SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN TEMPURUNG
DAN CANGKANG BIJI KARET DENGAN BATUBARA
PERINGKAT RENDAH
Diyoeshy Rizqi Patria, Redho Pratama Putra, Elda Melwita*
*
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32-Indralaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662
Emaile_melwita@yahoo.com
Abstrak
Limbah pertanian di Indonesia sangat melimpah tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal, seperti
tempurung dan cangkang biji karet (para). Dengan menggunakan teknologi alternatif maka limbah dapat
dimanfaatkan dan bernilai ekonomis sebagai sumber energi alternatif penganti BBM. Proses pembuatan
biobriket pada penelitian ini dengan variabel bebas yaitu suhu karbonisasi 350o
C, 400o
C, 450o
C, dan
500o
C dan komposisi 50% : 50%, 25% : 25% : 50%, 35% : 35% : 30% (campuran arang cangkang, biji
karet, dan batubara). Variabel tetap yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu pengeringan 80o
C dan
perekat 15% dari tiap campuran biobriket. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai kalor biobriket
dengan cara karbonisasi dengan menambahkan batubara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nialai
kalor yang paling tinggi diperoleh pada variabel suhu karbonisasi 500o
C, komposisi campuran arang
tempurung, cangkang biji karet dan batubara 25% : 25% : 50% memiliki nilai kalor sebesar 6611 kal/gr.
Serta untuk uji bakar terbaik adalah campuran arang tempurung, cangkang dan biji karet pada suhu
karbonisasi 500o
C dengan klasifikasi mudah menyala, api merah kebiruan dan asap berwarna abu-abu
tidak terlalu banyak.
Kata Kunci : Biobriket, Limbah Biji Karet, Nilai Kalor
Abstract
Agricultural waste in Indonesia is very abundant but not used optimally, such as shells and shell rubber
seed (the). By using alternative technology, the waste can be utilized and economic value as a source of
alternative energy fuel substitute. Bio-briquttes making process in this study by the independent variables
are temperature carbonization 350o
C, 400o
C, 450o
C, and 500o
C and composition of 50%: 50%, 25%:
25%: 50%, 35%: 35%: 30% (a mixture of shell charcoal, rubber seed, and coal). Fixed variables used in
this study is the drying temperature 80 ° C and 15% of each adhesive mixture Bio-briquttes. The purpose
of this research is to increase the calorific value biobriket manner by adding coal carbonization. The
results showed that the highest calorific values to be obtained at variable temperature carbonization
500o
C, the composition of the mixture of charcoal, rubber seed shell and coal 25%: 25%: 50% have a
calorific value of 6611 cal/g. As well as to test the best fuel is a mixture of charcoal, shell and rubber seed
carbonization temperature 500o
C with flammable classification, bluish red flames and smoke gray is not
too much.
Keywords: Bio-briquttes, Calorific Value, Waste Rubber Seeds
2
1. PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya kebutuhan
energi di masyarakat Indonesia
menyebabkan eksploitasi besar-besaran pada
sumber energi fosil yang sampai saat ini
masih menjadi sumber energi utama. Untuk
mengantisipasi hal itu diupayakan
pemanfaatan energi dari sumber baru
terbarukan sebagai bahan bakar alternatif
pengganti bahan bakar minyak (BBM).
Bahan baku untuk sumber energi alternatif
akan lebih baik apabila berasal dari limbah,
sehingga dapat menurunkan biaya produksi
dan mengurangi efek negatif penumpukkan
limbah terhadap lingkungan. Salah satu
energi baru terbarukan yang jumlahnya
melimpah dan belum dimanfaatkan secara
optimal adalah biomassa dari kulit biji karet,
contohnya dengan dijadikan briket.
Briket adalah bahan bakar alternatif
yang menyerupai arang tetapi
terbuat/tersusun dari bahan non kayu.
Banyak bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan briket,
contohnya sekam padi, jerami, tempurung
kelapa, serbuk gergaji, dan lain-lain. (Yusuf,
2013)
Tanaman karet mempunyai nama latin
Hevea Brasiliensis yang merupakan
tanaman asli Brazil. Tanaman karet
merupakan tanaman tahunan yang dapat
hidup sampai sekitar 30 tahun. Di Indonesia
khususnya Sumatera Selatan banyak sekali
perkebunan-perkebunan karet yang
dijadikan sebagai bahan utama penghasil
lateks. Luas areal perkebunan karet di
Sumatera Selatan hampir 1 juta hektar.
Sekitar 900.000 Ha adalah perkebunan
rakyat, dan selebihnya dikelola oleh
perkebunan swasta. Jumlah biji karet yang
dihasilkan dari satu hektar tanaman sangat
bervariasi, yaitu sekitar 3.000 – 450.000
butir/ha/tahun.
Salah satu limbah pertanian dari
perkebunan karet yaitu biji karet. Biji karet
terdiri dari kulit/cangkang, tempurung, serta
daging buah. Daging buah biji karet
memiliki kandungan minyak 40 – 50 %
berat yang berpotensi sebagai bahan baku
dalam pembuatan biodiesel. Daging buah
biji karet juga dapat diolah menjadi
biokerosin sebagai pengganti minyak tanah.
Tempurung dan cangkang biji karet juga
berpotensi untuk diolah menjadi bahan bakar
alternatif pengganti bahan bakar minyak
(BBM).
Dari uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk memanfaatkan tempurung dan
cangkang biji karet sebagai biobriket.
Peneliti juga mencampurkan tempurung dan
cangkang biji karet dengan batu bara agar
kualitas biobriket meningkat dan memiliki
nilai kalor yang tinggi. Dalam hal ini juga
