SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
I. Pendahuluan
Peneliti pemula banyak yang cenderung untuk memandang sampel dan
populasi sebagai dua hal yang terpisah. Mereka tidak langsung menghubungkan
bahwa setiap hasil yang diperoleh pada sampel sebenarnya merupakan refleksi
dari keadaan di populasi yang diwakili oleh sampel tersebut. Keadaan ini
menyebabkan rentetan kesulitan untuk memahami mengapa dipergunakan teknik
pemilihan sampel yang benar, rumus yang berbeda untuk desain yang berbeda,
mengapa harus dihitung perkiraan jumlah sampel yang diperlukan, mengapa harus
dilakukan uji hipotesis dan apa makna hasil uji hipotesis, apa tujuan menghitung
interval kepercayaan, dan seterusnya. Contoh kurangnya pemahaman tersebut
adalah adanya kecenderungan untuk menulis persentase dengan sangat rinci,
seperti tiga angka di belakang koma (dengan anggapan semakin panjang desimal
semakin teliti).1,2,3
Peneliti umumnya ingin menerapkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada
populasi yang lebih luas, agar dapat diterapkan kepada kelompok pasien lain.
Peneliti tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh populasi yang
diinginkan, melainkan dengan cara mengambil sampel, yang di satu sisi mewakili
populasi induknya, dan juga dapat dilaksanakan ditinjau dari ketersediaan waktu,
tenaga, sarana, serta biaya. Sampel dapat mewakili populasi jika disertai dengan
metode penentuan besar sampel yang tepat.1,4,5,6,7,8
Sari kepustakaan ini menjabarkan bagaimana pemilihan dan pengukuran besar
sampel dalam penelitian di bidang kedokteran.
II. Sampel dan Populasi
Istilah populasi dalam bahasa sehari-hari dihubungkan dengan penduduk atau
jumlah penduduk di suatu tempat atau negara. Istilah populasi dalam penelitian
adalah sejumlah besar subjek/sampel yang mempunyai karakteristik tertentu.
Subjek dapat berupa manusia, hewan, data laboratorium, dan lain-lain.
Karakteristik subjek dapat ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian.
Populasi penelitian dapat dibagi menjadi populasi target (target population) dan
populasi terjangkau (accessible population). Gambaran populasi umum atau
2
populasi target merupakan populasi tempat hasil penelitian diharapkan akan
diterapkan. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai ranah (domain). Populasi
target dalam penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik klinis dan
demografis.1,3,4,5,6,7
Gambar 2.1. Hubungan antara populasi target, populasi terjangkau, sampel terpilih, dan
sampel yang benar-benar diteliti,
1
Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dapat dijangkau
peneliti. Sampel yang dipilih dari populasi terjangkau terdiri atas subjek yang
akan langsung diteliti. Populasi terjangkau penelitian klinis dibatasi oleh
karakteristik klinis, karakteristik demografis, tempat, dan waktu. Tidak semua
pasien dalam populasi terjangkau perlu dipilih menjadi sampel penelitian. Peneliti
dapat memperkirakan berbagai parameter dalam populasi dengan mengetahui
statistik yang diperoleh dari sampel dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan
sebagai berikut:1
1. Apakah sampel yang benar diteliti dapat mewakili sampel terpilih? Bila
semua sampel terpilih dapat menyelesaikan penelitian, maka jawabnya
adalah ya. Bila yang tidak menyelesaikan penelitian hanya sebagian kecil
maka sampel yang diteliti dapat dianggap mewakili sampel terpilih. Pada
penelitian klinis biasanya drop out sebanyak 5-10% dianggap masih tidak
Populasi
target
Populasi
terjangkau
Sampel
terpilih
Sampel yang
benar diteliti
3
mengganggu hasil penelitian. Pada penelitian komunitas angka 15-20%
masih dapat diterima.1
2. Apakah sampel penelitian yang terpilih dapat mewakili populasi
terjangkau? Bila pemilihan sampel dilakukan dengan cara yang benar,
seperti random sampling atau consecutive sampling, maka sampel terpilih
dianggap mewakili populasi terjangkau.1
Tabel 2.1. Contoh populasi target penelitian klinis1
Karakteristik demografis Karakteristik klinis
Remaja Pengguna narkoba
Neonatus Sepsis
Perempuan pasca-menopause Osteoporosis
Dewasa muda Infark miokard
Bayi <9 bulan Morbili
Penduduk pesisir Korban tsunami
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Subjek terpilih (eligible subjects)
atau sampel yang dikehendaki (intended sample) adalah mereka yang memenuhi
kriteria penelitian (inklusi dan eksklusi) dan dipilih dengan cara tertentu sehingga
mewakili populasi terjangkau. Sebagian sampel terpilih mungkin tidak dapat
menyelesaikan penelitian dengan berbagai alasan, sehingga akhirnya data
diperoleh hanya dari sampel yang benar-benar diteliti. Subjek yang benar diteliti
adalah subjek yang benar mengikuti penelitian sampai selesai. Kelompok ini
merupakan bagian dari subjek terpilih dikurangi dengan angka drop out¸ loss to
follow up, dan lain-lain. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada
kelompok ini. Hasil penelitian pada sampel yang diteliti ini diterapkan ke populasi
terjangkau secara statistika, sedangkan penerapan dari populasi terjangkau ke
populasi target tidak dapat dilakukan secara statistika, namun secara logika dan
pemikiran umum.1,4,7-11
4
Penggunaan sampel pada penelitian mempunyai berbagai keuntungan, antara
lain lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, mewakili populasi, dan
lebih spesifik.1,10,11
Tabel 2.2. Hubungan antara populasi target, populasi terjangkau, sampel yang
dikehendaki, dan subjek yang benar diteliti1
Kelompok subjek Karakteristik Contoh
Populasi target Dibatasi oleh karakteristik klinis
dan demografis
Osteoporosis pasca-
menopause
Populasi terjangkau Dibatasi oleh tempat dan waktu Perempuan pasca-
menopause di RSHS, tahun
2005 (100 pasien)
Sampel yang
dikehendaki
Dipilih secara random dari
populasi terjangkau
60 pasien osteoporosis
pasca-menopause
Subjek yang benar
diteliti
Subjek yang menyelesaikan
prosedur penelitian
54 pasien osteoporosis
pasca menopause
III. Cara Pemilihan Sampel
Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan banyak cara, masing-masing
dengan kelebihan dan kekurangannya. Hal ini patut diperhatikan oleh peneliti,
karena bila pemilihan tidak dilakukan dengan baik (sehingga sampel tidak
mewakili populasi), maka apapun hasilnya tidak akan dapat digeneralisasi ke
populasi. Cara pemilihan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemilihan
berdasarkan peluang (probability sampling) dan pemilihan tidak berdasarkan
peluang (non-probability sampling). Baku emas untuk cara penarikan sampel
adalah dengan probability sampling. Semua uji statistika dilaksanakan dengan
asumsi bahwa sampel telah dipilih dengan dasar probability sampling, meskipun
penarikan sampel representatif tidak harus dilakukan dengan cara tersebut.5-10
3.1 Probability Sampling
Prinsip pada probability sampling adalah bahwa tiap subjek dalam populasi
terjangkau mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau untuk tidak
terpilih sebagai sampel penelitian. Jenis-jenis probability sampling yang banyak
5
digunakan dalam penelitian klinis dan kesehatan masyarakat antara lain simple
random sampling, systematic sampling, dan stratified random sampling.1,7,9,10
3.1.1 Simple random sampling
Jumlah subjek dalam populasi terjangkau yang akan dipilih sampelnya
dihitung terlebih dahulu pada metode pemilihan sampel ini, kemudian tiap subjek
diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka
acak.1,7,9,10
Pemilihan subjek secara acak sat ini dipermudah dengan tersedianya program
komputer. Komputer yang memiliki program yang menyediakan cara pemilihan
random sampling atau random selection, biasanya meminta input berupa jumlah
subjek penelitian yang tersedia (misalnya 200), berapa yang akan dipilih
(misalnya 40), serta nomor pasien yang terkecil dan terbesar untuk dipilih.
Komputer akan menunjuk 40 nomor pasien yang harus dipilih dengan perintah
khusus. Komputer akan memberikan 40 nomor pasien yang sama sekali berbeda
dengan hasil sebelumnya bila input yang sama diulang, sehingga peneliti tidak
dapat memperkirakan nomor urut berapa yang akan terpilih bila prosedur
pemilihan subjek ini diulang. 1,7,9,10
3.1.2 Systematic sampling
Setiap subjek nomor ke sekian sebagai sampel dari seluruh subjek yang dapat
dipilih dapat ditentukan dengan metode ini. Setiap pasien nomor ke-n dipilih
sebagai sampel jika peneliti ingin mengambil 1/n dari populasi. 1,7,9,10
3.1.3 Stratified random sampling
Keadaan-keadaan tertentu dapat ditemukan dalam penelitian, sehingga tiap
kelompok memberikan nilai yang jelas berbeda yang sering disebut strata. Sampel
dengan variasi yang sangat besar akan ditemukan jika sampling dilakukan
terhadap semua subjek sebagai satu kesatuan, terutama jika jumlah subjek sedikit,
dan simpulan hasil penelitian menjadi bias. Metode ini memilih sampel secara
acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu
sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata. Variabel yang sering
digunakan untuk stratifikasi adalah jenis kelamin, umur, ras, kondisi sosial
ekonomi, status gizi, tempat penelitian, dan lain-lain. 1,7,9,10
6
3.1.4 Cluster Sampling
Cluster sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok
imdividu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan
wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dan seterusnya). Cara ini sangat efisien
bila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh
populasi tersebut. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan atau sulit untuk
dilakukan simple random sampling. 1,7,9,10
3.2 Non-probability sampling
Non-probability sampling merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis
dan lebih mudah dilakukan daripada probability sampling, karenanya dalam
penelitian klinis lebih sering digunakan daripada probability sampling. Kesahihan
non-probability sampling terletak pada seberapa benar karakteristik sampel yang
dipilih menyerupai karakteristik sampel bila pemilihan dilakukan dengan cara
probability sampling, karena semua prosedur statistika berdasarkan bahwa sampel
diambil secara probability sampling (khususnya random sampling). Jenis-jenis
non-probability sampling yang sering digunakan antara lain consecutive sampling,
convenient sampling, dan judgmental sampling. 1,7,9,10
3.2.1 Consecutive sampling
Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi pada metode
ini. Consecutive sampling merupakan jenis non-probability sampling yang paling
baik, dan sering merupakan cara termudah. Sebagian besar penelitian klinis
(termasuk uji klinis) menggunakan teknik ini untuk pemilihan subjeknya. 1,7,9,10
Jangka waktu pemilihan pasien harus tidak terlalu pendek, terutama untuk
penyakit yang dipengaruhi musim, agar hasil pemilihan dengan consecutive
sampling dapat menyerupai hasil dengan probability sampling. 1,7,9,10
3.2.2 Convenient sampling
Cara ini merupakan cara termudah untuk menarik sampel, namun merupakan
cara yang paling lemah. Sampel diambil tanpa sistematika tertentu, hingga jarang
dapat dianggap dapat mewakili populasi terjangkau, apalagi populasi target. 1,7,9,10
7
3.3.3 Judgemental sampling atau purposive sampling
Peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subjektifnya,
responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab
pertanyaan penelitian pada metode ini. 1,7,9,10
IV. Perkiraan Besar Sampel
Salah satu aspek penting dalam pembuatan rancangan penelitian adalah
menentukan besar sampel. Pertanyaan yang harus dijawab adalah “berapa subjek
yang diperlukan dalam suatu penelitian agar diperoleh hasil dengan tingkat
kepercayaan tertentu?” Aspek ini sering menjadi masalah bagi peneliti pemula,
bahkan juga bagi yang berpengalaman. Jumlah subjek sangat menentukan manfaat
penelitian. Penelitian klinis baru bermanfaat bila diperoleh hasil yang penting
