Dokumen tersebut membahas tentang navigasi darat, yang didefinisikan sebagai pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan, posisi, dan menentukan arah dan tujuan perjalanan di alam bebas menggunakan peta. Dokumen tersebut juga membahas prinsip kerja navigasi darat, peralatan standar seperti peta dan kompas, serta teknik dasar seperti pembacaan peta dan penggunaan kompas dan azimuth untuk menentukan arah.
1. Navigasi Darat
Beni Hermawan
D1D 050054*
C.040.GRK**
*Mahasiswa biologi angkatan 2005,
**Anggota Penuh KPPA Caldera FMIPA Unpad angkatan Guruh Kumbara
2. Devinisi navigasi
Navigasi adalah pengetahuan untuk
mengetahui keadaan medan yang akan
dihadapi, posisi kita di alam bebas dan
menentukan arah serta tujuan perjalanan di
alam bebas pada medan sebenarnya
ataupun di peta.
Jadi apa devinisi Navigasi darat?
3. Prinsip kerja Navigasi darat
Pada prinsipnya navigasi darat adalah cara
menentukan arah dan posisi, yaitu arah
yang akan dituju dan posisi keberadaan
navigator berada dimedan sebenarnya
yang di proyeksikan pada peta.
5. Pengetahuan dasar navigasi darat meliputi :
2. Pembacaan peta
3. Penggunaan kompas
4. Penggunaan tanda-tanda alam yang
membantu kita dalam menentukan arah
(Orientasi Medan)
6. Peta
Secara umum dinyatakan sebagai penggambaran
dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian
atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari
atas, dan diperkecil atau di perbesar dengan
perbandingan tertentu. Peta sendiri, kemudian
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat,
umumnya dipakai peta topografi.
7. Macam peta
Macam-macam peta dibedakan menurut :
3. Menurut informasi/isi yang disajikan dalam peta, contoh :
Peta Tematik, yaitu peta yang berisi gambaran satu atau dua tema
khusus. Contoh: Peta jaringan jalan, Peta iklim, Peta penduduk dan
lain-lain
Peta Topografi, yaitu peta yang menggambaran suatu daerah pada
bidang datar, dengan menghubungkan titik-titik pada permukaan bumi
yang mempunyai ketinggian yang sama. Isi peta topografi mencakup
empat bagian yaitu relief, perairan, vegetasi dan hasil budaya
manusia.
4. Menurut proyeksi yang digunakan, contoh: peta proyeksi Poliyeder
(terbitan Jantop Hindia Belanda), peta proyeksi LCO (Lambert Conical
Ortomorfik) terbitan sekutu, peta proyeksi UTM (Univeral Transvers
Mercator) atau sistem perpetaan yang digunakan secara internasional
dalam peta proyeksi lainnya.
8. Peta Topografi
Kata topografi berasal dari bahasa Yunani, Topos
yang berarti tempat dan Graphi yang berarti
menggambar.
Peta Topographi memetakan tempat-tempat di
permukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur.
Satu garis kontur mewakili satu ketinggian.
Pada peta Topographi disertakan pula berbagai
keterangan yang akan membantu mengetahui
secara lebih jauh mengenal daerah permukaan
bumi yang terpetakan.
9. Keterangan pada Peta Topografi :
Judul peta
Nomor peta
Koordinat peta
Kontur
Skala peta
Tahun peta
Arah peta
Legenda peta ; penjelasan
10. Pembacaan Peta
1. Ketinggian Tempat
bahwa antar kontur mempunyai interval yang sama. Jika titik
ketinggian yang dicari tersebut tepat berada pada garis
kontur, maka ketinggian tempat tersebut dapat ditentukan
dengan menentukan dahulu garis kontur tersebut mempunyai
harga ketinggian berapa. Jika titik yang dicari ketinggiannya
berada diantara garis kontur, maka dicari terlebih dahulu dua
garis kontur yang mengapit titik tersebut, kemudian
menentukan ketinggian garis kontur masing-masing.
Ketinggian titik tersebut dapat dihitung dengan teknik
interpolasi.
