SlideShare a Scribd company logo
1 of 154
Download to read offline
PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA
MAHASISWA UIN RADEN FATAH
PALEMBANG
SKRIPSI
TRIANA APRILIA
(1523500075)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
i
PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA
MAHASISWA UIN RADEN FATAH
PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
TRIANA APRILIA
(1523500075)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya,
Nama : Triana Aprilia
NIM : 1523500075
Alamat : Jl. Abicusno Cokrosuyoso Rt 1 Rw 1 No 19 Kec
Kertapati Kel Kemang Agung Palembang 30258
Judul : Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa
UIN Raden Fatah Palembang
Menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah
benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala
kutipan karya pihak lain telah saya tulis dengan menyebutkan
sumbernya. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya
plagiasi maka saya bersedia gelar kesarjanaan saya dicabut.
Palembang, 5 Desember 2019
Penulis,
Triana Aprilia
NIM. 1523500075
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Triana Aprilia
Nim : 1523500075
Program Studi : Psikologi Islam
JudulSkripsi : Penyesuaian Perkawinan Pada
Mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program Studi
Psikologi Islam Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Muhamad Uyun (…………….)
Sekretaris : Seri Erlita, M.A (…………….)
Pembimbing I : Zaharuddin, M.Ag (…………….)
Pembimbing II : Lukmawati, M.A (…………….)
Penguji I : Prof. Dr. Ris’an Rusli, MA (…………….)
Penguji II : Eko Oktapiya Hadinata, MA.Si (…………….)
Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 5 Desember 2019
Dekan,
Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.A
NIP. 196505191992031003
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri Raden
Fatah, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Triana Aprilia
Nim : 1523500075
Program Studi : Psikologi Islam
Faktultas : Psikologi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk
memberikan kepada Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif(Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA MAHASISWA UIN
RADEN FATAH PALEMBANG beserta perangkat yang ada
(Jika di perlukan). Dengan hak bebas royalty Non-eksklusif ini
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : 5 Desember 2019
Yang menyatakan
Triana Aprilia
Nim. 1523500075
v
ABSTRACT
Name :Triana Aprilia
Study Program/Faculty :Islamic Psychology/Psychology
Title :Marriages Adaptation by Students
at The Islamic State University
Raden Fatah Palembang
This researchs to find out how and what are the inhibiting
factors in marriages adaptation by students at UIN Raden
Fatah Palembang. This research uses a qualitative case study
research that discusses empirically where the boundary
between phenomena and contexts does not appear firm.
Based on the results of this study it can be concluded that the
inhibiting factors at the time of marriage, namely the four
subjects financial difficulties so that subjects / couples choose
to work late into the night and provide a small contract for
frugality. In addition in terms of managing time, the four
subjects that represent students within the time limit between
assignments, taking care of children and household chores.
However, behind all these problems the four subjects who
received it were part of the ups and downs in the marriage
they were living as students.
Keywords: Marriage Adjustment, Students
vi
INTISARI
Nama : Triana Aprilia
Program Studi/Fakultas : Psikologi Islam/Psikologi
Judul : Penyesuaian Perkawinan Pada
Mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan apa
saja faktor penghambat dalam penyesuaian perkawinan yang
di lakukan oleh mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi
kasus yaitu suatu pendekatan empiris dimana batas antara
fenomena dan konteks yang ada tidak tampak secara tegas.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat factor penghambat pada penyesuaian perkawinan,
yaitu ke empat subyek mengalami kesulitan dalam hal
keuangan sehingga subyek/pasangan memilih bekerja hingga
larut malam dan menyewa kontrakan kecil untuk berhemat.
Selain itu dalam hal pengaturan waktu, ke empat subyek yang
merupakan mahasiswa mengalami hambatan dalam membagi
waktu antara tugas kuliah, menggurus anak dan pekerjaan
rumah tangga. Namun, dibalik semua kesulitan tersebut ke
empat subyek merasa bahwa hal itu merupakan bagian dari
suka duka dalam perkawinan yang mereka jalani sebagai
mahasiswa.
Kata kunci: Penyesuaian Perkawinan, Mahasiswa
vii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
"dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau Duhai Tuhanku”
(QS. Az-Zariyat: 56)
Biarkan Saja Dunia Tidak Mengetahuinya
Setidaknya Anak Cucu Ku Kelak Yang Akan
Membacanya
(Triana Aprilia)
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. yang selalu
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan. Juga saya sampaikan terima kasihku dan
skripsi ini merupakan hadiah kecil yang ku persembahkan
kepada :
1. Para motivator hidupku lentera hidupku, yang terkasih Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW, Bapak Mudzakir dan Ibu
Mainah tercinta, saudari-saudariku yang cantik mb Maya, mb
Uni, dek Destri, dan kedua kakak iparku.
2. Sahabat-sahabatku (Denis, tatak, sindi, cucan, resis, hikmah)
dan segenap teman-teman tercinta yang selalu bertanya
“Kapan Wisuda?”
3. Dan kepada pria yang wajahnya tak pernah ku bagi di sosial
media
4. Para dosen terkasih yang pernah memotivasi dengan nilai C
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah, S.W.T atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah di limpahkan,sehingga penulis dapat
menyelesaikkan skripsi dengan judul: Penyesuaian
Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang.
Penelitian skripsi ini mendasarkan pada isu
bahwa adanya penyesuaian perkawinan pada
mahasiswa yang berkuliah di UIN Raden Fatah
Palembang. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang
disusun dalam upaya untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana (S1) pada Fakultas Psikologi Program Studi
Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang.
Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak
Zaharuddin, M.Ag selaku Pembimbing I, Ibu Lukmawati,
M.A., selaku Pembimbing II, atas segala perhatian dan
bimbingannya serta arahan-arahan yang diberikan
kepada penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Ris’an Rusli,
MA. Selaku Dekan Fakultas Psikologi, atas kesediaannya
penulis belajar di Fakultas Psikologi.
Tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
kepada para responden yang telah memberikan
bantuan data dan informasi selama pelaksanaan
penelitian lapangan.
Harapan penulis semoga laporan hasil penelitian
skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan berguna
ix
bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial,
khususnya psikologi yang berorientasi pada
Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden
Fatah Palembang.
Palembang, 5 Desember 2019
Penulis
Triana Aprilia
NIM : 1523500075
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............iv
ABSTRACT ........................................................v
INTISARI ..........................................................vi
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............vii
KATA PENGANTAR ............................................viii
DAFTAR ISI ......................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................xiii
BAB I (PENDAHULUAN) ...................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian ...................................... 9
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ..........................12
2.1 Penyesuaian Perkawinan ............................. 12
2.1.1 Pengertian Penyesuaian Perkawinan .... 12
2.1.2 Faktor-faktor Penyesuaian Perkawinan. 14
2.1.3 Aspek-Aspek Penyesuaian Perkawinan . 27
2.1.4 Perkawinan dalam Islam .................... 30
2.2 Mahasiswa dan Kaitan Usia Perkawinan......... 33
2.3 Upaya Dalam Penyesuaian Perkawinan.......... 37
2.4 Kerangka Pikir Penelitian ............................. 41
xi
BAB III (METODE PENELITIAN) ......................42
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .................. 42
3.2 Sumber Data .............................................. 43
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................... 45
3.4 Analisis Data ............................................... 47
3.5 Keabsahan Data Penelitian .......................... 49
BAB IV (HASIL TEMUAN PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN) .........................................52
4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian .... 52
4.1.1 Sejarah UIN Raden Fatah Palembang... 52
4.1.2 Identitas UIN Raden Fatah Palembang . 52
4.1.3 Tujuan UIN Raden Fatah Palembang.... 52
4.1.4 Visi Misi UIN Raden Fatah Palembang .. 52
4.2 Persiapan Penelitian .................................... 55
4.3 Pelaksanaan Penelitian ................................ 55
4.3.1 Tahap Pelaksanaan ............................. 55
4.3.2 Tahap Pengelolaan Data...................... 56
4.4 Hasil Temuan Penelitian .............................. 57
4.4.1 Hasil Observasi .................................. 57
4.4.2 Hasil Wawancara Subjek .................... 61
4.5 Pembahasan ............................................... 103
4.6 Keterbatasan Penelitian ............................... 116
BAB V (PENUTUP) ............................................117
5.1 Simpulan .................................................... 117
5.2 Saran ......................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ............................................120
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. SK Pembimbing.............................................. 125
2. Surat Izin Penelitian ....................................... 126
3. Lembar Konsultasi Skripsi ............................... 127
4. Lembar Revisi Skripsi...................................... 132
5. Lembar Pernyataan Subyek............................. 134
6. Daftar Riwayat Hidup...................................... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkawinan memiliki peran yang penting dalam
memepertahankan garis keturunan (Bachrul Ilmy, 2007).
Perkawinan juga merupakan tugas perkembangan, apabila
tidak terselesaikan pada waktunya akan menghambat
perkembangan pada tahap berikutnya. Setelah menikah,
terjadi pola gaya hidup baru yang dapat mempengaruhi
perkawinan, yaitu melakukan penyesuaian terhadap pola
peran seks, pola-pola baru dalam kehidupan keluarga, dan
pola baru di tempat pekerjaan (Hurlock, 2002).
Perkembangan seseorang dapat membawa ke pola
tingkah laku yang lebih luas. Pola tingkah laku menjadi
tidak teratur tanpa adanya suatu norma yang menjadi
pengikat dari tingkah laku yang ada. Havighurst
mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai dengan adanya tugas perkembangan yang harus
dipenuhi, yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang
dalam masa hidup tertentu yang sesuai dengan norma
masyarakat dan norma kebudayaan yang ada (Monks,
2014).
Dalam ruang lingkup perkuliahan tidak didapatkan
norma sosial dan aturan mengenai pelarangan bagi
mahasiswa yang hendak menikah. Sehingga beberapa
individu lebih memilih menikah meskipun memiliki
kesibukan lainnya sebagai seorang mahasiswa. Menurut
Sarlito (2009) tidak adanya norma sosial dikarenakan
norma yang terlalu ketat dapat menimbulkan tekanan
psikis akibat keinginan yang tidak dapat tersalurkan.
2
Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku
untuk semua mahluk Allah, baik manusia, hewan dan
tumbuhan. Karena Allah telah menciptakan semua mahluk-
Nya berpasang-pasangan (Saebani, 2008). Tapi
perkawinan manusia berbeda dengan mahluk Allah lainnya.
Perkawinan manusia diatur dalam Agama, undang-undang
negara dan norma sosial yang ada dalam masyarakat.
Secara etimologi kawin memiliki arti menjalin
hubungan baru dengan bersuami atau beristri (KBBI,
2017). Dalam syariat Islam kata perkawinan berasal dari
bahasa arab ‫الزواج‬ yang mempunyai arti berkumpul atau
berhubungan. Perkawinan juga memiliki pengertian secara
yuridis, dimana dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974
perkawinan memiliki arti sebagai ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seoang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa (UUD
Perkawinan, 2004).
Tidak ada yang melarang terjadinya suatu
perkawinan. Apabila sudah terucap ta’rif pernikahan atau
akad pernikahan yang menghalalkan pergaulan, membatasi
hak, kewajiban serta tolong menolong antar seorang laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram. Karena
perkawinan sendiri merupakan satu jalan yang amat mulia
untuk mengatur kehidupan rumah tangga, keturunan dan
juga suatu jalan perkenalan antara satu kaum dan kaum
lainnya (Rasjid, 2008).
Perkawinan dalam Islam ialah suatu akad atau
perjanjian mengikat antara lelaki dan perempuan untuk
menghalalkan hubungan antara kedua belah pihak dengan
sukarela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu
3
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih
sayang dan ketentraman dengan cara yang diridhai Allah
(Indriyani, 2014).
Dalam perkawinan diperlukan adanya penyesuaian
perkawinan antar pasangan. Terdapat banyak hal yang
harus dimulai oleh individu yang baru menikah. Mengingat
sebelumnya mereka adalah dua orang yang memiliki
kepribadian yang berbeda. Konsep perkawinan yang
romantis tentang tujuan hasil perkawinan sering membawa
kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian
terhadap tugas dan tanggung jawab perkawinan (Hurlock,
2002). Oleh karena itu penyesuain perkawinan menjadi hal
terpenting yang dilakukan dalam perkawinan agar mampu
menjadi tonggak bagi harmonisnya suatu hubungan rumah
tangga.
Hurlock (2002) mengatakan bahwa ada beberapa
kondisi yang berpengaruh terhadap sulitnya seseorang
dalam melakukan penyesuaian perkawinan antara lain
persiapan yang terbatas untuk menuju pada perkawinan,
peran dalam perkawinan, kawin muda, konsep yang tidak
realistis tentang perkawinan, perkawinan campur, masa
pacaran yang singkat, konsep perkawinan yang romantis.
Perkawinan membuat suami dan istri saling terikat
satu sama lain. Karena perkawinan cenderung dapat
mempengaruhi perubahan peran bagi pria dan wanita.
Konsep yang berbeda tentang peran yang dianut kelas
sosial dan kelompok religius berbeda membuat
penyesuaian dalam perkawinan semakin sulit (Hurlock,
2002).
Sudah menjadi hal yang normal jika timbul suatu
rasa kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara
4
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Namun
situasi seperti ini akan halal jadinya jika telah
dilangsungkan suatu perkawinan diantara keduanya,
karena hal itu merupakan bagian dari salah satu tanda-
tanda kebesaran-Nya. Hal ini telah ditegaskan dalam Surah
Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut :
َ‫ي‬‫ا‬َ‫ى‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ِ‫ئ‬ ‫ًا‬ُُُ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ق‬َ‫ه‬َ‫خ‬ ٌَْ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ٍِْ‫ي‬
ً‫ة‬ًَْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫ي‬ ً‫ة‬َّ‫د‬ًََ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َُْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ي‬ٌَۚ‫ي‬ُ َّ‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ٍ‫ي‬ ًَْ ِ‫ه‬ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ َ‫ك‬ِ‫ن‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ف‬ََِّ‫ئ‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS : Ar-Rum
21).
Dalam sisi psikologis suatu perkawinan hendaklah
dibangun dengan emosi yang matang. Emosi dan perasaan
pada umumnya diisyaratkan sebagai keadaan yang ada
pada individu atau organisme pada suatu waktu. Emosi dan
perasaan di sifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada
individu atau organisme akibat adanya peristiwa atau suatu
kejadian yang menimbulkan rasa sedih, senang, takut, dan
gejala lainnya setelah melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu (Jahja, 2015). Emosi yang matang dari pasangan
dapat membangun sebuah penyesuaian perkawinan yang
baik, hingga menghindari terjadinya konflik-konflik yang
dapat menimbulkan perpecahan.
Berdasarkan wawancara awal terhadap “YP”.
Diketahui bahwa jika YP yang merupakan mahasiswi
psikologi, telah menikah dan tengah hamil muda. YP
5
mengatakan bahwa ia menikah karena khawatir akan
terjadi perbuatan yang tidak mereka inginkan. Selain itu YP
dan suami juga merasa selama dua tahun berpacaran,
merupakan waktu yang sudah cukup untuk melanjutkan ke
jenjang perkawinan. Karena lamanya hubungan yang telah
dijalin antara keduanya mereka akhirnya memutuskan
untuk menikah. Berikut gambaran awal yang diungkapkan
“YP”:
“Kami tu dak galak be agek terjadi hal yang idak
idak dengan kami. Apo lagikan kau taulah dewek
kalo kami ni satu kampus, selalu ketemu tiap hari.
Sebelum nikah jugo aku dengan dio tuh memang la
ado hubungan nak duo tahun.” (YP, Wawancara
Selasa, 17 April 2018)
Lebih lanjut subyek juga mengatakan bahwa terjadi
penyesuaian perkawinan yang cukup sulit yaitu
penyesuaian terhadap keluarga dari pihak laki-laki. Hal ini
di karenakan YP dan suami masih tinggal satu atap
bersama di rumah orangtua YP, yang membuat YP jarang
untuk ke rumah mertuanya, sehingga penyesuaian yang
terjadi sangat jarang untuk dilakukan. Berikut ungkapan
YP:
“Aku tu dibandingke dengan soal duit, yang paling sulit tu
yo nak bukak omongan samo wongtuonyo kalo misalnyo
aku balik kerumah.” (YP, Wawancara Senin, 15 Oktober
2018)
Subyek kedua berinisial AP mengatakan bahwa
alasannya menikah karena saat itu suaminya (sebelum
menikah) akan bekerja di suatu tempat yang jauh. Hal ini
justru akan menimbulkan konflik baru karena terciptanya
jarak yang cukup jauh di antara keduanya. Perasaan cinta
dan tidak ingin kehilangan satu sama lain, akhirnya
6
semkain membulatkan tekad AP dan suami hingga
akhirnya mereka menikah. Berikut ungkapan dari subyek
“AP” :
“Waktu itu kami emang la berencano nak nikah, tapi
ragu karno aku masih kuliah semester 4. Jadi
setelah kami mikir-mikir kalo ditunda-tunda terus
takutnyo dak jadi, terus jugo kami tu ngerinyo dana
yang la kami siapke abis dak keruan be. Jadi
akhirnyo kami mutuske untuk nikah.” (AP,
Wawancara Senin, 23 April 2018)
Lamanya umur perkawinan ternyata tidak menjamin
bahwa terjadi penyesuaian perkawinan yang baik pada diri
subyek. Subyek mengatakan bahwa penyesuaian dalam
finansial adalah yang paling sulit dilakukan selama hampir
4 tahun perkawinan. Terjadinya fluktuasi keuangan
membuat ia sebagai seorang istri harus pandai-pandai
dalam mengatur uang yang diberikan oleh suaminya.
Ditambah lagi, subyek AP yang sudah memiliki 2 orang
anak, membuat pengeluarannya pun semakin bertambah.
Berikut penjelasan subyek:
“Duit tulah kalo kami ni (sambil tertawa) soalnyokan
anak la duo, belum gek nak nyekolahi anak. Yo
tergantung kito tulah jadi istri cak mano caro ngurus
duit supayo biso sampe akhir bulan.”
Subyek ke tiga yang merupakan mahasiswa fakultas
syariah, berinisial VW mengatakan alsannya menikah
karena usianya dan calon istri saat itu sudah sama-sama
matang untuk melangsukan ke jenjang perkawinan. Selain
itu subyek juga sudah merasa siap lahir batin dan juga
secara finansial untuk menikah. Jadi baginya tidak ada
7
alasan lagi untuk menunda hal tersebut. Berikut ungkapan
subyek:
“Kk nikah, kareno kk la lamo kan pacaran denga
cewek kk. KK jugo ngeraso umur kk lah pas, cewek
kk jugo lah pas umurnyo. Alhamdulillah duit jugo
ado untuk nikah.” (Minggu, 5 Agustus 2018)
Ternyata semakin matang umur untuk masuk
kejenjang perkawinan semakin banyak pula keuangan yang
akan dikeluarkan. Sebagai kepala rumah tangga, subyek
merasa kesulitan melakukan penyesuaian finansial dalam
biduk rumah tangganya yang telah memasuki usia tahun
ke dua. Disebabkan VW dan istrinya yang merupakan
mahasiswi di Universitas swasta lain merupakan mahasiswa
aktif dan masih sama-sama berkuliah. Hal ini membuat ia
sebagai suami harus menyisihkan uang gajinya untuk
membayar kuliah istri dan dirinya. Ditambah lagi istri VW
baru saja melahirkan, hingga harus mengambil jam lembur
untuk mencukupi uang susu, kebutuhan anak dan istrinya.
Berikut ungkapan dari subyek VW :
“Yang paling sulit tuh yo ngatur pengeluaran tulah,
mikiriin duit bayaran, duit anak, kan istri kk baru
lahiran jadi yo berartti harus ado duit yang disisihke
lagi.” (VW, Wawancara Senin, 29 Oktober 2018)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan di atas maka peneliti merasa tertarik
untuk mengetahui dan meneliti bagaimana cara
penyesuaian dalam suatu perkawinan yang terjadi pada
mahasiswa yang sedang berproses dalam jenjang
pendidikan yang sedang mereka emban. Melalui tulisan ini
peneliti menuangkannya dalam bentuk kajian penelitian
yang berjudul Penyesuaian Perkawinan Pada
8
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang.
1.2 Pertanyaan Penelitian
1.2.1 Bagaimana penyesuaian perkawinan pada
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang?
1.2.2 Apa saja factor penyesuaian perkawinan pada
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang?
1.3 Tujuan Penelitian
Selaras dengan pertanyaan penelitian diatas,
peneliti memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai,
diantaranya :
1.3.1 Untuk mengetahui penyesuaian perkawinan
pada mahasiswa di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyesuaian pada
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasrkan dengan tujuan dilaksanakannya
penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya
manfaat yang dapat diberikan, antara lain :
1.4.1Manfaat Praktis
1) Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas jendela wawasan dari pemkiran
dan pengalaman peneliti sendiri.
2) Instiusi, hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca sekaligus
sebagai relevansi khusunya Fakultas
9
Psikologi agar dapat memperleh
pengetahuan dari hasil pengalaman peneliti.
3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
input yang besar bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
atmosfir keilmuan bagi para cendikiawan yang
hendak mengembangkan penelitian dibidang
Psikologi Umum dan Psikologi Islam. Serta
memberikan informasi terhangat bagi para kaula
muda khususnya mahasiwa-mahasiwi Universitas
Islam Negeri Raden Fatah mengenai penyesuaian
perkawinan pada mahasiswa yang sedang
berkuliah di UIN Raden Fatah.
1.5 Keaslian Peneliti
Berikut ini penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya dengan tema Penyesuaian
PerkawinanPada Mahasiswa Di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
Penelitian pertama dilkakukan oleh Glory Nathalia
Ngantung (2012) Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswi
Yang Menikah Karena Hamil Diluar Nikah. Hasil penelitian
menunjukkan berhasil melakukan penyesuaian positif meski
belum maksimal dikarenakan upaya yang dilakukan
menimbulkan dampak stress dan didapati kendala seperti
persoalan keuangan, relasi mertua-menantu, kebutuhan
biologis, kebiasaan pribadi, pengaruh pola didik sejak kecil,
penyesuian peran sebagai ibu/istri, ketersediaan bantuan
dan penerimaan positif dari orang tua menjadi faktor yang
mempermudah terjadinya penyesuian perkawinan.
10
Pada Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan Yang
Menikah Dengan Cara Ta’aruf yang dilakukan oleh Ratna
Sri Puspitasari (2015) melalui metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus menggunakan wawancara dan
observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa dari pasangan narasumber
satu dan dua yang menikah dengan cara ta’aruf dan taat
pada otoritas murobbi dengan usia istri lebih tua dari
suami, memiliki persamaan dan perbedaan dalam
melakukan penyesuaian perkawinan.
Kemudian penelitian Dwi Rachmawati dan Endah
Mastuti (2013), dengan judul Perbedaan Tingkat Kepuasan
Perkawinan Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Perkawinan
Pada Istri Brigif 1 Marinir Tni – Al Yang Menjalani Long
Distance Marriage. Penelitian ini menggunakan skala
kepuasan perkawinan dengan metode analisis t-test
independent sample SPSS 16.0. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh nilai t= 5,062. Signifikansi 0,00 yang berarti
hipotesa kerja (Ha) diterima.
Penelitian tentang Penyesuaian Perkawinan
Subjective Well Being dan Konflik Perkawinan oleh Dessy
Christina dan Andik Matulessy Fakultas Psikologii. Hasil uji
analisis regresi ganda ditemukan nilai F=7,422; R= 0,402;
p= 0,001 (p<0,01), yang membuktikan bahwa penyesuaian
perkawinan dan subjective well being memiliki korelasi
yang signifikan dengan konflik perkawinan. Diketahui pula
bahwa penyesuaian perkawinan dan subjective well being
mampu memberikan kontribusi negatif terhadap konflik
perkawinan sebesar 16,2 %. Hasil uji korelasi antara
penyesuaian perkawinan dengan konflik perkawinan
diperoleh t= -3,122; r=-0,334; p=0,003 (p<0,05), yang
11
menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan
antara penyesuaian perkawinan dengan konflik
perkawinan. Faktor subjective well being dengan konflik
perkawinan diperoleh nilai t= -2,636; r=-0,288; p=0,010
(p<0,05), yang berarti telah terbukti adanya korelasi
negatif yang signifikan antara subjective well being dengan
konflik perkawinan (Christina dan Matulessyi, 2017).
Penelitian terakhir mengenai Hubungan Penyesuaian
Perkawinan dengan Kebahagiaan Pada Remaja oleh
Reyunix Syahrir (2017). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, terdapat hubungan positif antara penyesuaian
perkawinan dengan kebahagiaan pada remaja putri yang
telah melakukan pernikahan dini di Desa Muara Badak
Kabupaten Kutai Kartanegara. Yang artinya salah satu
faktor utama yang mempengaruhi seseorang bisa
mendapatkan sebuah kebahagiaan dalam perkawinan
adalah adanya suatu penyesuaian pasangan dengan baik.
Hubungan mutualisme (saling menguntungkan) antara
pasangan suami istri untuk memberi dan menerima
(menunaikan kewajiban dan menerima hak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di dalam ruang
lingkup kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah
dengan subyek yang berbeda. Dimana subyek yang
digunakan peneliti adalah para mahasiswa yang telah
menikah. Alasan dilakukannya penelitian ini dikarenakan
tema Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa Di
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang belum
pernah dilakukan, artinya tema ini dirasakan akan berbeda
dari penelitian-penelitian sebelumnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyesuaian Perkawinan
2.1.1 Pengertian Penyesuaian Perkawinan
Perkawinan merupakan sebuah istilah yang sudah
tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017) kawin memiliki arti
menjalin hubungan baru dengan bersuami atau
beristri.Menurut Ensiklopedia Indonesia perkataan
perkawinan sama dengan nikah. Sedangkan Purwadarminta
juga mengatakan bahwa kawin merupakan perjodohan
laki-laki dan perempuan menjadi suami istri (Walgito,
2017). Secara yuridis dalam undang-undang nomor 1
tahun 1974 perkawinan memiliki artian sebagai ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seoang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha
Esa (UUD Perkawinan, 2004).
Perkawinan adalah kata benda turunan dari kata
kerja dasar kawin dan sudah menjadi hal yang normal jika
timbul suatu rasa kasih sayang yang terjalin dalam
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram karena hal itu dalm Al-Qur’an surat An-Nur ayat
32 Allah berfirman :
‫ٌا‬ُ‫ن‬ٌُ‫ك‬َ‫ي‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫إ‬ ًَ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ين‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫ص‬‫ال‬ ًَ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬َ ْ‫اْل‬ ‫ٌا‬ُ‫ح‬ِ‫ك‬‫ن‬َ‫أ‬ ًَ
‫ٌع‬‫م‬‫ي‬ِ َ‫ع‬ ‫ٌع‬ ِ‫ا‬‫ا‬ ًَ ُ َّ ًَ ِ‫و‬ِ ْ َ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ َّ ُ‫م‬ِ‫ي‬ِ‫ن‬ْ ُ‫ي‬ ‫اا‬َ َ ُ
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-
13
hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha
luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dalam perkawinan terdapat ikatan lahir dan batin
antara suami istri. Ikatan batin merupakan ikatan secara
psikologis berupa cinta dan kasih sayang, yang secara
lahiriah diikat dengan akad pernikahan. Hurlock
mengatakan selama tahun pertama dan kedua perkawinan
pasangan suami istri biasanya harus melakukan
penyesuaian satu sama lain. Dimana pasangan diharapkan
melakukan penyesuaian yang baik sehingga terhindar dari
ketidakbahagiaan dalam perkawinan (Hurlock, 2002).
Mengingat sebelumnya kedua individu memiliki status
bebas dan tidak terikat antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan perkawinan membuat suami dan istri saling
terikat satu sama lain.
Hurlock (2002) menjelaskan bahwa penyesuaian
perkawinan adalah penyesuaian yang di lakukan antara
suami dan istri dengan melakukan penyesuaian seksual,
penyesuaian keuangan dan penyesuaian dengan keluarga
dari pihak pasangan. Sedangkan Spanier dalam Puspitasari
menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan merupakan
refleksi perasaan dan pertanyaan tentang bagaimana
interaksi, komunikasi dan konflik yang di alami oleh
pasangan suami istri (Puspitasari, 2015).
Senada dengan Spanier, Douval & Miller juga
mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses
membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai
hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan
14
menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai
suami istri (Rachmawati & Mastuti, 2015).
Selain itu Uphold dan Susman mengemukakan
bahwa penyesuaian perkawinan merupakan sebagai suatu
proses kelanjutan yang melibatkan adaptasi antara suami
dan istri sampai pada titik kepuasan, konsensus, kohesi,
dan ekspresi afeksi (Wood, 2002). Tidak hanya Uphold dan
Susman, Lasswel juga mendefinisikan bahwasanya
penyesuaian perkawinan sebagai suatu proses
memodifikasi, beradaptasi dan mengubah pola perilaku dan
interaksi pasangan maupun individu untuk mencapai
kepuasan maksimun dalam hubungan (Desmita, 2009).
Dari uraian penjelasan di atas penulis dapat mengambil
definisi bahwasanya penyesuaian perkawinan adalah
hubungan atau ikatan dimana kedua pasangan akan
mengalami suatu proses peralihan suasana dan kondisi
baik secara intern maupun ekstern demi tercapainya
kesesuaian atau kecocokan antar satu sama lain.
2.1.2 Faktor Penyesuaian Perkawinan
Dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang
perkawinan, perlu adanya penyesuaian terhadap calon istri
dan suami. Menurut Hurlock (2002) empat faktor yang
paling penting dan umum bagi kebahagiaan perkawinan
adalah penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian
dengan seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian
dengan anggota keluarga pasangan, sebagai berikut:
1. Penyesuaian Terhadap Pasangan
Menurut Harlock penyesuaian pokok yang dihadapi
oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap
15
pasangannya sendiri. Hubungan antar pasangan berperan
penting dalam perkawinan. Makin banyak pengalaman di
masa lalu, makin besar pengertian wawasan sosial yang
dikembangkan. Makin besar kemauan untuk bekerja sama,
makin baik pasangan dapat menyesuaikan diri satu sama
lain. Dalam penyesuaian perkawinan harus terdapat
kesanggupan atau kemampuan antar pasangan untuk
berhubungan dengan mesra, saling memberi dan
menerima cinta (Abidin, 2013).
Di kehidupan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
pasangan dapat menimbulkan ketegangan yang tidak dapat
dihindarkan karena suami istri adalah dua pribadi yang
berbeda. Apabila tidak diatasi dapat menimbulkan
keinginan untuk melarikan diri (escape mechanism).
Karena itu harus ada kemauan dari kedua pasangan untuk
tidak membiarkan masalah penyesuaian diri tersebut terus
berlarut (Gunarsa, 2002).
Dalam kesehatan mental ketidakmampuan dalam
menyesuaiakan diri terungkap dalam pola tingkah laku
