Teks tersebut membahas proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, termasuk definisi, proses, jenis, dan teknik pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan melibatkan identifikasi masalah, pertimbangan alternatif, dan pemilihan solusi, dengan mempertimbangkan faktor ketidakpastian. Ada dua jenis keputusan yaitu terprogram untuk masalah rutin dan tidak terprogram untuk masalah baru yang komple
2. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan adalah dua hal yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan hal utama yang utama
dari proses berpikir.
Pengertian
1. Pemecahan Masalah
Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui suatu
langkah dalam proses yang rasional. Adapun langkah dalam pemecahan masalah dapat
diartikan sebagai suatu proses dari mengamati dan pengenalan serta usaha mengurangi
perbedaan antara situasi sekarang dengan yang akan datang (LAN RI 2008, Pemecahan
Masalah dan Pengambilan Keputusan).
2. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
alternatif/kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah
pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan
tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc
Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label
pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas
yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih
sementara yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali
kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977).
Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya
gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih tindakan dari
beberapa alternatif untuk mencapai tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).
Oleh karena itu ’Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan’ dapat diartikan
sebagai suatu proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan
mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi terlaksananya keputusan.
Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara teoritis dan
realistis, bagaimana cara membuat suatu keputusan. Ragam dalam pengambilan
B. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
1. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun
alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap
tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-
macam kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu
terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-
3. urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan
yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor
yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing
dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan
terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-
batas pemikiran yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan
situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki
kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif
atau informasi itu tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang
mengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan
informasi, terutama informasi dan teknologi.
C. Unsur Prosedur Keputusan
Suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan,
memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan
sebenarnya didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting
tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan
suatu organisasi (Bridges, 1971).
D. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau
alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti,
menurut Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari
konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada
alternatif itu harus dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan
salah satu aspek paling penting dalam keputusan.
E. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic
decisions, (2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual
uncertainty decisions.
1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat
sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.
2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision),
tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-
aba untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena
informasi tersebut perlu dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-
informasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbang kan dan diperhitungkan
sebelum keputusan diambil.
4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap
informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang
4. lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
F. Klasifikasi Keputusan
1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan
pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi.
Biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-
langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang
biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan
terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang
kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi
yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk
tuntutan operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai
respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku,
mencakup keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan
Cerello, keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan
Trisnadi dan keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;
G. Keputusan yang tidak Terprogram.
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah
dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar
mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli
belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di masa lalu,
baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk mendefinisikan
hakikatnya secara tepat. Keputusan yang tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal
yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan
dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.; 1993), Keputusan
Terprogram.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat
sebagai respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat
didefinisikan secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan
strategik, meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan
Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak
terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe.
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita,
tujuan, menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah
keputusan operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke
bawah tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.
5. H. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup
banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut.
Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation research,
cost-benefit analysis dan simulasi.
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara
yang jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
I. Proses Pengambilan Keputusan :
1. Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak
sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat
digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
2. Proses yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau
sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
(pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan
menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang
keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
3. Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar
secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar
tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan,
dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat.
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif,
tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan
keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau
kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan.
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan
berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering
mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat
6. mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.
J. Teknik Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan
pengumpulan fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu
teknik tradisional dan teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi
dalam teknik pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman,
1976;Robbins, 1978) dan teknik pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif
(Moody, 1983). Teknik matematik biasa diberi nama multivariate analysis (analisis
variabel ganda atau analisis berdimensi ganda). Teknik non-matematik, yang lebih sering
digunakan untuk keputusan strategik antara lain sumbang saran, consensus, Delphi, fish
bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
K. Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan
Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan
oleh para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
1. Model Brinckloe (1977)
Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan
mengumpulkan semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan
keputusan akan lahir dengan sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang sudah memiliki
pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada seorang yang sama
sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa namun perlu diperhatikan bahwa
peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan pada saat ini;(iii)
Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi dikarenakan kurang
mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada beberapa
fakta; (iv) Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang
rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan; (v)
Analisis Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak orang untuk
mengambil keputusan secara kuantitatif.
2. Model Mc Grew (1985)
Mc Grew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan
rasional, model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political
bargaining model) yaitu (i) Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi
perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari
pengambilan keputusan; (ii) Model proses organisasional menangani masalah yang jelas
tampak perbedaannya antara pengambil keputusan individu dan organisasi; (iii) Model
tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu mengatakan bahwa pengambilan
keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-menawar namun hasil
akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan menerima di
antara individu dalam kelompok tersebut.
L. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic
7. yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan
diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan
pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum,
sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh
dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik
ini yaitu :
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas
pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau
gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau
gagasan anggota kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang
telah dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga
kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk
keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara
para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu
anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk
mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing
anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang
tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran
tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai
melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah
disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu
teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat,
batasan dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik
dan model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa
orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan
tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan
mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya
melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil
dari situasi problematik yang sebenarnya.
3. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang
diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu
situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau
tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota
8. ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah
ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan
kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh
para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal yang dipandang sudah
merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli berbeda maka
memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu
sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar
pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan
tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
4. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran
ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara
untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para
anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang
yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia
meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama.
Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling
tepat.
5. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk
dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada
jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang
dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok
bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi
pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan pandangan pro beralih
memainkan peranan dengan pandangan kontra.
6. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu
masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang
dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data,
informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam
proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan data
dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai
persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya,
pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah
yang lebih besar.
7. Metode Pengambil Keputusan
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode.
Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam
pengambilan keputusan organisasional.
a. Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah
metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan
9. keputusan.
b. Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining)
yang dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik
melalui negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu
kebijakan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari
status quo.
c. Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup
antara lain teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan.
Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
d. Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau
nondecision-making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model
keranjang sampah menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana
sekalipun. Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu
yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang
timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai
akibat dari perdebatan dalam kelompok.
8. Teori-Teori Pengambilan Keputusan
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
a. Aliran Birokratik (Bureaucratic School)
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam
struktur organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi
informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan
segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan
setelah mempelajari semua informasi.
b. Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)
Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam
elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen
sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.
c. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School)
Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak
perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan
kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi
sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan
keinginan anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan.
d. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan
masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang
paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung
sepanjang itu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
10. e. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa
para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang
rasional.
f. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari
berbagai sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
g. Pengambilan Keputusan Birokratik
Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang
berulang-ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan
prosedur sebagai dasar untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan
prosedur semacam ini banyak dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan
bahwa sesungguhnya keputusan-keputusan dikalangan birokrasi telah dirutinkan
sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan rutin sama dengan keputusan birokratik
(Inbar, 1979).
h. Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga
tidak responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot
dalam banyak hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan
keputusan birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit.
10. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya
menggunakan langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak
pada hasilnya. Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada
hasil berupa penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan
performance yang menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan antara das sollen
dan das sein. Dalam istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan antara kenyataan yang ada
dan kenyataan yang diinginkan disebut kesenjangan kinerja (performance gap).
9. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) :
a. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas
sesuatu organisasi. Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang
bersangkutan memusatkan perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia
memiliki aneka macam bidang aktifitas?”
b. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas
organisasi dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi sesuatu organisasi.
c. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas-
aktifitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan
peluang karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-
sumber daya keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut.
d. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius
terhadap sumber daya sesuatu organisasi.
11. Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot agar
mereka tetap dapat bertahan dalam persaingan mobil.
e. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-
keputusan operasional.
f. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan harapan-harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang
bersangkutan.
g. Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang
suatu organisasi.
10. Keputusan-keputusan strategik sering kali bersifat kompleks.
Kompleksitas itu terjadi karena adanya :
a. Keputusan-keputusan strategik biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi.
Mungkin di dalamnya termasuk keputusan tentang landasan pandangan-pandangan
sehubungan dengan masa yang akan datang yang tak mungkin diketahui secara pasti oleh
manajer.
b. Keputusan-keputusan strategik, kirannya menuntut adanya suatu pendekatan yang
terintegrasi guna memanajemen organisasi yang bersangkutan. Keputusan-keputusan
strategik, biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa perubahan besar pada
organisasi-organisasi.
Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara teoritis dan
realistis, bagaimana cara membuat suatu keputusan. Ragam dalam pengambilan
keputusan dapat juga diintrepretasikan sebagai model-model didalam pengambilan
keputusan.
Adapun ragam atau model ini memiliki peran sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada
relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan;
2.Untuk memperjelas hubungan yang signifikan di antara variabel yang ada;
3.Untuk merumuskan hipotesis tentang hakekat hubungan antar variabel.
Untuk melakukan proses interaksi antara input-input yang digunakan dalam menyusun
model dalam pengambilan suatu keputusan perlu dipertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1.Tujuan organisasi;
2.Kendala internal;
3.Kriteria pelaksanaan, dan
4.Berbagai alternatif pemecahan masalah.
Sedangkan output yag diharapkan dari hasil interaksi adalah
1. Implementasi keputusan;
2. Pengendalian;
3. Umpan balik.
Adapun faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah:
1. Keadaan lingkungan dan nilai-nilai yang kerap dipertentangkan;
2. Pengaruh politik;
3. Emosional;
4. Tingkat pendidikan;
12. 5. Model keputusan faktual.
Q. Model PMPK
Beberapa model langkah-langkah Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
menurut beberapa pakar antara lain :
Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
RY. Chang dan Kelly:
1. Defenisikan masalah;
2. Analisis sebab-sebab potensial;
3. Identifikasi solusi yang memungkinkan;
4. Pilih solusi terbaik;
5. Susun rencana tindakan;
6. Implementasikan solusi dan evaluasi perkembangannya
Model PMPK (Pemecahan Masalah dan pengambilan Keputusan)
1. SP. Siagian:
a. Identifikasi dan defenisikan hakekat masalah yang dihadapi;
b. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
c.Pengumpulan dan pengolahan informasi;
d. Identifikasi alternatif;
e. Analisisi berbagai alternatif;
f. Penentuan pilihan alternatif terbaik;
g. Pelaksanaan;
h. Evaluasi hasil yang dicapai.
Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan) BA. Fisher (Model
Preskriptif) :
a. Orientasi, menentukan bagaimana situasi yang sedang atau akan dihadapi;
b. Evaluasi, menentukan sikap yang perlu diambil;
c. Pengawasan, menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi
tersebut;
d. Pengambilan keputusan, menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang telah
dievaluasi;
e. Pengendalian, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hasil keputusan.
Dari semua model di atas dapat disimpulkan secara garis besar untuk tahapan pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan pada dasarnya terdiri dari 4 (empat) langkah
kegiatan utama yaitu:
a. Identifikasi masalah;
b. Analisis masalah;
c. Alternatif pemecahan dan
d. Menetapkan keputusan.
