SlideShare a Scribd company logo
1 of 121
BISNIS YANG BAIK
   Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat
terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar


                           Tesis
         Untuk memenuhi sebahagian persyaratan
               mencapai derajat Sarjana S-2


                 Program Magister Teologi
                   Program Studi Etika




                      Diajukan oleh
                 Stephen G.R. Sihombing
                         265.029


                         Kepada
              PROGRAM PASCASARJANA
                 STT INTIM MAKASSAR




                       Januari 2008
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                         SERTIFIKAT UJIAN TESIS



Semua yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan bahwa Tesis Magister

Theologi (M.Th) dengan judul:

                             BISNIS YANG BAIK

  Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen

                      di jemaat GPIB Passareang, Makassar

                       yang dipersiapkan dan disusun oleh:

                            Stephen G.R. Sihombing
                                     265.029
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Desember 2008 dan

dinyatakan lulus dengan nilai A .

                             Susunan Dewan Penguji

Pembimbing I                                      Penguji I



Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban                       Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban

Pembimbing II                                     Penguji II



Pdt. Ny. Resty Arnawa-T, M.Th                     Drs. Ishak Ngeljaratan, MA

                                    Mengetahui

                  Program Pascasarjana STT INTIM Makassar



                          Pdt. DR. Andarias Kabanga’

                                     Direktur
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                PERNYATAAN



       Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis

dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

       Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi sesuai aturan yang berlaku.



                                                   Makassar, 15 Januari 2009



                                                   Stephen G.R. Sihombing
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                       KATA PENGANTAR


      Tuntutan untuk berlaku etis dalam bisnis merupakan kenyataan

mutlak yang harus diperhatikan semua pihak yang ingin menjaga agar

lembaga bisnis dapat memberi sumbangan positif bagi kesejahteraan

hidup manusia. Kiranya, tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja

yang menginginkan terciptanya hubungan integratif bisnis dengan

etika Kristen.

       Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada dosen pembimbing, Bp. Pdt. DR. Yusuf G. Mangumban dan

Ny. Resty Arnawa-T, M.Th yang telah dengan setia dan sabar

mengarahkan penulis dalam proses penelitian sampai tesis ini selesai.

Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada staff pengajar STT

INTIM Makassar, yang telah memperkaya wawasan teologi penulis

selama menempuh pendidikan antara tahun 2006-2008, khususnya

Bp. Pdt. DR. Andarias Kabanga’, Bp. Pdt. DR. Nazarius Rumpak,

Bp. Prof. DR. W.I.M Poli, Bp. Drs. Ishak Ngeljaratan, MA,

Bp. Pdt. D. Sopamena, M.Th, dan Bp. Pdt. Ruben Persang, M.Th.

Tidak dapat dilupakan rekan-rekan dari perpustakaan STT INTIM
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




Makassar yang dengan setia melayani kebutuhan penulis dalam

memperoleh buku-buku untuk kepentingan penelitian.

     Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada

Bp. Anggiat Sinaga, MBA, Bp. Ir. Leo Hehanusa, M.Si dan Bp. Max

Saliwir, SE, atas bantuannya dalam proses penulisan tesis ini.

Sahabat-sahabat penulis, David dan Wilson, perlu dicatat di sini

sebagai teman yang komunikatif selama proses studi telogi.

     Penulis berterima kasih juga kepada jemaat-jemaat GPIB,

khususnya Jemaat GPIB Passareang, tempat di mana penulis

mengambil bagian dalam pengabdian pelayanan. Penulis tidak dapat

melupakan budi baik dari rekan-rekan sesama pendeta GPIB yaitu,

Pdt. Ny. M.A. Manopo, Pdt. Ny. M.T. Meijer-Hallatu, M.Th,

Pdt. Marlyn Joseph S.Th, dan Bp. Pdt. Timotius Susilo, S.Ag.

     Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

mendalam    kepada    Majelis Sinode GPIB          XVIII    yang telah

memberikan rekomendasi dan bantuan keuangan selama studi

berlangsung. Secara khusus, penulis sangat berterima kasih kepada

Bp. Pnt. Prof. Dr. John Fo’Eh       dan keluarga yang dengan tulus

mendukung dan membantu pergumulan penulis selama studi dan tugas

pelayanan dalam jemaat GPIB.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




      Akhirnya, penulis berterima kasih kepada segenap keluarga:

istri kekasih, Ir. Dewi Arung, kedua anak kekasih: Jacqueline dan

Stefany, kedua orang tua: Mami di Makassar dan Mama di Jakarta,

yang telah mendukung dengan doa dan kasih. Semua ucapan terima

kasih ini dapat dikatakan, karena kemurahan Allah yang melimpah

dalam hidup penulis sampai hari ini.

                                            Makassar, 15 Januari 2009

                                                     Penulis



                                              Stephen G. R. Sihombing
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                         DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL                                  .............................................................      i

SERTIFIKAT UJIAN TESIS                         .............................................................     ii

PERNYATAAN                                     .............................................................    iii

KATA PENGANTAR                                 .............................................................    iv

DAFTAR ISI                                     .............................................................    vii

ABSTRACT                                       .............................................................     x

ABSTRAK                                        .............................................................    xi

BAB I      : PENDAHULUAN                       ............................................................      1

A       Latar Belakang Masalah                 .............................................................     1

B       Batasan Masalah                        ..............................................................    4

C       Rumusan Masalah                        ..............................................................    5

D       Tujuan Penelitian                      ..............................................................    5

E       Manfaat Penelitian                     ..............................................................    6

F       Keaslian Penelitian                    ..............................................................    6

G       Tinjauan Pustaka                       ..............................................................    8

H       Landasan Teori                         ..............................................................   10

I       Hipotesa                               ..............................................................   11

J       Jenis dan Metode Penelitian ..............................................................              12

K       Sistematika Penulisan                  ..............................................................   14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................                        15

A       Pemikiran Teoritis                     ..............................................................   15
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




        1.1 Pengertian Etika                   ..............................................................   15

        1.2 Pengertian Etika Kristen ..............................................................             19

        2    Relasi Bisnis dan Etika           ..............................................................   21

        2.1 Bisnis                             ..............................................................   21

        2.2 Klasifikasi Bisnis                 ..............................................................   23

        2.3 Tantangan yang dihadapi Bisnis ..................................................                   23

        2.3.1 Tantangan Produktivitas                      ..................................................   23

        2.3.2 Tantangan Kualitas                          ..................................................    24

        2.3.3 Tantangan Pasar Global                       ..................................................   24

        2.4 Pentingnya Etika dalam Bisnis ..................................................                    24

        3    Persepsi Bisnis Kristen           ..............................................................   28

        3.1 Pengertian Persepsi                ..............................................................   28

        3.2 Bisnis menurut Iman Kristen                    ..................................................   29

        3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja                    ..................................................   35

        4    Persepsi Bisnis menurut Agama Islam dan Agama Budha .........                                      36

        4.1 Agama Islam                        ..............................................................   36

        4.2 Agama Budha                        ..............................................................   37

        5 Jemaat GPIB Passareang .............................................................                  39

B       Keaslian Penelitian                    ..............................................................   41

C       Kerangka Konseptual                    ..............................................................   45

D       Landasan Teori                         ..............................................................   46

BAB III : METODE PENELITIAN ..............................................................                      47

A       Jenis Penelitian                       ..............................................................   47
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




B      Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................              48

C      Teknik Pengumpulan Data                .............................................................     48

D      Teknik Analisis Data                   .............................................................     49

BAB IV : PEMBAHASAN                           ..............................................................    54

       1    Hasil Penelitian                  ..............................................................    54

       1.1 Karakteristik Responden ...............................................................              54

       1.2 Persepsi Responden mengenai Bisnis Kristen .............................. 56

       2    Pengukuran Persepsi berdasarkan Skala Likert ............................. 65

       3 Interpretasi Data dan Uji Hipotesis ................................................                   70

BAB V      : REFLEKSI TEOLOGIS ..............................................................                   77

       1    Hubungan Integratif Etika Kristen dengan Bisnis ......................                              77

       2    Bisnis yang Baik                  ...............................................................   79

       2.1 Melayani Kehendak Allah ..............................................................               81

       2.2 Menghargai Sesama                   ..............................................................   83

       2.3 Memiliki Tanggung Jawab Sosial .................................................                     85

       3    Tanggung Jawab Gereja ...............................................................               87

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 88

       1    Kesimpulan                        ...............................................................   88

       2    Saran                             ...............................................................   90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                   ABSTRACT


         Business is economic activities that cope with material profits. Seeking for
profit in business is an ethical or good action. Actually, business is not run as well
as its substance. Business was running with manipulative ways and egoism which
victimize society and environment. Christianity has ethical principles which are
useful in business. Ethical principle based on Scripture which can be understood
and practised in Christian business, are the main goal of this research.
         The locus of the research is Protestant Church in the West of Indonesia
(GPIB) Congregation “Passareang” at Makassar that covers 100 (a hundred)
respondents, from June until August 2008. Descriptive-survey with questionnaire
and interview techniques is the methodology used in this research. Interviewing
with business practitioners, member of assembly of congregation and priests were
conducted. Likert’s scale has been used in this research to measure church’s
member perception about Christian business. The result of the research proves
that (1) church’s members have good perception of the Christian business, (2) the
principles of ethical business could be practised by a Christian businesman, and
(3) church gives less attention for complementing church’s members about good
business based on Christian ethics.
        The principles of Christian ethics in business can be formulated in three
primaries (1) to serve the will of God, (2) respect each other and (3) have a social
responsibility. GPIB has a responsibility to equip church’s members to understand
the principles of Christian ethics in business. Business can be practised not only
for the sake of mankind, but also to serve the will of God. The importance of
ethics in business, to encourage all parties, both business practitioners, ethicians,
theological education institutions, and churches to create a business life with
dignity and ecologically oriented.



Keywords: perception, ethics, business, the Bible, Christian
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                   ABSTRAK


        Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan keuntungan materi.
Mencari keuntungan dalam bisnis adalah perbuatan yang etis atau baik. Dalam
kenyataan, bisnis tidak berjalan sesuai hakekatnya. Bisnis dijalankan dengan cara-
cara manipulatif dan egoisme sehingga masyarakat dan lingkungan hidup
dikorbankan. Kekristenan memiliki prinsip-prinsip etis yang dapat digunakan
dalam bisnis. Prinsip-prinsip etis berdasarkan Alkitab yang dipahami dan
dipraktekkan dalam bisnis Kristen, menjadi tujuan utama penelitian ini.
        Penelitian ini dilakukan di jemaat GPIB Passareang, Makassar dengan
melibatkan 100 responden pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008.
Metode yang dipakai adalah metode survai deskriptif dengan teknik kuisioner dan
wawancara. Wawancara dilakukan kepada praktisi bisnis, anggota majelis jemaat
dan pendeta. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
persepsi warga jemaat mengenai bisnis Kristen. Hasil penelitian membuktikan
bahwa (1) warga jemaat memiliki persepsi yang baik tentang bisnis Kristen,
(2) prinsip-prinsip etis bisnis Kristen dapat dipraktekkan oleh pebisnis Kristen dan
(3) gereja kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya
mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
        Prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis dapat dirumuskan dalam 3 pokok
yaitu (1) melayani kehendak Allah, (2) menghargai sesama dan (3) memiliki
tanggungjawab sosial. GPIB memiliki tanggung jawab dalam melengkapi warga
jemaat untuk memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis.
Bisnis dipraktekkan bukan hanya untuk kepentingan manusia tetapi juga untuk
melayani kehendak Allah. Pentingnya etika dalam bisnis, kiranya mendorong
semua pihak baik praktisi bisnis, etikawan, lembaga pendidikan teologi dan gereja
untuk menciptakan kehidupan bisnis yang bermartabat dan berwawasan ekologis.


Kata kunci: persepsi, etika, bisnis, Alkitab, Kristen
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                            BAB I

                                    PENDAHULUAN


A    Latar Belakang Masalah

        Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam

upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Dengan bisnis, manusia

dapat mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan

barang dan jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku

bisnis berani menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari

sudut pandang ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang

membawa banyak untung1. Mengejar keuntungan dalam bisnis adalah sesuatu

yang wajar, asalkan tidak mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens

mengatakan bahwa keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak melainkan

saling menguntungkan kedua belah pihak2.

        Dalam kenyataan, para pelaku bisnis lebih mengutamakan keuntungan

pribadi di atas segala-galanya. Misalnya, rencana kenaikan bahan bakar minyak

pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyhono bulan Mei 2008

mengakibatkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak

wajar karena faktor kecurangan pengusaha yang menahan dan menimbun BBM

bersubsidi bahkan menyelundupkannya untuk dijual ke luar negeri. 3

        Praktek bisnis curang tidak hanya terjadi saat pemerintah hendak

memberlakukan kebijakan ekonomi tertentu, tetapi juga terjadi ketika pengusaha


1
  K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17
2
  Ibid., hlm. 17.
3
  ”Bensin Mulai Hilang di Makassar,” Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




dan penguasa berkolusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau pemberian

kredit. Pembangunan gedung sekolah, jalan, terminal atau pasar seringkali

kualitasnya buruk dan dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran

rupiah diberikan kepada pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta

kekayaan perusahaan jauh lebih kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4.

       Era reformasi telah memberikan kebebasan sehingga pasar menjadi

kompetitif dan memberi peluang bagi pengusaha, misalnya menginvestasikan

modalnya dalam bisnis transportasi udara. Perang tarif antar maskapai

penerbangan telah memberikan keuntungan dan kemudahan bagi konsumen dalam

mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat tidak sebanding dengan jaminan

keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya pesawat Adam Air pada awal

Januari 2007 di Majene menjadi pembenaran bahwa jaminan keselamatan

penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan itu 5.

       Pada kasus lain, penggunaan bahan kimia seperti formalin                      untuk

mengawetkan ikan, daging, mi basah atau bakso dapat membahayakan kesehatan

manusia. Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak

berusaha menghentikan. Bahan kimia berbahaya itu digunakan pada produk

makanan sebab murah harganya, mudah penggunaannya, lebih menarik pembeli,

dan sangat menguntungkan secara ekonomis.

       Tidak hanya manusia, lingkungan alam turut dikorbankan. Kerusakan

ekologi meliputi punahnya spesies, hilangnya hutan tropis, penipisan ozon,


4
  Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431.
5
  Gatot Widakdo, ”Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab”, Kompas, Jakarta: 25 Maret
2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




tercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi

akibat penambangan dan eksploitasi hutan yang dilakukan pengusaha-pengusaha

yang mengantungi izin resmi pemerintah, tetapi melupakan tanggung jawab

sosialnya7.

         Jika demikian perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, maka

tidak heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur,

saleh dan bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan

dalam dunia bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang

tidak boleh dicampuri oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam

bisnis adalah: keuntungan. Segala tindakan yang dilakukan pengusaha dalam

bisnisnya adalah benar, baik dan tepat, jika mendatangkan keuntungan8.

       Pakar etika bisnis Richard T. De George seperti dikutip Keraf, menyebut

pandangan yang memisahkan moralitas dalam bisnis sebagai mitos bisnis

immoral9. Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan

membuat pengusaha kalah dalam persaingan bisnis, mengalami kerugian dan

tersingkir dengan sendirinya. Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan

beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan               aturan dan kebiasaan yang

dipraktekkan dalam dunia bisnis dan bukan menurut kaidah-kaidah moral.10




6
  Fred van Dyke, et al, Redeeming Creation: The Biblical Basis for Enviromental Stewardship,
Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23.
7
  Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, ”Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, Jakarta: 6 Maret
2008.
8
   Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta:
Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20.
9
  A. Sony Keraf, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56.
10
   Ibid., hlm. 57.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




           Mitos bisnis immoral ini sulit dibenarkan pengusaha yang menginginkan

bisnisnya sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala

akibat dan resiko untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi

yang dipertaruhkan. Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan

kebutuhan masyarakat.        Ketika norma, nilai dan kepentingan bersama dalam

masyarakat dicederai oleh praktek bisnis curang, masyarakat bertindak dengan

cara memprotes dan menolak bisnis demikian. Tindakan semacam ini jelas sangat

merugikan pengusaha itu sendiri dan masa depan bisnisnya11.

           Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positif yang berlaku, seperti

peraturan soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau

undang-undang ketenagakerjaan. Namun tidak selalu bisnis yang memenuhi

perundang-undangan dapat diterima dan dibenarkan secara moral dan etis,

misalnya praktek monopoli atau penunjukkan langsung pengusaha tertentu tanpa

melalui penawaran terbuka dalam proyek-proyek pemerintah. Aturan hukum

menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena permainan politik yang tidak

adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum bukan ukuran satu-

satunya dalam kegiatan bisnis12.


B       Batasan Masalah

           Beragam masalah seperti yang diuraikan di atas mendorong penulis untuk

meneliti lebih khusus tentang bagaimana persepsi warga jemaat GPIB (Gereja

Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang bisnis Kristen. Jemaat GPIB yang



11
     Ibid., hlm. 58-61.
12
     Ibid., hlm. 61.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




dipilih sebagai obyek penelitian ini adalah jemaat GPIB Passareang yang

beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar.

Warga jemaat GPIB sebagai persekutuan iman dan bagian dari masyarakat yang

luas memiliki persepsi tentang bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan

semata, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang harus

dipraktekkan dalam kegiatan bisnis.


C    Rumusan Masalah

      Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.    Apakah persepsi warga jemaat GPIB Passareang mengenai bisnis yang

      berdasarkan nilai-nilai etika Kristen yang bersumber dari Alkitab?

2.    Bagaimana pebisnis Kristen mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab

      dalam kegiatan bisnisnya selama ini?

3.    Bagaimanakah Gereja melalui Majelis Jemaat GPIB (Pendeta, Penatua dan

      Diaken) memberikan pemahaman yang memadai kepada warga jemaat

      mengenai bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab?


D    Tujuan Penelitian

      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) persepsi

warga jemaat GPIB mengenai bisnis yang berdasarkan etika Kristen; (2)

implementasi nilai-nilai etika Kristen dalam bisnis oleh warga jemaat yang

berprofesi sebagai pengusaha; dan (3) kontribusi Gereja melalui majelis jemaat
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




GPIB dalam melengkapi warga jemaat memahami dan melakukan bisnis sesuai

dengan prinsip-prinsip Alkitab.


E    Manfaat Penelitian

       Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1.     Sebagai sumbangan penting dalam memperluas cakrawala pengetahuan di

      bidang etika Kristen, khususnya etika bisnis sebagai etika terapan dalam

      pendidikan teologi Kristen.

2.     Sebagai masukan berharga bagi warga jemaat, khususnya mereka yang

      terlibat dalam praktek bisnis mengenai pentingnya mempraktekkan bisnis

      yang baik sesuai etika Kristen bagi keberhasilan bisnis mereka.

3.     Sebagai sumbangan pemikiran bagi Gereja, khususnya majelis jemaat

      GPIB untuk dapat membina dan melengkapi warga jemaat khususnya

      mereka yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat mempraktekkan

      bisnis yang baik dengan berpedoman kepada ajaran Alkitab.


F    Keaslian Penelitian

       Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika             sudah

dilakukan oleh beberapa orang dengan konsentrasi studi yang berbeda. Pada bulan

Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya                 ilmiah di

perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta dan mendapatkan

tiga karya ilmiah yang masing-masing ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah

yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini..
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




       Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan

Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan

pendekatan kualitatif. Etika bisnis menurutnya sangat penting ditegakkan dalam

persaingan usaha dan untuk itu dibutuhkan kepastian hukum agar dapat

menguntungkan semua pihak13. Lestari melakukan penelitiannya di Jakarta.

       Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan

Kelompok      Kristen    dalam     Perspektif     Sosiologis    menyimpulkan        bahwa

keberhasilan bisnis lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding

pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis

lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen14.

       Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis

menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para

pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Penelitian yang

mengambil lokasi di Jakarta ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

perspektif teologi15.

       Karya-karya ilmiah itu sangat berbeda dengan penelitian penulis baik

secara substansi, metodologi dan lokasi penelitian. Penulis mengakui bahwa minat

untuk meneliti masalah bisnis yang baik             dipengaruhi oleh Bertens, Keraf,

Chandra dan Csikszentmihalyi dalam tulisan-tulisannya maupun kegelisahan

penulis pribadi menyaksikan maraknya praktek bisnis curang dan kotor. Selain



13
   R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
14
   Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
15
   Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




itu, penulis sendiri sebagai seorang pendeta jemaat GPIB memiliki tanggung

jawab moral untuk melengkapi warga jemaat yang terlibat dalam dunia bisnis.


G    Tinjauan Pustaka

       De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis

terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 16. Lebih

lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang

membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Ulrich

dan Thielemann dalam penelitiannya seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa

etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.17

        Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis

dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan

global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma18

adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat.

Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan

dipercaya dalam bidang keuangan.

       Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari

dirinya sebagai makhluk moral19. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya

bertindak     berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.

Ketangguhan moral seseorang menurutnya ditentukan oleh tiga hal:


16
   Keraf, op.cit, hlm 375.
17
    Peter Pratley, Etika Bisnis, diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2007, hlm. 63 .
18
   Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 16.
19
   Jansen Sinamo, ”Manusia Moral di Dunia Kerja: Mungkinkah Sukses?, dalam Jonathan
Parapak, Pembelajar & Pelayan, di sekitar Teknologi, Manajemen, Birokrasi dan sumber daya
manusia, hlm. 196
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




        “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip-
        prinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan;
        2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral
        di atas; dan
        3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip
        moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat
        personal, organisasional dan sosial.”20


        Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri

dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip

saling menguntungkan dan (5) integritas moral21.               Dari kesemuanya, prinsip

keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua

praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang.

        Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi

etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen22. Oleh sebab itu,

seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh

dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan

banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman.

        Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha Kristen dalam

menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat

kecil23. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsip-

prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya

”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).

20
   Jonathan Parapak, op.cit, hlm. 195.
21
   Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
22
   Jonathan Parapak, “Iman Kristen dan Perannya dalam Usaha Bisnis,” dalam Suleeman, F. dkk.,
(peny.) Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 322.
23
   Yakub B. Susabda, ”Iman Kristen dan Etika Bisnis, Sumbangsih Iman Kristen dalam Etika
Bisnis: Sebuah Proposal Pendahuluan dan Refleksi Pribadi yang Ditulis Khusus untuk Pdt. Dr.
Eka Darmaputera”, dalam Ibid., hlm. 343.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




       Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian

serius terhadap warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat

menjalankan bisnis secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan

pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis

pengusaha Kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga

negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas

kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama24.


H    Landasan Teori

        Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang

bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis

bukanlah     karya    amal.    Bisnis    memerlukan       motif   keuntungan sehingga

mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak

bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah,

mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh

masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut.

        Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan

tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma

agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku

bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip-

prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu                  (1) bisnis sebagai usaha




24
  Franz Magnis-Suseno, ”Etika Bisnis dalam Perspektif Katolik”, dalam Jacobus Tarigan, (Ed.),
Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994,
hlm 9.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




mempermuliakan     Allah,   (2)   kekudusan,    (3)   kejujuran   dan   keadilan,

(4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab.

       Pelaku bisnis Kristen dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam

bisnis, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan,

aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnis. Dengan demikian pelaku

bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki

tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja

memiliki tanggung jawab membina warga jemaat dalam soal bisnis agar hidup

mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.


I    Hipotesa

       Hipotesa yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.     Penulis berasumsi bahwa warga jemaat GPIB mengetahui dan memahami

      bahwa bisnis yang baik dapat dipraktekkan berdasarkan prinsip-prinsip

      Alkitab.

2.     Penulis berasumsi bahwa pebisnis Kristen memahami dengan baik bahwa

      prinsip-prinsip Alkitab dapat diaplikasikan dalam bisnis.

3.     Penulis berasumsi bahwa Gereja, khususnya presbiter GPIB kurang

      memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai

      bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




J      Jenis dan Metode Penelitian

           Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah

deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari

responden dengan mengunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian

hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian akan

dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.

Penelitian ini mengunakan            teknik sampling yang disebut Simple Random

Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa

memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.25

           Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen

angket dan wawancara. Angket diberikan kepada responden untuk mendapatkan

persepsi responden tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur

dengan skala Likert dalam bentuk tanda centang (checklist).26 Jawaban atas setiap

item instrumen dalam penelitian ini               mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban dengan 5 tingkatan: SS

(sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat

tidak setuju).

           Selain angket, penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden

guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah



25
     Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 58.
26
     Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




bersama dengan data sekunder yang didapat melalui buku-buku, dokumen

gerejawi dan sumber internet. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri sebagai

alat pengumpul data utama pada bulan Juni s/d Agustus 2008 dengan objek

penelitian adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3

No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar.


K    Sistematika Penulisan

           Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam enam bab yang saling

terkait.

           Pada bab pertama yaitu pendahuluan dikemukakan latar belakang masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

           Pada bab kedua,     diuraikan   teori-teori etika bisnis yang relevan dan

berkembang sekarang ini dan          menyusun kerangka berpikir yang konseptual

berdasarkan kajian teoritis.

           Pada bab ketiga, menjelaskan metodologi penelitian yang berisikan jenis

penelitian yang dipilih, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data,

kisi-kisi instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

           Pada bab keempat, dilakukan pembahasan atas hasil penelitian yang

dilakukan terhadap warga jemaat GPIB di kota Makassar. Bab ini memberikan

gambaran tentang karakteristik responden, persepsi responden mengenai bisnis
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




Kristen berdasarkan angket, pengukuran persepsi responden berdasarkan skala

Likert, interpretasi data dengan teknik triangulasi serta uji hipotesis27.

       Pada bab kelima, refleksi teologis atas bisnis yang baik diuraikan dengan

mencermati persepsi warga jemaat, pendapat para etikawan dan perspektif etika

Kristen yang bersumber pada Alkitab.

       Pada bab keenam, berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan penulis

dan sekaligus menjadi bagian akhir dari penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN


RIWAYAT HIDUP PENULIS




27
  Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke -22, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, hlm. 330-332.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                     BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA


       Bab ini menguraikan teori-teori mengenai etika dan bisnis. Pengertian

dasar tentang etika dan bisnis perlu dipahami dengan baik dan bagaimana

hubungan di antara keduanya. Pengertian bisnis menurut ajaran Alkitab turut

dijelaskan agar diperoleh pemahaman yang memadai. Penelitian tentang bisnis

dalam hubungan dengan berbagai disiplin ilmu sudah dilakukan oleh beberapa

orang dan menarik untuk menyimak gagasan mereka. Dalam penelitian ini,

penulis menyusun suatu kerangka konseptual tentang bisnis yang baik.


A   Pemikiran Teoritis

1.1 Pengertian etika

       Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal

mempunyai beragam arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;

kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya

ta etha yang artinya: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang

bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 s.M.)

sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika dapat didefinisikan

sebagai cabang filsafat tentang baik atau jahatnya tindakan manusia, termasuk

tindakan bisnis. Padanan kata yang dekat dengan ”etika” adalah ”moral”. Kata

mos (jamak: mores) yang berasal dari bahasa Latin ini berarti: kebiasaan, adat.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




Jadi etimologi kata ”etika” menurut K. Bertens sama dengan etimologi kata

”moral” karena keduanya berarti: adat kebiasaan28.

        A. Sonny Keraf mengartikan etika dan moral sebagai sistem nilai tentang

bagaimana      manusia      harus     hidup     baik    sebagai     manusia   yang   telah

diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud

dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama

sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan. 29 Agama dan kebudayaan diyakini

sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral dan etika yang

kemudian diturunkan dan diwariskan sebagai pegangan bagi setiap penganut

agama dan kebudayaan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa

nilai moral yang dianut dalam semua agama                  sampai tingkat tertentu dapat

diandaikan sama dan berbeda dalam soal penerapan konkrit nilai tersebut30.

        Etika menurut Keraf dapat dipahami sebagai filsafat moral, atau ilmu

yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan

etika dalam pengertian normatif. Etika sebagai filsafat moral dapat diurumuskan

sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut

bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia; dan mengenai (b) masalah-

masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-

norma moral yang umum diterima 31.

        Etika dalam pengertian sebagai ilmu yang kritis dan rasional menuntut

agar pertimbangan setiap orang dan kelompok harus terbuka, termasuk terbuka


28
   K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 4-5.
29
   Keraf, op.cit, hlm. 14.
30
   Ibid.
31
   Ibid., hlm. 15
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




untuk digugat dan dibantah secara kritis rasional oleh pihak lain untuk pada

akhirnya semua pihak bisa sampai pada satu sikap dan penilaian                     yang bisa

diterima semua pihak atau yang dianggap paling benar. Etika sebagai ilmu

menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional32.

        Etika sebagai refleksi kristis terhadap moralitas mendorong seseorang

untuk bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku berdasarkan

kesadaran kristis dan rasional bahwa tindakan itu memang baik bagi dirinya dan

baik bagi orang lain. Dalam bahasa Kant seperti yang dikutip Keraf, etika

berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan

bukan heteronom. Manusia dengan bantuan etika dapat bertindak secara bebas dan

dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur

pokok dari otonomi moral33.

        Etika menurut kacamata Bertens dirumuskan dalam 3 pengertian;

Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya misalnya: etika agama Budha atau etika Protestan. Kedua, etika

dalam pengertian kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika

sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu ketika asas-asas

dan nilai-nilai tentang yang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu




32
  Ibid.
33
  Ibid, 16-17. Sikap otonom adalah sikap moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadaran
pribadi bahwa tindakan yang diambilnya itu baik dan dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang
bersumber dari nilai dan norma moral yang dianut. Sebaliknya, sikap heteronom adalah sikap
manusia dalam bertindak hanya karena sesuai dengan aturan moral yag bersifat eksternal dan
dilakukan dengan disertai perasaan takut atau bersalah.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




penelitian sistematis dan metodis. Dalam pengertian inilah etika dipahami sebagai

filsafat moral34.

        Pengertian etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat diakui oleh Pratley.

Tujuan etika menurutnya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun

immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan

akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai. Etika mempunyai tujuan

ganda, yaitu menilai praktek-praktek          manusia dengan menggunakan standar

moral, dan mungkin juga memberikan nasehat yang jelas tentang bagaimana

bertindak secara moral pada situasi tertentu. Etika menolong seseorang untuk

bersikap kritis rasional terhadap pokok persoalan yang sebenarnya sehingga dapat

mengambil keputusan berdasarkan standar-standar normatif yang pantas.35

        Brownlee dengan tajam merumuskan fungsi etika tidak sebatas

menyelidiki perbuatan-perbuatan seseorang           tetapi juga memberi bimbingan etis

supaya yang bersangkutan dapat memperbaiki perbuatan-perbuatannya. Karena

itu etika harus mempelajari situasi sebenarnya secara cermat dengan bantuan

ilmu-ilmu sosial sehingga pertimbangan yang diberikan relevan dan kontekstual36.

        Tiga pendekatan ilmiah dalam etika yang dikembangkan untuk memahami

tingkah laku moral secara menyeluruh adalah etika deskriptif, etika normatif dan

metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang yang melukiskan tingkah laku

moral dalam pengertian luas, yakni menggambarkan adat kebiasaan, anggapan-

anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan


34
   Bertens, Etika, hlm. 5-6.
35
   Pratley, op.cit, hlm. 11-13.
36
   Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya, cet. ke-5,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hlm,. 17.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




tidak diperbolehkan tanpa memberikan penilaian moral untuk diterima atau

ditolak. Etika jenis ini biasanya dikembangkan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial

seperti antropolog, psikolog, sosiolog dan sejarahwan. 37

         Sebaliknya etika normatif, tidak hanya menjelaskan tingkah laku moral,

tetapi juga melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku

manusia dari sudut pandang             benar-salah, baik-buruk, diterima atau ditolak

berdasarkan norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang tidak dapat ditawar-

tawar. Etika normatif tidak dapat bersifat netral, karena mengandung suatu

penilaian    preskriptif atau memerintahkan.            Dengan demikian etika normatif

bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan

secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.38

         Adapun metaetika merupakan suatu cara lain dalam studi etika yang

menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan

ucapan-ucapan pada bidang moralitas. Dapat dikatakan, metaetika memusatkan

perhatian pada upaya mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dengan

demikian metaetika dapat ditempatkan sebagai filsafat analitis bahasa moralitas.39


1.2 Pengertian etika Kristen

         Etika sebagai ilmu pengetahuan yang normatif menurut Verkuyl

membahas dan menggumuli masalah tentang apa yang baik. Secara teologis, apa

yang baik itu adalah segala yang dikehendaki Allah40. Dengan demikian manusia

yang diciptakan Allah dan diselamatkan dalam iman kepada Yesus Kristus harus

37
   Bertens, Etika, hlm. 15-16.
38
   Ibid., hlm. 17-18
39
   Ibid., hlm. 19-20.
40
   J. Verkuyl, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 17.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




memberi perhatian sungguh-sungguh dalam memberlakukan kehendak Allah

dalam semua bidang kehidupannya, tidak terkecuali dalam bidang bisnis.

         Sumber utama bagi pengetahuan etika Kristen adalah Alkitab. Walaupun

demikian etika Kristen perlu juga melakukan dialog kritis dengan etika falsafi

sehingga diperkaya dan dapat memberi jawaban tepat sesuai perkembangan

zaman. Catatan yang sama diutarakan oleh Abineno tentang pentingnya etika

Kristen dan etika filosofis untuk dapat hidup berdampingan dan bukannya saling

bertentangan.41

         Dengan sistematis Brownlee merumuskan delapan pokok penting dalam

etika Kristen yaitu (1) sumber utamanya adalah kehendak Allah, (2) berdasarkan

iman kepada Yesus Kristus, (3) mengakui kewibawaan Yesus Kristus dalam

ajaran dan keteladananNya, (4) bercirikan kasih sebagai motivasi dalam berbuat

baik, (5) kesatuan antara perbuatan-perbuatan lahiriah manusia dengan hatinya,

(6) Alkitab sebagai satu-satunya tolok ukur bagi teologi dan etika Kristen, (7)

terkait dengan persekutuan atau jemaat dan (8) berlaku untuk seluruh kehidupan

manusia baik budaya, ekonomi, agama maupun politik42.

         Kehendak Tuhan menjadi                patokan terakhir saat seorang Kristen

bermaksud mengambil suatu keputusan etis mengenai apa yang benar dan apa

yang salah. Terdapat tiga teori menurut Brownlee, yang dapat diambil untuk

mengerti kehendak Allah itu, yaitu teori etika akibat, kewajiban dan tanggung

jawab.43 Teori etika akibat (etika teleologis) menilai suatu tindakan itu benar


41
   J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003,
hlm. 15-16
42
   Brownlee, op.cit, hlm 29-30.
43
   Ibid. hlm. 30-40.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar dari hasil buruk. Sedangkan

teori kewajiban (etika deontologis) menilai tindakan itu baik jika tidak berlawanan

dengan hukum Tuhan. Etika ini menurut Geisler dibangun berdasarkan kehendak

dan wahyu Allah serta bersifat mutlak dan mengikat.44 Teori yang terakhir adalah

teori tanggung jawab. Teori ini menilai bahwa perbuatan itu baik kalau sesuai

dengan pekerjaan Allah. Yang utama ialah bagaimana kita menanggapi pekerjaan

Allah dalam tiap situasi dan peristiwa. Etika tanggung jawab lebih memiliki

pendekatan etis yang berfaedah karena peka terhadap segala situasi dan peristiwa

yang terjadi sehingga tanggapan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan

secara iman Kristen.45


2    Relasi bisnis dan etika

2.1 Bisnis

        Bisnis menurut Hughes dan Kapoor seperti dikutip Alma ialah suatu

kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual

barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pengertian yang sama dikatakan Chandra dengan merumuskan bisnis

sebagai usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian

nilai tambah46. Keuntungan atau pencapaian nilai tambah itu menurut Bertens

diekspresikan dalam bentuk uang. Pencarian keuntungan dalam bisnis

berlangsung timbal balik sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan bagi

kedua belah pihak. Karena itu bisnis tidak bisa disamakan dengan kegiatan sosial

44
   Norman Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001,
hlm. 24-26.
45
   Brownlee, op.cit., hlm. 43.
46
   Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995, hlm 42.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




atau karya amal, sebab bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang

dengan sepihak tanpa mengharapkan sesuatu kembali. Dari sudut ekonomis,

bisnis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak untung dan

pemahaman semacam ini disepakati semua pengusaha47.

        Secara moral keuntungan adalah hal yang baik dan diterima, karena (1)

membuat perusahaan dapat bertahan dalam bisnisnya, (2) memacu produktifitas

dan investasi baru, (3) memberikan kesejahteraan bagi para karyawan dan (4)

menjadikan perusahaan semakin kreatif mengembangkan bisnisnya yang

memungkinkan tersedianya lapangan kerja baru bagi banyak orang. 48

       Velasques dengan tepat mengatakan bahwa pengusaha yang berperilaku

etis dalam bisnisnya pasti memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada

rekannya yang sama sekali tidak peduli dengan perilaku etis. Etika dalam bisnis

tidak memperkecil keuntungan, tetapi justru berkontribusi pada keuntungan49.

Keuntungan dalam bisnis menurut Bertens dapat dipahami sebagai (1) tolok ukur

dalam menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan,

(2) pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat, (3) cambuk untuk

meningkatkan usaha, (4) syarat kelangsungan perusahaan dan (5) mengimbangi

resiko dalam usaha.50




47
   Bertens, Pengantar, hlm. 17-19.
48
   Keraf, op.cit, hlm 63.
49
   Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus—Edisi 5, Penerjemah:
Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm. 39.
50
   Bertens, op.cit, hlm. 162.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




2.2 Klasifikasi bisnis

           Organisasi bisnis yang bergerak dalam bidang komersial menurut Alma

terdiri dari 9 macam yaitu: (1) Usaha pertanian seperti usaha perkebunan, sawah,

sayuran, dan buah-buahan, (2) Produksi bahan mentah seperti usaha dalam bidang

kehutanan, pertambangan, perikanan air tawar ataupun ikan laut yang dibutuhkan

bagi industri, (3) Pabrik/manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan

baku sampai menjadi hasil jadi, (4) Konstruksi seperti pembangunan rumah, jalan,

pabrik dan bangunan lainnya, (5) Usaha perdagangan besar dan kecil yang

berfungsi dalam sistem distribusi, (6) Transportasi dan Komunikasi yang

berfungsi membantu kelancaran kegiatan bisnis seperti angkutan barang, telepon,

radio, televisi dan pos, (7) Usaha finansial, asuransi dan real estate, (8) Usaha jasa

seperti reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, pengacara, dokter dan sebagainya

serta (9) Usaha yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan regulasi,

pemberian izin usaha, mengembangkan BUMN dan sebagainya. 51


2.3 Tantangan yang dihadapi bisnis

           Para pelaku bisnis dalam usaha mengembangkan bisnisnya diperhadapkan

dengan 3 tantangan yang harus disikapi dengan cermat. Ketiga tantangan yang

dimaksud ialah:

2.3.1. Tantangan produktivitas

           Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya, karena mereka akan

menghadapi pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan

produktivitas ini dapat dilakukan dengan cara (a) memperbaharui mesin-mesin

51
     Alma, op.cit, hlm 24.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




dengan mesin modern, (b) kegiatan Penelitian dan Pengembangan, (c) pengunaan

robot, (d) pengembangan manajemen personalia dan (e) keterlibatan karyawan

dalam pengambilan keputusan

2.3.2. Tantangan kualitas

           Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan

seringkali diperbaiki. Konsumen tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak

mau memperkaiki layanan servisnya.         Meningkatkan mutu berarti membuat

sesuatu menjadi lebih baik dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula.