abnormal sepanjang hidup, dan bagian dari gangguan
berat yang hanya memberikan sedikit kemampuan kepada
individu untuk menangani situasi-situasi yang menekan.
Karena sebenarnya mereka berada pada batas
kemampuannya dalam menyesuaikan diri (Semiun, 2006).
Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh
Schneiders, ia mengatakan penyesuaian diri adalah usaha
untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan dan
usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas
yang ada. Sedangkan penyesuaian diri menurut Satmoko di
pahami sebagai interaksi seseorang yang continue dengan
dirinya sendiri, orang lain dan dunianya. Penyesuaian diri
16
yang baik dapat mencapai kepuasan dalam usahanya
memenuhi kebutuhan (Ghufron, 2012).
Islam sangat memberikan perhatian terhadap
pembentukan keluarga hingga tercapainya sakinnah,
mawaddah dan warahmah. Sebelumnya Rasulullah telah
menganjurkan kriteria dalam memilih pasangan hidup, agar
penyesuaian berjalan lebih mudah seperti sabda
Rasulullah: Dari Jabir r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Wanita dinikahi karena karena karena
agamanya, kedudukannya, hartanya dan kecantikannya.
Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya.”
HR. Muslim dan Tarmidzi (Rasjid, 2008).
Dalam Al-Qur’an juga telah tertulis kriterai-kriteria
dalam memilih calon pasangan hidup diantaranya:
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya: “Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kalian adalah yang paling
bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13)
2. Sekufu atau setingkat: Sekufu dalam perkawinan ada
lima sifat menurut tingkat kedua ibu bapak yaitu,
agama, merdeka atau hamba, kekayaan dan
kesejehateraan. Sekufu tidaklah menjadi syarat bagi
perkawinan. Tetapi jika tidak dengan keridhoan
masing-masing yang lain boleh menfasakhkan
perkawinan dengan alasan tidak sekufu (Rasjid, 2008).
3. Menyenangkan jika di pandang: “Dan di antara tanda
kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri
dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram
denganya.” (QS. Ar Ruum: 21)
Selaras dengan tinjauan Hadist dan Al-Qur’an,
Hurlock (2002) juga mengatakan bahwa terdapat hal-hal
17
yang berpengaruh terhadap penyesuaian perkawinan,
diantaranya :
a. Konsep Pasangan Ideal: Semakin seseorang tidak
terlatih dalam menyesuaikan diri terhadap realitas maka
akan semakin sulit untuk melakukan penyesuaian dengan
pasangan.
b. Pemenuhan Kebutuhan: Jika suatu penyesuai telah
dengan baik di lakukan, ia akan mampu memenuhi
kebutuhan pasangannya.
c. Kesamaan Latar Belakang: Semakin sama latar
belakang calon suami dan istri, akan semakin mudah untuk
saling menyesuaikan diri, begitupun sebaliknya.
d. Minat dan Kepentingan Bersama: Minat, kepentingan
sama akan membawa penyesuaian yang baik.
e. Kesamaan Nilai: Pasangan yang menyesuaikan diri
dengan baik mempunyai kesamaan nilai yang baik.
Pasanagn dengan latar belakang sama menghasilkan nilai
yang sama pula.
f. Konsep Peran: Setiap pasangan mempunyai konsep
bagaimana seharusnya peran seorang suami dan istri. Jika
harapan tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan
penyesuaian yang buruk.
g. Perubahan Dalam Pola Hidup: Penyesuaian terhadap
pasangan berarti mengorganisasikan pola kehidupan.
Penyesuaian ini sering kali di ikuti oleh konflik emosional.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai
penyesuain perkawinan terhadap pasangan, dapat penulis
simpulkan bahwasanya penyesuaian terhadapa pasangan
tidaklah terlalu sulit di lakukan apabila masing-masing
pasangan mampu melakukan penyesuain diri dengan baik
18
dalam menyikapi peran dan karakter yang di jalankan oleh
pasangan suami istri.
2. Penyesuaian Seksual
Seksualitas dalam Islam dibentuk oleh nilai budaya
dan agama. Nilai-nilai agama dalam Alquran, Hadis dan
Fikih mewarnai pembentukan pandangan tentang apa yang
boleh dilakukan atau tidak. Pandangan tentang seksualitas
dalam Islam telah dijelaskan dalam salah satu ayat Alquran
surat Al-Baqarah 223, sebagai berikut:
‫ى‬َََّ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ث‬ْ َ‫ح‬ ‫ًُا‬‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ف‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ ٌ‫ث‬ْ َ‫ح‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ُ‫ؤ‬‫ا‬َ‫س‬َِ
ٍَ‫ي‬ُِِ‫ي‬ْ‫إ‬ًُْ‫ن‬‫ا‬ ِ ِّ َ‫ب‬ًَُ‫و‬ًُ َ ًًُُْ‫ك‬َََّ‫أ‬‫ًا‬ًَُ‫ه‬ْ‫ا‬‫ا‬ ًََ‫ى‬َّ‫ه‬‫ًاان‬ُ َّ‫ت‬‫ا‬ ًًَُْ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ ِ‫ًاا‬ُ‫ي‬ِّ َ َ‫ۖ ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ت‬ْ ِ
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-
tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu
kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman.
Islam mengapresiasi seksualitas sebaga fitrah
manusia yang harus dipenuhi, yang dapat dipenuhi apabila
telah terjadinya perkawinan yang sah. Begitu pula menurut
Herbert J Milles penyesuaian seks merupakan salah satu
elemen positif bagi kesejahteraan pasangan tersebut dan
selanjutnya akan mewujudkan dua kepribdaian yang
menyatu dan terintegrasi dengan baik (Milles, 2001).
Gottman juga mengatakan bahwa ungkapan
perasaan adalah ekspresi seseorang untuk menyampaikan
perasaannya pada pasangannya atau yang berkaitan
19
dengan aktivitas seksual karena itu dapat membuat
perkawinan menjadi lebih bahagia (Wisnubroto, 2012).
Masalah penyesuaian seksual merupakan salah satu
masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu
penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidak
bahagiaan perkawinan. Apabila kesepakatan ini tidak dapat
di capai dengan memuaskan. Biasanya hal ini di sebabkan
karena ketidak mampuan mengendalikan emosi mereka
(Hurlock, 2002).
Emosi sendiri adalah reaksi penilaian baik postif
maupun negatif yang berasal dari syaraf seseorang
terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya
sendiri. Emosi memiliki banyak reaksi, reaksi yang tampak
seperti menangis dan tertawa, ada juga reaksi fisiologik
seperti jantung yang berdebar, tekanan darah yang tidak
stabil, dan berkeringat (Sarwono, 2014). Karena itulah
sebelum penyesuaian seksual ini di lakukan ada baiknya
terjalin suatu penyesuain diri terhadap pasangan melalui
komunikasi antar suami sitri.
Komunikasi adalah bagian terpenting untuk
membangun situasi yang lebih hangat antar pasangan.
Batra mengatakan seorang suami yang memuji istrinya
ketika membuatkan dirinya minuman merupakan cara
sederhana untuk mengungkapkan perasaan kepada
pasangan (Wisnubroto, 2012). Dalam penyesuaian
terhadap pasangan kemampuan dan kemauan untuk
berkomunikasi secara hangat melalui pujian terhadap
pasangan menjadi poin penting. Selain itu berkomunikasi
juga dapat membuat pasangan saling mengerti kemauan
masing-masing pasangannya sehingga tidak terjadi kesalah
pahaman dalam perkawinan.
20
Penyesuaian diri dalam seksualitas menurut
Schneiders adalah bagian dari penyesuain diri secara
personal. Penyesuaian diri dalam seksualitas merupakan
kapasitas bereaksi terhadap realitas seksual seperti impuls-
nafsu, pikiran, konflik-konflik, frustasi, perasaan bersalah,
dan perbedaan dalam menyikapi seks (Ghufron, 2012).
Penyesuaian seksual di mulai saat di laksanakannya
bulan muda, dan akan berjalan lancar apabila masing-
masing pasangan belum pernah melakukan hubungan seks
sebelumnya. Suatu penelitian oleh sosiolog menyatakan di
antara 177 pasangan 87% yang belum melakukan
hubungan suks melakukan bulan madu, sedangkan sisanya
tidak mengadakan bulan madu (Milles, 2001).
Bagi pasangan yang belum pernah melakukan
penyesuaian seksual sebelum menikah pasti akan
memberikan yang terbaik bagi pasangannya, salah satu
cara yang di lakukan adalah dengan pergi berbulan madu.
Penyesuaian seksual dalam perkawinan membutuhkan
banyak waktu, kesabaran dan pengertain, sebab hal itu
merupakan bagian paling pribadi dan rumit. Pasangan yang
mempelajari penyesuaian seks bersama setelah menikah
memiliki pengalaman bersama yang berarti dalam
kehidupan pasangan. Penyesuaian seksual yang baik akan
memberi dukungan ego bagi pasangan masing-masing.
Usaha dalam penyesuaian seks ini merupakan salah satu
elemen positif bagi kehidupan berumah tangga yang akan
mewujudkan dua kepribadian yang menyatu dan
terintegrasi dengan baik (Milles, 2001).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses
penyesuaian seksual terhadap suatu perkawinan, seperti
berikut (Hurlock, 2002) :
21
a. Perilaku terhadap seks: Sikap terhadap seks sangat
di pengaruhi oleh cara pria dan wanita menerima informasi
seks selama masa anak-anak dan remaja. Sekali perilaku
tentag seks yang tidak menyenangkan di dapatkan maka
akan sulit sekali untuk di hilangkan bahkan tidak mungkin
di hilangkan.
b. Pengalaman seks masa lalu: Cara orang dewasa dan
teman sebaya bereaksi terhadap suatu hubungan suami
istri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara
pria dan wanita merasakan itu sangat mempengaruhi
perilakunya terhadap seks di masa mendatang.
c. Dorongan seksual: Dorongan seksual berkembang
lebih awal pada pria daripada wanita dan cenderung tetap
demikian, sedang pada wanita timbul secara periodic
dengan turun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini
mempengaruhi minat akan seks yang kemudian juga
memepngaruhi penyesuaian seksualnya.
d. Pengalaman seks marital awal: Hubungan seksual
menimbulkan keadaan yang tidak sejajar dengan
pengalaman yang di milki oleh orang lain, hingga banyak
orang dewasa muda merasa begitu pahit dan susah
sehingga penyesuaian seksual akhirnya sulit di lakukan.
e. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi:
Suami dan istri yang sepakat untuk menggunakan alat
pencegah kehamilanakan mengalami sedikit konflik dan
ketegangan di bandingkan dengan pasangan yang memiliki
perbedaan pendapat tentang alat kontrasepsi tersebut.
f. Efek vasektomi
Seorang wanita yang menjalani operasi vasektomi akan
hilang ketakutan akan kehamilan yang tidak di inginkan.
22
Vasektomi mempunyai efek yang sangat positif bagi wanita
tentang penyesuaian seksual wanita tapi hal ini tidak
berlaku bagi pria.
3. Penyesuaian Keuangan
Penyesuaian keuangan dilakukan untuk menghadapi
perubahan yang berkaitan dengan sumber keuangan
(Wisnubroto, 2012). Dalam perkawinan biasanya pasangan
menggabungkan pendapatannya untuk membiayai
kehidupan rumah tangga mereka. Timbul permasalahan
jika suami sebagai perannya mencari nafkah sementara
isteri hanya terus mengurus urusan rumah tangga.
Menurut Hurlock (2002) Penyesuaian keuangan
menjadi urutan ketiga dalam masalah penyesuaian
perkawinan. Bagi perempuan menyesuaikan keuangan
dengan pendapatan suaminya adalah hal yang cukup sulit
setelah sebelumnya terbiasa membelanjakan uang sesuka
hatinya. Situasi ini dapat digunakan untuk mengatasi
masalah penyesuaian perkawinan dalam dua hal yaitu :
Pertama, percekcokan mungkin berkembang apabila
sang istri berharap suami dapat menangani sebagian dari
tugas rumah tangganya. Pada awal perkawinan keluarga
baru biasanya tidak ingin hidup mewah karena keuangan
tidak memungkinkan untuk itu, sebab itu terkadang istri
berharap suaminya membantu pekerjaan rumah tangga
secara adil. Hal ini yang justru menjadi masalah, dimana
saat sang suami menetapkan istri berperan sebagai orang
yang mengurus rumah tangga, sedangkan ia hanya
bekerja. Untuk itulah sebelum memasuki tahap penyesuain
keuangan perlu adanya penyesuaian terhadap pasangan
khususnya dalam mengurusi urusan rumah tangga.
23
Lalu yang kedua, jika suami tidak mampu hal ini
dapat membuat istri tersinggung dan mencari pekerjaan
tambahan. Hal ini juga telah dibahas didalam Al-Qura’an
sebagai berikut:
‎ ‫ا‬‫ى‬َ‫ه‬َ‫ا‬ ْ‫ى‬ُ‫ى‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ َّ‫َّللا‬ َ‫م‬َّ‫ض‬َ‫ف‬ ‫ا‬ًَِ‫ب‬ ِ‫اء‬َ‫س‬ُِّ‫ان‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ا‬ ًٌَُ‫ي‬‫ا‬ًََّ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ِّ ‫ن‬‫ًا‬ُ َ‫ف‬ََ‫أ‬ ‫ا‬ًَِ‫ب‬َ‫ي‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬
‫ى‬ِ‫ى‬ِ‫ن‬‫ا‬ًَْ‫ي‬َ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ْ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka (An-Nisaa: 34).
Hal inilah yang menuntut suami untuk wajib mencari
dan memberikan nafkah bagi istrinya yang taat dan juga
anak-anaknya, baik berupa makanan, tempat tinggal,
peralatan rumah tangga, dan lain-lain yang mecukupi
sandang, pangan dan papan. Banyaknya nafkah adalah
menurut kebutuhan dan kebiasaan yang berlaku juga di
sesuaikan dengan kemampuan suami. Rasulullah pernah
bersabda, yang artinya: “Takutlah kepada Allah dalam
urusan perempuan, karena sesungguhnya kamu
mengambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan halal
bagi mu mencampuri mereka dengan kalimat Allah, dan di
wajibkan atas kamu (suami) memberi nafkah dan pakaian
kepada mereka (istri-istri) dengan cara yang sebaik-
baiknya (pantas)” Hr. Muslim (Rasjid, 2009).
Dalam hal ini penyesuaian diri merupakan bagian
yang paling penting untuk dilakukan. Karena menurut
Schneiders penyesuaian diri adalah bagain dari usaha
dalam menjaga keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan dengan tuntutan lingkungan (Ghufron, 2012).
24
Keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan memang
sangat di perlukan, apalagi saat menikah suami adalah
pencari nafkah utama dalam keluarga. Tanpa adanya
penyesuaian diri yang baik, akan terjadi konflik yang bisa
mempengaruhi penyesuaian lainnya dalam perkawinan.
Penyesuaian keuangan juga memerlukan adanya
sikap dalam pengontrolan diri, baik bagi istri maupun
suami. Karena menurut Goldfried dan Merbaum kontrol diri
merupakan suatu kemapuan untuk menyusun, mengatur
dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membentuk
prilaku individu menjadi perilaku yang lebih positif
(Ghufron, 2012). Hal ini dapat menyatukan penyesuaian
antara suami dan istri dalam mencapai hasil dan tujuan
tertentu dalam perkawinan seperti yang telah
direncanakan.
Sebab itulah, setelah menikah perlu adanya
penyesuaian dalam keuangan, maka dari itu sebaiknya di
bicarakan bersama istri mengenai tujuan keuangan yang
ingin di capai dalam berumah tangga. Karena masing-
masing pasangan di awal perkawinan biasanya masih
dalam tahap penyesuaian kebiasaan pasangannya dalam
berbelanja dan mengelola uang (Ghozali, 2008).
Penyesuain yang baik dalam masalah keuangan
merupakan bagian dari kriterian kebahgaiaan perkawinan.
Penelitian Pradipta dan Prihanto memaparkan bahwa untuk
mencapai kebahagiaan dalam perkawinan diantaranya
adalah meningkatkan keadaan sosial ekonomi (Christina &
Matulessy, 2016).
25
Di karenakan keuangan biasanya dapat menjadi
masalah dalam keluarga karena itu pasangan baru
memerlukan cara dalam mempelajari pengelolaan
pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari
percecokan yang di sebabkan karena ketidak mampuan
dalam penyesuaian keuangan.
4. Penyesuaian Dengan Pihak Keluarga
Pasangan
Setelah menikah, kewajiban tidak hanya pada
pasangan tetapi juga terhadap mertua. Membangun rumah
tangga dalam islam haruslah menjaga hubungan baik antar
keluarga. Kita harus bisa menganggap mertua sebagai
orang tua sendiri dan memperlakukannya dengan baik,
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut:
َ َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ٱل‬ َ‫َك‬‫د‬‫ن‬ِ‫ع‬ َّ‫َن‬ ُ ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ا‬ً‫ن‬َٰ‫س‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬ ٌَْٰ‫ٲل‬ِ‫ب‬ ًَ ُ‫ه‬‫َّا‬‫ي‬ِ‫إ‬ ٓ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ ۟‫ا‬ ًُٓ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َّ‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ ٰ‫ى‬َ َ‫ق‬ ًَ
ً‫م‬‫ي‬ ِ َ‫ك‬ ً‫َّل‬ ٌَْ‫ق‬ ‫ا‬َ ُ‫ي‬َّ‫ل‬ ُ‫ق‬ ًَ ‫ا‬َ ُ‫ى‬ ْ َ‫ي‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫َّل‬ ًَ ّ ُ‫أ‬ ٓ‫ا‬َ ُ‫ي‬َّ‫ل‬ ُ َ‫ت‬ َ َ ‫ا‬َ ُ‫ى‬ َ ِ‫ك‬ ًَْ‫أ‬ ٓ‫ا‬َ ُ‫ى‬ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬
....dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia (QS Al-Isra: 23).
Penyesuaian keluarga menjadi salah satu faktor
dalam penyesuaian perkawinan. Dengan ikatan perkawinan
setiap orang akan secara otomatis meperoleh sekelompok
keluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluaga
pasangan dengan usia yang berbeda, yang mempunyai
26
minat dan nilai yang berbeda dari segi pendidikan, budaya
dan latar belakang sosial. Suami dan istri harus
menyesuaikan diri bila tidak ingin hubungan mereka tegang
dengan keluarga baru mereka (Hurlock, 2002).
Sebaliknya keluarga pihak pasangan juga sulit
menyesuaikan diri dengan suami/istri dari pasangan karena
sejumlah faktor yang berasal dari keluarga itu sendiri.
Sehingga harus belajar menyesuaikan diri karena
penyesuaian yang tidak baik dengan keluarga pasangan
akan menimbulkan masalah dalam suatu perkawinan.
Maka dari itu untuk menjalin hubungan penyesuain
yang baik antar pasangan dan keluarga, maupun keluarga
dari pihak pasangan dengan suami/istri perlu adanya
komunikasi yang baik dan hangat antar kedua belah pihak.
Komunikasi juga merupakan suatu cara yang tepat untuk
mengungkapkan emosi yang dirasakan oleh kedua belah
pihak keluarga atau pasangan, baik emosi itu bersifat
positif maupun negative. Jika hanya ingin menyampaikan
sesuatu hendaknya dihindari kata-kata atau ungkapan-
ungkapan yang dapat membangkitkan emosi negatif,
(Sarwono, 2009) karena hal ini dapat menyebabkan
kesalahpahaman bagi kedua belah pihak.
Penyesuain terhadap keluarga pasangan yang baik
dapat terjadi jika suami istri mempunyai hubungan yang
baik dengan pihak keluarga pasangan, khususnya dengan
mertua dan saudara/i ipar. Hal ini dapat meminimalisir
terjadinya ketegangan antar pasangan dan keluarga pihak
pasangan. Karena hubungan yang buruk antar menantu
dengan mertua dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya, Hal ini dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya perceraian di awal tahun masa perkawinan.
27
Hurlock (2002) telah membagi beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak
keluarga pasangan:
a. Stereotip Tradisional: Stereotip yang di terima
mengenai “ibu mertua” dapat menimbulkan hal yang tidak
menyenangkan. Hal inilah yang dapat menambah masalah
bagi keluarga pasangan.
b. Keinginan Untuk Mandiri: Orang yang menikah muda
cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari
orang tua mereka.
c. Keluargaisme: Penyesuaian dalam perkawinanakan
lebih sulit apabila salah satu pasangan tersebut
menggunakan lebih banyak waktunya terhadap
keluarganya, di banding pasangannya sendiri.
d. Mobilitas Sosial: Banyak orang tua dan anggota-
anggota keluarga sering bermusuhan dengan pasangan
yang baru datang.
e. Anggota Keluarga Berusia Lanjut: Merawat anggota
keluarga berusia lanjut merupakan faktor sulit karena
keyakinan harus bebas dari urusan keluarga khususnya bila
pasangan tersebut mempunyai anak.
f. Bantuan Keuangan: Pasangan muda yang harus
membantu keuangan bagi pihak keluarga pasangan, sering
membuat hubungan keluarga menjadi tidak beres.
2.1.3 Aspek-Aspek Penyesuaian Perkawinan
Selain penjelasan tentang faktor-faktor yang dapat
membentuk penyesuaian perkawinan, penulis juga
membahas mengenai aspek-aspek yang mendukungnya.
Menurut Gunarsa (2002) terdapat aspek dasar penyesuaian
perkawinan sebagai berikut:
1. Kesehaatan Fisik Suami Dan Istri
28
Calon pasangan hendaknya memeriksakan kesehatan diri
masing-masing terlebih dahulu. Kelemahan fisik dapat
menyebabkan ketidak siapan pasangan tersebut dalam
memiiiki buah hati.
2. Stabilitas Emosi
Stabilitas Emosi dalam pemikahan tercapai biIa adanya
penyesuaian. Ada beberapa hal yang dapat
diperbincangkan sebelum sampai pada penyesuaian
perkawinan seperti mengenai, keinginan mempunyai anak,
mengaturan anggaran rumah tangga, sikapa terhadapa
keluarga besar antar pasangan masing-masing, kegiatan
agama, pendidikan anak, minat satu sama lam, dan
bagaimana cara memanfaatkan waktu senggang bersama.
3. Kesehatan Mental
Kebahagian suami istri tergantung pada kesanggupan
pasangan itu sanggupan pasangan itu sendiri yang secara
bersama-sama memenuhi tanggung jawab dan perang
masing-masing dalam perkawinan.
Demi terwujudnya penyesuaian perkawinan,
menurut Yulia D. Gunarsa (2002) terdapat beberapa pokok
yang pernah dibicarakan sebelum sampai pada suatu
penyesuaian perkawinan, sebagai berikut:
1. Keinginan mempunyai keluarga dan anak
2. Mengatur pengeluaran, materi/anggaran rumah
tangga
3. Sikap terhadap keluarga besar, dan keluarga besar
pasangan
4. Kegiatan dalam ruang lingkup agama
5. Dasar pendidikan dan pelaksanaan pendidikan bagi
anak
29
6. Minat sosial dan rekreasi masing-masing pasangan
7. Sejauh mana masing-masing pasangan
berparrtisipasi dalam kegiatan dan pengisian waktu
luang.
Sementara itu, menurut hurlock (2002) terdapat beberapa
hal yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan
(pemikahan), yaitu:
1. Saat menjadi orang tua: Jangka waktu sejak
perkawinan hingga pasangan mmiliki anak akan
mempengamhi penyesuaian perkawinan bila anak pertama
lahir sebelum pasangan dapat menyesuaikan diri satu sama
lain, penyesuaian perkawinan akan lebih sulit untuk
dilakukan.
2. Keadaan keuangan yang stabil: Pasangan yang
mempunyai status ekonomi yang baik dapat melakukan
penyesuaian perkawinan lebih mudah.
3. Harapan tidak realitis akan perkawinan: Terkadang
pasangan tidak menyadari permasalahan dan tmggmg
jawab yang dapat timbul dalam sebuah perkawinan.
Harapan atau bayangan bahwa perkawinan akan selalu
romantis dan tidak pemah bermasalah sen'ng membawa
kekecewaan dan mempersulit penyesuaian perkawinan.
4. Jumlah anak: Apablla pasangan sepakat akan jumlah
anak yang akan dimiliki dan berhasll mencapal jumlah
tersebut, penyesualan perkawinan pasangan bersebut akan
leblh mudah.
5. Urutan kelahiran datam keluarga: Semakln mlrip
peran dalam perkawinan dengan peran yang pernah
dipelajari dalam keluanga, semakin mudah penyesuaian
perkawinannya. Apabila suami adalah anak sulung dengan
30
adik perempuan, sedangkan isteri adalah adik dari kakak
IakI-Iakl.
6. Hubungan dengan keluarga pasangan: Hubungan
dengan keluarga pasangan (pihak mertua dan ipar) akan
mempengaruhi penyesuaian perkawinan. Semakin baik
hubungan tersebut, semakin mudah pula penyesuaian
perkawinannya.
2.1.4 Perkawinan dalam Islam
Dalam Islam kata perkawinan dikenal dengan kata
nikah. Pada dasarnya setiap muslim dapat melangsungkan
perkawinan dengan siapa saja yang dia sukai. Namun
terdapat pula rangan-larangan didalam perkawinan, yaitu
larangan perkawinan karena perbedaan agama, karena
pertalian darah, karena sepersususan, karenan hubungan
perkaiwnan yang telah dimulai sebelumnya, dan karena
salah satu diantaranya telah memiliki pasangan (Daud Ali,
2002).
Sudah menjadi hal yang normal jika timbul suatu
rasa kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Namun
situasi seperti ini akan halal jadinya jika telah
dilangsungkan suatu perkawinan dengan akad diantara
keduanya, karena itu merupakan bagian dari salah satu
tanda-tanda kebesarannya. Hal ini telah ditegaskan dalam
Surah Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut :
‫ا‬َ‫ى‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ِ‫ئ‬ ‫ًا‬ُُُ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ق‬َ‫ه‬َ‫خ‬ ٌَْ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ٍِْ‫ي‬َ‫ي‬
ٍ‫و‬ ًَْ ِ‫ن‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫َل‬ َ‫ك‬ِ‫ن‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌَِّ‫ئ‬ ً‫ة‬ًَْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫ي‬ ً‫ة‬َّ‫د‬ًََ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َُْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ي‬
ٌَ‫ي‬ُ َّ‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
31
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS : Ar-
Rum 21)
Dalam kitab Tafsir Al-Azhar menyebutkan pada
pangkal ayat ke 21 yang berbunyi “Dan di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri,..” ialah seruan kepada
seluruh manusia, bahwa manusia itu sebagai cucu adam
pada hakikatnya adalah satu. Dari manusia yang satu itu
juga, bukan diambil dari tempat lain melainkan dari isrti-
istrinya. “supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya..” artinya akan gelisahlah hidup jikahanya
seorang diri karena kesepian, terpencil tidak berteman,
“dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”
tentang mawaddah wa rahmatan dapat ditafsirkan sebagai
rasa kerinduan seorang laki-laki terhadap perempuan
begitupun sebaliknya yang telah dijadikan Allah sebagai
tabiat/kewajaran dari hidup itu sendiri. “Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”Ujung ayat ini memberi manusia
peringatan bahwa agar manusia memikirkannya kembali
secara baik-baik (Hamka, 2015).
Perkawinan bukan saja satu jalan yang amat mulia
untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan,
tapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu
perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain
(Rasjid, 2008). Selain mengatur kehidupan manusia,
perkawinan juga memiliki 5 hukum dasar, diantaranya
(Mugiyono, 2017):
32
1. Jaiz: dibolehkan
2. Wajib: bagi yang mampu tapi tidak mampu
mengendalikan diri dari godaan yang menjerumuskan
keperzinahan
3. Sunnah: bagi yang mampu tapi masih bisa
mengendalikan diri dari godaan yang menjerumuskan
keperzinahan
4. Makruh: Mmemiliki keinginan melangsungkan
perkawinan, tapi belum sanggup menafkahi
5. Haram: melakukan perkawinan tapi dengan niat yang
buruk
Dalam perkawinan juga terdapat syarat-syarat
perkawinan diantaranya (Tutik, 2008) :
a. Syarat Materil : Syarat materil disebut juga dengan
syarat inti/ internal yaitu syarat yang menyangkut pribadi
pihak yang akan melangsungkan pekawinan.
b. Syarat Formil: Syarat formil atau syarat eksternal
adalah syarat yang berhubungan dengan tata cara atau
formalitas yang harus dipenuhi sebelum proses perkawinan
Untuk dapat melangsungkan perkawinan haruslah
dipenuhi rukun pokok sahnya perkawinan diantaranya
(Rasjid, 2008):
1. Sigat (Akad) yaitu perkataan dari pihak wali perempuan
yang dijawab oleh mempelai laki-laki. Akad nikah menjadi
tidak sah tanpa adanya lafaznikah didalamnya
2. Wali (wali si perempuan)
“Barang siapa diantara perempuan yang menikah tidak
dengan izin walinya, maka prnikahannya batal.” (Riwayat 4
orang ahli hadits)
3. Dua orang saksi
33
“Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi
yang adil.” (Hr. Ahmad)
Perkawinan memiliki tujuan dalam islam, sebagai
berikut (Mugiyono, 2017) :
a. Untuk memperoleh ketentraman dan ketenangan
(sakinah)
b. Membina rasa cinta dan kasih sayang antar suami dan
istri
c. Melaksanakan perintah Allah yang merupkan ibadah
d. Mengikuti sunnah Rasulullah untuk menikah
e. Memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhoi
Allah
f. Memperoleh keturunan yang sah
2.2 Mahasiswa dan Kaitan Usia Perkawinan
Mahahsiswa adalah seorang yang sudah lulus dari
slta dan sedang menempuh pendidikan tinggi, mahasiswa
biasanya berumur 18 tahun (Daldiyono, 2009). Pada
umumnya direntang masa perkuliahan sangat jarang di
temukan mahasiswa yang telah menikah. Tugas kuliah,
organisasi kampus, dan sebaginya membuat mahasiswa
lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus di
bandingkan dirumah. Sehingga pemikiran untuk menikah
belum terbentuk secara matang dalam benak para
mahasiswa. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa mahasiswa yang masih aktif berkuliah
namun juga sudah menikah dan memiliki anak.
Perkawinan merupakan bagian dari tugas
perkembangan, apabila tidak terselesaikan pada waktunya
akan menghambat perkembangan pada tahap berikutnya.
Namun menurut Hurlock (2002) setelah menikah, terjadi
pola gaya hidup baru yang dapat mempengaruhi
34
perkawinan, yaitu melakukan penyesuaian terhadap pola
peran seks, pola-pola baru dalam kehidupan keluarga, dan
pola baru di tempat pekerjaan.
Menurut Sarwono (2014) memasuki masa dewasa
seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk dapat
hidup dan menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja
mencari nafkah dan membina karirnya. Seorang
perempuan juga harus mempersiapkan diri untuk berumah
tangga.
Seperti yang di ketahui dalam suatu kehidupan
berumah tangga membutuhkan banyak penyesuaian
perkawinan. Dimana penyesuaian perkawinanterjadi ketika
memasuki masa dewasa dini. Umumnya orang Indonesia
menikah rata-rata di umur 20-30 tahun. Namun ada juga
yang memilih menikah di bawah umur 20 maupun lebih
dari umur 30 tahun dengan alasan yang di miliki individu
masing-masing. Menurut Hurlock pada mulanya
kebudayaan Amerika berpandangan seorang anak belum
resmi di anggap dewasa jika belum mencapai umur 21
tahun, sedangkan masa dewasa dini di mulai pada umur 18
tahun (Abidin, 2013).
Berbicara mengenai masa dewasa dini atau yang
biasa di sebut dengan adult yang berarti telah menjadi
dewasa. Masa dewasa dini di mulai pada umur 18-40
tahun. Seseorang yang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang
dewasa lainnya. Terdapat beberpa ciri-ciri dari masa
dewasa dini (21-40 tahun) menurut Hurlock dalam Chasiru
Zainal Abidin (2013) sebagai berikut:
35
1. Masa pengaturan. Pada masa ini remaja harus
membiasakan diri dengan berbagai macam tuntutan
menjadi orang dewasa, yang berbeda dengan masa
remaja sebelumnya.
2. Sebagai usia produktif, pada masa ini remaja harus
bekerja keras dan meniti karir.
3. Masa bermasalah. Awal masa dewasa remaja harus
menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan
masa dewasa. Aspek-aspek yang berkaitan adalah
keluarga dan karir.
4. Masa ketegangan emosional. Setelah lulus sekolah atau
kuliah seseorang tidak selalu segera mendapat
pekerjaan, padahal tuntutan kehidupan terus berjalan.
5. Masa keterasingan sosial. Setelah remaja menginjak
dewasa ia cenderung untuk sedikit demi sedikit
meniggalkan kelompoknya masing-masing. Hal ini
terjadi karena kesibukan pada pekerjaan dan keluarga
mereka, sehingga aktivitas dalam persahabatan
tergantikan sebagian oleh persaingan dalam karir di
pekerjaan.
6. Masa komitmen, dimana periode komitmen terhadap
diri sendiri tentangcita-cita dan ambisi untuk karir.
7. Masa ketergantungan. Pada masa inii kadang seseorang
belum mandiri secara finansial sehingga masih
tergantung pada orang tua.
8. Masa perubahan nilai. Banyak yang merasakan kegiatan
belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga
mereka terus mengikuti berbagai kursus setelah mereka
tamat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi.
36
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Dalam
masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol
di bidang perkawinan dan peran orang tua.
10.Masa kreatif. Bentuk kreatifitas yang terlihat pada masa
dewasa muda tergantung pada minat dan kemampuan
individual.
Menikah antara usia 28 hingga 32 tahun dapat
mengurangi resiko perceraian setidaknya dalam lima tahun
pertama. Penelitian ini dilakukan oleh Nick Wolfinger,
seorang sosiolog dari University of Utah, dan diterbitkan
oleh Institute of Family Studies. Menurut penelitian
tersebut, orang yang berumah tangga antara usia 28
hingga 32 tahun paling sedikit bercerai pada tahun-tahun
berikutnya (Kumparan, 2018).
Lalu Diane E. Papalia (2004), mengemukakan bahwa
usia terbaik untuk melakukan perkawinan bagi perempuan
adalah 19-25 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 25-28
tahun diharapkan sudah menikah. Karena ini adalah usia
terbaik untuk menikah baik untuk memulai kehidupan
rumah tangga maupun untuk mengasuh anak pertama.
Dalam perkawinan, usia dan kedewasaan memang menjadi
hal yang harus diperhatikan bagi para pria dan wanita yang
ingin melangsungkan perkawinan.
Seperti yang tengah dialami oleh subyek peneliti.
Dimana terdapat perbedaan antara pekawinan pada subyek
yang menikah dengan umur yang matang, dan subyek
yang menikah dengan usia yang belum matang. Subyek
inisial AP, yang menikah di usia 19 tahun dan VW yang
menikah di usia 26 tahun. Dari tolak ukur umur, VW terlihat
lebih matang untuk menikah dibandingkan AP. Subyek AP
sebagai Ibu rumah tangga dan VW sebagai kepala rumah
37
tangga sama-sama merasakan kesulitan dalam
penyesuaian perkawinan. Subyek AP yang sudah memiliki 2
orang anak megalami kesuliatan pesnyesuaian keuangan
dan keluarga pasangan hal ini dikarenakan subyek AP