Adapun kerangka-kerangka pokok dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan menurut Kepner-Tregoe adalah:
1. Analisa Situasi ( Apa Yang Terjadi …? );
2. Analisa Persoalan ( Mengapa Itu Terjadi …?);
3. Analisa Keputusan ( Tindakan Apa Yang Harus Diambil ?);
13. 4. Analisa Persoalan Potensial ( Apa Yang Kita Hadapi …? ).
Secara sistematis, langkah kegiatan yang dilakukan dalam tiap tahap yaitu:
1. Analisa Situasi:
a. Menginventarisasi masalah;
b. Menentukan masalah prioritas.
2. Analisa persoalan:
a. Mengidentifikasi penyebab masalah;
b. Menentukan penyebab utama.
3. Analisa Keputusan:
a. Membuat alternatif pemecahan;
b.Menentukan alternatif yang paling baik.
4. Analisa persoalan potensial:
a. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin akan terjadi;
b. Menentukan tindakan pencegahan.
1. Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak
sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat
digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
2. Proses yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau
sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
(pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan
menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang
keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
3. Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar
secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar
tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan,
dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat.
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif,
tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan
keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau
kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan.
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan
berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering
mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang
14. mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat
mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.
.1 Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan
SIM adalah sistem yang memberikan informasi untuk digunakan dalam pembuatan
keputusan guna menyelesaikan masalah bagi para penggunanya.
Pemecahan masalah (problem solving) terdiri atas respons terhadap hal yang berjalan
dengan baik, serta terhadap hal yang berjalan dengan buruk dengan cara mendefinisikan
masalah (problem) sebagai kondisi atau peristiwa yang berbahaya atau dapat membahayakan
perusahaan, atau yang bermanfaat atau dapat memberi manfaat. Dalam proses penyelesaian
masalah manajer terlihat dalam pembuatan keputusan (decision making), yaitu tindakan
memilih di antara berbagai alternatif solusi pemecahan masalah. Keputusan (decision)
didefinisikan sebagai tindakan pilihan dan sering kali perlu untuk mengambil banyak
keputusan dalam proses pemecahan satu masalah saja.
1.2 Fase Pemecahan masalah
Menurut Simon, orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :
· Aktivitas Intelijen. Mencari di sekitar lingkungan kondisi yang harus dipecahkan.
· Aktivitas perancangan. Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis
tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan.
· Aktivitas pemilihan. Memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
· Aktivitas Pengkajian. Memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.
2. Pendekatan dan Pentingnya Cara Pandang Sistem
Pendekatan sistem yaitu sederetan langkah yang dikelompokkan ke dalam tiga tahap
upaya persiapan, upaya pendefinisian, dan upaya pemecahan.
Dalam menggunakan model sistem umum dan model lingkungan sebagai dasar
pemecahan masalah, cara pandang sistem (systems view) yang memandang operasional
usaha sebagai sistem yang menjadi bagian dari lingkungan yang lebih luas. Ini merupakan
cara pemikiran yang abstrak, namun memiliki nilai yang potensial untuk manajer. Cara
pandang secara sistem akan :
15. a. Mencegah manajer agar tidak bingung karena kompleksitas struktur organisasi dan
detail pekerjaan.
b. Menekankan pentingnya memiliki tujuan yang baik.
c. Menekankan pentingnya semua bagian organisasi untuk bekerja sama.
d. Mengangkat hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.
e. Menempatkan nilai tinggi pada informasi yang didapat dari input yang hanya dapat
dicapai melalui sistem perputaran tertutup.
3. Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah
Kebanyakan masalah yang dipecahkan manajer dapat dianggap sebagai permasalahan
sistem. Sebagai contoh, perusahaan sebagai suatu sistem tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Atau, terdapat masalah dengan sistem persediaan, sistem komisi penjualan, dan
seterusnya. Solusi masalah sistem adalah solusi yang membuat sistem tersebut memenuhi
tujuannya dengan paling baik, seperti yang dicerminkan dalam standar kinerja sistem.
Standar ini menggambarkan situasi yang diinginkan (desired state) apa yang harus dicapai
sistem tersebut. Sebagai tambahan, manajer tersebut harus memiliki informasi yang
menggambarkan keadaan saat ini (current state) apa yang dicapai sistem tersebut sekarang
ini. Jika dua keadaan ini berbeda, maka ada masalah yang menjadi penyebabnya dan harus
dipecahkan.
Perbedaan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan disebut dengan
kriteria solusi (solution criterion), atau apa yang harus terjadi agar situasi saat ini berubah
menjadi situasi yang diinginkan. Tentu saja, jika situasi saat ini menunjukkan tingkat kinerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan, maka tugas yang harus
dilakukan bukanlah menyamakan keadaan saat ini. Melainkan, tugas yang harus dilakukan
adalah menjaga agar situasi saat ini tetap berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Jika kinerja
tingkat tinggi dapat dipertahankan, maka situasi yang diinginkan harus ditingkatkan.
Tanggung jawab manajer adalah mengidentifikasi solusi alternatif, yang selalu ada. Ini
merupakan satu langkah dari proses penyelesaian masalah di mana komputer tidak terlalu
banyak membantu. Manajer biasanya mengandalkan pengalaman sendiri atau mencari
bantuan dari pemroses informasi nonkomputer, seperti input dari pihak lain baik di dalam
maupun di luar perusahaan.
16. Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk
mengevaluasinya. Evaluasi ini harus mempertimbangkan batasan (constraint) yang ada, yang
dapat berasal baik dari internal maupun lingkungan. Batasan internal (internal constraint)
biasanya berbentuk sumber daya yang terbatas yang ada di dalam perusahaan. Sebagai
contoh, unit TI tidak dapat merancang sistem CRM karena kurangnya keahlian dalam OLAP.
Batasan lingkungan (environmental constraint) berbentuk tekanan dari berbagai elemen
lingkungan yang membatasi aliran sumber daya dari dan keluar perusahaan. Salah satu
contoh adalah peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve Board yang meningkatkan biaya
ekspansi pabrik.
a. Memilih Solusi yang Terbaik
Pemilihan solusi yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Herry Mintzberg,
seorang ahli teori manajemen, telah mengidentifikasi tiga pendekatan :
· Analisis
Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan
konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi.
Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite
pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam
mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
· Penilaian
Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh, manajer
produksi menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik
baru yang diusulkan dari model matematika.
· Penawaran
Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi dan
menerima yang berlangsung antara para anggota komite eksekutif mengenai pasar
yang mana yang harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh
politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
17. b. Permasalahan versus Gejala
Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu
masalah. Jika tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang untuk
menyelesaikan permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya bukanlah suatu
masalah. Gejala (symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah. Sering kali seorang
manajer melihat gejala dan bukan masalah.
c. Struktur Permasalahan
Model matematika yang disebut formula EOQ (economic order quantity) dapat
memberitahu bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan. Masalah seperti ini disebut
masalah terstruktur (structured problem) karena terdiri atas unsur dan hubungan antara
berbagai elemen yang semuanya dipahami oleh orang yang memecahkan masalah.
Masalah yang tidak terstruktur (unstructured problem) adalah masalah yang tidak memiliki
elemen atau hubungan antarelemen yang dipahami oleh orang yang memecahkan masalah.
Salah satu contoh dari masalah yang tidak terstruktur adalah memutuskan film yang mana
yang paling kita sukai. Manajer bisnis sering kali tidak memiliki perangkat yang cukup untuk
mendefinisikan masalah seperti ini dengan cara yang terstruktur.
Sebenarnya, hanya sedikit permasalahan dalam suatu organisasi yang benar-benar terstruktur
atau benar-benar tidak terstruktur. Kebanyakan masalah adalah permasalahan di mana
manajer memiliki pemahaman yang kurang sempurna akan berbagai elemen dan hubungan di
antaranya. Masalah semiterstruktur (semistructured problem) adalah masalah yang terdiri atas
beberapa elemen atau hubungan yang dipahami oleh si pemecah masalah dan beberapa yang
tidak dapat dipahami. Salah satu contoh adalah pemilihan lokasi untuk membangun sebuah
pabrik baru.
Beberapa elemen, seperti harga tanah, pajak, dan biaya-biaya untuk mengirimkan bahan
baku, dapat diukur dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Tetapi elemen-elemen lain, seperti
bahaya dari lingkungan dan perilaku masyarakat sekitar, sulit untuk diidentifikasi dan diukur.
Setelah prosedur ditentukan, komputer dapat memecahkan masalah yang terstruktur tanpa
keterlibatan manajer. Namun, manajer sering kali harus melakukan semua pekerjaan untuk
18. memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Dalam wilayah masalah semiterstruktur yang
luas, manajer dan komputer dapat bekerja sama dalam menemukan solusi.
d. Jenis Keputusan
Selain memberikan tahap-tahap pemecahan masalah, Herbert A.Simon juga menemukan
metode untuk mengklasifikasikan keputusan, yaitu :
· Keputusan terprogram (programmed decision) bersifat “repetitif dan rutin, dalam hal
prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu
dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.”
· Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision) bersifat “baru, tidak
terstruktur, dan penuh konsekuensi. Tidak terdapat metode yang pasti untuk menangani
masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah muncul sebelumnya, atau karena
sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan kompleks, atau karena masalah tersebut demikian
penting sehingga memerlukan penanganan khusus.”
4. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Istilah sistem keputusan terstruktur (structured decision system-SDS) digunakan untuk
mendeskripsikan sistem-sistem yang mampu menyelesaikan masalah yang teridentifikasi.
Masalah-masalah di bawah garis menyulitkan pemrosesan komputer, dan Gorry dan Scott-
Morton menggunakan istilah sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support
system-DSS) untuk menggambarkan sistem yang dapat memberikan dukungan yang
dibutuhkan.
Sejak 1971, DSS telah menjadi jenis sistem informasi yang paling sukses dan kini menjadi
aplikasi komputer untuk pemecahan masalah yang paling produktif.
5. Model DSS
Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan khusus
dan berkala serta output dari model matematika. Laporan khusus ini berisikan respons
19. terhadap permintaan ke basis data. Setelah DSS diterapkan dengan baik, kemampuan yang
memungkinkan para pemecah masalah untuk bekerja sama dalam kelompok ditambahkan ke
dalam model tersebut. Penambahan peranti lunak groupware memungkinkan sistem tersebut
untuk berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (group decision
support system-GDSS). Yang terbaru, kemampuan kecerdasan buatan juga telah ditambahkan
beserta kemampuan untuk terlibat dalam OLAP.
a . Pemodelan Matematika
Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas, yang
disebut entitas (entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili permasalahan yang
harus diselesaikan. Objek atau aktivitas yang menyebabkan masalah disebut dengan entitas.
b. Jenis Model
Terdapat empat jenis dasar model, yaitu :
1. Model Fisik (Physical model)
Merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya. Model fisik yang digunakan di
dunia bisnis mencakup model skala untuk pusat perbelanjaan dan prototipe mobil
baru.
Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh benda
sesungguhnya. Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer untuk
mengevaluasi desain objek, seperti pesawat terbang, dan membuat perubahan-
perubahan sebelum konstruksi sesungguhnya. Ini akan menghemat waktu dan
uang.
2. Model Naratif
Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah model
naratif (narrative model) yang menggambarkan entitas dengan kata-kata yang
terucap atau tertulis. Pendengar atau pembaca dapat memahami entitas tersebut
20. dari naratifnya. Semua komunikasi bisnis adalah model naratif, sehingga
membuat model naratif jenis model yang paling populer.
3. Model Grafis
Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis (graphic
model) menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol, atau bentuk.
Jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah jumlah
optimum penambahan stok yang harus dipesan dari pemasok. EOQ
menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk menyimpannya hingga
stok tersebut digunakan atau dijual.
Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan
perangkat yang digunakan oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram
relasi entitas, diagram kelas, dan diagram aliran data merupakan beberapa contoh.
4. Model Matematis
Setiap rumus atau persamaan matematika adalah model matematis (mathematical
model). Kebanyakan model matematika yang digunakan manajer bisnis sama
kompleksnya dengan yang digunakan untuk menghitung EOQ.
Biaya penyimpanan mencakup semua biaya yang terjadi dalam penyimpanan
barang, seperti asuransi, kerusakan, dan kehilangan karena pencurian.
Beberapa model matematika menggunakan ratusan atau bahkan ribuan
persamaan. Sebagai contoh, model perencanaan keuangan yang dirancang Sun
Oil Company pada tahun-tahun pertama penggunaan SIM-nya menggunakan
sekitar 2.000 persamaan. Model besar seperti ini cenderung lamban dan sulit
untuk digunakan. Tren yang berlangsung saat ini adalah penggunaan model yang
lebih kecil.
21. a. Penggunaan Model
Keempat jenis model memberikan pemahaman dan memfasilitasi komunikasi. Selain
itu, model matematis memiliki kemampuan prediktif.
a) Memberikan pengertian.
Model biasanya lebih sederhana dibandingkan entitasnya. Entitas adalah objek atau proses.
Entitas dapat lebih mudah dimengerti jika berbagai elemen dan hubungan yang terdapat di
dalamnya ditampilkan secara lebih sederhana. Setelah model yang sederhana dapat dipahami,
model tersebut secara bertahap dapat dibuat lebih kompleks sehingga dapat mewakili
entitasnya secara lebih kompleks. Tetapi, model tersebut hanya dapat mewakili entitasnya.
Model tersebut tidak dapat benar-benar berlaku seperti entitas sesungguhnya.
b) Memfasilitasi Komunikasi
Keempat jenis model dapat mengomunikasikan informasi secara akurat dan cepat kepada
orang-orang yang memahami makna bentuk, kata-kata, grafis, dan matematis.
c) Memprediksi masa depan
Ketepatan yang ditunjukkan model matematis untuk mewakili merupakan kemampuan yang
tidak terdapat pada model lain. Model matematis dapat memprediksi apa yang akan terjadi di
masa depan, namun tidak 100 persen akurat. Tidak ada model yang sebaik itu. Karena asumsi
biasanya harus dibuat berdasarkan banyaknya data yang dimasukkan ke dalam model
tersebut, manajer harus menggunakan penilaian dan intuisi dalam mengevaluasi outputnya.
b. Kelas Model Matematis
Model matematis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga dimensi : pengaruh waktu, tingkat
keyakinan, dan kemampuan untuk mencapai optimisasi.
22. a) Model Statis atau Dinamis
Model Statis (static model) tidak melibatkan waktu sebagai salah satu variabel. Model ini
berkenaan dengan situasi pada waktu tertentu. Dengan kata lain, bersifat seperti cuplikan
keadaan. Model yang melibatkan waktu sebagai salah satu variabel disebut model dinamis
(dynamic model). Model ini menggambarkan perilaku entitas seiring dengan waktu, seperti
gambar bergerak atau film.
b) Model Probabilitas atau Deterministik
Cara lain untuk mengklasifikasikan beragam model didasarkan pada apakah suatu formula
melibatkan probabilitas atau tidak. Probabilitas (Probability) adalah kesempatan bahwa
sesuatu akan terjadi. Probabilitas berkisar dari 0,00 (Untuk sesuatu yang tidak memiliki
kesempatan terjadi) hingga 1,00 (untuk sesuatu yang pasti terjadi). Model yang melibatkan
probabilitas disebut model probabilitas (probability model). Jika tidak, maka model tersebut
adalah model deterministik (deterministic model).
c) Model Optimisasi atau Suboptimisasi
Model optimisasi (optimizing model) adalah model yang memilih solusi terbaik dari
berbagai alternatif yang ditampilkan. Agar suatu model dapat melakukan hal ini, masalah
tersebut harus terstruktur dengan amat baik.
Model Suboptimisasi (suboptimizing model) yang sering kali disebut model pemuas
(satisficing model) memungkinkan seorang manajer untuk memasukkan seperangkat
keputusan. Setelah langkah ini diselesaikan, model tersebut akan memproyeksikan hasil.
7. Simulasi
Tindakan menggunakan model disebut dengan simulasi (simulation). Simulasi terjadi dalam
skenario tertentu dan memprediksi dampak keputusan orang yang memecahkan masalah
tersebut.
23. Skenario istilah skenario (scenario) digunakan untuk menggambarkan kondisi yang
memengaruhi simulasi. Elemen data yang menentukan skenario ini disebut elemen data
skenario (scenario data element). Model ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga elemen
data skenario berbentuk variabel, sehingga memungkinkan penetuan nilai-nilai yang berbeda.
7.1 Variabel Keputusan dan Teknik Simulasi
Nilai input yang dimasukkan manajer untuk mengukur dampak pada entitas disebut variabel
keputusan (decision variable).
Manajer biasanya melakukan model optimisasi hanya sekali. Model ini menghasilkan solusi
yang terbaik menggunakan skenario tertentu dan variabel-variabel keputusan. Namun,
penting juga untuk menjalankan model suboptimisasi berulang kali, guna mencari kombinasi
variabel keputusan yang menghasilkan hasil yang memuaskan. Proses perulangan untuk
mencoba beragam alternatif keputusan ini disebut permainan bagaimana jika (what-if game).
Setiap kali model tersebut dijalankan, hanya satu dari beragam variabel keputusan yang harus
diubah agar pengaruhnya dapat terlihat. Dengan cara ini, pemecah masalah secara sistematis
dapat menemukan kombinasi keputusan yang akan menghasilkan solusi masalah.
7.2 Contoh Pemodelan
Eksekutif perusahaan dapat menggunakan model matematis untuk membuat beberapa
keputusan kunci. Para eksekutif ini dapat menyimulasikan dampak dari :
· Harga Produk.
· Jumlah investasi pabrik yang dibutuhkan untuk menyediakan kapasitas untuk
memproduksi produk.
· Jumlah yang akan diinvestasikan dalam aktivitas pemasaran, seperti iklan dan penjualan
langsung.
· Jumlah yang akan diinvestasikan dalam penelitian dan pengembangan.
24. Selain itu, para eksekutif tersebut ingin menyimulasikan empat kuartal aktivitas dan
menghasilkan dua laporan :
1. Laporan operasional yang mencakup nilai-nilai nonmoneter seperti potensi pasar
(permintaan) dan kapasitas pabrik serta,
2. Laporan pendapatan yang mencerminkan hasil secara monoter.
7.3 Kelebihan dan kelemahan pemodelan
Manajer yang menggunakan model matematika bisa mendapatkan manfaat melalui hal-hal
berikut :
· Proses pemodelan dapat menjadi pengalaman belajar. Manajer akan selalu mempelajari
sesuatu yang baru mengenai sistem sesungguhnya melalui setiap proyek pemodelan.
· Kecepatan proses simulasi memungkinkan sejumlah besar alternatif dapat
dipertimbangkan dengan cara memberikan kemampuan untuk mengevaluasi dampak
keputusan dalam waktu yang singkat. Hanya dalam beberapa menit, kita dapat
menyimulasikan beberapa bulan, kuartal, atau tahunan operasional perusahaan.
· Seperti yang telah dibahas sebelumnya, model memberikan kemampuan prediksi
pandangan ke masa depan yang tidak dapat diberikan oleh metode penyedia informasi lain.
· Model tidak semahal upaya uji coba. Proses pemodelan memang mahal jika dilihat dari
masa perancangan dan biaya peranti keras dan peranti lunak yang dibutuhkan untuk
melakukan simulasi, namun biaya ini tidak setinggi biaya yang terjadi jika keputusan yang
buruk diimplementasikan di dunia nyata.
7.4 Kelebihan pemodelan ini dapat berkurang karena dua kelemahan dasar :
Kesulitan untuk membuat model sistem bisnis akan menghasilkan model yang tidak
mencakup semua pengaruh terhadap entitas. Sebagai contoh, dalam model yang baru saja
25. digambarkan, seseorang di perusahaan harus mengestimasikan nilai untuk elemen data
skenario. Selain itu, rumus matematis biasanya hanya merupakan prakiraan atas perilaku
entitas tersebut. Ini berarti bahwa penilaian subjektif yang cukup besar harus diterapkan
dalam mengimplementasikan keputusan yang dibuat berdasarkan hasil simulasi.
Kemampuan matematis tingkat tinggi dibutuhkan untuk merancang model yang lebih
kompleks. Selain itu, kemampuan semacam ini juga diperlukan untuk menginterpretasikan
output dengan baik.
7.5 Pemodelan Matematika Menggunakan Lembar Kerja Elektronik
Terobosan teknologi yang memungkinkan para pemecah persoalan untuk menyusun model
matematika dan tidak sekedar hanya mengandalkan spesialis informasi atau ilmuwan
manajemen adalah lembar kerja elektronik. Sebelum adanya lembar kerja (spreadsheet),
model matematika diprogram dalam bahasa teknis seperti Fortran atau API, yang berada di
luar kompetensi para pemecah masalah yang tidak memiliki latar belakang komputer. Ketika
spreadsheet hadir, tampak jelas bahwa teknologi ini akan menjadi alat yang baik untuk
membuat model matematika.
1. Kapabilitas Pemodelan Statis
Baris dan kolom dari lembar kerja elektronik membuatnya ideal untuk digunakan dalam
model statis.
2. Kapabilitas Pemodelan Dinamis
Lembar kerja sangat sesuai untuk digunakan sebagai model dinamis. Kolom-kolom yang
tersedia amat sesuai untuk periode waktu.
