SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
TEKNIK PROGESTERON UNTUK
PENINGKATAN KINERJA
REPRODUKSI DAN PRODUKSI
TERNAK
LATAR
BELAKANG
INSEMINASI
BUATAN
Manfaat RIA
Radioimmuno
assay
Pemanfaatan teknologi nuklir kali ini
lebih ditekankan pada bidang
peternakan, khususnya ternak ruminansia.
Hewan Ruminansia (memamah biak)
 Data terakhir menunjukkan kisaran kawin suntik
mencapai 85%, dari seluruh cara yang dapat
ditempuh untuk ternak menjadi bunting, sehingga
cukup efektif untuk program peningkatan efisiensi
reproduksi ternak sapi.
 Namun, dalam pelaksanaannya, keberhasilan
IB yang berhasil dipantau oelh Direktorat
Jenderal Peternakan barulah mencapai 45%.
Inseminasi buatan adalah proses bantuan
reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan
kateter ke dalam vagina (intracervical
insemination) atau rahim (intrauterine
insemination) pada saat ternak betina
mengalami ovulasi.
 Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi
penggunaan pejantan-pejantan unggul.
 Bagi peternak, IB dapat menghemat biaya dan
tenaga.
 IB merupakan cara terbaik mencegah
penyebaran penyakit veneral dan penyakit
menular (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis
dan Trichomoniasis)
 memungkinkan perkawinan antara ternak yang
sangat berbeda ukurannya (perkawinan sapi
bali dengan sapi brangus).
 Kemungkinan besar IB dapat menjadi
alat penyebar abnormalitas genetic
seperti pada sapi.
 IB tidak dapat digunakan dengan baik
pada semua jenis hewan.
 Inseminasi intrauterine pada sapi yang
bunting dapat menyebabkan
abortus.(ketidakmampuan fetus
sapi untuk bertahan hidup sebelum
waktunya dilahirkan).
 Dasar kerja radioimmunoassay adalah pengikatan
antigen progesteron yang terkandung dalam serum
dengan progesteron antibody spesifik yang di lapiskan
pada dinding tabung.
 Sisa anti bodi yang spesifik yang tidak diikat oleh antigen
progesteron sample akan mengikat 125 L . makin banyak
125 L yang terpecah berarti semakin sedikit kadar
progesteron di dalam saple.
 Bahan pereaksi dalam radioimmunoassay ialah antigen
radioaktif dan antibody spesifik.
Prinsip dasar radioimmunoasaay;
kompetisi antigen dengan antibodi.
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi birahi
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi dini
kegagalan IB
Teknologi RIA-P4
untuk diagnosis
kelainan reproduksi
ternak betina
• Siklus birahi (estrus) ternak betina dapat
dipindai dengan siklus birahi yang ditandai
dengan 2 lembah dan 1 gunung kurva
konsentrasi P4.
• Lembah yang mengapit gunung konsentrasi P4
merupakan saat terjadinya pelepasan sel
telur (ovulasi) dan diekpresikan oleh ternak
betina dengan birahi (estrus).
• interpretasi konsentrasi hormon P4 di bagi
menjadi 3 bagian seperti yang disajikan pada
table berikut ini.
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi birahi
Tingkat konsentrasi
hormon P4 (nmol/L)
Interpretasi
< 1 Tidak tersedia KL; tidak ditemukan aktivitas pada ovarium
1 – 3 Tingkat konsentrasi hormon P4 yang meragukan, dapat diartikan
dengan berbagai macam keadaan reproduksi. Konfirmasi dari tenaga
medis / veteriner di lapangan diperlukan.
> 3 Terdapat kegiatan / aktivitas pada ovarium, dan dapat diartikan
sebagai kebuntingan.
Bagan perubahan konsentrasi hormon selama
siklus birahi pada ternak ruminansia yang dapat
dipantau dengan mendeteksi hormon
Progesteron (P4)
 Kegagalan IB dapat segera diketahui
sebelum 3 minggu setelah dilakukan IB.
 keadaan ini merupakan penghematan apabila
deteksi gagal, IB dilakukan secara
konvensional (rektal palpasi) yang baru
dapat diterapkan minimum 6 minggu setelah
IB (khususnya bagi ternak yang tidak
menunjukkan respon birahi kembali setelah
gagal IB).
Teknologi RIA-P4
untuk deteksi dini
kegagalan IB
Profil hormon P4 yang digunakan untuk
menentukan saat IB
o Tidak adanya birahi setelah melahirkan dan
tidak dapat bunting setelah kelahiran
sebelumnya adalah merupakan contoh dari
kasus kelainan reproduksi ternak betina.
o Keadaan ini lebih cenderung disebabkan karena
adanya kelainan kinerja indung telur dan rahim
ternak betina
o RIA P4 dapat diaplikasikan untuk memantau
kealinan tersebut, sehingga antisipasi dapat
segera dilakukan dan ternak dapat segera pulih
dan normal untuk bisa ber-reproduksi kembali.
Teknologi RIA-P4
untuk diagnosis
kelainan reproduksi
ternak betina
Pelaksanaan IB terhadap ternak yang
birahi

