Dokumen tersebut membahas tentang amalan-amalan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pahala yang berlimpah, yaitu shodaqoh jaariyah, mendidik anak yang shaleh, dan menyebarkan ilmu agama. Dokumen ini menyarankan bahwa menyebarkan ilmu agama adalah amalan yang paling praktis dan efektif karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa membutuhkan biaya yang besar.
4. SHODAQOH JAARIYAH
Kalau diantara kita ada yang dikaruniai Allah dengan harta yang banyak, tentu
tidak ada masalah untuk bershodaqoh jaariyah sebanyak-banyaknya.
Silakan berlomba-lomba untuk membangun masjid, sekolah, rumah anak yatim,
dsb.
Pertanyaannya, bagaimana jika dompetnya pas-pasan?
Tentu tidak bisa menjadikan shodaqoh jaariyah sebagai amalan andalan.
5. “MENCETAK”
ANAK SHOLEH
• Di zaman sekarang, punya anak 3
sudah terasa sangat berat, apalagi
punya anak 11, tentu akan lebih berat
lagi.
• Berat apanya? Berat dari segi beban
biaya hidupnya, mendidiknya,
waktunya, tenaganya,
kesempatannya, kesehatan istrinya,
dsb.
• Jika anaknya sedikit, apakah
“mencetak” anak yang sholeh masih
akan menjadi andalan?
• Tentu saja masih kurang.
6. ILMU YANG BERMANFAAT
Ilmu yang bermanfaat, didakwahkan dan diajarkan kepada orang lain,
kemudian ilmu tersebut diamalkan oleh orang yang diajari maka
pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang mengajarkannya.
Semakin banyak yang didakwahi dan semakin banyak yang mengikuti,
maka semakin banyak pula aliran pahala yang diperolehnya, walaupun
orang tersebut sudah meninggal dunia.
8. YANG DIKELUARKAN
UNTUK
MENYAMPAIKAN ILMU
• Berapa banyak tenaga, waktu, dan
biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyampaikan ilmu, mendakwahi
orang, mengajak orang untuk
mengamalkan sebuah ilmu tertentu
dalam Islam?
• Dibanding amalan pertama dan kedua,
maka amalan ketiga inilah amalan yang
paling murah meriah karena tidak
membutuhkan biaya yang banyak,
tenaga yang banyak dan waktu yang
banyak.
9. SETIAP WAKTU DAN SETIAP SAAT
Kita dapat melakukan amalan ketiga.
Setiap bertemu orang, kita dapat berdakwah, kita
dapat menyampaikan ilmu, kita dapat mengajarkan
tentang Islam.
10. TIDAK HARUS JADI
USTADZ
• Untuk mendakwahi orang, kita tidak
harus berdiri diatas mimbar atau
berceramah di hadapan ribuan
jamaah pengajian.
• Untuk dapat berdakwah, kita tidak
harus bergelar “ustadz” terlebih
dahulu.
• Dan untuk menyampaikan Islam, kita
tidak harus bergelar “hafidz” yang
hapal Al-Quran terlebih dahulu.
• Untuk berdakwah kita dapat lakukan
dimana saja, kapan saja dan kepada
siapa saja.
11. SAMPAIKAN WALAU SATU AYAT
Dari Abdullah bin Amr ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ﺔ
ُُ ﯾ
ُ أ
ﻮ
ُُﻟ و
ُﲎ
ُُ
ﻋ
ُا
ﻮ
ﻐ
ُُ ﻠ
ُ
ُﺑ
“Sampaikan yang berasal dariku walaupun satu ayat.”
(HR. Bukhari)
12. Semakin rajin kita mendakwahi orang, dimana saja dan
kapan saja, maka akan ada banyak pahala jaariyah yang akan
terus mengalir kepada kita.
Apalagi jika yang mendengar dan mengikuti ajakan kita
mencapai ribuan, bahkan jutaan orang, maka kita tidak bisa
membayangkan, berapa banyak pahala yang akan mengalir
dan terus mengalir kepada kita.
SEMAKIN RAJIN SEMAKIN BANYAK
13. MULTI LEVEL PAHALA (MLP)
Kehebatan pahala jaariyah amalan ketiga diatas, ternyata masih belum seberapa
karena masih ada yang lebih dahsyat, lebih banyak, dan lebih melimpah. Apa itu?
Jika pahala yang diperoleh itu hanya didapatkan dari orang-orang yang mengikuti
ajakan kita secara langsung (level 1), maka sesungguhnya itu masih belum
seberapa.
Mari kita bayangkan, jika orang-orang di level 1 berdakwah kepada level di
bawahnya (level 2, 3, 4 dan seterusnya) maka berapa banyak pahala yang akan
diberikan Allah kepada orang pertama tersebut?