7.6 Memainkan Permainan “Bagaimana Jika”
Lembar kerja ini juga berguna untuk memainkan permainan “bagaimana jika”, di mana
pemecah masalah memanipulasi satu atau lebih variabel untuk melihat dampak dari hasil
simulasi.
26. 7.7 Antarmuka Model Lembar Kerja
Ketika menggunakan lembar kerja sebagai model matematika, pengguna dapat memasukkan
data atau membuat perubahan secara langsung pada sel-sel lembar kerja atau dapat
menggunakan antarmuka pengguna grafis.
7.8 Kecerdasan Buatan
DSS menekankan penggunaan pemodelan matematika dan pengajuan permintaan ke basis
data. Tidak lama kemudian, para perancang DSS mulai menyadari kebutuhan untuk
menggabungkannya dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan (artificial intelligence-AI)
adalah aktivitas penyediaan mesin seperti komputer dengan kemampuan untuk menampilkan
perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya dengan jika kemampuan tersebut ditampilkan
oleh manusia. AI merupakan aplikasi komputer yang paling canggih karena aplikasi ini
berusaha mencontoh cara pemikiran manusia.
7.9 Sejarah AI
Bibit AI pertama kali disebar hanya 2 tahun setelah General Electri menerapkan komputer
yang pertama kali digunakan untuk penggunaan bisnis. Tahun 1956, dan istilah kecerdasan
buatan pertama kali dibuat oleh John McCarthy sebagai tema suatu konferensi yang
dilaksanakan di Dartmouth College. Pada tahun yang sama, program komputer AI pertama
yang disebut Logic Theorist, diumumkan. Kemampuan Logic Theorist yang terbatas untuk
berpikir (membuktikan teorema-teorema kalkulus) mendorong para ilmuwan untuk
merancang program lain yang disebut General Problem Solver (GPS), yang ditujukan untuk
digunakan dalam memecahkan segala macam masalah. Proyek ini ternyata membuat para
ilmuwan yang pertama kali menyusun program ini kewalahan, dan riset AI dikalahkan oleh
aplikasi-aplikasi komputer yang tidak terlalu ambisius seperti SIM dan DSS. Namun seiring
waktu, riset yang terus-menerus akhirnya membuahkan hasil, dan AI telah menjadi wilayah
aplikasi komputer yang solid.
7.10 Wilayah AI
27. AI diterapkan di dunia bisnis dalam bentuk sistem pakar, jaringan saraf tiruan, algoritme
genetik, dan agen cerdas.
1. Sistem Pakar
Sistem pakar adalah program komputer yang berusaha untuk mewakili pengetahuan
keahlian manusia dalam bentuk heuristik. Istilah heuristik berasal dari kata Yunani eureka,
yang berarti “menemukan.” Heuristik (heuristic) adalah aturan yang menjadi patokan atau
aturan untuk menebak dengan baik.
Heuristik tidak menjamin hasil sebaik algoritme yang biasa didapatkan dalam model
matematika, namun heuristik biasanya menawarkan hasil yang cukup spesifik sehingga dapat
berguna. Heuristik memungkinkan sistem pakar untuk berfungsi sedemikian rupa agar
konsistem dengan keahlian manusia, dan menyarankan penggunanya cara memecahkan
masalah. Karena sistem pakar berfungsi sebagai konsultan, tindakan menggunakan aplikasi
ini disebut konsultasi (consultation) karena pengguna berkonsultasi kepada sistem pakar
untuk mendapatkan saran.
Sistem pakar dirancang oleh spesialis informasi (yang sering kali disebut insinyur
pengetahuan (knowledge engineer)) yang memiliki keahlian khusus dalam bidang kecerdasan
buatan. Insinyur pengetahuan amat ahli dalam mendapatkan ilmu dari seorang ahli.
2. Jaringan saraf tiruan
Jaringan saraf tiruan (neural networks) meniru fisiologi otak manusia. Jaringan ini mampu
menemukan dan membedakan pola, sehingga membuatnya amat berguna dalam bisnis di
wilayah pengenalan suara dan pengenalan karakter optis.
3. Algoritme Genetik
Algoritme genetik (genetic algorithms) menerapkan proses “yang terkuat yang selamat”
untuk memungkinkan para pemecah masalah agar menghasilkan solusi masalah yang
28. semakin lebih baik. Sebagai contoh, bankir investasi dapat menggunakannya untuk memilih
portofolio investasi yang terbaik bagi kliennya.
4. Agen Cerdas
Agen Cerdas (intelligent agent) digunakan untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan
komputer yang berulang-ulang. Salah satu contoh adalah penggalian data, di mana penemuan
pengetahuan memungkinkan sistem gudang data untuk mengidentifikasi hubungan data yang
sebelumnya tidak dikenal.
1.1 Daya Tarik Sistem Pakar
Sistem pakar menawarkan kemampuan yang unik sebagai sistem pendukung keputusan,
yaitu:
1. Sistem pakar memberikan kesempatan untuk membuat keputusan yang melebihi
kemampuan seorang manajer. Sebagai contoh, seorang karyawan investasi baru di bank dapat
menggunakan suatu sistem pakar yang didesain oleh seorang ahli keuangan dan, dengan
demikian, menggabungkan pengetahuan ahli tersebut ke dalam keputusan investasinya.
2. Sistem pakar tersebut dapat menjelaskan alasannya hingga menuju ke suatu keputusan.
Sering kali, penjelasan mengenai bagaimana solusi tersebut dicapai lebih berharga
dibandingkan solusi itu sendiri.