diharapkan agar tempurung dan cangkang
biji karet ini dapat dimanfaatkan dengan
cara diolah menjadi biobriket dengan
memvariasikan komposisi tempurung dan
cangkang biji karet dengan batubara yang
nantinya akan dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif.
2. METODOLOGI PELAKSANAAN
Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah
1) Arang limbah tempurung, cangkang biji
karet dan batubara
Arang karbonisasi diperoleh dari limbah
tempurung dan cangkang biji karet yang
diperoleh dari Perkebunan Karet di
Prabumulih, Sumatera Selatan. Bahan baku
tambahan yang digunakan adalah Batubara
Peringkat Rendah yang berasal dari PT.
Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera
Selatan. Bahan baku yang diperoleh di
potong kecil-kecil kemudian di karbonisasi
dan diayak menggunakan alat pengayak.
2) Lem Tepung Kanji
Tepung tapioka yang diperoleh dari
pasar tradisional di Palembang. Lem dibuat
dengan komposisi perbandingan antara
tepung dan air 2:5. Campuran tepung dan
aquadest diaduk hingga rata kemudian
ditambahkan NaOH 0,1 M kemudian
diaduk lagi hingga rata sampai mengental
dan lem siap digunakan.
3) Aquadest
Aquades berupa cairan bening, tidak
berbau, tidak bewarna dan memiliki densitas
98 gr/ml. Didapat dari Laboratorium Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera
Selatan. Alat yang digunakan adalah alat
pencetak briket, bomb calorimeter, oven,
dan furnace.
Prosedur Percobaan
Arang yang telah terbentuk dari proses
karbonisasi diambil dengan berat komposisi
terntetu antara arang dan perekat. Setelah
dicetak, briket bioarang di oven sampai berat
3
briket bioarang konstan. Selanjutnya briket
bioarang dilakukan analisa proksimat
meliputi kadar air, kadar volatile matter,
kadar abu, kadarfixed carbon, dan nilai
kalor.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku utama yang digunakan
dalam penelitian ini tempurung dan
cangkang biji karet. Biji Karet diperoleh dari
limbah pertanian, dari perkebunan karet
didaerah Prabumulih, Sumatera Selatan.
Sedangkan bahan baku tambahan yang
digunakan adalah batu bara jenis lignit yang
berasal dari PT. Bukit Asam, Tanjung Enim,
Sumatera Selatan. Sebelum diolah menjadi
biobriket, tempurung dan cangkang biji
karet terlebih dahulu mengalami proses
karbonisasi.
Penelitian Pengaruh Komposisi Biobriket
Terhadap Karakteristik Biobriket
Tabel di bawah ini merupakan hasil
analisa dari 3 komposisi campuran arang
biobriket tempurung, cangkang biji karet
dengan batu bara pada suhu karbonisasi 500
o
C.
Tabel 1. Hasil Analisa Biobriket pada
Suhu 500 o
C
Dari data hasil analisa di atas, terlihat
Bahwa dari 3 komposisi arang pada
suhu 500 o
C menunjukkan bahwa biobriket
terbaik terdapat pada komposisi bahan
Campuran Tempurung, Cangkang Biji Karet
dan Batu bara (25 : 25 : 50) dengan nilai
kalor 6611 cal/gr. Seiring meningkatnya
proporsi Batubara, maka semakin tinggi
nilai kalor yang dihasilkan.
Tabel 2. Hasil Analisa Biobriket (Campuran
Tempurung, Cangkang Biji Karet dan Batu
bara dengan Komposisi 25 : 25 : 50)
Tabel di atas menunjukkan pengaruh
suhu terhadap kualitas biobriket pada
komposisi Campuran Tempurung, Cangkang
Biji Karet dan Batu bara (25 : 25 : 50).
Biobriket dengan kondisi optimum terdapat
pada suhu karbonisasi 500 o
C. Semakin
tinggi suhu karbonisasi, maka nilai kalor
biobriket yang dihasilkan semakin besar.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu
karbonisasi, maka pembentukan arang dalam
proses pirolisis dapat berlangsung lebih
sempurna, sehingga proses penguraian
biomassa menjadi arang lebih sempurna.
Berdasarkan analisa biobriket dari
tempurung, cangkang biji karet dan batu
bara dengan nilai kalor tertinggi yang
didapatkan sudah sesuai dengan standar SNI
01-6235-2000.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa proksimat yang didapat adalah
nilai kalor (calorific value), kadar air lembab
(inherent moisture), kadar abu (ash), kadar
zat terbang (volatile matter), kadar karbon
padat (fixed carbon).
a. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi
terhadap Nilai Kalor (CV)
Pada Gambar 1, dapat dilihat nilai
kalor yang tertinggi yaitu pada suhu
karbonisasi 500 o
C dengan campuran arang
tempurung, cangkang biji karet dan batu
bara (25 : 25 : 50) sebesar 6611 cal/gr,
sedangkan nilai kalor terendah yaitu pada
suhu karbonisasi 350 o
C sebesar 6441 cal/gr.
4
Gambar 1. Hubungan Antara Suh
Karbonisasi terhadap Nilai Kalor
Gambar 1 terlihat hubungan antara
suhu karbonisasi 350 – 500 o
C terhadap nilai
kalor, dimana terjadi peningkatan pada suhu
500 o
C. Hal ini dapat terjadi karena pada
suhu 350 o
C arang tempurung dan cangkang
biji karet belum terkarbonisasi dengan
sempurna dan memiliki kadar zat terbang
yang tinggi, yang dapat mempengaruhi nilai
kalor menjadi rendah. Nilai kalor juga
dipengaruhi oleh tinggi dan rendahnya fixed
carbon, jika fixed carbon tinggi maka nilai
kalor juga akan tinggi. Selain itu kualitas
biobriket juga dipengaruhi oleh kadar air
dan kadar abu di dalam biobriket, semakin
rendah kadar air dan kadar abu di dalam
biobriket maka nilai kalor semakin tinggi.
Berdasarkan analisa biobriket dari
tempurung, cangkang biji karet dan batu
bara dengan nilai kalor tertinggi yang
didapatkan sudah sesuai dengan standar SNI
01-6235-2000.
b. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi
terhadap Kadar Air (IM)
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa
nilai kadar air biobriket dari tempurung,
cangkang biji karet dan batubara
menggunakan perekat tepung tapioka
semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya suhu karbonisasi, yaitu
berkisar antara 5 – 6 %. Dimana nilai kadar
air tertinggi terdapat pada biobriket dengan
suhu karbonisasi 350 o
C dan nilai kadar air
terendah terdapat pada biobriket dengan
suhu karbonisasi 500 o
C.
Gambar 2. Hubungan Antara Suhu
Karbonisasi terhadap Nilai Kalor
Gambar 2 terlihat bahwa kadar air
cenderung mengalami penurunan untuk
setiap kenaikan suhu karbonisasi. Hal ini
terjadi karena pada saat bahan baku utama
dikarbonisasi kadar air yang terdapat di
dalam bahan akan keluar. Dimana semakin
tinggi suhu karbonisasi maka kadar air yang
menguap dari bahan akan semakin banyak.
Dengan kata lain, semakin tinggi suhu
karbonisasi menyebabkan kadar air pada
bahan baku utama maupun bahan baku
tambahan memiliki kecenderungan semakin
menurun.
c. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi
terhadap Kadar Abu (Ash)
Pada Gambar 3, berkisar antara 3 –
4%. Terlihat bahwa kadar abu tertinggi
biobriket dari tempurung, cangkang biji
karet dan batu bara dengan komposisi T + C
+ BB (25 : 25 : 50) yaitu sebesar 4,14%
pada suhu 500 o
C, sedangkan kadar abu
terendah pada biobriket pada suhu 350 o
C
yaitu sebesar 3,54%.
Gambar 3. Hubungan Antara Suhu
Karbonisasi terhadap Kadar Abu
Dari gambar 3 terlihat bahwa seiring dengan
semakin tingginya suhu karbonisasi maka
5
kecenderungan kadar abu akan semakin
meningkat. Hal ini terjadi karena semakin
tinggi suhu karbonisasi akan mengakibatkan
banyaknya bahan yang terbakar menjadi abu
sehingga hubungan antara kenaikan suhu
karbonisasi terhadap kadar abu akan
sebanding. Hasil analisa kadar abu
menunjukkan biobriket dari tempurung,
cangkang biji karet dan batu bara memenuhi
standar SNI 01-6235-2000.
d. Hubungan Antara Suhu Korbonisasi
terhadap Kadar Zat Terbang (VM)
Dari gambar 4, dapat dilihat bahwa
kadar zat terbang paling tinggi terdapat pada
suhu karbonisasi 350 o
C yaitu sebesar
28,32% dan terus menurun hingga mencapai
angka 20,88% pada suhu karbonisasi 500
o
C.
Gambar 4. Hubungan Antara Suhu
Karbonisasi terhadap Kadar Abu
Dari gambar 4, terlihat bahwa seiring
dengan semakin tingginya suhu karbonisasi,
maka kecenderungan kadar zat terbang
semakin menurun. Hal ini terjadi karena
pada saat bahan baku dikarbonisasi, zat
terbang yang terdapat di dalamnya akan
menguap keluar dari bahan tersebut. Dalam
hal ini semakin tinggi suhu karbonisasi
maka jumlah zat terbang yang menguap dari
bahan baku akan semakin banyak. Oleh
karena itu, semakin tinggi suhu karbonisasi
menyebabkan kadar zat terbang (volatile
matter) memiliki kecenderungan semakin
menurun.
e. Hubungan Antara Suhu Korbonisasi
terhadap Kadar Karbon Padat (FC)
Karbon padat (fixed carbon) dalam
arang adalah unsur (karbon) yang
merupakan bahan yang dapat dibakar atau
dioksidasi oleh oksigen dari udara. Kadar
karbon padat dalam arang akan sangat
berpengaruh terhadap waktu pembakaran
dan nilai kalor dari biobriket yang dibuat.
Apabila kadar karbon padat dalam arang
semakin besar, maka waktu pembakaran
biobriket akan semakin lama dan nilai kalor
yang dihasilkan akan semakin besar.
Gambar 5. Hubungan Antara Suhu
Karbonisasi terhadap Kadar Abu
Dari gambar 5, terlihat bahwa semakin
tinggi suhu karbonisasi maka kadar fixed
carbon akan semakin besar. Hal ini dapat
disebabkan karena ketika bahan baku
dikarbonisasi maka volatile matter dan kadar
air akan berkurang, sehingga dengan
semakin tingginya suhu karbonisasi maka
kandungan volatile matter dan kadar air
dalam arang juga akan semakin banyak
berkurang, dan menyebabkan kadar karbon
padat yang terdapat di dalam arang akan
semakin banyak.
Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa
kandungan fixed carbon tertinggi diperoleh
pada perbandingan komposisi campuran
tempurung, cangkang biji karet dan batu
bara (25 : 25 : 50) dengan suhu karbonisasi
500o
C yaitu sebesar 69,55%. Sehingga
biobriket yang dihasilkan sesuai standar SNI
01-6235-2000 yaitu memiliki nilai karbon
terikat (fixed carbon) maksimal 77%.
f. Uji Pembakaran
Uji pembakaran merupakan pengujian
atau analisa briket yang dilakukan dengan
membakar briket untuk mengetahui lamanya
waktu penyalaan, lamanya waktu
pembakaran briket, warna api, dan warna
asap itu sendiri. Analisa ini yang hanya
dilakukan pada briket bioarang yang
memiliki kualifikasi nilai kalor paling tinggi.
Langkah awal pengujian atau analisa
yang dilakukan dengan membakar briket
dengan nyala lilin. Satu buah briket
langsung di bakar di atas lilin dan satu buah
briket lagi direndam dengan minyak tanah
6
selama 10 menit untuk mempermudah
proses menghidupkan briket. Kemudian
briket diletakkan pada porselen yang terbuat
dari kramik. Selain data uji bakar, dilakukan
juga uji pemanfaatan briket dengan cara
memanaskan air. Media yang digunakan
adalah air sebanyak 50 ml yang di masukkan
kedalam beker gelas dan diletakkan diatas
porselen. Data yang di dapatkan dari uji
pembakaran dan uji pemanfaatan briket
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisa Uji Pembakaran
Tabel 4. Hasil Analisa Uji Pemanfaatan
Biobriket