masih tingal bersama mertuanya. Sedangkan subyek VW
hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian keuangan,
dikarenakan VW harus menanggung biaya kuliah istri dan
dirinya, selain itu VW juga harus membayar cicilan rumah
dan mobil yang ia tempati saat ini bersama istri dan anak.
Hal ini membenarkan bahwasanya usia dalam
penyesuaian perkawinan menjadi tolak ukur seberapa jauh
kesulitan seseorang dalam menjalani faktor penyesuaian
perkawinan yang dikemukakan oleh Hurlock. Karena usia
perkawinan dapat menentukan faktor apa yang akan
menjadi hambatan dalam penyesuaian perkawinan yang
dilakukan.
2.3 Upaya Dalam Penyesuaian Perkawinan
Upaya pasangan untuk saling mengisi kekurangan,
mengadakan perubahan tingkah laku dan sikap agar
mencapai sikap-sikap yang membangun sehingga tingkah
laku selaras dengan lingkunga. Upaya aktif pasangan suami
istri untuk mengubah perilaku dan sikap masing-masing
yang berbeda, dengan cara saling mengorganisasikan
keinginan, kebutuhan, dan harapan sehingga tercipta
proses saling menguntungkan, yaitu saling memberi dan
menerima di antara keduanya (Wisnubroto, 2015).
Keberhasilan dalam membentuk keluarga bahagia
dapat dicapai dengan persiapan diri, dilanjutkan dengan
perencanaan mengenai biaya hidup dan jumlah anak.
Upaya dalam mencapai kebahagiaan yang langgeng
meliputi upaya memupuk saling pengertian dan
38
penyesuaian satu sama lain berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan (Gunarsa, 2002):
a. Awal perkawinan harus merupakan start yang baik.
b. Perlu kesabaran dan kebijaksanaan khususnya pada
permulaan perkawinan.
c. Perlu penyesuaian terhadap perbedaan suami istri
sendiri.
d. Redukasi bagi pria perlu lebih banyak pada masa kritis,
yakni pada dua tahun perkawinan.
e. Suami yang baru pulang dari pekerjaan perlu istirahat
sedangkan istri justru perlu perubahan suasana dan
rekreasi aktif.
f. Lebih banyak "memberi" dari pada menerima, akan
memberikan kebahagiaan.
g. Bentuklah kebiasaan yang sehat dan wajar.
h. Dalam hal-hal tertentu istri dapat berperan
membimbing. Pada kesempatan lain suamilah yang
berperan.
i. Partnership dalam perkawinan didasarkan atas
persamaan hak atau perlu diilhami oleh cinta dan saling
memperhatikan (tidak acuh tak acuh).
j. Perlu keterbukaan hati dan bukan kekasaran. Agar tidak
kasar, agresifitas, dan kelemahan kiri tidak disalurkan
sehingga melukai hati. Boleh tidak sesuai dengan
perasaan tapi untuk tujuan baik.
k. Perlu mencari kesempatan untuk menunjukkan apresiasi
pada pasangannya.
l. Persamaan dalam perkawinan lebih diartikan dengan
suasana saling menghargai dan menghindari
kecenderungan penghinaan terhadap pasangannya.
39
m. Perlu menghadapi dan menjalani hidup perkawinan
atau berkeluarga sebagai suatu kenyataan sedini
mungkin dan bukan sebagai suatu dongengan.
n. Perlu memupuk minat bersama yang melibatkan
partisipasi aktif dari pasangan, juga dalam rekreasi,
misalnya olahraga, agar tidak melarikan diri dalam film
atau rekreasi lain sendiri, secara terpisah.
o. Agar perkawinan bahagia bisa dibina dan dipelihara,
pasangan tersebut harus terus menerus berupaya
menjadi pendamping terbaik bagi pasangannya.
Mempertahankan sebuah perkawinan membutuhkan
sebuah komitmen sebagai upaya dalam perkawinan.
Komitmen merupakan sebuah penilaian kognitif atas
sebuah hubungan dan merupakan keinginan untuk
mempertahankan hubungannya. Johnson, Caughlin dan
Hutson menyatakan bahwa komitmen terdiri atas tiga
bentuk sebagai berikut (Sudargo, Aristasari, Afifah, 2018):
1. Komitmen personal: keinginan bertahan karena
cinta terhadap pasangan dan perasaan puas
terhadap pasangan tersebut.
2. Komitmen moral: merupakan perasaan
bertanggung jawab secara moral terhadap
pasangan dan janji perkawian.
3. Komitmen struktural: muncul ketika komitmen
personal dan moral rendah.
Dalam perkawinan, keberhasilan untuk memperoleh
dan merasakan kesejahteraan serta kebahagiaan
tergantung dari penyesuaian - penyesuaian, yang biasanya
disebut adaptasi terhadap suami/istri sendiri bagaimana
mengatasi kesulitan-kesulitan dengan memperhatikan
(Gunarsa, 2002) :
40
1. Menghadapi kenyataan
Dalam kebersamaan hidup dari hari ke hari, tahun demi
tahun, banyak hal dan kenyataan akan terungkap. Dalam
menghadapinya harus bersama-sama sebagaii suatu tim dan
menanggulanginya bersama dengan bijaksana akan
menyelesaikan masalah hidup.
2. Penyesuaian yang timbal balik
Cukup sulit untuk menebak permasalahan yang akan timbul
dalam pennyesuaian perkawinan. Tapi suatu saat masalah
akan timbul yang mengakibatkan benturan emosional
terhadap masing-masing.Karena itu harus ada upaya untuk
saling memperhatikan mengungkapkan cinta, pengertian,
saling menghargai, memberi dukungan dan semangat.
3. Latar belakang suasana yang baik
Perlu suasana dari pikiran yang penuh cinta untuk
menciptakan suasana yang baik. Jika kesibukkan yang
mendominasi suami istri, tidak ada waktu untuk memupuk
suasana baik, sehingga hubungan intim makin jarang, dan
hubungan bertambah renggang. Karena itu memerlukan
suasana yang baik dengan memperhatikan sebagai berikut:
a. Suami-istri saling memperhatikan individualitasnya
dan tetap memiliki kepribadian, tanpa menjadi robot.
b. Asas berbagi. Berbagi dalam hal pekerjaan, waktu
luang, pemaasukan, kewajiban, selalu saling
membantu dan memberi pengertian.
c. Berupaya menjauhkan, menghentikan kebiasaan-
kebiasaan yang tidak disenangi pasangan, walaupun
hal tersebut tampak kecil tak berarti.
d. Setiap tindakan dan keputusan harus dibahas
bersama. Kebiasaan ini akan memelihara kepercayaan
dan menjamin kerja sama.
41
e. Setiap pasangan harus berupaya untuk saling
memafkan dan mengingat kebajikan masing-masing.
f. Berambahnya usia perkawinan, bertambah pula
kemahiran dalam mengatasi masalah dengan
membina komunikasi yang baik.
Jadi dalam melakukan penyesuaian perkawinan suami
istri harus memperhatikan upaya-upaya dalam membangun
penyesuaian yang ada agar terciptanya suatu perkawinan
yang harmonis.
2.3 Kerangka Pikir Peneliti
Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa Di
Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang.
Mahasiswa dan Kaitan
Usia Perkawinan
Faktor-Faktor
Penyesuaian
Perkawinan:
1. Terhadap Pasangan
2. Terhadap Seksual
3. Terhadap Keuangan
4. Pihak Keluarga
Aspek-Aspek
Penyesuaian Perkawinan:
1. Kesehaatan fisik
2. Stabilitas Emosi
3. Kesehatan Mental
Upaya Dalam Melakukan
Perkawinan
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Melalui metode kualitatif, peneliti diharapkan dapat
mengetahui dengan jelas tentang penyesuaian perkawinan
pada mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah
Palembang.
Menurut Denzin dan Lincoln mendefinisikan, bahwa
penelitian kualitatif adalah multimethod yang melibatkan
pendekatan interpretif, naturalistik terhadap materi
pokoknya. Ini berarti bahwa peneliti kualitatif mempelajari
hal-hal dalam pengaturan alaminya, mencoba untuk
memahami, atau menafsirkan, fenomena dalam arti makna
yang dibawa orang kepada mereka (Herdiansyah, 2014).
Lebih lanjut Denzin dan Lincoln menegaskan bahwa
penelitian kualitatif ditujukan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendasar melalui pengalaman first-hand
dari peneliti yang langsung berproses dan menjadi satu
bagian yang tidak terpisahkan dengan subyek dan latar
belakang yang ditelita berupa laporan yang sebenar-
benarnya, apa adanya, dengan catatan-catatana lapangan
yang aktual.
Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif studi kasus karena permasalahan yang akan
digalilebih jelas dan terperinci serta memperoleh data yang
mendalam dari fokus penelitian. Pengumpulan data
penelitian ini tidak dibatasi katagori tertentu untuk
mempelajari
43
dan menemukan isu-isu secara mendalam terkait dengan
kasus yang diteliti.
Yin menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu
inquiry empiris yang mendalami fenomena dalam konteks
kehidupan nyata, ketika batas antara fenomena dan
konteks tak tampak secara tegas. Bungin menyatakan
kelebihan studi kasus sebagai berikut (Bungin, 2005):
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting
mengenai hubugan antar variabel serta proses-
proses yang memerlukan penjelasan dan pemahan
yang lebih luas.
2. Studi kasus dapat memberikan kesempatan
untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-
konsep dasar perilaku manusia.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan
temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar
untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan peneliatan yang lebih besar dan
mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu
sosial.
3.2 Sumber Data
Menurut Lofland sumber data utama kualitatif ialah
kata–kata, dan tindakan, selebihnyan adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain–lain. Dimana data
hasil penelitian didapat melalui dua sumber data, yaitu
(Moleong, 2001):
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari hasil wawancara saat penelitian berlangsung yang
diperoleh dari subjek atau informan yang dianggap
44
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan
sebenarnya di lapangan.
Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan
empat subyek yang berasal dari fakultas yang berbeda-
beda, yaitu fakultas psikologi, fakultas syariah, fakultas
tarbiyah, dan fakultas febi, yang masingmasing berjumlah
dua perempuan dan dua laki-laki. Teknik yang digunakan
untuk menentukan subjek dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yang merupakan tehnik sampling
dengan berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subyek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2014).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Wanita/Pria dengan rentang usia 20–25 tahun.
2. Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang.
3. Sudah menikah.
4. Sudah memiliki anak.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung seperti
literatur, buku–buku catatan harian dan dokumentasi
subjek yang berkaitan dengan penelitian (Moleong, 2014).
Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu
buku, jurnal, dokumentasi, dan informan tahu seperti
pasangan subyek, saudara kandung dan saudara ipar. Data
sekunder merupakan data pelengkap dari data primer agar
penelitian ini dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang yang berlokasi di Jalan
Prof. KH. Zainal Abidin Fikri km.3,5 Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Pertimbangan penulis memilih tempat
45
penelitian tersebut, dikarenakan UIN Raden Fatah
Palembang merupakan kampus dari penulis sendiri. Oleh
karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana penyesuain
perkawinan yang terjadi diantara mahasiswa yang sedang
kuliah, dan juga mengetahui faktor penyesuaian apa saja
yang sulit dilakukan dalam suatu perkawinan pada
mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah
Palembang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
wawancara. Selain itu peneliti juga akan melakukan
observasi sebagai teknik pengumpulan data untuk
melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui
wawancara. Selain itu peneliti juga menggunakan alat
perekam untuk mempermudah dalam mengumpulkan data
selama proses wawancara dengan demikian semua hasil
pembicaraan antara interviewer dan interviewee dapat
tersimpan dan terekam. Penggunaan alat bantu ini
dilakukan dengan izin interviewee supaya dikemudian hari
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Peneliti dalam penelitiannya yang berjudul
Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa di Universitas
Islam Negri Raden Fatah Palembang menggunakan teknik
pendekatan trianggulasi yakni:
3.4.1 Observasi
Teknik Observasi yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah observasi Non-Partisipan. Penulis
berperan sebagi pengamat belaka, tidak turut sebagai
aktor yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan.
Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses
46
melihat, mengamati dan mencermati serta merekam
perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu
(Herdiansyah, 2014).
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
digunakan hampir semua penelitian kualitatif. Menurut
Stewart dan Cash mendefinisikan wawancara sebagai suatu
interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau
berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan,
motif dan informasi (Herdiansyah, 2014).
Adapun bentuk wawancara yang digunakan pada
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Yaitu
peneliti melakukan tanya jawab sambil bertatap muka
dengan subyek lalu mencatat apa yang diucapkan oleh
subyek. Selama proses penelitian, peneliti menggunakan
interview guide sebagai alat bantu untuk memperoleh data
agar pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian
lebih terarah. Namun guide ini masih perlu pengembangan
lebih lanjut sebagai variasi pertanyaan yang diciptakan
secara spontan dalam mendengar jawaban dari subyek.
Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi
tentang Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa di
Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Proses
wawancara berlangsung dengan memberi kebebasan
berekspresi pada subyek tanpa harus terperangkap pada
pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin tidak
sesuai dengan konteks kehidupannya. Selama wawancara
peneliti berusaha memasuki perspektif subjek penelitian,
memahami peristiwa dari sudut pandang narasumber
dengan asumsi bahwa perspektif individu itu bermakna.
47
Setelah peneliti selesai melakukan interview dengan
subyek primer, peneliti juga mengecek kebenaran informasi
yang didapatkan dari subyek utama dengan melakukan
interview kepada subyek sekunder untuk mendapatkan
jawaban yang reliabel dari informan dan sekaligus
crosscheck jawaban dari subyek primer. Selain itu peneliti
juga menjalin hubungan yang baik (rapport) dengan subjek
penelitian yang akan diwawancarai. Mengingat pentingnya
hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian
maka seorang peneliti harus bersedia mengorbankan
sebagian waktu wawancara untuk membangun rapport
terlebih dahulu dengan pihak yang akan diwawancarai.
3.4.3 Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu yang dapat
dilakukan penelitian kualitatif untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subyek melalui suatu media
tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat
langsung oleh subyek yang bersakutan (Herdiansyah,
2014). Pada penelitian ini, peneliti turut
mendokumentasikan segala kegiatan yang berhubungan
dengan fokus penelitian yang dikaji. Adapun bentuk
dokumentasi tak resmi berupa foto dan video, sedangkan
dokumen resmi berupa KTM dan buku perkawinan.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini, menurut
Miles & Huberman terdiri atas empat tahapan yaitu
(Herdiansyah, 2014) :
3.5.1 Pengumpuan Data
Proses pengumpulan data dilakuakn sebelum
penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan diakhir
penelitian. Dalam pengumpulan data terdapat studi pre-
48
elimenary untuk pembuktian bahwasanya fenomena yang
diteliti itu benar ada. Pengumpulan data sudah dilakukan
ketika penelitian masih berbentuk konsep. Ketika peneliti
telah mendapatkan data yang cukup tahap selanjutnya
adalah melakukn reduksi data.
3.5.2 Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penggabungan dan
penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi
satu bentuk tulisan (script) yang sesuai dengan formatnya
masing-masing. Hasil dari rekaman wawancara akan
diformat menjadi verbatim. Hasil observasi akan dijadikan
tabel observasi. Dan hasil dokumentasi diformat menjadi
skrip dokumentasi.
3.5.3 Display Data
Setelah semua data diformat berdasarkan metode
pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi)
dan telah berbentuk tulisan (sript) maka langkah
selanjutnya adalah mendisplay-kan data. Dengan
mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3.5.4 Kesimpualn/Verifikasi
Pada kesimpulan akan menjawab dari pertanyaan
penelitian dan mengungkap what dan how dari temuan
penelitian tersebut. Langkah yang dilakuakn adalah
menjawab pertanyaan berdasrkan faktor dan aspek dalam
penelitian. Dan terakhir membuat kesimpulan dari temua
dan hasil penelitian dengn memberikan penjelasan
simpulan.
49
3.6 Keabsahan Data Penelitian
3.6.1 Trianggulasi
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan
adalah data trianggulation, dikarenakan penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data yang lebih dari
satu, yaitu observasi ditambah dengan wawancara lalu di
lengkapi pula dengan pengambilan data dokumentasi.
Data triangulation sendiri adalah penggunaan lebih
dari satu metode pengumpulan data dalam kasus tunggal.
Karena sifat penelitian kualitatif yang dinamis, penggunaan
data triangulation dianjurkan dalam penelitian kualitatif
(Herdriansyah, 2014). Beberapa macam triangulasi data
sendiri menurut Denzin yaitu dengan memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori ada
beberapa macam yaitu (Moloeng, 2004) :
1. Triangulasi Sumber (data)
Triangulasi ini membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam
metode kualitatif.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi ini menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Peneliti:
Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Contohnya membandingkan hasil pekerjaan seorang
analisis dengan analisis lainnya.
4. Triangulasi Teori
50
Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa
fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal
itu dapat dilakukan, dalam hal ini dinamakan
penjelasan banding. Dari empat macam teknik
triangulasi diatas, peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode
untuk menguji keabsahan data yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang diteliti oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan keempat
triangulasi, yaitu triangulasi metode yang dilakukan dengan
cara membandingkan informasi atau data dengan cara
yang berbeda, peneliti menggunakan wawancara dan
observasi untuk mengecek kebenarannya, selain itu
menggunakan informan tambahan jika ada data yang
masih diragukan. Kemudian triangulasi sumber dilakukan
dengan cara menggunakan observasi terlibat seperti
dokumen tertulis, arsip, tulisan pribadi, gambar atau
foto.Triangulasi teori digunakan saat pembahasan, dan
triangulasi peneliti dilakukan dengan cara membandingkan
pemikiran atau ide peneliti dengan dosen pembimbing.
3.6.3 Pengecekan Ulang
Prosedur cek ulang merupakan teknik yang efektif
dalam melihat reliabilitas dan temuan. Dalm pengecekan
ulang dikenal istilah verifikasi yang merupakan suatu
proses pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh
narasumber sesuai dengan situasi yang ditemukan
dilapangan.
Pengecekan ulang adalah, proses pengecekan data
dari subyek yang diperoleh peneliti. Pengecekan ulang
biasanya dilakukan pada pertengahan peneleitian atau
51
diakhir penelitian. Tujuan pengecekan ulang adalah untuk
meminimalisasi kesalahan dan memastikan apakah semua
tahapan yang dilakukan sudah berjalan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan (Herdiansyah, 2010).
Dalam wawancara peneliti harus melakukan review
dari verbatim wawancara. Ketika me-review verbatim
tersebut, tiba-tiba peneliti menemukan hal penting yang
terlewatkan dan perlu digali lagi maka diperlukan adanya
pengecekan ulang. Ketika melakukan cek ulang situasi dan
kondisinya terkadang tidaklah mudah. Dan respon subyek
pun sedikit tidak sama dengan sebelumnya. Hal ini perlu di
klarifikasi dari subyek antara responnya sekarang dengan
respon terdahulu lalu dicari yang lebih sesuai.
Dalam pengecekan ulang terdapat kriteria-kriteria
standar yang bisa digunakan untuk memeriksa keabsahan
data penelitian kualitatif diantaranya (Tokan, 2016) :
1. Derajat kepercayaan (kredibilitas)
Artinya data diperiksa melalui kelengkapan data
yang diperoleh oleh berbagai sumber.
2. Derajat keteralihan (transferabilitas)
Artinya data diperiksa dari sumber data yang
berkembang dilapangan.
3. Kebergantungan (dependabilitas)
Artinya data diperiksa melalui pengecekan ulang
dari sumber yang berbeda dengan
menggabungkan kelengkapan observasi dan
wawancara.
4. Kepastian data (konfrmasi)
Artinya dilakuakn pengecekan ulang dan melihat
kejadian yang sama dilokasi yang sama.
52
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
4.1.1. Sejarah UIN Raden Fatah Palembang
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Fatah
Palembang diresmikan pada tanggal 13 Nopember 1964
di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Sumatera
Selatan. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama
Nomor 7 Tahun 1964 tanggal 22 Oktober 1964. Asal– usul
berdirinya IAIN Raden Fatah erat kaitannya dengan
keberadaan lembaga – lembaga pendidikan tinggi agama
Islam yang ada di Sumatera Selatan dengan IAIN Sunan
Kalijaga di Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah di
Jakarta. Cikal bakal IAIN awalnya digagas oleh tiga orang
ulama, yaitu K.H.A. Rasyid sidik, K.H. Husin Abdul Mu’in
dan K.H. Siddik Adim pada saat berlangsung muktamar
Ulama se Indonesia di Palembang tahun 1957. Gagasan
tersebut mendapat sambutan luas baik dari pemerintah
maupun peserta muktamar. Pada hari terakhir muktamar ,
tanggal 11 September 1957 dilakukan peresmian pendirian
Fakultas Hukum Islam dan pengetahuan Masyarakat yang
diketuai oleh K.H. A. Gani Sindang Muchtar Effendi sebagai
Sekretaris. Setahun kemudian dibentuk Yayasan
Perguruan Tinggi Islam Sumatra Selatan (Akte Notaris No.
49 Tanggal 16 Juli 1958) yang pengurusnnya terdiri dari
Pejabat Pemerintah, ulama dan tokoh- tokoh masyarakat.
Pada tahun 1975 s.d tahun 1995 IAIN Raden Fatah
memiliki 5 Fakultas, tiga Fakultas di Palembang, yaitu
Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas
Ushuluddin; dan dua Fakultas di Bengkulu., yaitu Fakultas
53
Ushuluddin di Curup dan Fakultas Syariah di Bengkulu.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya
pengembangan kelembagaan perguruan tinggi agama
Islam, maka pada tanggal 30 juni 1997, yang masing-
masing ke dua Fakultas di tingkatkan statusnya menjadi
sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yaitu STAIN
Curup dan STAIN Bengkulu. Dalam perkembangan
berikutnya IAIN Raden Fatah membuka dua Fakultas baru,
yaitu Fakultas Adab dan Fakultas Dakwah berdasarkan
Surat keputusan Menteri Agama R.I Nomor 103 tahun 1998
tanggal 27 Februari 1998. Cikal bakal Fakultas Adab dimulai
dari pembukaan dan penerimaan mahasiswa Program Studi
( Prodi ) Bahasa dan Sastra Arab dan Sejarah Kebudayaan
Islam pada tahun Akademik 1995/1996. Pendirian Program
Pascasarjana pada tahun 2000 mengukuhkan IAIN Raden
Fatah sebagai institusi pendidikan yang memiliki komitmen
terhadap pencerahan masyarakat akademis yang selalu
berkeinginan untuk terus menimba dan mengembangkan
ilmu-ilmu keislaman multidisipliner.
Akhirnya melalui perjuangan yang panjang dari
seluruh sivitas akademika UIN dan tokoh masyarakat
Sumsel, pada tahun 2014 melalui Perpres No. 129 Tahun
2014 tentang Perubahan IAIN Raden Fatah Palembang
Menjadi UIN Raden Fatah Palembang menjadi sejarah
tranformasi lembaga dari IAIN menjadi UIN. Perubahan ini
tentunya menjadi kompas dan arah serta menjadi agenda
strategis bagi pengembangan UIN Raden Fatah Palembang
di masa-masa mendatang. (http://radentafatah.ac.id).
54
4.1.2 Identitas Uin Raden Fatah Palembang
A. Data Universitas
Nama Universitas : Universitas Islam Negri (UIN) Raden
Fatah Palembang
Alamat : Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri Km
3,5 Paelmbang Sumatera Selatan,
30126 Indonesia
No. Telp : 0711-354668
Email : uin@radenfatah.ac.id
Website : http://radentafatah.ac.id
B. Data Pimpinan Universitas
Rektor : Prof. Drs. H. Sirozi , MA.Ph.D
Wakil Rektor I : Dr. Ismail Sukardi, M.Ag
Wakil Rektor II : Dr. Zainal Berlian, MM, DBA
Wakil Rektir III : Dr. Rr. Rina Asntasari, M.Hum
4.1.3 Tujuan Pendidikan Uin Raden Fatah
Palembang
Adapun tujuan UIN Raden Fatah Palembang ialah
sebagai berikut:
1. Memberikan akses pendidikan yang lebih besar
kepadamasyarakat, dalam rangka meningkatkan
angka partisipasi pendidikan.
2. Menghasilkan sumber daya manusia yangkompetitif,
profesional, terampil, berakhlakul karimah, dan
berintegritas.
3. Menghasilkan karya-karya akdemik yang bermanfaat
bagi peningkatan kulaitas hidup masyarakat.
4.1.4 Visi dan Misi Uin Raden Fatah Palembang
Visi UIN Raden Fatah Palembang ialah sebagai
berikut:
55
1. Melahirkan Sarjana Dan Komunitas Akademik Yang
Berkomitmen Pada Mutu, Keberagamaan, Dan
Cendikiawan.
2. Mengembangkan Kegiatan Tri Dharma Yang Sejalan
Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, Relevan Dengn Kebutuhan Bangsa, Dan
Berbasis Pada Keilmuan Islam Yang Integralistik.
3. Mengembangkan tradisi akademik yang universal,
jujur, objektif dan bertanggung jawab.
4.2 Persiapan Penelitian
Penelitian dimulai dengan mempersiapkan
administrasi terlebih dahulu. Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memiliki izin persetujuan dari pembimbing
satu dan dua utuk melaksanakn penelitian. Untuk
administrasi surat izin penelitian, peneliti telah melengkapi
syarat yang telah ditentukan oleh pihak Fakultas Psikologi
dalah hal ini pembuatan suratizin penelitian yang
dikeluarkan oleh dekan fakultas psikologi dengan nomor: B-
1069/Un.09/IX/PP.09/09/2019 yang ditujukkan pada
Rektor UIN Raden Fatah Palembang. Kemudian surat izin
tersebut memiliki tembusan pada Kaprodi Psikologi Islam
Fakultas Psikologi, mahasiswa yang bersangkutan dan arsip
Fakultas Psikologi. Setelah penulis mendapatkan izin dari
Rektor UIN Raden Fatah Palembang, barulah penulis
mendapatkan izin untuk melakukan penelitian.
4.3 Pelaksaan Penelitian
4.3.1 Tahap Pelaksanan
Penelitian ini terdiri dari tahap-tahapan, yaitu studi
pendahuluan dan tahap penelitian. Studi pendahuluan
telah dilaksanakan oleh peneliti pada awal bulan April,
peneliti langsung menemui subyek penelitian dan
56
melakukan observasi pada mahasiswa di kampus UIN
Raden Fatah Palembang. Tahap penelitian sendiri terdiri
dari observasi dan wawancara. Observasi penelitian dan
wawancara penelitian dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 10 April 2018 sampai dengan 22 November 2018.
Subyek penelitian ini adalah empat orang mahasiswa
yang telah menikah dari empat masing-masing fakultas
yaitu fakultas psikologi, fakultas syariah, fakultas
tarbiyah, dan fakultas febi. Proses pengambilan data
penlitian tergantung pada situasi di lapangan dengan
tetap mengutamakan kondisi dari subyek yang sedang
tidak sibuk dan tidak ada pekerjaan, wawancara juga
dilakukan atas jadwal yang tealh disepakati antara
peneliti dan subyek. Tahapan tahapan kegiatan peneliti
sebagai berikut;
a. Meminta persetujuan kepada subyek dengan
mengisi informed consen sebagai bentuk kesediaan
subyek untuk observasi dan wawancara demi
memenuhi kebutuhan data yang akan diambil.
b. Membangun hubungan baik atau rapport kepada
subyek.
c. Mempersiappkan pedoman wawancara sebelum
melakuakn wawancara.
d. Mengatur janji kepada subyek untuk melakukan
wawncara.
e. Merahasiakan data yang diperoleh pada saat
penelitian sehingga kerahasiaan subyek tetap
terjaga.
4.3.2 Tahap pengelolaan data
Tahap pengolahan data dalam penelitian ini
disesuaikan dengan teknik analisis data. Deskripsi temuan
57
tema tema hasil penelitian penyesuaian perkawinan pada
mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang akan
dijabarkan dalam kerangka pikir yang runtut, dengan
tujuan untuk mempermudah memahami penyesuaian
perkawinan pada mahasiswa di UIN Raden Fatah
Palembang.
4.4 Hasil Temuan Penelitian
4.4.1 Hasil Observasi Subyek
Bedasarkan hasil observasi terhadap subyek ketika
pengambilan data wawancara, ditemukan beberapa gerak-
gerik subyek kemudian peneliti rangkum sebagai berikut:
a. Subyek AP (Fakultas Psikologi)
Pada observasi pertama tanggal 08 April 2019,
peneliti menemui subyek di UIN Raden Fatah Palembang.
Subyek AP dari fakultas Psikologi yang menumpuh
pendidikan di UIN Raden Fatah Palembang pada tahun
2014. Subyek saat ini berusia 23 tahun perawakan subyek
terlihat tidak terlalu kurus dengan berat badan 55 kg dan
tinggi 158 cm. Pada saat observasi, subyek sedang duduk
bersama teman-temannya yang lain di kelas pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang. Karena merasa ruangan
sedikit berisik subyek akhirnya mengajak untuk duduk di
kursi yang lain dengan space 5 kursi kosong. Peneliti dan
subyek pun duduk berhadapan di dekat jendela kelas
pascasarjana. Saat itu subyek menggunakan baju
tunicberwara merah maroon dengan celana cream, jilbab
segi empat berwarna cream bunga-bunga pink, tas coklat
garis-garis, dan sepatu flat coklat. Dalam berbicara subyek
memiliki volume yang sedang-sedang saja dan terkadang
suara subyek tenggelam oleh suara tawa teman-teman
lainnya dikelas. Pada saat berbicara subyek sesekali melihat
58
kearah luar jendela dan beridir memperbaiki posisi jendela
agar lebih terbuka lebar, kemudian kembali duduk.
Sepanajng wawancara subyek tersenyum dan terkadang
tertawa kecil, dengan sesekali membenarkan posisi pada
bagian jilbabnya yang lain.
Pada observasi kedua wawancara sudah di lakukan
pada tanggal 29 Agustus 2019 hari Kamis pukul setengah
sebelas siang saat itu subyek sedang berada di masjid
menunggu jadwal untuk bimbingan. Sebelumnya subyek
dan peneliti telah membuat janji terlebih dahulu. Saat itu
subyek datang bersama suami yang duduk di sebelahnya.
Subyek berbicara dengan nada yang ramah. Tak lama
berbincang, suami subyek kemudian pulang meninggalkan
kami berdua. Wawancara pertama dimulai. Beberapa
pertanyaan di jawab subyek secara spontan, namun
beberapa pertanyaan lainnya mengenai hal-hal sexualitas
nampak subyek sedang memilah kata-kata yang pas untuk
di ucapkannya.
Pada observasi ke tiga peneliti menemui subyek
kembali untuk meminta wawancara dan melengkapi data-
data yang kurang. Observasi ke tiga di lakukan pada
tanggal 02 September 2019 hari senin pukul setengah
sebelas siang di kampus UIN Raden Fatah Palembang.
Dalam memulai wawancara subyek terlihat lebih lama
dalam menjawab hampir setengah dari pertanyaan. Namun
jawaban subyek kali ini lebih panjang dan lama dibanding
pada saat wawancara satu. Hal ini membuat data semakin
lengkap.
b. Subyek VW (FEBI)
Pada observasi pertama tanggal 08 April 2019
subyek berinisial VW merupakan salah satu mahasiswa dari
59
fakultas Ekonomi & Bisnis Islam jurusan Perbangkan
Syariah. Pertama kali diwawancara di rumah subyek,
dengan kesepakatan waktu yang telah dibuat sebelumnya.
Subyek berumur 26 tahun, memiliki tinggi badan 175 cm
dengan berat badan 80 kg. Pada saat diwawancarai subyek
mengajak istrinya yang sembari menggendong anak
mereka yang berumur 9 bulan. Subyek saat itu
menggunakan sarung coklat kotak-kotak dengan baju kaos
putih biasa dan kacamata persegi kecil. Pada observasi
kedua 31 Agustus 2019 hari sabtu pukul setengah sembila
pagi. Observasi di lakukan pada hari sabtu saat subyek
sedang libur bekerja dan di pagi hari sebelum subyek pergi
mengunjungi mertuanya. Observasi dan wawancara di
lakukan di rumah subyek di perumnas talang kelapa.
Subyek menjawab pertanyaan dengan sangat santai dan
apa adanya, terkadang subyek menjawab pertanyaan
dengan sambil membalas pesan di handphone.
Pada observasi ke tiga dilakukan pada lokasi dan
waktu yang sama, minggu tanggal 1 September 2019. Saat
itu subyek sedang libur bekerja dan tidak menginap di
rumah mertuanya. Saat observasi di lakukan subyek
menggunakan kaos putih dan celana pendek satu jari di
bawah dengkul. Terlihat subyek baru selesai sarapan
bersama istri dan anaknya. Istrinya yang ramah
menawarkan untuk sarapan bersama, namun untuk
mempersingkat waktu peneliti memilih untuk langsung
bertanya tentang kesediaan subyek untuk kembali di
wawancara. Saat wawancara berlangsung, subyek
menjawab dengan sembari mengunyah gorengan yang di
buat oleh istrinya. Jawaban yang di berikan subyek lebih
singkat di banding jawaban pada wawancara sebelumnya,
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa
Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa

More Related Content

What's hot

Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...Mutiara Bunda Ulil Albab
 
Silabus pembelajaran
Silabus pembelajaranSilabus pembelajaran
Silabus pembelajaranwiki_tuwi23
 
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahra
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahraUkbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahra
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahraradar radius
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakadesti najla
 
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...Dolfie Eky Pratama
 
Pengaruh kompetensi dan independensi
Pengaruh kompetensi dan independensiPengaruh kompetensi dan independensi
Pengaruh kompetensi dan independensiyogieardhensa
 
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mtsRc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mtsChoy Fauzi
 
RPP-QODHO DAN QODAR
RPP-QODHO DAN QODARRPP-QODHO DAN QODAR
RPP-QODHO DAN QODARUmiAtiqoh
 
Pwr point hasanah[1]
Pwr point hasanah[1]Pwr point hasanah[1]
Pwr point hasanah[1]Shima Shim
 
Rpp bab-10 (shalat jum'at)
Rpp bab-10 (shalat jum'at)Rpp bab-10 (shalat jum'at)
Rpp bab-10 (shalat jum'at)hapidlohsani
 
Silabus fiqih kls 8 new
Silabus fiqih kls 8 newSilabus fiqih kls 8 new
Silabus fiqih kls 8 newkholidah3012
 

What's hot (20)

Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAUKti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
 
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...
 
