Teknik penggunaan hormon progesteron untuk meningkatkan reproduksi dan produksi ternak dalam dokumen tersebut meliputi (1) pemanfaatan teknologi radioimmunoassay (RIA) hormon progesteron untuk mendeteksi birahi, kegagalan inseminasi buatan, dan diagnosis kelainan reproduksi pada ternak betina, (2) prinsip dasar RIA yaitu kompetisi antigen dan antibodi, dan (3) profil perubahan konsentrasi hormon selama siklus estrus yang dap
6. Pemanfaatan teknologi nuklir kali ini
lebih ditekankan pada bidang
peternakan, khususnya ternak ruminansia.
Hewan Ruminansia (memamah biak)
7. Data terakhir menunjukkan kisaran kawin suntik
mencapai 85%, dari seluruh cara yang dapat
ditempuh untuk ternak menjadi bunting, sehingga
cukup efektif untuk program peningkatan efisiensi
reproduksi ternak sapi.
Namun, dalam pelaksanaannya, keberhasilan
IB yang berhasil dipantau oelh Direktorat
Jenderal Peternakan barulah mencapai 45%.
8. Inseminasi buatan adalah proses bantuan
reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan
kateter ke dalam vagina (intracervical
insemination) atau rahim (intrauterine
insemination) pada saat ternak betina
mengalami ovulasi.
9.
10. Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi
penggunaan pejantan-pejantan unggul.
Bagi peternak, IB dapat menghemat biaya dan
tenaga.
IB merupakan cara terbaik mencegah
penyebaran penyakit veneral dan penyakit
menular (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis
dan Trichomoniasis)
memungkinkan perkawinan antara ternak yang
sangat berbeda ukurannya (perkawinan sapi
bali dengan sapi brangus).
11. Kemungkinan besar IB dapat menjadi
alat penyebar abnormalitas genetic
seperti pada sapi.
IB tidak dapat digunakan dengan baik
pada semua jenis hewan.
Inseminasi intrauterine pada sapi yang
bunting dapat menyebabkan
abortus.(ketidakmampuan fetus
sapi untuk bertahan hidup sebelum
waktunya dilahirkan).
12. Dasar kerja radioimmunoassay adalah pengikatan
antigen progesteron yang terkandung dalam serum
dengan progesteron antibody spesifik yang di lapiskan
pada dinding tabung.
Sisa anti bodi yang spesifik yang tidak diikat oleh antigen
progesteron sample akan mengikat 125 L . makin banyak
125 L yang terpecah berarti semakin sedikit kadar
progesteron di dalam saple.
Bahan pereaksi dalam radioimmunoassay ialah antigen
radioaktif dan antibody spesifik.
14. Teknologi RIA-P4
untuk deteksi birahi
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi dini
kegagalan IB
Teknologi RIA-P4
untuk diagnosis
kelainan reproduksi
ternak betina
15. • Siklus birahi (estrus) ternak betina dapat
dipindai dengan siklus birahi yang ditandai
dengan 2 lembah dan 1 gunung kurva
konsentrasi P4.
• Lembah yang mengapit gunung konsentrasi P4
merupakan saat terjadinya pelepasan sel
telur (ovulasi) dan diekpresikan oleh ternak
betina dengan birahi (estrus).
• interpretasi konsentrasi hormon P4 di bagi
menjadi 3 bagian seperti yang disajikan pada
table berikut ini.
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi birahi
16. Tingkat konsentrasi
hormon P4 (nmol/L)
Interpretasi
< 1 Tidak tersedia KL; tidak ditemukan aktivitas pada ovarium
1 – 3 Tingkat konsentrasi hormon P4 yang meragukan, dapat diartikan
dengan berbagai macam keadaan reproduksi. Konfirmasi dari tenaga
medis / veteriner di lapangan diperlukan.
> 3 Terdapat kegiatan / aktivitas pada ovarium, dan dapat diartikan
sebagai kebuntingan.
17. Bagan perubahan konsentrasi hormon selama
siklus birahi pada ternak ruminansia yang dapat
dipantau dengan mendeteksi hormon
Progesteron (P4)
18. Kegagalan IB dapat segera diketahui
sebelum 3 minggu setelah dilakukan IB.
keadaan ini merupakan penghematan apabila
deteksi gagal, IB dilakukan secara
konvensional (rektal palpasi) yang baru
dapat diterapkan minimum 6 minggu setelah
IB (khususnya bagi ternak yang tidak
menunjukkan respon birahi kembali setelah
gagal IB).
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi dini
kegagalan IB
20. o Tidak adanya birahi setelah melahirkan dan
tidak dapat bunting setelah kelahiran
sebelumnya adalah merupakan contoh dari
kasus kelainan reproduksi ternak betina.
o Keadaan ini lebih cenderung disebabkan karena
adanya kelainan kinerja indung telur dan rahim
ternak betina
o RIA P4 dapat diaplikasikan untuk memantau
kealinan tersebut, sehingga antisipasi dapat
segera dilakukan dan ternak dapat segera pulih
dan normal untuk bisa ber-reproduksi kembali.
Teknologi RIA-P4
untuk diagnosis
kelainan reproduksi
ternak betina