1. ETIK BIOMEDIS & APLIKASINYA DALAM
PRAKTIK KEBIDANAN
DISAJIKAN OLEH KELOMPOK 5:
Dewi Aprilia
Fritri rinawati
Lilis Sumiati
Risna Fitriani
Irma Suryani
Alif alia rahayu
Fudji astuti
Ririn lestrai
Fransisca retno w
Anita Mega F
Fudji astuti
Ririn lestrai
Fransisca retno w
Anita Mega F
Noviana
2. CASE 1
An. Raffles. di Rumah Sakit X ( Sukabumi ) umur 1 tahun 6 bulan pada tanggal 11 Juni 2022, pasien di rawat
di ruangan Mawar dengan diagnosa Kejang demam. Dokter memberikan instruksi untuk diberikan obat
anti kejang pentoin secara infus dengan tujuan mencegah kembali pasien kejang . Perawat yang baru
bertugas tanpa melihat catatan petugas perawat sebelumnya, langsung melepas infus. beberapa menit
setelah infus dilepas, pasien mengalami kejang-kejang sampai tidak sadarkan diri. Segera keluarga pasien
melaporkan kejadian ini.
3. ANALISIS KASUS
• Kasus diatas merupakan salah satu contoh kelalaian tenaga Kesehatan dalam pelayanan kesehatan sehari-hari.
Tindakan yang dilakukan perawat telah mengabaikan prinsip fundamental etika biomedis yaitu ; prinsip tidak
merugikan pasien. Pada konteks ini tindakan yang dilakukan oleh perawat tidak memperhatikan aspek patient
safety/keselamatan pasien sehingga berpotensi untuk merugikan pasien. Didalam kasus ini perawat juga tidak
menjalankan prinsip yang benar dalam pemberian obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan
kepada pasien sesuai atau tidak dengan intruksi dokter. Disamping itu terkait dengan hal ini perawat tidak
mengaplikasikan konsep patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahannya pasien mengalami kejang
kembali, tentu hal ini sangat membahayakan, bahkan dengan pasien tidak sadarkan diri sudah terjadi kelainan di
jalan nafasnya, atau pasien bisa mengalami kematian secara mendadak.
4. • Pada dasarnya, setiap rumah sakit tentu telah memiliki SOP yang harus dipatuhi oleh semua
anggotanya, salah satunya adalah serah terima pasien. Yaitu dimana saat pergantian jam dinas
semua perawat diwajibkan mengikuti sesi laporan harian (serah terima) yang disampaikan oleh
petugas sebelumnya, dengan mengikuti sesi tersebut, petugas yang akan bertugas
mendapatkan berita tentang kondisi semua pasien yang dirawat dan rencana baru sesuai
instruksi kerja yang terakhir diberikan oleh dokter
• Pada kasus diatas perawat telah mengabaikan SOP yang ada sehingg aberpotensi merugikan
pasien. Untuk menghindari terjadinya kasus yg serupa maka pihak RS sebaiknya memberikan
sanksi sesuai peraturan yg berlaku di RS tersebut missal dengan melakukan pembinaan dg
mekanisme yang telah diatur sebelumnya.
ANALISIS KASUS
6. ANALISIS KASUS
• Perkembangan ilmu & teknologi merupakan fakta yang tidak dapat dielakkan dari kehidupan
manusia, termasuk dalam lingkup profesi kebidanan. Namun, sebagaimana yang telah kita
ketahui, ibarat 2 mata pisau, bahwa perkembangan ini seharusnya dapat disikapi dengan bijak
dan penuh kehati-hatian karena pesatnya kemajuan teknologi tentu saja memiliki konsekuensi
atau dampak bagi penggunanya.
• Saat ini berbagai macam platform medis sosial sangat mudah untuk diakses oleh siapapun.
Masifnya penggunaan medsos seringkali tidak diimbangi dg etika bermedsos sehingga
mengaburkan batasan2/privasi penggunanya seperti yang terjadi pada video.
• Kasus diatas mengandung refleksi etis yang menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana
profesionalisme bidan dalam menjalannya tugasnya bukan dari segi keilmuan atau skill2
tertentu tetapi mengenai nilai-nilai, etika dan tanggung jawan bidan kepada pasiennya.
7. Dalam praktik kebidanan, etik biomedis dijabarkan dalam kode etik kebidanan pada
standar profesi bidan sebagaimana tertuang dalam Kepmenkes no 320 tahun 2020,
dimana etiko legal & keselamatan pasien menjadi area kompetensi pertama yang harus
dikuasai oleh seorang Bidan.
Pada potongan video diatas, diperoleh “kesan” bahwa bidan telah mengabaikan nilai-
nilai penting yg seharusnya diperhatikan saat menjalankan praktik kebidanan yaitu tidak
menjaga privasi pasien dan kurang berempati terhadap situasi pasien di saat itu. Pada
dasarnya, setiap fasyankes memiliki peraturan internal termasuk di dalamnya yang
mengatur tentang ketentuan-ketentuan pengambilan gambar/video di rumah sakit.
Pengambilan foto/video seharusnya tidak boleh melanggar privasi pasien, keluarga
pasien maupun petugas rumah sakit. Namun, pada konteks kasus di atas, ketika video
diposting di media sosial dan dapat dilihat oleh semua orang maka hal ini tentu saja akan
menimbulkan multipretasi dan berbagai spekulasi. Sikap yang kurang hati-hati ini tentu
saja dapat mencederai profesi bidan secara umum.
8. Maraknya kasus-kasus etik bidan yang ada di media sosial seharusnya dapat kita sikapi
dengan baik. hal ini tentu saja memerlukan kerjasama berbagai pihak mengingat
proses membangun nilai-nilai etik dan profesionalisme bidan bukan merupakan
keilmuan yang hanya bisa diperoleh dari textbook maupun jurnal-jurnal ilmiah.
Internalisasasi nilai-nilai etik dan profesionalisme sebaiknya dimulai dari Pendidikan,
muatan kurikulum yang hanya terfokus pada sains tentu belum dapat mengakomodir
kebutuhan untuk membangun nilai-nilai profesionalisme karena pembentukan nilai-
nilai ini merupakan proses yang panjang, mulai dari diajarkan, dibiasakan, dilatih
secara konsisten, hingga menjadi kebiasaan, karakter lalu tanpa disadari menjadi
budaya yang melekat pada profesi bidan dalam menjalankan prakteknya.
9. Untuk itu, dalam tatanan lingkungan kerja, nilai-nilai ini seharusnya juga bisa
diformulasikan dalam bentuk SOP yang kemudian menjadi acuan bagi setiap bidan
yang berada di lingkungan tersebut. Selain itu adanya role modelling dari bidan-bidan
senior dalam mengaplikan nilai-nilai etis sangat penting dalam proses pembeljaaran
baik untuk mahasiswa yang sedang praktik maupun bidan-bidan junior yang baru
bergabung. Karena pada dasarnya individu akan melakukan pembelajaran/menyerap
nilai-nilai dengan meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya terutama perilaku-
perilaku orang lain yang dalam konteks ini seniornya.
Selain itu, organisasi profesi juga mmeiliki peranan sentral untuk membangun nilai-
nilai anggotanya. Adanya sosialisasi maupun pembinaan secara kontinyu sangat
diperlukan untuk memupuk nilai-nilai etik dan marwah bidan pada anggotanya