MULTILEVEL PAHALA
14. MENGAJAK SHALAT BERJAMAAH
Kalau ada seorang laki-laki mengerjakan shalat fardhu berjamaah secara
rutin selama 30 tahun, maka dia akan memperoleh pahala sebanyak: 27 x
5 waktu x 365 hari x 30 tahun = 1.478.250
Sekarang bayangkan jika ada seorang muslim berhasil mengajak 10 orang
(level 1) untuk shalat berjamaah dimana jamaah tersebut secara rutin
shalat berjamaah selama 30 tahun, maka sang muslim tersebut akan
mendapatkan aliran pahala shalat berjamaah sebanyak
10 x 1.478.250 = 14.782.500
15. Kalau 10 orang di level 2 masing-masing mengajak 10 orang lagi untuk
shalat berjamaah dan mereka semuanya melaksanakannya selama 30
tahun, maka sang muslim tersebut akan mendapatkan aliran pahala shalat
berjamaah sebanyak 10 x 10 x 14.782.500 = 1.478.250.000
Kalau 100 orang di level 3 masing-masing mengajak 10 orang lagi untuk
shalat berjamaah dan mereka semuanya melaksanakannya selama 30
tahun, maka sang muslim tersebut akan mendapatkan aliran pahala shalat
berjamaah sebanyak 100 x 10 x 1.478.250.000 = 1.478.250.000.000
MENGAJAK SHALAT BERJAMAAH
16. MENGAJAK SHALAT BERJAMAAH
Kalau 1.000 orang di level 4 masing-masing mengajak 10
orang lagi untuk shalat berjamaah dan mereka semuanya
melaksanakannya selama 30 tahun, maka sang muslim
tersebut akan mendapatkan aliran pahala shalat berjamaah
sebanyak 1.000 x 10 x 1.478.250.000.000 =
14.782.500.000.000.000
17. • Itu baru tentang shalat
berjamaah.
• Bagaimana jika muslim tadi juga
mengajarkan tentang puasa,
zakat, haji, wakaf, membaca Al
Quran, dsb?
• Kemudian ajarannya terus
berlanjut hingga beberapa
generasi dibawahnya?
• Tentu lebih dahsyat lagi
pahalanya.
TIDAK HANYA SHALAT
18. PAHALA WALI
SONGO
• Bayangkan betapa dahsyat dan
luar biasanya pahala yang
diperoleh para Wali Songo
yang telah menyebarkan Islam
di nusantara ini!
• Kalau Maulana Malik Ibrahim
(Sunan Gresik) mulai
berdakwah di Jawa pada tahun
1392 M, berapa banyak pahala
yang didapat beliau hingga hari
ini?
19. PAHALA PENULIS HADIST
Berapa banyak pahala yang diperoleh oleh para penulis hadits
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Tirmidzi, dsb yang hidup sekitar 1.200 tahun yang lalu? Tentu lebih
banyak dan lebih dahsyat dibanding pahala yang diperoleh para
wali songo diatas.
20. Berapa banyak pahala yang diperoleh oleh para Imam Mazhab yang hidup
1.300 tahun yang lalu seperti Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i,
Imam Hambali, dsb dimana mereka tidak hanya mengajarkan hadits tapi
juga telah menyusun kitab-kitab fiqh yang cakupannya lebih luas?! Tentu
lebih banyak dan lebih dahsyat dibanding para imam hadits diatas.
PAHALA IMAM MADZHAB
21. Berapa banyak pahala yang diperoleh para Shahabat Rasul SAW yang hidup
1.400 tahun yang lalu dimana mereka adalah generasi yang paling awal
mendakwahkan dan mengajarkan Islam hingga Islam tersebar ke seluruh
dunia ini?! Tentu lebih banyak dan lebih dahsyat dibanding para imam
mazhab diatas.
PAHALA PARA SHAHABAT
22. APAKAH KITA BISA
SEPERTI MEREKA?
• Jawabannya insya Allah bisa!
• Mereka semua adalah manusia
seperti kita.
• Tangan mereka dua, kaki mereka
dua, mata mereka dua, telinga
mereka dua, sama seperti milik
kita.
• Usia hidup mereka relatif sama
dengan usia kita.
• Kemampuan otak dan otot
mereka pun tidak jauh berbeda
dengan kita.
23. • Kalau mereka bisa, mengapa kita
tidak?
• Kalau mereka sukses, mengapa
kita tidak?
• Kalau mereka hebat, mengapa
kita tidak?
• Kalau mereka bisa mendapat
pahala yang berlimpah, mengapa
kita tidak?
• Apa yang salah dalam diri kita?
• Tentu tidak ada yang salah.
LANTAS….
24. Persoalannya cuma satu,
mereka mau, tetapi kita
belum mau. Itu saja.
Jika kita mau, kemudian
bersungguh-sungguh
untuk mewujudkannya,
insya Allah bisa! Mengapa
tidak?