Silabus pembelajaran
Silabus pembelajaranSilabus pembelajaran
Silabus pembelajaran
 
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
 
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahra
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahraUkbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahra
Ukbm aqidah kd3.5kelas xi 2019 meneladani kisah fatimatus zahra
 
Kti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramataKti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramata
 
Kti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramataKti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramata
 
contoh PTK Matematika Kelas VI
contoh PTK Matematika Kelas VIcontoh PTK Matematika Kelas VI
contoh PTK Matematika Kelas VI
 
Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustaka
 
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...
M01 o82393935905 tpenggunaan teknik fading dalam rangka meningkatkan penguasa...
 
Pengaruh kompetensi dan independensi
Pengaruh kompetensi dan independensiPengaruh kompetensi dan independensi
Pengaruh kompetensi dan independensi
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
137163469 pkp-pgsd-2
137163469 pkp-pgsd-2137163469 pkp-pgsd-2
137163469 pkp-pgsd-2
 
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mtsRc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
 
RPP-QODHO DAN QODAR
RPP-QODHO DAN QODARRPP-QODHO DAN QODAR
RPP-QODHO DAN QODAR
 
RPP Kelas 8 Semester Ganjil
RPP Kelas 8 Semester GanjilRPP Kelas 8 Semester Ganjil
RPP Kelas 8 Semester Ganjil
 
Pwr point hasanah[1]
Pwr point hasanah[1]Pwr point hasanah[1]
Pwr point hasanah[1]
 
Rpp bab-10 (shalat jum'at)
Rpp bab-10 (shalat jum'at)Rpp bab-10 (shalat jum'at)
Rpp bab-10 (shalat jum'at)
 
Silabus fiqih kls 8 new
Silabus fiqih kls 8 newSilabus fiqih kls 8 new
Silabus fiqih kls 8 new
 

Similar to Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa

Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatigatia rosita
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kiranaHESTIKIRANA
 
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...Uofa_Unsada
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfFa2dili
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...Warnet Raha
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
 
85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)Adnan Cmoci
 
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Operator Warnet Vast Raha
 
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...Warnet Raha
 

Similar to Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa (20)

04110012
0411001204110012
04110012
 
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
ANALISIS ASOSIASI MEREK (BRAND ASSOCIATION) INBOX DAN DAHSYAT BERDASARKAN PER...
 
Gaya apung
Gaya apung Gaya apung
Gaya apung
 
GABUNG.pdf
GABUNG.pdfGABUNG.pdf
GABUNG.pdf
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
 
PTK 1.pdf
PTK 1.pdfPTK 1.pdf
PTK 1.pdf
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
 
Cover n pengantar
Cover n pengantarCover n pengantar
Cover n pengantar
 
Kti 10
Kti 10Kti 10
Kti 10
 
85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)
 
Kti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhanKti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhan
 
pbl 2.pdf
pbl 2.pdfpbl 2.pdf
pbl 2.pdf
 
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
 
Kti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata rahaKti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata raha
 
