1. AGAMA ISLAM III
ZAKAT
DOSEN PENGAMPU: ABDUL HAMID ALY, S.Pd.,M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 04 Manajemen 03
1. Moh. Nur Dafa Sidqi (21801081421)
2. Mohammad Hariyanto (21801081035)
3. Yunias Ade Saputra (21801081211)
4. Fadlilatul Khairiyah (21801081427)
5. Intan Nardila (21801081059)
Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Malang
2018
3. iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah AGAMA III yang berjudul “ZAKAT”. Pada makalah ini
kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini diantaranya yaitu :
1. Bpk. Abdul Hamid Aly, S.pd.,M.Pd.
2. Orang Tua kami yang selalu memberikan dukungan
3. Teman-teman kelompok 4 yang mau berkerjasama dengan baik
Kami, seluruh anggota kelompok 4 sekaligus penyusun, menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya.
Malang, 2 Oktober 2019
Penyusun
4. iv
DAFTAR ISI
JUDUL
LAMPIRAN .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian Zakat Fitrah dan Filosofinya............................................... 3
2.2 Pembayaran Zakat Fitrah....................................................................... 4
2.3 Zakat Maal dan Permasalahannya......................................................... 9
2.4 Permasalahan Pembagian Zakat ......................................................... 17
2.5 Siksa dan Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mau Mengeluarkan
Zakat........................................................................................................29
BAB III..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 32
3.2 Saran....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan
suatu ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan
zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua tempat
Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat
dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama
ibadah maliyah.
Zakat juga salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab
itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji,
dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan al-Qur'an dan as-
Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum
zakat yakni mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita
harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab-
nishab zakat, tata cara pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat akan dibahas
dalam bab selanjutnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian zakat fitrah dan filosofinya?
2. Bagaimana pembayaran zakat fitrah?
3. Apa pengertian zakat maal dan permasalahannya?
4. Bagaimana permasalahan pembagian zakat?
5. Apa siksa dan ancaman bagi orang yang tidak mengeluarkan zakat fitrah?
6. 2
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian zakat fitrah dan filosofinya
2. Untuk memahami cara pembayaran zakat fitrah
3. Untuk memahami pengertian zakat maal dan permasalahannya
4. Untuk memahami permasalahan dalam mengelola zakat
5. Untuk mengetahui siksa dan ancaman bagi orang yang tidak mengeluarkan
zakat fitrah
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat Fitrah dan Filosofinya
Definisi Zakat
Kata zakat ditinjau dari sisi bahasa arab memiliki beberapa makna, di
antaranya berkembang, berkah, banyaknya kebaikan, menyucikan dan memuji.
Sedangkan dalam istilah fiqih, zakat memiliki arti sejumlah harta tertentu yang
diambil dari harta tertentu dan wajib diserahkan kepada golongan tertentu
(mustahiqqin).
Zakat dijadikan nama untuk harta yang diserahkan tersebut, sebab harta yang
dizakati akan berkembang dan bertambah. Syekh Taqiyuddin Abu Bakar bin
Muhammad al-Hishni berkata:
و مس تي ب لذ ك لأن لا لام ي ومن بكرب ة اهجارخإ ءاعدو خلآا ذ
“Disebut zakat karena harta yang dizakati akan berkembang sebab berkah
membayar zakat dan doa orang yang menerima.” (Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar
bin Muhammad al-Hishni, Kifayatul Akhyar, Surabaya, al-Haramain, cetakan
kedua, 2002, halaman 104)
Allah berfirman:
تآ
يونا
لا
ما
اا
لواتردآولا
جدوكآ
نواهيرآاألو
اك
أااو
اامي
Artinya: “Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan pahalanya.” (QS. Ar-Ruum : 39)
Pengertian Zakat dan filosofinya
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari
kata “zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh
banyak ulama’ bahwa dia merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah
terhadap harta kaum muslimin menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul)
yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para mustahiq lainnya sebagai tanda
syukur atas nikmat Allah swt. Dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk
membersihkan diri dan hartanya. Dengan kata lain, zakat merupakan kewajiban
8. 4
bagi seorang muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari
padanya untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan.
Sabda Rasulullah saw,:
Artinya:
دَ
.اَق
ص
نك لا ةَق
َصَ
د
هَ
ى
ََلاص
ةَ
بََ
دَعَ
اهلا
نََ
َأ
ودَ
مَ
وَ
ةَل
َ
َبَقم
َة
اك
ََفةَ
َلاصزىهَ
لبََََاه
لا
َانََم
َ دا
“Barang siapa membayarfitrahsebelum shalat, makaitu adalah zakat yang
makbul, akan tetapi barang siapa membayarnya sesudah shalat Id maka
merupakan shadaqah biasa.”
Sementara itu, fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadits Rasul
“kullu mauludin yuladu ala al fitrah” (setiap anak Adam terlahir dalam keadaan
suci) dan bisa juga diartikan juga dengan ciptaan atau asal kejadian manusia.
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah.
Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini dikeluarkan
untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku yang tidak ada
manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa
zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke
dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut dengan zakat badan atau
pribadi.
Zakat fitrah memiliki filosofi setiap Muslim bisa belajar memberi melalui
zakat fitrah tersebut sehingga tidak hanya menerima terus. Selain itu, kata dia, zakat
fitrah juga mengajarkan umat Islam mengedepankan kasih sayang, terutama kepada
orang-orang yang tidak mampu. Zakat fitrah itu untuk membersihkan orang yang
berpuasa dari berbagai macam kekurangan puasanya. Jadi diharapkan bisa
sempurna oleh zakat fitrah itu
"Kasih sayang inti dari ajaran Islam. Tapi kasih sayangnya ini konkret.
Membantu mereka yang membutuhkan, baik konsumsi kesehariannya maupun
keperluan lainnya. Karena itu makanya ini perlu dilakukan dan dilaksanakan," kata
mantan ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini.
2.2 Pembayaran zakat fitrah
Zakat fitrah ialah zakat pribadi yang harus dikeluarkan pada hari raya fitrah.
Seperti hadits Nabi saw.:
9. 5
ك
نيَ
اس
َََ
مَ
َْ
َََع
َوَة ًَ
رَ
والثَف
نًوََََْللْا ىََ
مَ
صا
َةةرََهََ
رََْ
لَاَة
اكزفَ
ََلس
َمَ
مَ
هََيَ
ََو
َهْا
ىَلص
َْا
لهَ
سََر
ضوَ
َف
رَ
Artinya:
“Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah guna menyucikan orang yang berpuasa
dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik dan guna makanan bagi para miskin.”
A. Yang wajib dizakati :
1. Untuk dirinya sendiri; tua,muda,baik laki- laki maupun perempuan
2. Orang-orang yang hidup dibawah tanggungannya
”Dari ibnu Umar ra,berkata ia: telah bersabda Rasulullah saw: Bayarlah zakat
fithrah orang –orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR.Daruquthni dan
Baihaqi).
B. Yang wajib membayar zakat fitrah
Ibadah zakat memiliki aturan dan ketentuan yang harus dipenuhi. Tidak semua
orang diwajibkan untuk berzakat. Andaikan semuanya, tentu ini sangat
memberatkan. Oleh sebab itu, penting kiranya untuk mengetahui siapa saja orang
yang diwajibkan membayar zakat fitrah. Muhammad bin Qasim Al-Ghazi dalam
Fathul Qarib menyebut tiga kelompok yang wajib atas mereka membayar zakat
fitrah. Ketiga kelompok yang dimaksud ialah:
لإا سلا،م ر لا ر لرط ع ىو ك را ر أ ص يو لاإ ر ي قر
ي دق قو
يردب لا م
س مو ي ، بو وبرغ لا سمش ا رخ ي مو رهش ر ،ناي حو ي ن
ذ ر
جرخم
ك لا لارط
مع تا ب هت لا وبرغ نود لو ه ب ،ههت دوجوو لا،لي
و :و ي راس لا صخش ب ام يلي
ع ق أو د قو تو ع لاي د ر ي لذ ك لا م،وي ي:أ ي مو ع هي لار،ط
كو اذ
ي و دم يأ .اي يو كز ي لا صخش ع ندس معو أزمو ن
ق دم لا م س مو ي ، ل
ر لا ي زمو لا م س و ا ر لرط ع هب قو ير ب و ةجو كر،ا إنو
جو تب نق هما
Artinya, “Pertama, Islam dan tidak ada kewajiban zakat bagi orang kafir, kecuali
10. 6
budak dan kerabat Muslim dari orang kafir tersebut.
Kedua, mereka masih diberi kehidupan hingga matahari terbenam pada akhir
Ramadhan. Karenanya, bila ada yang meninggal setelah terbenam matahari, ia
masih dikenakan kewajiban zakat. Hal ini berbeda dengan anak yang lahir setelah
terbenam matahari, dia tidak diwajibkan zakat.
11. 7
Ketiga, dia memiliki kemudahan dan kesanggupan, atau memiliki makanan pokok
yang melebihi dari kebutuhannya dan keluarganya pada hari tersebut, maksudnya
pada saat hari Raya atau malamnya.
Setiap orang diwajibkan membayar zakat serta membayar zakat orang yang
masih menjadi tanggungannya. Mereka tidak diwajibkan membayar zakat budak,
saudara, dan istri yang kafir, sekalipun menjadi tanggungannya. Seseorang wajib
menanggung zakat dirinya dan orang yang wajib dinafkahi. Seseorang tidak wajib
membayarkan zakat fitrah budak, kerabat, dan istrinya yang kebetulan beragama di
luar Islam sekalipun mereka wajib dinafkahi.”
Jadi ada tiga orang yang diwajibkan zakat: beragama Islam, masih hidup
pada saat matahari terbenam, dan memiliki kelebihan makanan pokok pada saat hari
raya dan malamnya. Kewajiban zakat fitrah tidak hanya berlaku untuk diri sendiri,
tetapi kita mesti membayarkan zakat orang yang menjadi tanggungan kita, seperti
anak dan istri.
Bagi siapa yang merasa memenuhi tiga persyaratan ini, bayarlah zakat
dengan segera. Pembayaran zakat bertujuan untuk menyucikan diri orang yang
puasa dan sekaligus momen untuk berbagi dengan sesama, terutama orang miskin.
Jangan sampai pada hari berbahagia itu, masih ada saudara kita yang tidak dapat
menikmati kebahagiaan hari raya karena masalah finansial.
C. Mustahik Zakat.
Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) baik zakat fitrah atau zakat
harta, yaitu sesuai dengan firman Allah SWT :
لاو كآ
ي
اس
ل
وام
قاو
لتءار
هن
ق
ا
نإآل
وابلاام
لايرآواهاباووااق
لمالاواقريآ
ةآ
ي
اه
وع
ايرآويآرآا
يوآآ
ايلآح يوآعاديولاو
ا
دآيولا
ي
ةي ر
ليرآ
يبآ
س
اودآيولا
للاب
يبآس
Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
12. 8
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS.
At-taubah : 60).
1. Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat di atas adalah :
Orang Fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang Miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan
kekurangan.
3. Pengurus Zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpilkan dan membagikan
zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan Budak: mancakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.
6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang
untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
7. Orang yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah): Yaitu untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufassirin ada yang berpendapat
bahwa fi sabilillah itu mancakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
D. Ketentuan-Ketentuan Zakat Fitrah
1. Besarnya zakat Fitrah adalah 1 sha’ yaitu 2176 gram atau 2,2 Kg beras atau
makanan pokok. Dalam prakteknya jumlah ini digenapkan menjadi 2,5 Kg, karena
untuk kehati-hatian. Hal ini dianggap baik oleh para ulama.
2. Menurut madzhab hanafi, diperbolehkan mengeluarkan zakat Fitrah dengan
uang seharga ukuran itu, jika dianggap lebih bermanfaat bagi mustahik.
13. 9
3. Waktu mengeluarkan zakat Fitrah adalah sejak awal bulan puasa Ramadhan
hingga sebelum shalat ‘Idul Fitri maka dianggap sedekah sunah. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :
قهن
لا
هص
ق
ة
نيهآرلآ
ال
ت
ه
لا
ُأد
اُ
ا ُ و
و
ةل
باق
لاك
يهآ ال
نلآ
للا ق
ب
ا
أدا
ُ
رتا
م
Artinya : “Barang siapa mengeluarkan (zakat Fitrah) sebelum shalat (‘Idul Fitri),
maka zakatnya sah. Barang siapa mengeluarkannya setelah shalat maka dianggap
sedekah sunah.” (HR. Ibnu Majah).
4. Zakat Fitrah boleh dikeluarkan langsung kepada mustahik atau dibayarkan
melalui amil zakat.
5. Amil atau panitia zakat Fitrah boleh membagikan zakat kepada mustahik setelah
shalat ‘Idul Fitri karena uzur syar'i.
6. Jika terjadi perbedaan Hari Raya, maka panitia zakat Fitrah yang berhari raya
terlebih dahulu tidak boleh menerima zakat Fitrah setelah mereka mengerjakan
shalat ‘Idul Fitri.
7. Panitia Zakat Fitrah hendaknya mendoakan kepada orang yang membayar zakat,
agar ibadahnya selama Ramadhan diterima dan mendapat pahala. Doa yang sering
dibaca oleh yang menerima zakat, diantaranya:
راوهاا ادوجو
تكل
أام
يقب
يرآم
ابو
تر
يط
امي
أع ادولا م
ج ا
ر
Artinya : “Semoga Allah SWT memberikan pahala kepadamu atas apa saja yang
telah Allah memberi berkah kepadamu atas semua yang masih ada padamu dan
mudah-mudahan Allah menjadikan kesucian bagimu.”
Adapun orang-orang yang tidak boleh menerima zakat ada dua golongan:
1. Anak cucu keluarga Rasulullah SAW.
2. Sanak Famili orang yang berzakat, yaitu bapak, kakek, istri, anak, cucu, dan
lain-lain.
14. 10
2.3 Zakat Maal dan Permasalahannya
Zakal mal, secara umum aset zakat mal meliputi hewan ternak, emas dan
perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset perdagangan).
Syekh an-Nawawi Banten berkata:
و ك لا لا و ي جاو ةب ر ي ث نام ةي أ ص فان جأ سان لا لام و ي لا
ذ ب لاوةي
أو ا ضورع --لإ ى نأ ق لا --لاو عورز لاو لخن لاو ت بن بلإاو ل لاوب رق لاو
غ ن ا بق مي ،اهم
و ي نإ ام لالراجم ر
يه أ جر ع ل ذو ب لاوةي
لأن ك أا اه أم ت قو
أ نول امهن
“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian
(bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset
perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait
dengan kalkulasinya dan kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan
perak.”(Syekh an-Nawawi Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain, cetakan
pertama, halaman: 168).
Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga
memasukkan uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah yang
diterima oleh seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-
Zuhaili di dalam al-Fiqh al-Islami, Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz Zakah,
Syekh Abdurrahman al-Juzairi di dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, dan
yang lainnya. Pendapat ini berpedoman pada beberapa riwayat ulama, di antaranya:
1. Riwayat dari Ibn Abbas
يه م س ي يُ ح يد زك ي ال ق مال ال يه م س ي رجل ال ي ر باس ع ُ اب
عُ
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta, (lalu)
Ibn ‘Abbas berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat memperolehnya.’.”
(HR. Ahmad ibn Hanbal)
16. 12
“Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud memberi
kami suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau mengambil zakat
dari pemberian-pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan Sufyan ats-Tsauri)
3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz
ذخأالاأملارداذإو،لاكزلااهنذخأدملامعلجرلاىطعأاإذناكدنأهيبعوبأركذ
اهن
لا كز ،لا كو نا ي ذخت لا كز لا علأا ط ةي ذاإ تجرخ لأ باحص
اه
“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi
upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika
mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau
mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-
pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah,
Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat,
yaitu:
a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.
b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil,
ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib Zakat.
a. Milik Penuh (Almilkuttam).
Yaitu : harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh,
dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui
proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti : usaha, warisan,
pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta
tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah
wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara
dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.
17. 13
b. Berkembang.
Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau
mempunyai potensi untuk berkembang.
c. Cukup Nishab.
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan
syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah).
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan
keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya
apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup
layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup
minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan,
pendidikan, dsb.
e. Bebas Dari Hutang.
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus
dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta
tersebut terbebas dari zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul).
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun.
Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang
hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
18. 14
Harta(maal) yang Wajib Zakat
a. Emas Dan Perak.
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok,
juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang
berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang
(potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik
berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada
waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang
seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk
kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat
disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan,
tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan
tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak
atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak
diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.
b. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing,
domba) dan unggas (ayam, itik, burung).
c. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman
hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.
d. Harta Perniagaan
19. 15
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan
dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan,
perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan
seperti CV, PT, Koperasi, dsb.
e. Ma-din dan Kekayaan Laut
Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi
dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok,
minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi
dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll.
f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan
harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang
mengaku sebagai pemiliknya.
Permasalahan Zakat Mal
Salahsatu permasalahan pada zakat mal adalah zakatnya sering terbaikan
Zakat merupakan rukun Islam keempat yang wajib dilaksanakan bagi
Muslim yang mampu. Zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal
atau zakat harta. Di Bulan Ramadhan kemarin kita diwajibkan untuk menutup bulan
suci Ramadhan dengan membersihkan diri kita melalui zakat fitrah. Zakat fitrah
merupakan zakat yang berupa makanan pokok yang disesuaikan dengan makanan
pokok tiap-tiap negara sejumlah 1 sha’ atau sejumlah 2,5—3 kg beras (di Indonesia)
untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Pelaksanaan zakat fitrah di
Indonesia sudah sangat baik yang terbukti dengan pelaksanaan zakat fitrah hingga
tingkat masyarakat pedesaan di masjid dan mushala-mushala. Berbeda dengan
zakat fitrah, jenis zakat lainnya yaitu zakat mal cenderung masih diabaikan di
20. 16
Indonesia. Meskipun keduanya merupakan kewajiban seorang Muslim untuk
memenuhinya.
Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang wajib dikeluarkan jika harta
kita telah mencapai lebih dari satu nisab. Zakat diberikan kepada para mustahiq
zakat yang salah satunya adalah orang miskin dan fakir miskin. Zakat mal atau zakat
harta yang wajib dikeluarkan proporsinya adalah 2,5 persen (zakat perdagangan,
profesi, dan harta tersimpan) dari harta yang kita miliki. Sehingga dapat
dibayangkan apabila seluruh Muslim di Indonesia yang sekitar 85 persen
(Nahdlautul Ulama 2017) dari populasi Indonesia melaksanakannya, sudah pasti
zakat akan memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian
Indonesia.
PDB rill Indonesia telah mencapai lebih dari 10 ribu triliun (Indexmundi
2017) dan tiap tahun terus mengalami pertumbuhan yang positif.
Ini mengindikasikan ekonomi Indonesia terus berkembang tiap tahunnya, yang
seharusnya dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, faktanya pertumbuhan
ekonomi Indonesia sebagian besar hanya dinikmati oleh beberapa orang atau
golongan atas saja.
Keadaan ini ditunjukan dengan nilai Gini Index tinggi dan cenderung
meningkat. Gini index adalah koefisien yang dikembangkan oleh Corrado Gini
pada tahun 1912. Koefisien gini index nilainya dari 0 – 1 yang menunjukan tingkat
distribusi pendaoatan dan kekeyaan di suatu negara. Semakin tinggi nilai gini index
menunjukan tingkat kesenjangan ekonomi yang semakin tinggi di suatu
negara. Pada tahun 2010 Gini Index Indonesia bernilai 0.40 dan kemudian
meningkat menjadi 0.41 pada tahun 2015. Nilai tersebut menunjukan bahwa
kesenjangan ekonomi Indonesia menjadi semakin tinggi dengan pertumbuhan
ekonomi sekarang ini.
Fenomena kesejahteraan yang tidak merata di Indonesia dapat diatasi salah
satunya dengan melalui zakat. Menurut Baznas (2017) dari seluruh Muslim di
Indonesia (85 persen dari populasi), potensi zakat nasional mencapai 280 triliun.
21. 17
Nilai ini apabila dapat terealisisasi dengan baik maka tingkat kesenjangan di
Indonesia semakin lama akan semakin menurun dan dapat memompa pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Dengan dana sebesar itu tiap tahun maka akan banyak
pembangunan-pembangunan yang dapat dilakukan baik pembangunan manusianya
melalui berbagai pelatihan, pendidikan dan pemberdayaan, ataupun dengan
berbagai pembangunan fasilitas pendukungnya yang akan meningkatkan
kesejahteraan orang-orang miskin.
Peningkatan taraf ekonomi orang miskin akan meningkatkan kesejahteraan
dan standar hidup mereka. Dana zakat juga dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan sektor usaha mikro melalui penyediaan dana yang murah untuk
berbisnis dan adanya pendampingan untuk menjamin bisnis yang diberdayakan
dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dana zakat yang ditujukan untuk masyarakat
miskin dapat digunakan untuk pembangunan di pedesaan karena sebagian besar
masyarakat miskin tersebar dipedesaan. Sehingga akan tercipta pembangunan yang
lebih merata, bersinergi dengan program Nawacita pemerintah, dan menghambat
arus urbanisasi yang begitu tinggi. Manfaat-manfaat inilah nantinya akan
memompa pertumbuhan ekonomi secara nasional dan akan dapat menurunkan
tingkat kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin, pengangguran, dan lain
sebaginya yang akan bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
lebih merata untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas lagi.
Realisasi Zakat Nasional dan Upaya Peningkatannya.
Realisasi zakat di Indonesia masih sangat kecil. Faktanya, zakat harta
merupakan bentuk zakat yang masih diabaikan di Indonesia karena dari total
potensi zakat sebesar 280 trilyun, realisasi zakat nasional hanya sekitar 1,3 persen
atau sekitar 4 trilyun. Nilai tersebut merupakan nilai realisasi zakat yang sangat
kecil yang mengindikasikan adanya masalah dalam sistem zakat nasional.
Kesalahan dalam sistem zakat nasional merupakan tanggung jawab bersama baik
pemerintahsebagai pengelola zakat dan juga masyarakat Muslim Indonesia sebagai
pihak yang berkewajiban mengeluarkan zakat. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-
22. 18
upaya perbaikan yang lebih dari para stakeholder zakat untuk dapat meningkatkan
realisasi zakat nasional.
Pemerintah melalui badan amil zakat nasional (Baznas) telah mengelola
zakat nasional dengan cukup baik yang terbukti dengan rata-rata pertumbuhan zakat
nasional lebih dari 20 persen/tahun (Baznas 2017). Namun, angka realisasi yang
hanya 1,3 persen menunjukan masih kecilnya peran pemerintah dalam mendorong
peningkatan zakat nasional.
Sosialisasi zakat yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang maksimal
dan ditambah lagi masih kurangnya petugas pengelola zakat di tingkat daerah yang
ditunjukan dengan tidak adanya kantor Baznas di tingkat daerah seperti kecamatan
ataupun desa, dan berbagai permasalahan lainnya yang dihadapi. Selain itu, dalam
hal perpajakan tidak adanya aturan pemerintah yang mengintegrasikan antara
sistem pajak dan zakat nasional membuat zakat kurang optimal.
Oleh karena itu perlu adanya keseriusan dari pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan zakat nasional, mengingat isu mengenai potensi zakat
sudah lama didengungkan.
Keseriusan dari pemerintah melalui kebijakannya dan juga Baznas tidak
akan berarti jika kesadaran dari masyarakat mengenai kewajiban rukun Islam
keempat masih ini masih kurang. Tidak adanya pengajaran mengenai zakat secara
mendalam sejak dini kepada masyarakat Muslim merupakan salah satu penyebab
kewajiban zakat terutama zakat malcenderung diabaikan, sedangkan rukun Islam
lainnya seperti ibadah haji menjadi sangat populer dan menjadi rebutan.
Oleh karena itu penting agar pemerintah menetapkan kurikulum pendidikan
agama mengenai zakat lebih mendalam kepada para pelajar mulai dari tingkat
pendidikan sekolah dasar, sehingga zakat dapat dipahami dan dilaksanakan pada
generasi selanjutnya. Wacana penghapusan pelajaran pendidikan agama Islam
seperti perberitaan-pemberitaan akhir-akhir ini sangatlah tidak tepat, mengingat
banyak ajaran agama Islam khususnya zakat yang belum dilaksanakan dengan baik
di Indonesia.
23. 19
Adanya kolaborasi antara pemeritah dan masyarakat melalui perbaikan
yang serius pada pengelolaan zakat nasional dan peningkatan kesadaran masyarakat
mengenai kewajiban zakat akan memberikan dampak signifikan pada
perekonomian seperti turunnya angka kemiskinan, pengangguran, terciptanya
lapangan perkerjaan, dan distribusi pendapatan yang lebih baik yang bermuara pada
peningkatan perekonomian nasional yang lebih merata.