Perbaikan kualitas ini tidak menyangkut produk saja, namun juga mencakup

seluruh bagian dan tingkatan dalam perusahaan.

2.3.3. Tantangan pasar global

           Persaingan global makin lama makin meningkat sehingga mengakibatkan

produktivitas dan kualitas produk harus ditingkatkan agar dapat menghadapi

persaingan global tersebut. Negara Jepang memperlihatkan keunggulannya

sehingga mampu melakukan penetrasi pasar global52.


2.4 Pentingnya etika dalam bisnis

           Bisnis menurut Bertens tidak hanya berorientasi pada keuntungan

ekonomis, tetapi juga terkait dengan persoalan moral dan hukum. Bisnis yang

baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks

bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma–norma moral, sedangkan

perilaku yang buruk bertentangan dengan atau menyimpang dari norma-norma

moral. Selain itu, bisnis yang baik juga terkait langsung dengan hukum sebagai

52
     Alma, op.cit, hlm. 31-32
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




norma yang harus dipatuhi, karena peraturan hukum itu mengikat semua warga

negara dan memuat sanksi bagi yang melanggarnya. Jadi bisnis yang baik adalah

bisnis yang patuh pada hukum53.

         De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis

terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 54. Lebih

lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang

membawa untung banyak,                melainkan   juga dan terutama berkualitas etis.

Dalam pengertian yang sama, Ulrich dan Thielemann seperti dikutip Pratley

mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka

panjang.55

         Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis

dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan

global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma56

adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat.

Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan

dipercaya dalam bidang keuangan.

        Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari

dirinya sebagai makhluk moral57. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya

bertindak       berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.

Ketangguhan moral seseorang ditentukan oleh tiga hal:



53
   Ibid., hlm. 20-22.
54
   Keraf, op.cit, hlm 375.
55
   Peter Pratley, op.cit, hlm. 63 .
56
   Alma, op.cit, hlm. 16.
57
   Sinamo, op.cit, hlm. 196
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




       “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip-prinsip moral
       yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan;
       2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas;
       dan
       3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang
       diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal,
       organisasional dan sosial58.”


        Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri

dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip

saling menguntungkan dan (5) integritas moral59.       Dari kesemuanya, prinsip

keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua

praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang.

        Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi

etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen60. Oleh sebab itu,

seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh

dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan

banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman.

        Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha kristen dalam

menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat

kecil61. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsip-

prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya

”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).

         Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian

serius terhadap warga jemaatnya yang berprofesi sebagai pengusaha agar

58
   Parapak, op.cit, hlm. 195.
59
   Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
60
   Parapak, op.cit, hlm. 322.
61
   Susabda, op.cit, hlm. 343.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




menjalankan bisnisnya secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan

pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis

pengusaha kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga

negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas

kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama62.

         Dalam perkembangan mutakhir, etika bisnis menurut Alois A. Nugroho

terkait juga dengan kesadaran moral terhadap pelestarian lingkungan dalam

bentuk hormat pada lingkungan alam, kesadaran untuk menghindari pencemaran

lingkungan dan pengurasan sumber daya alam. Para pelaku bisnis harus memiliki

kepedulian terhadap generasi mendatang yang akan mewarisi lingkungan hidup

dari kita. Generasi yang mendatang memiliki hak yang sama dengan kita

menyangkut kebutuhan dasar akan makanan, air, udara dan ruang yang bersih dan

sehat sehingga mereka pun dapat menikmati kehidupan yang bermutu.

Memperluas lingkup kepedulian sosial merupakan kompetensi etis yang mutlak

harus dimiliki pelaku bisnis di tengah ancaman bahaya pemanasan global

sekarang ini63. Dalam hal ini pelaku bisnis diharapkan dapat melaksanakan

tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) sehingga kualitas

hidup komunitas lokal dan lingkungan terjaga dan terpelihara. Pada masa

sekarang sukses dalam bisnis di lihat juga dari bagaimana pelaku bisnis mengelola




62
  Tarigan, op.cit, hlm 9.
63
  Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit Grasindo, 2001,
hlm 5-12.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




tanggung jawab sosial terhadap komunitas di sekitarnya, sehingga menciptakan

keuntungan sosial dan keuntungan finansial dalam jangka panjang. 64


3    Persepsi Bisnis Kristen

3.1 Pengertian Persepsi

        Persepsi menurut Lahlry seperti yang dikutip Severin dan Tankard, Jr

dapat    didefinisikan     sebagai    proses     yang    digunakan      seseorang      untuk

menginterpretasikan data-data sensoris yang diterima melalui kelima indra

manusia.65 Pengertian yang sama dan lebih lengkap dijelaskan oleh DeVito yang

mengartikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan

banyaknya rangsangan (stimulus) yang mempengaruhi indra kita. Persepsi

mempengaruhi pesan apa yang mau diserap dan apa makna yang mau diberikan. 66

        Akurasi persepsi menurut DeVito dapat ditingkatkan dengan cara

(1) mencari berbagai petunjuk sebanyak mungkin, (2) merumuskan hipotesis dan

mengujinya, (3) memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, (4) tidak

menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa, (5) menduga apa yang ada dalam benak

orang lain, (6) berpikir sesuai cara pikir orang lain dan (7) berhati-hati atau

waspada dengan bias anda sendiri. 67




64
  Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di
Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007, hlm. 209-210.
65
   Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,Metode, dan Terapan
di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, dialihbahasakan oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada
Media, 2005, hlm. 83.
66
   Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, Jakarta:
Professional Books, 1997, hlm. 75.
67
   Ibid., hlm. 85.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




3.2 Bisnis menurut iman Kristen

        Jerry White68 dalam bukunya, Honesty, Morality & Conscience,

mengemukakan lima prinsip Alkitab bagi aktivitas bisnis Kristen. Pertama,

timbangan yang benar (just weight) seperti yang dicatat dalam Ulangan 25:13-15.

Prinsip timbangan yang benar merupakan keharusan dalam transaksi bisnis yang

benar. Dengan kata lain kualitas barang yang dibayar sesuai dengan apa yang

diiklankan. Pengusaha Kristen harus bertanggungjawab penuh dalam kualitas

barang dan layanan perbaikan. Seorang pengusaha Kristen harus bekerja sepenuh

hati dalam bisnisnya dengan mengingat Kolose 3:23 yang berkata: ”apapun yang

kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan

untuk manusia”.

        Kedua, Allah menuntut kejujuran yang sepenuhnya (total honesty). Surat

Efesus 4:25 mengajar kita untuk berkata benar. Sekalipun sering berbuat salah,

seorang pengusaha Kristen harus memiliki kejujuran yang penuh terhadap para

pegawai dan pelanggannya. Penting bagi pengusaha Kristen mengendalikan

perkataannya sebagaimana yang dicatat dalam Yakobus 3:2. Selain itu, Roma

12:17 mengingatkan pebisnis Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang

dengan kejujuran. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah

jujur sepenuhnya dalam melaporkan penggunaan waktu kita, uang dan prestasi?

        Prinsip yang ketiga adalah menjadi pelayan (being a servant). Menjadi

pelayan harus dibuktikan dengan tingkah laku. Melayani Allah terdengar begitu

mulia, tetapi melayani sesama adalah soal lain yang seringkali sukar dipraktekkan.

68
 http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/Ethics/files/default.
css. Makassar: 10 Juni 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




Matius 20:28 berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk

melayani manusia, bahkan menyerahkan hidupnya bagi manusia. Nilai bisnis

terkandung dalam pelayanannya. Batasan sukses adalah sejauh mana kebutuhan

pelanggan atau konsumen dilayani dengan sebaik-baiknya. Dengan pelayanan

yang baik, maka Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam

berbisnis.

          Prinsip keempat adalah tanggungjawab pribadi. Seorang pengusaha

Kristen      harus   mengambil   tanggungjawab   penuh   dalam   tindakan   dan

keputusannya, dalam apa yang dikatakan dan diperbuat. Tidak boleh ada sikap

melemparkan kesalahan kepada orang lain atau menyalahkan lingkungan sekitar.

Roma 12:2 mengingatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia

ini.

          Akhirnya, prinsip kelima adalah keuntungan yang wajar (reasonable

profits). Apakah keuntungan yang wajar itu? Keuntungan yang wajar adalah

sesuatu yang diperoleh seseorang untuk dirinya. Dalam mencari keuntungan tidak

boleh berlebihan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan sebagaimana yang

dikatakan dalam Lukas 6:31. Bagi pengusaha, keuntungan yang wajar adalah

harga dari jasa dan barang di atas biaya yang sudah dikeluarkan. Bagi pegawai

atau pekerja, keuntungan yang wajar adalah penghasilan atas pekerjaan yang

sudah dilakukannya.        Lukas 3: 14 mengingatkan agar seorang pegawai

mencukupkan kebutuhannya dengan gaji yang diperolehnya dan seorang pegawai

yang sudah bekerja patut mendapat upahnya (1 Timotius 5:18). Pada akhirnya

prinsip Alkitab dalam bisnis ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




        Alexander Hill dalam bukunya Just Bussiness mengatakan bahwa Alkitab

dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah dalam bisnis sehingga dengan

prinsip-prinsip Alkitab      seorang pengusaha dapat          mengambil keputusan etis

dengan benar. Dasar etika Kristen dalam bisnis adalah karakter Allah yang tidak

berubah dan bukannya peraturan-peraturan               secara harafiah.      Etika Kristen

menolak pendekatan egoisme (mempromosikan kesenangan                       pribadi melalui

materi atau keberhasilan dalam               karier), utilitarianisme (memaksimalkan

kesenangan dan mengurangi penderitaan) atau pemikiran deontologis (memelihara

peraturan-peraturan moral seperti ”Jangan merugikan orang lain”).69

        Prinsip-prinsip     bisnis Kristen berdasarkan tiga karakter Allah yaitu:

kekudusan, keadilan dan kasih. Ketiga prinsip ini merupakan satu kesatuan dan

tidak dapat dipisahkan ketika mengambil keputusan etis dalam bisnis. Kekudusan

yang terlepas dari keadilan dan kasih, hanya                    menghasilkan legalisme

hiperkritikal. Demikian juga, keadilan tanpa kasih dan kekudusan memberikan

akibat-akibat yang kejam. Akhirnya, kasih            ketika hanya berdiri sendiri akan

kehilangan kompas moral yang memadai.70

        Prinsip kekudusan        mengandung empat elemen utama yaitu giat bagi

Tuhan, kemurnian,        tanggung jawab dan kerendahan hati. Prinsip kekudusan

memanggil kita untuk dengan giat menempatkan Allah sebagai prioritas tertinggi.

Allah menuntut kesetiaan          mutlak (Hos. 1:2) sehingga perkara-perkara lain

ditempatkan di bawahnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita tidak dapat



69
    Alexander Hill, Just Business; Christian Ethics for The Market Place, Cumbria: Paternoster
Press, 1998, hlm. 13-14.
70
   Ibid., hlm. 15.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




melayani dua tuan pada saat yang sama (Mat. 6:24). Tugas utama kita adalah

mengasihi Allah         dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kemudian

mengasihi sesama manusia (Mat.22:37-38). Karena itu, bisnis harus dijalankan

sebagai usaha menghormati Allah.71

         Kemurnian,      bahan   dasar   kedua   dari   kekudusan,   merefleksikan

kesempurnaan moral Allah dan keterpisahan dari semua yang secara etis tidak

bersih. Dua komponen kemurnian adalah kemurnian etika dan pemisahan moral.

Kedua prinsip kembar ini dapat dipraktikkan dalam bisnis dengan tiga cara.

Pertama, kemurnian dalam komunikasi yang artinya berbicara terus terang dan

tidak ada agenda tersembunyi. Kedua, kemurnian dalam seksualitas yang artinya

menjaga diri dari perilaku seksual yang menyimpang, kata-kata cabul dan

tindakan pelecehan seksual. Ketiga, kemurnian dalam maksud yang artinya tidak

berlaku curang dan memiliki integritas moral dalam situasi apapun. 72

         Kekudusan membuat kita bertanggung jawab dengan menghargai

kemurnian moral dan menghukum ketidakmurnian.             Tanggung jawab adalah

konsep teologis dan ekonomis. Perilaku yang salah dalam bisnis jelas tidak

menyenangkan Allah yang kudus dan sekaligus menurunkan kepercayaan dari

orang lain terhadap yang bersangkutan. Kekudusan tidak hanya menempatkan

Allah dalam posisi terhormat, tetapi juga menciptakan hubungan-hubungan baik

untuk jangka panjang. Bisnis yang sukses tahu bahwa memperoleh kepercayaan

dari atasan, penyalur, pedagang dan pelangan sangatlah penting.73



71
   Ibid., hlm. 23-24.
72
   Ibid., hlm. 24-26.
73
   Ibid., hlm. 26-27.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




         Kerendahan hati adalah akibat alamiah dari usaha meniru kekudusan

Allah. Tuhan Yesus memuji mereka yang rendah hati (Mat. 5:3-5). Mereka yang

rendah hati dapat mendengarkan bawahannya, membangun tim yang kokoh dan

tidak malu mengakui kesalahannya. Mereka yang rendah hati dapat menjangkau

orang lain, ragu-ragu dalam melontarkan kritik dan menjadi pendengar-pendengar

yang baik terhadap orang lain.74

         Prinsip bisnis Kristen yang kedua adalah keadilan. Kata keadilan muncul

lebih dari 800 kali dalam Alkitab.     Keadilan menyangkut relasi timbal balik

menyangkut hak dan kewajiban. Keadilan alkitabiah menolak persepsi egoisme

dan kolektivisme. Empat aspek dasar keadilan adalah hak-hak yang prosedural,

hak-hak yang substantif, keadilan yang layak diterima dan keadilan kontraktual.

Kompensasi harus diberikan jika salah satu aspek keadilan itu dilanggar 75.

         Prinsip terakhir bisnis Kristen adalah kasih. Kasih adalah inti karakter

Allah dan merupakan kait di mana setiap aturan moral digantungkan. Kasih

mencakup kekudusan di mana Allah diutamakan dan keadilan di mana

kepentingan orang lain diperhatikan. Dalam bisnis, kasih memungkinkan semua

pihak dapat bekerja sama untuk memperoleh keberhasilan dalam jangka panjang.

Tanpa kasih, maka hubungan bisnis cenderung eksploitatif dan kerjasama menjadi

mustahil.       Tiga karakter utama kasih adalah empati, belas kasihan dan

pengorbanan diri. 76

         Eka Darmaputera menyoroti pentingnya         etika Kristen dalam bisnis

dibangun secara seimbang. Pada satu pihak, etika Kristen dalam bisnis harus dapat
74
   Ibid., hlm. 27-28.
75
   Ibid., hlm. 35-36.
76
   Ibid., hlm. 47-48.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




bersikap kritis, analitis dan konseptual dalam menyoroti asumsi-asumsi dasar

maupun praktek-praktek dalam dunia bisnis di dalam terang norma-norma iman

kristiani. Di lain pihak, ia juga mampu memperhitungkan dan oleh karena itu

berusaha memahami mekanisme yang aktual di dalam kegiatan-kegiatan bisnis

kontemporer. Singkatnya, etika bisnis Kristen berusaha memahami dari dalam,

tanpa kehilangan fungsi kritisnya; dan sekaligus berusaha menilai secara normatif

tanpa kehilangan dimensi realismenya.77

           Prinsip-prinsip etika bisnis Kristen menurut Eka Darmaputera terdiri atas

lima hal. Pertama, Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dengan prinsip ini

bisnis harus diarahkan untuk tujuan mempermuliakan Allah dan mendatangkan

kesejahteraan setiap dan seluruh ciptaan. Kedua, semua ciptaan Allah adalah baik.

Dengan prinsip ini           bisnis tidak harus dinilai kotor sebab bisnis mempunyai

potensi melayani tujuan ilahi yang luas dan agung sehingga bisnis dapat

berkembang secara optimal.

           Ketiga, manusia adalah gambar Allah. Dengan prinsip ini            bisnis

dijalankan dengan menghargai martabat manusia sebagai gambar Allah              dan

bukannya ’binatang ekonomi’             yang hanya mengejar keuntungan. Keempat,

manusia adalah gambar Allah yang selalu berdosa. Dengan prinsip ini etika bisnis

Kristen memberi tempat bagi kelemahan manusia sehingga dalam situasi tertentu

dapat mengambil tindakan etis yang bertanggungjawab. Kelima, manusia

dibenarkan, tetapi tetap berdosa. Dengan prinsip ini pelaku bisnis Kristen




77
     Darmaputera, op.cit, hlm. 7.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




berjuang mengalahkan kuasa dosa dan mengubah dunia bisnis sesuai kehendak

Allah secara konsisten.78


3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja

            Keterlibatan Gereja dalam kegiatan bisnis lebih banyak bertujuan untuk

mendukung misi Gereja dan memberi kesempatan kerja bagi warga gereja dan

masyarakat sekitarnya. Bisnis Gereja cenderung untuk pelayanan sosial dan

pastoral.       Sebagai contoh, jemaat-jemaat GPIB memiliki usaha perkebunan,

peternakan, koperasi, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna dan penerbitan

yang dikelola sesuai dengan kemampuan sumber daya gereja.

            Gereja Katolik dan Protestan menurut Rahadi memiliki beragam bisnis

mulai dari rumah sakit, sekolah, perbengkelan, perkebunan, pertanian, wisma atau

penginapan, rumah retret, rumah doa, asrama, panti asuhan, panti jompo, gedung

kesenian, lembaga rehabilitasi narkoba, paket wisata rohani, lembaga penyiaran

atau radio, toko dan penerbitan. Biasanya jika bisnis Geraja tidak dikelola secara

profesional, maka pada akhirnya menjadi beban bagi Gereja sendiri.

            Secara khusus, Gereja Katolik memiliki pedoman tentang bisnis. Ajaran

Sosial Gereja (ASG) Katolik         menekankan pentingnya penghargaan terhadap

martabat manusia dengan asas solidaritas, subsidiaritas, adanya milik pribadi,

serta mengakui persaingan bebas. Keuntungan dalam bisnis harus diperoleh

semua pihak mulai dari konsumen, karyawan, masyarakat sekitar, masyarkat luas

melalui pajak dan cukai, dan tentunya pelaku bisnis sendiri. Apabila asas ini



78
     Ibid., hlm. 10-18.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




dilanggar, yang menderita kerugian adalah semua pihak termasuk anak cucu kita

yang menghadapi rusaknya alam serta lingkungan hidup. 79


4       Persepsi bisnis menurut agama Islam dan agama Budha

            Dalam konteks Indonesia yang majemuk, penulis berusaha memaparkan

bagaimana pandangan agama Islam dan budaya Thionghoa tentang bisnis dalam

kaitannya dengan etika. Penulis memilih kedua agama ini dengan pertimbangan

bahwa agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan agama Budha

dianut etnis Thionghoa yang mayoritas adalah pebisnis.