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 

Penyesuaian Perkawinan Mahasiswa

  • 1. PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA MAHASISWA UIN RADEN FATAH PALEMBANG SKRIPSI TRIANA APRILIA (1523500075) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2019
  • 2. i PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA MAHASISWA UIN RADEN FATAH PALEMBANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang TRIANA APRILIA (1523500075) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2019
  • 3. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Dengan ini saya, Nama : Triana Aprilia NIM : 1523500075 Alamat : Jl. Abicusno Cokrosuyoso Rt 1 Rw 1 No 19 Kec Kertapati Kel Kemang Agung Palembang 30258 Judul : Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiasi maka saya bersedia gelar kesarjanaan saya dicabut. Palembang, 5 Desember 2019 Penulis, Triana Aprilia NIM. 1523500075
  • 4. iii HALAMAN PENGESAHAN Nama : Triana Aprilia Nim : 1523500075 Program Studi : Psikologi Islam JudulSkripsi : Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program Studi Psikologi Islam Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. DEWAN PENGUJI Ketua : Dr. Muhamad Uyun (…………….) Sekretaris : Seri Erlita, M.A (…………….) Pembimbing I : Zaharuddin, M.Ag (…………….) Pembimbing II : Lukmawati, M.A (…………….) Penguji I : Prof. Dr. Ris’an Rusli, MA (…………….) Penguji II : Eko Oktapiya Hadinata, MA.Si (…………….) Ditetapkan di : Palembang Tanggal : 5 Desember 2019 Dekan, Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.A NIP. 196505191992031003
  • 5. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri Raden Fatah, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Triana Aprilia Nim : 1523500075 Program Studi : Psikologi Islam Faktultas : Psikologi Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA MAHASISWA UIN RADEN FATAH PALEMBANG beserta perangkat yang ada (Jika di perlukan). Dengan hak bebas royalty Non-eksklusif ini Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Palembang Pada tanggal : 5 Desember 2019 Yang menyatakan Triana Aprilia Nim. 1523500075
  • 6. v ABSTRACT Name :Triana Aprilia Study Program/Faculty :Islamic Psychology/Psychology Title :Marriages Adaptation by Students at The Islamic State University Raden Fatah Palembang This researchs to find out how and what are the inhibiting factors in marriages adaptation by students at UIN Raden Fatah Palembang. This research uses a qualitative case study research that discusses empirically where the boundary between phenomena and contexts does not appear firm. Based on the results of this study it can be concluded that the inhibiting factors at the time of marriage, namely the four subjects financial difficulties so that subjects / couples choose to work late into the night and provide a small contract for frugality. In addition in terms of managing time, the four subjects that represent students within the time limit between assignments, taking care of children and household chores. However, behind all these problems the four subjects who received it were part of the ups and downs in the marriage they were living as students. Keywords: Marriage Adjustment, Students
  • 7. vi INTISARI Nama : Triana Aprilia Program Studi/Fakultas : Psikologi Islam/Psikologi Judul : Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan apa saja faktor penghambat dalam penyesuaian perkawinan yang di lakukan oleh mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi kasus yaitu suatu pendekatan empiris dimana batas antara fenomena dan konteks yang ada tidak tampak secara tegas. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat factor penghambat pada penyesuaian perkawinan, yaitu ke empat subyek mengalami kesulitan dalam hal keuangan sehingga subyek/pasangan memilih bekerja hingga larut malam dan menyewa kontrakan kecil untuk berhemat. Selain itu dalam hal pengaturan waktu, ke empat subyek yang merupakan mahasiswa mengalami hambatan dalam membagi waktu antara tugas kuliah, menggurus anak dan pekerjaan rumah tangga. Namun, dibalik semua kesulitan tersebut ke empat subyek merasa bahwa hal itu merupakan bagian dari suka duka dalam perkawinan yang mereka jalani sebagai mahasiswa. Kata kunci: Penyesuaian Perkawinan, Mahasiswa
  • 8. vii LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN "dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau Duhai Tuhanku” (QS. Az-Zariyat: 56) Biarkan Saja Dunia Tidak Mengetahuinya Setidaknya Anak Cucu Ku Kelak Yang Akan Membacanya (Triana Aprilia) Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. yang selalu memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Juga saya sampaikan terima kasihku dan skripsi ini merupakan hadiah kecil yang ku persembahkan kepada : 1. Para motivator hidupku lentera hidupku, yang terkasih Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, Bapak Mudzakir dan Ibu Mainah tercinta, saudari-saudariku yang cantik mb Maya, mb Uni, dek Destri, dan kedua kakak iparku. 2. Sahabat-sahabatku (Denis, tatak, sindi, cucan, resis, hikmah) dan segenap teman-teman tercinta yang selalu bertanya “Kapan Wisuda?” 3. Dan kepada pria yang wajahnya tak pernah ku bagi di sosial media 4. Para dosen terkasih yang pernah memotivasi dengan nilai C
  • 9. viii KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, S.W.T atas segala rahmat dan hidayah- Nya yang telah di limpahkan,sehingga penulis dapat menyelesaikkan skripsi dengan judul: Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang. Penelitian skripsi ini mendasarkan pada isu bahwa adanya penyesuaian perkawinan pada mahasiswa yang berkuliah di UIN Raden Fatah Palembang. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun dalam upaya untuk menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Zaharuddin, M.Ag selaku Pembimbing I, Ibu Lukmawati, M.A., selaku Pembimbing II, atas segala perhatian dan bimbingannya serta arahan-arahan yang diberikan kepada penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Ris’an Rusli, MA. Selaku Dekan Fakultas Psikologi, atas kesediaannya penulis belajar di Fakultas Psikologi. Tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada para responden yang telah memberikan bantuan data dan informasi selama pelaksanaan penelitian lapangan. Harapan penulis semoga laporan hasil penelitian skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan berguna
  • 10. ix bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial, khususnya psikologi yang berorientasi pada Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang. Palembang, 5 Desember 2019 Penulis Triana Aprilia NIM : 1523500075
  • 11. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................iii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............iv ABSTRACT ........................................................v INTISARI ..........................................................vi LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............vii KATA PENGANTAR ............................................viii DAFTAR ISI ......................................................x DAFTAR LAMPIRAN ..........................................xiii BAB I (PENDAHULUAN) ...................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................... 1 1.2 Pertanyaan Penelitian .................................. 8 1.3 Tujuan Penelitian ........................................ 8 1.4 Manfaat Penelitian ...................................... 8 1.5 Keaslian Penelitian ...................................... 9 BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ..........................12 2.1 Penyesuaian Perkawinan ............................. 12 2.1.1 Pengertian Penyesuaian Perkawinan .... 12 2.1.2 Faktor-faktor Penyesuaian Perkawinan. 14 2.1.3 Aspek-Aspek Penyesuaian Perkawinan . 27 2.1.4 Perkawinan dalam Islam .................... 30 2.2 Mahasiswa dan Kaitan Usia Perkawinan......... 33 2.3 Upaya Dalam Penyesuaian Perkawinan.......... 37 2.4 Kerangka Pikir Penelitian ............................. 41
  • 12. xi BAB III (METODE PENELITIAN) ......................42 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .................. 42 3.2 Sumber Data .............................................. 43 3.3 Metode Pengumpulan Data .......................... 45 3.4 Analisis Data ............................................... 47 3.5 Keabsahan Data Penelitian .......................... 49 BAB IV (HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN) .........................................52 4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian .... 52 4.1.1 Sejarah UIN Raden Fatah Palembang... 52 4.1.2 Identitas UIN Raden Fatah Palembang . 52 4.1.3 Tujuan UIN Raden Fatah Palembang.... 52 4.1.4 Visi Misi UIN Raden Fatah Palembang .. 52 4.2 Persiapan Penelitian .................................... 55 4.3 Pelaksanaan Penelitian ................................ 55 4.3.1 Tahap Pelaksanaan ............................. 55 4.3.2 Tahap Pengelolaan Data...................... 56 4.4 Hasil Temuan Penelitian .............................. 57 4.4.1 Hasil Observasi .................................. 57 4.4.2 Hasil Wawancara Subjek .................... 61 4.5 Pembahasan ............................................... 103 4.6 Keterbatasan Penelitian ............................... 116 BAB V (PENUTUP) ............................................117 5.1 Simpulan .................................................... 117 5.2 Saran ......................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA ............................................120
  • 13. xii DAFTAR LAMPIRAN 1. SK Pembimbing.............................................. 125 2. Surat Izin Penelitian ....................................... 126 3. Lembar Konsultasi Skripsi ............................... 127 4. Lembar Revisi Skripsi...................................... 132 5. Lembar Pernyataan Subyek............................. 134 6. Daftar Riwayat Hidup...................................... 138
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan memiliki peran yang penting dalam memepertahankan garis keturunan (Bachrul Ilmy, 2007). Perkawinan juga merupakan tugas perkembangan, apabila tidak terselesaikan pada waktunya akan menghambat perkembangan pada tahap berikutnya. Setelah menikah, terjadi pola gaya hidup baru yang dapat mempengaruhi perkawinan, yaitu melakukan penyesuaian terhadap pola peran seks, pola-pola baru dalam kehidupan keluarga, dan pola baru di tempat pekerjaan (Hurlock, 2002). Perkembangan seseorang dapat membawa ke pola tingkah laku yang lebih luas. Pola tingkah laku menjadi tidak teratur tanpa adanya suatu norma yang menjadi pengikat dari tingkah laku yang ada. Havighurst mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai dengan adanya tugas perkembangan yang harus dipenuhi, yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu yang sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan yang ada (Monks, 2014). Dalam ruang lingkup perkuliahan tidak didapatkan norma sosial dan aturan mengenai pelarangan bagi mahasiswa yang hendak menikah. Sehingga beberapa individu lebih memilih menikah meskipun memiliki kesibukan lainnya sebagai seorang mahasiswa. Menurut Sarlito (2009) tidak adanya norma sosial dikarenakan norma yang terlalu ketat dapat menimbulkan tekanan psikis akibat keinginan yang tidak dapat tersalurkan.
  • 15. 2 Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua mahluk Allah, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Karena Allah telah menciptakan semua mahluk- Nya berpasang-pasangan (Saebani, 2008). Tapi perkawinan manusia berbeda dengan mahluk Allah lainnya. Perkawinan manusia diatur dalam Agama, undang-undang negara dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Secara etimologi kawin memiliki arti menjalin hubungan baru dengan bersuami atau beristri (KBBI, 2017). Dalam syariat Islam kata perkawinan berasal dari bahasa arab ‫الزواج‬ yang mempunyai arti berkumpul atau berhubungan. Perkawinan juga memiliki pengertian secara yuridis, dimana dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 perkawinan memiliki arti sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seoang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa (UUD Perkawinan, 2004). Tidak ada yang melarang terjadinya suatu perkawinan. Apabila sudah terucap ta’rif pernikahan atau akad pernikahan yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak, kewajiban serta tolong menolong antar seorang laki- laki dan perempuan yang bukan mahram. Karena perkawinan sendiri merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga, keturunan dan juga suatu jalan perkenalan antara satu kaum dan kaum lainnya (Rasjid, 2008). Perkawinan dalam Islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat antara lelaki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan antara kedua belah pihak dengan sukarela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu
  • 16. 3 kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara yang diridhai Allah (Indriyani, 2014). Dalam perkawinan diperlukan adanya penyesuaian perkawinan antar pasangan. Terdapat banyak hal yang harus dimulai oleh individu yang baru menikah. Mengingat sebelumnya mereka adalah dua orang yang memiliki kepribadian yang berbeda. Konsep perkawinan yang romantis tentang tujuan hasil perkawinan sering membawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugas dan tanggung jawab perkawinan (Hurlock, 2002). Oleh karena itu penyesuain perkawinan menjadi hal terpenting yang dilakukan dalam perkawinan agar mampu menjadi tonggak bagi harmonisnya suatu hubungan rumah tangga. Hurlock (2002) mengatakan bahwa ada beberapa kondisi yang berpengaruh terhadap sulitnya seseorang dalam melakukan penyesuaian perkawinan antara lain persiapan yang terbatas untuk menuju pada perkawinan, peran dalam perkawinan, kawin muda, konsep yang tidak realistis tentang perkawinan, perkawinan campur, masa pacaran yang singkat, konsep perkawinan yang romantis. Perkawinan membuat suami dan istri saling terikat satu sama lain. Karena perkawinan cenderung dapat mempengaruhi perubahan peran bagi pria dan wanita. Konsep yang berbeda tentang peran yang dianut kelas sosial dan kelompok religius berbeda membuat penyesuaian dalam perkawinan semakin sulit (Hurlock, 2002). Sudah menjadi hal yang normal jika timbul suatu rasa kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara
  • 17. 4 laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Namun situasi seperti ini akan halal jadinya jika telah dilangsungkan suatu perkawinan diantara keduanya, karena hal itu merupakan bagian dari salah satu tanda- tanda kebesaran-Nya. Hal ini telah ditegaskan dalam Surah Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut : َ‫ي‬‫ا‬َ‫ى‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ِ‫ئ‬ ‫ًا‬ُُُ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ق‬َ‫ه‬َ‫خ‬ ٌَْ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ٍِْ‫ي‬ ً‫ة‬ًَْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫ي‬ ً‫ة‬َّ‫د‬ًََ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َُْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ي‬ٌَۚ‫ي‬ُ َّ‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ٍ‫ي‬ ًَْ ِ‫ه‬ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ َ‫ك‬ِ‫ن‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ف‬ََِّ‫ئ‬ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS : Ar-Rum 21). Dalam sisi psikologis suatu perkawinan hendaklah dibangun dengan emosi yang matang. Emosi dan perasaan pada umumnya diisyaratkan sebagai keadaan yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu. Emosi dan perasaan di sifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada individu atau organisme akibat adanya peristiwa atau suatu kejadian yang menimbulkan rasa sedih, senang, takut, dan gejala lainnya setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu (Jahja, 2015). Emosi yang matang dari pasangan dapat membangun sebuah penyesuaian perkawinan yang baik, hingga menghindari terjadinya konflik-konflik yang dapat menimbulkan perpecahan. Berdasarkan wawancara awal terhadap “YP”. Diketahui bahwa jika YP yang merupakan mahasiswi psikologi, telah menikah dan tengah hamil muda. YP
  • 18. 5 mengatakan bahwa ia menikah karena khawatir akan terjadi perbuatan yang tidak mereka inginkan. Selain itu YP dan suami juga merasa selama dua tahun berpacaran, merupakan waktu yang sudah cukup untuk melanjutkan ke jenjang perkawinan. Karena lamanya hubungan yang telah dijalin antara keduanya mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Berikut gambaran awal yang diungkapkan “YP”: “Kami tu dak galak be agek terjadi hal yang idak idak dengan kami. Apo lagikan kau taulah dewek kalo kami ni satu kampus, selalu ketemu tiap hari. Sebelum nikah jugo aku dengan dio tuh memang la ado hubungan nak duo tahun.” (YP, Wawancara Selasa, 17 April 2018) Lebih lanjut subyek juga mengatakan bahwa terjadi penyesuaian perkawinan yang cukup sulit yaitu penyesuaian terhadap keluarga dari pihak laki-laki. Hal ini di karenakan YP dan suami masih tinggal satu atap bersama di rumah orangtua YP, yang membuat YP jarang untuk ke rumah mertuanya, sehingga penyesuaian yang terjadi sangat jarang untuk dilakukan. Berikut ungkapan YP: “Aku tu dibandingke dengan soal duit, yang paling sulit tu yo nak bukak omongan samo wongtuonyo kalo misalnyo aku balik kerumah.” (YP, Wawancara Senin, 15 Oktober 2018) Subyek kedua berinisial AP mengatakan bahwa alasannya menikah karena saat itu suaminya (sebelum menikah) akan bekerja di suatu tempat yang jauh. Hal ini justru akan menimbulkan konflik baru karena terciptanya jarak yang cukup jauh di antara keduanya. Perasaan cinta dan tidak ingin kehilangan satu sama lain, akhirnya
  • 19. 6 semkain membulatkan tekad AP dan suami hingga akhirnya mereka menikah. Berikut ungkapan dari subyek “AP” : “Waktu itu kami emang la berencano nak nikah, tapi ragu karno aku masih kuliah semester 4. Jadi setelah kami mikir-mikir kalo ditunda-tunda terus takutnyo dak jadi, terus jugo kami tu ngerinyo dana yang la kami siapke abis dak keruan be. Jadi akhirnyo kami mutuske untuk nikah.” (AP, Wawancara Senin, 23 April 2018) Lamanya umur perkawinan ternyata tidak menjamin bahwa terjadi penyesuaian perkawinan yang baik pada diri subyek. Subyek mengatakan bahwa penyesuaian dalam finansial adalah yang paling sulit dilakukan selama hampir 4 tahun perkawinan. Terjadinya fluktuasi keuangan membuat ia sebagai seorang istri harus pandai-pandai dalam mengatur uang yang diberikan oleh suaminya. Ditambah lagi, subyek AP yang sudah memiliki 2 orang anak, membuat pengeluarannya pun semakin bertambah. Berikut penjelasan subyek: “Duit tulah kalo kami ni (sambil tertawa) soalnyokan anak la duo, belum gek nak nyekolahi anak. Yo tergantung kito tulah jadi istri cak mano caro ngurus duit supayo biso sampe akhir bulan.” Subyek ke tiga yang merupakan mahasiswa fakultas syariah, berinisial VW mengatakan alsannya menikah karena usianya dan calon istri saat itu sudah sama-sama matang untuk melangsukan ke jenjang perkawinan. Selain itu subyek juga sudah merasa siap lahir batin dan juga secara finansial untuk menikah. Jadi baginya tidak ada
  • 20. 7 alasan lagi untuk menunda hal tersebut. Berikut ungkapan subyek: “Kk nikah, kareno kk la lamo kan pacaran denga cewek kk. KK jugo ngeraso umur kk lah pas, cewek kk jugo lah pas umurnyo. Alhamdulillah duit jugo ado untuk nikah.” (Minggu, 5 Agustus 2018) Ternyata semakin matang umur untuk masuk kejenjang perkawinan semakin banyak pula keuangan yang akan dikeluarkan. Sebagai kepala rumah tangga, subyek merasa kesulitan melakukan penyesuaian finansial dalam biduk rumah tangganya yang telah memasuki usia tahun ke dua. Disebabkan VW dan istrinya yang merupakan mahasiswi di Universitas swasta lain merupakan mahasiswa aktif dan masih sama-sama berkuliah. Hal ini membuat ia sebagai suami harus menyisihkan uang gajinya untuk membayar kuliah istri dan dirinya. Ditambah lagi istri VW baru saja melahirkan, hingga harus mengambil jam lembur untuk mencukupi uang susu, kebutuhan anak dan istrinya. Berikut ungkapan dari subyek VW : “Yang paling sulit tuh yo ngatur pengeluaran tulah, mikiriin duit bayaran, duit anak, kan istri kk baru lahiran jadi yo berartti harus ado duit yang disisihke lagi.” (VW, Wawancara Senin, 29 Oktober 2018) Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui dan meneliti bagaimana cara penyesuaian dalam suatu perkawinan yang terjadi pada mahasiswa yang sedang berproses dalam jenjang pendidikan yang sedang mereka emban. Melalui tulisan ini peneliti menuangkannya dalam bentuk kajian penelitian yang berjudul Penyesuaian Perkawinan Pada
  • 21. 8 Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Bagaimana penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang? 1.2.2 Apa saja factor penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang? 1.3 Tujuan Penelitian Selaras dengan pertanyaan penelitian diatas, peneliti memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, diantaranya : 1.3.1 Untuk mengetahui penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyesuaian pada mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasrkan dengan tujuan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya manfaat yang dapat diberikan, antara lain : 1.4.1Manfaat Praktis 1) Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas jendela wawasan dari pemkiran dan pengalaman peneliti sendiri. 2) Instiusi, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sekaligus sebagai relevansi khusunya Fakultas
  • 22. 9 Psikologi agar dapat memperleh pengetahuan dari hasil pengalaman peneliti. 3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang besar bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atmosfir keilmuan bagi para cendikiawan yang hendak mengembangkan penelitian dibidang Psikologi Umum dan Psikologi Islam. Serta memberikan informasi terhangat bagi para kaula muda khususnya mahasiwa-mahasiwi Universitas Islam Negeri Raden Fatah mengenai penyesuaian perkawinan pada mahasiswa yang sedang berkuliah di UIN Raden Fatah. 1.5 Keaslian Peneliti Berikut ini penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dengan tema Penyesuaian PerkawinanPada Mahasiswa Di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Penelitian pertama dilkakukan oleh Glory Nathalia Ngantung (2012) Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswi Yang Menikah Karena Hamil Diluar Nikah. Hasil penelitian menunjukkan berhasil melakukan penyesuaian positif meski belum maksimal dikarenakan upaya yang dilakukan menimbulkan dampak stress dan didapati kendala seperti persoalan keuangan, relasi mertua-menantu, kebutuhan biologis, kebiasaan pribadi, pengaruh pola didik sejak kecil, penyesuian peran sebagai ibu/istri, ketersediaan bantuan dan penerimaan positif dari orang tua menjadi faktor yang mempermudah terjadinya penyesuian perkawinan.
  • 23. 10 Pada Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan Yang Menikah Dengan Cara Ta’aruf yang dilakukan oleh Ratna Sri Puspitasari (2015) melalui metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari pasangan narasumber satu dan dua yang menikah dengan cara ta’aruf dan taat pada otoritas murobbi dengan usia istri lebih tua dari suami, memiliki persamaan dan perbedaan dalam melakukan penyesuaian perkawinan. Kemudian penelitian Dwi Rachmawati dan Endah Mastuti (2013), dengan judul Perbedaan Tingkat Kepuasan Perkawinan Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Perkawinan Pada Istri Brigif 1 Marinir Tni – Al Yang Menjalani Long Distance Marriage. Penelitian ini menggunakan skala kepuasan perkawinan dengan metode analisis t-test independent sample SPSS 16.0. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai t= 5,062. Signifikansi 0,00 yang berarti hipotesa kerja (Ha) diterima. Penelitian tentang Penyesuaian Perkawinan Subjective Well Being dan Konflik Perkawinan oleh Dessy Christina dan Andik Matulessy Fakultas Psikologii. Hasil uji analisis regresi ganda ditemukan nilai F=7,422; R= 0,402; p= 0,001 (p<0,01), yang membuktikan bahwa penyesuaian perkawinan dan subjective well being memiliki korelasi yang signifikan dengan konflik perkawinan. Diketahui pula bahwa penyesuaian perkawinan dan subjective well being mampu memberikan kontribusi negatif terhadap konflik perkawinan sebesar 16,2 %. Hasil uji korelasi antara penyesuaian perkawinan dengan konflik perkawinan diperoleh t= -3,122; r=-0,334; p=0,003 (p<0,05), yang
  • 24. 11 menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan konflik perkawinan. Faktor subjective well being dengan konflik perkawinan diperoleh nilai t= -2,636; r=-0,288; p=0,010 (p<0,05), yang berarti telah terbukti adanya korelasi negatif yang signifikan antara subjective well being dengan konflik perkawinan (Christina dan Matulessyi, 2017). Penelitian terakhir mengenai Hubungan Penyesuaian Perkawinan dengan Kebahagiaan Pada Remaja oleh Reyunix Syahrir (2017). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan positif antara penyesuaian perkawinan dengan kebahagiaan pada remaja putri yang telah melakukan pernikahan dini di Desa Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Yang artinya salah satu faktor utama yang mempengaruhi seseorang bisa mendapatkan sebuah kebahagiaan dalam perkawinan adalah adanya suatu penyesuaian pasangan dengan baik. Hubungan mutualisme (saling menguntungkan) antara pasangan suami istri untuk memberi dan menerima (menunaikan kewajiban dan menerima hak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di dalam ruang lingkup kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah dengan subyek yang berbeda. Dimana subyek yang digunakan peneliti adalah para mahasiswa yang telah menikah. Alasan dilakukannya penelitian ini dikarenakan tema Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa Di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang belum pernah dilakukan, artinya tema ini dirasakan akan berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.
  • 25. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyesuaian Perkawinan 2.1.1 Pengertian Penyesuaian Perkawinan Perkawinan merupakan sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017) kawin memiliki arti menjalin hubungan baru dengan bersuami atau beristri.Menurut Ensiklopedia Indonesia perkataan perkawinan sama dengan nikah. Sedangkan Purwadarminta juga mengatakan bahwa kawin merupakan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri (Walgito, 2017). Secara yuridis dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 perkawinan memiliki artian sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seoang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa (UUD Perkawinan, 2004). Perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin dan sudah menjadi hal yang normal jika timbul suatu rasa kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram karena hal itu dalm Al-Qur’an surat An-Nur ayat 32 Allah berfirman : ‫ٌا‬ُ‫ن‬ٌُ‫ك‬َ‫ي‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫إ‬ ًَ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ين‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫ص‬‫ال‬ ًَ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬َ ْ‫اْل‬ ‫ٌا‬ُ‫ح‬ِ‫ك‬‫ن‬َ‫أ‬ ًَ ‫ٌع‬‫م‬‫ي‬ِ َ‫ع‬ ‫ٌع‬ ِ‫ا‬‫ا‬ ًَ ُ َّ ًَ ِ‫و‬ِ ْ َ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ َّ ُ‫م‬ِ‫ي‬ِ‫ن‬ْ ُ‫ي‬ ‫اا‬َ َ ُ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-
  • 26. 13 hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dalam perkawinan terdapat ikatan lahir dan batin antara suami istri. Ikatan batin merupakan ikatan secara psikologis berupa cinta dan kasih sayang, yang secara lahiriah diikat dengan akad pernikahan. Hurlock mengatakan selama tahun pertama dan kedua perkawinan pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian satu sama lain. Dimana pasangan diharapkan melakukan penyesuaian yang baik sehingga terhindar dari ketidakbahagiaan dalam perkawinan (Hurlock, 2002). Mengingat sebelumnya kedua individu memiliki status bebas dan tidak terikat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan perkawinan membuat suami dan istri saling terikat satu sama lain. Hurlock (2002) menjelaskan bahwa penyesuaian perkawinan adalah penyesuaian yang di lakukan antara suami dan istri dengan melakukan penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan dan penyesuaian dengan keluarga dari pihak pasangan. Sedangkan Spanier dalam Puspitasari menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan merupakan refleksi perasaan dan pertanyaan tentang bagaimana interaksi, komunikasi dan konflik yang di alami oleh pasangan suami istri (Puspitasari, 2015). Senada dengan Spanier, Douval & Miller juga mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan
  • 27. 14 menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri (Rachmawati & Mastuti, 2015). Selain itu Uphold dan Susman mengemukakan bahwa penyesuaian perkawinan merupakan sebagai suatu proses kelanjutan yang melibatkan adaptasi antara suami dan istri sampai pada titik kepuasan, konsensus, kohesi, dan ekspresi afeksi (Wood, 2002). Tidak hanya Uphold dan Susman, Lasswel juga mendefinisikan bahwasanya penyesuaian perkawinan sebagai suatu proses memodifikasi, beradaptasi dan mengubah pola perilaku dan interaksi pasangan maupun individu untuk mencapai kepuasan maksimun dalam hubungan (Desmita, 2009). Dari uraian penjelasan di atas penulis dapat mengambil definisi bahwasanya penyesuaian perkawinan adalah hubungan atau ikatan dimana kedua pasangan akan mengalami suatu proses peralihan suasana dan kondisi baik secara intern maupun ekstern demi tercapainya kesesuaian atau kecocokan antar satu sama lain. 2.1.2 Faktor Penyesuaian Perkawinan Dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang perkawinan, perlu adanya penyesuaian terhadap calon istri dan suami. Menurut Hurlock (2002) empat faktor yang paling penting dan umum bagi kebahagiaan perkawinan adalah penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian dengan seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan anggota keluarga pasangan, sebagai berikut: 1. Penyesuaian Terhadap Pasangan Menurut Harlock penyesuaian pokok yang dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap
  • 28. 15 pasangannya sendiri. Hubungan antar pasangan berperan penting dalam perkawinan. Makin banyak pengalaman di masa lalu, makin besar pengertian wawasan sosial yang dikembangkan. Makin besar kemauan untuk bekerja sama, makin baik pasangan dapat menyesuaikan diri satu sama lain. Dalam penyesuaian perkawinan harus terdapat kesanggupan atau kemampuan antar pasangan untuk berhubungan dengan mesra, saling memberi dan menerima cinta (Abidin, 2013). Di kehidupan perkawinan, penyesuaian diri terhadap pasangan dapat menimbulkan ketegangan yang tidak dapat dihindarkan karena suami istri adalah dua pribadi yang berbeda. Apabila tidak diatasi dapat menimbulkan keinginan untuk melarikan diri (escape mechanism). Karena itu harus ada kemauan dari kedua pasangan untuk tidak membiarkan masalah penyesuaian diri tersebut terus berlarut (Gunarsa, 2002). Dalam kesehatan mental ketidakmampuan dalam menyesuaiakan diri terungkap dalam pola tingkah laku abnormal sepanjang hidup, dan bagian dari gangguan berat yang hanya memberikan sedikit kemampuan kepada individu untuk menangani situasi-situasi yang menekan. Karena sebenarnya mereka berada pada batas kemampuannya dalam menyesuaikan diri (Semiun, 2006). Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh Schneiders, ia mengatakan penyesuaian diri adalah usaha untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas yang ada. Sedangkan penyesuaian diri menurut Satmoko di pahami sebagai interaksi seseorang yang continue dengan dirinya sendiri, orang lain dan dunianya. Penyesuaian diri