2.4 Permasalahan Pembagian Zakat
Dibalik pesatnya kemajuan dunia perzakatan di Indonesia, masih terdapat
banyak persoalan yang perlu diselesaikan diantaranya; kesenjangan potensi, potensi
yang sangat besar ini seharusnya sudah bisa diatasi apabila semua pihak sadar akan
pentingnya zakat sebagai penopang program pemerintah yang belom bisa
mengentaskan kemiskinan di Indonesi. Adapun potensi yang ada adalah Rp.368
Terliun pertahun, dan penghimpunan zakat, yang belom maksimal ini terkait
dengan adanya problem dalam ruang lingkup OPZ yang paling mendasar adalah
bagaimana manajemen yang diimplimentasikan belum dapat terarah secara
sistematis, dan masyarakat sebagai Muzakki dan Mustahik.
Masih lemahnya perhatian masyarakat terhadap zakat tentu akan menjadi
masalah karna terkait dengan zakat sudah barang tentu wajib ditunaikan
masayarakat yang sudah mencapai Nisab, masyarakat sebagai mustahik juga masih
banyak permasalahn yang harus di edukasi secara meluas karena perilaku
masyarakat terkait dengan sifat yang sangat konsumtif masih mengiringi aktifitas
kehidupan sehari-hari.
Masalah kredibilitas lembaga, masalah SDM (Sumber Daya Manusia)
Amil, masalah regulasi zakat, masalah peran antar BAZ (Lembaga Amil Zakat)
dengan LAZ (Lembaga Amil Zakat) dan masalah efektivitas serta efisiensi program
pemberdayaan zakat. Nurul Huda dkk dalam bukunya "Zakat persepktif mikro-
makro (Pendekatan Riset)" menguraikan bahwa problematika zakat dapat
klasifikasi menjadi tiga jenis berdasarkan sumber kelembagaannya: regulator,
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dan masyarakat sebagai muzakki dan mustahiq.
24. 20
Terkait dengan permasalahan yang ada memang perlu adanya sinergi secara
terus menerus baik pihak pemerintah yang memiliki hak untuk membuat regulator,
BAZ dan LAZ sebagai pihak yang secara langsung terjun kelapangan untuk
menghimpun dan mendistribusikan dana zakat selain itu harus ada peran
masyarakat baik itu Muzakki ataupun masyarakat yang sifatnya sebagai mustahik.
Berikut adalah aturan dan tata cara pembagian zakat:
Secara umum, zakat terbagi atas 2 (dua) yakni zakat fitrah dan zakat maal.
Secara lebih rinci, zakat maal terdiri dari zakat penghasilan/profesi, zakat
perdagangan, zakat saham, zakat perusahaan, dan lain-lain.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan bagi seorang muslim/ah
yang sudah mampu untuk menunaikannya. Zakat fitrah harus dikeluarkan setahun
sekali pada saat awal bulan Ramadhan hingga batas sebelum sholat hari raya Idul
Fitri. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah dengan zakat lainnya.
Sebagaimana tercantum pada hadits Rasulullah SAW mengatakan,
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat Id maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).
Kadar zakat fitrah: 2,5 kg / 3,5 liter beras
Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau
3,5 liter per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok harus sesuai dengan kualitas
beras atau makanan pokok yang dikonsumsi kita sehari-hari. Namun, beras atau
makanan pokok tersebut dapat diganti dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5
liter beras.
25. 21
2. Zakat Maal
Menurut bahasa, harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut
istilah, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat
digunakan (dimanfaatkan). Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila
memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8 golongan orang
yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:
1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai..
2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil,
ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat harta yang wajib di zakati yaitu, milik penuh, bertambah atau berkembang,
cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari hutang, dan sudah berlalu satu
tahun (haul).
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Nisab zakat maal: Cara menghitung zakat maal:
2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun
Contoh:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki harta yang tersimpan (emas/perak/uang)
senilai Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab
zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal
yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.
26. 22
a. Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan, diperoleh dari pengembangan
potensi diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin,
profesi dokter, pengacara, arsitek, guru dll.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS Al Baqarah: 267).
Dari berbagai pendapat, dinyatakan bahwa landasan zakat profesi
dianalogikan kepada zakat hasil pertanian yaitu dibayarkan ketika memperoleh
hasilnya. Menurut PMA no.52 tahun 2014, zakat profesi ditunaikan pada saat
pendapatan dan jasa diterima dan dibayarkan melalui amil zakat resmi.
Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok) Kadar zakat
maal: 2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %, atas
dasar kaidah “Qias Asysyabah”) Cara menghitung zakat maal:
2,5% x Jumlah pendapatan bruto
Contoh:
Bapak A menerima penghasilan senilai Rp10.000.000,-. Jika harga beras yang biasa
dikonsumsi saat ini Rp10.000,-/kg, maka nishab zakat senilai Rp5.240.000,-.
Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat profesi yang perlu Bapak A tunaikan
sebesar 2,5% x Rp10.000.000,- = Rp250.000,-.
b. Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga,
sedangkan harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud
27. 23
untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus
ada 2 motivasi: Motivasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi
mendapatkan keuntungan.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah:103).
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu
tahun). Jika selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab,
maka wajib dibayarkan zakatnya.
Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok) Kadar
zakat maal: 2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %,
atas dasar kaidah “Qias Asysyabah”) Cara menghitung zakat maal:
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Cara menghitung zakat perdagangan:
2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)
Contoh:
Bapak A memiliki aset usaha senilai Rp200.000.000,- dengan hutang jangka
pendek senilai Rp50.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat atas
dagangnya. Zakat perdagangan yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x
(Rp200.000.000,- - Rp50.000.000,-) = Rp3.750.000,-.
28. 24
c. Zakat Saham (versi satu)
Hasil dari keuntungan investasi saham, wajib dikeluarkan zakatnya sesuai
dengan kesepakatan para ulama pada Muktamar Internasional Pertama tentang
zakat di Kuwait (29 Rajab 1404.).
BAZNAS memberikan kemudahan kepada investor dalam menunaikan
zakat melalui sahamnya. Saat ini, investor tidak perlu menjual saham yang dimiliki
untuk menunaikan zakat atas saham yang dimiliki. Zakat dapat ditunaikan ke
BAZNAS dengan memindahbukukan saham ke rekening dana nasabah milik
BAZNAS.
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu
tahun). Jika selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab,
maka wajib dibayarkan zakatnya.
Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok) Kadar
zakat maal: 2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %,
atas dasar kaidah “Qias Asysyabah”) Cara menghitung zakat maal:
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Cara menghitung zakat maal: 2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun
Cara menghitung zakat saham (dalam satuan lot):
Nominal zakat : (harga pasar/lembar x 100 lembar)
Contoh perhitungan zakat:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki total asset account senilai
Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat
29. 25
senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang
perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-
Cara perhitungan & pemindahbukuan portfolio saham:
Bapak A memiliki saham XXXX sebanyak 100 lot dimana harga pasar/lembar
sebesar Rp645,- (1 lot sama dengan 100 lembar). Nilai zakat Bapak A dalam saham
adalah Rp2.500.000 : (Rp645,- x 100 lembar) = 38,75 lot / pembulatan menjadi 39
lot. Untuk itu, Bapak A harus memindahkan 39 lot zakat sahamnya. Bapak A bisa
mengisi formulir zakat / sedekah zaham yang ada di halaman website BAZNAS
disini.
d. Zakat Perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Intemasional Pertama tentang Zakat,
menganalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat perdagangan, karena dipandang
dari aspek legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada
kegiatan trading atau perdagangan.
Oleh karena itu, secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat
perusahaan adalah sama dengan zakat perdagangan. Demikian pula nisabnya adalah
senilai 85 gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama dengan
nishab zakat emas dan perak. Hal ini sejalan dengan sebuah hadis riwayat Abu Daud
dari Ali bin Abi Thalib. Dan menurut pendapat yang paling mu'tabar (akurat), 20
misqal itu sama dengan 85 gram emas.
Sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan terlepas dari
tiga bentuk: Pertama, harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan
prasarana, maupun yang merupakan komoditas perdagangan. Kedua, harta dalam
bentuk uang tunai, yang biasanya disimpan di bank-bank. Ketiga, harta dalam
bentuk piutang.
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu
30. 26
tahun). Jika selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab,
maka wajib dibayarkan zakatnya.
Maka yang dimaksud dengan harta perusahaan yang harus dizakati adalah
ketiga bentuk harta tersebut, dikurangi harta dalam bentuk sarana dan prasarana dan
kewajiban mendesak lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus
dibayar saat itu juga. Abu Ubaid (wafat tahun 224 H) di dalam Al-Amwaal
menyatakan bahwa "Apabila engkau telah sampai batas waktu membayar zakat
(yaitu usaha engkau telah berlangsung selama satu tahun, misalnya usaha dimulai
pada bulan Zulhijjah 1421 H dan telah sampai pada Zulhijjah 1422 H),
perhatikanlah apa yang engkau miliki, baik berupa uang (kas) ataupun barang yang
siap diperdagangkan (persediaan), kemudian nilailah dengan nilai uang, dan
hitunglah utang-utang engkau atas apa yang engkau miliki".
Dari penjelasan di atas, maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan
zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan
mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar. Atau seluruh harta (di luar sarana dan
prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban
lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya. Sementara pendapat lain
menyatakan bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya
saja.
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Cara menghitung zakat perusahaan:
2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)
Contoh perhitungan zakat:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki total asset account senilai
Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat
31. 27
senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang
perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-
Contoh:
Perusahaan A memiliki aset usaha senilai Rp2.000.000.000,- dengan hutang jangka
pendek senilai Rp500.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Perusahaan A sudah wajib zakat atas
perusahaannya. Zakat perusahaan yang perlu ditunaikan sebesar 2,5% x
(Rp2.000.000.000,- - Rp500.000.000,-) = Rp37.500.000,-.
Selanjutnya tata cara pembagian zakat :
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, dalam
rapatnya pada tanggal 21 Dzulqa’dah 1421 H, bertepatan dengan tanggal 15
Pebruari 2001 M, yang membahas tentang fatwa yang diajukan oleh Pengurus
Yayasan Al-Mustaqiem Jl. Nilam Raya No.1 Sumur Batu Kemayoran Jakarta Pusat
melalui suratnya Nomor : 001/YAM/2001 tanggal 5 Pebruari 2001, tentang Tata
Cara Pembagian Zakat Kepada Para Mustahiq, apakah ada keharusan untuk
membagikan zakat mal yang telah dikumpulkan oleh panitia kepada para mustahiq
secara merata atau tidak, setelah :
Menimbang:
1. Bahwa zakat adalah rukun Islam yang ketiga yang berbentuk ibadah amaliyah
ijtima’iyyah (berdimensi ekonomi dan sosial) yang salah satu tujuannya adalah
untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara orang-orang kaya dengan orang-
orang miskin serta mustahiq lainnya.
2. Bahwa untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka Allah SWT telah
menetapkan orang-orang yang berhak menerima zakat, yang dikenal dengan istilah
para mustahiq (mustahiqqin) yang berjumlah delapan kelompok.
3. Bahwa dalam suatu masyarakat, tidak selamanya dapat dijumpai para mustahiq
yang mewakili delapan kelompok secara keseluruhan, sehingga menimbulkan
32. 28
pertanyaan sebagian umat Islam, “apakah zakat yang telah dihimpun oleh panitia
harus dibagi-bagikan kepada delapan kelompok mustahiq zakat secara merata atau
tidak?”.
4. Bahwa untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang Tata Cara
Pembagian Zakat Kepada Para Mustahiq, apakah harus dibagi-bagikan kepada
delapan kelompok mustahiq zakat secara merata atau tidak, MUI Provinsi DKI
Jakarta memandang perlu untuk segera mengeluarkan Fatwa tentang Tata Cara
Pembagian Zakat Kepada Para Mustahiq.
Mengingat:
1. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia
(PD/PRT MUI)
2. Pokok-PokokProgram Kerja MUI Provinsi DKI Jakarta Tahun 2000 – 2005
3. Pedoman Penetapan Fatwa MUI
Memperhatikan:
Saran dan pendapat para ulama peserta rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 21 Dzulqa’dah 1421 H,
bertepatan dengan tanggal 15 Pebruari 2001 M, yang membahas tentang Tata Cara
Pembagian Zakat Kepada Para Mustahiq.
