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Berkaitan dengan pendekatan dan metode pembelajaran dalam implementasi pendidikan
di Indonesia, pemilihan dan penentuan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran
mengacu pada beberapa aspek yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) karaktersitik peserta didik, dan
(3) karakteristik materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Al-Ghazali
dalam konteks pendekatan dan metode yang diterapkan yaitu dalam hal pendekatan
pembelajaran lebih menekankan pada pemerolehan konsep melalui pembiasaan dan pengalaman
dengan pendidik sebagai penanggung jawab segala aktifitas pembelajaran dan memberikan
bimbingan kepada peserta didik untuk mengkonstruk pemahamannya, menumbuhkembangkan
aspek moralitas, intelektualitas, mental, dan spritual yang mengacu pada nilai-nilai keabadian
dan ketuhanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad Iqbal, 2015. Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Ghazali, 2001. Mutiara Ihya` Ulumuddin. Terj Iwan Kurniawan. Mizan: Bandung.
Al-Ghazali, 2003. Tahafut al-Falasifah, Yogyakarta: Islamika.
Ali Maksum, 2003. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Telaah Signifikansi Konsep
“Tradisionalisme Islam” Sayyed Hossein Nasr. Yogyakarta: Puskata Pelajar.
10
Arifin M, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Fathiyah Hasan Sulaiman, 1986. Konsep Pendidikan AlGhazali, Jakarta: Guna Aksara.
Mahmud, 2011. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Nata Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata Abuddin, 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Ciputat: PT Ciputat
Press group.
Shafique Ali Khan. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung: CV Pustaka Setia.
William F. O’Neill, 2001. Ideologi-ideologi Pendidikan, alih bahasa: Omi Intan Naomi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zaenuddin, 2009. Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer. Malang: UIN
Malang Press.
Zainuddin dkk, 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiah Daradjat, 2001. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhairi, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

More Related Content

Similar to UTS Pemikiran Imam Al-Ghazali.docx

FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxEkoSulastri
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxSoniaSembiring
 
Falsafah pendidikan
Falsafah pendidikanFalsafah pendidikan
Falsafah pendidikan-
 
Pendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurPendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurAna Roshila
 
Falsafah pendidikan shalmisyam bt shahuddin
Falsafah pendidikan   shalmisyam bt shahuddinFalsafah pendidikan   shalmisyam bt shahuddin
Falsafah pendidikan shalmisyam bt shahuddinSha Amran
 
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfPeta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfIrfan Pathurahman
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxHaffazFurqani
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfDhindaVadyaizmi
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfAfazatulAbuaini
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxPutriSakhawati
 
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan  IslamFilsafat Pendidikan  Islam
Filsafat Pendidikan IslamRahmad Alfianto
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMNurul Safiqa
 
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-GhazaliKonsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-GhazaliNdya2
 
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptxKarakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptxsophia356221
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxAnnisaFajri3
 

Similar to UTS Pemikiran Imam Al-Ghazali.docx (20)

FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
 
Falsafah pendidikan
Falsafah pendidikanFalsafah pendidikan
Falsafah pendidikan
 
Pendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurPendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timur
 
Falsafah pendidikan shalmisyam bt shahuddin
Falsafah pendidikan   shalmisyam bt shahuddinFalsafah pendidikan   shalmisyam bt shahuddin
Falsafah pendidikan shalmisyam bt shahuddin
 
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfPeta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdfFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).pdf
 
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docxFilsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
Filsafat pendidikan (Hakikat Tujuan Pendidikan Dalam Islam).docx
 
studi islam.docx
studi islam.docxstudi islam.docx
studi islam.docx
 
Berbagai pendekatan konteks studi islam
Berbagai pendekatan konteks studi islamBerbagai pendekatan konteks studi islam
Berbagai pendekatan konteks studi islam
 
Ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islamIlmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islam
 
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan  IslamFilsafat Pendidikan  Islam
Filsafat Pendidikan Islam
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
 
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-GhazaliKonsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
 
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptxKarakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
 
