SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
PENDEKATAN KONSELING GESTAL
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Konseling Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls merupakan bentuk terapi
eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka menginginkan mencapai
kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, konseling Gestalt berfokus
pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan
mengintegrasikan bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui individu
tersebut.
Oleh sebab itu, penulis akan membahas dengan pembahasanyang berkaitan dengan
konseling Gestalt. Asumsi dasar konseling Gestalt bahwa individu-individu mampu
menangani sendiri masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama konselor adalah membantu
konseli agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan
menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat
sekarang.
I.2. Rumusan Masalah
1. Siapakah Federick Perls?
2. Bagaimanakah konsep-konsep menurut pendekatan konseling Gestalt?
3. Bagaimanakah hakikat manusia menurut pendekatan konseling Gestalt?
4. Bagaimanakah aplikasi pendekatan Gestalt dalam konseling?
5. Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan konseling Gestalt?
I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Federick Perls.
2. Untuk memahami konsep menurut pendekatan konseling Gestalt.
3. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan konseling Gestalt.
4. Untuk mengetahui aplikasi pendekatan Gestalt dalam proses konseling.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pendekatan konseling Gestalt.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
FREDERICK S. (FRITZ) PERLS (1893-1970) merupakan pendiri dan pengembang
terapi Gestalt. Lahir di Berlin dari keluarga kelas menengah bawah Yahudi, dia mengaku
sebagai sumber dari banyak kesulitan bagi orang tuanya. Meskipun dia dua kali tidak lulus
dari kelas 7 dan dikeluarkan karena ada masalah dengan pihak penguasa dia akhirnya bisa
menyelesaikan pendidikannya dengan mengantongi gelar M.D. (Medical Doctor) dengan
spesialisasi psikiatri. Pada tahun 1916 dia bergabung dengan Angkatan Darat Jerman dan
bertugas sebagai dokter pada Perang Dunia I.
Seusai perang Perls bekerja di Goldstein Institude untuk perawatan prajurit yang
cidera otak di Frankfurt. Melalui asosiasi inilah dia melihat pentingnya memandang manusia
sebagai suatu kesatuan dan bukan sebagai kumpulan dari bagian-bagian yang berfungsi
secara terpisah-pisah. Ia kemudian pindah ke Viena dan memulai latihan psikoanalitiknya.
Dia bergabung dengan Wilhelm Reich, seorang psikoanalis yang merintis metode
pemahaman diri dan perubahan kepribadian dengan jalan menangani tubuh. Dia juga
dijdiawasi oleh beberapa tokoh kunci dari gerakan psikoanalitik termasuk Karen Horney.
Perls melepaskan diri dari tradisi psikoanalitik sekitar waktu ia beremigrasi ke
Amerika Serikat pada tahun 1946. Ia kemudian mendirikan New York Institute for Gestalt
Terapi pada tahun 1952. Pada akhirnya dia menetap di Big Sur, California, dan memberikan
lokakarya dan seminar di Esalen Institude, meninjukkan dirinya sebagai inovator di bidang
psikoterapi. Disini Perls menanamkan dampak pada rakyat, sebagian melalui tulisan-
tulisannya, tetapi terutama melalui kontak personal di kegiatan lokakarya.
Secara pribadi, Perls adalah vital dan membingungkan. Pada umumnya orang akan
memberikan respon terhadapnya dengan rasa kagum atau bersikap konfrontatif dan
memandangnya sebagai orang yang memenuhi kebutuhan pribadinya dengan jalan berlagak.
Secara berbeda-beda ia dipandang sebagai penuh pemahaman, cerdik, pandai, provokatif,
manipulatif, bersikap bermusuhan, banyak tuntutan dan pemberi inspirasi. Sayangnya
beberapa orang yang menghadiri lokakarya menjadi pengikut dari sang „guru‟, kemudian
pergi untuk menyebarluaskan ajarannya tentang terapi Gestalt.
B. Konsep Pendekatan Konseling Gestalt
Pandangan Gestalt tentang individu adalah bahwa individu itu memiliki kesanggupan
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Jadi,
gestalt memandang bahwa individu dapat menangani sendiri problema hidup mereka secara
efektif, terutama apabila mereka memanfaatkan secara optimal kesadaran mereka akan apa
yang terjadi dalam diri dan di sekitar mereka. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu
dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah, dan
karenanya menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Dalam hubungannya
dengan perjalanan hidup manusia, gestalt membagi masalah yang dihadapi individu atas:
1. Saat Sekarang
Menurut Perls tidak ada masa lalu atau masa depan, yang ada hanyalah “masa
sekarang”. Maksudnya adalah bahwa saat sekaranglah yang penting untuk diperhatikan,
bukan masa lalu ataupun masa yang akan datang yang belum pasti. Apabila seseorang
menyimpang dari masa sekarang dan lebih memperhatikan masa depan, maka mereka akan
mengalami sebuah “kecemasan”. Dengan timbulnya kecemasan itu, maka orang-orang akan
melakukan sebuah misi ataupun resolusi-resolusi dengan dalih hidup pada masa sekarang.
Hal ini akan membuat orang mengabaikan masa sekarang yang sebenarnya akan sangat
berpengaruh pada masa yang akan datang. Maka dari itu, dalam membantu individu
memusatkan perhatiannya pada masa sekarang, konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan
“bagaimana” dan “apa” daripada “mengapa”. Dengan demikian bukan berarti bahwa dalam
konseling Gesatlt ini masa lampau konseli diabaikan. Tidak sepenuhnya masa lampau
diabaikan. Masa lampau itu penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan tema-tema
yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu saat sekarang.
2. Urusan yang tak selesai
Yang dimaksud dengan urusan yang tak selesai adalah perasaan-perasaan yang tidak
terungkap, seperti dendam, marah, benci, sakit hati, cemas, berdosa, rasa diabaikan, dan
sebagainya. Perasaan-perasaan yang tidak terungkap di masa lalu itu akan diasosiasikan
dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi. Karena tidak dapat terungkapkan dalam keadaan
sadar, maka hal ini akan menjadi latar belakang individu tersebut dan menjadi sebuah
penghambat bagi dirinya untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain dan
mempengaruhi pertumbuhan pribadinya. Apabila individu tersebut tetap terperangkap dalam
dunia “urusan yang tak selesai” maka dia akan berpikir yang tak berkesudahan, memiliki
tingkah laku yang kompulsif, dan berbagai perilaku yang mengalahkan dirinya sendiri.
Menurut Perls, perasaan-perasaan sesal dan dendam akan menjadi urusan tak selesai yang
paling buruk. Sebab, dengan perasaan tersebut akan menghambat komunikasi kita dengan
orang lain hingga kita benar-benar mengungkapkan rasa sesal atau rasa dendam kita terhadap
mereka. Jadi, mengungkapkan rasa sesal dan dendam itu merupakan suat keharusan. Saran
Perls “Bilamana Anda merasa berdosa, temukan dan ungkapkan rasa sesal Anda, dan
usahakan agar tuntutan-tuntutan Anda menjadi jelas” (Perls, 1969a, hal. 49).
C. Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Konseling Gestalt
Pandangan manusia menurut Gestalt adalah sebagai berikut
 Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
 Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian
organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut.
 Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya
 Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi,
memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan
menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
1. Pribadi Sehat (ideal) dalam Pendekatan Konseling Gestalt
Pribadi sehat yang diistilahkan “pribadi yang berfungsi secara penuh”
merupakan pribadi yang ideal. Pribadi ideal ini dapat dikenali dari karakteristiknya,
yakni :
 Orang disini dan kini,orang yang berkepribadian sehat akan menyadari bahwa
satu-satunya kenyataan yang dimiliki adalah kenyataan saat ini,tidak terikat
pada peristiwa masa lampau atau pandangan atau khayalan masa depan
 Memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan
apa. Mereka menerima kelemahan dan kekuatan serta potensinya sebagai
manusia.
 Dapat mengungkapkan impuls-impuls dan hasrat-hasrat mereka dengan
terbuka dan sepenuhnya tanpa hambatan atau rasa bersalah. Mereka juga harus
dapat mengungkapkan kebencian mereka dengan terbuka.
 Mampu memikul tanggung jawab kepada orang lain atau sumber luar lainnya.
 Berhubungan dengan diri dan dunia. Mereka berhubungan dengan panca
indra,perasaan dan apa yang berlangsung disekitar mereka sesuai dengan
kenyatannya.
 Memiliki cirri-ciri yaitu batas ego yang tidak mengkerut tapi fleksibel.
 Tidak mengejar kebahagiaan dan menjadikannya tujuan individu dapat
menyeleraskan diri dengan cita-cita
 Individu yang bertanggung jawab secara ekonomi,psikologis dan fisik
 Memiliki kompetensi untuk mengenal dan memecahkan masalah
 Individu yang konsisten
 Berpikir kreatif
 Kontrol tingkah laku yang baik (merespon frustasi dan konflik secara tepat)
2. Pribadi Bermasalah
Manusia memiliki kebutuhan untuk menyelesaikan masalah secara paripurna
(tuntas), namun dalam perkembangan pribadinya akan ditemui gangguan-gangguan
yang menjadikan terhambatnya penyelesaian masalah yang disebut sebagai situasi
yang belum selesai (unfinished situation).
Ciri-ciri pribadi bermasalah :
 Mengalami unfinished situation (masalah yang belum selesai)
 Pengikatan terhadap sesuatu pengalaman situasi yang menyakitkan dari pada
berbuat sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan yang ada pada
dirinya.
 Berperilaku seolah-olah menjadi orang lain
 Berusaha menghindari kepedulian emosional
 Tidak dapan mengatur dirinya dan tergantung pada orang lain.
Penyebab pribadi bermasalah :
 Karena belum terbiasa menyelesaikan permasalahannya yang lalu
 Ketidak mampuan mengungkapkan bentuk permasalahannya pada orang lain
 Kurang rasa keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan
 Kekurang pekaan terhadap lingkungan
 Adanya pertentangan diri
 Ketakutan terhadap penolakan lingkungan (fragmentasi)
 Mengalami situasi “Topdog-Underdog” yaitu keadaan pemisahan
dalamkepribadian antara apa yang harus dilakukan dan yang ingin dilakukan.
D. Prinsip Konseling Gestalt
 Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia
membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar
klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
 Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang.Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan
sekarang. Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
 konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-
masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya.
E. Aplikasi Pendekatan Gestalt dalam Konseling
1. Tujuan Konseling Gestalt
Menurut teori Gestalt tujuan konseling adalah membantu konseli menjadi
individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan: (1)
usaha membantu penyadaran konseli tentang apa yang dilakukannya; (2) membantu
penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya; (3) membantu konseli untuk
menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri.
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakat. Perls
mengingatkan bahwa kepribadian dasar pada zaman dulu adalah neurotik sebab, menurut
keyakinannya, kita hidup di masyarakat yang tidak sehat. Menurut Perls, manusia bisa
memilih menjadi bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi risikon
menjadi sehat. Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu konseli agar menemukan
pusat dirinya.
Sasaran utama terapa Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan
dan pada dirinya sendiri. Tanpa kesadaran, konseli tidak memiliki alat untuk mengubah
kepribadiannya. Dengan kesadaran, konseli memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan
menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan. Konseli bisa menjadi suatu
kesatuan dan menyeluruh. Apabila konseli menjadi sadar, maka urusannya yang tidak
selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi.
2. Fungsi dan Peran Konselor
Tugas konselor adalah membantu konseli dalam melaksanakan peralihan dari
dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak dimana konseli
menghindari mengalami perasaan-perasaan yang mengancam karena dia merasa tidak
nyaman. Konselur juga membantu konseli menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan
bisa terjadi. Konselor membantu konselinya agar menyadari dan menembus jalan buntu
dengan menghadirkan situasi-situasi yang mendorong konselinya itu untuk mengalami
keterpakuannya secara penuh.
Tugas terapis kemudian adalah menyajikan situasi yang menunjang
pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan konseli kepada titik tempat dia
menghadapi suatu keeputusan apakah akan atau tidak akan mengembangkan potensi-
potensinya. Apabila konseli dapat menghadapi dan menembus ketakutannya, maka
kecemasan neurotik yang dialami konseli akan berubah menjadi kegembiraan yang
positif.
Salah satu fungsi penting dari konselor Gestalt adalah memberikan perhatian
pada bahasa tubuh konseli. Isyarat-isyarat nonverbal dari konseli dapat menghasilkan
informasi yang lebih bagi konselor, sebab isyarat-isyarat itu sering “mengkhianati”
perasaan-perasaan konseli, yang konseli sendiri bahkan tidak menyadarinya. Postur,
gerakan-gerakan, mimik muka, keraguan, dsb, dapat menceritakan kisah sesungguhnya.
Jadi, konselor harus waspada terhadap celah-celah dalam perhatian dan
kesadaran, dan dia harus mengawasi ketidakselarasan antara apa yang diucapkan dengan
apa yang dilakukan oleh bahasa tubuh konseli. Dari saat ke saat konseli memperlihatkan
betapa dia menghindari hubungan yang sungguh-sungguh dengan kenyataan saat
sekarang. Oleh karena itu, konselor bisa mengarahkan konseli untuk berbicara mewakili
dan menjadi gerakan tangan atau bagian-bagian tubuh lainnya. Konseli dapat saja secara
verbal menyatakan kemarahan dan sekaligus tersenyum, konseli mengatakan sambil
tertawa, bahwa dirinya sedang sakit. Konselor bisa meminta konseli untuk mengakui
bahwa tertawanya itu menutuppi kesakitannya, atau meminta konseli untuk menyadari
bahwa tertawa digunakan sebagai topeng untuk menyembunyikan perasaan-perasaan
marah dan sakit.
3. Peran Konseli dalam Konseling
Orientasi umu terapi Gestalt adalah pemikulan tanggung jawab yang lebih besar
oleh konseli bagi mereka sendiri, baik pada pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan
tingkah laku mereka. Konselor mengonfrontasikan konselinya dengan cara-cara mereka
sekarang menghindari tanggung jawab mereka serta meminta mereka agar membuat
putusan-putusan tentang kelanjutan konseling. Persoalan-persoalan lain yang bisa
dijadikan butir utama terapi bisa mencangkup hubungan antara konseli dan konselor serta
cara-cara berhubungan yang digunakan diluar proses konseling. Konseli dalam konseling
Gestalt ini merupakan partisipan-partisipan aktif yang membuat penafsiran-penafsiran
dan makna-maknanya sendiri. Merekalah yang mencapai peningkatan kesadaran dan yang
menentukan apa yang akan dan tidak akan dilakukan dalam proses belajarnya.
4. Hubungan antara Konselor dan Konseli
Praktek konseling Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi
antara konselor dan konseli. Pengalaman-pengalaman, kesadaran dan persepsi-persepsi
konselor menjadi latar belakang, sementara kesadaran dan reaksi-reaksi konseli
membentuk bagian awal proses konseling. Yang terpenting adalah konselor secara aktif
berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang ketika dia
menghadapi konseli di sini dan sekarang. Disamping itu, konselor memberikan
memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh
konseli melalui tubuhnya.
Umpan balik memberikan alat kepada konseli untuk mengembangkan kesadaran
atas apa yang sesungguhnya mereka lakukan. Konselor harus menghadapi konseli dengan
reaksi-reaksi yang jujur dan langsung serta menantang manipulasi-manipulasi konseli
tanpa menolak konseli sebagai pribadi. Konselor bersama konseli perlu mengeksplorasi
ketakutan-ketakutan, pengharapan-pengharapan katastrofik, penghambatan-
penghambatan, dan penolakan-penolakan konseli.
5. Tahap Konseling
Fase Pertama, membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang
memungkinkan perubahan perilaku pada konseli. Pola hubungan yang diciptakan untuk
setiap konseli berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai
individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus
dipecahkan.
Fase Kedua, pengawasan yaitu usaha konselor untuk meyakinkan konseli untuk
mengikuti prosedur konseling. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini yaitu
membangkinkan motivasi konseli dan membangkinkan dan mengembangkan otonomi
konseli.
Fase Ketiga, mendorong konseli untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan
kecemasannya. Konseli diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan
perbuatan pada masa lalu dalam situasi di sini dan saat ini. Didalam fase ini diusahakan
untuk menemukan aspek-aspek kepribadian konseli yang hilang untuk dapat diidentifikasi
apa yang harus dilakukan konseli.
Fase Keempat,setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir
konseling.Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.Klien telah memiliki
kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan
tingkah lakunya.Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan
untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
6. Teknik Konseling
Interaksi pribadi antara konselor dengan konseli merupakan inti dari proses
konseling Gestalt, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk membantu konseli guna
memperoleh kesadaran yang lebih penuh. Teknik-teknik digunakan sesuai dengan gaya
pribadi konselor, diantaranya.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara konseli dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan “top dog” dan
kecenderungan “underdog”. Terdapat banyak contoh konflik umum yang bisa digunakan
pada permainan dialog, misalnya:(a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan
anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c)
kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan
otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan
kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya
konseli akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko.
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi
kosong”.
Berkeliling atau Membuat Lingkaran
Berkeliling adalah suatu latihan terapi Gestalt di mana konseli diminta untuk
berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu
dengan setiap anggota. Maksud teknik ini adalah untuk menghadapi, memberanikan dan
menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan
berubah.
Latihan “Saya Bertanggung Jawab Atas....”
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu konseli agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada
orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk membuat suatu pernyataan
dan kemudian konseli menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”. Teknik ini akan membantu meningkatkan kesadaraan
klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
“Saya Memiliki Rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan
malu. Konselor meminta kepada konseli untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi
yang terjaga dengan baik, membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana
orang lain bereaksi jika mereka membuka rahasia itu. Teknik ini juga bisa digunakan
sebagai metode pembentukan kepercayaan dalam rangka mengeksplorasi mengapa para
konseli tidak mau membuka rasianya dan mengeksplorasi ketakutan-ketakutan
menyampaikan hal-hal yang mereka anggap memalukan atau menimbulkan rasa berdosa.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan pada
dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan
sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-
perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam
teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada konseli untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor
meminta konseli untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan
yang dikeluhkannya. Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa
konseli terjun ke dalam sesuatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan
kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau
diingkarinya.
Latihan Gladi atau Permainan Ulangan
Menurut Perls banyak yang ada di benak kita selalu mengadakan gladi. Dalam
khayalan kita mengadakan gladi untuk peranan yang kita kira di harapkan orang untuk
kita mainkan dalam masyarakat. Manakala datang waktunya untuk di pertunjukkan, kita
mengalami demam panggung atau kekhawatiran, oleh karena kita tidak bisa memainkan
peran yang kita dengan baik. Gladi internal banyak menyerap energi dan seringkali
mencegah spontanitas serta kemauan kita untuk bereksperimen dengan perilaku baru.
Teknik membesar-besarkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-
tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh.
Gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, dan mimik muka bisa mengomunikasikan makna-
makna yang penting, begitu pula isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Konseli diminta
untuk melebih-lebihkan gerakan-gerakan atau mimik muka secara berulang-ulang, yang
biasanya mengintensifkan perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan membuat makna
bagian dalam menjadi jelas.
Sebagai variasi dari bahasa tubuh, tingkah laku verbal juga bisa digunakan
dalam teknik ini. Konselor bisa meminta konseli agar mengulangi pernyataan yang telah
dicoba dibelokkannya dan setiap mengulang pernyataan itu diucapkan lebih keras.
Teknik ini sering membawa hasil bahwa konseli mulai sungguh-sungguh mendengar dan
didengar dirinya sendiri.
Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor
mendorong konseli untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan konseli ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap
mendorong konseli untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong konseli untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat
jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya
mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi
membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan
yang ingin dihindarinya itu.
Pendekatan Gestalt terhadap Kerja Mimpi
Konseling Gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi, membawa
kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali mimpi, dan menghidupkan
kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang. Mimpi tidak dibicarakan
sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai sesuatu yang terjadi sekarang,
dan pemimpi menjadi bagian dari mimpi yang dialaminya. Yang dianjurkan dalam
penanganan mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, dan
kemudian menjadi bagian dari mimpi dengan jalan mentransfornasikan diri, karena
setiap bagian mimpi itu dianggap merupakan proyeksi dari dalam diri.
F. Kelemahan dan Kelebihan Konseling Gestalt
Kelebihan Gestalt
1. Terapi Gestalt adalah pendekatan konfrontif dan aktif
2. Terapi Gestaltmenangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau
yang relevan kemasa sekarang.
3. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan pengungkapan-pengunakapan perasaan
langsung, dan menghindari intektualisasi abstrak tentang masalah-masalah klien.
4. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-
pesan tubuh.
5. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidakberdayaan sabagai alasan untuk tidak
berubah
6. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna-
maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsirannya sindiri.
7. Dalam waktu yang sangat singkat, para klien bisa mengalami perasaan-perasaannya
sendiri secara intens melalui sejumlha latihan Gestalt.
Kelemahan Gestalt
1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan suatu teori yang kukuh.
2. Terapi Gestaltcenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-
faktor kognitif.
3. Secara filosofis terdapat bahaya yang nyata dalam gaya hidup “ aku mengerjakan
urusanku, dan kamu mengerjakan urusanmu”. Tingkah laku kita memiliki pengaruh
terhadap perasaan-perasaan orang lain, dan karenanya kita untuk sebagian
bertanggung jawab kepada orang lain. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab
atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
4. Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik Gestalt akan
menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
5. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya karena terapis memiliki kekuatan untuk
memanipulasi klien melalui teknik-teknik yang digunakannya. Terapis bisa
menyalahkgunakan kekuasaannya, dan karenanya menghambat kemampuan klien
untuk menjadi otonom.
6. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa
dirinya dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang layak
sehingga teknik-teknik tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan konseling Gestalt adalah teknik konseling yang bertujuan untuk membantu
konseli menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu
diperlukan: (1) usaha membantu penyadaran konseli tentang apa yang dilakukannya; (2)
membantu penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya; (3) membantu konseli untuk
menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri. Dalam konseling gestalt,
terdapat 2 hal yang dianggap sebagai masalah yang dialami individu, yaitu masalah yang
biasanya dihadapi individu pada saat sekarang dan masalah tentang urusan pada masa lalu
yang tak selesai. Dalam membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya tersebut,
terdapat beberapa teknik dalam konseling gestalt. Teknik tersebut antara lain: permainan
dialog , berkeliling atau membuat lingkaran , pendekatan gestalt terhadap kerja mimpi, “saya
memiliki rahasia”, bermain proyeksi, teknik pembalikan, latihan gladi atau permainan
ulangan, teknik membesar-besarkan , tetap dengan perasaan, latihan “Saya Bertanggung
Jawab Atas....”. Sedangkan untuk tahap-tahap dalam melakukan konseling gestalt terdapat
empat tahap yang dibagi menjadi fase pertama, fase kedua, fase ketiga, dan fase keempat.
B. SARAN
Dalam melakukan teknik konseling gestatl ini, sebaiknya konselor menyelami urusan
yang tak selesai pada diri konseli di masa lalu, namun hal ini harus berorientasi pada masa
sekarang. Sebab orientasi konseling gestalt terletak pada sekarang dan hanya sedikit melihat
ke masa lalu. Oleh sebab itu, konselor tidak disarankan untuk menggunakan pertanyaan
“mengapa” untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi konseli, melainkan dengan
pertanyaan “apa” dan “bagaimana”.
DAFTAR RUJUKAN
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling & Psikoterapi. Semarang: IKIP
Semarang Press
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama
Wilis, Sofyan. 2007. Konseling Individual: Teori dan praktek. Bandung: alfabeta

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
misbakhulfirdaus
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Iis Nurul Fitriyani
 
Psikologi individual
Psikologi individualPsikologi individual
Psikologi individual
Naeya Hasbi
 
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konselingKomunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Sefti Rholanjiba
 
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BKTABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
rina_nurjanah96
 

What's hot (20)

Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
 
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIKEKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
 
Trait and Factor
Trait and FactorTrait and Factor
Trait and Factor
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Perilaku abnormal pada anak dan remaja
Perilaku abnormal pada anak dan remajaPerilaku abnormal pada anak dan remaja
Perilaku abnormal pada anak dan remaja
 
POWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREY
POWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREYPOWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREY
POWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREY
 
pendekatan trait and factor
pendekatan trait and factorpendekatan trait and factor
pendekatan trait and factor
 
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Psikologi individual
Psikologi individualPsikologi individual
Psikologi individual
 
KONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BKKONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BK
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Ppt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistikPpt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistik
 
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konselingKomunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling
 
Ppt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisisPpt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisis
 
Power point psikologi gestalt
Power point psikologi gestaltPower point psikologi gestalt
Power point psikologi gestalt
 
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BKTABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
 

Viewers also liked

PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
azizahzahro
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich fromm
Naeya Hasbi
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
varizalamir
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
varizalamir
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
esperokajaya
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
varizalamir
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
varizalamir
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realita
varizalamir
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Ayu W. Shepty
 

Viewers also liked (20)

Pendekatan gestalt
Pendekatan gestaltPendekatan gestalt
Pendekatan gestalt
 
Terapi gestalt
Terapi gestaltTerapi gestalt
Terapi gestalt
 
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
 
teori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich frommteori kepribadian Erich fromm
teori kepribadian Erich fromm
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
 
VERBATIM
VERBATIMVERBATIM
VERBATIM
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
 
9 pedoman observasi
9 pedoman observasi9 pedoman observasi
9 pedoman observasi
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
 
VERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELINGVERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELING
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
Teori Gestalt
Teori GestaltTeori Gestalt
Teori Gestalt
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konseling
 
5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realita
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
 

Similar to Pendekatan konseling gestal

Ppt pak chamid
Ppt pak chamidPpt pak chamid
Ppt pak chamid
nim_nang
 
Terapi gestalt oum
Terapi gestalt oumTerapi gestalt oum
Terapi gestalt oum
njiga
 
Tugas uas 2 resume teori dan teknik konseling
Tugas uas  2 resume teori dan teknik konselingTugas uas  2 resume teori dan teknik konseling
Tugas uas 2 resume teori dan teknik konseling
MACHMUDDI
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Zha Sarimurni
 

Similar to Pendekatan konseling gestal (20)

teori gestalt therapy
teori gestalt therapyteori gestalt therapy
teori gestalt therapy
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Gestalt
GestaltGestalt
Gestalt
 
Teori gestalt (selesai) 2
Teori gestalt (selesai) 2Teori gestalt (selesai) 2
Teori gestalt (selesai) 2
 
resume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konselingresume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konseling
 
Strategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestaltStrategi pendekatan gestalt
Strategi pendekatan gestalt
 
Bahan Ajar Psikologi Kristen.pptx
Bahan Ajar Psikologi Kristen.pptxBahan Ajar Psikologi Kristen.pptx
Bahan Ajar Psikologi Kristen.pptx
 
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRIPENGERTIAN KONSEP KENDIRI
PENGERTIAN KONSEP KENDIRI
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
 
Ppt pak chamid
Ppt pak chamidPpt pak chamid
Ppt pak chamid
 
Terapi gestalt oum
Terapi gestalt oumTerapi gestalt oum
Terapi gestalt oum
 
Pendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling GestaltPendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling Gestalt
 
Ppt klmpok
Ppt klmpokPpt klmpok
Ppt klmpok
 
Ppt klmpok
Ppt klmpokPpt klmpok
Ppt klmpok
 
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusiaMakalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
 
Pribadi tangguh
Pribadi tangguhPribadi tangguh
Pribadi tangguh
 
Tugas uas 2 resume teori dan teknik konseling
Tugas uas  2 resume teori dan teknik konselingTugas uas  2 resume teori dan teknik konseling
Tugas uas 2 resume teori dan teknik konseling
 
2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan2 teori pemusatan insan
2 teori pemusatan insan
 
N9. (konges)
N9. (konges)N9. (konges)
N9. (konges)
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
 

Pendekatan konseling gestal

  • 1. PENDEKATAN KONSELING GESTAL BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Konseling Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls merupakan bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka menginginkan mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, konseling Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan mengintegrasikan bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui individu tersebut. Oleh sebab itu, penulis akan membahas dengan pembahasanyang berkaitan dengan konseling Gestalt. Asumsi dasar konseling Gestalt bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama konselor adalah membantu konseli agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. I.2. Rumusan Masalah 1. Siapakah Federick Perls? 2. Bagaimanakah konsep-konsep menurut pendekatan konseling Gestalt? 3. Bagaimanakah hakikat manusia menurut pendekatan konseling Gestalt? 4. Bagaimanakah aplikasi pendekatan Gestalt dalam konseling? 5. Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan konseling Gestalt? I.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui biografi Federick Perls. 2. Untuk memahami konsep menurut pendekatan konseling Gestalt. 3. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan konseling Gestalt. 4. Untuk mengetahui aplikasi pendekatan Gestalt dalam proses konseling.
  • 2. 5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pendekatan konseling Gestalt. BAB II PEMBAHASAN A. Biografi FREDERICK S. (FRITZ) PERLS (1893-1970) merupakan pendiri dan pengembang terapi Gestalt. Lahir di Berlin dari keluarga kelas menengah bawah Yahudi, dia mengaku sebagai sumber dari banyak kesulitan bagi orang tuanya. Meskipun dia dua kali tidak lulus dari kelas 7 dan dikeluarkan karena ada masalah dengan pihak penguasa dia akhirnya bisa menyelesaikan pendidikannya dengan mengantongi gelar M.D. (Medical Doctor) dengan spesialisasi psikiatri. Pada tahun 1916 dia bergabung dengan Angkatan Darat Jerman dan bertugas sebagai dokter pada Perang Dunia I. Seusai perang Perls bekerja di Goldstein Institude untuk perawatan prajurit yang cidera otak di Frankfurt. Melalui asosiasi inilah dia melihat pentingnya memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan bukan sebagai kumpulan dari bagian-bagian yang berfungsi secara terpisah-pisah. Ia kemudian pindah ke Viena dan memulai latihan psikoanalitiknya. Dia bergabung dengan Wilhelm Reich, seorang psikoanalis yang merintis metode pemahaman diri dan perubahan kepribadian dengan jalan menangani tubuh. Dia juga dijdiawasi oleh beberapa tokoh kunci dari gerakan psikoanalitik termasuk Karen Horney. Perls melepaskan diri dari tradisi psikoanalitik sekitar waktu ia beremigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1946. Ia kemudian mendirikan New York Institute for Gestalt Terapi pada tahun 1952. Pada akhirnya dia menetap di Big Sur, California, dan memberikan lokakarya dan seminar di Esalen Institude, meninjukkan dirinya sebagai inovator di bidang psikoterapi. Disini Perls menanamkan dampak pada rakyat, sebagian melalui tulisan- tulisannya, tetapi terutama melalui kontak personal di kegiatan lokakarya. Secara pribadi, Perls adalah vital dan membingungkan. Pada umumnya orang akan memberikan respon terhadapnya dengan rasa kagum atau bersikap konfrontatif dan memandangnya sebagai orang yang memenuhi kebutuhan pribadinya dengan jalan berlagak. Secara berbeda-beda ia dipandang sebagai penuh pemahaman, cerdik, pandai, provokatif, manipulatif, bersikap bermusuhan, banyak tuntutan dan pemberi inspirasi. Sayangnya
  • 3. beberapa orang yang menghadiri lokakarya menjadi pengikut dari sang „guru‟, kemudian pergi untuk menyebarluaskan ajarannya tentang terapi Gestalt. B. Konsep Pendekatan Konseling Gestalt Pandangan Gestalt tentang individu adalah bahwa individu itu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Jadi, gestalt memandang bahwa individu dapat menangani sendiri problema hidup mereka secara efektif, terutama apabila mereka memanfaatkan secara optimal kesadaran mereka akan apa yang terjadi dalam diri dan di sekitar mereka. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah, dan karenanya menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Dalam hubungannya dengan perjalanan hidup manusia, gestalt membagi masalah yang dihadapi individu atas: 1. Saat Sekarang Menurut Perls tidak ada masa lalu atau masa depan, yang ada hanyalah “masa sekarang”. Maksudnya adalah bahwa saat sekaranglah yang penting untuk diperhatikan, bukan masa lalu ataupun masa yang akan datang yang belum pasti. Apabila seseorang menyimpang dari masa sekarang dan lebih memperhatikan masa depan, maka mereka akan mengalami sebuah “kecemasan”. Dengan timbulnya kecemasan itu, maka orang-orang akan melakukan sebuah misi ataupun resolusi-resolusi dengan dalih hidup pada masa sekarang. Hal ini akan membuat orang mengabaikan masa sekarang yang sebenarnya akan sangat berpengaruh pada masa yang akan datang. Maka dari itu, dalam membantu individu memusatkan perhatiannya pada masa sekarang, konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan “bagaimana” dan “apa” daripada “mengapa”. Dengan demikian bukan berarti bahwa dalam konseling Gesatlt ini masa lampau konseli diabaikan. Tidak sepenuhnya masa lampau diabaikan. Masa lampau itu penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan tema-tema yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu saat sekarang. 2. Urusan yang tak selesai Yang dimaksud dengan urusan yang tak selesai adalah perasaan-perasaan yang tidak terungkap, seperti dendam, marah, benci, sakit hati, cemas, berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya. Perasaan-perasaan yang tidak terungkap di masa lalu itu akan diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi. Karena tidak dapat terungkapkan dalam keadaan
  • 4. sadar, maka hal ini akan menjadi latar belakang individu tersebut dan menjadi sebuah penghambat bagi dirinya untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain dan mempengaruhi pertumbuhan pribadinya. Apabila individu tersebut tetap terperangkap dalam dunia “urusan yang tak selesai” maka dia akan berpikir yang tak berkesudahan, memiliki tingkah laku yang kompulsif, dan berbagai perilaku yang mengalahkan dirinya sendiri. Menurut Perls, perasaan-perasaan sesal dan dendam akan menjadi urusan tak selesai yang paling buruk. Sebab, dengan perasaan tersebut akan menghambat komunikasi kita dengan orang lain hingga kita benar-benar mengungkapkan rasa sesal atau rasa dendam kita terhadap mereka. Jadi, mengungkapkan rasa sesal dan dendam itu merupakan suat keharusan. Saran Perls “Bilamana Anda merasa berdosa, temukan dan ungkapkan rasa sesal Anda, dan usahakan agar tuntutan-tuntutan Anda menjadi jelas” (Perls, 1969a, hal. 49). C. Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Konseling Gestalt Pandangan manusia menurut Gestalt adalah sebagai berikut  Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.  Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.  Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya  Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. 1. Pribadi Sehat (ideal) dalam Pendekatan Konseling Gestalt Pribadi sehat yang diistilahkan “pribadi yang berfungsi secara penuh” merupakan pribadi yang ideal. Pribadi ideal ini dapat dikenali dari karakteristiknya, yakni :  Orang disini dan kini,orang yang berkepribadian sehat akan menyadari bahwa satu-satunya kenyataan yang dimiliki adalah kenyataan saat ini,tidak terikat pada peristiwa masa lampau atau pandangan atau khayalan masa depan  Memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa. Mereka menerima kelemahan dan kekuatan serta potensinya sebagai manusia.
  • 5.  Dapat mengungkapkan impuls-impuls dan hasrat-hasrat mereka dengan terbuka dan sepenuhnya tanpa hambatan atau rasa bersalah. Mereka juga harus dapat mengungkapkan kebencian mereka dengan terbuka.  Mampu memikul tanggung jawab kepada orang lain atau sumber luar lainnya.  Berhubungan dengan diri dan dunia. Mereka berhubungan dengan panca indra,perasaan dan apa yang berlangsung disekitar mereka sesuai dengan kenyatannya.  Memiliki cirri-ciri yaitu batas ego yang tidak mengkerut tapi fleksibel.  Tidak mengejar kebahagiaan dan menjadikannya tujuan individu dapat menyeleraskan diri dengan cita-cita  Individu yang bertanggung jawab secara ekonomi,psikologis dan fisik  Memiliki kompetensi untuk mengenal dan memecahkan masalah  Individu yang konsisten  Berpikir kreatif  Kontrol tingkah laku yang baik (merespon frustasi dan konflik secara tepat) 2. Pribadi Bermasalah Manusia memiliki kebutuhan untuk menyelesaikan masalah secara paripurna (tuntas), namun dalam perkembangan pribadinya akan ditemui gangguan-gangguan yang menjadikan terhambatnya penyelesaian masalah yang disebut sebagai situasi yang belum selesai (unfinished situation). Ciri-ciri pribadi bermasalah :  Mengalami unfinished situation (masalah yang belum selesai)  Pengikatan terhadap sesuatu pengalaman situasi yang menyakitkan dari pada berbuat sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan yang ada pada dirinya.  Berperilaku seolah-olah menjadi orang lain  Berusaha menghindari kepedulian emosional  Tidak dapan mengatur dirinya dan tergantung pada orang lain. Penyebab pribadi bermasalah :  Karena belum terbiasa menyelesaikan permasalahannya yang lalu  Ketidak mampuan mengungkapkan bentuk permasalahannya pada orang lain  Kurang rasa keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan  Kekurang pekaan terhadap lingkungan
  • 6.  Adanya pertentangan diri  Ketakutan terhadap penolakan lingkungan (fragmentasi)  Mengalami situasi “Topdog-Underdog” yaitu keadaan pemisahan dalamkepribadian antara apa yang harus dilakukan dan yang ingin dilakukan. D. Prinsip Konseling Gestalt  Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.  Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang.Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.  konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah- masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya. E. Aplikasi Pendekatan Gestalt dalam Konseling 1. Tujuan Konseling Gestalt Menurut teori Gestalt tujuan konseling adalah membantu konseli menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan: (1) usaha membantu penyadaran konseli tentang apa yang dilakukannya; (2) membantu penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya; (3) membantu konseli untuk menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri. Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakat. Perls mengingatkan bahwa kepribadian dasar pada zaman dulu adalah neurotik sebab, menurut keyakinannya, kita hidup di masyarakat yang tidak sehat. Menurut Perls, manusia bisa memilih menjadi bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi risikon menjadi sehat. Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu konseli agar menemukan pusat dirinya. Sasaran utama terapa Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan dan pada dirinya sendiri. Tanpa kesadaran, konseli tidak memiliki alat untuk mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran, konseli memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan. Konseli bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila konseli menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi. 2. Fungsi dan Peran Konselor
  • 7. Tugas konselor adalah membantu konseli dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak dimana konseli menghindari mengalami perasaan-perasaan yang mengancam karena dia merasa tidak nyaman. Konselur juga membantu konseli menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan bisa terjadi. Konselor membantu konselinya agar menyadari dan menembus jalan buntu dengan menghadirkan situasi-situasi yang mendorong konselinya itu untuk mengalami keterpakuannya secara penuh. Tugas terapis kemudian adalah menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan konseli kepada titik tempat dia menghadapi suatu keeputusan apakah akan atau tidak akan mengembangkan potensi- potensinya. Apabila konseli dapat menghadapi dan menembus ketakutannya, maka kecemasan neurotik yang dialami konseli akan berubah menjadi kegembiraan yang positif. Salah satu fungsi penting dari konselor Gestalt adalah memberikan perhatian pada bahasa tubuh konseli. Isyarat-isyarat nonverbal dari konseli dapat menghasilkan informasi yang lebih bagi konselor, sebab isyarat-isyarat itu sering “mengkhianati” perasaan-perasaan konseli, yang konseli sendiri bahkan tidak menyadarinya. Postur, gerakan-gerakan, mimik muka, keraguan, dsb, dapat menceritakan kisah sesungguhnya. Jadi, konselor harus waspada terhadap celah-celah dalam perhatian dan kesadaran, dan dia harus mengawasi ketidakselarasan antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan oleh bahasa tubuh konseli. Dari saat ke saat konseli memperlihatkan betapa dia menghindari hubungan yang sungguh-sungguh dengan kenyataan saat sekarang. Oleh karena itu, konselor bisa mengarahkan konseli untuk berbicara mewakili dan menjadi gerakan tangan atau bagian-bagian tubuh lainnya. Konseli dapat saja secara verbal menyatakan kemarahan dan sekaligus tersenyum, konseli mengatakan sambil tertawa, bahwa dirinya sedang sakit. Konselor bisa meminta konseli untuk mengakui bahwa tertawanya itu menutuppi kesakitannya, atau meminta konseli untuk menyadari bahwa tertawa digunakan sebagai topeng untuk menyembunyikan perasaan-perasaan marah dan sakit. 3. Peran Konseli dalam Konseling Orientasi umu terapi Gestalt adalah pemikulan tanggung jawab yang lebih besar oleh konseli bagi mereka sendiri, baik pada pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan tingkah laku mereka. Konselor mengonfrontasikan konselinya dengan cara-cara mereka
  • 8. sekarang menghindari tanggung jawab mereka serta meminta mereka agar membuat putusan-putusan tentang kelanjutan konseling. Persoalan-persoalan lain yang bisa dijadikan butir utama terapi bisa mencangkup hubungan antara konseli dan konselor serta cara-cara berhubungan yang digunakan diluar proses konseling. Konseli dalam konseling Gestalt ini merupakan partisipan-partisipan aktif yang membuat penafsiran-penafsiran dan makna-maknanya sendiri. Merekalah yang mencapai peningkatan kesadaran dan yang menentukan apa yang akan dan tidak akan dilakukan dalam proses belajarnya. 4. Hubungan antara Konselor dan Konseli Praktek konseling Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dan konseli. Pengalaman-pengalaman, kesadaran dan persepsi-persepsi konselor menjadi latar belakang, sementara kesadaran dan reaksi-reaksi konseli membentuk bagian awal proses konseling. Yang terpenting adalah konselor secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi konseli di sini dan sekarang. Disamping itu, konselor memberikan memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh konseli melalui tubuhnya. Umpan balik memberikan alat kepada konseli untuk mengembangkan kesadaran atas apa yang sesungguhnya mereka lakukan. Konselor harus menghadapi konseli dengan reaksi-reaksi yang jujur dan langsung serta menantang manipulasi-manipulasi konseli tanpa menolak konseli sebagai pribadi. Konselor bersama konseli perlu mengeksplorasi ketakutan-ketakutan, pengharapan-pengharapan katastrofik, penghambatan- penghambatan, dan penolakan-penolakan konseli. 5. Tahap Konseling Fase Pertama, membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku pada konseli. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap konseli berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan. Fase Kedua, pengawasan yaitu usaha konselor untuk meyakinkan konseli untuk mengikuti prosedur konseling. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini yaitu membangkinkan motivasi konseli dan membangkinkan dan mengembangkan otonomi konseli.
  • 9. Fase Ketiga, mendorong konseli untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasannya. Konseli diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu dalam situasi di sini dan saat ini. Didalam fase ini diusahakan untuk menemukan aspek-aspek kepribadian konseli yang hilang untuk dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan konseli. Fase Keempat,setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya. 6. Teknik Konseling Interaksi pribadi antara konselor dengan konseli merupakan inti dari proses konseling Gestalt, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk membantu konseli guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh. Teknik-teknik digunakan sesuai dengan gaya pribadi konselor, diantaranya. Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara konseli dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan “top dog” dan kecenderungan “underdog”. Terdapat banyak contoh konflik umum yang bisa digunakan pada permainan dialog, misalnya:(a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya konseli akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”. Berkeliling atau Membuat Lingkaran Berkeliling adalah suatu latihan terapi Gestalt di mana konseli diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu
  • 10. dengan setiap anggota. Maksud teknik ini adalah untuk menghadapi, memberanikan dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan berubah. Latihan “Saya Bertanggung Jawab Atas....” Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu konseli agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian konseli menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”. Teknik ini akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya. “Saya Memiliki Rahasia” Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan malu. Konselor meminta kepada konseli untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi yang terjaga dengan baik, membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana orang lain bereaksi jika mereka membuka rahasia itu. Teknik ini juga bisa digunakan sebagai metode pembentukan kepercayaan dalam rangka mengeksplorasi mengapa para konseli tidak mau membuka rasianya dan mengeksplorasi ketakutan-ketakutan menyampaikan hal-hal yang mereka anggap memalukan atau menimbulkan rasa berdosa. Bermain Proyeksi Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan pada dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan- perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada konseli untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain. Teknik Pembalikan Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa konseli terjun ke dalam sesuatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Latihan Gladi atau Permainan Ulangan
  • 11. Menurut Perls banyak yang ada di benak kita selalu mengadakan gladi. Dalam khayalan kita mengadakan gladi untuk peranan yang kita kira di harapkan orang untuk kita mainkan dalam masyarakat. Manakala datang waktunya untuk di pertunjukkan, kita mengalami demam panggung atau kekhawatiran, oleh karena kita tidak bisa memainkan peran yang kita dengan baik. Gladi internal banyak menyerap energi dan seringkali mencegah spontanitas serta kemauan kita untuk bereksperimen dengan perilaku baru. Teknik membesar-besarkan Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda- tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh. Gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, dan mimik muka bisa mengomunikasikan makna- makna yang penting, begitu pula isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Konseli diminta untuk melebih-lebihkan gerakan-gerakan atau mimik muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengintensifkan perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi jelas. Sebagai variasi dari bahasa tubuh, tingkah laku verbal juga bisa digunakan dalam teknik ini. Konselor bisa meminta konseli agar mengulangi pernyataan yang telah dicoba dibelokkannya dan setiap mengulang pernyataan itu diucapkan lebih keras. Teknik ini sering membawa hasil bahwa konseli mulai sungguh-sungguh mendengar dan didengar dirinya sendiri. Tetap dengan Perasaan Teknik ini dapat digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau suasana hati tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong konseli untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan konseli ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong konseli untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong konseli untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Pendekatan Gestalt terhadap Kerja Mimpi
  • 12. Konseling Gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi, membawa kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali mimpi, dan menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang. Mimpi tidak dibicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai sesuatu yang terjadi sekarang, dan pemimpi menjadi bagian dari mimpi yang dialaminya. Yang dianjurkan dalam penanganan mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, dan kemudian menjadi bagian dari mimpi dengan jalan mentransfornasikan diri, karena setiap bagian mimpi itu dianggap merupakan proyeksi dari dalam diri. F. Kelemahan dan Kelebihan Konseling Gestalt Kelebihan Gestalt 1. Terapi Gestalt adalah pendekatan konfrontif dan aktif 2. Terapi Gestaltmenangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan kemasa sekarang. 3. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan pengungkapan-pengunakapan perasaan langsung, dan menghindari intektualisasi abstrak tentang masalah-masalah klien. 4. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan- pesan tubuh. 5. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidakberdayaan sabagai alasan untuk tidak berubah 6. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna- maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsirannya sindiri. 7. Dalam waktu yang sangat singkat, para klien bisa mengalami perasaan-perasaannya sendiri secara intens melalui sejumlha latihan Gestalt. Kelemahan Gestalt 1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan suatu teori yang kukuh. 2. Terapi Gestaltcenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor- faktor kognitif. 3. Secara filosofis terdapat bahaya yang nyata dalam gaya hidup “ aku mengerjakan urusanku, dan kamu mengerjakan urusanmu”. Tingkah laku kita memiliki pengaruh terhadap perasaan-perasaan orang lain, dan karenanya kita untuk sebagian bertanggung jawab kepada orang lain. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
  • 13. 4. Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi. 5. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya karena terapis memiliki kekuatan untuk memanipulasi klien melalui teknik-teknik yang digunakannya. Terapis bisa menyalahkgunakan kekuasaannya, dan karenanya menghambat kemampuan klien untuk menjadi otonom. 6. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dirinya dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang layak sehingga teknik-teknik tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
  • 14. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pendekatan konseling Gestalt adalah teknik konseling yang bertujuan untuk membantu konseli menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan: (1) usaha membantu penyadaran konseli tentang apa yang dilakukannya; (2) membantu penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya; (3) membantu konseli untuk menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri. Dalam konseling gestalt, terdapat 2 hal yang dianggap sebagai masalah yang dialami individu, yaitu masalah yang biasanya dihadapi individu pada saat sekarang dan masalah tentang urusan pada masa lalu yang tak selesai. Dalam membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya tersebut, terdapat beberapa teknik dalam konseling gestalt. Teknik tersebut antara lain: permainan dialog , berkeliling atau membuat lingkaran , pendekatan gestalt terhadap kerja mimpi, “saya memiliki rahasia”, bermain proyeksi, teknik pembalikan, latihan gladi atau permainan ulangan, teknik membesar-besarkan , tetap dengan perasaan, latihan “Saya Bertanggung Jawab Atas....”. Sedangkan untuk tahap-tahap dalam melakukan konseling gestalt terdapat empat tahap yang dibagi menjadi fase pertama, fase kedua, fase ketiga, dan fase keempat. B. SARAN Dalam melakukan teknik konseling gestatl ini, sebaiknya konselor menyelami urusan yang tak selesai pada diri konseli di masa lalu, namun hal ini harus berorientasi pada masa sekarang. Sebab orientasi konseling gestalt terletak pada sekarang dan hanya sedikit melihat ke masa lalu. Oleh sebab itu, konselor tidak disarankan untuk menggunakan pertanyaan “mengapa” untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi konseli, melainkan dengan pertanyaan “apa” dan “bagaimana”.
  • 15. DAFTAR RUJUKAN Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling & Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama Wilis, Sofyan. 2007. Konseling Individual: Teori dan praktek. Bandung: alfabeta