secara klinis dan ditunjang dengan statistik yang bermakna. Perbedaan hasil klinis
yang kecil dapat bermakna secara statistika bila jumlah subjek sangat banyak.
Sebaliknya perbedaan klinis yang amat mencolok dapat tidak bermakna secara
statistika bila subjek terlalu sedikit. Subjek yang banyak membuktikan banyak
hal, sedangkan subjek yang sedikit tidak membuktikan apapun. 1,7,9,10,11
Banyak penelitian yang tidak dipublikasi oleh karena hasilnya tidak bermakna
secara statistika. Hal ini menimbulkan apa yang dikenal sebagai bias publikasi,
karena pustaka kedokteran dipenuhi oleh data dari penelitian yang dipublikasi,
yang biasanya bermakna secara statistika. Sebagian studi dengan hasil negatif ini
disebabkan oleh kurangnya subjek. 1,7,9,10,11
Lima data statistik yang saling mempengaruhi setelah terbebas dari berbagai
macam bias adalah perbedaan hasil klinis atau effect size (d), besarnya kesalahan
tipe 1 (a) atau hasil positif semu, power yang diperlukan (1-b), dimana b
merupakan kesalahan tipe II atau hasil negatif semua, karakteristik data (simpang
baku atau proporsi), dan besar sampel. Perubahan suatu faktor akan
mempengaruhi empat faktor lainnya. Perhitungan kelima statistik ini
menghasilkan konstanta, yang diformulasikan sebagai berikut:1,10,11
8
K = n x d x p
Za x Zb x SB
K = Konstanta
n = jumlah subjek
d = perbedaan hasil yang diamati
p = proporsi (untuk data nominal)
Za= deviat baku normal untuk a
Zb= deviat baku untuk b
SB= simpang baku (untuk data numerik)
Perkiraan besar sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimana dasar
yang digunakan untuk estimasi bergantung pada tujuan penelitian serta desain
yang dipilih. Saat ini tersedia petunjuk penghitungan besar sampel, dalam bentuk
rumus, normogram, atau tabel. Estimasi berdasarkan rumus yang sering
digunakan untuk penelitian klinis antara lain dengan cara ditetapkan (dipilih nilai
yang dikehendaki oleh peneliti), dari pustaka (nilai diperoleh dari pustaka atau
pengalaman), atau clinical judgement (nilai yang secara klinis penting).1,10,11
4.1 Besar sampel untuk data numerik
4.1.1 Sampel tunggal untuk perkiraan data
Penetapan besar sampel untuk estimasi rerata (mean) suatu populasi (studi
deskriptif atau survei) dengan tingkat ketepatan absolut memerlukan 3 informasi,
yaitu simpang baku nilai rerata dalam populasi (s) yang berasal dari pustaka,
tingkat ketepatan absolut yang diinginkan (d) yang ditetapkan oleh peneliti, dan
tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan oleh peneliti. Nilai rerata tidak diperlukan
dalam estimasi besar sampel perkiraan rerata. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut: 1,10,11
n = Za x S 2
d
4.1.2 Perkiraan besar sampel untuk beda rerata 2 kelompok
Perkiraan besar sampel paling sering diperlukan pada studi untuk menguji
hipotesis terdapatnya perbedaan dua rerata. Perlu diperhatikan apakah kedua
kelompok bersifat independen atau berpasangan (paired). 1,10,11
9
4.1.2.1 Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen
Perkiraan besar sampel dari dua kelompok independen dengan uji hipotesis
memerlukan 4 informasi penting, yaitu simpang baku kedua kelompok (s) yang
berasal dari pustaka, perbedaan klinis yang diinginkan (x1-x2) yang berasal dari
clinical judgement, kesalahan tipe I (a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan
kesalahan tipe II (b) yang ditetapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan
adalah:1,10,11
n1=n2= 2 (Za+Zb)s 2
(x1-x2)
4.1.2.2 Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi berpasangan
Informasi yang diperlukan berbeda untuk dua kelompok independen, yaitu
simpang baku kedua kelompok (S) yang berasal dari pustaka, selisih rerata kedua
kelompok yang penting secara klinis (d) dari clinical judgement, kesalahan tipe I
(a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan kesalahan tipe II (b) yang ditetapkan oleh
peneliti. Rumus yang digunakan adalah: 1,10,11
n = (Za+Zb)S 2
d
4.2 Besar sampel untuk data nominal
4.2.1 Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi
Estimasi besar sampel untuk proporsi suatu populasi memerlukan 3 informasi,
yaitu proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (P) yang diambil dari
pustaka, tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (d) yang ditetapkan oleh
peneliti, dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan oleh peneliti. Simple random
sampling menggunakan rumus sebagai berikut: 1,10,11
n = Za
2PQ
d2
Nilai Q adalah (1-P). Rumus ini hanya berlaku bila proporsi P>0,10 atau
P<0,90, dan perkalian besar sampel (n) dengan proporsi (P) serta perkalian besar
sampel dengan Q, keduanya harus menghasilkan angka >5. 1,10,11
10
4.2.2 Besar sampel untuk uji hipotesis terhadap dua proporsi
4.2.2.1 Dua kelompok independen
Empat informasi diperlukan untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi
independen, yaitu proporsi efek standar (P1) yang diperoleh dari pustaka, proporsi
efek yang diteliti (P2) yang diperoleh dari clinical judgement, tingkat kemaknaan
(a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan power (zb) yang ditetapkan oleh peneliti.
Rumus yang digunakan adalah: 1,10,11
n1=n2= (za√2𝑃𝑄 + zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2 )2 ,
(P1-P2)2
dimana P= ½ (P1+P2)
Rumus ini sangat pentuk karena sering dipakai pada uji klinis. Proporsi efek
pada terapi standar (P1) harus telah diketahui (dari pustaka atau pengalaman),
sedangkan proporsi efek pada terapi yang diteliti (P2) ditentukan berdasarkan
pada beda hasil klinis terkecil yang dianggap penting berdasarkan pada clinical
judgement peneliti. P2 sebaiknya tidak diambil dari pustaka karena jika pustaka
yang dirujuk memberi effect size (P1-P2) sebesar 50%, dan angka tersebut diambil
sebagai dasar menentukan P2, maka sampel yang diperlukan menjadi kecil, 1,10,11
4.2.2.2 Dua kelompok berpasangan
Estimasi besar sampel untuk menguji hipotesis beda proporsi dua kelompok
