SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KANKER PARU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat indonesia yang hidup di kota-kota besar tampaknya harus sering berlibur kekawasan
udara yang masih bersih, karna dari hasil penelitian terbaru menunjukkan, mereka yang terpapar
polusi udara jangka panjang terutama yang sering terpapar polusi industri dan kenalpot dapat
meningkatkan resiko terkena kanker paru.paparan polusi ini sama bahayanya dengan hidup
bersama dengan seorang perokok dan terkena asap rokoknya setiap hari.
Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu
masalahkesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan
penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar
1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru
adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok
kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya
prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter
ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita
kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat
jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan
staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan
yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini
membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi
medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada
kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium
dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat
memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan
penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera
dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan
dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski
diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari
luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan
kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah
penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi
ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh
dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya
hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel
tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang
dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya
heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan
pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen
yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras
sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan
kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya
preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Pada laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.
1.2 Batasan Topik
1. Jelaskan konsep dasar kanker paru!
2. Bagaimana anatomi fisiologi kanker paru?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit kanker paru?
4. Bagaimana metode pencegahan untuk menghindari kanker paru?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru?
6. Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan materi kemoterapi!
7. Buatlah Standar Operasional Prosedur untuk kemoterapi!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR KANKER KEMOTERAPI
2.1.1 Pengertian
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. (Price, Patofisiologi, 1995)
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel–sel yang mengalami proliferasi dalam paru.
(Underwood, Patologi, 2000)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang
dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. (WHO)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001)
Gambaran paru pada orang sehat dan paru pada penderita kanker
2.1.2 Etiologi
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya kanker paru, yaitu:
Merokok
Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan
perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun
(jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari di kali jumlah tahun merokok) serta faktor
saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar resiko terjadinya
kanker paru).
Kandungan pada rokok:
- Aseton digunakan untuk menghapus cat kuku
- M-toluidin dan naftilamin merupakan bahan pembuat cat
- Metanol merupakan bahan sepirtus bakar
- Naftalen merupakan kapur barus
- Kadmium dipakai pada baterai
- Karbon monoksida merupakan gas beracub kan keluar dari knalpot
- Viniklorida merupakan bahan baku plastik PVC
- Polonium merupakan bahan radio aktif
- Butan merupakan bahan bakar korek api
- Fenol dan ammoniak merupakan bahan pembersih lantai
- Arsen merupakan racun tikus
- Toluen merupakan pelarut industry
- Hidrogen sianida merupakan racun yang digunakan untuk melaksanakan hukuman mati
Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi
kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan
emisi kendaraan bermotor.
Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu karsinoma bronkogen tampaknya merupakan suatu penyakit akibat polusi
di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini
banyak sekali di produksi dan digunakan pada bangunan.
Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A memperbesar
resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapatkan dari beberapa penelitian yang
menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker.
Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan
diferensiasi sel.
Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
- Proton oncogen
- Tumor suppressor gene
- Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen).
Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau
penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-
programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal
ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
2.1.3 Klasifikasi Kanker Paru
Secara garis besar, jenis sel kanker dibagi atas 2 kelompok:
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yaitu sekitar 85% dari
kanker paru-paru. Ada beberapa jenis NSCLC diantaranya:
– Karsinoma sel skuamosa
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau
displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak
sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
– Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.
Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak
menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
– Karsinoma sel besar
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang
besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan
paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat
yang jauh.
Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC), sekitar 15 % dari kanker paru.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul pada sel – sel
Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
• Batuk
• Sesak napas
Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura),
sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa
terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.
• Nyeri dada
Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap.
• Radang paru atau bronkitis berulang
• Suara serak/parau/bunyi mengi
Karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker.
Tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh
lainnya. Tergantung pada organ-organ yang dirusak.
• Kelelahan kronis
• Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan
• Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya
• Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
• Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan ingatan
sebagian)
• Pembengkakan di wajah atau leher
Kanker tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah
mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas sehingga
terjadi pembengkakan diwajah.
2.1.5 Pembagian Stadium Kanker Paru
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee on
Cancer.
Tumor Primer (T) Kelenjar Limfe Regional (N) Metastasis Jauh (M)
T0 Tidak ada tumor N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional M0 Tidak ada
metastasis jauh
Tx Kanker yang tidak terlihat pada radiologis atau bronkoskopi N1 Metastasis pada
peribronkial dan kelenjar–kelenjar hilus ipsilateral M1 Ada metastasis jauh
Tis Karsinoma in situ N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe
subkarina
T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal
N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar –
kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral
T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura
viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus
T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan tanpa mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra
T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, atau karina
Stadium Tumor N M
I T1 N0 M0
T2 N0 M0
II T1 N1 M0
T2 N1 M0
IIIA T3 N0 M0
IIIB Any T N3 M0
T4 Any N M0
IV Any T Any N M1
2.1.6 Tempat Tumbuh Kanker Paru
Kanker paru dapat menjalar kebagian tubuh lain disebabkan karena Pembuluh darah yang
menjadi saluran pemindah menjalarnya kanker ke bagian tubuh yang lain.
1. Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya sindroma
Horner, yang terdiri dari:
• Penutupan kelopak mata
• Pupil yang kecil
• Mata cekung
• Berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah
2. Kanker di puncak paru-paru bisa tumbuh ke dalam saraf yang menuju ke lengan sehingga
lengan terasa nyeri, mati rasa dan lemah. Kerusakan juga bisa terjadi pada saraf pita suara
sehingga suara penderita menjadi serak.
3. Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh di dekat
kerongkongan dan menekannya, sehingga terjadi gangguan menelan. Kadang terbentuk saluran
abnormal (fistula) diantara kerongkongan dan bronki, menyebabkan batuk hebat selama proses
menelan berlangsung, karena makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru.
4. Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan:
• Irama jantung yang abnormal
• Pembesaran jantung
• Penimbunan cairan di kantong perikardial.
5. Kanker juga bisa tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan
darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas:
• Vena di dinding dada akan membesar
• Wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan membengkak dan
tampak berwarna keunguan.
Keadaan ini juga menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing dan
perasaan mengantuk. Gejala tersebut biasanya akan memburuk jika penderita membungkuk ke
depan atau berbaring.
6. Kanker paru-paru juga bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar
adrenal dan tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel kecil.
Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang; yang bisa timbul sebelum
terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga diagnosis dini sulit ditegakkan.
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI KANKER PARU
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan
udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan
kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Anatomi sistem pernafasan
• Saluran pernafasan bagian atas
a) Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru – paru.
b) Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c) Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya
adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
• Saluran pernafasan bagian bawah
a) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang
lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal
sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang.
b) Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar,
merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang
dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang
utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus
segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh
rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing
menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang
menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c) Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe
I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif
secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel –
sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan penting.
d) Paru-paru
Keterangan Gambar
a. Saluran napas
b. Jantung
c. Kantung udara
Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu proses
pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus)
dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di
dalamnya mengalir antara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ
tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme
maka sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk
dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena fungsinya itu
dapat dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap termasuk asap rokok
yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai kelainan dapat menganggu sistem
pernapasan itu, antara lain udara berpolusi sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran
napas/paru, jantung atau gangguan pada darah.
Secara khusus dikatakan paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya O2) dan
tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh (banyak mengandung CO2) sebelum ke
jantung untuk kembali diedarkan ke seluruh tubuh.
Secara umum gangguan pada pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas
(obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat kembang secara sempurna
(restriktif). Tumor yang besar di paru dapat menyebabkan sebagian paru dan/saluran napas
kolaps, sedangkan tumor yang terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada
saluran napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan/destruksi
tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di rongga pleura yang sering ditmukan pada
kanker paru juga menganggu fungsi paru.
• Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
• Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan.
• Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
∞ Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
∞ Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
∞ Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
2.3 PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya
pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
WOC (klik disini)
2.4 ASPEK LEGAL ETIK PENATALAKSANAAN KANKER PARU
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Pembedahan
Hanya dilakukan untuk KPKBSK staging I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada
kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, gawat napas yang mengancam jiwa, atau
nyeri hebat. Bedah yang dilakukan adalah dengan membuang 1 lobus paru (kadang lebih) tempat
ditemukannya tumor dan juga membuang semua kelenjar getah bening mediastinal. Diagnosis
sebelum bedah mungkin saja akan berubah setelah bedah. Hal itu terjadi karena keterbatasan alat
bantu diagnosis atau penyakit telah berkembang selama putusan bedah dilakukan. Akibatnya
mungkin saja setelah bedah pasien harus mendapat radiasi atau kemoterapi segera setelah luka
operasinya sembuh.
Pada kasus khusus misal dengan penyebaran kepala dan hanya ditemukan 1 tumor di otak dan
mengganggu kualiti hidup pasien dapat dilakukan pembuangan tumor di kepala dengan bedah.
Di Indonesia (Jakarta) telah dapat melakukan terapi tampa pembedahan di kepala dengan
menggunakan cyber knife.
2. Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada staging III dan IV KPKBSK, dapat diberikan tunggal
untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Pasien yang
diputuskan akan mendapat radioterapi akan dirujuk dokter spesialis paru ke dokter spesialis
radioterapi dan akan kembali ke dokter semula jika terapi tidak memberikan respons atau
radioterpai telah selesai atau muncul efek samping akibat radioterapi itu.
Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik (HB, jumlah sel darah putih atau leukosit
dan trombosit darah) baik. Radioterapi biasanya diberikan 5 hari dalam seminggu dengan dosis
rata rata 200 cGy perhari hingga dosis 5000 – 6000 cGy. Sinar yang diberikan tergantung pada
alat yang ada di rumah sakit, misalnya COBALT atau LINAC Evaluasi efek samping dilakukan
setiap setelah pemberian 5x (1.000 cGy) jika ada gangguan radiasi akan dihentikan sementara,
misal HB < 10 gr%. Leukosit < 3000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Dokter akan melakukan
koreksi dan jika telah memenuhi syarat maka radiasi dapat dilakukan.kembali.
Untuk melihat respons radiasi dokter akan melakukan foto toraks setiap setelah radiasi diberikan
10X (2.000 cGy) . Jika pada penelian respons positif (tumor mengecil atau menetap) maka
radiasi dapat diteruskan, tetapi jika respons negatif (tumor membesar atau tumbuh yang baru)
radiasi harus dihentikan.
Radioterapi juga dapat diberikan pada lokasi bukan tumor primer, misalnya radiasi kepala jika
tumor telah menyebar ke kepala, radiasi tulang jika tumor telah menyebar ke tulang. Untuk kasus
KPKSK radiasi kepala harus diberikan setelah kemoterapi selesai diberikan 6 siklus.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah memberikan obat anti-kanker pada pasien dengan cara diinfuskan. Pada
kemoterapi diberikan lebih dari 1 jenis obat antikanker dan biasanya 2 macam, tujuannya agar
lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh dengan jalur yang berbeda. Pemberian kemoterapi
harus dilakukan di rumah sakit karena diberikan dalam prosedur tertentu atau ptotokol yang
berbeda tergantung pada jenis obat anti-kanker yang digunakan.
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru dan tujuannya bukan hanya
membunuh sel kanker pada tumor primer tetapi juga mengejar sel kanker yang menyebar di
tempat lain. Kemoterapi adalah pilihan terapi untuk KPKSK dan KPKBSK stage III/IV.
Pemberian kemoterapi memerlukan beberapa syarat antar lain kondisi umum pasien baik yaitu
masih dapat melakukan aktiviti sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal dan fungsi hemostatik (HB,
jumlah sel darah putih atau lekosit dan jumlah trombosit darah) harus baik. Kemoterapi dihitung
dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap 21 – 28 hari setiap siklusnya.
Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya rambut s/d botak,
mual muntah, semutan, mencret dan bahkan alergi. Efek samping itu tidak sama waktu muncul
dan berat ringannya pada setiap orang dan juga tergantung pada jenis obat yang digunakan. Efek
samping lain yang dapat menganggu proses pemberian adalah gangguan fungsi hemostatik HB <
10 gr%. Leukosit < 3.000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Efek samping dinilai sejak mulai
kemoterapi I diberikan. Efek samping yang berat dapat menghentikan jadwal pemberian, dokter
akan mengkoreksi efek samping yang muncul dengan memberikan obat dan tranfusi darah jika
perlu.
Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah 2 siklus pemberian (sebelum kemoterapi III
diberikan) yang dapat merupa respons subyektif yaitu apkah BB meningkat atau keluhan
berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru. Evaluasi dengan menggunakan CT-
scan toraks dilakukan setelah pemberian 3 siklus ( sebelum pemberian kemoterapi IV). Jika pada
penelian tumor hilang (komplit respons) mengecil sebagian (respons partial) atau tumor menetap
tapi respons subyektif baik maka kemoterapi dapat diterudskan samapi 4 – 6 siklus. Tetapi jika
pada evaluasi terjadi perburukan misalnya tumor membesar atau tumbuh tumor yang baru,
kemoterapi harus dihentikan dan diganti dengan jenis obat anti-kanker yang lain.
4. Targeted.therapy
Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan pembedahan,
radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat golongan baru dengan
mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah targeted therapy. Obat golongan ini
diberikan 1x perhari dengan cara diminum. Sampai saat ini anjuran penggunaan targeted therapy
untuk kanker paru adalah sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali pada kasus kasus
pilihan terapi utama tidak dapat dilakukan.
CATATAN PENTING
• Pengobatan kanker paru bukan hanya tergantung pada jenis dan staging tetapi pada kondoisi
umum pasien. Dapat terjadi semua memenuhi syarat kecuali kondosi umum maka dokter tidak
akan memberikan pilihan terapi apapun lagi.