Resume.docx
Resume.docxResume.docx
Resume.docx
 

More from DhindaVadyaizmi

Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docxResume Filsafat Pendidikan Kel7.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docxDhindaVadyaizmi
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docxResume Filsafat Pendidikan Kel6.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docxDhindaVadyaizmi
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docxResume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docxDhindaVadyaizmi
 
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docx
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docxResume Filsafat Pendidikan Ke3.docx
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docxDhindaVadyaizmi
 
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdfResume Filsafat Pendidikan Ke2.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdfDhindaVadyaizmi
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfDhindaVadyaizmi
 

More from DhindaVadyaizmi (6)

Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docxResume Filsafat Pendidikan Kel7.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel7.docx
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docxResume Filsafat Pendidikan Kel6.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel6.docx
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docxResume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
 
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docx
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docxResume Filsafat Pendidikan Ke3.docx
Resume Filsafat Pendidikan Ke3.docx
 
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdfResume Filsafat Pendidikan Ke2.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Ke2.pdf
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

UTS Pemikiran Imam Al-Ghazali.docx

  • 1. 1 Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan Indonesia Dhinda Vadya Izmi Dhindavadya22@gmail.com Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe Jl. Medan B. Aceh, Alue awe, Kec. Muara Dua. Abstract : Artikel ini mengkaji tentang Pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan, Al-Ghazali adalah seorang pemikir dan ulama besar dengan hasil karya dalam berbagai bidang ilmu seperti ilmu agama, filsafat, tasawuf, akhlak, politik, dan lainnya. Karya terbesar Imam Al-Ghazali adalah kitab Ihya 'Ulum Ad-Din yang berkisah tentang pendidikan. Al-Ghazali adalah proses tindakan yang sistematis secara sistematis untuk membawa perubahan perilaku secara bertahap kebiasaan manusia Menurut Al-Ghazali, pusat yang dalam Pendidikan adalah hati karena hati adalah hakekat seseorang karena materi manusia tidak berada dalam unsur-unsur yang ada di tubuhnya tetapi ada di hatinya dan menunjukkan Orang-orang itu teosentris, karenanya konsep pendidikan lebih diarahkan pada pembentukan akhlak mulia. Draf Pelatihan Al-Ghazal dapat diwujudkan melalui pemahaman Pikirannya berhubungan dengan aspek yang berbeda dengan pendidikan yaitu tujuan pendidikan, kurikulum, etika guru dan siswa serta metode pembelajaran. Konsep pendidikan Dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali sangat penting untuk sistem Pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan, juga konsep guru dan siswa, metode pembelajaran kurikulum saat ini, khususnya pengembangan karakter, di mana aspek tingkat aplikasi diprioritaskan perkembangan mental, moral dan spiritual sehingga mampu untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jagalah akhlak yang baik berakal budi, berakal, berpengalaman, cakap, kreatif, mandiri dan beradab negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Keyword : Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, Relevansi Al-Ghazali dengan pendidikan Sistem pendidikan Al-Ghazali.