11. 2. Titik Triangulasi
Kita dapat mengetahui tinggi suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini
biasanya disebut titik triangulasi, yaitu suatu titik
atau benda berupa pilar/tonggak yang
menyatakan tinggi relatif suatu tempat dari
permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh
jawatan-jawatan atau topografi untuk
menentukan ketinggian suatu tempat dalam
pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan
peta.
12. 3. Orientasi Medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta topografi, kita
biasa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di
lapangan dan mudah dikenali di peta, yang akan kita sebut sebagai tanda
medan. Beberapa tanda medan dapat dibaca dari peta sebelum berangkat
ke lokasi. Beberapa tanda medan, antara lain:
Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan
bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok
Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing
di tepi sungai
Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan). Ujung desa, simpang
jalan
Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas,
begitu juga tanjung yang menjook ke laut, teluk-teluk, pulau-pulau kecil, delta dan
sebagainya
Di daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan
bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Pergunakanlah
belokan-belokan sungai, cabang-cabang sungai, muara-muara sungai kecil
Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan
sebagainya, dapat dijadikan sebagai tanda medan.
13. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk
mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya,
jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak
dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet
bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum
kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah
utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
c) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya
berada;
d) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun
posisinya;
e) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.
14. Jenis – jenis dan pemakaian kompas
Jenis-jenis kompas
Banyak macam kompas yang bisa dipakai dalam suatu perjalanan. Pada
umumnya, dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misal: kompas
prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva). Kompas bidik
mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi
dengan busur derajat dan penggaris (segitiga). Kompas orienteering
kurang akurat jika dipakai untuk menbibik, tetapi banyak membantu dalam
pembacaan dan perhitungan peta.
Pemakaian Kompas
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan
magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu diperhatikan pengaruh
benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, carabiner,
tiang tenda, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan
mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
15. MENENTUKAN ARAH TANPA
KOMPAS
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menentukan arah apabila kompas tidak tersedia
atau tidak dapat berfungsi dengan
memperhatikan tanda-tanda alam, misalnya:
Kuburan muslim menghadap Utara
Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia
mengarah Barat Laut
Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan
arah Timur, karena sinar matahari yang belum
terik pada pagi hari
Bunga matahari yang menghadap ke arah timur
16. TEKNIK PETA dan KOMPAS
Orientasi Peta
Secara praktis orientasi peta adalah menyamakan Utara Peta
dengan Utara Magnetis yang bertujuan untuk menyamakan
kedudukan peta dengan medan sebenarnya. Mengenal
tanda-tanda medan juga termasuk dalam orientasi peta yang
dapat dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk
setempat nama-nama gunung, bukit, sungai atau tanda-
tanda medan yang lain. Atau dengan mengamati kondisi
bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan
gambaran kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis
Utara Magnetis dianggap sama dengan Utara Sebenarnya,
tanpa memperhitungkan adanya deklinasi.
17. Orientasi peta
Langkah-langkah Orientasi Peta:
Cari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda
medan yang mencolok. Letakan peta pada bidang datar. Samakan Utara
Peta dengan Utara Kompas, dengan demikian letak Peta akan sesuai
dengan bentang alam yang dihadapi. Orientasi cari tanda-tanda medan
yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di
dalam peta. Lakukan beberapa tanda medan. Ingat tanda-tanda itu
bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun di peta.
Lakukan Orientasi Peta:
Cari tanda medan yang mudah di kenali di lapangan dan di peta, minimal 2
(dua) buah. Dengan busur dan penggaris buat salib sumbu pada tanda-
tanda medan tersebut. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita.
Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung penelusurannya.
Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita di peta
18. Arah Perjalanan
Arah Perjalanan
Untuk mengetahui arah perjalanan dengan menggunakan
Kompas tersebut adalah benar atau tidak kita
menggunakan teknik yang disebut Azimuth dan Back
Azimuth. Dan juga kita pergunakan rumus:
X°< 180°= X°+ 180°
X°> 180°= X°- 180°
Cara :
Kompas kita bidikan ke arah belakang, yaitu ke arah kita
memulai perjalanan tadi, sesuaikan dengan rumus
tersebut.