4.1. Agama Islam

            Secara historis, agama Islam         dapat dikatakan bersikap positif terhadap

kegiatan bisnis sebab Islam disebarluaskan melalui jalur perdagangan dengan

perintis utama Nabi Muhammad. Al Qur’an sendiri tidak melarang seseorang

mencari kekayaan dengan cara halal. Yang dilarang adalah keserakahan dan

pamer kekayaan (riya’). Rujukan yang penting tentang perdagangan adalah surat

al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan: ”Allah telah menghalalkan perdagangan

dan melarang riba.”80

            Dalam Al-Qur’an bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

aktivitas atau amal perbuatan manusia secara keseluruhan dan tidak terbatasi oleh

kesempatan sesaat. Kesemua amal dijanjikan dengan suatu keuntungan yang

optimal. Tujuan dalam bisnis bernilai ganda yaitu keselamatan dunia dan akhirat.


79
     Rahardi, F., Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007, hlm. 23-140.

80
     Bertens, Etika Bisnis, hlm. 50-51.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




Bisnis yang hakiki adalah bisnis yang dapat menyelamatkan manusia dari azab

yang pedih. Etika bisnis islami merupakan usaha untuk mencari keridhaan Allah.

Jadi dalam Islam, etika dan bisnis adalah satu kesatuan dengan prinsip utama yaitu

kejujuran dan keadilan81. Perilaku etis bagi kaum Muslim adalah melakukan apa

yang dihalalkan, seperti bertani, berdagang atau menjadi pegawai dan

menghindari hal-hal yang diharamkan, seperti berdagang alkohol, berdagang obat-

obatan terlarang, prostitusi atau menyebarluaskan barang-barang pornografi.82


4.2. Agama Budha

        Sang Buddha menurut Y.M. Bhikkhu Suguno dalam artikel online

Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi, menasihatkan bahwa kekayaan

atau materi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Umat Budha ketika

mengumpulkan materi diharapkan memperhatikan norma-norma etika dan norma-

norma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lebih lanjut, sutta tersebut

menerangkan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan, sebaiknya seseorang

mengumpulkannya           dengan       usaha       dan        semangat      yang      tinggi

(utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi), dan dengan

jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi).

        Dalam usaha mengumpulkan kekayaan, hendaknya seseorang harus

melakukan      segala    kegiatannya      dengan      jalan     yang     benar.    Misalnya,

kepada para pedagang, Sang Buddha telah menasihati untuk menghindari

penipuan dengan jalan menipu alat pengukur timbangan (tulakuta), dan


81
  Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Penerbit
Salemba Diniyah, 2002, hlm. 87-89.
82
   Ibid., hlm. 133-138
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




menipu       dalam      dengan          memalsu      uang       dan   sebagainya.        Selanjutnya,

Angguttara Nikaya menjelaskan seseorang seharusnya menghindari diri

dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya

sendiri     dan      juga      mahkluk      lain,     seperti     satta   vanijja     (perdagangan

perbudakan),         sattha     vanijja    (perdagangan         persenjataan),      mamsa      vanijja

(perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman

keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin,

dan      sebagainya).         Ambalatthika       Rahulovada       Sutta      menegaskan        kriteria

tentang      pekerjaan        terbaik     yang      dilakukan     oleh    para      pengikut     Sang

Buddha.       Jika     suatu      pekerjaan       yang      dilakukan     adalah      menimbulkan

manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta

bermanfaat        untuk         kedua-duanya          maka       pekerjaan       tersebut      adalah

pekerjaan       yang     terpuji.       Beberapa      jenis      pekerjaan     seperti      kerajinan,

pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji.

          Agama Buddha memberikan anjuran kepada umat untuk mengembangkan

kesejahteraannya, baik kesejahteraan materi maupun kesejahteraan batin. Manusia

bukanlah penguasa alam yang berkuasa mengatur alam ini sesuai keinginannya.

Kedudukan manusia di alam semesta ini tidaklah tertinggi (supreme), tetapi

bagian dari alam; sehingga dia harus berusaha menyesuaikan diri dengan alam dan

berusaha menggunakan sumber-sumber kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.83




83
     http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml. Makassar: 27 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




5   Jemaat GPIB Passasreang

       Jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 no. 15,

Kelurahan Sudiang Raya, Makassar, ditahbiskan dan dilembagakan sebagai suatu

jemaat yang mandiri secara keuangan dan organisatoris pada tanggal 6 April 1997

dalam ibadah Minggu yang dilayani langsung oleh Pdt. DR. O.E.Ch Wuwungan

selaku Ketua Majelis Sinode GPIB. Sejak dilembagakan, jemaat ini mengalami

pertumbuhan secara kuantitas dan data terakhir bulan Agustus 2008 menunjukkan

jumlah warga jemaat ini adalah 246 Kepala Keluarga dengan 971 jiwa, yang

tersebar dalam lima sektor pelayanan.

       Sejak tahun 1997 sampai 2008, jemaat ini sudah dilayani oleh lima orang

pendeta selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) sesuai penugasan Majelis Sinode

GPIB yaitu Pdt. Ebser Lalenoh, STh, Pdt. Ny. Ellen Tamunu, SPAK, Pdt. Adma

Tarigan, STh, Pdt. Ny. M.A. Manopo, STh dan Pdt. Ny. M.B. Risamena, STh.

Dalam tanggungjawab organisasi dan pelayanan, pendeta selaku KMJ dibantu

oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) dalam mengatur pelayanan,

mengelola administrasi kantor dan sumber daya gereja.

       Sidang Majelis Jemaat (SMJ) yang dilaksanakan secara berkala 1 kali

dalam 3 bulan, merupakan wadah strategis yang efektif dalam mengevaluasi

kinerja pelayanan, memecahkan persoalan-persoalan jemaat dan merancang

bersama kegiatan-kegiatan pelayanan untuk 3 bulan ke depan. Jemaat ini memiliki

43 anggota majelis jemaat dengan rincian 22 orang sebagai penatua dan 21 orang

sebagai diaken serta 50 orang yang melayani wadah kategorial anak, teruna,

pemuda, wanita dan kaum bapak.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




       Jemaat ini memiliki harta milik gereja berupa sebuah gedung gereja,

kantor, ruang serba guna dan pastori. Dalam program tahun 2008-2009, jemaat

ini merencanakan pengadaan kendaraan roda empat untuk kelancaran mobilitas

pelayanan. Dalam penyelenggaraan tertib administrasi dan kenyamanan

beribadah, jemaat Passreang memiliki 2 orang tenaga kantor, 1 orang tenaga

keamanan dan        1 orang koster yang digaji secara periodik sesuai ketentuan

sinodal dan kebijakan setempat.

       Pelayanan ibadah Minggu dilaksanakan 2 kali pada jam 09.00 wita dan

17.00 wita. Sementara ibadah Minggu untuk anak-anak dilaksanakan di gedung

gereja, ruang serba guna dan pos-pos pelayanan. Pembinaan reguler dilaksanakan

secara bergilir setiap minggu bagi para pelayan yang bertugas memberitakan

Firman Allah dalam ibadah keluarga, anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum

bapak. Kegiatan pembinaan reguler ini dilangsungkan malam hari setiap hari

Senin dan Selasa jam 19.00 wita di ruang konsistori dan ruang serba guna.

       Jemaat Passareang memiliki tiga komisi yaitu (1) komisi diakonia yang

bertugas membantu secara finansial dan natura bagi warga jemaat yang

berkekurangan secara ekonomi; (2) komisi kesehatan dengan tugas memeriksa

warga jemaat yang sakit dan mengobatinya. Kegiatan pemeriksaan kesehatan

dilakukan setiap hari Jumat yang dilayani oleh tenaga dokter yang profesional;

dan (3) komisi musik gereja yang membina kegiatan nyanyian gereja dan melatih

pemandu lagu (kantoria).84




84
 M. A. Manopo, Memorandum serah terima Pendeta/Ketua Majelis Jemaat GPIB Passareang
Makassar, Makassar: 9 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




B   Keaslian Penelitian

      Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika dan disiplin

ilmu lainnya sudah dilakukan oleh beberapa orang. Pada bulan Maret 2008,

penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT

Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta yang ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan

Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini.

      R. Siti Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam

Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum

dengan pendekatan kualitatif. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika

bisnis dengan persaingan usaha di Indonesia, dan apa aspek hukum dari adanya

persaingan tidak sehat terhadap konsumen dan pengusaha kecil Iainnya.

      Etika bisnis menurut Lestari sangat penting ditegakkan dalam persaingan

usaha sebab terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha.

Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan

yang sehat. Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen,

harga pasar yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan

penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan

perdagangan.

      Adanya persaingan usaha yang sehat, akan menguntungkan semua pihak

termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan

menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha

tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan terancam. Adanya

hukum yang pasti akan memelihara ketertiban pasar dan menjamin transparansi
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




pasar. PeneIitian yang dilakukan di Jakarta ini bersifat yuridis normatif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif85.

        Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan

Kelompok       Kristen    dalam      Perspektif     Sosiologis     menyimpulkan         bahwa

keberhasilan     bisnis     kelompok-kelompok          Kristen     yang     menjadi     obyek

penelitiannya lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh

etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih

berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen. Dewanto

mensinyalir bahwa etik Kristen Protestan Calvinis sama sekali tidak diketahui

karena tidak diajarkan kepada mereka sehingga dalam praktek bisnis yang

digunakan adalah etik sekular dan filosofis86.

        Norita Yudiet Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam

Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting

bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis.

Pengusaha yang ditelitinya berasal dari kalangan Islam dan Kristen yang berlokasi

di Jakarta. Metodologi penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan

perspektif teologi87.

        Penelitian terbaru dari Andreas Bintoro dalam tulisannya Dapatkah

Kekristenan Diterapkan dalam Bisnis ? menyimpulkan bahwa (1) masyarakat

yang majemuk mempersulit pengambilan keputusan etis dalam bisnis, karena


85
   R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Tesis, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
86
   Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Disertasi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
87
   Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Tesis, Jakarta: STT Jakarta,
2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




masing-masing kelompok masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda

tentang norma-norma etis yang ada dan masalah etis yang dihadapi; (2)

Kelompok suku dan etnis yang berbeda-beda dalam komunitas Kristen seringkali

berpegang pada nilai-nilai budaya yang berbeda-beda pula dan menyebabkan

persepsi yang berbeda-beda pula tentang norma etis yang ada serta masalah etis

yang dihadapi; (3) Etik Kristen Protestan Calvinis sebagai norma dan etos belum

cukup diajarkan dan dipahami untuk mampu mengubahkan nilai budaya para

pemeluk Kekristenan Protestan Calvinis ke arah yang lebih mendekati tuntutannya

yang radikal dan transformatif. Ia mensinyalir jika tradisi Reformasi yang terus

menerus memperbaharui dirinya dan profetis tidak diberi tempat dalam

Kekristenan di Indonesia, maka kemungkinan besar Kekristenan akan menjadi

semacam gejala marginal dalam masyarakat Indonesia88.

        Seorang psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dalam penelitiannya terhadap

sejumlah pebisnis profesional mancanegara mengemukakan bahwa kesuksesan

dalam bisnis dapat membawa kebahagiaan hidup secara menyeluruh. Bisnis yang

baik menurutnya tidak sekadar meningkatkan keuntungan, melainkan turut

memberikan kontribusi signifikan pada kebahagiaan manusia. 89

        Bisnis yang tidak baik seperti penipuan, suap, kolusi dan menjual barang-

barang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti alkohol dan tembakau pada

akhirnya hanya meningkatkan stress dan menghilangkan kebahagiaan90. Bisnis


88
   Andreas Bintoro, ”Dapatkah kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?”, dalam Robert P Borrong
dan Norita Y. Tompah, (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi & Pusat
Studi Etika STT Jakarta, 2006, hlm. 89-96.
89
   Mihaly Csikszentmihalyi, Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan, Diterjemahkan
oleh Helmi Mustofa, Bandung: Penerbit Mizan, 2007, hlm.42.
90
   Ibid., hlm. 43-44.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




yang baik dipahami sebagai bisnis yang berorientasi tidak semata-mata meraup

untung, tetapi juga menjadikan usahanya sebagai mesin peningkatan kualitas

hidup. Tindakan para eksekutif sukses itu didasarkan pada prinsip-prinsip agama

Kristen atau nilai-nilai humanisme sekuler.91

       Max Weber dalam bukunya Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

menyimpulkan bahwa agama yang bersemangat modernlah yang akan

memberikan dorongan atau spirit terhadap pertumbuhan ekonomi (kapitalisme).

Kapitalisme menurutnya bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar

keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian keuntungan (profit), dan

keuntungan itu dapat diperbaharui terus menerus. Semangat kapitalisme klasik

bercirikan sikap moral jujur, ketepatan dalam waktu, sikap rajin dan hemat yang

semuanya dilatarbelakangi     etos kerja Protestan. Akibatnya, pencarian uang

dalam tatanan ekonomi modern sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal,

merupakan hasil dan ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam melaksanakan

panggilan tugas.92

       Doktrin predestinasi dari Calvin diartikan sebagai kesempatan bagi orang

beriman untuk membuktikan keselamatannya dengan cara meraih sukses dalam

bisnis. Mereka yang menjalani hidup yang baik dengan kerja keras pasti akan

masuk ke Surga. Sebaliknya, mereka yang malas tidak akan masuk surga setelah

kematiannya. Doktrin ini memotivasi kaum Calvinis untuk bekerja dengan energi

yang berlipat ganda, terdorong oleh janji       kebahagiaan abadi. Kerja seperti


91
  Ibid., hlm. 56-57.
92
  Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan oleh Yusup
Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007, hlm. 58.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




aktivitas bisnis dipahami bukan lagi sebagai sesuatu yang hina, melainkan sebuah

panggilan ilahi (beruf, calling) untuk memuliakan Tuhan. 93

           Penelitian yang penulis lakukan ini sama sekali berbeda dengan karya-

karya ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di atas Penelitian ini sama sekali baru

baik dari segi substansi, metodologi, waktu, tempat dan objek penelitian.

Sepengetahuan penulis belum ada karya ilmiah yang meneliti persepsi warga

jemaat GPIB tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen.


C       Kerangka Konseptual

                                        Persepsi Bisnis
                                         warga jemaat




                   Pandangan Alkitab                          Pandangan sekular
                     tentang bisnis                             tentang bisnis
               1. Mempermuliakan                          1. Menguntungkan
                 Allah                                    2. Bermoral
               2. Kekudusan                               3. Tidak melanggar
               3. Jujur dan adil                             hukum
               4. Menghargai martabat                     4. Peduli terhadap
                  manusia                                    Lingkungan
               5. Bertanggungjawab                        5. Mendatangkan
                                                             kebahagiaan




                                      Bisnis yang baik
                             1. Melayani kehendak Allah
                             2. Menghargai sesama
                             3. Memiliki tanggungjawab sosial




93
     Ibid., hlm.163.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




D   Landasan Teori

       Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang

bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis

bukanlah    karya   amal.    Bisnis    memerlukan     motif   keuntungan sehingga

mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak

bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah,

mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh

masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut.

       Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan

tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma

agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku

bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip-

prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu                (1) bisnis sebagai usaha

mempermuliakan      Allah,    (2)     kekudusan,    (3)   kejujuran   dan   keadilan,

(4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab.

       Pelaku bisnis Krtisten dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam

bisnisnya, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan,

aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnisnya. Dengan demikian pelaku

bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki

tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja

memiliki tanggung jawab membina warga jemaatnya dalam soal bisnis agar hidup

mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




                                           BAB III

                                METODE PENELITIAN


         Setelah kerangka konseptual dan landasan teoritis dikemukakan pada bab

terdahulu, maka pada bagian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini

dipaparkan.      Di sini, instrumen penelitian yang dipilih adalah angket dan

wawancara guna mendapatkan data akurat dari responden yang menjadi objek

penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dengan tingkatan

yang terstruktur.


A    Jenis Penelitian

        Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah

deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari responden dengan

mengunakan kuesioner.94

        Dengan instrumen penelitian berupa kuisioner seperti yang ada dalam

Lampiran I, penulis bermaksud mendapatkan persepsi warga jemaat GPIB

Passareang tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen95. Data yang diperoleh

hasilnya dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian dianalisis untuk

menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.




94
   Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, (Peny.) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit
LP3ES, 1985, hlm. 8.
95
   Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 23.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.




B       Lokasi dan Waktu Penelitian

           Penelitian ini mengambil lokasi di jemaat GPIB Pasareang yang beralamat

di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Pengumpulan

data dalam penelitian ini dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2008.


C       Teknik Pengumpulan Data

           Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut teknik random

sederhana (simple random sampling). Teknik sampling ini adalah cara

pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam

anggota populasi tersebut.96 Besaran smpel yang diambil dalam penelitian ini

adalah 100 responden.

           Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen

angket. Angket diberikan kepada warga jemaat GPIB Passareang               sebagai

responden untuk mendapatkan persepsi mengenai bisnis Kristen. Warga jemaat

yang dilibatkan sebagai responden memiliki latar belakang yang beragam baik

secara status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam

pelayanan Gereja.

           Angket disebarkan melalui kordinator sektor pelayanan yang merupakan

penanggungjawab utama pelayanan di sektor pelayanan. Lima (5) sektor

pelayanan dalam jemaat GPIB Passareang           mendapatkan masing-masing 15

eksemplar angket yang ditujukan kepada warga jemaat yang sudah berkeluarga.

Sebagian angket yang tersisa (25 eksemplar) diberikan kepada beberapa pelayan



96
     Riduwan, op.cit, hlm. 58.
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK
BISNIS YANG BAIK

More Related Content

What's hot

Pengantar Manajemen Sumber Daya Alam
Pengantar Manajemen Sumber Daya AlamPengantar Manajemen Sumber Daya Alam
Pengantar Manajemen Sumber Daya AlamYesica Adicondro
 
Kompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIKompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIGiovanni Promesso
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Yesica Adicondro
 
Karakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilKarakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilDian Equanti
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaFrans Dione
 
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam Islam
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam IslamPemeliharaan hubungan pegawai dalam Islam
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam IslamMarselina Marselina
 
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usahaLingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usahauyabdean
 
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra Allah
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra AllahBab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra Allah
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra AllahKornelis Ruben
 
Manajemen kualitas Jasa
Manajemen kualitas JasaManajemen kualitas Jasa
Manajemen kualitas JasaGina Gachin
 
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12Kornelis Ruben
 
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban dunia
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban duniaKontribusi islam dalam pengembangan peradaban dunia
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban duniaWildanNurrahman
 
Kisah sengsara dalam Injil Yohanes
Kisah sengsara dalam Injil YohanesKisah sengsara dalam Injil Yohanes
Kisah sengsara dalam Injil Yohanesalbertus purnomo
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanregirolan
 
Sakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptSakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptDinarDorotea
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarrauf abdul
 

What's hot (20)

Latihan Audit manajemen
Latihan Audit manajemen Latihan Audit manajemen
Latihan Audit manajemen
 
Pengantar Manajemen Sumber Daya Alam
Pengantar Manajemen Sumber Daya AlamPengantar Manajemen Sumber Daya Alam
Pengantar Manajemen Sumber Daya Alam
 
Kompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIKompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan II
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard
 
Karakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilKarakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecil
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
 
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam Islam
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam IslamPemeliharaan hubungan pegawai dalam Islam
Pemeliharaan hubungan pegawai dalam Islam
 
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usahaLingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan dunia usaha
 
Ppt 3 gereja
Ppt 3   gerejaPpt 3   gereja
Ppt 3 gereja
 
Makalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaanMakalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaan
 
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra Allah
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra AllahBab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra Allah
Bab 1 Martabat Luhur Sebagai Citra Allah
 
Implementasi sila ke2
Implementasi sila ke2Implementasi sila ke2
Implementasi sila ke2
 
Tugas sarana prasarana
Tugas sarana prasaranaTugas sarana prasarana
Tugas sarana prasarana
 
Manajemen kualitas Jasa
Manajemen kualitas JasaManajemen kualitas Jasa
Manajemen kualitas Jasa
 
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12
Buku Siswa Agama Katolik Kelas 12
 
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban dunia
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban duniaKontribusi islam dalam pengembangan peradaban dunia
Kontribusi islam dalam pengembangan peradaban dunia
 
Kisah sengsara dalam Injil Yohanes
Kisah sengsara dalam Injil YohanesKisah sengsara dalam Injil Yohanes
Kisah sengsara dalam Injil Yohanes
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaan
 
Sakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptSakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.ppt
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

Similar to BISNIS YANG BAIK

Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02Operator Warnet Vast Raha
 
54206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah254206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah2Niswa Sweet
 
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...Mas Yasin
 
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...Mustaghfirin Mustaghfirin
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiyogieardhensa
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...Warnet Raha
 
Pedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminPedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminadeputra93
 
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017Abdan Abdan
 
Pedoman untuk dosen dan admin vilep
Pedoman untuk dosen dan admin vilepPedoman untuk dosen dan admin vilep
Pedoman untuk dosen dan admin vilepjoen_gmu
 
Pedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminPedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminteuku dermawan
 
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada nyManajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada nyOperator Warnet Vast Raha
 
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...yogieardhensa
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...yogieardhensa
 
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfKelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfSitiMarwia1
 
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...NURIMAN NOVIANTO
 
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASUofa_Unsada
 

Similar to BISNIS YANG BAIK (20)

Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
Tesis master-pdt-sgrsihombingmth-120326060617-phpapp02
 
54206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah254206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah2
 
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...
Analisis perkembangan bisnis keluarga toko kolbandang semarang dengan model p...
 
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...
Analisis rasio keuangan guna menilai kinerja perusahaan food and beverages ya...
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasi
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
 
Intan. iii.a
Intan. iii.aIntan. iii.a
Intan. iii.a
 
Pengantar Akuntansi.pdf
Pengantar Akuntansi.pdfPengantar Akuntansi.pdf
Pengantar Akuntansi.pdf
 
Pedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminPedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan admin
 
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017
Manual book-vilep-pusdik-sdmk-2017
 
Pedoman untuk dosen dan admin vilep
Pedoman untuk dosen dan admin vilepPedoman untuk dosen dan admin vilep
Pedoman untuk dosen dan admin vilep
 
Pedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan adminPedoman untuk dosen dan admin
Pedoman untuk dosen dan admin
 
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada nyManajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada ny
 
Laporan Kkl Awal
Laporan Kkl AwalLaporan Kkl Awal
Laporan Kkl Awal
 
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...
Analisis perbandingan resiko dan tingkat pengembalian reksa dana syariah dan ...
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
 
Pretermik Restrik
Pretermik RestrikPretermik Restrik
Pretermik Restrik
 
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdfKelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf
 
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI DENGAN SH...
 
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPASANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KORAN KOMPAS
 

More from stephen sihombing

Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...
Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...
Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...stephen sihombing
 
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisienstephen sihombing
 
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+stephen sihombing
 
04. peningkatan peran keluarga
04. peningkatan peran keluarga04. peningkatan peran keluarga
04. peningkatan peran keluargastephen sihombing
 
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktisstephen sihombing
 
01. makna panggilan dan pengutusan
01. makna panggilan dan pengutusan01. makna panggilan dan pengutusan
01. makna panggilan dan pengutusanstephen sihombing
 
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015stephen sihombing
 
Games Alkitab Sesudah dan Sebelum
Games Alkitab Sesudah dan SebelumGames Alkitab Sesudah dan Sebelum
Games Alkitab Sesudah dan Sebelumstephen sihombing
 
Kematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan KitaKematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan Kitastephen sihombing
 
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015stephen sihombing
 
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap Hati
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap HatiBersyukur kepada Allah dengan Segenap Hati
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap Hatistephen sihombing
 

More from stephen sihombing (20)

Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...
Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...
Materi Persiapan untuk presbiter GPIB dalam ibadah keluarga dan pelkat Maret ...
 
Khotbah Kejadian 11:1-9
Khotbah Kejadian 11:1-9Khotbah Kejadian 11:1-9
Khotbah Kejadian 11:1-9
 
Khotbah Daniel 3:1-27
Khotbah Daniel 3:1-27 Khotbah Daniel 3:1-27
Khotbah Daniel 3:1-27
 
Komunitas Baca Alkitab GPIB
Komunitas Baca Alkitab GPIBKomunitas Baca Alkitab GPIB
Komunitas Baca Alkitab GPIB
 
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien
07. teknik menyampaikan materi yang efektif dan efisien
 
06. pelayan yang memimpin
06. pelayan yang memimpin06. pelayan yang memimpin
06. pelayan yang memimpin
 
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+
05. mekanisme pola kerja unit misioner pelkat dan komisi+
 
04. peningkatan peran keluarga
04. peningkatan peran keluarga04. peningkatan peran keluarga
04. peningkatan peran keluarga
 
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis
03. unit misioner dalam pelayanan gpib sebuah catatan teologi praktis
 
02. pilar pilar gpib
02. pilar pilar gpib02. pilar pilar gpib
02. pilar pilar gpib
 
01. makna panggilan dan pengutusan
01. makna panggilan dan pengutusan01. makna panggilan dan pengutusan
01. makna panggilan dan pengutusan
 
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015
A. pengantar umum randas ps xx tahun 2015
 
Hal Menghakimi Sesama
Hal Menghakimi SesamaHal Menghakimi Sesama
Hal Menghakimi Sesama
 
Bahagia Masa Tua
Bahagia Masa TuaBahagia Masa Tua
Bahagia Masa Tua
 
Games Alkitab Sesudah dan Sebelum
Games Alkitab Sesudah dan SebelumGames Alkitab Sesudah dan Sebelum
Games Alkitab Sesudah dan Sebelum
 
Renungan Jalan Salib Yesus
Renungan Jalan Salib YesusRenungan Jalan Salib Yesus
Renungan Jalan Salib Yesus
 
Upah Mengikut Yesus
Upah Mengikut YesusUpah Mengikut Yesus
Upah Mengikut Yesus
 
Kematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan KitaKematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan Kita
 
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015
GPIB dari Persidangan Proto Sinode s.d PS XX 2015
 
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap Hati
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap HatiBersyukur kepada Allah dengan Segenap Hati
Bersyukur kepada Allah dengan Segenap Hati
 

Recently uploaded

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Recently uploaded (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

BISNIS YANG BAIK

  • 1. BISNIS YANG BAIK Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar Tesis Untuk memenuhi sebahagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Magister Teologi Program Studi Etika Diajukan oleh Stephen G.R. Sihombing 265.029 Kepada PROGRAM PASCASARJANA STT INTIM MAKASSAR Januari 2008
  • 2. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. SERTIFIKAT UJIAN TESIS Semua yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan bahwa Tesis Magister Theologi (M.Th) dengan judul: BISNIS YANG BAIK Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen di jemaat GPIB Passareang, Makassar yang dipersiapkan dan disusun oleh: Stephen G.R. Sihombing 265.029 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Desember 2008 dan dinyatakan lulus dengan nilai A . Susunan Dewan Penguji Pembimbing I Penguji I Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban Pdt. Dr. Yusuf G. Mangumban Pembimbing II Penguji II Pdt. Ny. Resty Arnawa-T, M.Th Drs. Ishak Ngeljaratan, MA Mengetahui Program Pascasarjana STT INTIM Makassar Pdt. DR. Andarias Kabanga’ Direktur
  • 3. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Makassar, 15 Januari 2009 Stephen G.R. Sihombing
  • 4. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. KATA PENGANTAR Tuntutan untuk berlaku etis dalam bisnis merupakan kenyataan mutlak yang harus diperhatikan semua pihak yang ingin menjaga agar lembaga bisnis dapat memberi sumbangan positif bagi kesejahteraan hidup manusia. Kiranya, tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menginginkan terciptanya hubungan integratif bisnis dengan etika Kristen. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Bp. Pdt. DR. Yusuf G. Mangumban dan Ny. Resty Arnawa-T, M.Th yang telah dengan setia dan sabar mengarahkan penulis dalam proses penelitian sampai tesis ini selesai. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada staff pengajar STT INTIM Makassar, yang telah memperkaya wawasan teologi penulis selama menempuh pendidikan antara tahun 2006-2008, khususnya Bp. Pdt. DR. Andarias Kabanga’, Bp. Pdt. DR. Nazarius Rumpak, Bp. Prof. DR. W.I.M Poli, Bp. Drs. Ishak Ngeljaratan, MA, Bp. Pdt. D. Sopamena, M.Th, dan Bp. Pdt. Ruben Persang, M.Th. Tidak dapat dilupakan rekan-rekan dari perpustakaan STT INTIM
  • 5. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Makassar yang dengan setia melayani kebutuhan penulis dalam memperoleh buku-buku untuk kepentingan penelitian. Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada Bp. Anggiat Sinaga, MBA, Bp. Ir. Leo Hehanusa, M.Si dan Bp. Max Saliwir, SE, atas bantuannya dalam proses penulisan tesis ini. Sahabat-sahabat penulis, David dan Wilson, perlu dicatat di sini sebagai teman yang komunikatif selama proses studi telogi. Penulis berterima kasih juga kepada jemaat-jemaat GPIB, khususnya Jemaat GPIB Passareang, tempat di mana penulis mengambil bagian dalam pengabdian pelayanan. Penulis tidak dapat melupakan budi baik dari rekan-rekan sesama pendeta GPIB yaitu, Pdt. Ny. M.A. Manopo, Pdt. Ny. M.T. Meijer-Hallatu, M.Th, Pdt. Marlyn Joseph S.Th, dan Bp. Pdt. Timotius Susilo, S.Ag. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Majelis Sinode GPIB XVIII yang telah memberikan rekomendasi dan bantuan keuangan selama studi berlangsung. Secara khusus, penulis sangat berterima kasih kepada Bp. Pnt. Prof. Dr. John Fo’Eh dan keluarga yang dengan tulus mendukung dan membantu pergumulan penulis selama studi dan tugas pelayanan dalam jemaat GPIB.
  • 6. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada segenap keluarga: istri kekasih, Ir. Dewi Arung, kedua anak kekasih: Jacqueline dan Stefany, kedua orang tua: Mami di Makassar dan Mama di Jakarta, yang telah mendukung dengan doa dan kasih. Semua ucapan terima kasih ini dapat dikatakan, karena kemurahan Allah yang melimpah dalam hidup penulis sampai hari ini. Makassar, 15 Januari 2009 Penulis Stephen G. R. Sihombing
  • 7. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................. i SERTIFIKAT UJIAN TESIS ............................................................. ii PERNYATAAN ............................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................. vii ABSTRACT ............................................................. x ABSTRAK ............................................................. xi BAB I : PENDAHULUAN ............................................................ 1 A Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B Batasan Masalah .............................................................. 4 C Rumusan Masalah .............................................................. 5 D Tujuan Penelitian .............................................................. 5 E Manfaat Penelitian .............................................................. 6 F Keaslian Penelitian .............................................................. 6 G Tinjauan Pustaka .............................................................. 8 H Landasan Teori .............................................................. 10 I Hipotesa .............................................................. 11 J Jenis dan Metode Penelitian .............................................................. 12 K Sistematika Penulisan .............................................................. 14 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15 A Pemikiran Teoritis .............................................................. 15
  • 8. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 1.1 Pengertian Etika .............................................................. 15 1.2 Pengertian Etika Kristen .............................................................. 19 2 Relasi Bisnis dan Etika .............................................................. 21 2.1 Bisnis .............................................................. 21 2.2 Klasifikasi Bisnis .............................................................. 23 2.3 Tantangan yang dihadapi Bisnis .................................................. 23 2.3.1 Tantangan Produktivitas .................................................. 23 2.3.2 Tantangan Kualitas .................................................. 24 2.3.3 Tantangan Pasar Global .................................................. 24 2.4 Pentingnya Etika dalam Bisnis .................................................. 24 3 Persepsi Bisnis Kristen .............................................................. 28 3.1 Pengertian Persepsi .............................................................. 28 3.2 Bisnis menurut Iman Kristen .................................................. 29 3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja .................................................. 35 4 Persepsi Bisnis menurut Agama Islam dan Agama Budha ......... 36 4.1 Agama Islam .............................................................. 36 4.2 Agama Budha .............................................................. 37 5 Jemaat GPIB Passareang ............................................................. 39 B Keaslian Penelitian .............................................................. 41 C Kerangka Konseptual .............................................................. 45 D Landasan Teori .............................................................. 46 BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 47 A Jenis Penelitian .............................................................. 47
  • 9. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 48 C Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 48 D Teknik Analisis Data ............................................................. 49 BAB IV : PEMBAHASAN .............................................................. 54 1 Hasil Penelitian .............................................................. 54 1.1 Karakteristik Responden ............................................................... 54 1.2 Persepsi Responden mengenai Bisnis Kristen .............................. 56 2 Pengukuran Persepsi berdasarkan Skala Likert ............................. 65 3 Interpretasi Data dan Uji Hipotesis ................................................ 70 BAB V : REFLEKSI TEOLOGIS .............................................................. 77 1 Hubungan Integratif Etika Kristen dengan Bisnis ...................... 77 2 Bisnis yang Baik ............................................................... 79 2.1 Melayani Kehendak Allah .............................................................. 81 2.2 Menghargai Sesama .............................................................. 83 2.3 Memiliki Tanggung Jawab Sosial ................................................. 85 3 Tanggung Jawab Gereja ............................................................... 87 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 88 1 Kesimpulan ............................................................... 88 2 Saran ............................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • 10. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. ABSTRACT Business is economic activities that cope with material profits. Seeking for profit in business is an ethical or good action. Actually, business is not run as well as its substance. Business was running with manipulative ways and egoism which victimize society and environment. Christianity has ethical principles which are useful in business. Ethical principle based on Scripture which can be understood and practised in Christian business, are the main goal of this research. The locus of the research is Protestant Church in the West of Indonesia (GPIB) Congregation “Passareang” at Makassar that covers 100 (a hundred) respondents, from June until August 2008. Descriptive-survey with questionnaire and interview techniques is the methodology used in this research. Interviewing with business practitioners, member of assembly of congregation and priests were conducted. Likert’s scale has been used in this research to measure church’s member perception about Christian business. The result of the research proves that (1) church’s members have good perception of the Christian business, (2) the principles of ethical business could be practised by a Christian businesman, and (3) church gives less attention for complementing church’s members about good business based on Christian ethics. The principles of Christian ethics in business can be formulated in three primaries (1) to serve the will of God, (2) respect each other and (3) have a social responsibility. GPIB has a responsibility to equip church’s members to understand the principles of Christian ethics in business. Business can be practised not only for the sake of mankind, but also to serve the will of God. The importance of ethics in business, to encourage all parties, both business practitioners, ethicians, theological education institutions, and churches to create a business life with dignity and ecologically oriented. Keywords: perception, ethics, business, the Bible, Christian
  • 11. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. ABSTRAK Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan keuntungan materi. Mencari keuntungan dalam bisnis adalah perbuatan yang etis atau baik. Dalam kenyataan, bisnis tidak berjalan sesuai hakekatnya. Bisnis dijalankan dengan cara- cara manipulatif dan egoisme sehingga masyarakat dan lingkungan hidup dikorbankan. Kekristenan memiliki prinsip-prinsip etis yang dapat digunakan dalam bisnis. Prinsip-prinsip etis berdasarkan Alkitab yang dipahami dan dipraktekkan dalam bisnis Kristen, menjadi tujuan utama penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di jemaat GPIB Passareang, Makassar dengan melibatkan 100 responden pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. Metode yang dipakai adalah metode survai deskriptif dengan teknik kuisioner dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada praktisi bisnis, anggota majelis jemaat dan pendeta. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur persepsi warga jemaat mengenai bisnis Kristen. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) warga jemaat memiliki persepsi yang baik tentang bisnis Kristen, (2) prinsip-prinsip etis bisnis Kristen dapat dipraktekkan oleh pebisnis Kristen dan (3) gereja kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen. Prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis dapat dirumuskan dalam 3 pokok yaitu (1) melayani kehendak Allah, (2) menghargai sesama dan (3) memiliki tanggungjawab sosial. GPIB memiliki tanggung jawab dalam melengkapi warga jemaat untuk memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam bisnis. Bisnis dipraktekkan bukan hanya untuk kepentingan manusia tetapi juga untuk melayani kehendak Allah. Pentingnya etika dalam bisnis, kiranya mendorong semua pihak baik praktisi bisnis, etikawan, lembaga pendidikan teologi dan gereja untuk menciptakan kehidupan bisnis yang bermartabat dan berwawasan ekologis. Kata kunci: persepsi, etika, bisnis, Alkitab, Kristen
  • 12. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Dengan bisnis, manusia dapat mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku bisnis berani menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari sudut pandang ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung1. Mengejar keuntungan dalam bisnis adalah sesuatu yang wajar, asalkan tidak mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens mengatakan bahwa keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak melainkan saling menguntungkan kedua belah pihak2. Dalam kenyataan, para pelaku bisnis lebih mengutamakan keuntungan pribadi di atas segala-galanya. Misalnya, rencana kenaikan bahan bakar minyak pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyhono bulan Mei 2008 mengakibatkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak wajar karena faktor kecurangan pengusaha yang menahan dan menimbun BBM bersubsidi bahkan menyelundupkannya untuk dijual ke luar negeri. 3 Praktek bisnis curang tidak hanya terjadi saat pemerintah hendak memberlakukan kebijakan ekonomi tertentu, tetapi juga terjadi ketika pengusaha 1 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17 2 Ibid., hlm. 17. 3 ”Bensin Mulai Hilang di Makassar,” Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008.
  • 13. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dan penguasa berkolusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau pemberian kredit. Pembangunan gedung sekolah, jalan, terminal atau pasar seringkali kualitasnya buruk dan dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran rupiah diberikan kepada pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta kekayaan perusahaan jauh lebih kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4. Era reformasi telah memberikan kebebasan sehingga pasar menjadi kompetitif dan memberi peluang bagi pengusaha, misalnya menginvestasikan modalnya dalam bisnis transportasi udara. Perang tarif antar maskapai penerbangan telah memberikan keuntungan dan kemudahan bagi konsumen dalam mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat tidak sebanding dengan jaminan keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya pesawat Adam Air pada awal Januari 2007 di Majene menjadi pembenaran bahwa jaminan keselamatan penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan itu 5. Pada kasus lain, penggunaan bahan kimia seperti formalin untuk mengawetkan ikan, daging, mi basah atau bakso dapat membahayakan kesehatan manusia. Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak berusaha menghentikan. Bahan kimia berbahaya itu digunakan pada produk makanan sebab murah harganya, mudah penggunaannya, lebih menarik pembeli, dan sangat menguntungkan secara ekonomis. Tidak hanya manusia, lingkungan alam turut dikorbankan. Kerusakan ekologi meliputi punahnya spesies, hilangnya hutan tropis, penipisan ozon, 4 Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431. 5 Gatot Widakdo, ”Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab”, Kompas, Jakarta: 25 Maret 2008.
  • 14. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi akibat penambangan dan eksploitasi hutan yang dilakukan pengusaha-pengusaha yang mengantungi izin resmi pemerintah, tetapi melupakan tanggung jawab sosialnya7. Jika demikian perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, maka tidak heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur, saleh dan bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan dalam dunia bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang tidak boleh dicampuri oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam bisnis adalah: keuntungan. Segala tindakan yang dilakukan pengusaha dalam bisnisnya adalah benar, baik dan tepat, jika mendatangkan keuntungan8. Pakar etika bisnis Richard T. De George seperti dikutip Keraf, menyebut pandangan yang memisahkan moralitas dalam bisnis sebagai mitos bisnis immoral9. Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan membuat pengusaha kalah dalam persaingan bisnis, mengalami kerugian dan tersingkir dengan sendirinya. Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan aturan dan kebiasaan yang dipraktekkan dalam dunia bisnis dan bukan menurut kaidah-kaidah moral.10 6 Fred van Dyke, et al, Redeeming Creation: The Biblical Basis for Enviromental Stewardship, Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23. 7 Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, ”Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, Jakarta: 6 Maret 2008. 8 Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta: Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20. 9 A. Sony Keraf, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56. 10 Ibid., hlm. 57.
  • 15. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Mitos bisnis immoral ini sulit dibenarkan pengusaha yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala akibat dan resiko untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan. Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan kebutuhan masyarakat. Ketika norma, nilai dan kepentingan bersama dalam masyarakat dicederai oleh praktek bisnis curang, masyarakat bertindak dengan cara memprotes dan menolak bisnis demikian. Tindakan semacam ini jelas sangat merugikan pengusaha itu sendiri dan masa depan bisnisnya11. Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positif yang berlaku, seperti peraturan soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau undang-undang ketenagakerjaan. Namun tidak selalu bisnis yang memenuhi perundang-undangan dapat diterima dan dibenarkan secara moral dan etis, misalnya praktek monopoli atau penunjukkan langsung pengusaha tertentu tanpa melalui penawaran terbuka dalam proyek-proyek pemerintah. Aturan hukum menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena permainan politik yang tidak adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum bukan ukuran satu- satunya dalam kegiatan bisnis12. B Batasan Masalah Beragam masalah seperti yang diuraikan di atas mendorong penulis untuk meneliti lebih khusus tentang bagaimana persepsi warga jemaat GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang bisnis Kristen. Jemaat GPIB yang 11 Ibid., hlm. 58-61. 12 Ibid., hlm. 61.
  • 16. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dipilih sebagai obyek penelitian ini adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Warga jemaat GPIB sebagai persekutuan iman dan bagian dari masyarakat yang luas memiliki persepsi tentang bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang harus dipraktekkan dalam kegiatan bisnis. C Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah persepsi warga jemaat GPIB Passareang mengenai bisnis yang berdasarkan nilai-nilai etika Kristen yang bersumber dari Alkitab? 2. Bagaimana pebisnis Kristen mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab dalam kegiatan bisnisnya selama ini? 3. Bagaimanakah Gereja melalui Majelis Jemaat GPIB (Pendeta, Penatua dan Diaken) memberikan pemahaman yang memadai kepada warga jemaat mengenai bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab? D Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) persepsi warga jemaat GPIB mengenai bisnis yang berdasarkan etika Kristen; (2) implementasi nilai-nilai etika Kristen dalam bisnis oleh warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha; dan (3) kontribusi Gereja melalui majelis jemaat
  • 17. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. GPIB dalam melengkapi warga jemaat memahami dan melakukan bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. E Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Sebagai sumbangan penting dalam memperluas cakrawala pengetahuan di bidang etika Kristen, khususnya etika bisnis sebagai etika terapan dalam pendidikan teologi Kristen. 2. Sebagai masukan berharga bagi warga jemaat, khususnya mereka yang terlibat dalam praktek bisnis mengenai pentingnya mempraktekkan bisnis yang baik sesuai etika Kristen bagi keberhasilan bisnis mereka. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Gereja, khususnya majelis jemaat GPIB untuk dapat membina dan melengkapi warga jemaat khususnya mereka yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat mempraktekkan bisnis yang baik dengan berpedoman kepada ajaran Alkitab. F Keaslian Penelitian Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika sudah dilakukan oleh beberapa orang dengan konsentrasi studi yang berbeda. Pada bulan Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta dan mendapatkan tiga karya ilmiah yang masing-masing ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini..
  • 18. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan pendekatan kualitatif. Etika bisnis menurutnya sangat penting ditegakkan dalam persaingan usaha dan untuk itu dibutuhkan kepastian hukum agar dapat menguntungkan semua pihak13. Lestari melakukan penelitiannya di Jakarta. Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis menyimpulkan bahwa keberhasilan bisnis lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen14. Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Penelitian yang mengambil lokasi di Jakarta ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan perspektif teologi15. Karya-karya ilmiah itu sangat berbeda dengan penelitian penulis baik secara substansi, metodologi dan lokasi penelitian. Penulis mengakui bahwa minat untuk meneliti masalah bisnis yang baik dipengaruhi oleh Bertens, Keraf, Chandra dan Csikszentmihalyi dalam tulisan-tulisannya maupun kegelisahan penulis pribadi menyaksikan maraknya praktek bisnis curang dan kotor. Selain 13 R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia, 1999. 14 Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993. 15 Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
  • 19. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. itu, penulis sendiri sebagai seorang pendeta jemaat GPIB memiliki tanggung jawab moral untuk melengkapi warga jemaat yang terlibat dalam dunia bisnis. G Tinjauan Pustaka De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 16. Lebih lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Ulrich dan Thielemann dalam penelitiannya seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.17 Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma18 adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat. Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan. Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari dirinya sebagai makhluk moral19. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri. Ketangguhan moral seseorang menurutnya ditentukan oleh tiga hal: 16 Keraf, op.cit, hlm 375. 17 Peter Pratley, Etika Bisnis, diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007, hlm. 63 . 18 Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 16. 19 Jansen Sinamo, ”Manusia Moral di Dunia Kerja: Mungkinkah Sukses?, dalam Jonathan Parapak, Pembelajar & Pelayan, di sekitar Teknologi, Manajemen, Birokrasi dan sumber daya manusia, hlm. 196
  • 20. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip- prinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan; 2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas; dan 3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal, organisasional dan sosial.”20 Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip saling menguntungkan dan (5) integritas moral21. Dari kesemuanya, prinsip keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen22. Oleh sebab itu, seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman. Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha Kristen dalam menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat kecil23. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsip- prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya ”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21). 20 Jonathan Parapak, op.cit, hlm. 195. 21 Keraf, op.cit, hlm. 74-81. 22 Jonathan Parapak, “Iman Kristen dan Perannya dalam Usaha Bisnis,” dalam Suleeman, F. dkk., (peny.) Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 322. 23 Yakub B. Susabda, ”Iman Kristen dan Etika Bisnis, Sumbangsih Iman Kristen dalam Etika Bisnis: Sebuah Proposal Pendahuluan dan Refleksi Pribadi yang Ditulis Khusus untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera”, dalam Ibid., hlm. 343.
  • 21. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian serius terhadap warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat menjalankan bisnis secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis pengusaha Kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama24. H Landasan Teori Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis bukanlah karya amal. Bisnis memerlukan motif keuntungan sehingga mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah, mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut. Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip- prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu (1) bisnis sebagai usaha 24 Franz Magnis-Suseno, ”Etika Bisnis dalam Perspektif Katolik”, dalam Jacobus Tarigan, (Ed.), Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994, hlm 9.
  • 22. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. mempermuliakan Allah, (2) kekudusan, (3) kejujuran dan keadilan, (4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab. Pelaku bisnis Kristen dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam bisnis, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan, aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnis. Dengan demikian pelaku bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja memiliki tanggung jawab membina warga jemaat dalam soal bisnis agar hidup mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik. I Hipotesa Hipotesa yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penulis berasumsi bahwa warga jemaat GPIB mengetahui dan memahami bahwa bisnis yang baik dapat dipraktekkan berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. 2. Penulis berasumsi bahwa pebisnis Kristen memahami dengan baik bahwa prinsip-prinsip Alkitab dapat diaplikasikan dalam bisnis. 3. Penulis berasumsi bahwa Gereja, khususnya presbiter GPIB kurang memberi perhatian penuh dalam melengkapi warga jemaatnya mengenai bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen.
  • 23. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. J Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan mengunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini. Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut Simple Random Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.25 Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen angket dan wawancara. Angket diberikan kepada responden untuk mendapatkan persepsi responden tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dalam bentuk tanda centang (checklist).26 Jawaban atas setiap item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban dengan 5 tingkatan: SS (sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Selain angket, penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah 25 Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 58. 26 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86.
  • 24. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. bersama dengan data sekunder yang didapat melalui buku-buku, dokumen gerejawi dan sumber internet. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri sebagai alat pengumpul data utama pada bulan Juni s/d Agustus 2008 dengan objek penelitian adalah jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. K Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam enam bab yang saling terkait. Pada bab pertama yaitu pendahuluan dikemukakan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, diuraikan teori-teori etika bisnis yang relevan dan berkembang sekarang ini dan menyusun kerangka berpikir yang konseptual berdasarkan kajian teoritis. Pada bab ketiga, menjelaskan metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian yang dipilih, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Pada bab keempat, dilakukan pembahasan atas hasil penelitian yang dilakukan terhadap warga jemaat GPIB di kota Makassar. Bab ini memberikan gambaran tentang karakteristik responden, persepsi responden mengenai bisnis
  • 25. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Kristen berdasarkan angket, pengukuran persepsi responden berdasarkan skala Likert, interpretasi data dengan teknik triangulasi serta uji hipotesis27. Pada bab kelima, refleksi teologis atas bisnis yang baik diuraikan dengan mencermati persepsi warga jemaat, pendapat para etikawan dan perspektif etika Kristen yang bersumber pada Alkitab. Pada bab keenam, berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan penulis dan sekaligus menjadi bagian akhir dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS 27 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke -22, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 330-332.
  • 26. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori mengenai etika dan bisnis. Pengertian dasar tentang etika dan bisnis perlu dipahami dengan baik dan bagaimana hubungan di antara keduanya. Pengertian bisnis menurut ajaran Alkitab turut dijelaskan agar diperoleh pemahaman yang memadai. Penelitian tentang bisnis dalam hubungan dengan berbagai disiplin ilmu sudah dilakukan oleh beberapa orang dan menarik untuk menyimak gagasan mereka. Dalam penelitian ini, penulis menyusun suatu kerangka konseptual tentang bisnis yang baik. A Pemikiran Teoritis 1.1 Pengertian etika Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal mempunyai beragam arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha yang artinya: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat tentang baik atau jahatnya tindakan manusia, termasuk tindakan bisnis. Padanan kata yang dekat dengan ”etika” adalah ”moral”. Kata mos (jamak: mores) yang berasal dari bahasa Latin ini berarti: kebiasaan, adat.
  • 27. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Jadi etimologi kata ”etika” menurut K. Bertens sama dengan etimologi kata ”moral” karena keduanya berarti: adat kebiasaan28. A. Sonny Keraf mengartikan etika dan moral sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan. 29 Agama dan kebudayaan diyakini sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral dan etika yang kemudian diturunkan dan diwariskan sebagai pegangan bagi setiap penganut agama dan kebudayaan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai moral yang dianut dalam semua agama sampai tingkat tertentu dapat diandaikan sama dan berbeda dalam soal penerapan konkrit nilai tersebut30. Etika menurut Keraf dapat dipahami sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian normatif. Etika sebagai filsafat moral dapat diurumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia; dan mengenai (b) masalah- masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma- norma moral yang umum diterima 31. Etika dalam pengertian sebagai ilmu yang kritis dan rasional menuntut agar pertimbangan setiap orang dan kelompok harus terbuka, termasuk terbuka 28 K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 4-5. 29 Keraf, op.cit, hlm. 14. 30 Ibid. 31 Ibid., hlm. 15
  • 28. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. untuk digugat dan dibantah secara kritis rasional oleh pihak lain untuk pada akhirnya semua pihak bisa sampai pada satu sikap dan penilaian yang bisa diterima semua pihak atau yang dianggap paling benar. Etika sebagai ilmu menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional32. Etika sebagai refleksi kristis terhadap moralitas mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku berdasarkan kesadaran kristis dan rasional bahwa tindakan itu memang baik bagi dirinya dan baik bagi orang lain. Dalam bahasa Kant seperti yang dikutip Keraf, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan heteronom. Manusia dengan bantuan etika dapat bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral33. Etika menurut kacamata Bertens dirumuskan dalam 3 pengertian; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya misalnya: etika agama Budha atau etika Protestan. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu ketika asas-asas dan nilai-nilai tentang yang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu 32 Ibid. 33 Ibid, 16-17. Sikap otonom adalah sikap moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadaran pribadi bahwa tindakan yang diambilnya itu baik dan dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang bersumber dari nilai dan norma moral yang dianut. Sebaliknya, sikap heteronom adalah sikap manusia dalam bertindak hanya karena sesuai dengan aturan moral yag bersifat eksternal dan dilakukan dengan disertai perasaan takut atau bersalah.
  • 29. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. penelitian sistematis dan metodis. Dalam pengertian inilah etika dipahami sebagai filsafat moral34. Pengertian etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat diakui oleh Pratley. Tujuan etika menurutnya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai. Etika mempunyai tujuan ganda, yaitu menilai praktek-praktek manusia dengan menggunakan standar moral, dan mungkin juga memberikan nasehat yang jelas tentang bagaimana bertindak secara moral pada situasi tertentu. Etika menolong seseorang untuk bersikap kritis rasional terhadap pokok persoalan yang sebenarnya sehingga dapat mengambil keputusan berdasarkan standar-standar normatif yang pantas.35 Brownlee dengan tajam merumuskan fungsi etika tidak sebatas menyelidiki perbuatan-perbuatan seseorang tetapi juga memberi bimbingan etis supaya yang bersangkutan dapat memperbaiki perbuatan-perbuatannya. Karena itu etika harus mempelajari situasi sebenarnya secara cermat dengan bantuan ilmu-ilmu sosial sehingga pertimbangan yang diberikan relevan dan kontekstual36. Tiga pendekatan ilmiah dalam etika yang dikembangkan untuk memahami tingkah laku moral secara menyeluruh adalah etika deskriptif, etika normatif dan metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang yang melukiskan tingkah laku moral dalam pengertian luas, yakni menggambarkan adat kebiasaan, anggapan- anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan 34 Bertens, Etika, hlm. 5-6. 35 Pratley, op.cit, hlm. 11-13. 36 Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya, cet. ke-5, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hlm,. 17.
  • 30. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tidak diperbolehkan tanpa memberikan penilaian moral untuk diterima atau ditolak. Etika jenis ini biasanya dikembangkan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial seperti antropolog, psikolog, sosiolog dan sejarahwan. 37 Sebaliknya etika normatif, tidak hanya menjelaskan tingkah laku moral, tetapi juga melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia dari sudut pandang benar-salah, baik-buruk, diterima atau ditolak berdasarkan norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang tidak dapat ditawar- tawar. Etika normatif tidak dapat bersifat netral, karena mengandung suatu penilaian preskriptif atau memerintahkan. Dengan demikian etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.38 Adapun metaetika merupakan suatu cara lain dalam studi etika yang menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan pada bidang moralitas. Dapat dikatakan, metaetika memusatkan perhatian pada upaya mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dengan demikian metaetika dapat ditempatkan sebagai filsafat analitis bahasa moralitas.39 1.2 Pengertian etika Kristen Etika sebagai ilmu pengetahuan yang normatif menurut Verkuyl membahas dan menggumuli masalah tentang apa yang baik. Secara teologis, apa yang baik itu adalah segala yang dikehendaki Allah40. Dengan demikian manusia yang diciptakan Allah dan diselamatkan dalam iman kepada Yesus Kristus harus 37 Bertens, Etika, hlm. 15-16. 38 Ibid., hlm. 17-18 39 Ibid., hlm. 19-20. 40 J. Verkuyl, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 17.
  • 31. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. memberi perhatian sungguh-sungguh dalam memberlakukan kehendak Allah dalam semua bidang kehidupannya, tidak terkecuali dalam bidang bisnis. Sumber utama bagi pengetahuan etika Kristen adalah Alkitab. Walaupun demikian etika Kristen perlu juga melakukan dialog kritis dengan etika falsafi sehingga diperkaya dan dapat memberi jawaban tepat sesuai perkembangan zaman. Catatan yang sama diutarakan oleh Abineno tentang pentingnya etika Kristen dan etika filosofis untuk dapat hidup berdampingan dan bukannya saling bertentangan.41 Dengan sistematis Brownlee merumuskan delapan pokok penting dalam etika Kristen yaitu (1) sumber utamanya adalah kehendak Allah, (2) berdasarkan iman kepada Yesus Kristus, (3) mengakui kewibawaan Yesus Kristus dalam ajaran dan keteladananNya, (4) bercirikan kasih sebagai motivasi dalam berbuat baik, (5) kesatuan antara perbuatan-perbuatan lahiriah manusia dengan hatinya, (6) Alkitab sebagai satu-satunya tolok ukur bagi teologi dan etika Kristen, (7) terkait dengan persekutuan atau jemaat dan (8) berlaku untuk seluruh kehidupan manusia baik budaya, ekonomi, agama maupun politik42. Kehendak Tuhan menjadi patokan terakhir saat seorang Kristen bermaksud mengambil suatu keputusan etis mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Terdapat tiga teori menurut Brownlee, yang dapat diambil untuk mengerti kehendak Allah itu, yaitu teori etika akibat, kewajiban dan tanggung jawab.43 Teori etika akibat (etika teleologis) menilai suatu tindakan itu benar 41 J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 15-16 42 Brownlee, op.cit, hlm 29-30. 43 Ibid. hlm. 30-40.
  • 32. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar dari hasil buruk. Sedangkan teori kewajiban (etika deontologis) menilai tindakan itu baik jika tidak berlawanan dengan hukum Tuhan. Etika ini menurut Geisler dibangun berdasarkan kehendak dan wahyu Allah serta bersifat mutlak dan mengikat.44 Teori yang terakhir adalah teori tanggung jawab. Teori ini menilai bahwa perbuatan itu baik kalau sesuai dengan pekerjaan Allah. Yang utama ialah bagaimana kita menanggapi pekerjaan Allah dalam tiap situasi dan peristiwa. Etika tanggung jawab lebih memiliki pendekatan etis yang berfaedah karena peka terhadap segala situasi dan peristiwa yang terjadi sehingga tanggapan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan secara iman Kristen.45 2 Relasi bisnis dan etika 2.1 Bisnis Bisnis menurut Hughes dan Kapoor seperti dikutip Alma ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian yang sama dikatakan Chandra dengan merumuskan bisnis sebagai usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian nilai tambah46. Keuntungan atau pencapaian nilai tambah itu menurut Bertens diekspresikan dalam bentuk uang. Pencarian keuntungan dalam bisnis berlangsung timbal balik sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Karena itu bisnis tidak bisa disamakan dengan kegiatan sosial 44 Norman Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001, hlm. 24-26. 45 Brownlee, op.cit., hlm. 43. 46 Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995, hlm 42.
  • 33. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. atau karya amal, sebab bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang dengan sepihak tanpa mengharapkan sesuatu kembali. Dari sudut ekonomis, bisnis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak untung dan pemahaman semacam ini disepakati semua pengusaha47. Secara moral keuntungan adalah hal yang baik dan diterima, karena (1) membuat perusahaan dapat bertahan dalam bisnisnya, (2) memacu produktifitas dan investasi baru, (3) memberikan kesejahteraan bagi para karyawan dan (4) menjadikan perusahaan semakin kreatif mengembangkan bisnisnya yang memungkinkan tersedianya lapangan kerja baru bagi banyak orang. 48 Velasques dengan tepat mengatakan bahwa pengusaha yang berperilaku etis dalam bisnisnya pasti memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada rekannya yang sama sekali tidak peduli dengan perilaku etis. Etika dalam bisnis tidak memperkecil keuntungan, tetapi justru berkontribusi pada keuntungan49. Keuntungan dalam bisnis menurut Bertens dapat dipahami sebagai (1) tolok ukur dalam menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan, (2) pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat, (3) cambuk untuk meningkatkan usaha, (4) syarat kelangsungan perusahaan dan (5) mengimbangi resiko dalam usaha.50 47 Bertens, Pengantar, hlm. 17-19. 48 Keraf, op.cit, hlm 63. 49 Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus—Edisi 5, Penerjemah: Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm. 39. 50 Bertens, op.cit, hlm. 162.
  • 34. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 2.2 Klasifikasi bisnis Organisasi bisnis yang bergerak dalam bidang komersial menurut Alma terdiri dari 9 macam yaitu: (1) Usaha pertanian seperti usaha perkebunan, sawah, sayuran, dan buah-buahan, (2) Produksi bahan mentah seperti usaha dalam bidang kehutanan, pertambangan, perikanan air tawar ataupun ikan laut yang dibutuhkan bagi industri, (3) Pabrik/manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku sampai menjadi hasil jadi, (4) Konstruksi seperti pembangunan rumah, jalan, pabrik dan bangunan lainnya, (5) Usaha perdagangan besar dan kecil yang berfungsi dalam sistem distribusi, (6) Transportasi dan Komunikasi yang berfungsi membantu kelancaran kegiatan bisnis seperti angkutan barang, telepon, radio, televisi dan pos, (7) Usaha finansial, asuransi dan real estate, (8) Usaha jasa seperti reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, pengacara, dokter dan sebagainya serta (9) Usaha yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan regulasi, pemberian izin usaha, mengembangkan BUMN dan sebagainya. 51 2.3 Tantangan yang dihadapi bisnis Para pelaku bisnis dalam usaha mengembangkan bisnisnya diperhadapkan dengan 3 tantangan yang harus disikapi dengan cermat. Ketiga tantangan yang dimaksud ialah: 2.3.1. Tantangan produktivitas Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya, karena mereka akan menghadapi pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan produktivitas ini dapat dilakukan dengan cara (a) memperbaharui mesin-mesin 51 Alma, op.cit, hlm 24.
  • 35. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dengan mesin modern, (b) kegiatan Penelitian dan Pengembangan, (c) pengunaan robot, (d) pengembangan manajemen personalia dan (e) keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan 2.3.2. Tantangan kualitas Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan seringkali diperbaiki. Konsumen tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak mau memperkaiki layanan servisnya. Meningkatkan mutu berarti membuat sesuatu menjadi lebih baik dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula. Perbaikan kualitas ini tidak menyangkut produk saja, namun juga mencakup seluruh bagian dan tingkatan dalam perusahaan. 2.3.3. Tantangan pasar global Persaingan global makin lama makin meningkat sehingga mengakibatkan produktivitas dan kualitas produk harus ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan global tersebut. Negara Jepang memperlihatkan keunggulannya sehingga mampu melakukan penetrasi pasar global52. 2.4 Pentingnya etika dalam bisnis Bisnis menurut Bertens tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomis, tetapi juga terkait dengan persoalan moral dan hukum. Bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma–norma moral, sedangkan perilaku yang buruk bertentangan dengan atau menyimpang dari norma-norma moral. Selain itu, bisnis yang baik juga terkait langsung dengan hukum sebagai 52 Alma, op.cit, hlm. 31-32
  • 36. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. norma yang harus dipatuhi, karena peraturan hukum itu mengikat semua warga negara dan memuat sanksi bagi yang melanggarnya. Jadi bisnis yang baik adalah bisnis yang patuh pada hukum53. De George seperti dikutip Keraf, mengatakan bahwa sukses dalam bisnis terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 54. Lebih lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Dalam pengertian yang sama, Ulrich dan Thielemann seperti dikutip Pratley mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.55 Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma56 adalah: soliditas, yaitu kemampuan bisnis memperoleh kepercayaan masyarakat. Kepercayaan mencakup moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan. Sinamo dengan lugas mengatakan bahwa pengusaha juga harus menyadari dirinya sebagai makhluk moral57. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri. Ketangguhan moral seseorang ditentukan oleh tiga hal: 53 Ibid., hlm. 20-22. 54 Keraf, op.cit, hlm 375. 55 Peter Pratley, op.cit, hlm. 63 . 56 Alma, op.cit, hlm. 16. 57 Sinamo, op.cit, hlm. 196
  • 37. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. “1. Ketinggian kesadaran dan pengetahuannya akan prinsip-prinsip moral yang mengatur semua fakta moral dalam kehidupan; 2. Kemantapan keyakinannya atas eksistensi prinsip-prinsip moral di atas; dan 3. Kekuatan komitmennya untuk menerapkan prinsip-prinsip moral yang diketahuinya dalam kehidupannya baik pada tingkat personal, organisasional dan sosial58.” Keraf mengemukakan prinsip-prinsip moral dalam etika bisnis yang terdiri dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip saling menguntungkan dan (5) integritas moral59. Dari kesemuanya, prinsip keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Parapak mengatakan bahwa seluruh proses bisnis sarat dengan dimensi etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen60. Oleh sebab itu, seorang pengusaha Kristen harus siap mengaplikasikan imannya secara utuh dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan banyak terkait dengan ketangguhan dan keuletan para pengusaha beriman. Susabda dengan kritis mempertanyakan peran pengusaha kristen dalam menyikapi kebijakan ekonomi pemerintah yang kolutif dan merugikan rakyat kecil61. Pengusaha Kristen dalam aktivitas bisnisnya harus memiliki prinsip- prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya ”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21). Di lain pihak, Gereja, khususnya pendeta jemaat perlu memberi perhatian serius terhadap warga jemaatnya yang berprofesi sebagai pengusaha agar 58 Parapak, op.cit, hlm. 195. 59 Keraf, op.cit, hlm. 74-81. 60 Parapak, op.cit, hlm. 322. 61 Susabda, op.cit, hlm. 343.
  • 38. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. menjalankan bisnisnya secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan pendapat Magnis-Suseno yang optimis jika Injil mendasari aktivitas bisnis pengusaha kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas kemampuannya mau menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bersama62. Dalam perkembangan mutakhir, etika bisnis menurut Alois A. Nugroho terkait juga dengan kesadaran moral terhadap pelestarian lingkungan dalam bentuk hormat pada lingkungan alam, kesadaran untuk menghindari pencemaran lingkungan dan pengurasan sumber daya alam. Para pelaku bisnis harus memiliki kepedulian terhadap generasi mendatang yang akan mewarisi lingkungan hidup dari kita. Generasi yang mendatang memiliki hak yang sama dengan kita menyangkut kebutuhan dasar akan makanan, air, udara dan ruang yang bersih dan sehat sehingga mereka pun dapat menikmati kehidupan yang bermutu. Memperluas lingkup kepedulian sosial merupakan kompetensi etis yang mutlak harus dimiliki pelaku bisnis di tengah ancaman bahaya pemanasan global sekarang ini63. Dalam hal ini pelaku bisnis diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) sehingga kualitas hidup komunitas lokal dan lingkungan terjaga dan terpelihara. Pada masa sekarang sukses dalam bisnis di lihat juga dari bagaimana pelaku bisnis mengelola 62 Tarigan, op.cit, hlm 9. 63 Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit Grasindo, 2001, hlm 5-12.
  • 39. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. tanggung jawab sosial terhadap komunitas di sekitarnya, sehingga menciptakan keuntungan sosial dan keuntungan finansial dalam jangka panjang. 64 3 Persepsi Bisnis Kristen 3.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Lahlry seperti yang dikutip Severin dan Tankard, Jr dapat didefinisikan sebagai proses yang digunakan seseorang untuk menginterpretasikan data-data sensoris yang diterima melalui kelima indra manusia.65 Pengertian yang sama dan lebih lengkap dijelaskan oleh DeVito yang mengartikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya rangsangan (stimulus) yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi pesan apa yang mau diserap dan apa makna yang mau diberikan. 66 Akurasi persepsi menurut DeVito dapat ditingkatkan dengan cara (1) mencari berbagai petunjuk sebanyak mungkin, (2) merumuskan hipotesis dan mengujinya, (3) memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, (4) tidak menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa, (5) menduga apa yang ada dalam benak orang lain, (6) berpikir sesuai cara pikir orang lain dan (7) berhati-hati atau waspada dengan bias anda sendiri. 67 64 Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007, hlm. 209-210. 65 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, dialihbahasakan oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 83. 66 Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, Jakarta: Professional Books, 1997, hlm. 75. 67 Ibid., hlm. 85.
  • 40. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 3.2 Bisnis menurut iman Kristen Jerry White68 dalam bukunya, Honesty, Morality & Conscience, mengemukakan lima prinsip Alkitab bagi aktivitas bisnis Kristen. Pertama, timbangan yang benar (just weight) seperti yang dicatat dalam Ulangan 25:13-15. Prinsip timbangan yang benar merupakan keharusan dalam transaksi bisnis yang benar. Dengan kata lain kualitas barang yang dibayar sesuai dengan apa yang diiklankan. Pengusaha Kristen harus bertanggungjawab penuh dalam kualitas barang dan layanan perbaikan. Seorang pengusaha Kristen harus bekerja sepenuh hati dalam bisnisnya dengan mengingat Kolose 3:23 yang berkata: ”apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Kedua, Allah menuntut kejujuran yang sepenuhnya (total honesty). Surat Efesus 4:25 mengajar kita untuk berkata benar. Sekalipun sering berbuat salah, seorang pengusaha Kristen harus memiliki kejujuran yang penuh terhadap para pegawai dan pelanggannya. Penting bagi pengusaha Kristen mengendalikan perkataannya sebagaimana yang dicatat dalam Yakobus 3:2. Selain itu, Roma 12:17 mengingatkan pebisnis Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang dengan kejujuran. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah jujur sepenuhnya dalam melaporkan penggunaan waktu kita, uang dan prestasi? Prinsip yang ketiga adalah menjadi pelayan (being a servant). Menjadi pelayan harus dibuktikan dengan tingkah laku. Melayani Allah terdengar begitu mulia, tetapi melayani sesama adalah soal lain yang seringkali sukar dipraktekkan. 68 http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/Ethics/files/default. css. Makassar: 10 Juni 2008.
  • 41. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Matius 20:28 berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani manusia, bahkan menyerahkan hidupnya bagi manusia. Nilai bisnis terkandung dalam pelayanannya. Batasan sukses adalah sejauh mana kebutuhan pelanggan atau konsumen dilayani dengan sebaik-baiknya. Dengan pelayanan yang baik, maka Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam berbisnis. Prinsip keempat adalah tanggungjawab pribadi. Seorang pengusaha Kristen harus mengambil tanggungjawab penuh dalam tindakan dan keputusannya, dalam apa yang dikatakan dan diperbuat. Tidak boleh ada sikap melemparkan kesalahan kepada orang lain atau menyalahkan lingkungan sekitar. Roma 12:2 mengingatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Akhirnya, prinsip kelima adalah keuntungan yang wajar (reasonable profits). Apakah keuntungan yang wajar itu? Keuntungan yang wajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang untuk dirinya. Dalam mencari keuntungan tidak boleh berlebihan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan sebagaimana yang dikatakan dalam Lukas 6:31. Bagi pengusaha, keuntungan yang wajar adalah harga dari jasa dan barang di atas biaya yang sudah dikeluarkan. Bagi pegawai atau pekerja, keuntungan yang wajar adalah penghasilan atas pekerjaan yang sudah dilakukannya. Lukas 3: 14 mengingatkan agar seorang pegawai mencukupkan kebutuhannya dengan gaji yang diperolehnya dan seorang pegawai yang sudah bekerja patut mendapat upahnya (1 Timotius 5:18). Pada akhirnya prinsip Alkitab dalam bisnis ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
  • 42. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Alexander Hill dalam bukunya Just Bussiness mengatakan bahwa Alkitab dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah dalam bisnis sehingga dengan prinsip-prinsip Alkitab seorang pengusaha dapat mengambil keputusan etis dengan benar. Dasar etika Kristen dalam bisnis adalah karakter Allah yang tidak berubah dan bukannya peraturan-peraturan secara harafiah. Etika Kristen menolak pendekatan egoisme (mempromosikan kesenangan pribadi melalui materi atau keberhasilan dalam karier), utilitarianisme (memaksimalkan kesenangan dan mengurangi penderitaan) atau pemikiran deontologis (memelihara peraturan-peraturan moral seperti ”Jangan merugikan orang lain”).69 Prinsip-prinsip bisnis Kristen berdasarkan tiga karakter Allah yaitu: kekudusan, keadilan dan kasih. Ketiga prinsip ini merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan ketika mengambil keputusan etis dalam bisnis. Kekudusan yang terlepas dari keadilan dan kasih, hanya menghasilkan legalisme hiperkritikal. Demikian juga, keadilan tanpa kasih dan kekudusan memberikan akibat-akibat yang kejam. Akhirnya, kasih ketika hanya berdiri sendiri akan kehilangan kompas moral yang memadai.70 Prinsip kekudusan mengandung empat elemen utama yaitu giat bagi Tuhan, kemurnian, tanggung jawab dan kerendahan hati. Prinsip kekudusan memanggil kita untuk dengan giat menempatkan Allah sebagai prioritas tertinggi. Allah menuntut kesetiaan mutlak (Hos. 1:2) sehingga perkara-perkara lain ditempatkan di bawahnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita tidak dapat 69 Alexander Hill, Just Business; Christian Ethics for The Market Place, Cumbria: Paternoster Press, 1998, hlm. 13-14. 70 Ibid., hlm. 15.
  • 43. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. melayani dua tuan pada saat yang sama (Mat. 6:24). Tugas utama kita adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kemudian mengasihi sesama manusia (Mat.22:37-38). Karena itu, bisnis harus dijalankan sebagai usaha menghormati Allah.71 Kemurnian, bahan dasar kedua dari kekudusan, merefleksikan kesempurnaan moral Allah dan keterpisahan dari semua yang secara etis tidak bersih. Dua komponen kemurnian adalah kemurnian etika dan pemisahan moral. Kedua prinsip kembar ini dapat dipraktikkan dalam bisnis dengan tiga cara. Pertama, kemurnian dalam komunikasi yang artinya berbicara terus terang dan tidak ada agenda tersembunyi. Kedua, kemurnian dalam seksualitas yang artinya menjaga diri dari perilaku seksual yang menyimpang, kata-kata cabul dan tindakan pelecehan seksual. Ketiga, kemurnian dalam maksud yang artinya tidak berlaku curang dan memiliki integritas moral dalam situasi apapun. 72 Kekudusan membuat kita bertanggung jawab dengan menghargai kemurnian moral dan menghukum ketidakmurnian. Tanggung jawab adalah konsep teologis dan ekonomis. Perilaku yang salah dalam bisnis jelas tidak menyenangkan Allah yang kudus dan sekaligus menurunkan kepercayaan dari orang lain terhadap yang bersangkutan. Kekudusan tidak hanya menempatkan Allah dalam posisi terhormat, tetapi juga menciptakan hubungan-hubungan baik untuk jangka panjang. Bisnis yang sukses tahu bahwa memperoleh kepercayaan dari atasan, penyalur, pedagang dan pelangan sangatlah penting.73 71 Ibid., hlm. 23-24. 72 Ibid., hlm. 24-26. 73 Ibid., hlm. 26-27.
  • 44. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Kerendahan hati adalah akibat alamiah dari usaha meniru kekudusan Allah. Tuhan Yesus memuji mereka yang rendah hati (Mat. 5:3-5). Mereka yang rendah hati dapat mendengarkan bawahannya, membangun tim yang kokoh dan tidak malu mengakui kesalahannya. Mereka yang rendah hati dapat menjangkau orang lain, ragu-ragu dalam melontarkan kritik dan menjadi pendengar-pendengar yang baik terhadap orang lain.74 Prinsip bisnis Kristen yang kedua adalah keadilan. Kata keadilan muncul lebih dari 800 kali dalam Alkitab. Keadilan menyangkut relasi timbal balik menyangkut hak dan kewajiban. Keadilan alkitabiah menolak persepsi egoisme dan kolektivisme. Empat aspek dasar keadilan adalah hak-hak yang prosedural, hak-hak yang substantif, keadilan yang layak diterima dan keadilan kontraktual. Kompensasi harus diberikan jika salah satu aspek keadilan itu dilanggar 75. Prinsip terakhir bisnis Kristen adalah kasih. Kasih adalah inti karakter Allah dan merupakan kait di mana setiap aturan moral digantungkan. Kasih mencakup kekudusan di mana Allah diutamakan dan keadilan di mana kepentingan orang lain diperhatikan. Dalam bisnis, kasih memungkinkan semua pihak dapat bekerja sama untuk memperoleh keberhasilan dalam jangka panjang. Tanpa kasih, maka hubungan bisnis cenderung eksploitatif dan kerjasama menjadi mustahil. Tiga karakter utama kasih adalah empati, belas kasihan dan pengorbanan diri. 76 Eka Darmaputera menyoroti pentingnya etika Kristen dalam bisnis dibangun secara seimbang. Pada satu pihak, etika Kristen dalam bisnis harus dapat 74 Ibid., hlm. 27-28. 75 Ibid., hlm. 35-36. 76 Ibid., hlm. 47-48.
  • 45. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. bersikap kritis, analitis dan konseptual dalam menyoroti asumsi-asumsi dasar maupun praktek-praktek dalam dunia bisnis di dalam terang norma-norma iman kristiani. Di lain pihak, ia juga mampu memperhitungkan dan oleh karena itu berusaha memahami mekanisme yang aktual di dalam kegiatan-kegiatan bisnis kontemporer. Singkatnya, etika bisnis Kristen berusaha memahami dari dalam, tanpa kehilangan fungsi kritisnya; dan sekaligus berusaha menilai secara normatif tanpa kehilangan dimensi realismenya.77 Prinsip-prinsip etika bisnis Kristen menurut Eka Darmaputera terdiri atas lima hal. Pertama, Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dengan prinsip ini bisnis harus diarahkan untuk tujuan mempermuliakan Allah dan mendatangkan kesejahteraan setiap dan seluruh ciptaan. Kedua, semua ciptaan Allah adalah baik. Dengan prinsip ini bisnis tidak harus dinilai kotor sebab bisnis mempunyai potensi melayani tujuan ilahi yang luas dan agung sehingga bisnis dapat berkembang secara optimal. Ketiga, manusia adalah gambar Allah. Dengan prinsip ini bisnis dijalankan dengan menghargai martabat manusia sebagai gambar Allah dan bukannya ’binatang ekonomi’ yang hanya mengejar keuntungan. Keempat, manusia adalah gambar Allah yang selalu berdosa. Dengan prinsip ini etika bisnis Kristen memberi tempat bagi kelemahan manusia sehingga dalam situasi tertentu dapat mengambil tindakan etis yang bertanggungjawab. Kelima, manusia dibenarkan, tetapi tetap berdosa. Dengan prinsip ini pelaku bisnis Kristen 77 Darmaputera, op.cit, hlm. 7.
  • 46. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. berjuang mengalahkan kuasa dosa dan mengubah dunia bisnis sesuai kehendak Allah secara konsisten.78 3.3 Praktek Bisnis dalam Gereja Keterlibatan Gereja dalam kegiatan bisnis lebih banyak bertujuan untuk mendukung misi Gereja dan memberi kesempatan kerja bagi warga gereja dan masyarakat sekitarnya. Bisnis Gereja cenderung untuk pelayanan sosial dan pastoral. Sebagai contoh, jemaat-jemaat GPIB memiliki usaha perkebunan, peternakan, koperasi, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna dan penerbitan yang dikelola sesuai dengan kemampuan sumber daya gereja. Gereja Katolik dan Protestan menurut Rahadi memiliki beragam bisnis mulai dari rumah sakit, sekolah, perbengkelan, perkebunan, pertanian, wisma atau penginapan, rumah retret, rumah doa, asrama, panti asuhan, panti jompo, gedung kesenian, lembaga rehabilitasi narkoba, paket wisata rohani, lembaga penyiaran atau radio, toko dan penerbitan. Biasanya jika bisnis Geraja tidak dikelola secara profesional, maka pada akhirnya menjadi beban bagi Gereja sendiri. Secara khusus, Gereja Katolik memiliki pedoman tentang bisnis. Ajaran Sosial Gereja (ASG) Katolik menekankan pentingnya penghargaan terhadap martabat manusia dengan asas solidaritas, subsidiaritas, adanya milik pribadi, serta mengakui persaingan bebas. Keuntungan dalam bisnis harus diperoleh semua pihak mulai dari konsumen, karyawan, masyarakat sekitar, masyarkat luas melalui pajak dan cukai, dan tentunya pelaku bisnis sendiri. Apabila asas ini 78 Ibid., hlm. 10-18.
  • 47. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. dilanggar, yang menderita kerugian adalah semua pihak termasuk anak cucu kita yang menghadapi rusaknya alam serta lingkungan hidup. 79 4 Persepsi bisnis menurut agama Islam dan agama Budha Dalam konteks Indonesia yang majemuk, penulis berusaha memaparkan bagaimana pandangan agama Islam dan budaya Thionghoa tentang bisnis dalam kaitannya dengan etika. Penulis memilih kedua agama ini dengan pertimbangan bahwa agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan agama Budha dianut etnis Thionghoa yang mayoritas adalah pebisnis. 4.1. Agama Islam Secara historis, agama Islam dapat dikatakan bersikap positif terhadap kegiatan bisnis sebab Islam disebarluaskan melalui jalur perdagangan dengan perintis utama Nabi Muhammad. Al Qur’an sendiri tidak melarang seseorang mencari kekayaan dengan cara halal. Yang dilarang adalah keserakahan dan pamer kekayaan (riya’). Rujukan yang penting tentang perdagangan adalah surat al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan: ”Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba.”80 Dalam Al-Qur’an bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas atau amal perbuatan manusia secara keseluruhan dan tidak terbatasi oleh kesempatan sesaat. Kesemua amal dijanjikan dengan suatu keuntungan yang optimal. Tujuan dalam bisnis bernilai ganda yaitu keselamatan dunia dan akhirat. 79 Rahardi, F., Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007, hlm. 23-140. 80 Bertens, Etika Bisnis, hlm. 50-51.
  • 48. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Bisnis yang hakiki adalah bisnis yang dapat menyelamatkan manusia dari azab yang pedih. Etika bisnis islami merupakan usaha untuk mencari keridhaan Allah. Jadi dalam Islam, etika dan bisnis adalah satu kesatuan dengan prinsip utama yaitu kejujuran dan keadilan81. Perilaku etis bagi kaum Muslim adalah melakukan apa yang dihalalkan, seperti bertani, berdagang atau menjadi pegawai dan menghindari hal-hal yang diharamkan, seperti berdagang alkohol, berdagang obat- obatan terlarang, prostitusi atau menyebarluaskan barang-barang pornografi.82 4.2. Agama Budha Sang Buddha menurut Y.M. Bhikkhu Suguno dalam artikel online Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi, menasihatkan bahwa kekayaan atau materi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Umat Budha ketika mengumpulkan materi diharapkan memperhatikan norma-norma etika dan norma- norma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lebih lanjut, sutta tersebut menerangkan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan, sebaiknya seseorang mengumpulkannya dengan usaha dan semangat yang tinggi (utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi), dan dengan jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi). Dalam usaha mengumpulkan kekayaan, hendaknya seseorang harus melakukan segala kegiatannya dengan jalan yang benar. Misalnya, kepada para pedagang, Sang Buddha telah menasihati untuk menghindari penipuan dengan jalan menipu alat pengukur timbangan (tulakuta), dan 81 Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002, hlm. 87-89. 82 Ibid., hlm. 133-138
  • 49. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. menipu dalam dengan memalsu uang dan sebagainya. Selanjutnya, Angguttara Nikaya menjelaskan seseorang seharusnya menghindari diri dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya sendiri dan juga mahkluk lain, seperti satta vanijja (perdagangan perbudakan), sattha vanijja (perdagangan persenjataan), mamsa vanijja (perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin, dan sebagainya). Ambalatthika Rahulovada Sutta menegaskan kriteria tentang pekerjaan terbaik yang dilakukan oleh para pengikut Sang Buddha. Jika suatu pekerjaan yang dilakukan adalah menimbulkan manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta bermanfaat untuk kedua-duanya maka pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang terpuji. Beberapa jenis pekerjaan seperti kerajinan, pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji. Agama Buddha memberikan anjuran kepada umat untuk mengembangkan kesejahteraannya, baik kesejahteraan materi maupun kesejahteraan batin. Manusia bukanlah penguasa alam yang berkuasa mengatur alam ini sesuai keinginannya. Kedudukan manusia di alam semesta ini tidaklah tertinggi (supreme), tetapi bagian dari alam; sehingga dia harus berusaha menyesuaikan diri dengan alam dan berusaha menggunakan sumber-sumber kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.83 83 http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml. Makassar: 27 Agustus 2008.
  • 50. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. 5 Jemaat GPIB Passasreang Jemaat GPIB Passareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 no. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar, ditahbiskan dan dilembagakan sebagai suatu jemaat yang mandiri secara keuangan dan organisatoris pada tanggal 6 April 1997 dalam ibadah Minggu yang dilayani langsung oleh Pdt. DR. O.E.Ch Wuwungan selaku Ketua Majelis Sinode GPIB. Sejak dilembagakan, jemaat ini mengalami pertumbuhan secara kuantitas dan data terakhir bulan Agustus 2008 menunjukkan jumlah warga jemaat ini adalah 246 Kepala Keluarga dengan 971 jiwa, yang tersebar dalam lima sektor pelayanan. Sejak tahun 1997 sampai 2008, jemaat ini sudah dilayani oleh lima orang pendeta selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) sesuai penugasan Majelis Sinode GPIB yaitu Pdt. Ebser Lalenoh, STh, Pdt. Ny. Ellen Tamunu, SPAK, Pdt. Adma Tarigan, STh, Pdt. Ny. M.A. Manopo, STh dan Pdt. Ny. M.B. Risamena, STh. Dalam tanggungjawab organisasi dan pelayanan, pendeta selaku KMJ dibantu oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) dalam mengatur pelayanan, mengelola administrasi kantor dan sumber daya gereja. Sidang Majelis Jemaat (SMJ) yang dilaksanakan secara berkala 1 kali dalam 3 bulan, merupakan wadah strategis yang efektif dalam mengevaluasi kinerja pelayanan, memecahkan persoalan-persoalan jemaat dan merancang bersama kegiatan-kegiatan pelayanan untuk 3 bulan ke depan. Jemaat ini memiliki 43 anggota majelis jemaat dengan rincian 22 orang sebagai penatua dan 21 orang sebagai diaken serta 50 orang yang melayani wadah kategorial anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum bapak.
  • 51. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. Jemaat ini memiliki harta milik gereja berupa sebuah gedung gereja, kantor, ruang serba guna dan pastori. Dalam program tahun 2008-2009, jemaat ini merencanakan pengadaan kendaraan roda empat untuk kelancaran mobilitas pelayanan. Dalam penyelenggaraan tertib administrasi dan kenyamanan beribadah, jemaat Passreang memiliki 2 orang tenaga kantor, 1 orang tenaga keamanan dan 1 orang koster yang digaji secara periodik sesuai ketentuan sinodal dan kebijakan setempat. Pelayanan ibadah Minggu dilaksanakan 2 kali pada jam 09.00 wita dan 17.00 wita. Sementara ibadah Minggu untuk anak-anak dilaksanakan di gedung gereja, ruang serba guna dan pos-pos pelayanan. Pembinaan reguler dilaksanakan secara bergilir setiap minggu bagi para pelayan yang bertugas memberitakan Firman Allah dalam ibadah keluarga, anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum bapak. Kegiatan pembinaan reguler ini dilangsungkan malam hari setiap hari Senin dan Selasa jam 19.00 wita di ruang konsistori dan ruang serba guna. Jemaat Passareang memiliki tiga komisi yaitu (1) komisi diakonia yang bertugas membantu secara finansial dan natura bagi warga jemaat yang berkekurangan secara ekonomi; (2) komisi kesehatan dengan tugas memeriksa warga jemaat yang sakit dan mengobatinya. Kegiatan pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari Jumat yang dilayani oleh tenaga dokter yang profesional; dan (3) komisi musik gereja yang membina kegiatan nyanyian gereja dan melatih pemandu lagu (kantoria).84 84 M. A. Manopo, Memorandum serah terima Pendeta/Ketua Majelis Jemaat GPIB Passareang Makassar, Makassar: 9 Agustus 2008.
  • 52. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Keaslian Penelitian Penelitian mengenai bisnis dalam hubungannya dengan etika dan disiplin ilmu lainnya sudah dilakukan oleh beberapa orang. Pada bulan Maret 2008, penulis berkesempatan mendalami karya-karya ilmiah di perpustakaan STT Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta yang ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini. R. Siti Lestari dalam tesis magisternya Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia membahas etika bisnis dari perspektif hukum dengan pendekatan kualitatif. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika bisnis dengan persaingan usaha di Indonesia, dan apa aspek hukum dari adanya persaingan tidak sehat terhadap konsumen dan pengusaha kecil Iainnya. Etika bisnis menurut Lestari sangat penting ditegakkan dalam persaingan usaha sebab terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha. Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan yang sehat. Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga pasar yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan perdagangan. Adanya persaingan usaha yang sehat, akan menguntungkan semua pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan terancam. Adanya hukum yang pasti akan memelihara ketertiban pasar dan menjamin transparansi
  • 53. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. pasar. PeneIitian yang dilakukan di Jakarta ini bersifat yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif85. Dewanto dalam disertasi doktoralnya Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis menyimpulkan bahwa keberhasilan bisnis kelompok-kelompok Kristen yang menjadi obyek penelitiannya lebih dipengaruhi nilai-nilai budaya kelompok dibanding pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen. Dewanto mensinyalir bahwa etik Kristen Protestan Calvinis sama sekali tidak diketahui karena tidak diajarkan kepada mereka sehingga dalam praktek bisnis yang digunakan adalah etik sekular dan filosofis86. Norita Yudiet Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para pengusaha dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis. Pengusaha yang ditelitinya berasal dari kalangan Islam dan Kristen yang berlokasi di Jakarta. Metodologi penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif teologi87. Penelitian terbaru dari Andreas Bintoro dalam tulisannya Dapatkah Kekristenan Diterapkan dalam Bisnis ? menyimpulkan bahwa (1) masyarakat yang majemuk mempersulit pengambilan keputusan etis dalam bisnis, karena 85 R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia, 1999. 86 Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif Sosiologis, Disertasi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993. 87 Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Tesis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
  • 54. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. masing-masing kelompok masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang norma-norma etis yang ada dan masalah etis yang dihadapi; (2) Kelompok suku dan etnis yang berbeda-beda dalam komunitas Kristen seringkali berpegang pada nilai-nilai budaya yang berbeda-beda pula dan menyebabkan persepsi yang berbeda-beda pula tentang norma etis yang ada serta masalah etis yang dihadapi; (3) Etik Kristen Protestan Calvinis sebagai norma dan etos belum cukup diajarkan dan dipahami untuk mampu mengubahkan nilai budaya para pemeluk Kekristenan Protestan Calvinis ke arah yang lebih mendekati tuntutannya yang radikal dan transformatif. Ia mensinyalir jika tradisi Reformasi yang terus menerus memperbaharui dirinya dan profetis tidak diberi tempat dalam Kekristenan di Indonesia, maka kemungkinan besar Kekristenan akan menjadi semacam gejala marginal dalam masyarakat Indonesia88. Seorang psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dalam penelitiannya terhadap sejumlah pebisnis profesional mancanegara mengemukakan bahwa kesuksesan dalam bisnis dapat membawa kebahagiaan hidup secara menyeluruh. Bisnis yang baik menurutnya tidak sekadar meningkatkan keuntungan, melainkan turut memberikan kontribusi signifikan pada kebahagiaan manusia. 89 Bisnis yang tidak baik seperti penipuan, suap, kolusi dan menjual barang- barang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti alkohol dan tembakau pada akhirnya hanya meningkatkan stress dan menghilangkan kebahagiaan90. Bisnis 88 Andreas Bintoro, ”Dapatkah kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?”, dalam Robert P Borrong dan Norita Y. Tompah, (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi & Pusat Studi Etika STT Jakarta, 2006, hlm. 89-96. 89 Mihaly Csikszentmihalyi, Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan, Diterjemahkan oleh Helmi Mustofa, Bandung: Penerbit Mizan, 2007, hlm.42. 90 Ibid., hlm. 43-44.
  • 55. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. yang baik dipahami sebagai bisnis yang berorientasi tidak semata-mata meraup untung, tetapi juga menjadikan usahanya sebagai mesin peningkatan kualitas hidup. Tindakan para eksekutif sukses itu didasarkan pada prinsip-prinsip agama Kristen atau nilai-nilai humanisme sekuler.91 Max Weber dalam bukunya Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme menyimpulkan bahwa agama yang bersemangat modernlah yang akan memberikan dorongan atau spirit terhadap pertumbuhan ekonomi (kapitalisme). Kapitalisme menurutnya bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar keuntungan. Kapitalisme identik dengan pencarian keuntungan (profit), dan keuntungan itu dapat diperbaharui terus menerus. Semangat kapitalisme klasik bercirikan sikap moral jujur, ketepatan dalam waktu, sikap rajin dan hemat yang semuanya dilatarbelakangi etos kerja Protestan. Akibatnya, pencarian uang dalam tatanan ekonomi modern sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal, merupakan hasil dan ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam melaksanakan panggilan tugas.92 Doktrin predestinasi dari Calvin diartikan sebagai kesempatan bagi orang beriman untuk membuktikan keselamatannya dengan cara meraih sukses dalam bisnis. Mereka yang menjalani hidup yang baik dengan kerja keras pasti akan masuk ke Surga. Sebaliknya, mereka yang malas tidak akan masuk surga setelah kematiannya. Doktrin ini memotivasi kaum Calvinis untuk bekerja dengan energi yang berlipat ganda, terdorong oleh janji kebahagiaan abadi. Kerja seperti 91 Ibid., hlm. 56-57. 92 Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan oleh Yusup Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007, hlm. 58.
  • 56. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. aktivitas bisnis dipahami bukan lagi sebagai sesuatu yang hina, melainkan sebuah panggilan ilahi (beruf, calling) untuk memuliakan Tuhan. 93 Penelitian yang penulis lakukan ini sama sekali berbeda dengan karya- karya ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di atas Penelitian ini sama sekali baru baik dari segi substansi, metodologi, waktu, tempat dan objek penelitian. Sepengetahuan penulis belum ada karya ilmiah yang meneliti persepsi warga jemaat GPIB tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen. C Kerangka Konseptual Persepsi Bisnis warga jemaat Pandangan Alkitab Pandangan sekular tentang bisnis tentang bisnis 1. Mempermuliakan 1. Menguntungkan Allah 2. Bermoral 2. Kekudusan 3. Tidak melanggar 3. Jujur dan adil hukum 4. Menghargai martabat 4. Peduli terhadap manusia Lingkungan 5. Bertanggungjawab 5. Mendatangkan kebahagiaan Bisnis yang baik 1. Melayani kehendak Allah 2. Menghargai sesama 3. Memiliki tanggungjawab sosial 93 Ibid., hlm.163.
  • 57. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. D Landasan Teori Bisnis adalah aktivitas ekonomi yang menguntungkan dua pihak yang bertransaksi guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tentunya bisnis bukanlah karya amal. Bisnis memerlukan motif keuntungan sehingga mendatangkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan. Karena itu bisnis tidak bisa dikelola dengan mengorbankan pihak lain seperti konsumen, pemerintah, mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh masyarakat sehingga mengalami kerugian dan bangkrut. Sekarang ini bisnis harus dijalankan dengan kesadaran moral dan tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip- prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu (1) bisnis sebagai usaha mempermuliakan Allah, (2) kekudusan, (3) kejujuran dan keadilan, (4) menghargai martabat manusia, dan (5) bertanggungjawab. Pelaku bisnis Krtisten dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam bisnisnya, maka ia dapat berinteraksi secara positif dengan pelanggan, karyawan, aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnisnya. Dengan demikian pelaku bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja memiliki tanggung jawab membina warga jemaatnya dalam soal bisnis agar hidup mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
  • 58. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. BAB III METODE PENELITIAN Setelah kerangka konseptual dan landasan teoritis dikemukakan pada bab terdahulu, maka pada bagian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan. Di sini, instrumen penelitian yang dipilih adalah angket dan wawancara guna mendapatkan data akurat dari responden yang menjadi objek penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dengan tingkatan yang terstruktur. A Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari responden dengan mengunakan kuesioner.94 Dengan instrumen penelitian berupa kuisioner seperti yang ada dalam Lampiran I, penulis bermaksud mendapatkan persepsi warga jemaat GPIB Passareang tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen95. Data yang diperoleh hasilnya dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini. 94 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, (Peny.) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1985, hlm. 8. 95 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 23.
  • 59. Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi. B Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jemaat GPIB Pasareang yang beralamat di BTN Pepabri C 3 No. 15, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. C Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut teknik random sederhana (simple random sampling). Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.96 Besaran smpel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen angket. Angket diberikan kepada warga jemaat GPIB Passareang sebagai responden untuk mendapatkan persepsi mengenai bisnis Kristen. Warga jemaat yang dilibatkan sebagai responden memiliki latar belakang yang beragam baik secara status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam pelayanan Gereja. Angket disebarkan melalui kordinator sektor pelayanan yang merupakan penanggungjawab utama pelayanan di sektor pelayanan. Lima (5) sektor pelayanan dalam jemaat GPIB Passareang mendapatkan masing-masing 15 eksemplar angket yang ditujukan kepada warga jemaat yang sudah berkeluarga. Sebagian angket yang tersisa (25 eksemplar) diberikan kepada beberapa pelayan 96 Riduwan, op.cit, hlm. 58.