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa
biobriket yang memiliki kualifikasi terbaik
untuk uji pembakaran adalah biobriket pada
suhu karbonisasi 500 o
C dikarenakan pada
suhu tersebut biobriket lebih mudah menyala
dengan warna api merah kebiruan serta
emisi gas buangnya tidak terlalu banyak.
Sedangkan Pada tabel 4. dapat dilihat
bahwa biobriket pada suhu karbonisasi 500
o
C lebih cepat memanaskan air. Hal ini
disebabkan nilai kalornya lebih tinggi
dibandingkan dengan biobriket lainnya.
4. KESIMPULAN
a. Komposisi terbaik adalah biobriket
campuran Tempurung, Cangkang Biji
Karet dan Batu bara perbandingan 25 :
25 : 50 pada suhu karbonisasi 500 o
C
dengan nilai kalor sebesar 6611 kal/gr.
b. Semakin tinggi suhu karbonisasi, maka
nilai kalor yang dihasilkan semakin
tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi suhu karbonisasi, maka
pembentukan arang dalam proses
pirolisis dapat berlangsung lebih
sempurna.
c. Suhu optimal proses karbonisasi untuk
pembuatan biobriket dari Tempurung
dan Cangkang Biji Karet adalah 500 o
C
karena pada suhu ini bahan tersebut
mempunyai nilai kalor yang lebih
tinggi dari pada suhu karbonisasi
lainnya.
d. Penambahan batu bara akan
meningkatkan kualitas biobriket,
dimana biobriket yang dihasilkan
secara keseluruhan menghasilkan
kenaikan kalor sekitar 300 – 400 cal/gr
atu 5 – 6% dari biobriket campuran
Tempurung dan Cangkang Biji Karet.
Saran
Setelah melakukan penelitian ini, untuk
perbaikan dimasa mendatang perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1. Suhu karbonisasi yang lebih tinggi ( ˃
500 0
C ) untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal pada penelitian
berikutnya.
2. Penggunaan perekat (Strach) lebih
bervariasi untuk mendapatkan hasil
yang lebih optimal dan spesifik pada
penelitian berikutnya.
3. Penambahan analisa untuk
mendapatkan kualitas yang lebih
optimal dan spesifik pada penelitian
berikutnya.
4. Menguji daya tekan biobriket untuk
mengetahui kekerasan dari biobriket
7
agar didapat biobriket yang tidak
mudah pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto dan Moh. Rizal. 2011. Pengaruh
Jenis dan Kadar Bahan Perekat pada
Pembuatan Briket Blotong sebagai
Bahan Bakar Alternatif. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar
mutu briket di pasaran (SNI 1-6235-
200). Jakarta
Hartanto, Feri Puji dan Fathul Alim. 2010.
Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis
Sekam Padi untuk Menghasilkan
Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai
Bahan Bakar Alternatif. Universitas
Dipenegoro. Semarang
Hartoyo, J dan H. Roliandi. 1978.
Percobaan Pembuatan Briket
Bioarang dari Lima Jenis Kayu.
Laporan Penelitian Lembaga Hasil
Hutan. Bogor
Inalawati dan Riztamala Diana. 2013.
Pembuatan Briket Arang dari Buah
Nyamplung. Universitas Sriwijaya.
Palembang
Khaidirsyah dan M. Delftian K. 2007.
Pembuatan Biobriket Campuran
Bioarang Limbah Tongkol Jagung.
Universitas Sriwijaya. Palembang
Maisari, Dwi Ayu dan Meylissa Pri A. 2007.
Pembuatan Briket dari Campuran
Bioarang Tempurung Kelapa dengan
Batubara Peringkat Rendah.
Universitas Sriwijaya. Palembang
Michael dan Bazlina Dawami Afrah. 2011.
Briket Bioarang Campuran Tandan
Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit
dengan Batubara Jenis Lignit
Alternatif Pengganti BBM. Universitas
Sriwijaya. Indralaya
Roziqin, Achmad Zainur., Rose Mutiara
Aktaviani dan Siti Aisah. 2014.
Pengaruh Jenis Bahan Perekat Pada
Pembuatan Briket Bioarang dan Briket
Non Bioarang Limbah Ampas Tebu
sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Universitas Jember. Jember
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang
dari Campuran Serbuk Gergajian
Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.)
dan Sengon (Paraserianthes falcataria
L. Nielsen) dengan Penambahan
Tempurung Kelapa (Cocos nurcifera
L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Trisasiwi, Wiludjeng dan Ropiudin. 2013.
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Masyarakat Dalam
Pemanfaatan Limbah Biodiesel Jarak
Pagar dan Nyamplung untuk
Pembuatan Briket Arang. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto
Vinsiah, Rananda., Andi Suharman dan
Desi. 2014. Pembuatan Karbon Aktif
dari Cangkang Kulit Buah Karet
(Hevea Brasilliensis). Universitas
Sriwijaya. Indralaya
Wibowo, Ari Setio. 2009. Kajian Pengaruh
Komposisi dan Perekat Pada
Pembuatan Briket Sekam Padi
Terhadap Kalor yang Dihasilkan.
Universitas Dipenegoro. Semarang
Wilasita, Dylla Chandra dan Ragil
Purwaningsih. 2012. Pemanfaatan
Limbah Tongkol Jagung dan
Tempurung Kelapa Menjadi Briket
Sebagai Sumber Energi Alternatif
dengan Proses Karbonisasi dan Non-
Karbonisasi. Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya
Yuliani, Fitri., Mira Primasari., Orchidea
Rachmaniah dan M. Rachimoellah.
2006. Pengaruh Katalis Asam (H2SO4)
dan Suhu Reaksi pada Reaksi
Esterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea
Brasiliensis) Menjadi Biodiesel.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya
Yusuf, Andi Ardan. 2010. Kegunaan Briket
Batubara. Universitas Muslim
Indonesia.
Yusuf, Sofyan. 2013. Briket, Energi
Terbarukan Pengganti Batu Bara.
(http://muslimengineer1453.blogspot.c
om/2013/03/briket-energi-terbarukan -
pengganti-batu_16.htm?m=1) Diakses
pada tanggal 25 September 2