19. Azimuth – Back Azimuth
Azimuth (A) adalah posisi suatu titik dari pengamat yang diukur
berdasarkan besarnya sudut yang dibentuk oleh titik tersebut
dengan arah utara. Sedangkan Back Azimuth (BA) adalah
sudut antara pengamat dengan arah utara dan titik yang
dibidik.
Prinsip back azimuth adalah sebagai berikut. Apabila azimuth
lebih kecil daripada 180°, maka back azimuth adalah azimuth
ditambah 180°. Sebaliknya apabila azimuth lebih besar
daripada 180°, maka back azimuth adalah azimuth dikurangi
180°.
°
−
=
→
°
>
°
+
=
→
°
<
180
180
180
180
A
BA
A
A
BA
A
20. Langkah – langkah :
Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan
hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (Sudut Kompas). Hitung juga
sudut dari titik akhir ke titik awal, kebalikan arah perjalanan. Sudut yang
terakhir ini adalah sudut back azimuth.
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan
(Pohon besar, pohon tumbang, longsoran tebing, susunan pohon yang
khas, ujung kampung, dan sebagainya).
Bidikan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita. Perhatikan tanda
medan lain di ujung lintasan yang akan di lalui pada arah itu.
Setelah sampai pada tanda medan itu, bidikan kompas kembali ke
belakang (sudut back azimuth) untuk mencek apakah anda berada pada
lintasan yang diinginkan. Bergeserlah ke kiri atau ke kanan untuk
mendapatkan ‘back azimuth yang benar’.
Seringkali tidak ada tanda medan yang dapat di jadikan sasaran. Dalam
hal ini, anda dan seorang rekan dapat berfungsi sebagai tanda tersebut.
21. Resections
Menentukan posisi kita di Peta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda di medan yang dikenali. Teknik Resection
membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik
tanda Medan. Tidak seluruh tanda di medan harus dibidik.
Jika kita sedang berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau
sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari
suatu tanda medan lainnya yang dibidik.
Contoh:
Titik identifikaksi adalah titik A & B, di mana azimuthnya A=
adalah sebesar 185° , maka back azimuthnya 185°–180°= 5°
dan titik B dengan azimuth 70° maka back azimuthnya
didapat 70°+ 180°= 250°. Pada peta ditarik garis dari titik
identifikasi A & B dengan sudut sebesar 5°dan 250°.
Perpotongan kedua garis tersebut adalah kedudukan kita.
22. Langkah Resection
Resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan
bantuan tanda-tanda medan yang dikenali. Teknik ini
dilakukan pada medan terbuka, agar dapat membidik tanda
medan yang dikenali. Langkah-langkah resection adalah:
Cari dua titik atau lebih di medan sesungguhnya yang dapat
diidentifikasikan pada peta. Misalnya puncak gunung, bukit,
pertigaan sungai dan sebagainya.
Bidik titik-titik tersebut untuk mengetahui azimuth magnetis
titik-titik tersebut, dan hitung sudut pelurusnya (back azimuth).
Tariklah garis pada titik-titik identifikasi tersebut di dalam peta
berdasarkan back azimuth dihitung sebelumnya.
Titik potong garis-garis tersebut adalah posisi kita di peta.
24. Intersection
Intersection adalah menentukan letak suatu titik (sasaran)
di medan pada peta. Kegunaan metode ini adalah untuk
mengetahui posisi seseorang atau sesuatu pada peta,
misalnya mengetahui secara tepat pesawat yang jatuh atau
lokasi kebakaran hutan pada peta.
Cari dua titik atau lebih di medan sesungguhnya yang dapat
diidentifikasikan pada peta atau di lapangan. Misalnya puncak
gunung, bukit, pertigaan sungai dan sebagainya.
Dari dua titik tersebut bidik titik sasaran tersebut, tentukan
sudut kompas yang akan diketahui di peta (azimuth).
Pindahkan titik tadi ke peta.
Perpotongan garisnya merupakan letak sasaran yang
diketahui di peta.