SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
PERCOBAAN VI
KELARUTAN
Disusun Oleh: Dosen :
1. Aulia Nurtafani Reforma Dian Kartikasari, M.Farm., Apt
2. Bagus Akbar Rulazi
3. Cintia Nurulita
4. Deska Seria Ramadhanty
5. Dia Atika Surya
PROGRAM STUDI DIII
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2018/2019
A. TUJUAN
a. Menentukan kelarutan suatu zat.
b. Menjelaskan pengaruh co-solvent terhadap kelarutan zat.
c. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat.
B. DASAR TEORI
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat
dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya
gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai artipenting yang
praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan
dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit
daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.
Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar.Istilah-
istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003):
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah
larut
Kurang dari 1
Mudah larut 1 –10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar
larut
1000 – 10000
Praktis tidak
larut
Lebih dari 10000
Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan kelarutan
suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya
(aktivitas ion) dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka
senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini akan mengendap. Rumus umum hasil
kali kelarutan (Roth, 1988):
K = Ca + Cb
Keterangan : K = Hasil kali kelarutan
Ca = Konsentrasi jumlah kation A
Cb = Konsentrasi jumlah anion B
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu
obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap
panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang
menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan
kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan
berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, faktor-
faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan
kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan,
keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan
pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya
proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu
adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu kecepatan zat itu melarut, tergantung
pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk makin
luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin
kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan
obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu
senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam
sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh
yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya
diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia
yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air,
yaitu larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical
Solution, USP), dan larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral
Solution, USP). Larutan yang pertama dibuat dengan mencampur
kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air murni, mengandung hanya
140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 250 C, sedangkan
larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml
larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan
topikal kalsium hidroksida (Ansel, 1989).
Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di
bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang
seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut. Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang
dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut
daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin,
1990).
Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi,
larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya,
cara peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya.
Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan
campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut
prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989).
Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa
atau bahan campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat
terlarut pada temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan
itu kemudian disaring dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan
metode yang cocok seperti metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan
sifat fisika, larutan sebagai indeks bias.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu
oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar
lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala
perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin,
2008).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat
polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak
larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi
dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai
pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air
(Martin, 2008).
Kadar persen konsentrasi dinyatakan dalam empat cara berikut ini (FII III,
1979):
1. % b/b, menyatakan jumlah dari g zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
2. % b/v, menyatakan jumlah g zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
3. % v/v, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
4. % v/b, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
Uraian Bahan
a. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Salicylum
Nama lain : Asam Salisilat
Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan
stabil diudara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau
lemah mirip mentol
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih;
agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sampel
b. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
c. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup; di tempat rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut
d. Propilen Glikol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : PROPILENGLYCOLUM
Nama lain : Propilen Glikol
RM / BM : C3H8O2 / 766,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopis
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P,
kloroform, larut dalam 6 bagian eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di
tempat sejuk
Kegunaan : Sebagai pelarut
e. Polysorbatum 80 (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : POLYSIRBATUM 80
Nama Lain : Polisorbat 80, tween 80
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam
etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam
parafin cair P dan dalam biji kapas P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai surfaktan
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Buret 50 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Batang pengaduk
4. Sentrifungasi
5. Klem dan statif
6. Erlenmeyer
7. Gelas kimia
8. Labu takar
9. Pipet volume
10.Neraca analitik
Bahan :
1. Asam salisilat 20 gr
2. Alkohol 70 %
3. Propilenglikol
4. Tween 80 20 gr
5. NaOH 0,1 M 500 ml
6. Indicator pp
7. Kertas saring
D. CARA KERJA
1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat.
Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi
sedikit dalam masing-masing campuran
pelarut sampai diperoleh larutan jenuh.
Dikocok larutan dengan batang
pengadukselama 15 menit, jika ada
endapan yanglarut selama pengadukan
tambahkan Asam salisilat sampai
diperoleh larutan
jenuh kembali.
Disaring larutan.
Ditentukan kadar Asam salisilat.
Air ( %
v/v)
Alkohol
(% v/v)
Propilenglikol
(%v/v)
60 0 40
60 10 30
60 20 20
60 30 10
60 40 0
30 ml campuran pelarut padatabel
Endapan
s
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda.
Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang
ditambakan.
2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat.
Dibuat
Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing
campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh.
Dikocok larutan dengan batang pengaduk selama 15 menit, jika ada
endapan yang larut selama pengadukan tambahkan Asam salisilat sampai
diperoleh larutan jenuh kembali.
Disaring larutan.
Ditentukan kadar Asam salisilat.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda.
Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang
ditambakan.
E. DATA PENGAMATAN
10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP
s
30ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,5 ; 1; 5 ;10 mg/ml
Asam salisilat
Endapan
s
10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP
s

More Related Content

What's hot

Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanDokter Tekno
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar Keporalannya
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar KeporalannyaKimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar Keporalannya
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar KeporalannyaZahro Dhila
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarilmanafia13
 
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanContoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanDokter Tekno
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporanChaLim Yoora
 
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiLaporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiRukmana Suharta
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
RekristalisasiTillapia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanAndreas Cahyadi
 

What's hot (20)

Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutan
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar Keporalannya
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar KeporalannyaKimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar Keporalannya
Kimia Organik Kelarutan Senyawa Berdasar Keporalannya
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutanContoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
Contoh soal pemahaman konsep materi larutan dan kelarutan
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiLaporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Hhh
HhhHhh
Hhh
 