More Related Content

What's hot

Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayBambang Afrinaldi
 
Riset dan Optimasi Proses
Riset dan Optimasi ProsesRiset dan Optimasi Proses
Riset dan Optimasi ProsesCuyek Iu
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...Eka Novitasari
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaIlmianisa Azizah
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasIbenk Hallen
 
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...Nurul Huda
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...Linda Rosita
 

What's hot (14)

Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
 
Riset dan Optimasi Proses
Riset dan Optimasi ProsesRiset dan Optimasi Proses
Riset dan Optimasi Proses
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
 
4
44
4
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
 
Co2 internal
Co2 internalCo2 internal
Co2 internal
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...
(REVIEW JURNAL) ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN B...
 
2501 3310-1-sm
2501 3310-1-sm2501 3310-1-sm
2501 3310-1-sm
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
Tc 4
Tc 4Tc 4
Tc 4
 
Ddb asli
Ddb asliDdb asli
Ddb asli
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
Jarak
JarakJarak
Jarak
 

Viewers also liked

Batubara dan pemanfaatannya
Batubara dan pemanfaatannyaBatubara dan pemanfaatannya
Batubara dan pemanfaatannyayogik irawan
 
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu Bara
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu BaraKimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu Bara
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu BaraNA
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarWahyu Ikhsan
 
Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]Awan Bujel
 
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013Dephianaa Zezazeo
 
Presentasi mengenai Minyak Bumi
Presentasi mengenai Minyak BumiPresentasi mengenai Minyak Bumi
Presentasi mengenai Minyak BumiDanu Danari
 

Viewers also liked (7)

Batubara dan pemanfaatannya
Batubara dan pemanfaatannyaBatubara dan pemanfaatannya
Batubara dan pemanfaatannya
 
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu Bara
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu BaraKimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu Bara
Kimia XII SMK Komposisi Gas Alam, Minyak Bumi dan Batu Bara
 
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakarBriket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
Briket sabut kelapa sebagai alternatif bahan bakar
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]
 
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013
Presentasi minyak bumi besok 15 05 2013
 
Presentasi mengenai Minyak Bumi
Presentasi mengenai Minyak BumiPresentasi mengenai Minyak Bumi
Presentasi mengenai Minyak Bumi
 

Similar to 200 653-1-pb

Proposal Skripsi ppt.pptx
Proposal Skripsi ppt.pptxProposal Skripsi ppt.pptx
Proposal Skripsi ppt.pptxHelen123Smra
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfananganang17031998
 
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxProposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxnashrul chanief hidayat
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Lailan Ni'mah
 
26.jurnal briket
26.jurnal briket26.jurnal briket
26.jurnal briketauliglesias
 
Review Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriReview Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriAnggi Indrianti
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiPUjo Kh
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
Ringkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsimRingkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsimWildan Wafiyudin
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukAnggi Dharma Roesadi
 
tugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanoltugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanolAila Yumeko
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...Repository Ipb
 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxAdam Superman
 
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBagas Prayitna
 
Kayu sebagai bahan bakar
Kayu sebagai bahan bakarKayu sebagai bahan bakar
Kayu sebagai bahan bakarDwi Ist
 

Similar to 200 653-1-pb (20)

Proposal Skripsi ppt.pptx
Proposal Skripsi ppt.pptxProposal Skripsi ppt.pptx
Proposal Skripsi ppt.pptx
 
Jurnal briket arang
Jurnal briket arangJurnal briket arang
Jurnal briket arang
 
Bab 1 puput
Bab 1   puputBab 1   puput
Bab 1 puput
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
 
4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)
 
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxProposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
 
26.jurnal briket
26.jurnal briket26.jurnal briket
26.jurnal briket
 
Review Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriReview Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia Industri
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
Ringkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsimRingkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsim
 
Ppt krbon aktif
Ppt krbon aktifPpt krbon aktif
Ppt krbon aktif
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busuk
 
tugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanoltugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanol
 
16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
 
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
 
Kayu sebagai bahan bakar
Kayu sebagai bahan bakarKayu sebagai bahan bakar
Kayu sebagai bahan bakar
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