  • 2. 2 Pendahuluan Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali. Di kalangan Barat dikenal dengan nama Algazel (Glasse,1996: 106). Kemahirannya berargumen dalam menghadapi berbagai persoalan agama menyebabkan ia mendapat gelar “ Hujjatul Islam” dan “ Zainuddin”. Dilahirkan tahun 450 Hijriyah atau tahun 1058, seperempat abad sesudah wafatnya Ibnu Sina di Thush, sebuah kota kecil di Khurasan (Iran). Pemikirannya yang luas menyebabkan dirinya banyak mendapat perhatian tokoh baik yang pro maupun yang kontra. Diantara yang mengagumi pemikirannya adalah Zwemmer yang memasukkan al-Ghazali kedalam empat tokoh besar Islam yang dikagumi yaitu Muhammad SAW, Imam al-Bukhari, Imamal-Asy’ari dan al- Ghazali. Al-Ghazali adalah seorang pemikir dengan hasil karya dalam berbagai bidang ilmu seperti ilmu agama, filsafat, tasawuf, akhlak, politik, dan lainnya. Karya terbesar dari imam Al- Ghazali adalah kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din (Kebangkitan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) yang ditulis sepulangnya dari Naisabur setelah sekian tahun berkelana sebagai seorang sufi pada saat berusia 50 tahun. Selain itu, hasil karyanya mencapai 300 buah, karena kemasyhurannya sehingga digelari sebagai Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam) dan Zainuddin (hiasan agama). Al- Ghazali banyak mengarang buku dalam berbagai disiplin ilmu. Karangan-karangannya meliputi Fikih, Ushul Fikih, Ilmu Kalam, Teologi Kaum Salaf, bantahan terhadap kaum Batiniah, Ilmu Debat, Filsafat dan khususnya yang menjelaskan tentang maksud filsafat serta bantahan terhadap kaum filosof, logika, tasawuf, akhlak dan psikologi. Kitab terbesar karya Al-Ghazali yaitu Ihya ‘Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama). lmu al-Ghazali menjadikannya besar dengan segala manfaat yang sudah diberikannya kepada dunia. Oleh karenanya, tulisannya ini berusaha menjawab sebagian kecil dari kontribusinya dalam bidang pendidikan, terutama menjawab bagaimana konsep pemikiran pendidikan al-Ghazali dan relevansinya dengan sistem pendidikan di Indonesia. Ideologi dan Metodologi Pemikiran Al-Ghazali Menurut Al-Ghazal, semua ilmu dan pembelajaran berarti pencerahan, pengembangan dan pengayaan konsep kehidupan kemudian menerapkannya (dalam implementasi) dengan cara alamiah. Tujuan hidup Al-Ghazali adalah pengetahuan diri dan Tuhan Sains adalah alat, perusahaan, dan perangkat untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Percaya diri berarti menemukan orang yang sebenarnya di dalamnya, yaitu siapayang merupakan perwujudan moral dan spiritual yang sempurna. sehingga ideologi Al-Ghazali mengarah pada kebangkitan kembali pada budaya spiritual dan dinamika moral yang didukung oleh dimensi intelektual. Ini menurut Al Quran menganggap kehidupan dunia sebagai sementara dan adalah alat untuk mempersiapkan kehidupan di akhirat abadi Keyakinan akan akhirat adalah salah satunya Rukun Iman dengan segala kebaikan dan kejahatan akan dibalas di akhirat. Oleh karena itu harus ada banyak dari satu dalam ukuran untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin untuk
  • 3. 3 mendapatkan buahnya di akhirat. Di sinilah filsafat etika Al-Ghazali masuk, menekankan bahwa Alquran dan As-Sunnah bersama-sama memberi aturan sempurna untuk kehidupan moral di mana tidak hanya ada hal-hal dasar, tetapi hal-hal sekunder dan tersier. Demikianlah Al-Ghazali menekankan pemikiran tentang pendidikan karakteristik moral-keagamaan dengan mengabaikan hal-hal Keduniawian karena merupakan alat untuk mencapai tujuan Kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Konsep Pendidikan dan Pemikiran Imam Al-Ghazali Pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan yang progresif pada tingkah laku manusia. Dalam pandangan Al-Ghazali, sentral dalam pendidikan adalah hati sebab hati merupakan esensi dari manusia karena substansi manusia bukanlah terletak pada unsur-unsur yang ada pada fisiknya, melainkan berada pada hatinya dan memandang manusia bersifat teosentris sehingga konsep tentang pendidikannya lebih diarahkan pada pembentukan akhlak yang mulia. Pemikiran pendidikan al-Ghazali dapat diketahui dari berbagai aspek berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, kode etik guru/pendidik dan peserta didik, dan metode pengajaran berikut ini. 1. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian, dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kalbu, dan rohani; dan aspek psikomotor, yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan. melalui sufinya, dimana tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Dalam hasil karya utamanya yaitu kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din, disebutkan tentang tujuan pendidikan yang pada dasarnya untuk mencapai dua sasaran yaitu:  insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT,  insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari hasil studi pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2. Kurikulum Pendidikan Konsep kurikulum yang digagas al-Ghazali berkait erat dengan konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu pengetahuan