berpasangan memerlukan informasi yang berbeda. Rumus yang digunakan
adalah:1,10,11
np = (za√𝑓 zb√𝑓 − 𝑑2)2 atau rumus alternatif, np = (za-zb)
2f ,
d2 d2
dimana f = besarnya diskordan (ketidaksesuaian)
4.3 Besar sampel untuk penelitian kohort
Peneliti bermaksud mencari perbandingan insidens efek pada kelompok
dengan faktor risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa risiko pada
penelitian ini. Besar sampel dihitung pada penelitian kohort dengan pembanding
ganda (penelitian kohort ganda). Perkiraan pasien yang akan terpajan faktor risiko
diperlukan untuk penelitian kohort dengan pembanding internal. P1 merupakan
11
insiden efek pada kelompok dengan faktor risiko, P2 merupakan insiden efek pada
kelompok tanpa risiko, dan RR adalah P1/P2. Cukup ditentukan dua para meter
saja dari ketiga parameter tersebut. 1,10,11
Penelitian kohort sama dengan dengan uji klinis variabel bebas berskala
nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal dikotom. Perkiraan besar
sampel untuk penelitian kohort dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
melakukan estimasi untuk interval kepercayaan risiko relatif, dan untuk uji
hipotesis efek pada kedua kelompok. 1,10,11
4.3.1 Estimasi interval kepercayaan risiko relatif
Diperlukan beberapa informasi untuk memperkirakan besar sampel suatu
penelitian kohort dengan interval kepercayaan terhadap risiko relatif, yaitu
perkiraan proporsi efek pada kelompok kontrol (P2) yang berasal dari pustaka,
risiko relatif yang bermakna secara klinis (RR) yang berasal dari clinical
judgement, tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki (e) yang ditetapkan peneliti,
dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan peneliti. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut: 1,10,11
n1=n2= Za2 (Q1/P1+Q2/P2) ,
[ln(1-3)]2
dengan catatan: Q1= (1-P1); Q2= (1-P2)
4.3.2 Uji hipotesis terhadap risiko relatif
Hal yang dihadapi sama dengan uji klinis dengan variabel bebas dan
tergantung nominal dikotom. Informasi yang diperlukan adalah proporsi efek pada
kelompok tanpa faktor risiko (P2) yang berasal dari pustaka, risiko relatif (RR)
yang dianggap bermakna secara klinis, Za dan Zb yang ditetapkan. Meskipun
peneliti menduga kuat bahwa insidens efek lebih banyak terjadi pada kelompok
dengan faktor risiko dibandingkan dengan pada kelompok tanpa faktor risiko,
namun sebaiknya tetap dipakai uji hipotesis dua arah. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut: 1,10,11
n1=n2=( Za√2𝑃𝑄 + Zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2
(P1-P2)2
12
4.4 Besar Sampel untuk penelitian kasus-kontrol
Peneliti menggunakan odds ratio (OR) sebagai perkiraan hasil yang diinginkan
pada penelitian kasus kontrol. Dengan demikian jika P1 adalah proporsi kasus,
dan P2 adalah proporsi kontrol, maka dapat diambil rumus sebagai berikut: 1,10,11
OR= P1 (1-P2)
P2 (1-P1)
Dari tiga parameter yang diperlukan cukup ditentukan dua parameter.
4.4.1 Estimasi interval kepercayaan odds ratio
Beberapa informasi yang diperlukan untuk estimasi kepercayaan odds ratio
antara lain perkiraan proporsi kontrol (P1) yang berasal dari pustaka, odds ratio
yang dianggap bermakna, tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki (e), dan
tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan peneliti. Rumus yang digunakan
adalah:1,10,11
n1=n2= Za2(Q1/P1+Q2P2)
[ln(1-e)]2
4.4.2 Uji hipotesis terhadap odds ratio
Uji hipotesis terhadap odds ratio pada dasarnya sama dengan uji klinis pada
variabel bebas berskala nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal
dikotom. Informasi yang diperlukan antara lain perkiraan proporsi pada kontrol
(P2) yang berasal dari pustaka, odds ratio yang dianggap bermakna secara klinis,
nilai P yang dapat dihitung dengan P=1/2(P1+P2), tingkat kemaknaan (a), dan
power (Zb) yang ditetapkan peneliti. Sebaiknya memilih uji dua arah untuk uji
hipotesis. Rumus yang digunakan adalah seperti pada uji perbedaan dua
proporsi.1,10,11
Rumus untuk kasus kontrol tidak berpasangan:
n1=n2=( Za√2𝑃𝑄 + Zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2
(P1-P2)2
Rumus untuk kasus kontrol berpasangan menggunakan rumus sebagai berikut:
n= Za/2 +Zb√𝑃𝑄 2 , dimana P= R
(p-1/2) 1+R
13
V. Kesimpulan
Sebelum memulai penelitian, peneliti harus memahami mengenai konsep
sampel dan populasi. Pemilihan sampel pada penelitian kedokteran dapat
dilakukan dengan metode probability sampling dan non-probability sampling.
Penentuan jumlah sampel harus menggunakan perhitungan yang tepat agar dapat
mewakili populasi dimana hasil penelitian nantinya akan diterapkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Bab
5, Pemilihan subjek penelitian. Sagung Seto, Jakarta: 2014. Hal 88-102
2. Madiyono B, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Bab 17, Perkiraan besar sampel.
Sagung Seto, Jakarta: 2014. Hal 352-86
3. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, edisi ke-5. Salemba
Medika, Jakarta: 2013.
4. Dahlan MS. Mendiagnosis dan menata laksana 13 penyakit statistik.
Sagung Seto, Jakarta: 2013.
5. Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta; EGC: 2004.
6. Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan.
Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2014.
7. Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Edisi ke-2. Sagung Seto, Jakarta: 2014.
8. Hartung D, Touchette D. Research Fundamental: Overview of clinical
Research Design. Am J Health. 2009; 66:398-408.
9. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi ke-2. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta: 2003.
10. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-3. Salemba Medika,
Jakarta: 2013
11. Nasir A, Muhith A, Ideputri M. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bab 5:
Populasi, sampel dan teknik sampling. Nuha Medika, Yogyakarta: 2011.
Hal 185-210

