SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
KEPERAWATAN KRITIS
Ventilator Mekanik
Kelompok 1
A.C Aldo Setiawan (142012018001)
Alda Puspitasari (142012018002)
Aziz Muhammad Yusuf (142012018006)
Delima Romadona (142012018008)
Dewi Yunita (142012018010)
Laili Zahro (142012018017)
Marliana Aulia Sari (142012018020)
Yuni Wulandari (142012018046)
Pendahuluan
 Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk
menunjang fungsi pernapasan yang normal dengan mengembangkan paru dan
memberikan oksigen sehingga dapat mempertahankan fungsi paru (Tabrani,
2010).
 Ventilasi mekanik merupakan upaya untuk membantu atau menggantikan
napas spontan pada seseorang. Memberikan penatalaksanaan pada pasien
dengan ventilasi mekanik dapat dilakukan antara lain pada: unit perawatan
kritis, medikal bedah umum, bahkan di rumah. Ventilasi mekanik ini dapat
disalurkan melalui suatu alat, yaitu ventilator, atau dapat dibantu pula oleh
seorang asisten dengan mengompresi bag atau set of bellows. Ventilasi
mekanik merupakan teknologi yang dapat bersifat menyelamatkan kehidupan,
namun apabila dipergunakan secara kurang tepat, maka teknologi ini dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Ventilasi Mekanik
 Definisi Ventilasi Mekanik dan Ventilator
 Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen
dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-
paru (Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang
lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
 Indikasi Ventilasi Mekanik
 Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk memberikan
bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik
berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya.
Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada
tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut
merupakan indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).
 Tujuan Ventilasi Mekanik
 Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk
kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor
oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Tujuan fisiologis meliputi membantu pertukaran gas kardio-
pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru
akhir ekspirasi dan kapasitas residu fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan.
Jenis-jenis Ventilasi Mekanik
 Ventilator tekanan negatif
 Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “paru-paru besi”.
Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif didapat untuk
memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan negatif jangka-pendek
intermiten (VTNI) telah digunakan pada penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
untuk memperbaiki gagal nafas hiperkapnik berat dengan memperbaiki fungsi
diafragma (Hudak & Gallo, 2010).
 Ventilator tekanan negatif menggunakan tekanan negatif pada dada luar.
Penurunan tekanan intrathorak selama inspirasi menyebabkan udara mengalir ke
dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilator ini sama dengan
ventilasi spontan. Ventilator tekanan negatif mudah digunakan dan tidak
memerlukan intubasi jalan nafas (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Ventilator ini dapat digerakkan dan dipasang seperti rumah kura-kura, bentuk
kubah diatas dada dengan menghubungkan kubah ke generator tekanan negatif.
Ventilator tekanan positif
 Pressure-Cycled
 Ventilator pressure-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila tekanan
praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Ignatavicius &
Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Pada titik tekanan
ini, katup inspirasi tertutup dan ekshalasi terjadi dengan pasif. Ini berarti
bahwa bila komplain atau tahanan paru pasien terhadap perubahan aliran,
volume udara yang diberikan berubah (Hudak & Gallo, 2010).
 Perawat harus sering memonitor tekanan inspirasi, kecepatan, dan volume
tidal (VT) ekshalasi untuk meyakinkan ventilasi menit yang adekuat dan untuk
mendeteksi berbagai perubahan pada komplain dan tahanan paru. Pada
pasien yang status parunya tak stabil, penggunaan ventilator tekanan tidak
dianjurkan. Namun pada pasien komplain parunya sangat stabil, ventilator
tekanan adekuat dan dapat digunakan sebagai alat penyapihan pada pasien
terpilih
 Time-Cycled
 Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada waktu
praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008). Waktu ekspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah nafas per menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2
(Hudak & Gallo, 2010). Kebanyakan ventilator memiliki suatu kontrol
kecepatan yang menentukan kecepatan respirasi, tetapi siklus waktu yang
murni jarang digunakan pada pasien dewasa. Ventilator tersebut digunakan
pada bayi baru lahir dan infant
 Volume-Cycled
 Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit kritis saat ini
(Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Prinsip dasar
ventilator ini adalah bila volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien,
inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan (VT) ke paru
pasien pada kecepatan pengesetan. Keuntungan ventilator volume adalah
perubahan pada komplain paru pasien, memberikan VT konsisten (Hudak &
Gallo, 2010). Volume udara yang dihantarkan oleh ventilator dari satu
pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif konstan, sehingga pernafasan
adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
Mode-mode Ventilasi Mekanik
 Control mode ventilation
 Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu
antisipasi jumlah dan volume pernafasan setiap menit (Chulay &
Burns, 2006). Pada mode control, ventilator mengontrol pasien.
Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat
menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo,
2010).
 Assist Mode
 Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT
yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak
diberikan (Hudak & Gallo, 2010). Kesulitannya buruknya faktor pendukung
“lack of back-up” bila pasien menjadi apnea model ini kemudian dirubah
menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
 Model ACV (Assist Control Ventilation)
 Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode yang
dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal
untuk inspirasi maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control
mode) dan mempreset kepada volume tidal (Rab, 2007). Ini menjamin bahwa
pasien tidak pernah berhenti bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode
assist control, semua pernafasan-apakah dipicu oleh pasien atau diberikan pada
frekuensi yang ditentukan-pada VT yang sama (Hudak & Gallo, 2010). Assist
control ventilation sering digunakan saat awal pasien diintubasi (karena menit
ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh pasien), untuk dukungan
ventilasi jangka pendek misalnya setelah anastesi, dan sebagai dukungan
ventilasi ketika dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan
 Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
 IMV dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya sebagian,
merupakan kombinasi periode assist control dengan periode ketika pasien
bernafas spontan (Marino, 2007). Mode IMV memungkinkan ventilasi
mandatori intermiten. Seperti pada mode kontrol frekuensi dan VT praset. Bila
pasien mengharapkan untuk bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat
melakukannya. Namun tidak seperti pada mode assist control, berapapun
pernafasan dapat diambil melalui sirkuit ventilator
 Pressure-Controlled Ventilation (PCV)
 PCV menggunakan suatu tekanan konstan untuk mengembangkan paru-paru.
Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi bisa bervariasi. Akan
tetapi, ada ketertarikan kepada PCV karena risiko injuri paru-paru yang
disebabkan oleh pemasangan ventilasi mekanik lebih rendah (Marino, 2006).
Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang
Ventilasi Mekanik Jumlah dan tekanan udara yang
diberian kepada klien diatur oleh ventilator
 (Smith-Temple & Johnson, 2011):
 Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas, yang
diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat ditingkatkan
sampai15 ml/kg
 Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal biasanya10 kali
dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
 Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2): persentase
oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki FiO2 21%. Pengaturan
awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya dalam rentang 50% sampai 65%.
Dapat diberikan sampai 100%, tetapi FiO2 lebih dari 50% dihubungkan dengan
toksisitas oksigen.
 PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli tetap
terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis. Pengaturan PEEP awal biasanya
adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti
sindrom gawat nafas pada orang dewasa (ARDS).
Komplikasi Ventilasi mekanik
 Komplikasi jalan nafas
 Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang ventilator,
penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat menyebabkan
infeksi pada paru-paru (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Aspirasi dapat
terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah intubasi
dapat diminimalkan dengan mengamankan selang, mempertahankan manset
mengembang, dan melakukan suksion oral dan selang kontinyu secara adekuat
(Hudak & Gallo, 2010).
Masalah selang endotrakeal
 Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan
etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk
kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010). Beberapa derajat
kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama.
 Masalah mekanis
 Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4
jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT
tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset,
selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya
disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme
berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak &
Gallo, 2010).
 Penurunan curah jantung
 Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali
dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan
menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi
gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah dan
nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
 Peningkatan IAP
 Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke atas.
Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan
dalam hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan
intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob, Knuesel,
Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012),
didapatkan bahwa ventilasi mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi
independen untuk terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang
terpasang ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat
dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien mendapatkan PEEP
walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain yang jelas untuk terjadinya
IAH.
Penyapihan Ventilasi Mekanik
 Melepaskan ventilator ke pernafasan spontan (penyapihan) sering
menimbulkan kesulitan pada ICU yang disebabkan oleh karena faktor
fisiologis dan psikologis. Hal ini memerlukan kerja sama dari pasien, perawat,
ahli respirasi, dan dokter (Rab, 2007). Penyapihan merupakan pengurangan
secara bertahap penggunaan ventilasi mekanik dan mengembalikan ke nafas
spontan. Penyapihan dimulai hanya setelah proses-proses dasar yang dibantu
oleh ventilator sudah terkoreksi dan kestabilan kondisi pasien sudah tercapai
 Menyapih pasien dari ketergantungan pada ventilator terjadi dalam tiga
tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari (1) ventilator, (2) selang, dan (3)
oksigen. Penyapihan dari ventilasi mekanik dilakukan pada waktu sedini
mungkin, konsisten dengan keselamatan pasien. Penting artinya bahwa
keputusan dibuat atas dasar fisiologi ketimbang sudut pandang mekanis.
Pemahaman yang menyeluruh tentang status klinis pasien diperlukan dalam
membuat keputusan ini
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to VENTILASI MECANIK

Setting awal venti untuk tentiran.pdf
Setting awal venti untuk tentiran.pdfSetting awal venti untuk tentiran.pdf
Setting awal venti untuk tentiran.pdfIvanVeriswan
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxStefanusKiky
 
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptx
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptxBASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptx
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptxAriniSabila6
 
Ventilator paul
Ventilator paulVentilator paul
Ventilator paulPaulus M.
 
fisioterapi WSD.docx
fisioterapi WSD.docxfisioterapi WSD.docx
fisioterapi WSD.docxHerlina84837
 
Mode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasiMode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasiHilda Lamtia
 
303816350 prinsip-dasar-ventilator
303816350 prinsip-dasar-ventilator303816350 prinsip-dasar-ventilator
303816350 prinsip-dasar-ventilatorTianAlyasin
 
Analisis jurnal cpr
Analisis jurnal cprAnalisis jurnal cpr
Analisis jurnal cprLiaa Noviana
 
Basic life support
Basic life supportBasic life support
Basic life supportArmy Of God
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Sabam Simanjuntak
 
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxR5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxDimasSevanto
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Ventilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriVentilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriGunk Arie'sti
 
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRahmaFitri14
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptMelvinFebrianto2
 
Ventilator mekanik
Ventilator mekanikVentilator mekanik
Ventilator mekanikDalia Novi
 

Similar to VENTILASI MECANIK (20)

Algoritma acls
Algoritma aclsAlgoritma acls
Algoritma acls
 
Setting awal venti untuk tentiran.pdf
Setting awal venti untuk tentiran.pdfSetting awal venti untuk tentiran.pdf
Setting awal venti untuk tentiran.pdf
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptx
 
Bab ii bamss
Bab ii bamssBab ii bamss
Bab ii bamss
 
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptx
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptxBASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptx
BASIC MECHANICAL VENTILATOR.pptx
 
Ventilator paul
Ventilator paulVentilator paul
Ventilator paul
 
fisioterapi WSD.docx
fisioterapi WSD.docxfisioterapi WSD.docx
fisioterapi WSD.docx
 
Mode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasiMode bantuan ventilasi
Mode bantuan ventilasi
 
303816350 prinsip-dasar-ventilator
303816350 prinsip-dasar-ventilator303816350 prinsip-dasar-ventilator
303816350 prinsip-dasar-ventilator
 
Analisis jurnal cpr
Analisis jurnal cprAnalisis jurnal cpr
Analisis jurnal cpr
 
Basic life support
Basic life supportBasic life support
Basic life support
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
 
BHD BHL.ppt
BHD BHL.pptBHD BHL.ppt
BHD BHL.ppt
 
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxR5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Ventilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriVentilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatri
 
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
 
Ventilator mekanik
Ventilator mekanikVentilator mekanik
Ventilator mekanik
 
Rjpo
RjpoRjpo
Rjpo
 

Recently uploaded

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 

Recently uploaded (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 

VENTILASI MECANIK

  • 1. KEPERAWATAN KRITIS Ventilator Mekanik Kelompok 1 A.C Aldo Setiawan (142012018001) Alda Puspitasari (142012018002) Aziz Muhammad Yusuf (142012018006) Delima Romadona (142012018008) Dewi Yunita (142012018010) Laili Zahro (142012018017) Marliana Aulia Sari (142012018020) Yuni Wulandari (142012018046)
  • 2. Pendahuluan  Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menunjang fungsi pernapasan yang normal dengan mengembangkan paru dan memberikan oksigen sehingga dapat mempertahankan fungsi paru (Tabrani, 2010).  Ventilasi mekanik merupakan upaya untuk membantu atau menggantikan napas spontan pada seseorang. Memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan ventilasi mekanik dapat dilakukan antara lain pada: unit perawatan kritis, medikal bedah umum, bahkan di rumah. Ventilasi mekanik ini dapat disalurkan melalui suatu alat, yaitu ventilator, atau dapat dibantu pula oleh seorang asisten dengan mengompresi bag atau set of bellows. Ventilasi mekanik merupakan teknologi yang dapat bersifat menyelamatkan kehidupan, namun apabila dipergunakan secara kurang tepat, maka teknologi ini dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
  • 3. Ventilasi Mekanik  Definisi Ventilasi Mekanik dan Ventilator  Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru- paru (Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).  Indikasi Ventilasi Mekanik  Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).  Tujuan Ventilasi Mekanik  Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Tujuan fisiologis meliputi membantu pertukaran gas kardio- pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan.
  • 4. Jenis-jenis Ventilasi Mekanik  Ventilator tekanan negatif  Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “paru-paru besi”. Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif didapat untuk memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan negatif jangka-pendek intermiten (VTNI) telah digunakan pada penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) untuk memperbaiki gagal nafas hiperkapnik berat dengan memperbaiki fungsi diafragma (Hudak & Gallo, 2010).  Ventilator tekanan negatif menggunakan tekanan negatif pada dada luar. Penurunan tekanan intrathorak selama inspirasi menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilator ini sama dengan ventilasi spontan. Ventilator tekanan negatif mudah digunakan dan tidak memerlukan intubasi jalan nafas (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Ventilator ini dapat digerakkan dan dipasang seperti rumah kura-kura, bentuk kubah diatas dada dengan menghubungkan kubah ke generator tekanan negatif.
  • 5. Ventilator tekanan positif  Pressure-Cycled  Ventilator pressure-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekshalasi terjadi dengan pasif. Ini berarti bahwa bila komplain atau tahanan paru pasien terhadap perubahan aliran, volume udara yang diberikan berubah (Hudak & Gallo, 2010).  Perawat harus sering memonitor tekanan inspirasi, kecepatan, dan volume tidal (VT) ekshalasi untuk meyakinkan ventilasi menit yang adekuat dan untuk mendeteksi berbagai perubahan pada komplain dan tahanan paru. Pada pasien yang status parunya tak stabil, penggunaan ventilator tekanan tidak dianjurkan. Namun pada pasien komplain parunya sangat stabil, ventilator tekanan adekuat dan dapat digunakan sebagai alat penyapihan pada pasien terpilih
  • 6.  Time-Cycled  Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada waktu praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Waktu ekspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas per menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak & Gallo, 2010). Kebanyakan ventilator memiliki suatu kontrol kecepatan yang menentukan kecepatan respirasi, tetapi siklus waktu yang murni jarang digunakan pada pasien dewasa. Ventilator tersebut digunakan pada bayi baru lahir dan infant
  • 7.  Volume-Cycled  Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit kritis saat ini (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Prinsip dasar ventilator ini adalah bila volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien, inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan (VT) ke paru pasien pada kecepatan pengesetan. Keuntungan ventilator volume adalah perubahan pada komplain paru pasien, memberikan VT konsisten (Hudak & Gallo, 2010). Volume udara yang dihantarkan oleh ventilator dari satu pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif konstan, sehingga pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
  • 8. Mode-mode Ventilasi Mekanik  Control mode ventilation  Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu antisipasi jumlah dan volume pernafasan setiap menit (Chulay & Burns, 2006). Pada mode control, ventilator mengontrol pasien. Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo, 2010).
  • 9.  Assist Mode  Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010). Kesulitannya buruknya faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi apnea model ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
  • 10.  Model ACV (Assist Control Ventilation)  Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode yang dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada volume tidal (Rab, 2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak pernah berhenti bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode assist control, semua pernafasan-apakah dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi yang ditentukan-pada VT yang sama (Hudak & Gallo, 2010). Assist control ventilation sering digunakan saat awal pasien diintubasi (karena menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh pasien), untuk dukungan ventilasi jangka pendek misalnya setelah anastesi, dan sebagai dukungan ventilasi ketika dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan
  • 11.  Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)  IMV dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya sebagian, merupakan kombinasi periode assist control dengan periode ketika pasien bernafas spontan (Marino, 2007). Mode IMV memungkinkan ventilasi mandatori intermiten. Seperti pada mode kontrol frekuensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan untuk bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat melakukannya. Namun tidak seperti pada mode assist control, berapapun pernafasan dapat diambil melalui sirkuit ventilator
  • 12.  Pressure-Controlled Ventilation (PCV)  PCV menggunakan suatu tekanan konstan untuk mengembangkan paru-paru. Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi bisa bervariasi. Akan tetapi, ada ketertarikan kepada PCV karena risiko injuri paru-paru yang disebabkan oleh pemasangan ventilasi mekanik lebih rendah (Marino, 2006).
  • 13. Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator  (Smith-Temple & Johnson, 2011):  Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas, yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat ditingkatkan sampai15 ml/kg  Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal biasanya10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi klien.  Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2): persentase oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi FiO2 lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas oksigen.  PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis. Pengaturan PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas pada orang dewasa (ARDS).
  • 14. Komplikasi Ventilasi mekanik  Komplikasi jalan nafas  Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang ventilator, penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah intubasi dapat diminimalkan dengan mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan melakukan suksion oral dan selang kontinyu secara adekuat (Hudak & Gallo, 2010).
  • 15. Masalah selang endotrakeal  Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi. Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010). Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama.
  • 16.  Masalah mekanis  Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).
  • 17.  Penurunan curah jantung  Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
  • 18.  Peningkatan IAP  Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke atas. Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan dalam hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob, Knuesel, Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012), didapatkan bahwa ventilasi mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi independen untuk terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang terpasang ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien mendapatkan PEEP walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain yang jelas untuk terjadinya IAH.
  • 19. Penyapihan Ventilasi Mekanik  Melepaskan ventilator ke pernafasan spontan (penyapihan) sering menimbulkan kesulitan pada ICU yang disebabkan oleh karena faktor fisiologis dan psikologis. Hal ini memerlukan kerja sama dari pasien, perawat, ahli respirasi, dan dokter (Rab, 2007). Penyapihan merupakan pengurangan secara bertahap penggunaan ventilasi mekanik dan mengembalikan ke nafas spontan. Penyapihan dimulai hanya setelah proses-proses dasar yang dibantu oleh ventilator sudah terkoreksi dan kestabilan kondisi pasien sudah tercapai  Menyapih pasien dari ketergantungan pada ventilator terjadi dalam tiga tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari (1) ventilator, (2) selang, dan (3) oksigen. Penyapihan dari ventilasi mekanik dilakukan pada waktu sedini mungkin, konsisten dengan keselamatan pasien. Penting artinya bahwa keputusan dibuat atas dasar fisiologi ketimbang sudut pandang mekanis. Pemahaman yang menyeluruh tentang status klinis pasien diperlukan dalam membuat keputusan ini