  • 4. 4 dalamempat kategori. Pertama, klasifikasi ilmu syar’iyah (religi) dan ‘aqliyah (nalar/intelektual) atas ilmu akhirat dan ilmu dunia. Di sisi lain terdapat ilmu ghairu syar’iyah (non religi) yang dibedakan menjadi ilmu yang terpuji (mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela (madzmum). Kedua, klasifikasi ilmu teoritis dan praktis. Ketiga, klasifikasi pengetahuan menjadi bagian pengetahuan yang dihadirkan (hudhuri) dan pengetahuan yang diperoleh (hushuli). Keempat, pembagian ilmu menjadi fardhu ‘ain (wajib atas setiap individu umat Islam) dan fardhu kifayah (wajib atas komunitas umat Islam). Keempat kategori atau klasifikasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Ilmu Religius dan Ilmu Intelektual Ilmu religius meliputi ilmu tauhid, ilmu tentang kenabian, ilmu tentang akhirat atau eskatologi, dan ilmu tentang sumber pengetahuan religius (Alquran, Hadits, ijma’, dan atsar sahabat). Ilmu yang disebut terakhir pun masih terbagi lagi dalam dua kategori, yaitu ilmu pengantar (muqaddimat) seperti ilmu bahasa, dan ilmu pelengkap (mutammimat) yang terdiri dari ilmu Alquran dan cabang-cabangnya, ilmu hadits dan cabang-cabangnya, dan tarikh Islam. Sementara ilmu intelektual meliputi matematika (mencakup aritmatika, geometri, astronomi, astrologi, dan musik); logika; ilmu alam yang mencakup ilmu kedokteran, meteorologi, kimia dan mineralogi; serta ilmu metafisika yang meliputi ontologi, pengetahuan tentang mimpi, dan lainnya. b. Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis Dalam kitab Maqashid al-Falasifah, ilmu filsafat atau ilmu tentang hikmah mencakup teoritis dan praktis. Bagian teoritis menjadikan kondisi wujud dapat diketahui sebagaimana adanya, sedangkan bagian praktis berkenaan dengan tindakan positif manusia demi terciptanya kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Sementara dalam al-Risalah al-Ladunniyyah, al- Ghazali memaparkan bahwa pengetahuan religius yang meliputi ilmu prinsip dasar (ushul) sebagai pengetahuan teoritis, dan pengetahuan cabang (furu’) sebagai ilmu praktis. c. Ilmu Hudhuri dan Ilmu Hushuli Ilmu hudhuri, yang oleh al-Ghazali sering pula diistiahkan dengan ilmu mukasyafah, bersifat langsung, serta merta, intuitif, suprarasional, dan kontemplatif. Sedangkan ilmu hushuli bersifat tidak langsung, rasional, dan logis, yang diperoleh dari hasil belajar dan proses pembelajaran. d. Ilmu Fardhu ‘Ain dan Ilmu Fardhu Kifayah Menurut al-Ghazali, upaya klasifikasi ilmu ke dalam fardhu ‘ain dan fardhu kifayah sangat tergantung kepada kondisi seseorang dan kebutuhan masyarakat di suatu tempat. Kategori ilmu fardhu ‘ain meliputi ilmu agama, seperti Alquran dan hadis, dan pokok-pokok ibadah.
  • 5. 5 Sedangkan ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang harus ada demi esksintesi dunia. Ilmu kedokteran sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan makhluk hidup. Begitu juga ilmu matematika berperan penting dalam dunia perdagangan. Ilmu semacam ini harus dikuasai umat Islam, walaupun tidak harus melibatkan setiap individu umat Islam. Setiap klasifikasi ilmu di atas didasarkan pada aspek relasi antara manusia dan pengetahuan serta berdasarkan pada pengalaman empiris al-Ghazali selama mengarungi hidup sebagai ilmuwan sekaligus pendidik. Klasifikasi tersebut juga saling berkaitan sehingga memungkinkan satu ilmu mempunyai klasifikasi lebih dari satu. Dalam pencermatan Abuddin Nata, pengklasifikasian ilmu pengetahuan oleh al-Ghazali tersebut mengacu pada dimenasi manfaat dan madharat. Lebih lanjut Abuddin Nata menyimpulkan bahwa mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan masuk dalam kurikulum menurut al-Ghazali didasarkan pada dua kecenderungan. Pertama, kecenderungan agama dan tasawuf. Dengan kecenderungan ini maka al-Ghazali sangat mementingkan pendidikan etika, karena menurutnya ilmu ini bertalian erat dengan pendidikan agama. Kedua, kecenderungan pragmatis. Kecenderungan ini tampak dalam karya tulisnya, yang beberapa kali mengulangi penilaiannya terhadap ilmu berdasarkan manfaatnya bagi manusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat. Pengklasifikasian ilmu