adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
OPTIMALKAN
1. LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
PERCOBAAN VI
KELARUTAN
Disusun Oleh: Dosen :
1. Aulia Nurtafani Reforma Dian Kartikasari, M.Farm., Apt
2. Bagus Akbar Rulazi
3. Cintia Nurulita
4. Deska Seria Ramadhanty
5. Dia Atika Surya
PROGRAM STUDI DIII
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2018/2019
2. A. TUJUAN
a. Menentukan kelarutan suatu zat.
b. Menjelaskan pengaruh co-solvent terhadap kelarutan zat.
c. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat.
B. DASAR TEORI
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat
dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya
gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai artipenting yang
praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan
dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit
daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.
Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar.Istilah-
istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003):
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah
larut
Kurang dari 1
Mudah larut 1 –10
Larut 10 – 30
3. Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar
larut
1000 – 10000
Praktis tidak
larut
Lebih dari 10000
Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan kelarutan
suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya
(aktivitas ion) dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka
senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini akan mengendap. Rumus umum hasil
kali kelarutan (Roth, 1988):
K = Ca + Cb
Keterangan : K = Hasil kali kelarutan
Ca = Konsentrasi jumlah kation A
Cb = Konsentrasi jumlah anion B
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu
obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap
panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang
menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan
kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan
berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, faktor-
faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan
kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan,
keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan
pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya
4. proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu
adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu kecepatan zat itu melarut, tergantung
pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk makin
luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin
kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan
obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu
senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam
sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh
yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya
diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia
yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air,
yaitu larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical
Solution, USP), dan larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral
Solution, USP). Larutan yang pertama dibuat dengan mencampur
kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air murni, mengandung hanya
140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 250 C, sedangkan
larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml
larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan
topikal kalsium hidroksida (Ansel, 1989).
Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
5. jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di
bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang
seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut. Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang
dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut
daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin,
1990).
Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi,
larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya,
cara peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya.
Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan
campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut
prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989).
Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa
atau bahan campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat
terlarut pada temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan
itu kemudian disaring dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan
metode yang cocok seperti metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan
sifat fisika, larutan sebagai indeks bias.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu
oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar
lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala
6. perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin,
2008).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat
polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak
larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi
dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai
pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air
(Martin, 2008).
Kadar persen konsentrasi dinyatakan dalam empat cara berikut ini (FII III,
1979):
1. % b/b, menyatakan jumlah dari g zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
2. % b/v, menyatakan jumlah g zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
3. % v/v, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
4. % v/b, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
Uraian Bahan
a. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Salicylum
Nama lain : Asam Salisilat
7. Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan
stabil diudara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau
lemah mirip mentol
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih;
agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sampel
b. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
c. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
8. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup; di tempat rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut
d. Propilen Glikol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : PROPILENGLYCOLUM
Nama lain : Propilen Glikol
RM / BM : C3H8O2 / 766,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopis
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P,
kloroform, larut dalam 6 bagian eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di
tempat sejuk
Kegunaan : Sebagai pelarut
e. Polysorbatum 80 (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : POLYSIRBATUM 80
Nama Lain : Polisorbat 80, tween 80
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam
etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam
parafin cair P dan dalam biji kapas P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai surfaktan
9. C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Buret 50 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Batang pengaduk
4. Sentrifungasi
5. Klem dan statif
6. Erlenmeyer
7. Gelas kimia
8. Labu takar
9. Pipet volume
10.Neraca analitik
Bahan :
1. Asam salisilat 20 gr
2. Alkohol 70 %
3. Propilenglikol
4. Tween 80 20 gr
5. NaOH 0,1 M 500 ml
6. Indicator pp
7. Kertas saring
D. CARA KERJA
1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat.
Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi
sedikit dalam masing-masing campuran
pelarut sampai diperoleh larutan jenuh.
Dikocok larutan dengan batang
pengadukselama 15 menit, jika ada
endapan yanglarut selama pengadukan
tambahkan Asam salisilat sampai
diperoleh larutan
jenuh kembali.
Disaring larutan.
Ditentukan kadar Asam salisilat.
Air ( %
v/v)
Alkohol
(% v/v)
Propilenglikol
(%v/v)
60 0 40
60 10 30
60 20 20
60 30 10
60 40 0
30 ml campuran pelarut padatabel
Endapan
s
10. Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda.
Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang
ditambakan.
2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat.
Dibuat
Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing
campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh.
Dikocok larutan dengan batang pengaduk selama 15 menit, jika ada
endapan yang larut selama pengadukan tambahkan Asam salisilat sampai
diperoleh larutan jenuh kembali.
Disaring larutan.
Ditentukan kadar Asam salisilat.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda.
Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang
ditambakan.
E. DATA PENGAMATAN
10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP
s
30ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,5 ; 1; 5 ;10 mg/ml
Asam salisilat
Endapan
s
10 ml larutan + 3 tetes Indikator PP
s