More Related Content

Similar to Teknik Progesteron untuk Peningkatan Kinerja Reproduksi dan Produksi Ternak

Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Jajat Rohmana
 
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.ppt
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.pptIB Pada Sapi, kambing domba kerbau.ppt
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.pptAisyahKhairunNisa12
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Maulida Ratri
 
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptx
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptxMateri kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptx
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptxIndahBriannaKaylee
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014babarock
 
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...Tata Naipospos
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
 
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perah
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perahEfektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perah
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perahBBPP_Batu
 
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptx
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptxMEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptx
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptxdrpaulkhomanspog12
 
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasPendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasEmi Suhaemi
 
pemeriksaan beta HCG dan progesteron
pemeriksaan beta HCG dan progesteronpemeriksaan beta HCG dan progesteron
pemeriksaan beta HCG dan progesterondian lisnawati
 
Teknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broilerTeknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broilerRizki Nurichsan
 
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptx
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptxREFERAT PPT fisiologi persalinan.pptx
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptxKarinaWindya
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
 
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanTrias Nurwana
 
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Tata Naipospos
 

Similar to Teknik Progesteron untuk Peningkatan Kinerja Reproduksi dan Produksi Ternak (20)

Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2
 
INSEMINASI BUATAN upload.pptx
INSEMINASI BUATAN upload.pptxINSEMINASI BUATAN upload.pptx
INSEMINASI BUATAN upload.pptx
 
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.ppt
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.pptIB Pada Sapi, kambing domba kerbau.ppt
IB Pada Sapi, kambing domba kerbau.ppt
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
 
Prinsip Induksi Ovulasi
Prinsip Induksi OvulasiPrinsip Induksi Ovulasi
Prinsip Induksi Ovulasi
 
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptx
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptxMateri kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptx
Materi kuliah Manajemen Berahi Sapi1.pptx
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014
 
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...
Workshop Pembebasan Hog Cholera - Direktorat Kesehatan Hewan, Batam, 26-27 Ag...
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
 
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perah
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perahEfektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perah
Efektivitas albendazole terhadap infestasi cacing pada pedet sapi perah
 
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptx
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptxMEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptx
MEDAN-Ovarian Stimulation IUI 211123 A.pptx
 
EWS.pptx
EWS.pptxEWS.pptx
EWS.pptx
 
INFERTILITAS(1).pptx
INFERTILITAS(1).pptxINFERTILITAS(1).pptx
INFERTILITAS(1).pptx
 
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasPendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
 
pemeriksaan beta HCG dan progesteron
pemeriksaan beta HCG dan progesteronpemeriksaan beta HCG dan progesteron
pemeriksaan beta HCG dan progesteron
 
Teknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broilerTeknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broiler
 
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptx
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptxREFERAT PPT fisiologi persalinan.pptx
REFERAT PPT fisiologi persalinan.pptx
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
 