  • 29. 16 yang baik dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi kebutuhan (Ghufron, 2012). Islam sangat memberikan perhatian terhadap pembentukan keluarga hingga tercapainya sakinnah, mawaddah dan warahmah. Sebelumnya Rasulullah telah menganjurkan kriteria dalam memilih pasangan hidup, agar penyesuaian berjalan lebih mudah seperti sabda Rasulullah: Dari Jabir r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Wanita dinikahi karena karena karena agamanya, kedudukannya, hartanya dan kecantikannya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya.” HR. Muslim dan Tarmidzi (Rasjid, 2008). Dalam Al-Qur’an juga telah tertulis kriterai-kriteria dalam memilih calon pasangan hidup diantaranya: 1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13) 2. Sekufu atau setingkat: Sekufu dalam perkawinan ada lima sifat menurut tingkat kedua ibu bapak yaitu, agama, merdeka atau hamba, kekayaan dan kesejehateraan. Sekufu tidaklah menjadi syarat bagi perkawinan. Tetapi jika tidak dengan keridhoan masing-masing yang lain boleh menfasakhkan perkawinan dengan alasan tidak sekufu (Rasjid, 2008). 3. Menyenangkan jika di pandang: “Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram denganya.” (QS. Ar Ruum: 21) Selaras dengan tinjauan Hadist dan Al-Qur’an, Hurlock (2002) juga mengatakan bahwa terdapat hal-hal
  • 30. 17 yang berpengaruh terhadap penyesuaian perkawinan, diantaranya : a. Konsep Pasangan Ideal: Semakin seseorang tidak terlatih dalam menyesuaikan diri terhadap realitas maka akan semakin sulit untuk melakukan penyesuaian dengan pasangan. b. Pemenuhan Kebutuhan: Jika suatu penyesuai telah dengan baik di lakukan, ia akan mampu memenuhi kebutuhan pasangannya. c. Kesamaan Latar Belakang: Semakin sama latar belakang calon suami dan istri, akan semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri, begitupun sebaliknya. d. Minat dan Kepentingan Bersama: Minat, kepentingan sama akan membawa penyesuaian yang baik. e. Kesamaan Nilai: Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai kesamaan nilai yang baik. Pasanagn dengan latar belakang sama menghasilkan nilai yang sama pula. f. Konsep Peran: Setiap pasangan mempunyai konsep bagaimana seharusnya peran seorang suami dan istri. Jika harapan tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk. g. Perubahan Dalam Pola Hidup: Penyesuaian terhadap pasangan berarti mengorganisasikan pola kehidupan. Penyesuaian ini sering kali di ikuti oleh konflik emosional. Dari beberapa pendapat di atas mengenai penyesuain perkawinan terhadap pasangan, dapat penulis simpulkan bahwasanya penyesuaian terhadapa pasangan tidaklah terlalu sulit di lakukan apabila masing-masing pasangan mampu melakukan penyesuain diri dengan baik
  • 31. 18 dalam menyikapi peran dan karakter yang di jalankan oleh pasangan suami istri. 2. Penyesuaian Seksual Seksualitas dalam Islam dibentuk oleh nilai budaya dan agama. Nilai-nilai agama dalam Alquran, Hadis dan Fikih mewarnai pembentukan pandangan tentang apa yang boleh dilakukan atau tidak. Pandangan tentang seksualitas dalam Islam telah dijelaskan dalam salah satu ayat Alquran surat Al-Baqarah 223, sebagai berikut: ‫ى‬َََّ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ث‬ْ َ‫ح‬ ‫ًُا‬‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ف‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ ٌ‫ث‬ْ َ‫ح‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ُ‫ؤ‬‫ا‬َ‫س‬َِ ٍَ‫ي‬ُِِ‫ي‬ْ‫إ‬ًُْ‫ن‬‫ا‬ ِ ِّ َ‫ب‬ًَُ‫و‬ًُ َ ًًُُْ‫ك‬َََّ‫أ‬‫ًا‬ًَُ‫ه‬ْ‫ا‬‫ا‬ ًََ‫ى‬َّ‫ه‬‫ًاان‬ُ َّ‫ت‬‫ا‬ ًًَُْ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ ِ‫ًاا‬ُ‫ي‬ِّ َ َ‫ۖ ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ت‬ْ ِ Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok- tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. Islam mengapresiasi seksualitas sebaga fitrah manusia yang harus dipenuhi, yang dapat dipenuhi apabila telah terjadinya perkawinan yang sah. Begitu pula menurut Herbert J Milles penyesuaian seks merupakan salah satu elemen positif bagi kesejahteraan pasangan tersebut dan selanjutnya akan mewujudkan dua kepribdaian yang menyatu dan terintegrasi dengan baik (Milles, 2001). Gottman juga mengatakan bahwa ungkapan perasaan adalah ekspresi seseorang untuk menyampaikan perasaannya pada pasangannya atau yang berkaitan
  • 32. 19 dengan aktivitas seksual karena itu dapat membuat perkawinan menjadi lebih bahagia (Wisnubroto, 2012). Masalah penyesuaian seksual merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidak bahagiaan perkawinan. Apabila kesepakatan ini tidak dapat di capai dengan memuaskan. Biasanya hal ini di sebabkan karena ketidak mampuan mengendalikan emosi mereka (Hurlock, 2002). Emosi sendiri adalah reaksi penilaian baik postif maupun negatif yang berasal dari syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Emosi memiliki banyak reaksi, reaksi yang tampak seperti menangis dan tertawa, ada juga reaksi fisiologik seperti jantung yang berdebar, tekanan darah yang tidak stabil, dan berkeringat (Sarwono, 2014). Karena itulah sebelum penyesuaian seksual ini di lakukan ada baiknya terjalin suatu penyesuain diri terhadap pasangan melalui komunikasi antar suami sitri. Komunikasi adalah bagian terpenting untuk membangun situasi yang lebih hangat antar pasangan. Batra mengatakan seorang suami yang memuji istrinya ketika membuatkan dirinya minuman merupakan cara sederhana untuk mengungkapkan perasaan kepada pasangan (Wisnubroto, 2012). Dalam penyesuaian terhadap pasangan kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi secara hangat melalui pujian terhadap pasangan menjadi poin penting. Selain itu berkomunikasi juga dapat membuat pasangan saling mengerti kemauan masing-masing pasangannya sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam perkawinan.
  • 33. 20 Penyesuaian diri dalam seksualitas menurut Schneiders adalah bagian dari penyesuain diri secara personal. Penyesuaian diri dalam seksualitas merupakan kapasitas bereaksi terhadap realitas seksual seperti impuls- nafsu, pikiran, konflik-konflik, frustasi, perasaan bersalah, dan perbedaan dalam menyikapi seks (Ghufron, 2012). Penyesuaian seksual di mulai saat di laksanakannya bulan muda, dan akan berjalan lancar apabila masing- masing pasangan belum pernah melakukan hubungan seks sebelumnya. Suatu penelitian oleh sosiolog menyatakan di antara 177 pasangan 87% yang belum melakukan hubungan suks melakukan bulan madu, sedangkan sisanya tidak mengadakan bulan madu (Milles, 2001). Bagi pasangan yang belum pernah melakukan penyesuaian seksual sebelum menikah pasti akan memberikan yang terbaik bagi pasangannya, salah satu cara yang di lakukan adalah dengan pergi berbulan madu. Penyesuaian seksual dalam perkawinan membutuhkan banyak waktu, kesabaran dan pengertain, sebab hal itu merupakan bagian paling pribadi dan rumit. Pasangan yang mempelajari penyesuaian seks bersama setelah menikah memiliki pengalaman bersama yang berarti dalam kehidupan pasangan. Penyesuaian seksual yang baik akan memberi dukungan ego bagi pasangan masing-masing. Usaha dalam penyesuaian seks ini merupakan salah satu elemen positif bagi kehidupan berumah tangga yang akan mewujudkan dua kepribadian yang menyatu dan terintegrasi dengan baik (Milles, 2001). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian seksual terhadap suatu perkawinan, seperti berikut (Hurlock, 2002) :
  • 34. 21 a. Perilaku terhadap seks: Sikap terhadap seks sangat di pengaruhi oleh cara pria dan wanita menerima informasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Sekali perilaku tentag seks yang tidak menyenangkan di dapatkan maka akan sulit sekali untuk di hilangkan bahkan tidak mungkin di hilangkan. b. Pengalaman seks masa lalu: Cara orang dewasa dan teman sebaya bereaksi terhadap suatu hubungan suami istri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanita merasakan itu sangat mempengaruhi perilakunya terhadap seks di masa mendatang. c. Dorongan seksual: Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dan cenderung tetap demikian, sedang pada wanita timbul secara periodic dengan turun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini mempengaruhi minat akan seks yang kemudian juga memepngaruhi penyesuaian seksualnya. d. Pengalaman seks marital awal: Hubungan seksual menimbulkan keadaan yang tidak sejajar dengan pengalaman yang di milki oleh orang lain, hingga banyak orang dewasa muda merasa begitu pahit dan susah sehingga penyesuaian seksual akhirnya sulit di lakukan. e. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi: Suami dan istri yang sepakat untuk menggunakan alat pencegah kehamilanakan mengalami sedikit konflik dan ketegangan di bandingkan dengan pasangan yang memiliki perbedaan pendapat tentang alat kontrasepsi tersebut. f. Efek vasektomi Seorang wanita yang menjalani operasi vasektomi akan hilang ketakutan akan kehamilan yang tidak di inginkan.
  • 35. 22 Vasektomi mempunyai efek yang sangat positif bagi wanita tentang penyesuaian seksual wanita tapi hal ini tidak berlaku bagi pria. 3. Penyesuaian Keuangan Penyesuaian keuangan dilakukan untuk menghadapi perubahan yang berkaitan dengan sumber keuangan (Wisnubroto, 2012). Dalam perkawinan biasanya pasangan menggabungkan pendapatannya untuk membiayai kehidupan rumah tangga mereka. Timbul permasalahan jika suami sebagai perannya mencari nafkah sementara isteri hanya terus mengurus urusan rumah tangga. Menurut Hurlock (2002) Penyesuaian keuangan menjadi urutan ketiga dalam masalah penyesuaian perkawinan. Bagi perempuan menyesuaikan keuangan dengan pendapatan suaminya adalah hal yang cukup sulit setelah sebelumnya terbiasa membelanjakan uang sesuka hatinya. Situasi ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyesuaian perkawinan dalam dua hal yaitu : Pertama, percekcokan mungkin berkembang apabila sang istri berharap suami dapat menangani sebagian dari tugas rumah tangganya. Pada awal perkawinan keluarga baru biasanya tidak ingin hidup mewah karena keuangan tidak memungkinkan untuk itu, sebab itu terkadang istri berharap suaminya membantu pekerjaan rumah tangga secara adil. Hal ini yang justru menjadi masalah, dimana saat sang suami menetapkan istri berperan sebagai orang yang mengurus rumah tangga, sedangkan ia hanya bekerja. Untuk itulah sebelum memasuki tahap penyesuain keuangan perlu adanya penyesuaian terhadap pasangan khususnya dalam mengurusi urusan rumah tangga.
  • 36. 23 Lalu yang kedua, jika suami tidak mampu hal ini dapat membuat istri tersinggung dan mencari pekerjaan tambahan. Hal ini juga telah dibahas didalam Al-Qura’an sebagai berikut: ‎ ‫ا‬‫ى‬َ‫ه‬َ‫ا‬ ْ‫ى‬ُ‫ى‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ َّ‫َّللا‬ َ‫م‬َّ‫ض‬َ‫ف‬ ‫ا‬ًَِ‫ب‬ ِ‫اء‬َ‫س‬ُِّ‫ان‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ا‬ ًٌَُ‫ي‬‫ا‬ًََّ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ِّ ‫ن‬‫ًا‬ُ َ‫ف‬ََ‫أ‬ ‫ا‬ًَِ‫ب‬َ‫ي‬ ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ى‬ِ‫ن‬‫ا‬ًَْ‫ي‬َ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ْ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (An-Nisaa: 34). Hal inilah yang menuntut suami untuk wajib mencari dan memberikan nafkah bagi istrinya yang taat dan juga anak-anaknya, baik berupa makanan, tempat tinggal, peralatan rumah tangga, dan lain-lain yang mecukupi sandang, pangan dan papan. Banyaknya nafkah adalah menurut kebutuhan dan kebiasaan yang berlaku juga di sesuaikan dengan kemampuan suami. Rasulullah pernah bersabda, yang artinya: “Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, karena sesungguhnya kamu mengambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan halal bagi mu mencampuri mereka dengan kalimat Allah, dan di wajibkan atas kamu (suami) memberi nafkah dan pakaian kepada mereka (istri-istri) dengan cara yang sebaik- baiknya (pantas)” Hr. Muslim (Rasjid, 2009). Dalam hal ini penyesuaian diri merupakan bagian yang paling penting untuk dilakukan. Karena menurut Schneiders penyesuaian diri adalah bagain dari usaha dalam menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan (Ghufron, 2012).
  • 37. 24 Keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan memang sangat di perlukan, apalagi saat menikah suami adalah pencari nafkah utama dalam keluarga. Tanpa adanya penyesuaian diri yang baik, akan terjadi konflik yang bisa mempengaruhi penyesuaian lainnya dalam perkawinan. Penyesuaian keuangan juga memerlukan adanya sikap dalam pengontrolan diri, baik bagi istri maupun suami. Karena menurut Goldfried dan Merbaum kontrol diri merupakan suatu kemapuan untuk menyusun, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membentuk prilaku individu menjadi perilaku yang lebih positif (Ghufron, 2012). Hal ini dapat menyatukan penyesuaian antara suami dan istri dalam mencapai hasil dan tujuan tertentu dalam perkawinan seperti yang telah direncanakan. Sebab itulah, setelah menikah perlu adanya penyesuaian dalam keuangan, maka dari itu sebaiknya di bicarakan bersama istri mengenai tujuan keuangan yang ingin di capai dalam berumah tangga. Karena masing- masing pasangan di awal perkawinan biasanya masih dalam tahap penyesuaian kebiasaan pasangannya dalam berbelanja dan mengelola uang (Ghozali, 2008). Penyesuain yang baik dalam masalah keuangan merupakan bagian dari kriterian kebahgaiaan perkawinan. Penelitian Pradipta dan Prihanto memaparkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan dalam perkawinan diantaranya adalah meningkatkan keadaan sosial ekonomi (Christina & Matulessy, 2016).
  • 38. 25 Di karenakan keuangan biasanya dapat menjadi masalah dalam keluarga karena itu pasangan baru memerlukan cara dalam mempelajari pengelolaan pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari percecokan yang di sebabkan karena ketidak mampuan dalam penyesuaian keuangan. 4. Penyesuaian Dengan Pihak Keluarga Pasangan Setelah menikah, kewajiban tidak hanya pada pasangan tetapi juga terhadap mertua. Membangun rumah tangga dalam islam haruslah menjaga hubungan baik antar keluarga. Kita harus bisa menganggap mertua sebagai orang tua sendiri dan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut: َ َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ٱل‬ َ‫َك‬‫د‬‫ن‬ِ‫ع‬ َّ‫َن‬ ُ ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ا‬ً‫ن‬َٰ‫س‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬ ٌَْٰ‫ٲل‬ِ‫ب‬ ًَ ُ‫ه‬‫َّا‬‫ي‬ِ‫إ‬ ٓ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ ۟‫ا‬ ًُٓ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ َّ‫َّل‬َ‫أ‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ ٰ‫ى‬َ َ‫ق‬ ًَ ً‫م‬‫ي‬ ِ َ‫ك‬ ً‫َّل‬ ٌَْ‫ق‬ ‫ا‬َ ُ‫ي‬َّ‫ل‬ ُ‫ق‬ ًَ ‫ا‬َ ُ‫ى‬ ْ َ‫ي‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ َ‫َّل‬ ًَ ّ ُ‫أ‬ ٓ‫ا‬َ ُ‫ي‬َّ‫ل‬ ُ َ‫ت‬ َ َ ‫ا‬َ ُ‫ى‬ َ ِ‫ك‬ ًَْ‫أ‬ ٓ‫ا‬َ ُ‫ى‬ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬ ....dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS Al-Isra: 23). Penyesuaian keluarga menjadi salah satu faktor dalam penyesuaian perkawinan. Dengan ikatan perkawinan setiap orang akan secara otomatis meperoleh sekelompok keluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluaga pasangan dengan usia yang berbeda, yang mempunyai
  • 39. 26 minat dan nilai yang berbeda dari segi pendidikan, budaya dan latar belakang sosial. Suami dan istri harus menyesuaikan diri bila tidak ingin hubungan mereka tegang dengan keluarga baru mereka (Hurlock, 2002). Sebaliknya keluarga pihak pasangan juga sulit menyesuaikan diri dengan suami/istri dari pasangan karena sejumlah faktor yang berasal dari keluarga itu sendiri. Sehingga harus belajar menyesuaikan diri karena penyesuaian yang tidak baik dengan keluarga pasangan akan menimbulkan masalah dalam suatu perkawinan. Maka dari itu untuk menjalin hubungan penyesuain yang baik antar pasangan dan keluarga, maupun keluarga dari pihak pasangan dengan suami/istri perlu adanya komunikasi yang baik dan hangat antar kedua belah pihak. Komunikasi juga merupakan suatu cara yang tepat untuk mengungkapkan emosi yang dirasakan oleh kedua belah pihak keluarga atau pasangan, baik emosi itu bersifat positif maupun negative. Jika hanya ingin menyampaikan sesuatu hendaknya dihindari kata-kata atau ungkapan- ungkapan yang dapat membangkitkan emosi negatif, (Sarwono, 2009) karena hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman bagi kedua belah pihak. Penyesuain terhadap keluarga pasangan yang baik dapat terjadi jika suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasangan, khususnya dengan mertua dan saudara/i ipar. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya ketegangan antar pasangan dan keluarga pihak pasangan. Karena hubungan yang buruk antar menantu dengan mertua dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya, Hal ini dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya perceraian di awal tahun masa perkawinan.
  • 40. 27 Hurlock (2002) telah membagi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan: a. Stereotip Tradisional: Stereotip yang di terima mengenai “ibu mertua” dapat menimbulkan hal yang tidak menyenangkan. Hal inilah yang dapat menambah masalah bagi keluarga pasangan. b. Keinginan Untuk Mandiri: Orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang tua mereka. c. Keluargaisme: Penyesuaian dalam perkawinanakan lebih sulit apabila salah satu pasangan tersebut menggunakan lebih banyak waktunya terhadap keluarganya, di banding pasangannya sendiri. d. Mobilitas Sosial: Banyak orang tua dan anggota- anggota keluarga sering bermusuhan dengan pasangan yang baru datang. e. Anggota Keluarga Berusia Lanjut: Merawat anggota keluarga berusia lanjut merupakan faktor sulit karena keyakinan harus bebas dari urusan keluarga khususnya bila pasangan tersebut mempunyai anak. f. Bantuan Keuangan: Pasangan muda yang harus membantu keuangan bagi pihak keluarga pasangan, sering membuat hubungan keluarga menjadi tidak beres. 2.1.3 Aspek-Aspek Penyesuaian Perkawinan Selain penjelasan tentang faktor-faktor yang dapat membentuk penyesuaian perkawinan, penulis juga membahas mengenai aspek-aspek yang mendukungnya. Menurut Gunarsa (2002) terdapat aspek dasar penyesuaian perkawinan sebagai berikut: 1. Kesehaatan Fisik Suami Dan Istri
  • 41. 28 Calon pasangan hendaknya memeriksakan kesehatan diri masing-masing terlebih dahulu. Kelemahan fisik dapat menyebabkan ketidak siapan pasangan tersebut dalam memiiiki buah hati. 2. Stabilitas Emosi Stabilitas Emosi dalam pemikahan tercapai biIa adanya penyesuaian. Ada beberapa hal yang dapat diperbincangkan sebelum sampai pada penyesuaian perkawinan seperti mengenai, keinginan mempunyai anak, mengaturan anggaran rumah tangga, sikapa terhadapa keluarga besar antar pasangan masing-masing, kegiatan agama, pendidikan anak, minat satu sama lam, dan bagaimana cara memanfaatkan waktu senggang bersama. 3. Kesehatan Mental Kebahagian suami istri tergantung pada kesanggupan pasangan itu sanggupan pasangan itu sendiri yang secara bersama-sama memenuhi tanggung jawab dan perang masing-masing dalam perkawinan. Demi terwujudnya penyesuaian perkawinan, menurut Yulia D. Gunarsa (2002) terdapat beberapa pokok yang pernah dibicarakan sebelum sampai pada suatu penyesuaian perkawinan, sebagai berikut: 1. Keinginan mempunyai keluarga dan anak 2. Mengatur pengeluaran, materi/anggaran rumah tangga 3. Sikap terhadap keluarga besar, dan keluarga besar pasangan 4. Kegiatan dalam ruang lingkup agama 5. Dasar pendidikan dan pelaksanaan pendidikan bagi anak
  • 42. 29 6. Minat sosial dan rekreasi masing-masing pasangan 7. Sejauh mana masing-masing pasangan berparrtisipasi dalam kegiatan dan pengisian waktu luang. Sementara itu, menurut hurlock (2002) terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan (pemikahan), yaitu: 1. Saat menjadi orang tua: Jangka waktu sejak perkawinan hingga pasangan mmiliki anak akan mempengamhi penyesuaian perkawinan bila anak pertama lahir sebelum pasangan dapat menyesuaikan diri satu sama lain, penyesuaian perkawinan akan lebih sulit untuk dilakukan. 2. Keadaan keuangan yang stabil: Pasangan yang mempunyai status ekonomi yang baik dapat melakukan penyesuaian perkawinan lebih mudah. 3. Harapan tidak realitis akan perkawinan: Terkadang pasangan tidak menyadari permasalahan dan tmggmg jawab yang dapat timbul dalam sebuah perkawinan. Harapan atau bayangan bahwa perkawinan akan selalu romantis dan tidak pemah bermasalah sen'ng membawa kekecewaan dan mempersulit penyesuaian perkawinan. 4. Jumlah anak: Apablla pasangan sepakat akan jumlah anak yang akan dimiliki dan berhasll mencapal jumlah tersebut, penyesualan perkawinan pasangan bersebut akan leblh mudah. 5. Urutan kelahiran datam keluarga: Semakln mlrip peran dalam perkawinan dengan peran yang pernah dipelajari dalam keluanga, semakin mudah penyesuaian perkawinannya. Apabila suami adalah anak sulung dengan
  • 43. 30 adik perempuan, sedangkan isteri adalah adik dari kakak IakI-Iakl. 6. Hubungan dengan keluarga pasangan: Hubungan dengan keluarga pasangan (pihak mertua dan ipar) akan mempengaruhi penyesuaian perkawinan. Semakin baik hubungan tersebut, semakin mudah pula penyesuaian perkawinannya. 2.1.4 Perkawinan dalam Islam Dalam Islam kata perkawinan dikenal dengan kata nikah. Pada dasarnya setiap muslim dapat melangsungkan perkawinan dengan siapa saja yang dia sukai. Namun terdapat pula rangan-larangan didalam perkawinan, yaitu larangan perkawinan karena perbedaan agama, karena pertalian darah, karena sepersususan, karenan hubungan perkaiwnan yang telah dimulai sebelumnya, dan karena salah satu diantaranya telah memiliki pasangan (Daud Ali, 2002). Sudah menjadi hal yang normal jika timbul suatu rasa kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Namun situasi seperti ini akan halal jadinya jika telah dilangsungkan suatu perkawinan dengan akad diantara keduanya, karena itu merupakan bagian dari salah satu tanda-tanda kebesarannya. Hal ini telah ditegaskan dalam Surah Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut : ‫ا‬َ‫ى‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ِ‫ئ‬ ‫ًا‬ُُُ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ََْ‫أ‬ ٍِْ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ق‬َ‫ه‬َ‫خ‬ ٌَْ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ٍِْ‫ي‬َ‫ي‬ ٍ‫و‬ ًَْ ِ‫ن‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫َل‬ َ‫ك‬ِ‫ن‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌَِّ‫ئ‬ ً‫ة‬ًَْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫ي‬ ً‫ة‬َّ‫د‬ًََ‫ي‬ ْ‫ى‬ُ‫ك‬َُْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ي‬ ٌَ‫ي‬ُ َّ‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
  • 44. 31 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS : Ar- Rum 21) Dalam kitab Tafsir Al-Azhar menyebutkan pada pangkal ayat ke 21 yang berbunyi “Dan di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,..” ialah seruan kepada seluruh manusia, bahwa manusia itu sebagai cucu adam pada hakikatnya adalah satu. Dari manusia yang satu itu juga, bukan diambil dari tempat lain melainkan dari isrti- istrinya. “supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya..” artinya akan gelisahlah hidup jikahanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak berteman, “dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang” tentang mawaddah wa rahmatan dapat ditafsirkan sebagai rasa kerinduan seorang laki-laki terhadap perempuan begitupun sebaliknya yang telah dijadikan Allah sebagai tabiat/kewajaran dari hidup itu sendiri. “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”Ujung ayat ini memberi manusia peringatan bahwa agar manusia memikirkannya kembali secara baik-baik (Hamka, 2015). Perkawinan bukan saja satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain (Rasjid, 2008). Selain mengatur kehidupan manusia, perkawinan juga memiliki 5 hukum dasar, diantaranya (Mugiyono, 2017):
  • 45. 32 1. Jaiz: dibolehkan 2. Wajib: bagi yang mampu tapi tidak mampu mengendalikan diri dari godaan yang menjerumuskan keperzinahan 3. Sunnah: bagi yang mampu tapi masih bisa mengendalikan diri dari godaan yang menjerumuskan keperzinahan 4. Makruh: Mmemiliki keinginan melangsungkan perkawinan, tapi belum sanggup menafkahi 5. Haram: melakukan perkawinan tapi dengan niat yang buruk Dalam perkawinan juga terdapat syarat-syarat perkawinan diantaranya (Tutik, 2008) : a. Syarat Materil : Syarat materil disebut juga dengan syarat inti/ internal yaitu syarat yang menyangkut pribadi pihak yang akan melangsungkan pekawinan. b. Syarat Formil: Syarat formil atau syarat eksternal adalah syarat yang berhubungan dengan tata cara atau formalitas yang harus dipenuhi sebelum proses perkawinan Untuk dapat melangsungkan perkawinan haruslah dipenuhi rukun pokok sahnya perkawinan diantaranya (Rasjid, 2008): 1. Sigat (Akad) yaitu perkataan dari pihak wali perempuan yang dijawab oleh mempelai laki-laki. Akad nikah menjadi tidak sah tanpa adanya lafaznikah didalamnya 2. Wali (wali si perempuan) “Barang siapa diantara perempuan yang menikah tidak dengan izin walinya, maka prnikahannya batal.” (Riwayat 4 orang ahli hadits) 3. Dua orang saksi
  • 46. 33 “Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil.” (Hr. Ahmad) Perkawinan memiliki tujuan dalam islam, sebagai berikut (Mugiyono, 2017) : a. Untuk memperoleh ketentraman dan ketenangan (sakinah) b. Membina rasa cinta dan kasih sayang antar suami dan istri c. Melaksanakan perintah Allah yang merupkan ibadah d. Mengikuti sunnah Rasulullah untuk menikah e. Memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhoi Allah f. Memperoleh keturunan yang sah 2.2 Mahasiswa dan Kaitan Usia Perkawinan Mahahsiswa adalah seorang yang sudah lulus dari slta dan sedang menempuh pendidikan tinggi, mahasiswa biasanya berumur 18 tahun (Daldiyono, 2009). Pada umumnya direntang masa perkuliahan sangat jarang di temukan mahasiswa yang telah menikah. Tugas kuliah, organisasi kampus, dan sebaginya membuat mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus di bandingkan dirumah. Sehingga pemikiran untuk menikah belum terbentuk secara matang dalam benak para mahasiswa. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa mahasiswa yang masih aktif berkuliah namun juga sudah menikah dan memiliki anak. Perkawinan merupakan bagian dari tugas perkembangan, apabila tidak terselesaikan pada waktunya akan menghambat perkembangan pada tahap berikutnya. Namun menurut Hurlock (2002) setelah menikah, terjadi pola gaya hidup baru yang dapat mempengaruhi
  • 47. 34 perkawinan, yaitu melakukan penyesuaian terhadap pola peran seks, pola-pola baru dalam kehidupan keluarga, dan pola baru di tempat pekerjaan. Menurut Sarwono (2014) memasuki masa dewasa seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk dapat hidup dan menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja mencari nafkah dan membina karirnya. Seorang perempuan juga harus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Seperti yang di ketahui dalam suatu kehidupan berumah tangga membutuhkan banyak penyesuaian perkawinan. Dimana penyesuaian perkawinanterjadi ketika memasuki masa dewasa dini. Umumnya orang Indonesia menikah rata-rata di umur 20-30 tahun. Namun ada juga yang memilih menikah di bawah umur 20 maupun lebih dari umur 30 tahun dengan alasan yang di miliki individu masing-masing. Menurut Hurlock pada mulanya kebudayaan Amerika berpandangan seorang anak belum resmi di anggap dewasa jika belum mencapai umur 21 tahun, sedangkan masa dewasa dini di mulai pada umur 18 tahun (Abidin, 2013). Berbicara mengenai masa dewasa dini atau yang biasa di sebut dengan adult yang berarti telah menjadi dewasa. Masa dewasa dini di mulai pada umur 18-40 tahun. Seseorang yang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Terdapat beberpa ciri-ciri dari masa dewasa dini (21-40 tahun) menurut Hurlock dalam Chasiru Zainal Abidin (2013) sebagai berikut:
  • 48. 35 1. Masa pengaturan. Pada masa ini remaja harus membiasakan diri dengan berbagai macam tuntutan menjadi orang dewasa, yang berbeda dengan masa remaja sebelumnya. 2. Sebagai usia produktif, pada masa ini remaja harus bekerja keras dan meniti karir. 3. Masa bermasalah. Awal masa dewasa remaja harus menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan masa dewasa. Aspek-aspek yang berkaitan adalah keluarga dan karir. 4. Masa ketegangan emosional. Setelah lulus sekolah atau kuliah seseorang tidak selalu segera mendapat pekerjaan, padahal tuntutan kehidupan terus berjalan. 5. Masa keterasingan sosial. Setelah remaja menginjak dewasa ia cenderung untuk sedikit demi sedikit meniggalkan kelompoknya masing-masing. Hal ini terjadi karena kesibukan pada pekerjaan dan keluarga mereka, sehingga aktivitas dalam persahabatan tergantikan sebagian oleh persaingan dalam karir di pekerjaan. 6. Masa komitmen, dimana periode komitmen terhadap diri sendiri tentangcita-cita dan ambisi untuk karir. 7. Masa ketergantungan. Pada masa inii kadang seseorang belum mandiri secara finansial sehingga masih tergantung pada orang tua. 8. Masa perubahan nilai. Banyak yang merasakan kegiatan belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka terus mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi.
  • 49. 36 9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Dalam masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua. 10.Masa kreatif. Bentuk kreatifitas yang terlihat pada masa dewasa muda tergantung pada minat dan kemampuan individual. Menikah antara usia 28 hingga 32 tahun dapat mengurangi resiko perceraian setidaknya dalam lima tahun pertama. Penelitian ini dilakukan oleh Nick Wolfinger, seorang sosiolog dari University of Utah, dan diterbitkan oleh Institute of Family Studies. Menurut penelitian tersebut, orang yang berumah tangga antara usia 28 hingga 32 tahun paling sedikit bercerai pada tahun-tahun berikutnya (Kumparan, 2018). Lalu Diane E. Papalia (2004), mengemukakan bahwa usia terbaik untuk melakukan perkawinan bagi perempuan adalah 19-25 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 25-28 tahun diharapkan sudah menikah. Karena ini adalah usia terbaik untuk menikah baik untuk memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk mengasuh anak pertama. Dalam perkawinan, usia dan kedewasaan memang menjadi hal yang harus diperhatikan bagi para pria dan wanita yang ingin melangsungkan perkawinan. Seperti yang tengah dialami oleh subyek peneliti. Dimana terdapat perbedaan antara pekawinan pada subyek yang menikah dengan umur yang matang, dan subyek yang menikah dengan usia yang belum matang. Subyek inisial AP, yang menikah di usia 19 tahun dan VW yang menikah di usia 26 tahun. Dari tolak ukur umur, VW terlihat lebih matang untuk menikah dibandingkan AP. Subyek AP sebagai Ibu rumah tangga dan VW sebagai kepala rumah