MAU DAN SUNGGUH-
SUNGGUH
25. Kita telah diberi kemampuan dan kesempatan yang relatif sama
dengan mereka, tinggal mau kita manfaatkan atau tidak.
Kita tinggal melangkahkan kaki untuk berdakwah, berdakwah dan
terus berdakwah.
Agar kita memiliki amunisi untuk berdakwah, konsekuensinya harus
mengaji, maka tugas kita mengaji, mengaji dan terus mengaji.
DAKWAH DAN MENGAJI
26. Jika sarana dakwah itu dua, yaitu lisan dan tulisan, maka
kita tinggal ngomong, ngomong dan terus ngomong;
menulis, menulis dan terus menulis. Apa susahnya?
Itu saja kunci rahasia suksesnya, mau apalagi?
BENTUK DAKWAH
27. MERAIH AMALAN
TERTINGGI
Untuk meraih pahala
sebanyak-banyaknya,
kuncinya hanya satu: kita
harus rajin berdakwah,
melakukan amar makruf
nahi munkar,
sebagaimana amalannya
para Shahabat Rasulullah
SAW.
28. APAKAH SEMUA ITU
CUKUP?
• Ternyata bagi kita belum cukup.
• Dalam waktu hidup yang amat
sangat sebentar ini kita harus
melakukan amalan yang lebih luar
biasa lagi.
• Amalan apa itu?
• Jawabannya adalah amalan dakwah,
tapi amalan dakwah ini adalah
amalan dakwah yang sangat spesial.
• Amalan dakwah ini memiliki nilai
yang paling tinggi dan bobotnya
paling berat di hadapan Allah SWT.
• Amal dakwah apa itu?
29. Jika ada orang tidak shalat, apakah itu kemungkaran besar atau kecil?
Jika ada orang tidak puasa, apakah itu kemungkaran besar atau kecil?
Jika ada orang tidak membayar zakat, apakah itu kemungkaran besar atau
kecil?
Jika ada orang yang mengambil riba, melakukan perzinahan, membunuh,
melakukan kemusyrikan dan kekufuran, apakah itu kemungkaran besar
atau kecil?
SEBELUM MASUK KE JAWABAN…
30. KEMUNGKARAN YANG BESAR
Jika jawabannya adalah besar, besar dan besar,
maka jawaban tersebut adalah benar.
Tapi, ternyata ada kemungkaran yang lebih besar
lagi. Apa itu?
31. Kemungkaran yang paling besar adalah kemungkaran yang dilakukan
oleh penguasa? Mengapa?
Karena dengan kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa, rakyat 1
negara bisa tidak sholat semua, rakyat 1 negara bisa tidak puasa
semua, rakyat 1 negara bisa tidak bayar zakat semua, rakyat 1 negara
bisa memakan riba semua, rakyat 1 negara bisa melakukan
kemusyrikan semua, dan rakyat 1 negara bisa melakukan kekufuran
semua.
KEMUNGKARAN PARA PENGUASA
32. Tahun 80-90an Indonesia pernah di survey berapa jumlah umat Islam di
Indonesia yang sholat?
Hasilnya ternyata sangat mengejutkan, yaitu hanya 15%-nya saja. Sisanya
85% tidak shalat. Mengapa bisa begitu?
Karena hukum shalat di Indonesia adalah “mubah”, jika mau shalat boleh,
jika mau tidak mau shalat juga boleh. Apa buktinya?
Di negeri ini, orang yang tidak sholat tidak dihukum oleh negara. Betul?
KEMUNGKARAN YANG LEBIH BESAR
33. Bagaimana dengan zakat dan puasa?
Berapa persen rakyat Indonesia yang membayar zakat dan berpuasa
di bulan Ramadhan?
Jawabannya kurang lebih sama. Mengapa?
Karena hukum puasa dan zakat di Indonesia adalah “mubah”, jika mau
zakat/puasa boleh, jika mau tidak mau zakat/puasa juga boleh.
HUKUM ZAKAT DAN PUASA
34. • Berapa persen muslimah di Indonesia yang memakai
kerudung?
• Jawabannya kurang lebih sama. Mengapa?
• Karena hukum memakai kerudung adalah “mubah”.
• Yang wajib adalah memakai helm. Apa buktinya?
• Silakan dicoba, dua orang muslimah keluar naik motor.
Yang satu memakai kerudung tetapi tidak memakai helm.
Sedangkan yang satu lagi memakai helm tetapi tidak
memakai kerudung.
• Siapakah yang akan ditilang polisi?
• Jawabannya jelas, yang ditangkap adalah yang tidak
memakai helm.
• Jadi kesimpulannya, di Indonesia itu memakai helm
hukumnya “wajib” sementara memakai kerudung
hukumnya “mubah”.
BAGAIMANA DENGAN
KERUDUNG?
35. Apa hukum riba di Indonesia?
Jawabannya adalah “wajib”. Kok bisa?
Menurut UU perbankan di Indonesia, setiap transaksi utang-
piutang dalam perbankan wajib menggunakan bunga/riba.
Padahal dalam Islam, riba itu jelas hukumnya haram.
HUKUM RIBA
36. Kesimpulannya, jika penguasa “salah” dalam menetapkan
hukum, maka seluruh rakyatnya bisa mungkar secara
terpaksa maupun sukarela.
Artinya, sumber dari segala sumber kemungkaran yang
paling besar adalah kemungkaran yang berasal dari hukum
yang ditetapkan oleh penguasa.
SUMBER KEMUNGKARAN
YANG PALING BESAR
37. KEMAKRUFAN YANG PALING TINGGI
Jika kita sudah bisa menemukan jenis kemungkaran yang paling tinggi
derajatnya, maka kita bisa langsung menemukan jenis kemakrufan
yang paling tinggi derajatnya. Apa itu?
Kemakrufan yang paling tinggi derajatnya adalah kemakrufan yang
berasal dari syariah Islam yang ditetapkan oleh penguasa, karena bisa
menyebabkan seluruh rakyatnya makruf secara sukarela maupun
“terpaksa”.
38. Persoalannya, untuk mewujudkan amar makruf nahi mungkar kepada
penguasa bukanlah perkara yang mudah. Kenapa?
Karena kita bukanlah “manusia penting” yang bisa dengan mudahnya
bertemu dengan penguasa.
Maka bagaimana sikap kita agar tetap bisa melakukan amar makruf
nahi mungkar kepada penguasa?
BUKANLAH “MANUSIA PENTING”
39. BERDAKWAH SECARA BERJAMAAH
Jika kita secara individu tidak bisa melakukan amar
makruf nahi mungkar kepada penguasa secara langsung,
maka kita bisa melakukannya secara berkelompok atau
berjamaah sehingga kita bisa berbagi tugas dalam
dakwah.
40. WAJIB BERGABUNG DALAM
JAMAAH DAKWAH
Wajib hukumnya bagi kita untuk bergabung dengan jamaah
dakwah yang amalan utamanya adalah melakukan amar
makruf nahi mungkar kepada penguasa agar penguasa
tersebut menerapkan Syariat Islam secara kaffah.
41. • Jika kita bergabung dengan jamaah
dakwah, kemudian kita mau
bersungguh-sungguh dan terus-
menerus melakukan amar makruf
nahi munkar kepada penguasa agar
penguasa tersebut mau menerapkan
Syariat Islam secara kaffah, maka
insya Allah kita akan dapat meraih
pahala yang setinggi-tingginya di sisi
Allah SWT.
• Apakah ini sudah cukup?
• Belum cukup.
• Masih ada puncak pahala jaariyah.
Apa itu?
SUDAH CUKUPKAH?
42. PUNCAK PALING TINGGI
PAHALA JAARIYAH
• Untuk mengetahui puncak paling
tinggi pahala jaariyah, sebenarnya kita
tinggal menggabungkan hal-hal diatas.
• Jika kita ingin mendapatkan puncak
pahala jaariyah, maka yang harus kita
lakukan adalah “mencetak” kader-
kader dakwah sebanyak-banyaknya
agar mereka mau terlibat dakwah
penegakkan syariah secara kaffah.
43. PUNCAK PALING TINGGI
PAHALA JAARIYAH
• Kita harus giat “mencetak” kader yang
siap mengemban dakwah secara
berjamaah kepada penguasa sehingga
penguasa itu mau menerapkan Syariat
Islam secara kaffah.
• Jika kita berhasil mencetak ratusan
bahkan ribuan kader, selanjutnya setiap
kader itu melakukan proses
pengkaderan secara “turun-temurun”,
berapa multi level pahala (MLP) yang
akan kita peroleh?
• Inilah puncak pahala jaariyah yang
pahalanya akan terus mengalir, dengan
nilai pahala tertinggi walaupun kita
sudah meninggal dunia.
44. MENJADI ORANG YANG
LEBIH BERUNTUNG
1. Dakwah kepada masyarakat.
2. Dakwah kepada masyarakat plus mencetak
kader dakwah di masyarakat.
3. Dakwah kepada masyarakat, mencetak kader
dakwah di masyarakat plus dakwah kepada
penguasa.
4. Dakwah kepada masyarakat, mencetak kader
dakwah di masyarakat plus dakwah kepada
penguasa secara berjamaah.
5. Dakwah kepada masyarakat, mencetak kader
dakwah di masyarakat, dakwah kepada
penguasa plus mencetak kader dakwah yang
berdakwah kepada penguasa secara berjamaah.