1.2 Konfigurasi Sistem Pakar
Sistem pakar terdiri atas empat bagian utama : antarmuka pengguna, basis pengetahuan,
mesin antarmuka, dan mesin pengembangan.
· Antarmuka Pengguna
Antarmuka pengguna memungkinkan manajer untuk memasukkan instruksi dan
informasi ke dalam sistem pakar dan menerima informasi dari sistem tersebut. Instruksi ini
menentukan parameter yang mengarahkan sistem pakar dalam proses pemikirannya. Input
informasi berbentuk nilai yang dikaitkan dengan variabel tertentu.
29. Sistem pakar didesain untuk merekomendasikan solusi. Solusi ini kemudian
dilengkapi dengan penjelasan. Terdapat dua jenis penjelasan : Penjelasan dari pertanyaan
yang diberikan manajer dan penjelasan mengenai solusi masalah.
· Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan (knowledge basis) berisikan fakta yang menggambarkan masalah
serta teknik penggambaran pengetahuan yang menjelaskan bagaimana fakta bersentuhan
secara logis. Istilah domain masalah (problem domain) digunakan untuk menggambarkan
area permasalahan.
Salah satu teknik untuk menggambarkan pengetahuan yang populer adalah
penggunaan aturan. Aturan (rule) menentukan apa yang harus dilakukan dalam suatu situasi
dan terdiri atas dua bagian : kondisi yang bisa jadi benar atau salah dan tindakan yang harus
dilakukan jika kondisi itu benar. Contoh aturan adalah :
If Indeks.Ekonomi > 1,20 dan Indeks.Musiman > 1,30 Then Prakiraan.Penjualan =
‘SANGAT BAIK ‘
Semua aturan yang ada di dalam sistem pakar disebut set aturan (rule set). Jumlah
aturan dalam set aturan dapat bervariasi dari sekitar selusin peraturan untuk suatu sistem
pakar sederhana hingga 10.000 peraturan untuk set yang rumit.
· Mesin Inferensi
Mesin Inferensi (inference engine) adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan
pemikiran dengan cara menggunakan isi basis pengetahuan dalam urutan tertentu. Selama
konsultasi, mesin inferensi memeriksa aturan-aturan basis pengetahuan satu demi satu, dan
jika persyaratan satu aturan benar, maka suatu tindakan akan dilaksanakan. Dalam
terminologi sistem pakar, aturan diberhentikan jika tindakan diambil.
Proses pemeriksaan peraturan satu demi satu berlanjut hingga seluruh set aturan telah
dilalui. Lebih dari satu kali pemeriksaan biasanya dibutuhkan untuk memberikan suatu nilai
30. ke solusi masalah, yang disebut variabel tujuan (goal variable). Pemeriksaan terus berlanjut
hingga memungkinkan untuk memberhentikan beberapa aturan. Ketika tidak ada lagi aturan
yang dapat diberhentikan, proses pemikiran dapat berhenti.
· Mesin Pengembangan
Komponen utama yang keempat dari sistem pakar adalah mesin pengembangan, yang
digunakan untuk membuat sistem pakar. Ada dua pendekatan dasar yang tersedia : bahasa
pemrograman dan kerangka sistem pakar.
Kerangka sistem pakar (expert system shell) adalah prosesor siap pakai dan dapat
disesuaikan untuk masalah tertentu dengan cara menambahkan basis pengetahuan yang
sesuai. Kini, kebanyakan minat untuk menerapkan sistem pakar ke masalah bisnis melibatkan
penggunaan kerangka.
Salah satu contoh domain masalah yang menggunakan kerangka sistem pakar adalah
komputer bantuan pelanggan. Ketika sistem pakar bantuan pelanggan digunakan, pengguna
atau anggota staf bantuan pelanggan berkomunikasi secara langsung dengan sistem, dan
sistem kemudian berusaha menyelesaikan masalah.
Sistem pakar bantuan pelanggan menggunakan beragam teknik penggambaran pengetahun.
Salah satu pendekatan yang populer disebut cara pikir berbasis kasus (case base reasoning-
CBR). Pendekatan ini menggunakan data historis sebagai dasar untuk mengidentifikasi
masalah dan merekomendasikan solusi.
Kerangka sistem pakar telah membuat kecerdasan buatan terjangkau perusahaan-
perusahaan yang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk merancang sistem mereka
sendiri menggunakan bahasa pemrograman. Dalam area bisnis, kerangka sistem pakar
merupakan cara yang paling populer bagi banyak perusahaan untuk menerapkan sistem
berbasis pengetahuan.
31. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Implementasi
Sistem Informasi. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.)
https://aguspasawahan.wordpress.com/2012/03/28/pemecahan-masalah-dan-
pengambilan-keputusan/
https://freeninda1310.wordpress.com/2012/01/13/metode-pemecahan-masalah/
http://pmat.uad.ac.id/metode-pemecahan-masalah-matematika
http://nuraditama.blogspot.com/2012/03/pemecahan-masalah-dan-pengambilan.html
http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/04/pemecahan-masalah-dan-pengambilan.html
https://aguspasawahan.wordpress.com/2012/03/28/pemecahan-masalah-dan-
pengambilan-keputusan/
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,2008, Pemecahan Masalah dan
Pengambilan Keputusan, Modul Dilat Kepemimpinan Tingkat IV
Penulis : Drs. YM Soekatno, MM (Widyaiswara Badan Diklat DIY)