  • 50. 37 tangga sama-sama merasakan kesulitan dalam penyesuaian perkawinan. Subyek AP yang sudah memiliki 2 orang anak megalami kesuliatan pesnyesuaian keuangan dan keluarga pasangan hal ini dikarenakan subyek AP masih tingal bersama mertuanya. Sedangkan subyek VW hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian keuangan, dikarenakan VW harus menanggung biaya kuliah istri dan dirinya, selain itu VW juga harus membayar cicilan rumah dan mobil yang ia tempati saat ini bersama istri dan anak. Hal ini membenarkan bahwasanya usia dalam penyesuaian perkawinan menjadi tolak ukur seberapa jauh kesulitan seseorang dalam menjalani faktor penyesuaian perkawinan yang dikemukakan oleh Hurlock. Karena usia perkawinan dapat menentukan faktor apa yang akan menjadi hambatan dalam penyesuaian perkawinan yang dilakukan. 2.3 Upaya Dalam Penyesuaian Perkawinan Upaya pasangan untuk saling mengisi kekurangan, mengadakan perubahan tingkah laku dan sikap agar mencapai sikap-sikap yang membangun sehingga tingkah laku selaras dengan lingkunga. Upaya aktif pasangan suami istri untuk mengubah perilaku dan sikap masing-masing yang berbeda, dengan cara saling mengorganisasikan keinginan, kebutuhan, dan harapan sehingga tercipta proses saling menguntungkan, yaitu saling memberi dan menerima di antara keduanya (Wisnubroto, 2015). Keberhasilan dalam membentuk keluarga bahagia dapat dicapai dengan persiapan diri, dilanjutkan dengan perencanaan mengenai biaya hidup dan jumlah anak. Upaya dalam mencapai kebahagiaan yang langgeng meliputi upaya memupuk saling pengertian dan
  • 51. 38 penyesuaian satu sama lain berikut hal-hal yang perlu diperhatikan (Gunarsa, 2002): a. Awal perkawinan harus merupakan start yang baik. b. Perlu kesabaran dan kebijaksanaan khususnya pada permulaan perkawinan. c. Perlu penyesuaian terhadap perbedaan suami istri sendiri. d. Redukasi bagi pria perlu lebih banyak pada masa kritis, yakni pada dua tahun perkawinan. e. Suami yang baru pulang dari pekerjaan perlu istirahat sedangkan istri justru perlu perubahan suasana dan rekreasi aktif. f. Lebih banyak "memberi" dari pada menerima, akan memberikan kebahagiaan. g. Bentuklah kebiasaan yang sehat dan wajar. h. Dalam hal-hal tertentu istri dapat berperan membimbing. Pada kesempatan lain suamilah yang berperan. i. Partnership dalam perkawinan didasarkan atas persamaan hak atau perlu diilhami oleh cinta dan saling memperhatikan (tidak acuh tak acuh). j. Perlu keterbukaan hati dan bukan kekasaran. Agar tidak kasar, agresifitas, dan kelemahan kiri tidak disalurkan sehingga melukai hati. Boleh tidak sesuai dengan perasaan tapi untuk tujuan baik. k. Perlu mencari kesempatan untuk menunjukkan apresiasi pada pasangannya. l. Persamaan dalam perkawinan lebih diartikan dengan suasana saling menghargai dan menghindari kecenderungan penghinaan terhadap pasangannya.
  • 52. 39 m. Perlu menghadapi dan menjalani hidup perkawinan atau berkeluarga sebagai suatu kenyataan sedini mungkin dan bukan sebagai suatu dongengan. n. Perlu memupuk minat bersama yang melibatkan partisipasi aktif dari pasangan, juga dalam rekreasi, misalnya olahraga, agar tidak melarikan diri dalam film atau rekreasi lain sendiri, secara terpisah. o. Agar perkawinan bahagia bisa dibina dan dipelihara, pasangan tersebut harus terus menerus berupaya menjadi pendamping terbaik bagi pasangannya. Mempertahankan sebuah perkawinan membutuhkan sebuah komitmen sebagai upaya dalam perkawinan. Komitmen merupakan sebuah penilaian kognitif atas sebuah hubungan dan merupakan keinginan untuk mempertahankan hubungannya. Johnson, Caughlin dan Hutson menyatakan bahwa komitmen terdiri atas tiga bentuk sebagai berikut (Sudargo, Aristasari, Afifah, 2018): 1. Komitmen personal: keinginan bertahan karena cinta terhadap pasangan dan perasaan puas terhadap pasangan tersebut. 2. Komitmen moral: merupakan perasaan bertanggung jawab secara moral terhadap pasangan dan janji perkawian. 3. Komitmen struktural: muncul ketika komitmen personal dan moral rendah. Dalam perkawinan, keberhasilan untuk memperoleh dan merasakan kesejahteraan serta kebahagiaan tergantung dari penyesuaian - penyesuaian, yang biasanya disebut adaptasi terhadap suami/istri sendiri bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan dengan memperhatikan (Gunarsa, 2002) :
  • 53. 40 1. Menghadapi kenyataan Dalam kebersamaan hidup dari hari ke hari, tahun demi tahun, banyak hal dan kenyataan akan terungkap. Dalam menghadapinya harus bersama-sama sebagaii suatu tim dan menanggulanginya bersama dengan bijaksana akan menyelesaikan masalah hidup. 2. Penyesuaian yang timbal balik Cukup sulit untuk menebak permasalahan yang akan timbul dalam pennyesuaian perkawinan. Tapi suatu saat masalah akan timbul yang mengakibatkan benturan emosional terhadap masing-masing.Karena itu harus ada upaya untuk saling memperhatikan mengungkapkan cinta, pengertian, saling menghargai, memberi dukungan dan semangat. 3. Latar belakang suasana yang baik Perlu suasana dari pikiran yang penuh cinta untuk menciptakan suasana yang baik. Jika kesibukkan yang mendominasi suami istri, tidak ada waktu untuk memupuk suasana baik, sehingga hubungan intim makin jarang, dan hubungan bertambah renggang. Karena itu memerlukan suasana yang baik dengan memperhatikan sebagai berikut: a. Suami-istri saling memperhatikan individualitasnya dan tetap memiliki kepribadian, tanpa menjadi robot. b. Asas berbagi. Berbagi dalam hal pekerjaan, waktu luang, pemaasukan, kewajiban, selalu saling membantu dan memberi pengertian. c. Berupaya menjauhkan, menghentikan kebiasaan- kebiasaan yang tidak disenangi pasangan, walaupun hal tersebut tampak kecil tak berarti. d. Setiap tindakan dan keputusan harus dibahas bersama. Kebiasaan ini akan memelihara kepercayaan dan menjamin kerja sama.
  • 54. 41 e. Setiap pasangan harus berupaya untuk saling memafkan dan mengingat kebajikan masing-masing. f. Berambahnya usia perkawinan, bertambah pula kemahiran dalam mengatasi masalah dengan membina komunikasi yang baik. Jadi dalam melakukan penyesuaian perkawinan suami istri harus memperhatikan upaya-upaya dalam membangun penyesuaian yang ada agar terciptanya suatu perkawinan yang harmonis. 2.3 Kerangka Pikir Peneliti Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa Di Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Mahasiswa dan Kaitan Usia Perkawinan Faktor-Faktor Penyesuaian Perkawinan: 1. Terhadap Pasangan 2. Terhadap Seksual 3. Terhadap Keuangan 4. Pihak Keluarga Aspek-Aspek Penyesuaian Perkawinan: 1. Kesehaatan fisik 2. Stabilitas Emosi 3. Kesehatan Mental Upaya Dalam Melakukan Perkawinan
  • 55. 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Melalui metode kualitatif, peneliti diharapkan dapat mengetahui dengan jelas tentang penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Menurut Denzin dan Lincoln mendefinisikan, bahwa penelitian kualitatif adalah multimethod yang melibatkan pendekatan interpretif, naturalistik terhadap materi pokoknya. Ini berarti bahwa peneliti kualitatif mempelajari hal-hal dalam pengaturan alaminya, mencoba untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dalam arti makna yang dibawa orang kepada mereka (Herdiansyah, 2014). Lebih lanjut Denzin dan Lincoln menegaskan bahwa penelitian kualitatif ditujukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar melalui pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses dan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan subyek dan latar belakang yang ditelita berupa laporan yang sebenar- benarnya, apa adanya, dengan catatan-catatana lapangan yang aktual. Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus karena permasalahan yang akan digalilebih jelas dan terperinci serta memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian. Pengumpulan data penelitian ini tidak dibatasi katagori tertentu untuk mempelajari
  • 56. 43 dan menemukan isu-isu secara mendalam terkait dengan kasus yang diteliti. Yin menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu inquiry empiris yang mendalami fenomena dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas antara fenomena dan konteks tak tampak secara tegas. Bungin menyatakan kelebihan studi kasus sebagai berikut (Bungin, 2005): 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubugan antar variabel serta proses- proses yang memerlukan penjelasan dan pemahan yang lebih luas. 2. Studi kasus dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep- konsep dasar perilaku manusia. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan peneliatan yang lebih besar dan mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. 3.2 Sumber Data Menurut Lofland sumber data utama kualitatif ialah kata–kata, dan tindakan, selebihnyan adalah data tambahan seperti dokumen dan lain–lain. Dimana data hasil penelitian didapat melalui dua sumber data, yaitu (Moleong, 2001): 3.2.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara saat penelitian berlangsung yang diperoleh dari subjek atau informan yang dianggap
  • 57. 44 berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan empat subyek yang berasal dari fakultas yang berbeda- beda, yaitu fakultas psikologi, fakultas syariah, fakultas tarbiyah, dan fakultas febi, yang masingmasing berjumlah dua perempuan dan dua laki-laki. Teknik yang digunakan untuk menentukan subjek dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan tehnik sampling dengan berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subyek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2014). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Wanita/Pria dengan rentang usia 20–25 tahun. 2. Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang. 3. Sudah menikah. 4. Sudah memiliki anak. 3.2.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung seperti literatur, buku–buku catatan harian dan dokumentasi subjek yang berkaitan dengan penelitian (Moleong, 2014). Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu buku, jurnal, dokumentasi, dan informan tahu seperti pasangan subyek, saudara kandung dan saudara ipar. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer agar penelitian ini dapat menghasilkan data yang lebih akurat. 3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang berlokasi di Jalan Prof. KH. Zainal Abidin Fikri km.3,5 Kota Palembang, Sumatera Selatan. Pertimbangan penulis memilih tempat
  • 58. 45 penelitian tersebut, dikarenakan UIN Raden Fatah Palembang merupakan kampus dari penulis sendiri. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana penyesuain perkawinan yang terjadi diantara mahasiswa yang sedang kuliah, dan juga mengetahui faktor penyesuaian apa saja yang sulit dilakukan dalam suatu perkawinan pada mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara. Selain itu peneliti juga akan melakukan observasi sebagai teknik pengumpulan data untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara. Selain itu peneliti juga menggunakan alat perekam untuk mempermudah dalam mengumpulkan data selama proses wawancara dengan demikian semua hasil pembicaraan antara interviewer dan interviewee dapat tersimpan dan terekam. Penggunaan alat bantu ini dilakukan dengan izin interviewee supaya dikemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Peneliti dalam penelitiannya yang berjudul Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang menggunakan teknik pendekatan trianggulasi yakni: 3.4.1 Observasi Teknik Observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah observasi Non-Partisipan. Penulis berperan sebagi pengamat belaka, tidak turut sebagai aktor yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan. Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses
  • 59. 46 melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu (Herdiansyah, 2014). 3.4.2 Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan hampir semua penelitian kualitatif. Menurut Stewart dan Cash mendefinisikan wawancara sebagai suatu interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi (Herdiansyah, 2014). Adapun bentuk wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Yaitu peneliti melakukan tanya jawab sambil bertatap muka dengan subyek lalu mencatat apa yang diucapkan oleh subyek. Selama proses penelitian, peneliti menggunakan interview guide sebagai alat bantu untuk memperoleh data agar pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian lebih terarah. Namun guide ini masih perlu pengembangan lebih lanjut sebagai variasi pertanyaan yang diciptakan secara spontan dalam mendengar jawaban dari subyek. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi tentang Penyesuaian Perkawinan Pada Mahasiswa di Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Proses wawancara berlangsung dengan memberi kebebasan berekspresi pada subyek tanpa harus terperangkap pada pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin tidak sesuai dengan konteks kehidupannya. Selama wawancara peneliti berusaha memasuki perspektif subjek penelitian, memahami peristiwa dari sudut pandang narasumber dengan asumsi bahwa perspektif individu itu bermakna.
  • 60. 47 Setelah peneliti selesai melakukan interview dengan subyek primer, peneliti juga mengecek kebenaran informasi yang didapatkan dari subyek utama dengan melakukan interview kepada subyek sekunder untuk mendapatkan jawaban yang reliabel dari informan dan sekaligus crosscheck jawaban dari subyek primer. Selain itu peneliti juga menjalin hubungan yang baik (rapport) dengan subjek penelitian yang akan diwawancarai. Mengingat pentingnya hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian maka seorang peneliti harus bersedia mengorbankan sebagian waktu wawancara untuk membangun rapport terlebih dahulu dengan pihak yang akan diwawancarai. 3.4.3 Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan salah satu yang dapat dilakukan penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subyek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek yang bersakutan (Herdiansyah, 2014). Pada penelitian ini, peneliti turut mendokumentasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan fokus penelitian yang dikaji. Adapun bentuk dokumentasi tak resmi berupa foto dan video, sedangkan dokumen resmi berupa KTM dan buku perkawinan. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini, menurut Miles & Huberman terdiri atas empat tahapan yaitu (Herdiansyah, 2014) : 3.5.1 Pengumpuan Data Proses pengumpulan data dilakuakn sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan diakhir penelitian. Dalam pengumpulan data terdapat studi pre-
  • 61. 48 elimenary untuk pembuktian bahwasanya fenomena yang diteliti itu benar ada. Pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berbentuk konsep. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup tahap selanjutnya adalah melakukn reduksi data. 3.5.2 Reduksi Data Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang sesuai dengan formatnya masing-masing. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi verbatim. Hasil observasi akan dijadikan tabel observasi. Dan hasil dokumentasi diformat menjadi skrip dokumentasi. 3.5.3 Display Data Setelah semua data diformat berdasarkan metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi) dan telah berbentuk tulisan (sript) maka langkah selanjutnya adalah mendisplay-kan data. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3.5.4 Kesimpualn/Verifikasi Pada kesimpulan akan menjawab dari pertanyaan penelitian dan mengungkap what dan how dari temuan penelitian tersebut. Langkah yang dilakuakn adalah menjawab pertanyaan berdasrkan faktor dan aspek dalam penelitian. Dan terakhir membuat kesimpulan dari temua dan hasil penelitian dengn memberikan penjelasan simpulan.
  • 62. 49 3.6 Keabsahan Data Penelitian 3.6.1 Trianggulasi Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah data trianggulation, dikarenakan penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang lebih dari satu, yaitu observasi ditambah dengan wawancara lalu di lengkapi pula dengan pengambilan data dokumentasi. Data triangulation sendiri adalah penggunaan lebih dari satu metode pengumpulan data dalam kasus tunggal. Karena sifat penelitian kualitatif yang dinamis, penggunaan data triangulation dianjurkan dalam penelitian kualitatif (Herdriansyah, 2014). Beberapa macam triangulasi data sendiri menurut Denzin yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori ada beberapa macam yaitu (Moloeng, 2004) : 1. Triangulasi Sumber (data) Triangulasi ini membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif. 2. Triangulasi Metode Triangulasi ini menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3. Triangulasi Peneliti: Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Contohnya membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya. 4. Triangulasi Teori
  • 63. 50 Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat dilakukan, dalam hal ini dinamakan penjelasan banding. Dari empat macam teknik triangulasi diatas, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode untuk menguji keabsahan data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan keempat triangulasi, yaitu triangulasi metode yang dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda, peneliti menggunakan wawancara dan observasi untuk mengecek kebenarannya, selain itu menggunakan informan tambahan jika ada data yang masih diragukan. Kemudian triangulasi sumber dilakukan dengan cara menggunakan observasi terlibat seperti dokumen tertulis, arsip, tulisan pribadi, gambar atau foto.Triangulasi teori digunakan saat pembahasan, dan triangulasi peneliti dilakukan dengan cara membandingkan pemikiran atau ide peneliti dengan dosen pembimbing. 3.6.3 Pengecekan Ulang Prosedur cek ulang merupakan teknik yang efektif dalam melihat reliabilitas dan temuan. Dalm pengecekan ulang dikenal istilah verifikasi yang merupakan suatu proses pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh narasumber sesuai dengan situasi yang ditemukan dilapangan. Pengecekan ulang adalah, proses pengecekan data dari subyek yang diperoleh peneliti. Pengecekan ulang biasanya dilakukan pada pertengahan peneleitian atau
  • 64. 51 diakhir penelitian. Tujuan pengecekan ulang adalah untuk meminimalisasi kesalahan dan memastikan apakah semua tahapan yang dilakukan sudah berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan (Herdiansyah, 2010). Dalam wawancara peneliti harus melakukan review dari verbatim wawancara. Ketika me-review verbatim tersebut, tiba-tiba peneliti menemukan hal penting yang terlewatkan dan perlu digali lagi maka diperlukan adanya pengecekan ulang. Ketika melakukan cek ulang situasi dan kondisinya terkadang tidaklah mudah. Dan respon subyek pun sedikit tidak sama dengan sebelumnya. Hal ini perlu di klarifikasi dari subyek antara responnya sekarang dengan respon terdahulu lalu dicari yang lebih sesuai. Dalam pengecekan ulang terdapat kriteria-kriteria standar yang bisa digunakan untuk memeriksa keabsahan data penelitian kualitatif diantaranya (Tokan, 2016) : 1. Derajat kepercayaan (kredibilitas) Artinya data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh oleh berbagai sumber. 2. Derajat keteralihan (transferabilitas) Artinya data diperiksa dari sumber data yang berkembang dilapangan. 3. Kebergantungan (dependabilitas) Artinya data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan kelengkapan observasi dan wawancara. 4. Kepastian data (konfrmasi) Artinya dilakuakn pengecekan ulang dan melihat kejadian yang sama dilokasi yang sama.
  • 65. 52
  • 66. 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 4.1.1. Sejarah UIN Raden Fatah Palembang Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Fatah Palembang diresmikan pada tanggal 13 Nopember 1964 di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1964 tanggal 22 Oktober 1964. Asal– usul berdirinya IAIN Raden Fatah erat kaitannya dengan keberadaan lembaga – lembaga pendidikan tinggi agama Islam yang ada di Sumatera Selatan dengan IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta. Cikal bakal IAIN awalnya digagas oleh tiga orang ulama, yaitu K.H.A. Rasyid sidik, K.H. Husin Abdul Mu’in dan K.H. Siddik Adim pada saat berlangsung muktamar Ulama se Indonesia di Palembang tahun 1957. Gagasan tersebut mendapat sambutan luas baik dari pemerintah maupun peserta muktamar. Pada hari terakhir muktamar , tanggal 11 September 1957 dilakukan peresmian pendirian Fakultas Hukum Islam dan pengetahuan Masyarakat yang diketuai oleh K.H. A. Gani Sindang Muchtar Effendi sebagai Sekretaris. Setahun kemudian dibentuk Yayasan Perguruan Tinggi Islam Sumatra Selatan (Akte Notaris No. 49 Tanggal 16 Juli 1958) yang pengurusnnya terdiri dari Pejabat Pemerintah, ulama dan tokoh- tokoh masyarakat. Pada tahun 1975 s.d tahun 1995 IAIN Raden Fatah memiliki 5 Fakultas, tiga Fakultas di Palembang, yaitu Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin; dan dua Fakultas di Bengkulu., yaitu Fakultas
  • 67. 53 Ushuluddin di Curup dan Fakultas Syariah di Bengkulu. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya pengembangan kelembagaan perguruan tinggi agama Islam, maka pada tanggal 30 juni 1997, yang masing- masing ke dua Fakultas di tingkatkan statusnya menjadi sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yaitu STAIN Curup dan STAIN Bengkulu. Dalam perkembangan berikutnya IAIN Raden Fatah membuka dua Fakultas baru, yaitu Fakultas Adab dan Fakultas Dakwah berdasarkan Surat keputusan Menteri Agama R.I Nomor 103 tahun 1998 tanggal 27 Februari 1998. Cikal bakal Fakultas Adab dimulai dari pembukaan dan penerimaan mahasiswa Program Studi ( Prodi ) Bahasa dan Sastra Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam pada tahun Akademik 1995/1996. Pendirian Program Pascasarjana pada tahun 2000 mengukuhkan IAIN Raden Fatah sebagai institusi pendidikan yang memiliki komitmen terhadap pencerahan masyarakat akademis yang selalu berkeinginan untuk terus menimba dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner. Akhirnya melalui perjuangan yang panjang dari seluruh sivitas akademika UIN dan tokoh masyarakat Sumsel, pada tahun 2014 melalui Perpres No. 129 Tahun 2014 tentang Perubahan IAIN Raden Fatah Palembang Menjadi UIN Raden Fatah Palembang menjadi sejarah tranformasi lembaga dari IAIN menjadi UIN. Perubahan ini tentunya menjadi kompas dan arah serta menjadi agenda strategis bagi pengembangan UIN Raden Fatah Palembang di masa-masa mendatang. (http://radentafatah.ac.id).
  • 68. 54 4.1.2 Identitas Uin Raden Fatah Palembang A. Data Universitas Nama Universitas : Universitas Islam Negri (UIN) Raden Fatah Palembang Alamat : Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri Km 3,5 Paelmbang Sumatera Selatan, 30126 Indonesia No. Telp : 0711-354668 Email : uin@radenfatah.ac.id Website : http://radentafatah.ac.id B. Data Pimpinan Universitas Rektor : Prof. Drs. H. Sirozi , MA.Ph.D Wakil Rektor I : Dr. Ismail Sukardi, M.Ag Wakil Rektor II : Dr. Zainal Berlian, MM, DBA Wakil Rektir III : Dr. Rr. Rina Asntasari, M.Hum 4.1.3 Tujuan Pendidikan Uin Raden Fatah Palembang Adapun tujuan UIN Raden Fatah Palembang ialah sebagai berikut: 1. Memberikan akses pendidikan yang lebih besar kepadamasyarakat, dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pendidikan. 2. Menghasilkan sumber daya manusia yangkompetitif, profesional, terampil, berakhlakul karimah, dan berintegritas. 3. Menghasilkan karya-karya akdemik yang bermanfaat bagi peningkatan kulaitas hidup masyarakat. 4.1.4 Visi dan Misi Uin Raden Fatah Palembang Visi UIN Raden Fatah Palembang ialah sebagai berikut:
  • 69. 55 1. Melahirkan Sarjana Dan Komunitas Akademik Yang Berkomitmen Pada Mutu, Keberagamaan, Dan Cendikiawan. 2. Mengembangkan Kegiatan Tri Dharma Yang Sejalan Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Relevan Dengn Kebutuhan Bangsa, Dan Berbasis Pada Keilmuan Islam Yang Integralistik. 3. Mengembangkan tradisi akademik yang universal, jujur, objektif dan bertanggung jawab. 4.2 Persiapan Penelitian Penelitian dimulai dengan mempersiapkan administrasi terlebih dahulu. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memiliki izin persetujuan dari pembimbing satu dan dua utuk melaksanakn penelitian. Untuk administrasi surat izin penelitian, peneliti telah melengkapi syarat yang telah ditentukan oleh pihak Fakultas Psikologi dalah hal ini pembuatan suratizin penelitian yang dikeluarkan oleh dekan fakultas psikologi dengan nomor: B- 1069/Un.09/IX/PP.09/09/2019 yang ditujukkan pada Rektor UIN Raden Fatah Palembang. Kemudian surat izin tersebut memiliki tembusan pada Kaprodi Psikologi Islam Fakultas Psikologi, mahasiswa yang bersangkutan dan arsip Fakultas Psikologi. Setelah penulis mendapatkan izin dari Rektor UIN Raden Fatah Palembang, barulah penulis mendapatkan izin untuk melakukan penelitian. 4.3 Pelaksaan Penelitian 4.3.1 Tahap Pelaksanan Penelitian ini terdiri dari tahap-tahapan, yaitu studi pendahuluan dan tahap penelitian. Studi pendahuluan telah dilaksanakan oleh peneliti pada awal bulan April, peneliti langsung menemui subyek penelitian dan
  • 70. 56 melakukan observasi pada mahasiswa di kampus UIN Raden Fatah Palembang. Tahap penelitian sendiri terdiri dari observasi dan wawancara. Observasi penelitian dan wawancara penelitian dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 April 2018 sampai dengan 22 November 2018. Subyek penelitian ini adalah empat orang mahasiswa yang telah menikah dari empat masing-masing fakultas yaitu fakultas psikologi, fakultas syariah, fakultas tarbiyah, dan fakultas febi. Proses pengambilan data penlitian tergantung pada situasi di lapangan dengan tetap mengutamakan kondisi dari subyek yang sedang tidak sibuk dan tidak ada pekerjaan, wawancara juga dilakukan atas jadwal yang tealh disepakati antara peneliti dan subyek. Tahapan tahapan kegiatan peneliti sebagai berikut; a. Meminta persetujuan kepada subyek dengan mengisi informed consen sebagai bentuk kesediaan subyek untuk observasi dan wawancara demi memenuhi kebutuhan data yang akan diambil. b. Membangun hubungan baik atau rapport kepada subyek. c. Mempersiappkan pedoman wawancara sebelum melakuakn wawancara. d. Mengatur janji kepada subyek untuk melakukan wawncara. e. Merahasiakan data yang diperoleh pada saat penelitian sehingga kerahasiaan subyek tetap terjaga. 4.3.2 Tahap pengelolaan data Tahap pengolahan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik analisis data. Deskripsi temuan
  • 71. 57 tema tema hasil penelitian penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang akan dijabarkan dalam kerangka pikir yang runtut, dengan tujuan untuk mempermudah memahami penyesuaian perkawinan pada mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang. 4.4 Hasil Temuan Penelitian 4.4.1 Hasil Observasi Subyek Bedasarkan hasil observasi terhadap subyek ketika pengambilan data wawancara, ditemukan beberapa gerak- gerik subyek kemudian peneliti rangkum sebagai berikut: a. Subyek AP (Fakultas Psikologi) Pada observasi pertama tanggal 08 April 2019, peneliti menemui subyek di UIN Raden Fatah Palembang. Subyek AP dari fakultas Psikologi yang menumpuh pendidikan di UIN Raden Fatah Palembang pada tahun 2014. Subyek saat ini berusia 23 tahun perawakan subyek terlihat tidak terlalu kurus dengan berat badan 55 kg dan tinggi 158 cm. Pada saat observasi, subyek sedang duduk bersama teman-temannya yang lain di kelas pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Karena merasa ruangan sedikit berisik subyek akhirnya mengajak untuk duduk di kursi yang lain dengan space 5 kursi kosong. Peneliti dan subyek pun duduk berhadapan di dekat jendela kelas pascasarjana. Saat itu subyek menggunakan baju tunicberwara merah maroon dengan celana cream, jilbab segi empat berwarna cream bunga-bunga pink, tas coklat garis-garis, dan sepatu flat coklat. Dalam berbicara subyek memiliki volume yang sedang-sedang saja dan terkadang suara subyek tenggelam oleh suara tawa teman-teman lainnya dikelas. Pada saat berbicara subyek sesekali melihat
  • 72. 58 kearah luar jendela dan beridir memperbaiki posisi jendela agar lebih terbuka lebar, kemudian kembali duduk. Sepanajng wawancara subyek tersenyum dan terkadang tertawa kecil, dengan sesekali membenarkan posisi pada bagian jilbabnya yang lain. Pada observasi kedua wawancara sudah di lakukan pada tanggal 29 Agustus 2019 hari Kamis pukul setengah sebelas siang saat itu subyek sedang berada di masjid menunggu jadwal untuk bimbingan. Sebelumnya subyek dan peneliti telah membuat janji terlebih dahulu. Saat itu subyek datang bersama suami yang duduk di sebelahnya. Subyek berbicara dengan nada yang ramah. Tak lama berbincang, suami subyek kemudian pulang meninggalkan kami berdua. Wawancara pertama dimulai. Beberapa pertanyaan di jawab subyek secara spontan, namun beberapa pertanyaan lainnya mengenai hal-hal sexualitas nampak subyek sedang memilah kata-kata yang pas untuk di ucapkannya. Pada observasi ke tiga peneliti menemui subyek kembali untuk meminta wawancara dan melengkapi data- data yang kurang. Observasi ke tiga di lakukan pada tanggal 02 September 2019 hari senin pukul setengah sebelas siang di kampus UIN Raden Fatah Palembang. Dalam memulai wawancara subyek terlihat lebih lama dalam menjawab hampir setengah dari pertanyaan. Namun jawaban subyek kali ini lebih panjang dan lama dibanding pada saat wawancara satu. Hal ini membuat data semakin lengkap. b. Subyek VW (FEBI) Pada observasi pertama tanggal 08 April 2019 subyek berinisial VW merupakan salah satu mahasiswa dari
  • 73. 59 fakultas Ekonomi & Bisnis Islam jurusan Perbangkan Syariah. Pertama kali diwawancara di rumah subyek, dengan kesepakatan waktu yang telah dibuat sebelumnya. Subyek berumur 26 tahun, memiliki tinggi badan 175 cm dengan berat badan 80 kg. Pada saat diwawancarai subyek mengajak istrinya yang sembari menggendong anak mereka yang berumur 9 bulan. Subyek saat itu menggunakan sarung coklat kotak-kotak dengan baju kaos putih biasa dan kacamata persegi kecil. Pada observasi kedua 31 Agustus 2019 hari sabtu pukul setengah sembila pagi. Observasi di lakukan pada hari sabtu saat subyek sedang libur bekerja dan di pagi hari sebelum subyek pergi mengunjungi mertuanya. Observasi dan wawancara di lakukan di rumah subyek di perumnas talang kelapa. Subyek menjawab pertanyaan dengan sangat santai dan apa adanya, terkadang subyek menjawab pertanyaan dengan sambil membalas pesan di handphone. Pada observasi ke tiga dilakukan pada lokasi dan waktu yang sama, minggu tanggal 1 September 2019. Saat itu subyek sedang libur bekerja dan tidak menginap di rumah mertuanya. Saat observasi di lakukan subyek menggunakan kaos putih dan celana pendek satu jari di bawah dengkul. Terlihat subyek baru selesai sarapan bersama istri dan anaknya. Istrinya yang ramah menawarkan untuk sarapan bersama, namun untuk mempersingkat waktu peneliti memilih untuk langsung bertanya tentang kesediaan subyek untuk kembali di wawancara. Saat wawancara berlangsung, subyek menjawab dengan sembari mengunyah gorengan yang di buat oleh istrinya. Jawaban yang di berikan subyek lebih singkat di banding jawaban pada wawancara sebelumnya,