oleh al-Ghazali tidak berarti ia menolak pentingnya mempelajari segala macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia. Ia hanya menekankan perlunya manusia membuat skala prioritas pendidikan dengan menempatkan ilmu agama dalam posisi paling urgen. Hal ini didasarkan pada kesadaran al-Ghazali bahwa hanya pendidikan agamalah yang mampu secara mengarahkan peserta didik untuk dekat kepada Allah. Kode Etik Pendidik dan Peserta Didik Tugas guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga membimbing, mengarahkan, meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi, peranan guru sangatlah besar, bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu, melainkan yang lebih penting adalah mendidik. Pandangan al-Ghazali terhadap guru sangat idealistik. Idealisasi guru, menurutnya, adalah orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Berangkat dari perspektif idealistik tersebut, al-Ghazali menegaskan bahwa pendidik atau guru perlu menjaga etika dan kode etik profesinya. Kode etik atau tugas profesi yang harus dipatuhi guru (pendidik) meliputi delapan hal berikut 3. Kode Etik Pendidik dan Peserta Didik Dalam pandangan al-Ghazali, sentral dalam pendidikan adalah hati sebab hati merupakan esensi dari manusia. Menurutnya, substansi manusia bukanlah terletak pada unsur-unsur yang ada pada fisiknya, melainkan berada pada hatinya dan memandang manusia bersifat teosentris sehingga konsep tentang pendidikannya lebih diarahkan pada pembentukan akhlak yang mulia. Tugas guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga membimbing, mengarahkan, meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi, peranan
  • 6. 6 guru sangatlah besar, bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu, melainkan yang lebih penting adalah mendidik. Pandangan al-Ghazali terhadap guru sangat idealistik. Idealisasi guru, menurutnya, adalah orang yang berilmu, beramal, dan mengajar. Berangkat dari perspektif idealistik tersebut, al-Ghazali menegaskan bahwa pendidik atau guru perlu menjaga etika dan kode etik profesinya. Kode etik atau tugas profesi yang harus dipatuhi guru (pendidik) meliputi delapan hal berikut.  Menyayangi peserta didiknya, bahkan memperlakukan mereka seperti perlakuan dan kasih sayang guru kepada anaknya sendiri.  Guru bersedia sungguh-sungguh mengikuti tuntunan Rasulullah sehingga ia tidak mengajar untuk mencari upah atau untuk mendapatkan penghargaan dan tanda jasa. Akan tetapi, semata-mata mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.  Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberi nasihat kepada peserta didiknya, yang meliputi nasihat tentang tahapan mencari ilmu (termasuk prioritas studi keilmuan yang harus digeluti), serta nasihat tentang tujuan mencari ilmu yang berorientasi pada pendekatan diri kepada Allah.  Mencegah peserta didik terjerembab ke dalam akhlak tercela melalui cara sepersuatif mungkin dan melalui cara penuh kasih sayang, tidak dengan cara mencemooh dan kasar.  Kepakaran guru dalam spesialisasi keilmuan tertentu tidak menyebabkannya memandang remeh disiplin keilmuan lainnya.  Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik.  Terhadap peserta didik yang berkemampuan rendah, guru menyampaikan materi secara jelas, konkret, dan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencernanya.  Guru mau mengamalkan ilmunya sehingga antara terjadi keterpaduan antara ucapan dan tindakan guru. Tidak hanya guru atau pendidik yang dituntut mematuhi kode etik, tetapi peserta didik pun demikian. Ada sepuluh poin kewajiban, yang oleh al-Ghazali diistilahkann dengan wadlifah, yang harus dipatuhi oleh peserta didik.  Mengutamakan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, sebab ilmu itu merupakan bentuk peribadatan hati, shalat rohani, dan pendekatan batin kepada Allah.  Peserta didik menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi, dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya.  Tidak membusungkan dada terhadap orang alim (guru), melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya.  Penuntut ilmu pemula hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji variasi pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab hal ini dapat mengacaukan pikiran, membuat bingung, dan memecah konsentrasi.