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
 

Recently uploaded

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

Teknik Progesteron untuk Peningkatan Kinerja Reproduksi dan Produksi Ternak

  • 1.
  • 2. TEKNIK PROGESTERON UNTUK PENINGKATAN KINERJA REPRODUKSI DAN PRODUKSI TERNAK
  • 3.
  • 4.
  • 6. Pemanfaatan teknologi nuklir kali ini lebih ditekankan pada bidang peternakan, khususnya ternak ruminansia. Hewan Ruminansia (memamah biak)
  • 7.  Data terakhir menunjukkan kisaran kawin suntik mencapai 85%, dari seluruh cara yang dapat ditempuh untuk ternak menjadi bunting, sehingga cukup efektif untuk program peningkatan efisiensi reproduksi ternak sapi.  Namun, dalam pelaksanaannya, keberhasilan IB yang berhasil dipantau oelh Direktorat Jenderal Peternakan barulah mencapai 45%.
  • 8. Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam vagina (intracervical insemination) atau rahim (intrauterine insemination) pada saat ternak betina mengalami ovulasi.
  • 9.
  • 10.  Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul.  Bagi peternak, IB dapat menghemat biaya dan tenaga.  IB merupakan cara terbaik mencegah penyebaran penyakit veneral dan penyakit menular (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis dan Trichomoniasis)  memungkinkan perkawinan antara ternak yang sangat berbeda ukurannya (perkawinan sapi bali dengan sapi brangus).
  • 11.  Kemungkinan besar IB dapat menjadi alat penyebar abnormalitas genetic seperti pada sapi.  IB tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis hewan.  Inseminasi intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus.(ketidakmampuan fetus sapi untuk bertahan hidup sebelum waktunya dilahirkan).
  • 12.  Dasar kerja radioimmunoassay adalah pengikatan antigen progesteron yang terkandung dalam serum dengan progesteron antibody spesifik yang di lapiskan pada dinding tabung.  Sisa anti bodi yang spesifik yang tidak diikat oleh antigen progesteron sample akan mengikat 125 L . makin banyak 125 L yang terpecah berarti semakin sedikit kadar progesteron di dalam saple.  Bahan pereaksi dalam radioimmunoassay ialah antigen radioaktif dan antibody spesifik.
  • 13. Prinsip dasar radioimmunoasaay; kompetisi antigen dengan antibodi.
  • 14. Teknologi RIA-P4 untuk deteksi birahi Teknologi RIA-P4 untuk deteksi dini kegagalan IB Teknologi RIA-P4 untuk diagnosis kelainan reproduksi ternak betina
  • 15. • Siklus birahi (estrus) ternak betina dapat dipindai dengan siklus birahi yang ditandai dengan 2 lembah dan 1 gunung kurva konsentrasi P4. • Lembah yang mengapit gunung konsentrasi P4 merupakan saat terjadinya pelepasan sel telur (ovulasi) dan diekpresikan oleh ternak betina dengan birahi (estrus). • interpretasi konsentrasi hormon P4 di bagi menjadi 3 bagian seperti yang disajikan pada table berikut ini. Teknologi RIA-P4 untuk deteksi birahi
  • 16. Tingkat konsentrasi hormon P4 (nmol/L) Interpretasi < 1 Tidak tersedia KL; tidak ditemukan aktivitas pada ovarium 1 – 3 Tingkat konsentrasi hormon P4 yang meragukan, dapat diartikan dengan berbagai macam keadaan reproduksi. Konfirmasi dari tenaga medis / veteriner di lapangan diperlukan. > 3 Terdapat kegiatan / aktivitas pada ovarium, dan dapat diartikan sebagai kebuntingan.
  • 17. Bagan perubahan konsentrasi hormon selama siklus birahi pada ternak ruminansia yang dapat dipantau dengan mendeteksi hormon Progesteron (P4)
  • 18.  Kegagalan IB dapat segera diketahui sebelum 3 minggu setelah dilakukan IB.  keadaan ini merupakan penghematan apabila deteksi gagal, IB dilakukan secara konvensional (rektal palpasi) yang baru dapat diterapkan minimum 6 minggu setelah IB (khususnya bagi ternak yang tidak menunjukkan respon birahi kembali setelah gagal IB). Teknologi RIA-P4 untuk deteksi dini kegagalan IB
  • 19. Profil hormon P4 yang digunakan untuk menentukan saat IB
  • 20. o Tidak adanya birahi setelah melahirkan dan tidak dapat bunting setelah kelahiran sebelumnya adalah merupakan contoh dari kasus kelainan reproduksi ternak betina. o Keadaan ini lebih cenderung disebabkan karena adanya kelainan kinerja indung telur dan rahim ternak betina o RIA P4 dapat diaplikasikan untuk memantau kealinan tersebut, sehingga antisipasi dapat segera dilakukan dan ternak dapat segera pulih dan normal untuk bisa ber-reproduksi kembali. Teknologi RIA-P4 untuk diagnosis kelainan reproduksi ternak betina
  • 21. Pelaksanaan IB terhadap ternak yang birahi