More Related Content

Similar to Pemilihan Sampel dalam Penelitian Kedokteran

POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptAgathaHaselvin
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Kampus-Sakinah
 
Populasi dan sampel makalah 4
Populasi dan sampel makalah 4Populasi dan sampel makalah 4
Populasi dan sampel makalah 4Isra Mardia
 
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataJenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataFirman Marine
 
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdfHafisNayotama
 
Sampling6
Sampling6Sampling6
Sampling6gojetis
 
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyek
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyekobyek F 17268 penentuansubpengamatanyek
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyekRoisah Elbaety
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 
Research methodology sampling
Research methodology   samplingResearch methodology   sampling
Research methodology samplingrsd kol abundjani
 
Ade heryana informandanpemilihaninforman
Ade heryana informandanpemilihaninformanAde heryana informandanpemilihaninforman
Ade heryana informandanpemilihaninformanBifiSafa
 
Teknik Pengambilan Sampel.ppt
Teknik Pengambilan Sampel.pptTeknik Pengambilan Sampel.ppt
Teknik Pengambilan Sampel.pptMHilmanGumelar
 
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptx
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptxPPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptx
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptxArjunaManalu
 

Similar to Pemilihan Sampel dalam Penelitian Kedokteran (20)

populasi dan sampel.pptx
populasi dan sampel.pptxpopulasi dan sampel.pptx
populasi dan sampel.pptx
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
 
Populasi sampling.pdf
Populasi sampling.pdfPopulasi sampling.pdf
Populasi sampling.pdf
 
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan SampelTeknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)
 
Populasi dan sampel makalah 4
Populasi dan sampel makalah 4Populasi dan sampel makalah 4
Populasi dan sampel makalah 4
 
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataJenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
 
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf
15-Teknik Penyampelan alhamdulillah.pdf
 
Ringkasan statistik
Ringkasan statistikRingkasan statistik
Ringkasan statistik
 
Sampling6
Sampling6Sampling6
Sampling6
 
Sampling
SamplingSampling
Sampling
 
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyek
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyekobyek F 17268 penentuansubpengamatanyek
obyek F 17268 penentuansubpengamatanyek
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Research methodology sampling
Research methodology   samplingResearch methodology   sampling
Research methodology sampling
 
Ade heryana informandanpemilihaninforman
Ade heryana informandanpemilihaninformanAde heryana informandanpemilihaninforman
Ade heryana informandanpemilihaninforman
 
Teknik Pengambilan Sampel.ppt
Teknik Pengambilan Sampel.pptTeknik Pengambilan Sampel.ppt
Teknik Pengambilan Sampel.ppt
 
P10 menentukan populasi dan sampel
P10 menentukan populasi dan sampelP10 menentukan populasi dan sampel
P10 menentukan populasi dan sampel
 
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdfP10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
P10_Menentukan Populasi dan Sampel.pdf
 
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptx
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptxPPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptx
PPT Kelompok 2 Cara Menggunakan dan Menentukan Sumber DAta.pptx
 

Recently uploaded

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Pemilihan Sampel dalam Penelitian Kedokteran