  • 7. 7  Penuntut ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apa pun yang terpuji, tetapi bersedia mempelajarinya hingga tahu akan orientasi dari disiplin ilmu yang dimaksud. Apabila usia dan kesempatan mengizinkan, ia bisa mendalaminya lebih lanjut. Jika tidak, ia perlu memprioritaskan disiplin ilmu yang terpenting untuk didalami. Meskipun demikian, harus disadari bahwa ilmu-ilmu itu saling terkait, sehingga jangan sampai penuntut ilmu menutup mata dan meremehkan disiplin ilmu lain yang tidak diketahuinya.  Penuntut ilmu dalam usaha mendalami suatu disiplin ilmu tidak dilakukan sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting.  Penuntut ilmu tidak melangkah mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya.  Penuntut ilmu hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan dapat memperoleh ilmu yang paling mulia  Tujuan belajar penuntut ilmu adalah pembersihan batin dan menghiasinya dengan keutamaan serta pendekatan diri kepada Allah serta meningkatkan maqam spiritualnya.  Penuntut ilmu mengetahui relasi ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju, sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana yang harus diutamakan. Metode Pendidikan dan Pengajaran Metode pendidikan agama menurut AlGhazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterenganketerangan yang menguatkan akidah. Dengan demikian metode mengajar Al-Ghazali tidak mengikuti aliran tertentu, tetapi berupa satu model yang diperoleh dari hasil pemikiran berdasarkan ajaran Islam. Selanjutnya, prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjukan aspek ganda. Suatu aspek menunjukan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukan aspek guru mengajar dan mendidik. A. Asas-asas metode belajar  Memusatkan perhatian sepenuhnya.  Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari.  Mempelajari ilmu pengetahuan dari yang sederhana menuju yang komplek.  Mempelajari ilmu pengetahuan dengan sistematika pembahasan. B. Asas-asas metode mengajar  Memperhatikan tingkat daya pikir anak.  Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelasjelasnya.  Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak.  Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berangsurangsur.
  • 8. 8 C. Asas metode mendidik  Memberikan latihan-latihan.  Memberikan pengertian dan nasihatnya.  Melindungi anak dari pergaulan yang buruk. Secara teknis al-Ghazali menegaskan bahwa mempelajari ilmu agama harus dimulai sejak dini. Pada mulanya anak-anak usia dini diajak menghafal dasar-dasar agama. Kemudian, seiring perkembangan usia dan intelektualitas anak, pendidikan dilanjutkan dengan memberikan penjelasan dan pengertian atas suatu materi. Anak didik diajak untuk memahami substansinya dengan disertai argumentasi rasional. Pengajaran agama seperti ini diakui al-Ghazali memang belum sempurna, dan harus diikuti dengan tindak lanjut secara gradual. Relevansi Konsep Pendidikan Al-Ghazali dalam Sistem Pendidikan di Indonesia Tujuan pendidikan nasional di Indonesia sangat relevan dengan tujuan pendidikan menurut imam Al-Ghazali yang juga sangat menekankan pada aspek pengembangan intelektual, moral, dan spiritual peserta didik yang mengacu pada nilai-nilai keabadian dan ketuhanan. Mengacu kepada kedua tujuan pendidikan tersebut, sama-sama bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik yang mengacu pada nilai-nilai keabadian yaitu membentuk peserta didik yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengedepankan moralitas dan intelektualitas peserta didik. Implementasi dari tujuan pendidikan tersebut sangat tercermin dari kurikulum yang sudah diterapkan oleh pemerintah khususnya dalam implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter. Dimana konsep filsafat pendidikan Al-Ghazali yang mewarnai pemikirannya beracuan pada konsep dasar etika yang lebih dikenal dengan “pendidikan akhlak’’.yang sejalan dengan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh Al-Ghazali yaitu membentuk insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena pendidikan menurut Al- Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Konsep pendidikan Al-Ghazali relevan untuk pendidikan umum dengan diterapkannya pendidikan karakter, terlebih lagi dengan konteks pendidikan islam seperti pada konsep pendidikan di pesantren, dimana tujuan dari pendidikan nasional tersebut diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang tidak hanya mengedepankan aspek