4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
 

Similar to OPTIMALKAN

3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptxLisnaGianti
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfDonaPiter
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Muhammad Fadhillah
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
AlkalimetriRidwan
 
Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Pujiati Puu
 
Tugas kimia yang mau di print
Tugas kimia yang mau di printTugas kimia yang mau di print
Tugas kimia yang mau di printHeriana5
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknikJuleha Usmad
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Alljabar Rahmat
 
Laporan standar sekunder
Laporan standar sekunderLaporan standar sekunder
Laporan standar sekunderaji indras
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptBayuPermana43
 
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)ZainulHasan13
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPT. SASA
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxSigitPurnomo65
 
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docxSIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docxdanny110359
 

Similar to OPTIMALKAN (20)

3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
 
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdf
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa
 
Tugas kimia yang mau di print
Tugas kimia yang mau di printTugas kimia yang mau di print
Tugas kimia yang mau di print
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknik
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
 
Laporan standar sekunder
Laporan standar sekunderLaporan standar sekunder
Laporan standar sekunder
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Larutan
LarutanLarutan
Larutan
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.ppt
 
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Al-As'Adiyah Balikeran 3.1. Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docx
 
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docxSIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 

OPTIMALKAN

  • 1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA FARMASI PERCOBAAN VI KELARUTAN Disusun Oleh: Dosen : 1. Aulia Nurtafani Reforma Dian Kartikasari, M.Farm., Apt 2. Bagus Akbar Rulazi 3. Cintia Nurulita 4. Deska Seria Ramadhanty 5. Dia Atika Surya PROGRAM STUDI DIII AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK 2018/2019
  • 2. A. TUJUAN a. Menentukan kelarutan suatu zat. b. Menjelaskan pengaruh co-solvent terhadap kelarutan zat. c. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat. B. DASAR TEORI Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994). Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai artipenting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979). Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar.Istilah- istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003): Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut Kurang dari 1 Mudah larut 1 –10 Larut 10 – 30
  • 3. Agak sukar larut 30 – 100 Sukar larut 100 – 1000 Sangat sukar larut 1000 – 10000 Praktis tidak larut Lebih dari 10000 Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan kelarutan suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya (aktivitas ion) dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini akan mengendap. Rumus umum hasil kali kelarutan (Roth, 1988): K = Ca + Cb Keterangan : K = Hasil kali kelarutan Ca = Konsentrasi jumlah kation A Cb = Konsentrasi jumlah anion B Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, faktor- faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya
  • 4. proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu kecepatan zat itu melarut, tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989). Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988). Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical Solution, USP), dan larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral Solution, USP). Larutan yang pertama dibuat dengan mencampur kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air murni, mengandung hanya 140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 250 C, sedangkan larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan topikal kalsium hidroksida (Ansel, 1989). Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
  • 5. jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin, 1990). Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989). Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa atau bahan campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat terlarut pada temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan itu kemudian disaring dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan metode yang cocok seperti metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan sifat fisika, larutan sebagai indeks bias. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala
  • 6. perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 2008). Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion- ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008). Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air (Martin, 2008). Kadar persen konsentrasi dinyatakan dalam empat cara berikut ini (FII III, 1979): 1. % b/b, menyatakan jumlah dari g zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir 2. % b/v, menyatakan jumlah g zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir 3. % v/v, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir 4. % v/b, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir Uraian Bahan a. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi : Acidum Salicylum Nama lain : Asam Salisilat
  • 7. Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sampel b. Aquadest (Ditjen POM, 1979) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling RM / BM : H2O / 18,02 Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut c. Alkohol (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi : AETHANOLUM Nama lain : Alkohol Rumus molekul : C2H5OH Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
  • 8. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup; di tempat rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api. Kegunaan : Sebagai pelarut d. Propilen Glikol (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi : PROPILENGLYCOLUM Nama lain : Propilen Glikol RM / BM : C3H8O2 / 766,10 Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, kloroform, larut dalam 6 bagian eter Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk Kegunaan : Sebagai pelarut e. Polysorbatum 80 (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi : POLYSIRBATUM 80 Nama Lain : Polisorbat 80, tween 80 Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai rasa Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai surfaktan
  • 9. C. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Buret 50 ml 2. Gelas ukur 100 ml 3. Batang pengaduk 4. Sentrifungasi 5. Klem dan statif 6. Erlenmeyer 7. Gelas kimia 8. Labu takar 9. Pipet volume 10.Neraca analitik Bahan : 1. Asam salisilat 20 gr 2. Alkohol 70 % 3. Propilenglikol 4. Tween 80 20 gr 5. NaOH 0,1 M 500 ml 6. Indicator pp 7. Kertas saring D. CARA KERJA 1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat. Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh. Dikocok larutan dengan batang pengadukselama 15 menit, jika ada endapan yanglarut selama pengadukan tambahkan Asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali. Disaring larutan. Ditentukan kadar Asam salisilat. Air ( % v/v) Alkohol (% v/v) Propilenglikol (%v/v) 60 0 40 60 10 30 60 20 20 60 30 10 60 40 0 30 ml campuran pelarut padatabel Endapan s
  • 10. Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang ditambakan. 2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Dibuat Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh. Dikocok larutan dengan batang pengaduk selama 15 menit, jika ada endapan yang larut selama pengadukan tambahkan Asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali. Disaring larutan. Ditentukan kadar Asam salisilat. Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang ditambakan. E. DATA PENGAMATAN 10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP s 30ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,5 ; 1; 5 ;10 mg/ml Asam salisilat Endapan s 10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP s