Rehabilitasi medis memiliki peran penting dalam pencegahan dan manajemen atelektasis paru perioperatif. Tujuan rehabilitasi medis adalah meningkatkan fungsi pernapasan, mencegah kerusakan paru-paru lebih lanjut, dan mempercepat pemulihan. Intervensi dini dan pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai profesi kesehatan dapat mencegah dan mengelola kondisi ini dengan efektif.
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Rehabilitasi Medik Pada Atelektasis Paru Perioperatif
1. Rehabilitasi Medik Pada
Atelektasis Paru
Perioperatif
Supervisor:
Dr. dr. Th. Isye Mogi, Sp.KFR.K.R.(K), SH, M.Kes
dr. Masrianti, Sp.KFR.K.R.(K)
Residen:
dr. Kiki Stefanus
2. Pendahuluan
● Insiden atelektasis paru yang cukup tinggi terutama pasca bedah abdomen dan
toraks mencapai angka hingga 9-40%
● Rehabilitasi memegang peranan penting dalam pencegahan primer maupun
sekunder dan kuratif dari atelektasis paru perioperatif
● Rehabilitasi dimulai dari pra operasi sampai pascaoperasi
● Dengan intervensi rehabilitasi yang tepat dan pendekatan multidisiplin, diharapkan
angka morbiditas dan beban anggaran untuk perawatan atelektasis paru
pascaoperatif dapat ditekan
7. Atelektasis Perioperatif
Definisi: Atelektasis perioperatif mengacu pada kolaps atau kolaps parsial
jaringan paru-paru yang terjadi pada periode sekitar prosedur pembedahan.
Hal ini dapat terjadi selama induksi anestesi, intraoperatif, dan pada
periode pasca operasi
9. Obstruksi jalan napas
Nitrogen berfungsi
sebagai pengisi ruang
alveoli
Alveoli Kolaps
Penyumbatan saluran
nafas oleh sputum
Tekanan parsial
oksigen dan nitrogen
alveoli terus berkurang
Respon vasokonstriksi
dan inflamasi akibat
hipoksia
Peningkatan resistensi
jalan napas
Hipertensi Pulmonal
11. Faktor Resiko
Lokasi Pembedahan
Prosedur Bedah yang Lama
Imobilitas
Nyeri dan terbatasnya inspirasi
Penyakit paru paru yang sebelumnya sudah ada
Obesitas
Merokok
Usia yang semakin tua
Operasi paru paru sebelumnya
12. Diagnosa Atelektasis Perioperatif
Anamnesa
Sesak, batuk, nyeri dada, baru menjalani operasi, memiliki riwayat penyakit
paru paru
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Pola napas cepat dangkal, sianosis, gerak dada asimetris, deviasi
trakea
Palpasi: Penurunan ekspansi dada, penurunan vokal fremitus pada daerah
dengan atelektasis
Perkusi: Redup pada daerah atelektasis
Auskultasi: menurun sampai hilangnya suara napas
Single Breath Count Test
Tes ekspansi dada
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan (rontgen, CT scan, MRI), Pulmonary Function Test, Bronkoskopi,
AGD
19. Inspiratory Muscle Training
• Inspiratory Muscle Training (IMT) adalah bentuk latihan
yang secara khusus menargetkan dan memperkuat otot-
otot yang terlibat dalam proses inspirasi
• Tujuan utama IMT adalah untuk meningkatkan kekuatan,
daya tahan, dan efisiensi otot inspirasi, seperti diafragma
dan otot interkostal, untuk meningkatkan fungsi
pernapasan.
• Frekuensi 2-3x/minggu, durasi 10-30 menit setiap
sesinya
• Menggunakan alat Inspiratory Threshold Loading Device
dengan intensitas 60-80% dari tekanan inspirasi
maksimal
• Repetisi 6x dan 6 set setiap sesinya
21. Positioning
Jenis Posisi Efek yang menguntungkan dari posisi
Semi Fowler dan Fowler • Peningkatan Ekspansi Dada
• Mengurangi kompresi paru paru
• Mengurangi beban kerja pernapasan
• Mencegah aspirasi
Posisi lateral (Good Lung Down) • Meningkatkan matching perfusi
ventilasi dengan redistribusi
vaskularisasi
Posisi Prone • Meningkatkan matching perfusi
ventilasi dengan redistribusi
vaskularisasi yang merata di seluruh
lapang paru
22. Drainase Postural
Definisi: Drainase postural adalah posisi pasien dengan segmen paru-paru dimana
terdapat sekresi lebih tinggi sehingga gravitasi memiliki efek maksimal
memfasilitasi drainase sekresi saluran napas dari saluran trakeobronkial.
Didasarkan pada konsep mobilisasi sekresi yang dibantu gravitasi.
23. Drainase Postural
Prosedur
• Tentukan ada atau tidaknya kontraindikasi
• Pasien disanggah dan dimiringkan sesuai dengan target posisi dari lobus paru yang
akan dievakuasi sekretnya. Lobus target ditempatkan di posisi superior dari carina
• Drainase postural dapat diulang 4-6 kali per hari dengan durasi rata-rata 10-15 menit
per posisi
• Nilai respon pasien terhadap posisi (adanya keluhan, perubahan hemodinamik)
24. Kontraindikasi Drainase Postural
Distress pernafasan berat Pasien dengan distress pernafasan berat belum
tentu bisa menolerir perubahan posisi tubuh
Ketidakstabilan Hemodinamik Contohnya pasien dengan hipertensi yang tidak
terkontrol dan aritmia jantung yang tidak stabil
Prosedur operasi yang baru dilakukan Pasien yang baru menjalani prosedur operasi
pada bagian tubuh tertentu belum tentu dapat
menolerir perubahan posisi karena nyeri
Cedera kepala dan leher Pasien dengan cedera kepala dan leher
beresiko tinggi dengan perubahan posisi
25.
26. Perkusi Dinding Dada
Definisi: Perkusi adalah teknik manual yang digunakan untuk meningkatkan
pembersihan jalan napas dengan memobilisasi sekresi dalam satu atau lebih
segmen paru-paru ke saluran udara yang lebih sentral.
27. Teknik Perkusi Dada
• Dilakukan dengan menangkupkan tangan antara dada pasien dan tangan
tenaga kesehatan secara ritmis bergantian di atas segmen paru-paru di mana
sekresi berada
• Dilakukan selama kedua fase pernapasan, fase inspirasi dan ekspirasi.
• menghindari pada tonjolan tulang seperti tulang belakang skapula, klavikula,
proses spinosus vertebra.
• Perkusi tidak boleh dilakukan di atas jaringan payudara
28. Kontraindikasi Perkusi Dada
• Fraktur Costae atau Osteoporosis berat
• Laju Nadi <40x/menit atau >120x/menit
• Di atas area tumor
• Pasien dengan emboli paru
• Pasien yang rentan perdarahan
• Angina tidak stabil
• Nyeri di daerah dinding dada
• Tekanan darah sistolik <90mmHg atau lebih dari 180mmHg (precaution)
29. Positive Expiratory Pressure
• Pada ACT menggunakan alat PEP, pasien menghembuskan napas terhadap
resistor, menghasilkan tekanan selama ekspirasi yang biasanya berkisar
antara 10 hingga 20 cm H2O.
30. Mekanisme PEP
• Menghasilkan ventilasi kolateral
• Mempertahankan patensi saluran udara dengan memperpanjang durasi
adanya tekanan saat ekspirasi
• Aliran udara ekspirasi yang tersedia dapat mendorong sekret ke arah saluran
udara yang lebih proksimal
32. Kontraindikasi
Pneumotoraks yang belum ditatalaksana (absolut)
Pasien dengan serangan asma akut atau PPOK eksaserbasi akut tidak dapat
mentolerir peningkatan kerja pernapasan
Tekanan intrakranial > 20mm Hg
Hemoptisis aktif
Sinusitis akut atau epistaksis
Pecahnya membran timpani atau patologi telinga bagian dalam lainnya yang
diketahui atau dicurigai
33. Prosedur
Terdapat 2 fase: mucous loosening dan mucous evacuation
Pasien diposisikan duduk dengan punggung lurus dan dagu sedikit ke atas
Ambil napas dalam-dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik.
Saat pasien menahan napas, letakkan corong di mulut atau masker di mulut dan
hidung pasien.
Minta pasien bernapas dengan kecepatan tetap selama 4 hingga 6 detik, posisi pipi
sedatar mungkin
Lepaskan corong dari mulut atau masker dari wajah.
Kemudian batuk keras untuk menggerakan sekret. Ludahkan sekret, jangan
menelan sekret.
34. Active Cycle of Breathing Technique
• Definisi: Active Cycle of Breathing Techniques (ACBT) adalah teknik
pernapasan aktif yang dilakukan oleh pasien dan dapat digunakan untuk
memobilisasi dan membersihkan sekresi paru berlebih dan umumnya
meningkatkan fungsi paru-paru
• Setiap komponen dapat digunakan secara individual atau sebagai bagian
dari siklus ACBT tergantung pada masalah pasien
36. Spirometri Insentif
• Tujuan spirometri insentif adalah untuk memfasilitasi napas dalam lambat dan kontinyu
• Dasar spirometri insentif adalah pasien mengambil inspirasi maksimal yang
berkelanjutan (Sustained Maximal Inspiration/SMI)
• SMI adalah inspirasi yang lambat dan mendalam dari Kapasitas Residual Fungsional
hingga tercapai kapasitas paru-paru total
• Alat ini memberikan umpan balik visual individu mengenai aliran dan volume
• 2 tipe: Flow based dan Volume based
37. Spirometri Insentif
Indikasi Kontraindikasi
Skrining pra-operasi pasien yang berisiko
komplikasi pasca operasi bertujuan untuk
mendapatkan baseline aliran dan volume
inspirasi.
Pasien yang tidak mengerti instruksi (gangguan
kognitif berat, pasien anak yang tidak bisa
mengikuti instruksi)
Adanya atelektasis paru Pasien dengan distress pernafasan
Kondisi predisposisi terhadap atelektasis (tirah
baring lama, post op abdomen dan toraks,
pembedahan pada pasien PPOK)
Pasien yang tidak dapat inspirasi dalam karena
nyeri, disfungsi diafragma atau analgesia opiat
Pasien dengan kapasitas inspirasi kurang dari
2,5 liter
Pasien dengan penyakit neuromuskuler atau
cedera tulang belakang
39. Mobilisasi Dini
• Mobilisasi dini adalah teknik yang digunakan dalam pengelolaan atelektasis
paru-paru, yang melibatkan mobilisasi awal dan progresif pasien, biasanya dalam
24 - 48 jam pertama rawat inap.
• Prosedur meliputi: Penilaian, Perencanaan, Edukasi, Bantuan, Perkembangan
bertahap, Komunikasi.
40. Mobilisasi Dini
1 Penilaian Menilai resiko jatuh dan tingkat ADL yang dapat dicapai
pasien
2 Perencanaan Sesuai dengan penilaian tim tenaga kesehatan, akan
ditentukan target mobilisasi, metode latihan, dan
pembatasan aktivitas
3 Edukasi Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai manfaat
mobilisasi
4 Bantuan Penggunaan alat bantu mobilisasi dan ambulasi seperti
modalitas, ortosis, atau alat bantu jalan
5 Perkembangan bertahap Penyesuaian perencanaan dan evaluasi ulang melalui
penilaian berkala
6 Komunikasi Komunikasi kepada pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya
41. Weaning Ventilator Dini
1 Penilaian Pasien dinilai untuk menentukan kesiapan mereka untuk
weaning ventilator. Melibatkan evaluasi status pernapasan
mereka, tingkat oksigenasi, dan faktor klinis lainnya.
2 Uji Pernapasan Spontan Mengurangi tingkat dukungan yang diberikan oleh
ventilator sedcara bertahap dan menggunakan uji
pernapasan spontan untuk menilai kemampuan pasien
untuk bernapas sendiri.
3 Pemantauan Tanda-tanda gangguan pernapasan, seperti pernapasan
cepat, penurunan kadar oksigen, atau peningkatan kerja
pernapasan
4 Pengurangan support
ventilator lebih lanjut
Penurunan tekanan parsial oksigen, frekuensi pernafasan
5 Ekstubasi Supply oksigen tambahan harus tersedia
42. Pencegahan Atelektasis Operatif
1 Rehabilitasi praoperatif Terapi pernafasan, konseling gizi, psikologi, spirometry
insentif
2 Optimalisasi pra-operasi Menatalaksana penyakit yang mendasari
3 Tindakan intraoperatif Penggunaan ventilasi dengan volume tidal rendah untuk
mengurangi resiko cedera paru-paru, penggunaan PEEP
yang cukup
4 Weaning ventilator dini
dan ekstubasi
43. Kesimpulan
• Atelektasis paru perioperatif mengacu pada kolapsnya jaringan paru-paru saat
atau setelah operasi
• Rehabilitasi medis memiliki peran penting dalam pencegahan dan manajemen
atelektasis paru perioperatif.
• Tujuan rehabilitasi medis pada atelektasis paru perioperatif adalah untuk
meningkatkan fungsi pernapasan, mencegah kerusakan paru-paru lebih lanjut,
dan mempercepat pemulihan
• Intervensi dini dan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis
rehabilitasi medik, terapis pernapasan, ahli terapi fisik, dan profesional kesehatan
lainnya dapat efektif dalam mencegah dan mengelola kondisi ini.