spritual dan moral semata tetapi juga sangat mengedepankan aspek intelektual peserta didik sehingga pada akhirnya akan melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara spritual dan moral, tetapi juga cerdas secara intelektual. Terlebih lagi dalam konsep pendidikan islam di Indonesia yang sangat kental dengan nuansa spiritual dengan mengedepankan nilai-nilai keabadian yang tercermin dari keragaman dan kompleksitas mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik dengan mengkombinasikan mata pelajaran umum seperti Sains, Matematika, PPKN, Sejarah, dan mata pelajaran umum lainnya dengan mata pelajaran agama seperti mata pelajaran Al-Qur’an, Al-
  • 9. 9 Hadist, Bahasa Arab, Ilmu Fiqh dan yang lainnya. Oleh karena itu, relevansinya dengan konsep pendidikan Al-Ghazali sangat erat yang berkaitan dengan menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik yang tidak hanya mengembangkan aspek intelektualitas semata tetapi juga mengedepankan aspek moral dan spiritual. Adapun relevansi antara peran pendidk dan peserta didik dalam konsep pendidikan Al- Ghazali dengan konsep pendidikan di Indonesia, baik pendidikan umum maupun konsep pendidikan islam adalah peran pendidik sebagai penanggung jawab utama pengembangan potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga seorang pendidik harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang keahliannya dan harus menjadi guru yang professional sebagaimana konsep guru professional yang dicanangkan Al-Ghazali sangat relevan dengan tuntutan kompetensi seorang pendidik seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas tahun 2003 yang menuntut seorang guru harus memiliki kompetensi yang professional pada aspek pedagogik, sosial, keperibadian, dan keterampilan. Demikian juga dengan peran peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dengan pendidik. Terlebih lagi dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana peserta didik dituntut untuk memperoleh pemahaman ataupun konsep melalui pengalaman sendiri yang tentunya dengan bimbingan dari pendidik sehingga peran pendidik dan peserta didik harus sesuai dengan porsinya masing-masing demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berkaitan dengan pendekatan dan metode pembelajaran dalam implementasi pendidikan di Indonesia, pemilihan dan penentuan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran mengacu pada beberapa aspek yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) karaktersitik peserta didik, dan (3) karakteristik materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Al-Ghazali dalam konteks pendekatan dan metode yang diterapkan yaitu dalam hal pendekatan pembelajaran lebih menekankan pada pemerolehan konsep melalui pembiasaan dan pengalaman dengan pendidik sebagai penanggung jawab segala aktifitas pembelajaran dan memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengkonstruk pemahamannya, menumbuhkembangkan aspek moralitas, intelektualitas, mental, dan spritual yang mengacu pada nilai-nilai keabadian dan ketuhanan. DAFTAR PUSTAKA Abu Muhammad Iqbal, 2015. Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Al-Ghazali, 2001. Mutiara Ihya` Ulumuddin. Terj Iwan Kurniawan. Mizan: Bandung. Al-Ghazali, 2003. Tahafut al-Falasifah, Yogyakarta: Islamika. Ali Maksum, 2003. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Telaah Signifikansi Konsep “Tradisionalisme Islam” Sayyed Hossein Nasr. Yogyakarta: Puskata Pelajar.
  • 10. 10 Arifin M, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Fathiyah Hasan Sulaiman, 1986. Konsep Pendidikan AlGhazali, Jakarta: Guna Aksara. Mahmud, 2011. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia. Nata Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Nata Abuddin, 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Ciputat: PT Ciputat Press group. Shafique Ali Khan. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung: CV Pustaka Setia. William F. O’Neill, 2001. Ideologi-ideologi Pendidikan, alih bahasa: Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zaenuddin, 2009. Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer. Malang: UIN Malang Press. Zainuddin dkk, 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara. Zakiah Daradjat, 2001. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Zuhairi, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara