Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati jenis FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) lokal Sulawesi Tenggara terhadap pertumbuhan dan biomasa tanaman kayu kuku pada tanah pascatambang nikel. Dilakukan penanaman kayu kuku dengan berbagai perlakuan FMA dan diamati parameter pertumbuhan tanaman. Hasilnya menunjukkan bahwa semua perlakuan FMA berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertum
2. LATAR BELAKANG
Tanah pascatambang merupakan tanah yang
miskin unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium,
dengan kadar Mg>Ca dan kandungan logam yang
tinggi. Adapun factor lainnya seperti tanah terlalu
padat, struktur tanah tidak mantap, aerasi dan
drainase tanah jelek, serta lambat meresapkan air.
Kondisi ekstrem tersebut sangat sulit untuk
memacu tanaman untuk tumbuh dengan baik
sehingga perlu diatasi dengan perbaikan kondisi
tanah.
3. 3
Dilakukan penanaman jagung (Zea mays) dengan dua
cara yaitu dengan kontrol dan penambahan MVA.
Tanaman jagung yang diberi perlakuan penambahan
biofertilizer MVA memiliki pertumbuhan tinggi dan
diameter batang tanaman yang berbeda meskipun
tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian dosis MVA yang kurang dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, serta adanya faktor
lain yang berpengaruh seperti faktor lingkungan dan
unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Indikator yang diamati untuk melihat potensi MVA
sebagai biofertilizer adalah tinggi dan diameter batang.
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 52.17 93.
33
129.
00
149
.83
155.
67
156.0
0
Pemberian MVA 49.00 94.
83
135.
50
155
.00
158.
83
162.3
3
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 9.96 1
1
.
9
2
1
3
.
7
5
1
4
.
8
1
1
2
.
0
2
1
0
.
3
9
Pemberian MVA 7.94 9
.
9
3
1
1
.
9
8
1
4
.
0
5
1
2
.
3
9
1
0
.
0
3
Rerata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (dalam cm)
Rerata pertumbuhan diameter tanaman jagung (dalam cm)
4. 4
Pada dasarnya, MVA memiliki beberapa peranan
penting diantaranya sebagai penyedia unsur hara di
dalam tanah, pengurai bahan organik dan
pembentuk humus sehingga mampu meningkatkan
ketersediaan hara di dalam tanah, sebagai
pengontrol organisme pengganggu tanaman (OPT),
pemantap agregat tanah dan merombak
persenyawaan kimia di dalam tanah. Mikoriza
memberikan hormon yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk tumbuh, seperti auksin, sitokinin, giberellin,
serta zat pengatur tumbuh kepada tanaman
inangnya (Nurhayati, 2012).
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
5. 5
Menyusutnya diameter batang dapat dipengaruhi
oleh ketersediaaan air di dalam tanah. Hal ini
disebabkan dengan berkurangnya volume air karena
intensitas penyiraman kurang ketika sudah
memasuki fase generatif.
Menyusutnya diameter menyebabkan tidak
lancarnya distribusi unur dan senyawa ke tanaman.
Penambahan diameter batang dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara di dalam tanah, terutama
fosfor (P) yang berperan dalam pembelahan dan
perkembangan sel-sel tanaman.
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pemberian MVA sebagai biofertilizer dapat
meningkatkan penyerapan unsur fosfor (P) oleh
tanaman. Dalam hal ini, fosfor terlibat dalam
pembelahan dan pembentukan sel-sel akar dan
batang tanaman. Mikoriza menghasilkan hormon
auksin yang berfungsi memacu perpanjangan sel
tanaman dan enzim fosfatase yang membantu
proses penyerapan unsur hara P (Cruz et al., 1992).
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh hifa eksternal
mikoriza yang menjulur ke dalam tanah, kemudian
dimanfaatkan untuk memacu proses fotosintesis.
Hasil fotosintesis tersebut akan didistribusikan ke
seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
6. 6
Kelembaban
N E W P R O J E C T
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman adalah
kelembaban tanah. Kelembaban tanah
selama masa pertumbuhan tanaman
jagung menunjukkan nilai yang berbanding
terbalik dengan temperatur atau suhu
tanah. Semakin lembab suatu tanah (wet)
maka kandungan air yang berada di dalam
tanah tersebut cukup tinggi sehingga
tanaman tidak akan kekurangan air untuk
mencukupi kebutuhan pertumbuhannya.
Nilai kelembaban tanah berbanding
terbalik dengan nilai temperatur tanah. Hal
ini terlihat bahwa ketika suhu tanah
selama pengamatan menunjukkan nilai di
bawah 30°C, maka nilai kelembaban
FAKTOR LINGKUNGAN
Selama proses pertumbuhan dan
pemeliharaan tanaman jagung dilakukan
pengukuran pH atau keasaman tanah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
pada awal masa penanaman kondisi tanah
cenderung asam, yaitu memiliki pH 5.
Namun 20 hari setelahnya, pH tanah
cenderung normal ±7. pH tanah juga
memiliki peranan penting dalam
kesuburan tanah karena dapat
mempengaruhi penyerapan unsur hara
makro dan mikro. Kisaran pH yang optimal
untuk pertumbuhan tanaman adalah pH
5.5 sampai 7 karena pada kondisi tersebut
proses penyerapan unsur tersebut akan
lebih optimal.
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman adalah kelembaban tanah
Keasaman (pH)
pH
7.
8. LATAR BELAKANG
Tanah pascatambang merupakan tanah yang
miskin unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium,
dengan kadar Mg>Ca dan kandungan logam
yang tinggi. Adapun factor lainnya seperti tanah
terlalu padat, struktur tanah tidak mantap, aerasi
dan drainase tanah jelek, serta lambat
meresapkan air. Kondisi tersebut berpotensi
menghambat tanaman untuk tumbuh dengan baik
sehingga perlu diatasi dengan perbaikan kondisi
tanah, salah satunya melalui pemanfaatan pupuk
hayati FMA.
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan
kelompok mikroorganisme dari filum
Glomeromicota yang dapat bersimbiosis
dengan perakaran tanaman secara mutualistic
dan dapat dijadikan sebagai pupuk hayati atau
pupuk biologis.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah pemanfaatan pupuk hayati jenis FMA
lokal sulawesi tenggara efektif memacu
peningkatan pertumbuhan dan biomasa kayu
kuku pada tanah pascatambang nikel.
9. 9
Kelembaban
N E W P R O J E C T
Faktor
METODE PENELITIAN
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman adalah kelembaban tanah
Keasaman (pH)
10. 10
Penyemaian Benih kayu Kuku
N E W P R O J E C T
Benih buah kayu kuku diberi perlakuan
awal berupa pengikiran pada salah satu
sisi benih (tepat di bagian kalaza).
Sebelum dikecambahkan,benih dicuci
menggunakan bayclin yang dilarutkan 20
ml/1 liter air. Perendaman dengan atonik
1/1.000 ml air selama 12 jam,
dikecambahkan pada bak plastik
berukuran 30 x 20 x 10 cm yang berisi
media pasir steril. Media sapih yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah tanah
tambang steril, pasir steril dan pupuk
kandang kotoran ayam (3: 1: 1).
TAHAPAN PENELITIAN
Inokulasi FMA
Sebelum inokulasi FMA, polybag (ukuran
17 x 22 cm) diisi media tanam 1 kg.
Inokulasi FMA diberikan 10 g (jenis FMA A.
apendicula, Cl. etunicatum/ Ha dan FMA
Campuran), 15 g (FMA Ac. delicata), 20 g
(FMA S. constrictum) untuk setiap polybag
dan diletakkan dekat akar semai kayu
kuku. Semai yang tidak diinokulasi
dijadikan sebagai kontrol.
Pengelompokkan bibit berdasarkan pada
perbedaan rata-rata tinggi semai yaitu
Kelompok I tinggi 12.4–11 cm, Kelompok II
tinggi 10.5–9.3 cm da Kelompok III tinggi
8.42–6.8 cm. Semai dipelihara dan disiram
2 (dua) kali setiap hari pada kondisi rumah
plastik dan diamati selama 3 bulan. Gulma
dan hama yang menggangu semai
dikendalikan setiap hari
11. 11
Proses Kolonisasi Akar
N E W P R O J E C T
Pengamatan kolonisasi FMA
menggunakan teknik pewarnaan akar
(staining) dengan cara mengambil 10
contoh akar dengan ukuran 1 cm,
kemudian akar tersebut dicuci sampai
bersih kemudian dimasukkan ke dalam
larutan KOH 10% selama 4 jam. Larutan
KOH kemudian dibuang dan akar contoh
dicuci dengan air mengalir sampai bersih.
Kemudian akar direndam pada larutan
HCL 2% selama 30 menit. Larutan HCL
dibuang. Selanjutnya contoh akar
direndam ke dalam larutan staining (trypan
blue 0,05% + Glyserol 70% + aquades
30%) selama 24 jam. Setelah itu larutan
staining dibuang kemudian akar
dimasukkan dalam larutan gliserol 50%.
dan kegiatan pengamatan kolonisasi FMA
TAHAPAN PENELITIAN
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini
yaitu Pengamatan pertumbuhan bibit.
Tinggi bibit (cm), pengukuran tinggi
dilakukan dengan penggaris, mulai dari
pangkal batang sampai dengan titik
tumbuh tertinggi pada jalur batang.
Pengukuran Diameter bibit (mm),
pengukuran dilakukan pada batang
setinggi 1 cm di atas permukaan media
dengan menggunakan caliper.
Pengukuran tinggi dan diameter tanaman
dilakukan setiap 2 105 Husna, F. D.
Tuheteru, M. I. Salim, L. A. Adam, Nirwan,
A. Arif, Basrudin, Albasri Pemanfaatan
Pupuk Hayati Mikoriza Lokal Sulawesi
Tenggara ... minggu. Penghitungan jumlah
daun (helai) dan pengukuran panjang dan
lebar daun, penghitungan pertambahan
12. 12
Hasil Penelitian Rekapitulasi hasil sidik ragam
(uji F) pengaruh perlakuan terhadap parameter
penelitian bibit kayu kuku [Pericopsis mooniana
(Thw.) Thw.] umur 5 bulan disajikan pada Tabel
1. Tabel 1 menunjukkan bahwa semua
perlakuan berpengaruh sangat nyata kecuali
peubah tinggi dan diameter berpengaruh nyata
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Penelitian Rekapitulasi Sidik Ragam
Tinggi (cm) *
Diameter (mm) *
Jumlah daun (helai) **
Luas daun (mm) **
Jumlah nodul akar **
Berat kering pucuk (g) **
Berat kering akar (g) **
Berat kering total (g) **
Indeks mutu bibit **
Nisbah pucuk akar **
Mycorrhizal innoculation effect (%) **
Kolonisasi akar (%) **
Keterangan: *(berpengaruh nyata); **(sangat nyata); (P≤0,01) = Berpengaruh sangat nyata
(**), (P≤0,05) = Berpengaruh nyata (*)
13. 13
Dilakukan penanaman jagung (Zea mays) dengan dua
cara yaitu dengan kontrol dan penambahan MVA.
Tanaman jagung yang diberi perlakuan penambahan
biofertilizer MVA memiliki pertumbuhan tinggi dan
diameter batang tanaman yang berbeda meskipun
tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian dosis MVA yang kurang dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, serta adanya faktor
lain yang berpengaruh seperti faktor lingkungan dan
unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Indikator yang diamati untuk melihat potensi MVA
sebagai biofertilizer adalah tinggi dan diameter batang.
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 52.17 93.
33
129.
00
149
.83
155.
67
156.0
0
Pemberian MVA 49.00 94.
83
135.
50
155
.00
158.
83
162.3
3
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 9.96 1
1
.
9
2
1
3
.
7
5
1
4
.
8
1
1
2
.
0
2
1
0
.
3
9
Pemberian MVA 7.94 9
.
9
3
1
1
.
9
8
1
4
.
0
5
1
2
.
3
9
1
0
.
0
3
Rerata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (dalam cm)
Rerata pertumbuhan diameter tanaman jagung (dalam cm)
14. 14
Dilakukan penanaman jagung (Zea mays) dengan dua
cara yaitu dengan kontrol dan penambahan MVA.
Tanaman jagung yang diberi perlakuan penambahan
biofertilizer MVA memiliki pertumbuhan tinggi dan
diameter batang tanaman yang berbeda meskipun
tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian dosis MVA yang kurang dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, serta adanya faktor
lain yang berpengaruh seperti faktor lingkungan dan
unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Indikator yang diamati untuk melihat potensi MVA
sebagai biofertilizer adalah tinggi dan diameter batang.
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 52.17 93.
33
129.
00
149
.83
155.
67
156.0
0
Pemberian MVA 49.00 94.
83
135.
50
155
.00
158.
83
162.3
3
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 9.96 1
1
.
9
2
1
3
.
7
5
1
4
.
8
1
1
2
.
0
2
1
0
.
3
9
Pemberian MVA 7.94 9
.
9
3
1
1
.
9
8
1
4
.
0
5
1
2
.
3
9
1
0
.
0
3
Rerata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (dalam cm)
Rerata pertumbuhan diameter tanaman jagung (dalam cm)
15. 15
Dilakukan penanaman jagung (Zea mays) dengan dua
cara yaitu dengan kontrol dan penambahan MVA.
Tanaman jagung yang diberi perlakuan penambahan
biofertilizer MVA memiliki pertumbuhan tinggi dan
diameter batang tanaman yang berbeda meskipun
tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian dosis MVA yang kurang dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, serta adanya faktor
lain yang berpengaruh seperti faktor lingkungan dan
unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Indikator yang diamati untuk melihat potensi MVA
sebagai biofertilizer adalah tinggi dan diameter batang.
Penambahan MVA Pada Tanaman
N E W P R O J E C T
PENGUJIAN PERTUMBUAHAN TANAMAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 52.17 93.
33
129.
00
149
.83
155.
67
156.0
0
Pemberian MVA 49.00 94.
83
135.
50
155
.00
158.
83
162.3
3
Pengukuran ke- 1 2 3 4 5 6
Kontrol 9.96 1
1
.
9
2
1
3
.
7
5
1
4
.
8
1
1
2
.
0
2
1
0
.
3
9
Pemberian MVA 7.94 9
.
9
3
1
1
.
9
8
1
4
.
0
5
1
2
.
3
9
1
0
.
0
3
Rerata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (dalam cm)
Rerata pertumbuhan diameter tanaman jagung (dalam cm)
16. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa inokulasi FMA lokal C.
etunicatum mampu meningkatkan pertumbuhan dan biomassa bibit
kayu kuku [P. mooniana (Thw.) Thw.] umur 5 bulan pada media tanah
pascatambang nikel. Saran pada penelitian ini yaitu perlu dilakukan uji
aplikasi pupuk hayati FMA lokal Sulawesi Tengara jenis C. etunicatum
terhadap tanaman terancam punah lainnya pada media tanah
pascatambang nikel
17. 17
Kelembaban
N E W P R O J E C T
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman adalah kelembaban tanah.
Kelembaban tanah selama masa pertumbuhan
tanaman jagung menunjukkan nilai yang berbanding
terbalik dengan temperatur atau suhu tanah.
Semakin lembab suatu tanah (wet) maka kandungan
air yang berada di dalam tanah tersebut cukup tinggi
sehingga tanaman tidak akan kekurangan air untuk
mencukupi kebutuhan pertumbuhannya. Nilai
kelembaban tanah berbanding terbalik dengan nilai
temperatur tanah. Hal ini terlihat bahwa ketika suhu
tanah selama pengamatan menunjukkan nilai di
bawah 30°C, maka nilai kelembaban mencapai nilai
± 10 (wet), sedangkan apabila nilai temperatur diatas
30°C maka nilai kelembaban cenderung menurun
hingga nilai ± 4 ( dry).
FAKTOR LINGKUNGAN
Selama proses pertumbuhan dan pemeliharaan
tanaman jagung dilakukan pengukuran pH atau
keasaman tanah. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, pada awal masa penanaman kondisi
tanah cenderung asam, yaitu memiliki pH 5. Namun
20 hari setelahnya, pH tanah cenderung normal ±7.
pH tanah juga memiliki peranan penting dalam
kesuburan tanah karena dapat mempengaruhi
penyerapan unsur hara makro dan mikro. Kisaran
pH yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
adalah pH 5.5 sampai 7 karena pada kondisi
tersebut proses penyerapan unsur tersebut akan
lebih optimal.
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman adalah kelembaban tanah
Keasaman (pH)
18. KESIMPULAN
Penggunaan mikoriza vesikular arbuskular
(MVA) pada tanaman jagung yang diperoleh
melalui metode isolasi dan ekstraksi
berpotensi sebagai biofertilizer (pupuk hayati)
yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.
Biofertilizer MVA diharapkan dapat membantu
proses pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan kualitas tanah sebagai salah
satu bentuk kegiatan rehabilitasi maupun
reklamasi lahan pasca tambang batu kapur.