  • 1. 1 I. Pendahuluan Peneliti pemula banyak yang cenderung untuk memandang sampel dan populasi sebagai dua hal yang terpisah. Mereka tidak langsung menghubungkan bahwa setiap hasil yang diperoleh pada sampel sebenarnya merupakan refleksi dari keadaan di populasi yang diwakili oleh sampel tersebut. Keadaan ini menyebabkan rentetan kesulitan untuk memahami mengapa dipergunakan teknik pemilihan sampel yang benar, rumus yang berbeda untuk desain yang berbeda, mengapa harus dihitung perkiraan jumlah sampel yang diperlukan, mengapa harus dilakukan uji hipotesis dan apa makna hasil uji hipotesis, apa tujuan menghitung interval kepercayaan, dan seterusnya. Contoh kurangnya pemahaman tersebut adalah adanya kecenderungan untuk menulis persentase dengan sangat rinci, seperti tiga angka di belakang koma (dengan anggapan semakin panjang desimal semakin teliti).1,2,3 Peneliti umumnya ingin menerapkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada populasi yang lebih luas, agar dapat diterapkan kepada kelompok pasien lain. Peneliti tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh populasi yang diinginkan, melainkan dengan cara mengambil sampel, yang di satu sisi mewakili populasi induknya, dan juga dapat dilaksanakan ditinjau dari ketersediaan waktu, tenaga, sarana, serta biaya. Sampel dapat mewakili populasi jika disertai dengan metode penentuan besar sampel yang tepat.1,4,5,6,7,8 Sari kepustakaan ini menjabarkan bagaimana pemilihan dan pengukuran besar sampel dalam penelitian di bidang kedokteran. II. Sampel dan Populasi Istilah populasi dalam bahasa sehari-hari dihubungkan dengan penduduk atau jumlah penduduk di suatu tempat atau negara. Istilah populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek/sampel yang mempunyai karakteristik tertentu. Subjek dapat berupa manusia, hewan, data laboratorium, dan lain-lain. Karakteristik subjek dapat ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian. Populasi penelitian dapat dibagi menjadi populasi target (target population) dan populasi terjangkau (accessible population). Gambaran populasi umum atau
  • 2. 2 populasi target merupakan populasi tempat hasil penelitian diharapkan akan diterapkan. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai ranah (domain). Populasi target dalam penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik klinis dan demografis.1,3,4,5,6,7 Gambar 2.1. Hubungan antara populasi target, populasi terjangkau, sampel terpilih, dan sampel yang benar-benar diteliti, 1 Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dapat dijangkau peneliti. Sampel yang dipilih dari populasi terjangkau terdiri atas subjek yang akan langsung diteliti. Populasi terjangkau penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik klinis, karakteristik demografis, tempat, dan waktu. Tidak semua pasien dalam populasi terjangkau perlu dipilih menjadi sampel penelitian. Peneliti dapat memperkirakan berbagai parameter dalam populasi dengan mengetahui statistik yang diperoleh dari sampel dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:1 1. Apakah sampel yang benar diteliti dapat mewakili sampel terpilih? Bila semua sampel terpilih dapat menyelesaikan penelitian, maka jawabnya adalah ya. Bila yang tidak menyelesaikan penelitian hanya sebagian kecil maka sampel yang diteliti dapat dianggap mewakili sampel terpilih. Pada penelitian klinis biasanya drop out sebanyak 5-10% dianggap masih tidak Populasi target Populasi terjangkau Sampel terpilih Sampel yang benar diteliti
  • 3. 3 mengganggu hasil penelitian. Pada penelitian komunitas angka 15-20% masih dapat diterima.1 2. Apakah sampel penelitian yang terpilih dapat mewakili populasi terjangkau? Bila pemilihan sampel dilakukan dengan cara yang benar, seperti random sampling atau consecutive sampling, maka sampel terpilih dianggap mewakili populasi terjangkau.1 Tabel 2.1. Contoh populasi target penelitian klinis1 Karakteristik demografis Karakteristik klinis Remaja Pengguna narkoba Neonatus Sepsis Perempuan pasca-menopause Osteoporosis Dewasa muda Infark miokard Bayi <9 bulan Morbili Penduduk pesisir Korban tsunami Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Subjek terpilih (eligible subjects) atau sampel yang dikehendaki (intended sample) adalah mereka yang memenuhi kriteria penelitian (inklusi dan eksklusi) dan dipilih dengan cara tertentu sehingga mewakili populasi terjangkau. Sebagian sampel terpilih mungkin tidak dapat menyelesaikan penelitian dengan berbagai alasan, sehingga akhirnya data diperoleh hanya dari sampel yang benar-benar diteliti. Subjek yang benar diteliti adalah subjek yang benar mengikuti penelitian sampai selesai. Kelompok ini merupakan bagian dari subjek terpilih dikurangi dengan angka drop out¸ loss to follow up, dan lain-lain. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada kelompok ini. Hasil penelitian pada sampel yang diteliti ini diterapkan ke populasi terjangkau secara statistika, sedangkan penerapan dari populasi terjangkau ke populasi target tidak dapat dilakukan secara statistika, namun secara logika dan pemikiran umum.1,4,7-11
  • 4. 4 Penggunaan sampel pada penelitian mempunyai berbagai keuntungan, antara lain lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, mewakili populasi, dan lebih spesifik.1,10,11 Tabel 2.2. Hubungan antara populasi target, populasi terjangkau, sampel yang dikehendaki, dan subjek yang benar diteliti1 Kelompok subjek Karakteristik Contoh Populasi target Dibatasi oleh karakteristik klinis dan demografis Osteoporosis pasca- menopause Populasi terjangkau Dibatasi oleh tempat dan waktu Perempuan pasca- menopause di RSHS, tahun 2005 (100 pasien) Sampel yang dikehendaki Dipilih secara random dari populasi terjangkau 60 pasien osteoporosis pasca-menopause Subjek yang benar diteliti Subjek yang menyelesaikan prosedur penelitian 54 pasien osteoporosis pasca menopause III. Cara Pemilihan Sampel Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan banyak cara, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Hal ini patut diperhatikan oleh peneliti, karena bila pemilihan tidak dilakukan dengan baik (sehingga sampel tidak mewakili populasi), maka apapun hasilnya tidak akan dapat digeneralisasi ke populasi. Cara pemilihan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemilihan berdasarkan peluang (probability sampling) dan pemilihan tidak berdasarkan peluang (non-probability sampling). Baku emas untuk cara penarikan sampel adalah dengan probability sampling. Semua uji statistika dilaksanakan dengan asumsi bahwa sampel telah dipilih dengan dasar probability sampling, meskipun penarikan sampel representatif tidak harus dilakukan dengan cara tersebut.5-10 3.1 Probability Sampling Prinsip pada probability sampling adalah bahwa tiap subjek dalam populasi terjangkau mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau untuk tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Jenis-jenis probability sampling yang banyak