200 653-1-pb

  • 1. 1 PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN TEMPURUNG DAN CANGKANG BIJI KARET DENGAN BATUBARA PERINGKAT RENDAH Diyoeshy Rizqi Patria, Redho Pratama Putra, Elda Melwita* * Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32-Indralaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662 Emaile_melwita@yahoo.com Abstrak Limbah pertanian di Indonesia sangat melimpah tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal, seperti tempurung dan cangkang biji karet (para). Dengan menggunakan teknologi alternatif maka limbah dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis sebagai sumber energi alternatif penganti BBM. Proses pembuatan biobriket pada penelitian ini dengan variabel bebas yaitu suhu karbonisasi 350o C, 400o C, 450o C, dan 500o C dan komposisi 50% : 50%, 25% : 25% : 50%, 35% : 35% : 30% (campuran arang cangkang, biji karet, dan batubara). Variabel tetap yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu pengeringan 80o C dan perekat 15% dari tiap campuran biobriket. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai kalor biobriket dengan cara karbonisasi dengan menambahkan batubara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nialai kalor yang paling tinggi diperoleh pada variabel suhu karbonisasi 500o C, komposisi campuran arang tempurung, cangkang biji karet dan batubara 25% : 25% : 50% memiliki nilai kalor sebesar 6611 kal/gr. Serta untuk uji bakar terbaik adalah campuran arang tempurung, cangkang dan biji karet pada suhu karbonisasi 500o C dengan klasifikasi mudah menyala, api merah kebiruan dan asap berwarna abu-abu tidak terlalu banyak. Kata Kunci : Biobriket, Limbah Biji Karet, Nilai Kalor Abstract Agricultural waste in Indonesia is very abundant but not used optimally, such as shells and shell rubber seed (the). By using alternative technology, the waste can be utilized and economic value as a source of alternative energy fuel substitute. Bio-briquttes making process in this study by the independent variables are temperature carbonization 350o C, 400o C, 450o C, and 500o C and composition of 50%: 50%, 25%: 25%: 50%, 35%: 35%: 30% (a mixture of shell charcoal, rubber seed, and coal). Fixed variables used in this study is the drying temperature 80 ° C and 15% of each adhesive mixture Bio-briquttes. The purpose of this research is to increase the calorific value biobriket manner by adding coal carbonization. The results showed that the highest calorific values to be obtained at variable temperature carbonization 500o C, the composition of the mixture of charcoal, rubber seed shell and coal 25%: 25%: 50% have a calorific value of 6611 cal/g. As well as to test the best fuel is a mixture of charcoal, shell and rubber seed carbonization temperature 500o C with flammable classification, bluish red flames and smoke gray is not too much. Keywords: Bio-briquttes, Calorific Value, Waste Rubber Seeds
  • 2. 2 1. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya kebutuhan energi di masyarakat Indonesia menyebabkan eksploitasi besar-besaran pada sumber energi fosil yang sampai saat ini masih menjadi sumber energi utama. Untuk mengantisipasi hal itu diupayakan pemanfaatan energi dari sumber baru terbarukan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Bahan baku untuk sumber energi alternatif akan lebih baik apabila berasal dari limbah, sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan mengurangi efek negatif penumpukkan limbah terhadap lingkungan. Salah satu energi baru terbarukan yang jumlahnya melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah biomassa dari kulit biji karet, contohnya dengan dijadikan briket. Briket adalah bahan bakar alternatif yang menyerupai arang tetapi terbuat/tersusun dari bahan non kayu. Banyak bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket, contohnya sekam padi, jerami, tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan lain-lain. (Yusuf, 2013) Tanaman karet mempunyai nama latin Hevea Brasiliensis yang merupakan tanaman asli Brazil. Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai sekitar 30 tahun. Di Indonesia khususnya Sumatera Selatan banyak sekali perkebunan-perkebunan karet yang dijadikan sebagai bahan utama penghasil lateks. Luas areal perkebunan karet di Sumatera Selatan hampir 1 juta hektar. Sekitar 900.000 Ha adalah perkebunan rakyat, dan selebihnya dikelola oleh perkebunan swasta. Jumlah biji karet yang dihasilkan dari satu hektar tanaman sangat bervariasi, yaitu sekitar 3.000 – 450.000 butir/ha/tahun. Salah satu limbah pertanian dari perkebunan karet yaitu biji karet. Biji karet terdiri dari kulit/cangkang, tempurung, serta daging buah. Daging buah biji karet memiliki kandungan minyak 40 – 50 % berat yang berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Daging buah biji karet juga dapat diolah menjadi biokerosin sebagai pengganti minyak tanah. Tempurung dan cangkang biji karet juga berpotensi untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan tempurung dan cangkang biji karet sebagai biobriket. Peneliti juga mencampurkan tempurung dan cangkang biji karet dengan batu bara agar kualitas biobriket meningkat dan memiliki nilai kalor yang tinggi. Dalam hal ini juga diharapkan agar tempurung dan cangkang biji karet ini dapat dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi biobriket dengan memvariasikan komposisi tempurung dan cangkang biji karet dengan batubara yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. 2. METODOLOGI PELAKSANAAN Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 1) Arang limbah tempurung, cangkang biji karet dan batubara Arang karbonisasi diperoleh dari limbah tempurung dan cangkang biji karet yang diperoleh dari Perkebunan Karet di Prabumulih, Sumatera Selatan. Bahan baku tambahan yang digunakan adalah Batubara Peringkat Rendah yang berasal dari PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Bahan baku yang diperoleh di potong kecil-kecil kemudian di karbonisasi dan diayak menggunakan alat pengayak. 2) Lem Tepung Kanji Tepung tapioka yang diperoleh dari pasar tradisional di Palembang. Lem dibuat dengan komposisi perbandingan antara tepung dan air 2:5. Campuran tepung dan aquadest diaduk hingga rata kemudian ditambahkan NaOH 0,1 M kemudian diaduk lagi hingga rata sampai mengental dan lem siap digunakan. 3) Aquadest Aquades berupa cairan bening, tidak berbau, tidak bewarna dan memiliki densitas 98 gr/ml. Didapat dari Laboratorium Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Selatan. Alat yang digunakan adalah alat pencetak briket, bomb calorimeter, oven, dan furnace. Prosedur Percobaan Arang yang telah terbentuk dari proses karbonisasi diambil dengan berat komposisi terntetu antara arang dan perekat. Setelah dicetak, briket bioarang di oven sampai berat