Memutuskan:
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan memohon ridha-Nya memfatwakan
sebagai berikut:
1. Bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat, baik zakat mal maupun
zakat fitrah adalah orang-orang yang termasuk dalam salah satu dari delapan
ashnaf yang telah disebutkan Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 60
sebagai berikut :
باقريآلا
ريآوو
ةآل
اهاابواواق
مالاو
ي
اه
وع
آات
يوآ
لاو
يكآ
آ
اس
ل
وام
ارقاول
تاقهنءآ
نإآ
ولاام
رآ
رآاغلابآسيدآولا
لآييآ
34. 30
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yangdiwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. QS. At-Taubah: 9 ( 60)
Adapun criteria masing-masing mustahiq zakat yang termasuk dalam kelompok
delapan ashnaf di atas adalah sebagai berikut :
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai
penghasilan (pekerjaan) yang layak untuk memenuhi kebutuhan makan, minum,
pakaian, perumahan, dan kebutuhan primer lainnya, baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk keluarga yang menjadi
Miskin adalah orang yang memiliki harta atau mempunyai usaha yang layak
baginya, tetapi penghasilannya belum cukup untuk memenuhi keperluan hidup
minimum bagi dirinya dan keluarga yang menjadi
Amil adalah orang-orang yang melaksanakan kegiatan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, termasuk tenaga administrasi, pengumpul, pencatat,
penghitung, pengelola, dan yang membagikannya kepada para mustahiq.
Muallaf adalah orang-orang yang hatinya perlu dijinakkan agar simpatik atau
memeluk agama Islam atau untuk lebih memantapkan keyakinannya pada Islam.
Riqab adalah pembebasan budak (hamba sahaya) atau segala kegiatan yang
bertujuan untuk menghilangkan segala bentuk perbudakan di muka
Gharimin adalah orang-orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan
dirinya sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan atau untuk
kemaslahatan
Sabilillah adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau
badan yang bertujuan untuk menegakkan syi’ar agama atau kemaslahatan
35. 31
Ibnu Sabil adalah orang yang melintas dari satu daerah kedaerah lain untuk
melakukan perjalanan yang positif, kemudian kehabisan bekalnya bukan untuk
melakukan perbuatan maksiat tetapi demi kemaslahatan umum yang manfaatnya
kembali kepada masyarak atau agama Islam.
2. Para ulama berbeda pendapat tentang keharusan membagikan zakat, baik zakat
mal maupun zakat fitrah kepada delapan ashnaf diatas secara Menurut ulama-ulama
madzhab Syafi’i, zakat harus dibagikan kepada delapan ashnaf di atas secara merata
dan masing-masing ashnaf minimal terdiri dari tiga orang. Sungguh pun demikian,
jika pada waktu pembagian zakat yang ada hanya beberapa ashnaf saja, maka zakat
boleh dibagikan hanya kepada beberapa ashnaf yang ada tanpa harus menyisihkan
pembagian zakat untuk ashnaf yang tidak ada. Sementaraitu, menurut Jumhur
Ulama (mayoritas ulama) yang terdiri dari ulama-ulama madzhab Hanafi, Maliki
dan Hambali, bahwa zakat tidak harus dibagikan kepada delapan ashnaf di atas
secara merata, melainkan boleh hanya dibagikan kepada salah satu dari delapan
ashnaf di atas.
3. Berdasarkan penjelasan diatas, jika pada saat pembagian zakat yang ada hanya
beberapa ashnaf saja, maka zakat boleh dibagikan kepada ashnaf yang ada tanpa
harus disisihkan untuk ashnaf lain yang tidak ada pada saat itu. Jika seluruh hasil
pengumpulan zakat sudah dibagikan semua ternyata muncul ashnaf lain yang
belum menerimanya, maka mereka tidak berhak menuntut pembagian zakat.
4. Menurut fatwa yang disampaikan oleh al-Lajnah al-Daimah li al-Buhuts al-
Ilmiyah wa al-Ifta’ Saudi Arabia, bahwa seluruh hasil pengumpulan zakat wajib
segera dibagikan kepada para mustahiq karena tujuan utama zakat adalah untuk
memenuhi kebutuhan para fakir miskin dan membayar hutang para gharim
Sehubungan dengah hal itu, maka hasil pengumpulan zakat harus segera dibagikan
kepada para mustahiq agar segera dapat dimanfaatkan baik untuk membayar
hutang, memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun kebutuhan yang
bersifat produktif (modal usaha). Di samping itu, hasil pengumpukan zakat tidak
boleh dijadikan modal usaha oleh badan amil zakat (BAZ) atau lembaga amil zakat
(LAZ) atau dipinjamkan kepada para pengusaha. Karena bisa jadi usaha tersebut
36. 32
merugi atau bangkrut sehingga tidak mencapai sasaran zakat, atau minimal
menyebabkan penundaan pembagian zakat kepada para mustahiq.
5. Menurut kajian Fiqh Islam, zakat yang diserahkan kepada para mustahiq harus
dapat mereka miliki secara Oleh karena itu, zakat tidak boleh diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq dengan cara pembebasan hutang. Sebagai contoh, ada
seorang pedagang asongan meminjam uang kepada seorang muslim yang kaya.
Berhubung pihak debitur tidak mampu membayar hutangnya karena krisis
keuangan atau bangkrut, maka pihak kreditur bermaksud memberikan zakat
kepadanya dengan cara membebaskan hutangnya. Menurut hukum Islam, hal ini
tidak dibenarkan. Agar dapat dibenarkan, caranya adalah; jika pihak kreditur ingin
membayar zakat dia harus menyerahkan zakatnya terlebih dahulu kepada debitur.
Sesudah menerima zakat, baru dipergunakan untuk membayar hutang kepada
kreditur.
2.5 Siksa dan Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mau Mengeluarkan Zakat
Allah subhanahu wata‘ala berfirman:
ا
ر
شي
دآولا
لبر
يبآ
س
اهنواق
آنيرآ
و
ا
ل
ةي لاو
بآ
ذلا
ن
وزانآ
ل
لاو
ذآ
ي
يلآ
او
بأ
اذ
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya di
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)
Maksud menafkahkan di jalan Allah dalam ayat di atas adalah
mengeluarkan zakat. Di antara siksaan pedih tersebut adalah tubuh orang yang tidak
mau membayar zakat akan disulut dengan batu-batu dan besi yang dipanaskan di
dalam neraka jahanam. Al-Ahnaf ibn Qais radliyallahu ‘anh berkata:
تنك
يج
ج را
خ
ُُ
ُ
رآ
وُها
ُ
ريآ
وي ل
زآ
ي
نآال
ارآ
ل
شي
بُ
:ل
يرم
اقرريوذوباأ
رق
ناهآ
انرو
بآو
اهآابججراخ
38. 34
“Saya pernah berada di antara kaum Quraisy. Kemudian Abu Dzar lewat dan
berkata, ‘Sampaikanlah berita gembira pada orang-orang yang
menyimpan hartanya (tidak mau membayar zakat) bahwa punggung mereka akan
disulut hingga keluar dari lambungnya, dan tengkuk mereka dicos hingga keluar
dari keningnya’.” (HR. Bukhari)
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Abu Dzar radliyallahu ‘anh berkata:
ىمح ُُ
ُ
هآ
ح
ثةآ
أآيه
موح
وع
ى
ع
اثا
جوا
نه
اني
رآ
ي
دآ
وع
م
حى
يزآنآ
ر
ال
ار
ل
شي
ج راخ
لزلزم هثةآ
وحدآيآ
م
رجا
خ
كىُدآآ
مآ
ىوعغ
ع وويا
دآآ
مآك
ان
غ
“Sampaikanlah berita gembira pada orang-orang yang menyimpan hartanya (tidak
mau membayar zakat) bahwa batu-batu yang dipanaskan di neraka Jahannam akan
diletakan di puting mereka hingga keluar dari pundaknya, dan diletakan di
pundaknya hingga keluar dari puting kedua dadanya, hingga membuat tubuhnya
bergetar tidak karuan.” (HR. Bukhari)
Dan jika harta yang wajib dizakati berupa binatang, si pembangkang zakat
itu akan menerima amukan dan injakan binatang piaraannya. Baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بحاص بإ ل لاو برق لاو غ ن ا لا ي يد
ك أا اه لاإ ءتاج ي مو لا ق اي ة أعأ ا ا ا ك نا ت أو مس دن أدحطن ب
نورق اه أو ط ه ب ا
لار اه ك امو نته ارخا ا تداع ع و
دي
لاوا ا ح ىم ي ق ىي بي
لا سان
“Tidak ada pemilik unta, sapi, dan kambing yang tidak membayar zakatnya kecuali
binatang-binatang tersebut datang di hari kiamat dengan postur yang sangat besar
dan sangat gemuk yang mengamuki pemiliknya dengan tanduk-tanduk mereka dan
39. 35
menginjak-nginjaknya dengan kaki mereka. Ketika binatang yang paling belakang
habis, maka yang depan kembali lagi padanya hingga pemutusan (hisab) selesai di
antara manusia).” (HR. Muslim)
Bukan hanya di akhirat, sanksi bagi para pembangkang zakat di dunia juga
ada, yaitu, pemerintah yang berwenang diperkenankan mengambil paksa zakat
40. 36
yang harus dibayarkan dan memberi hukuman pada pelaku agar jera sebagaimana
yang disampaikan oleh Imam al-Qaffal dalam kitab Hilyatul Ulama’ fi Ma’rifati
Madzahibul Fuqaha’:
إنو ا م نع جارخإ لا كز لا ب خ لا تذخأ
دن رزعو
“Jika pemilik harta tidak mau membayar zakat sebab bakhil, maka zakat diambil
paksa darinya dan ia berhak di-ta’zir.” (Abu Bakar al-Qaffal, Hilyatul Ulama’ fI
Ma’rifati Madzahibul Fuqaha’, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2004, jilid 3
halaman 10)
Itulah sebagian ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang wajib
membayar zakat namun tidak mau membayarnya. Bahkan jika alasan tidak mau
membayar zakat itu didasari pengingkaran terhadap kewajiban zakat, maka ia
dihukumi murtad. Na’udzubillah min dzalik. Hal ini sebagaimana yang telah
disampaikan Syekh Muhyiddin an-Nawawi:
بوجو لا كز لا ت موو يد الى لرور ر م جهح بوجو اه ر
“Kewajiban zakat adalah ajaran agama Allah ta’ala yang diketahui secara pasti.
Sehingga, orang yang mengingkari kewajibannya sesungguhnya telah mendustakan
Allah ta’ala dan mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga ia
dihukumi kufur.” (Muhyiddin an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
Mesir, al-Muniriyah, cetakan kedua, 2003, jilid V, halaman 331)
41. 37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan terpuji.
Zakat menurut istilah agama islam artinya sejumlah / kadar harta tertentu yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Hukumnya
zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, yaitu wajib atas tiap-tiap orang yang
cukup syarat-syaratnya.
Diantara tujuan zakat dalam Islam adalah (1) mengangkat derajat fakir
miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan, (2)
membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil
dan mustahiq lainnya, (3) membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang
miskin, (4) membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya, (5) sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk
mencapai keadilan sosial.
Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah
merupakan zakat yang dikeluarkan umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan dan
sebagian bulan Syawal untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat maal adalah zakat
harta yang dimiliki seseorang karena sudah mencapai nisabnya.
Yang dibayarkan zakat fitrah yaitu berupa makanan pokok sebesar 3,1 liter
atau 2,5 kg atau bisa juga dibayarkan dengan uang senilai makanan pokok yang
harus dibayarkan. Sedangkan yang dibayarkan zakat maal berupa binatang ternak,
emas dan perak, biji-bijian dan buah-buahan, rikaz, harta perniagaan, hasil
pertanian, dan hasil tambang.
Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin,
amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
Sedangkan yang tidak berhak menerima zakat yaitu orang kafir, orang atheis,
keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib, dan ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu,
dan isteri yang menjadi tanggungan orang yang berzakat.
42. 38
3.2 Saran
Dalam kehidupan yang fana ini alangkah baiknya agar kita selalu menginagt
akan kehidupan diakhirat kelak. Sebagaimana apa yang dapat menplong kita saat
yaumul hisab kelak adalah amal sholih, oleh sebab itu perbanyaklah beramal sholih
yang salahsatunya yaitu membayar zakat agar selaga harta yang kita gunakan
selama di dunia berkah dan suci. Kemudian bilamana terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini kami memohon saran dari pembaca, terimakasih.
43. 39
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya:
Indah, 1987
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo.
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf. Jakarta:
UI-Press.
https://islam.nu.or.id/post/read/18922/fasal-tentang-zakat-fitrah
https://www.nu.or.id/post/73/zakat
https://www.nu.or.id/post/read/79408/zakat-mal-yang-terabaikan
http://el-syadii.blogspot.com/2015/05/makalah-zakat-pengertian-hukum-dan-
macam.html
https://baznas.go.id/panduanzakat