  • 5. 5 digunakan dalam penelitian klinis dan kesehatan masyarakat antara lain simple random sampling, systematic sampling, dan stratified random sampling.1,7,9,10 3.1.1 Simple random sampling Jumlah subjek dalam populasi terjangkau yang akan dipilih sampelnya dihitung terlebih dahulu pada metode pemilihan sampel ini, kemudian tiap subjek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka acak.1,7,9,10 Pemilihan subjek secara acak sat ini dipermudah dengan tersedianya program komputer. Komputer yang memiliki program yang menyediakan cara pemilihan random sampling atau random selection, biasanya meminta input berupa jumlah subjek penelitian yang tersedia (misalnya 200), berapa yang akan dipilih (misalnya 40), serta nomor pasien yang terkecil dan terbesar untuk dipilih. Komputer akan menunjuk 40 nomor pasien yang harus dipilih dengan perintah khusus. Komputer akan memberikan 40 nomor pasien yang sama sekali berbeda dengan hasil sebelumnya bila input yang sama diulang, sehingga peneliti tidak dapat memperkirakan nomor urut berapa yang akan terpilih bila prosedur pemilihan subjek ini diulang. 1,7,9,10 3.1.2 Systematic sampling Setiap subjek nomor ke sekian sebagai sampel dari seluruh subjek yang dapat dipilih dapat ditentukan dengan metode ini. Setiap pasien nomor ke-n dipilih sebagai sampel jika peneliti ingin mengambil 1/n dari populasi. 1,7,9,10 3.1.3 Stratified random sampling Keadaan-keadaan tertentu dapat ditemukan dalam penelitian, sehingga tiap kelompok memberikan nilai yang jelas berbeda yang sering disebut strata. Sampel dengan variasi yang sangat besar akan ditemukan jika sampling dilakukan terhadap semua subjek sebagai satu kesatuan, terutama jika jumlah subjek sedikit, dan simpulan hasil penelitian menjadi bias. Metode ini memilih sampel secara acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata. Variabel yang sering digunakan untuk stratifikasi adalah jenis kelamin, umur, ras, kondisi sosial ekonomi, status gizi, tempat penelitian, dan lain-lain. 1,7,9,10
  • 6. 6 3.1.4 Cluster Sampling Cluster sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok imdividu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dan seterusnya). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan atau sulit untuk dilakukan simple random sampling. 1,7,9,10 3.2 Non-probability sampling Non-probability sampling merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan lebih mudah dilakukan daripada probability sampling, karenanya dalam penelitian klinis lebih sering digunakan daripada probability sampling. Kesahihan non-probability sampling terletak pada seberapa benar karakteristik sampel yang dipilih menyerupai karakteristik sampel bila pemilihan dilakukan dengan cara probability sampling, karena semua prosedur statistika berdasarkan bahwa sampel diambil secara probability sampling (khususnya random sampling). Jenis-jenis non-probability sampling yang sering digunakan antara lain consecutive sampling, convenient sampling, dan judgmental sampling. 1,7,9,10 3.2.1 Consecutive sampling Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi pada metode ini. Consecutive sampling merupakan jenis non-probability sampling yang paling baik, dan sering merupakan cara termudah. Sebagian besar penelitian klinis (termasuk uji klinis) menggunakan teknik ini untuk pemilihan subjeknya. 1,7,9,10 Jangka waktu pemilihan pasien harus tidak terlalu pendek, terutama untuk penyakit yang dipengaruhi musim, agar hasil pemilihan dengan consecutive sampling dapat menyerupai hasil dengan probability sampling. 1,7,9,10 3.2.2 Convenient sampling Cara ini merupakan cara termudah untuk menarik sampel, namun merupakan cara yang paling lemah. Sampel diambil tanpa sistematika tertentu, hingga jarang dapat dianggap dapat mewakili populasi terjangkau, apalagi populasi target. 1,7,9,10
  • 7. 7 3.3.3 Judgemental sampling atau purposive sampling Peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subjektifnya, responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian pada metode ini. 1,7,9,10 IV. Perkiraan Besar Sampel Salah satu aspek penting dalam pembuatan rancangan penelitian adalah menentukan besar sampel. Pertanyaan yang harus dijawab adalah “berapa subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian agar diperoleh hasil dengan tingkat kepercayaan tertentu?” Aspek ini sering menjadi masalah bagi peneliti pemula, bahkan juga bagi yang berpengalaman. Jumlah subjek sangat menentukan manfaat penelitian. Penelitian klinis baru bermanfaat bila diperoleh hasil yang penting secara klinis dan ditunjang dengan statistik yang bermakna. Perbedaan hasil klinis yang kecil dapat bermakna secara statistika bila jumlah subjek sangat banyak. Sebaliknya perbedaan klinis yang amat mencolok dapat tidak bermakna secara statistika bila subjek terlalu sedikit. Subjek yang banyak membuktikan banyak hal, sedangkan subjek yang sedikit tidak membuktikan apapun. 1,7,9,10,11 Banyak penelitian yang tidak dipublikasi oleh karena hasilnya tidak bermakna secara statistika. Hal ini menimbulkan apa yang dikenal sebagai bias publikasi, karena pustaka kedokteran dipenuhi oleh data dari penelitian yang dipublikasi, yang biasanya bermakna secara statistika. Sebagian studi dengan hasil negatif ini disebabkan oleh kurangnya subjek. 1,7,9,10,11 Lima data statistik yang saling mempengaruhi setelah terbebas dari berbagai macam bias adalah perbedaan hasil klinis atau effect size (d), besarnya kesalahan tipe 1 (a) atau hasil positif semu, power yang diperlukan (1-b), dimana b merupakan kesalahan tipe II atau hasil negatif semua, karakteristik data (simpang baku atau proporsi), dan besar sampel. Perubahan suatu faktor akan mempengaruhi empat faktor lainnya. Perhitungan kelima statistik ini menghasilkan konstanta, yang diformulasikan sebagai berikut:1,10,11
  • 8. 8 K = n x d x p Za x Zb x SB K = Konstanta n = jumlah subjek d = perbedaan hasil yang diamati p = proporsi (untuk data nominal) Za= deviat baku normal untuk a Zb= deviat baku untuk b SB= simpang baku (untuk data numerik) Perkiraan besar sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimana dasar yang digunakan untuk estimasi bergantung pada tujuan penelitian serta desain yang dipilih. Saat ini tersedia petunjuk penghitungan besar sampel, dalam bentuk rumus, normogram, atau tabel. Estimasi berdasarkan rumus yang sering digunakan untuk penelitian klinis antara lain dengan cara ditetapkan (dipilih nilai yang dikehendaki oleh peneliti), dari pustaka (nilai diperoleh dari pustaka atau pengalaman), atau clinical judgement (nilai yang secara klinis penting).1,10,11 4.1 Besar sampel untuk data numerik 4.1.1 Sampel tunggal untuk perkiraan data Penetapan besar sampel untuk estimasi rerata (mean) suatu populasi (studi deskriptif atau survei) dengan tingkat ketepatan absolut memerlukan 3 informasi, yaitu simpang baku nilai rerata dalam populasi (s) yang berasal dari pustaka, tingkat ketepatan absolut yang diinginkan (d) yang ditetapkan oleh peneliti, dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan oleh peneliti. Nilai rerata tidak diperlukan dalam estimasi besar sampel perkiraan rerata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1,10,11 n = Za x S 2 d 4.1.2 Perkiraan besar sampel untuk beda rerata 2 kelompok Perkiraan besar sampel paling sering diperlukan pada studi untuk menguji hipotesis terdapatnya perbedaan dua rerata. Perlu diperhatikan apakah kedua kelompok bersifat independen atau berpasangan (paired). 1,10,11
  • 9. 9 4.1.2.1 Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen Perkiraan besar sampel dari dua kelompok independen dengan uji hipotesis memerlukan 4 informasi penting, yaitu simpang baku kedua kelompok (s) yang berasal dari pustaka, perbedaan klinis yang diinginkan (x1-x2) yang berasal dari clinical judgement, kesalahan tipe I (a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan kesalahan tipe II (b) yang ditetapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan adalah:1,10,11 n1=n2= 2 (Za+Zb)s 2 (x1-x2) 4.1.2.2 Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi berpasangan Informasi yang diperlukan berbeda untuk dua kelompok independen, yaitu simpang baku kedua kelompok (S) yang berasal dari pustaka, selisih rerata kedua kelompok yang penting secara klinis (d) dari clinical judgement, kesalahan tipe I (a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan kesalahan tipe II (b) yang ditetapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan adalah: 1,10,11 n = (Za+Zb)S 2 d 4.2 Besar sampel untuk data nominal 4.2.1 Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi Estimasi besar sampel untuk proporsi suatu populasi memerlukan 3 informasi, yaitu proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (P) yang diambil dari pustaka, tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (d) yang ditetapkan oleh peneliti, dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan oleh peneliti. Simple random sampling menggunakan rumus sebagai berikut: 1,10,11 n = Za 2PQ d2 Nilai Q adalah (1-P). Rumus ini hanya berlaku bila proporsi P>0,10 atau P<0,90, dan perkalian besar sampel (n) dengan proporsi (P) serta perkalian besar sampel dengan Q, keduanya harus menghasilkan angka >5. 1,10,11
