SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
KONSELING
MAKALAH FARMASI KOMUNITAS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Farmasi Komunitas
oleh,
KELOMPOK 10
Amir Rahmatillah 20344200
Dhelia Amanda Calista 20344199
Herlina Sam 20344197
Irfan Rusdiyanto 20344198
Pratiwi Anidya Utari 20344201
Tri Ika Florida Sinaga 20344202
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Konseling”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Farmasi Komunitas.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat saran, dorongan,
bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Jakarta, 8 Maret 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................... 3
D. Prosedur Makalah......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori............................................................................. 4
1. Pengertian Konseling.............................................................. 4
2. Manfaat Konseling ................................................................. 5
3. Tujuan Konseling ................................................................... 6
4. Perinsif Konseling .................................................................. 6
5. Sasaran Konseling .................................................................. 8
6. Hal-Hal Yang Harus Disiapkan Dalam Konseling................... 8
7. Kendala Dalam Pemberian Obat dan Konseling...................... 8
8. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien ............... 9
9. Tahap Proses Konseling.......................................................... 10
BAB III SIMPULAN
A. SIMPULAN................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan munculnya berbagai obat jadi dari industri farmasi, perluasan
peran asisten apoteker, dan konsep asuhan kefarmasian (pharmaceutical care),
sisi teknis farmasi dari peran apoteker komunitas telah berkurang, dan aspek yang
lebih sosial yang menjadi semakin penting. Meskipun apoteker selama ini sudah
berusaha mengenali pelanggannya, dan sejak dulu, masyarakat telah melihat
apoteker sebagai sumber informasi kesehatan, penekanan yang semakin besar saat
ini diberikan pada interaksi antara apoteker dan pasien (Rantucci, 2009).
Meskipun apoteker sekarang telah menerima konseling pasien sebagai
salah satu bagian dari apoteker, apoteker tidak selalu terlibat aktif dalam proses
ini, sebagaimana seharusnya. Apoteker saat ini menyadari bahwa praktik apotek
telah berkembang selama bertahun-tahun sehingga tidak hanya mencakup
penyiapan, peracikan, dan penyerahan obat kepada pasien, tetapi juga interaksi
dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan lain di seluruh penyediaan asuhan
kefarmasian (Rantucci, 2009).
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical care). Kegiatan pelayan kefarmasian yang semula berfokus pada
pegelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Depkes RI , 2004).
Sebagai kosekuensi perubahan oreantasi tersebut, apoteker/asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan perilaku agar dapat berinteraksi lansung dengan pasien. Pelayanan
kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,
2
sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang di
tetapkan.
Dikalangan farmasi mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya
dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep pharmaceutical care.
Konsep pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang
dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat
yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat.
Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasi di dunia
kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasi klinik
(clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasi yang
menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan
praktik profesional dari farmasi ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk
menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang
pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi
obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta
tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang
tidak tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah diatas dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut;
1. Apa yang dimaksud konseling?
2. Apa manfaat dan tujuan konseling?
3. Apa prinsip konseling?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran konseling?
5. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan konseling pada
pasien?
6. Apa saja kendala dalam pemberian obat dan konseling?
7. Apa modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien?
8. Bagaimana tahapan proses konseling?
3
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1. Untuk mengetahui pengertian konseling
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan konseling
3. Untuk mengetahu prinsip konseling
4. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran konseling
5. Untuk mengetahui hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan
konseling pada pasien
6. Untuk mengetahui kendala dalam pemberian obat dan konseling
7. Untuk mengetahui modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien
8. Untuk mengetaahui tahapan proses konseling
D. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik
analisisis malalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data
tersebut dalam konteks tema makalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Konseling
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami perubahan
orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya berfokkus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian adalah salah
tanggung jawab dari apoteker untuk memaksimalkan terapi dengan cara mencegah
dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related Problem).
Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui
konseling obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan
pengobatan secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat.
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan
pertukaran pendapat (Depkes RI, 2006). Konseling adalah suatu kegiatan bertemu
dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang
memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien
memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah (Depkes
RI, 2004). Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen
kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya
melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus
berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam
konsep Pharmaceutical Care. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif
langsung dari apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena
pemakaian obat-obat dengan cara penggunaan khusus, obat-obat yang
membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan
pasien meminum obat (Depkes RI, 2006).
Menurut KEPMENKES RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotik, konseling adalah suatu proses
komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
5
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan
pengobatan. Melalui konseling, apoteker dapat mengetahui kebutuhan pasien saat
ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien
apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus dikembangkan
dalam diri pasien, dan masalah yang perlu di atasi. Selain itu, apoteker diharapkan
dapat menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu diperbaiki.
Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah
tersedianya ruangan khusus untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian
kenseling, informasi yang disampaikan kepada pasien harus lengkap dan jelas,
yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi, kontraindikasi, dosis, interaksi
obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui. Untuk mengatasi
kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu sendiri,
perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat
melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu
pelayanan kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta sedikasi legal
untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif lansung dari
Apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat
dengan cara penanganan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka
panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat.
Konseling yang diberikan atas inisiatif lansung dari apoteker disebut konseling
aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien datang untuk
berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini
disebut konseling pasif.
2. Manfaat Konseling
Manfaat konseling yaitu :
1. Bagi pasien
 Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan.
 Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya.
 Membantu dalam merawat dan perawatan kesehatan sendiri.
6
 Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu.
 Menurunkan kesalahan penggunaan obat.
 Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi.
 Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan.
 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya kesehatan.
2. Bagi Farmasi
 Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
 Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab
profesi Farmasi.
 Menghindari farmasi dari tuntutan karena kesalaha penggunaan obat
(Medication Error).
 Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi
upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.
3. Tujuan Konseling
Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :
 Membina hubungan / komunimasi farmasis dengan pasien dan membangun
kepercayaan pasien kepada farmasi.
 Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
 membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan
memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat
dengan benar.
4. Prinsip Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau kolerasi antara
pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara
sukarela. Pendekatan apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan
model pendekatan 'medical model' menjadi pendekatan 'helping model'. Hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh apoteker tertera dalam Tabel 1.
Medical Model Helping Model
1. Pasien passive 1. Pasien terlibat secara aktif
2. Dasar kepercayaan ditunjukkan
berdasarkan citra profesi
2. Kepercayaan didasarkan dari hubungan
pribadi yang berkembang setiap saat
3. Mengidentifikasi masalah dan
menetapkan solusi
3. Menggali semua masalah dan memilih
cara pemecahan masalah
7
4. Pasien bergantung pada petugas
kesehatan
4. Menggali semua masalah dan memilih
cara pemecahan masalah
5. Hubungan seperti ayah-anak 5. Hubungan setara (seperti teman)
Selain itu apoteker harus mengerti kebutuhan keinginan dan pilihan dari pasien
1. Menentukan Kebutuhan
Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa dia sadari apa yang
dibutuhkannya. Serinkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan
kebutuhannya, walupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkannya. Oleh
karena itu diflakukan pendekatan awal dengan mengemukakan pernyataan
terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.
2. Perasaan
Farmasi harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien
(berempati). Farmasi harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien
(bagaimana perasaan menjadi orang saksit ) sehingga dapat berinteraksi dan
menolong dengan lebih efektif
Beberapa bentuk perasaan atau emosi pasien dan cara penanganannya
adalah sebagai berikut :
1. Frustasi yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk
mencari alternatif jalan lain yang lenih tepat dan meminimalkan rasa
ketidak nyamanan dari aktifitas hariannya yang tertunda.
2. Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan seituasi apa yang
sebenarndya ditakutinya dan membuat pasien menerima keaadaan dengan
keberanian yang ada dalam drinya.
3. Marah yaitu mencoba ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga
begitu.
4. saja menerima kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah
dengan jalan mendengarkan dan berempati.
5. Depresi yaitu usahakan membiarkan pasien mengespresikan
penderitaannya membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jika pasiend
ingin bicara.
6. Hilang kepercayaan diri
7. Merasa bersalah
8
5. Sasaran Konseling
1. Konseling pasien rawat jalan.
2. Konseling pasien rawat inap.
Adapun enam komponen konseling minimal yaitu :
 Nama obat, jumlahnya dan indikasinya.
 Aturan pakai, cara dan lama pemakaian.
 Interaksi obat.
 Efek samping obat.
 Pengaruh terhadap pola hidup, pola makan.
 Cara penyimpanan.
6. Hal-hal Yang Harus Disiapkan Dalam Memberikan Pelayanan Konseling
Pada Pasien
Sebelum meberikan konseling ada beberapa hal yang harus diketahui oleh
seseorang apoteker agar tujuan konseling tercapai. Hal yang perlu diperhatikan
adalah latar belakang pasien (database pasien) seperti biodata, riwayat penyakit,
riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga sosial dan ekonomi. Hal kedua yang
perlu diperhatikan adalah membuat daftar masalah yang dihadapi pasien (terutama
masalah yang berkaitan dengan obat). Setelah kedua hal tersebut dilakukan baru
dapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang sudah disusun kemudian
dapat dilihat dari perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah diberikan
sudah tepat atau belum.
7. Kendala Dalam Pemberian Obat dan Konseling
Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses
pengobatan dan pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain
adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan
bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap
terbuka dan siap membantu. Untuk kendala yang berasal dari latar belakang
pendidikan budaya dan bahasa kendala dapat diatasi dengan menggunakan istilah
sederhana dan dapat dipahami, berhati-hati dalam memnyampaikan hal yang
sensitif, atau menggunakan penerjemah. Untuk kendala yang berasal dari fisik dan
mental dapat diatasi dengan upaya menggunakan alat bantu yang sesuai atau
melibatkan orang yang merawatndya. Sedangkan kendala yang berasal dari tenaga
9
farmasi dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukan sikap yang tidak
memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara
berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, seriing mengulang suatu kata),
menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan
gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien,
sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi
pada upaya mengatasinya adalah dengan memberikan pasien kesempatan untuk
menyampaikan masalahnya dengan bebas menunjukan kepada pasien bahwa apa
yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali anggukan
kepala, kata ya dan sikap badan yang cenderung ke arah pasien,. Menyesuaikan
volume suara dan mengurangi kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang
mengesankan gugup dan tidak siap, menghindari pemakaian istilah yang tidak
dipahami oleh pasien, tidak menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan
berulang yang tidak pada tempatnya dan menjaga kontak mata dengan psien.
Selain kendala-kendala tersenut diatas terdapat kendala lain yang
kadangkurang diperhatikan oleh tenaga farmasi. Kendala tersebut adalah
lingkungan pada saat konseling dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana yang
bising, sering adanya interupsi, adanya partisi (kacakounter) dapat mempengaruhi
pasien dalam menerima konseling. Hal ini harus diperhatikan oleh tenaga farmasi
dalam memberikan konseling. Adanya tempat khusus ataupun tidak menerima
telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa privasi dan nyaman kepada pasien.
Itulah sekilas pendangan tentang pelayanan konseling pasein, diharapkan dengan
melakukan pelayanan konseling secara benar dan konsisten akand meningkatkan
peran dan citra tenaga farmasi di masyarakat luas.
8. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien
1. Menguasai Ilmu
Kalau kita menguasai ilmu yang akan kita sampaikan, maka kita
akan dapat berbicara lancar, meyakinkan sehingga pasien akan puas dan
percaya, ini merupakan kunci utama. Apabila pasien sudah percaya maka
mereka akan patuh.
2. Kemampuan Berkomunikasi
10
Ini penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada
keberhasilan komunikasi.
9. Tahapan Proses Konseling
Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu :
1. Pengenalan/ pembuka
Tujuan : Pendekatan dan membangun kepercayaan.
Teknik :
 Memperkenalkan diri.
 Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama.
Contoh pengenalan/pembukaan :
 Sapa pasien dengan ramah.
 Perkenal diri anda .
 Jelaskan tujuan konseling.
 Informasikan lama waktu yang dibutuhkan
Selamat pagi, saya Amir, Apoteker disini (perkenalkan diri). Saya
ingin menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang obat-obatan yang
baru anda peroleh (subjek yang akan ditanyakan ). Hanya butuh waktu
beberapa menit saja (waktu yang dibutuhkan). Informasi yang anda
berikan nanti akan sangat membantu kita untuk mengenali masalah yang
mungkin timbul dari obat-obat yang baru anda terima ini . (tujuan/iuran)
2. Penilaian awal/identifikasi
 Tujuan : Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang
harus dipenuhi.
 Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan baru/lama/OTC
 Teknik : Three Prime Questions
Contoh narasi :
Pasien mendapat obat anthipertensi :
 Ny. Dhelia :"Doketer bilang, saya memerlukan obat ini, tapi saya merasa
baik-baik saja, mungkin saya benar-benar tidak membutuhkannya?"
 Tn. Irfan :"Saya tahu TD saya tinggi dan harus minum obat secara teratur
tapi jadwal saya sibuk dan sering lupa..?"
11
 Pasien baru (Herlina): Apakah sudah mendapatkan informasi tentang :
nama obat, kegunaan dan cara penggunaan inhaler..?
 Pasien lama (Pratiwi) : Apakah ada masalah tentang cara penggunaan
inhaler kepatuhan ...?
3. Pemberian informasi
 Tujuan : Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahmi dan
mengikuti regimen terapi.
Tehnik : Show & Tell
Contoh Pemberian Informasi
Berikan informasi pokok tentang :
 Nama obat dan bentuk sediaan
 Kegunaan inhaler
 Cara menggunakan inhaler
 Cara penyimpanan
 Gunakan sarana : Poster, contoh inhaler
 Cara penggunaan Inhaler
1. Mengeluarkan dahak / lendir (bila ada )
2. Latihan nafas
3. Periksa alat / wadah
4. Tahap penggunaan :
 Kocok dulu dan buka penutup
 Tarik dan keluarkan nafas
 Pasang alat dimulut
 Ambil nafas pelan-pelan dan tekan alat
 Tutup mulut tahan nafas 5-10 detik, alat dilepas
 Keluarkan nafas lewat hidung, bila ada dosis ke-2, ber
jarak 5 menit.
 Cuci mulut atau berkumu
4. Verifikasi
 Tujuan : Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang
sudah disampaikan.
 Mengulang hal-hal penting
12
Tehnik : Fill in the gaps
Contoh penilaian akhir/verifikasi yaitu :
 Bertanya tentang pamahaman informasi yang disampaikan.
 Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara
penggunaan.
5. Tindak lanjut
 Tujuan :
 Mengikuti perkembangan pasien
 Monitoring keberhasilan pengobatan
Tehnik :
 Membuat patient medication record (PMR)
 Komunikasi melalui telepon
Contoh penutup / tindak lanjut :
 Ingatkan waktu untuk kontrol
 Berikan salam dan ucapkan "semoga lekas sembuh"
 Lakukan pencatatan pada kartu konseling/PMR
13
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
1. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memcahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dand pengobatan.
2. Konseling akan memberikan manfaat tidak hanya bagi pasien dan farmasi,
karena tujuan konseling adalah membantu pasien menggunakan obat
sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara/metode yang memudahkan
pasien menggunakan obat dengan benar.
3. Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara
pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan peridlaku pasien secara
sukarela.
4. Sasaran konseling farmasi adalah pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
5. Hal yang perlu difperhatikanf oleh apoteker dalam memberikan konseling
farmasi adalahf latar belakang pasien (data base pasien) seperti biodata,
riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga, sosial dan
ekonomi. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah membuat daftar
masalah yang dihadapi pasien yang akan diberikan konseling.
6. Kendala dalam melakukan konseling farmasi yang berasal dari pasien
antara lain adalahd perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu, adanya
kendala fisik dan mental. Aedangkan kendala dyang berasal dari tenaga
farmasi dapat dberupa mendominasi percakapan, menunjukan sikap yang
tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien
sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, sering
mengulangi suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu teknis yang
tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai yang
dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak
melakukan kontak mata denga pasien.
14
7. Modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien adalah menguasai ilmu
dan memilliki kecakapan dalam berkomunikasi.
8. Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu pengenalan/pembuka,
penialian awal/identifikasi, pemberian informasi, verifikasi, dan tindak
lanjut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, (2004), Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Rantucci, M.J., 2009, Komunikasi Apoteker-Pasien, EGC, Jakarta, 49, 51, 56, 57.

More Related Content

What's hot

Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
Trie Marcory
 

What's hot (20)

Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensiPharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Gel
GelGel
Gel
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsiMikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsi
 
Contoh brosur suspensi paracetamol
Contoh brosur suspensi paracetamolContoh brosur suspensi paracetamol
Contoh brosur suspensi paracetamol
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
503793898-Praktik-Farmakognosi-Amylum.pptx
503793898-Praktik-Farmakognosi-Amylum.pptx503793898-Praktik-Farmakognosi-Amylum.pptx
503793898-Praktik-Farmakognosi-Amylum.pptx
 
Farmakognosi ALKALOID
Farmakognosi ALKALOIDFarmakognosi ALKALOID
Farmakognosi ALKALOID
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Analisa material spektrofotometer FTIR
Analisa material spektrofotometer FTIRAnalisa material spektrofotometer FTIR
Analisa material spektrofotometer FTIR
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 

Similar to Kel 10. farkom makalah-konseling

Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Fkunand2010
 
Komunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lainKomunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lain
Fkunand2010
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Fkunand2010
 
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENKOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
asih gahayu
 

Similar to Kel 10. farkom makalah-konseling (20)

TERAPI KOMPLEMENTER.docx
TERAPI KOMPLEMENTER.docxTERAPI KOMPLEMENTER.docx
TERAPI KOMPLEMENTER.docx
 
asuhan kefarmasian.pptx
asuhan kefarmasian.pptxasuhan kefarmasian.pptx
asuhan kefarmasian.pptx
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
 
Komunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lainKomunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lain
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
 
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxkomunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
 
project pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docxproject pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docx
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCPharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
 
Tugas hungan perawat gigi dng profesi lain
Tugas hungan perawat gigi dng profesi lainTugas hungan perawat gigi dng profesi lain
Tugas hungan perawat gigi dng profesi lain
 
Pedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsPedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rs
 
The New "Disrupters" in Healthcare – pasien dan apoteker
The New "Disrupters" in Healthcare – pasien dan apotekerThe New "Disrupters" in Healthcare – pasien dan apoteker
The New "Disrupters" in Healthcare – pasien dan apoteker
 
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptxBersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
 
strategi Apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
strategi Apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakatstrategi Apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
strategi Apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
 
PPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptxPPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptx
 
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENKOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
 
prilaku cering
prilaku ceringprilaku cering
prilaku cering
 
ARTIKEL
ARTIKELARTIKEL
ARTIKEL
 
praktek Puskesmas
praktek Puskesmaspraktek Puskesmas
praktek Puskesmas
 
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep ElektronikIis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
Iis Istifaiyatuddianah Konsep Pemasaran Pelayanan Resep Elektronik
 
KONSELING (1).pptx
KONSELING (1).pptxKONSELING (1).pptx
KONSELING (1).pptx
 

Recently uploaded

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 

Recently uploaded (20)

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 

Kel 10. farkom makalah-konseling

  • 1. KONSELING MAKALAH FARMASI KOMUNITAS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmasi Komunitas oleh, KELOMPOK 10 Amir Rahmatillah 20344200 Dhelia Amanda Calista 20344199 Herlina Sam 20344197 Irfan Rusdiyanto 20344198 Pratiwi Anidya Utari 20344201 Tri Ika Florida Sinaga 20344202 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2021
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Konseling”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmasi Komunitas. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Jakarta, 8 Maret 2021 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2 C. Tujuan Makalah ........................................................................... 3 D. Prosedur Makalah......................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teori............................................................................. 4 1. Pengertian Konseling.............................................................. 4 2. Manfaat Konseling ................................................................. 5 3. Tujuan Konseling ................................................................... 6 4. Perinsif Konseling .................................................................. 6 5. Sasaran Konseling .................................................................. 8 6. Hal-Hal Yang Harus Disiapkan Dalam Konseling................... 8 7. Kendala Dalam Pemberian Obat dan Konseling...................... 8 8. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien ............... 9 9. Tahap Proses Konseling.......................................................... 10 BAB III SIMPULAN A. SIMPULAN................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan munculnya berbagai obat jadi dari industri farmasi, perluasan peran asisten apoteker, dan konsep asuhan kefarmasian (pharmaceutical care), sisi teknis farmasi dari peran apoteker komunitas telah berkurang, dan aspek yang lebih sosial yang menjadi semakin penting. Meskipun apoteker selama ini sudah berusaha mengenali pelanggannya, dan sejak dulu, masyarakat telah melihat apoteker sebagai sumber informasi kesehatan, penekanan yang semakin besar saat ini diberikan pada interaksi antara apoteker dan pasien (Rantucci, 2009). Meskipun apoteker sekarang telah menerima konseling pasien sebagai salah satu bagian dari apoteker, apoteker tidak selalu terlibat aktif dalam proses ini, sebagaimana seharusnya. Apoteker saat ini menyadari bahwa praktik apotek telah berkembang selama bertahun-tahun sehingga tidak hanya mencakup penyiapan, peracikan, dan penyerahan obat kepada pasien, tetapi juga interaksi dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan lain di seluruh penyediaan asuhan kefarmasian (Rantucci, 2009). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care). Kegiatan pelayan kefarmasian yang semula berfokus pada pegelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Depkes RI , 2004). Sebagai kosekuensi perubahan oreantasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi lansung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,
  • 5. 2 sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang di tetapkan. Dikalangan farmasi mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep pharmaceutical care. Konsep pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasi di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasi klinik (clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasi yang menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari farmasi ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang makalah diatas dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut; 1. Apa yang dimaksud konseling? 2. Apa manfaat dan tujuan konseling? 3. Apa prinsip konseling? 4. Siapa saja yang menjadi sasaran konseling? 5. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan konseling pada pasien? 6. Apa saja kendala dalam pemberian obat dan konseling? 7. Apa modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien? 8. Bagaimana tahapan proses konseling?
  • 6. 3 C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah; 1. Untuk mengetahui pengertian konseling 2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan konseling 3. Untuk mengetahu prinsip konseling 4. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran konseling 5. Untuk mengetahui hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan konseling pada pasien 6. Untuk mengetahui kendala dalam pemberian obat dan konseling 7. Untuk mengetahui modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien 8. Untuk mengetaahui tahapan proses konseling D. Prosedur Makalah Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisisis malalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.
  • 7. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teori 1. Pengertian Konseling Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami perubahan orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya berfokkus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian adalah salah tanggung jawab dari apoteker untuk memaksimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related Problem). Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui konseling obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan pengobatan secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat. Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan pertukaran pendapat (Depkes RI, 2006). Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah (Depkes RI, 2004). Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penggunaan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat (Depkes RI, 2006). Menurut KEPMENKES RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotik, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
  • 8. 5 mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Melalui konseling, apoteker dapat mengetahui kebutuhan pasien saat ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus dikembangkan dalam diri pasien, dan masalah yang perlu di atasi. Selain itu, apoteker diharapkan dapat menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu diperbaiki. Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah tersedianya ruangan khusus untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian kenseling, informasi yang disampaikan kepada pasien harus lengkap dan jelas, yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi, kontraindikasi, dosis, interaksi obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui. Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu sendiri, perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta sedikasi legal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif lansung dari Apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penanganan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif lansung dari apoteker disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut konseling pasif. 2. Manfaat Konseling Manfaat konseling yaitu : 1. Bagi pasien  Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan.  Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya.  Membantu dalam merawat dan perawatan kesehatan sendiri.
  • 9. 6  Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu.  Menurunkan kesalahan penggunaan obat.  Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi.  Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan.  Meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya kesehatan. 2. Bagi Farmasi  Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.  Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi Farmasi.  Menghindari farmasi dari tuntutan karena kesalaha penggunaan obat (Medication Error).  Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan. 3. Tujuan Konseling Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :  Membina hubungan / komunimasi farmasis dengan pasien dan membangun kepercayaan pasien kepada farmasi.  Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.  membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar. 4. Prinsip Konseling Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau kolerasi antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendekatan apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model pendekatan 'medical model' menjadi pendekatan 'helping model'. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker tertera dalam Tabel 1. Medical Model Helping Model 1. Pasien passive 1. Pasien terlibat secara aktif 2. Dasar kepercayaan ditunjukkan berdasarkan citra profesi 2. Kepercayaan didasarkan dari hubungan pribadi yang berkembang setiap saat 3. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan solusi 3. Menggali semua masalah dan memilih cara pemecahan masalah
  • 10. 7 4. Pasien bergantung pada petugas kesehatan 4. Menggali semua masalah dan memilih cara pemecahan masalah 5. Hubungan seperti ayah-anak 5. Hubungan setara (seperti teman) Selain itu apoteker harus mengerti kebutuhan keinginan dan pilihan dari pasien 1. Menentukan Kebutuhan Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa dia sadari apa yang dibutuhkannya. Serinkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan kebutuhannya, walupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkannya. Oleh karena itu diflakukan pendekatan awal dengan mengemukakan pernyataan terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati. 2. Perasaan Farmasi harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati). Farmasi harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan menjadi orang saksit ) sehingga dapat berinteraksi dan menolong dengan lebih efektif Beberapa bentuk perasaan atau emosi pasien dan cara penanganannya adalah sebagai berikut : 1. Frustasi yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk mencari alternatif jalan lain yang lenih tepat dan meminimalkan rasa ketidak nyamanan dari aktifitas hariannya yang tertunda. 2. Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan seituasi apa yang sebenarndya ditakutinya dan membuat pasien menerima keaadaan dengan keberanian yang ada dalam drinya. 3. Marah yaitu mencoba ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga begitu. 4. saja menerima kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah dengan jalan mendengarkan dan berempati. 5. Depresi yaitu usahakan membiarkan pasien mengespresikan penderitaannya membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jika pasiend ingin bicara. 6. Hilang kepercayaan diri 7. Merasa bersalah
  • 11. 8 5. Sasaran Konseling 1. Konseling pasien rawat jalan. 2. Konseling pasien rawat inap. Adapun enam komponen konseling minimal yaitu :  Nama obat, jumlahnya dan indikasinya.  Aturan pakai, cara dan lama pemakaian.  Interaksi obat.  Efek samping obat.  Pengaruh terhadap pola hidup, pola makan.  Cara penyimpanan. 6. Hal-hal Yang Harus Disiapkan Dalam Memberikan Pelayanan Konseling Pada Pasien Sebelum meberikan konseling ada beberapa hal yang harus diketahui oleh seseorang apoteker agar tujuan konseling tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pasien (database pasien) seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga sosial dan ekonomi. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah membuat daftar masalah yang dihadapi pasien (terutama masalah yang berkaitan dengan obat). Setelah kedua hal tersebut dilakukan baru dapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang sudah disusun kemudian dapat dilihat dari perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah diberikan sudah tepat atau belum. 7. Kendala Dalam Pemberian Obat dan Konseling Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses pengobatan dan pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu. Untuk kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan budaya dan bahasa kendala dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana dan dapat dipahami, berhati-hati dalam memnyampaikan hal yang sensitif, atau menggunakan penerjemah. Untuk kendala yang berasal dari fisik dan mental dapat diatasi dengan upaya menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatndya. Sedangkan kendala yang berasal dari tenaga
  • 12. 9 farmasi dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, seriing mengulang suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah dengan memberikan pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas menunjukan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata ya dan sikap badan yang cenderung ke arah pasien,. Menyesuaikan volume suara dan mengurangi kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap, menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan berulang yang tidak pada tempatnya dan menjaga kontak mata dengan psien. Selain kendala-kendala tersenut diatas terdapat kendala lain yang kadangkurang diperhatikan oleh tenaga farmasi. Kendala tersebut adalah lingkungan pada saat konseling dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana yang bising, sering adanya interupsi, adanya partisi (kacakounter) dapat mempengaruhi pasien dalam menerima konseling. Hal ini harus diperhatikan oleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling. Adanya tempat khusus ataupun tidak menerima telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa privasi dan nyaman kepada pasien. Itulah sekilas pendangan tentang pelayanan konseling pasein, diharapkan dengan melakukan pelayanan konseling secara benar dan konsisten akand meningkatkan peran dan citra tenaga farmasi di masyarakat luas. 8. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien 1. Menguasai Ilmu Kalau kita menguasai ilmu yang akan kita sampaikan, maka kita akan dapat berbicara lancar, meyakinkan sehingga pasien akan puas dan percaya, ini merupakan kunci utama. Apabila pasien sudah percaya maka mereka akan patuh. 2. Kemampuan Berkomunikasi
  • 13. 10 Ini penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada keberhasilan komunikasi. 9. Tahapan Proses Konseling Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu : 1. Pengenalan/ pembuka Tujuan : Pendekatan dan membangun kepercayaan. Teknik :  Memperkenalkan diri.  Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama. Contoh pengenalan/pembukaan :  Sapa pasien dengan ramah.  Perkenal diri anda .  Jelaskan tujuan konseling.  Informasikan lama waktu yang dibutuhkan Selamat pagi, saya Amir, Apoteker disini (perkenalkan diri). Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang obat-obatan yang baru anda peroleh (subjek yang akan ditanyakan ). Hanya butuh waktu beberapa menit saja (waktu yang dibutuhkan). Informasi yang anda berikan nanti akan sangat membantu kita untuk mengenali masalah yang mungkin timbul dari obat-obat yang baru anda terima ini . (tujuan/iuran) 2. Penilaian awal/identifikasi  Tujuan : Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi.  Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan baru/lama/OTC  Teknik : Three Prime Questions Contoh narasi : Pasien mendapat obat anthipertensi :  Ny. Dhelia :"Doketer bilang, saya memerlukan obat ini, tapi saya merasa baik-baik saja, mungkin saya benar-benar tidak membutuhkannya?"  Tn. Irfan :"Saya tahu TD saya tinggi dan harus minum obat secara teratur tapi jadwal saya sibuk dan sering lupa..?"
  • 14. 11  Pasien baru (Herlina): Apakah sudah mendapatkan informasi tentang : nama obat, kegunaan dan cara penggunaan inhaler..?  Pasien lama (Pratiwi) : Apakah ada masalah tentang cara penggunaan inhaler kepatuhan ...? 3. Pemberian informasi  Tujuan : Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahmi dan mengikuti regimen terapi. Tehnik : Show & Tell Contoh Pemberian Informasi Berikan informasi pokok tentang :  Nama obat dan bentuk sediaan  Kegunaan inhaler  Cara menggunakan inhaler  Cara penyimpanan  Gunakan sarana : Poster, contoh inhaler  Cara penggunaan Inhaler 1. Mengeluarkan dahak / lendir (bila ada ) 2. Latihan nafas 3. Periksa alat / wadah 4. Tahap penggunaan :  Kocok dulu dan buka penutup  Tarik dan keluarkan nafas  Pasang alat dimulut  Ambil nafas pelan-pelan dan tekan alat  Tutup mulut tahan nafas 5-10 detik, alat dilepas  Keluarkan nafas lewat hidung, bila ada dosis ke-2, ber jarak 5 menit.  Cuci mulut atau berkumu 4. Verifikasi  Tujuan : Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang sudah disampaikan.  Mengulang hal-hal penting
  • 15. 12 Tehnik : Fill in the gaps Contoh penilaian akhir/verifikasi yaitu :  Bertanya tentang pamahaman informasi yang disampaikan.  Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara penggunaan. 5. Tindak lanjut  Tujuan :  Mengikuti perkembangan pasien  Monitoring keberhasilan pengobatan Tehnik :  Membuat patient medication record (PMR)  Komunikasi melalui telepon Contoh penutup / tindak lanjut :  Ingatkan waktu untuk kontrol  Berikan salam dan ucapkan "semoga lekas sembuh"  Lakukan pencatatan pada kartu konseling/PMR
  • 16. 13 BAB III SIMPULAN A. Simpulan 1. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memcahkan masalah yang berkaitan dengan obat dand pengobatan. 2. Konseling akan memberikan manfaat tidak hanya bagi pasien dan farmasi, karena tujuan konseling adalah membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar. 3. Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan peridlaku pasien secara sukarela. 4. Sasaran konseling farmasi adalah pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. 5. Hal yang perlu difperhatikanf oleh apoteker dalam memberikan konseling farmasi adalahf latar belakang pasien (data base pasien) seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga, sosial dan ekonomi. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah membuat daftar masalah yang dihadapi pasien yang akan diberikan konseling. 6. Kendala dalam melakukan konseling farmasi yang berasal dari pasien antara lain adalahd perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu, adanya kendala fisik dan mental. Aedangkan kendala dyang berasal dari tenaga farmasi dapat dberupa mendominasi percakapan, menunjukan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, sering mengulangi suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata denga pasien.
  • 17. 14 7. Modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien adalah menguasai ilmu dan memilliki kecakapan dalam berkomunikasi. 8. Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu pengenalan/pembuka, penialian awal/identifikasi, pemberian informasi, verifikasi, dan tindak lanjut.
  • 18. 15 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, (2004), Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta. Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Rantucci, M.J., 2009, Komunikasi Apoteker-Pasien, EGC, Jakarta, 49, 51, 56, 57.