  • 3. 3 briket bioarang konstan. Selanjutnya briket bioarang dilakukan analisa proksimat meliputi kadar air, kadar volatile matter, kadar abu, kadarfixed carbon, dan nilai kalor. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini tempurung dan cangkang biji karet. Biji Karet diperoleh dari limbah pertanian, dari perkebunan karet didaerah Prabumulih, Sumatera Selatan. Sedangkan bahan baku tambahan yang digunakan adalah batu bara jenis lignit yang berasal dari PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Sebelum diolah menjadi biobriket, tempurung dan cangkang biji karet terlebih dahulu mengalami proses karbonisasi. Penelitian Pengaruh Komposisi Biobriket Terhadap Karakteristik Biobriket Tabel di bawah ini merupakan hasil analisa dari 3 komposisi campuran arang biobriket tempurung, cangkang biji karet dengan batu bara pada suhu karbonisasi 500 o C. Tabel 1. Hasil Analisa Biobriket pada Suhu 500 o C Dari data hasil analisa di atas, terlihat Bahwa dari 3 komposisi arang pada suhu 500 o C menunjukkan bahwa biobriket terbaik terdapat pada komposisi bahan Campuran Tempurung, Cangkang Biji Karet dan Batu bara (25 : 25 : 50) dengan nilai kalor 6611 cal/gr. Seiring meningkatnya proporsi Batubara, maka semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan. Tabel 2. Hasil Analisa Biobriket (Campuran Tempurung, Cangkang Biji Karet dan Batu bara dengan Komposisi 25 : 25 : 50) Tabel di atas menunjukkan pengaruh suhu terhadap kualitas biobriket pada komposisi Campuran Tempurung, Cangkang Biji Karet dan Batu bara (25 : 25 : 50). Biobriket dengan kondisi optimum terdapat pada suhu karbonisasi 500 o C. Semakin tinggi suhu karbonisasi, maka nilai kalor biobriket yang dihasilkan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu karbonisasi, maka pembentukan arang dalam proses pirolisis dapat berlangsung lebih sempurna, sehingga proses penguraian biomassa menjadi arang lebih sempurna. Berdasarkan analisa biobriket dari tempurung, cangkang biji karet dan batu bara dengan nilai kalor tertinggi yang didapatkan sudah sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa proksimat yang didapat adalah nilai kalor (calorific value), kadar air lembab (inherent moisture), kadar abu (ash), kadar zat terbang (volatile matter), kadar karbon padat (fixed carbon). a. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Nilai Kalor (CV) Pada Gambar 1, dapat dilihat nilai kalor yang tertinggi yaitu pada suhu karbonisasi 500 o C dengan campuran arang tempurung, cangkang biji karet dan batu bara (25 : 25 : 50) sebesar 6611 cal/gr, sedangkan nilai kalor terendah yaitu pada suhu karbonisasi 350 o C sebesar 6441 cal/gr.
  • 4. 4 Gambar 1. Hubungan Antara Suh Karbonisasi terhadap Nilai Kalor Gambar 1 terlihat hubungan antara suhu karbonisasi 350 – 500 o C terhadap nilai kalor, dimana terjadi peningkatan pada suhu 500 o C. Hal ini dapat terjadi karena pada suhu 350 o C arang tempurung dan cangkang biji karet belum terkarbonisasi dengan sempurna dan memiliki kadar zat terbang yang tinggi, yang dapat mempengaruhi nilai kalor menjadi rendah. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh tinggi dan rendahnya fixed carbon, jika fixed carbon tinggi maka nilai kalor juga akan tinggi. Selain itu kualitas biobriket juga dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu di dalam biobriket, semakin rendah kadar air dan kadar abu di dalam biobriket maka nilai kalor semakin tinggi. Berdasarkan analisa biobriket dari tempurung, cangkang biji karet dan batu bara dengan nilai kalor tertinggi yang didapatkan sudah sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000. b. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Air (IM) Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa nilai kadar air biobriket dari tempurung, cangkang biji karet dan batubara menggunakan perekat tepung tapioka semakin berkurang seiring dengan bertambahnya suhu karbonisasi, yaitu berkisar antara 5 – 6 %. Dimana nilai kadar air tertinggi terdapat pada biobriket dengan suhu karbonisasi 350 o C dan nilai kadar air terendah terdapat pada biobriket dengan suhu karbonisasi 500 o C. Gambar 2. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Nilai Kalor Gambar 2 terlihat bahwa kadar air cenderung mengalami penurunan untuk setiap kenaikan suhu karbonisasi. Hal ini terjadi karena pada saat bahan baku utama dikarbonisasi kadar air yang terdapat di dalam bahan akan keluar. Dimana semakin tinggi suhu karbonisasi maka kadar air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan kata lain, semakin tinggi suhu karbonisasi menyebabkan kadar air pada bahan baku utama maupun bahan baku tambahan memiliki kecenderungan semakin menurun. c. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Abu (Ash) Pada Gambar 3, berkisar antara 3 – 4%. Terlihat bahwa kadar abu tertinggi biobriket dari tempurung, cangkang biji karet dan batu bara dengan komposisi T + C + BB (25 : 25 : 50) yaitu sebesar 4,14% pada suhu 500 o C, sedangkan kadar abu terendah pada biobriket pada suhu 350 o C yaitu sebesar 3,54%. Gambar 3. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Abu Dari gambar 3 terlihat bahwa seiring dengan semakin tingginya suhu karbonisasi maka
  • 5. 5 kecenderungan kadar abu akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suhu karbonisasi akan mengakibatkan banyaknya bahan yang terbakar menjadi abu sehingga hubungan antara kenaikan suhu karbonisasi terhadap kadar abu akan sebanding. Hasil analisa kadar abu menunjukkan biobriket dari tempurung, cangkang biji karet dan batu bara memenuhi standar SNI 01-6235-2000. d. Hubungan Antara Suhu Korbonisasi terhadap Kadar Zat Terbang (VM) Dari gambar 4, dapat dilihat bahwa kadar zat terbang paling tinggi terdapat pada suhu karbonisasi 350 o C yaitu sebesar 28,32% dan terus menurun hingga mencapai angka 20,88% pada suhu karbonisasi 500 o C. Gambar 4. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Abu Dari gambar 4, terlihat bahwa seiring dengan semakin tingginya suhu karbonisasi, maka kecenderungan kadar zat terbang semakin menurun. Hal ini terjadi karena pada saat bahan baku dikarbonisasi, zat terbang yang terdapat di dalamnya akan menguap keluar dari bahan tersebut. Dalam hal ini semakin tinggi suhu karbonisasi maka jumlah zat terbang yang menguap dari bahan baku akan semakin banyak. Oleh karena itu, semakin tinggi suhu karbonisasi menyebabkan kadar zat terbang (volatile matter) memiliki kecenderungan semakin menurun. e. Hubungan Antara Suhu Korbonisasi terhadap Kadar Karbon Padat (FC) Karbon padat (fixed carbon) dalam arang adalah unsur (karbon) yang merupakan bahan yang dapat dibakar atau dioksidasi oleh oksigen dari udara. Kadar karbon padat dalam arang akan sangat berpengaruh terhadap waktu pembakaran dan nilai kalor dari biobriket yang dibuat. Apabila kadar karbon padat dalam arang semakin besar, maka waktu pembakaran biobriket akan semakin lama dan nilai kalor yang dihasilkan akan semakin besar. Gambar 5. Hubungan Antara Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Abu Dari gambar 5, terlihat bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi maka kadar fixed carbon akan semakin besar. Hal ini dapat disebabkan karena ketika bahan baku dikarbonisasi maka volatile matter dan kadar air akan berkurang, sehingga dengan semakin tingginya suhu karbonisasi maka kandungan volatile matter dan kadar air dalam arang juga akan semakin banyak berkurang, dan menyebabkan kadar karbon padat yang terdapat di dalam arang akan semakin banyak. Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa kandungan fixed carbon tertinggi diperoleh pada perbandingan komposisi campuran tempurung, cangkang biji karet dan batu bara (25 : 25 : 50) dengan suhu karbonisasi 500o C yaitu sebesar 69,55%. Sehingga biobriket yang dihasilkan sesuai standar SNI 01-6235-2000 yaitu memiliki nilai karbon terikat (fixed carbon) maksimal 77%. f. Uji Pembakaran Uji pembakaran merupakan pengujian atau analisa briket yang dilakukan dengan membakar briket untuk mengetahui lamanya waktu penyalaan, lamanya waktu pembakaran briket, warna api, dan warna asap itu sendiri. Analisa ini yang hanya dilakukan pada briket bioarang yang memiliki kualifikasi nilai kalor paling tinggi. Langkah awal pengujian atau analisa yang dilakukan dengan membakar briket dengan nyala lilin. Satu buah briket langsung di bakar di atas lilin dan satu buah briket lagi direndam dengan minyak tanah
  • 6. 6 selama 10 menit untuk mempermudah proses menghidupkan briket. Kemudian briket diletakkan pada porselen yang terbuat dari kramik. Selain data uji bakar, dilakukan juga uji pemanfaatan briket dengan cara memanaskan air. Media yang digunakan adalah air sebanyak 50 ml yang di masukkan kedalam beker gelas dan diletakkan diatas porselen. Data yang di dapatkan dari uji pembakaran dan uji pemanfaatan briket adalah sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Analisa Uji Pembakaran Tabel 4. Hasil Analisa Uji Pemanfaatan Biobriket Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa biobriket yang memiliki kualifikasi terbaik untuk uji pembakaran adalah biobriket pada suhu karbonisasi 500 o C dikarenakan pada suhu tersebut biobriket lebih mudah menyala dengan warna api merah kebiruan serta emisi gas buangnya tidak terlalu banyak. Sedangkan Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa biobriket pada suhu karbonisasi 500 o C lebih cepat memanaskan air. Hal ini disebabkan nilai kalornya lebih tinggi dibandingkan dengan biobriket lainnya. 4. KESIMPULAN a. Komposisi terbaik adalah biobriket campuran Tempurung, Cangkang Biji Karet dan Batu bara perbandingan 25 : 25 : 50 pada suhu karbonisasi 500 o C dengan nilai kalor sebesar 6611 kal/gr. b. Semakin tinggi suhu karbonisasi, maka nilai kalor yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu karbonisasi, maka pembentukan arang dalam proses pirolisis dapat berlangsung lebih sempurna. c. Suhu optimal proses karbonisasi untuk pembuatan biobriket dari Tempurung dan Cangkang Biji Karet adalah 500 o C karena pada suhu ini bahan tersebut mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi dari pada suhu karbonisasi lainnya. d. Penambahan batu bara akan meningkatkan kualitas biobriket, dimana biobriket yang dihasilkan secara keseluruhan menghasilkan kenaikan kalor sekitar 300 – 400 cal/gr atu 5 – 6% dari biobriket campuran Tempurung dan Cangkang Biji Karet. Saran Setelah melakukan penelitian ini, untuk perbaikan dimasa mendatang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Suhu karbonisasi yang lebih tinggi ( ˃ 500 0 C ) untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada penelitian berikutnya. 2. Penggunaan perekat (Strach) lebih bervariasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan spesifik pada penelitian berikutnya. 3. Penambahan analisa untuk mendapatkan kualitas yang lebih optimal dan spesifik pada penelitian berikutnya. 4. Menguji daya tekan biobriket untuk mengetahui kekerasan dari biobriket
  • 7. 7 agar didapat biobriket yang tidak mudah pecah. DAFTAR PUSTAKA Afriyanto dan Moh. Rizal. 2011. Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Perekat pada Pembuatan Briket Blotong sebagai Bahan Bakar Alternatif. Institut Pertanian Bogor. Bogor Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar mutu briket di pasaran (SNI 1-6235- 200). Jakarta Hartanto, Feri Puji dan Fathul Alim. 2010. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Dipenegoro. Semarang Hartoyo, J dan H. Roliandi. 1978. Percobaan Pembuatan Briket Bioarang dari Lima Jenis Kayu. Laporan Penelitian Lembaga Hasil Hutan. Bogor Inalawati dan Riztamala Diana. 2013. Pembuatan Briket Arang dari Buah Nyamplung. Universitas Sriwijaya. Palembang Khaidirsyah dan M. Delftian K. 2007. Pembuatan Biobriket Campuran Bioarang Limbah Tongkol Jagung. Universitas Sriwijaya. Palembang Maisari, Dwi Ayu dan Meylissa Pri A. 2007. Pembuatan Briket dari Campuran Bioarang Tempurung Kelapa dengan Batubara Peringkat Rendah. Universitas Sriwijaya. Palembang Michael dan Bazlina Dawami Afrah. 2011. Briket Bioarang Campuran Tandan Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit dengan Batubara Jenis Lignit Alternatif Pengganti BBM. Universitas Sriwijaya. Indralaya Roziqin, Achmad Zainur., Rose Mutiara Aktaviani dan Siti Aisah. 2014. Pengaruh Jenis Bahan Perekat Pada Pembuatan Briket Bioarang dan Briket Non Bioarang Limbah Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Jember. Jember Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nurcifera L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor Trisasiwi, Wiludjeng dan Ropiudin. 2013. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Biodiesel Jarak Pagar dan Nyamplung untuk Pembuatan Briket Arang. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto Vinsiah, Rananda., Andi Suharman dan Desi. 2014. Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kulit Buah Karet (Hevea Brasilliensis). Universitas Sriwijaya. Indralaya Wibowo, Ari Setio. 2009. Kajian Pengaruh Komposisi dan Perekat Pada Pembuatan Briket Sekam Padi Terhadap Kalor yang Dihasilkan. Universitas Dipenegoro. Semarang Wilasita, Dylla Chandra dan Ragil Purwaningsih. 2012. Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya Yuliani, Fitri., Mira Primasari., Orchidea Rachmaniah dan M. Rachimoellah. 2006. Pengaruh Katalis Asam (H2SO4) dan Suhu Reaksi pada Reaksi Esterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) Menjadi Biodiesel. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya Yusuf, Andi Ardan. 2010. Kegunaan Briket Batubara. Universitas Muslim Indonesia. Yusuf, Sofyan. 2013. Briket, Energi Terbarukan Pengganti Batu Bara. (http://muslimengineer1453.blogspot.c om/2013/03/briket-energi-terbarukan - pengganti-batu_16.htm?m=1) Diakses pada tanggal 25 September 2