  • 10. 10 4.2.2 Besar sampel untuk uji hipotesis terhadap dua proporsi 4.2.2.1 Dua kelompok independen Empat informasi diperlukan untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu proporsi efek standar (P1) yang diperoleh dari pustaka, proporsi efek yang diteliti (P2) yang diperoleh dari clinical judgement, tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan oleh peneliti, dan power (zb) yang ditetapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan adalah: 1,10,11 n1=n2= (za√2𝑃𝑄 + zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2 )2 , (P1-P2)2 dimana P= ½ (P1+P2) Rumus ini sangat pentuk karena sering dipakai pada uji klinis. Proporsi efek pada terapi standar (P1) harus telah diketahui (dari pustaka atau pengalaman), sedangkan proporsi efek pada terapi yang diteliti (P2) ditentukan berdasarkan pada beda hasil klinis terkecil yang dianggap penting berdasarkan pada clinical judgement peneliti. P2 sebaiknya tidak diambil dari pustaka karena jika pustaka yang dirujuk memberi effect size (P1-P2) sebesar 50%, dan angka tersebut diambil sebagai dasar menentukan P2, maka sampel yang diperlukan menjadi kecil, 1,10,11 4.2.2.2 Dua kelompok berpasangan Estimasi besar sampel untuk menguji hipotesis beda proporsi dua kelompok berpasangan memerlukan informasi yang berbeda. Rumus yang digunakan adalah:1,10,11 np = (za√𝑓 zb√𝑓 − 𝑑2)2 atau rumus alternatif, np = (za-zb) 2f , d2 d2 dimana f = besarnya diskordan (ketidaksesuaian) 4.3 Besar sampel untuk penelitian kohort Peneliti bermaksud mencari perbandingan insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa risiko pada penelitian ini. Besar sampel dihitung pada penelitian kohort dengan pembanding ganda (penelitian kohort ganda). Perkiraan pasien yang akan terpajan faktor risiko diperlukan untuk penelitian kohort dengan pembanding internal. P1 merupakan
  • 11. 11 insiden efek pada kelompok dengan faktor risiko, P2 merupakan insiden efek pada kelompok tanpa risiko, dan RR adalah P1/P2. Cukup ditentukan dua para meter saja dari ketiga parameter tersebut. 1,10,11 Penelitian kohort sama dengan dengan uji klinis variabel bebas berskala nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal dikotom. Perkiraan besar sampel untuk penelitian kohort dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan estimasi untuk interval kepercayaan risiko relatif, dan untuk uji hipotesis efek pada kedua kelompok. 1,10,11 4.3.1 Estimasi interval kepercayaan risiko relatif Diperlukan beberapa informasi untuk memperkirakan besar sampel suatu penelitian kohort dengan interval kepercayaan terhadap risiko relatif, yaitu perkiraan proporsi efek pada kelompok kontrol (P2) yang berasal dari pustaka, risiko relatif yang bermakna secara klinis (RR) yang berasal dari clinical judgement, tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki (e) yang ditetapkan peneliti, dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan peneliti. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1,10,11 n1=n2= Za2 (Q1/P1+Q2/P2) , [ln(1-3)]2 dengan catatan: Q1= (1-P1); Q2= (1-P2) 4.3.2 Uji hipotesis terhadap risiko relatif Hal yang dihadapi sama dengan uji klinis dengan variabel bebas dan tergantung nominal dikotom. Informasi yang diperlukan adalah proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko (P2) yang berasal dari pustaka, risiko relatif (RR) yang dianggap bermakna secara klinis, Za dan Zb yang ditetapkan. Meskipun peneliti menduga kuat bahwa insidens efek lebih banyak terjadi pada kelompok dengan faktor risiko dibandingkan dengan pada kelompok tanpa faktor risiko, namun sebaiknya tetap dipakai uji hipotesis dua arah. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1,10,11 n1=n2=( Za√2𝑃𝑄 + Zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2 (P1-P2)2
  • 12. 12 4.4 Besar Sampel untuk penelitian kasus-kontrol Peneliti menggunakan odds ratio (OR) sebagai perkiraan hasil yang diinginkan pada penelitian kasus kontrol. Dengan demikian jika P1 adalah proporsi kasus, dan P2 adalah proporsi kontrol, maka dapat diambil rumus sebagai berikut: 1,10,11 OR= P1 (1-P2) P2 (1-P1) Dari tiga parameter yang diperlukan cukup ditentukan dua parameter. 4.4.1 Estimasi interval kepercayaan odds ratio Beberapa informasi yang diperlukan untuk estimasi kepercayaan odds ratio antara lain perkiraan proporsi kontrol (P1) yang berasal dari pustaka, odds ratio yang dianggap bermakna, tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki (e), dan tingkat kemaknaan (a) yang ditetapkan peneliti. Rumus yang digunakan adalah:1,10,11 n1=n2= Za2(Q1/P1+Q2P2) [ln(1-e)]2 4.4.2 Uji hipotesis terhadap odds ratio Uji hipotesis terhadap odds ratio pada dasarnya sama dengan uji klinis pada variabel bebas berskala nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal dikotom. Informasi yang diperlukan antara lain perkiraan proporsi pada kontrol (P2) yang berasal dari pustaka, odds ratio yang dianggap bermakna secara klinis, nilai P yang dapat dihitung dengan P=1/2(P1+P2), tingkat kemaknaan (a), dan power (Zb) yang ditetapkan peneliti. Sebaiknya memilih uji dua arah untuk uji hipotesis. Rumus yang digunakan adalah seperti pada uji perbedaan dua proporsi.1,10,11 Rumus untuk kasus kontrol tidak berpasangan: n1=n2=( Za√2𝑃𝑄 + Zb√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2 (P1-P2)2 Rumus untuk kasus kontrol berpasangan menggunakan rumus sebagai berikut: n= Za/2 +Zb√𝑃𝑄 2 , dimana P= R (p-1/2) 1+R
  • 13. 13 V. Kesimpulan Sebelum memulai penelitian, peneliti harus memahami mengenai konsep sampel dan populasi. Pemilihan sampel pada penelitian kedokteran dapat dilakukan dengan metode probability sampling dan non-probability sampling. Penentuan jumlah sampel harus menggunakan perhitungan yang tepat agar dapat mewakili populasi dimana hasil penelitian nantinya akan diterapkan.
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA 1. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Bab 5, Pemilihan subjek penelitian. Sagung Seto, Jakarta: 2014. Hal 88-102 2. Madiyono B, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-5. Bab 17, Perkiraan besar sampel. Sagung Seto, Jakarta: 2014. Hal 352-86 3. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, edisi ke-5. Salemba Medika, Jakarta: 2013. 4. Dahlan MS. Mendiagnosis dan menata laksana 13 penyakit statistik. Sagung Seto, Jakarta: 2013. 5. Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta; EGC: 2004. 6. Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2014. 7. Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-2. Sagung Seto, Jakarta: 2014. 8. Hartung D, Touchette D. Research Fundamental: Overview of clinical Research Design. Am J Health. 2009; 66:398-408. 9. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: 2003. 10. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-3. Salemba Medika, Jakarta: 2013 11. Nasir A, Muhith A, Ideputri M. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bab 5: Populasi, sampel dan teknik sampling. Nuha Medika, Yogyakarta: 2011. Hal 185-210