• Pengobatan lain yang diberikan adalah obat obat penghilang gejala taua simptomatis, obat
obatn itu sebaiknya dengan resep dokter spesilais yang merawat karena menerlukan perubahan
sesuai kondosi pasien.
• Selama pengobatan standar pasien sangat dianjurkan memakan dengan komposisi seimbang
karena tidak ada larangan khusus untuk itu kecuali karena penyakit lain. Mengkonsumsi vitamin,
banyak sayuran dan buahan dalah baik sekali.
2.5 TAHAP PENCEGAHAN KANKER PARU
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah penyakit kanker paru-paru di kenal
tiga tahap pencegahan, yaitu sebagai berikut:
1) Pencegahan primer (Health promotion dan spesific protection)
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit Adapun kiat-kiat yang
dilakukan untuk pencegahan primer pada kanker paru-paru diantaranya adalah menghentikan
kebiasaan merokok yang sudah berlangsung dan mencegah bukan perokok menjadi perokok.
Pencegahan atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan
dan regulasi tentang rokok. Pencegahan lainnya adalah menghindari pajanan dari bahan-bahan
lain yang bersifat karsinogenik. Efek yang diharapkan dari pencegahan primer adalah
mengurangi insidensi penyakit kanker paru-paru.
2) Pencegahan sekunder (Early diagnosis,prompt treatment,dan disability limitation)
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu sudah mulai sakit. Adapun kiat-kiat yang
dilakukan untuk pencegahan sekunder pada kanker paru-paru diantaranya adalah mengadakan
deteksi dini, kemoterapi pencegahan (chemoprevention) dan mironutrisi. Kanker paru dini secara
praktis adalah kanker paru dengan ukuran 1-2 cm, masih termasuk stadium satu dan pada kasus
tersebut pembedahan masih dapat dilaksanakan. Hasil yang diharapkan dari pencegahan
sekunder adalah penurunan prevalensi kanker paru.
3) Pencegahan tersier (Rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cact yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu
yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,mental, dan sosial. Usaha-usaha yang
dilakukan pada tahap tersier (rehabilitation) adalah sebagai berikut :
• Pada masa penyembuhan dan pengobatan si penderita diberi kekutan rohani sesuai dengan
kepercayaan si penderita
• Dukungan keluarga atau seseorang yang disayangi terhadap penderita
• Sering mengajak penderita berkomunikasi atau berbagi cerita ketika penderita sudah boleh
diajak bicara
• Kunjungan sanak saudara atas kepedulian si penderita
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. S berusia 45 tahun, mengalami batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas. Dokter
memutuskan untuk melakukan endoskopi dan pemeriksaan sitologi. Dari hasil pemeriksaan
tersebut didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke seluruh lapang paru. Pada akhir tindakan,
dokter memutuskan bahwa Ny. S harus segera dilakukan tindakan kemoterapi yang di
delegasikan kepada perawat yang telah ahli.
Dalam memasukkan obat-obat kemoterapi, perawat harus menggunakan standar precaution
untuk perlindungan dari radiasi obat kemoterapi.
3.1 Pengkajian
I. Identitas
1. Nama : Ny. S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Umur : 45 tahun
4. Status perkawinan : Menikah
5. Pendidikan : SMP
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Jl. Pramuka No. 08 Tuban
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Sumber informasi : Klien dan Keluarga
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Batuk berdahak
III. Riwayat Keperawatan
• Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami demam, flu, dan batuk –batuk ringan. Bila demam, flu atau batuk-batuk
biasa beli obat di apotik. 2 tahun lalu klien mengalami batuk berdahak dan nyeri dada. Kemudian
klien pergi ke RS dan dokter mengatakan klien menderita bronkitis akut. Setelah obat jalan
selama 2 bulan, klien di nyatakan sembuh.
• Riwayat Penyakit Sekarang
– P : Pajanan asap rokok dan faktor genetik
– Q : Rasa nyeri mulai timbul 9 bulan yang lalu, nyerinya semakin ditusuk-tusuk terasa 3
bulan yang lalu disertai batuk-batuk berdahak. Sesak 2 minggu yang lalu kemudian batuk
berdahak disertai darah sejak 1 minggu yang lalu
– R : Batuk berdarah dirasa semakin berat 1 hari SMRS
– S : Pola aktifitas sehari-hari klien terganggu karena nyeri yang datang mendadak
mengakibatkan klien harus banyak beristirahat terutama setelah adanya batuk darah
– T : Sesak dan nyeri semakin meningkat di sertai batuk-batuk terutama saat klien tidur
terlentang
• Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa dulu ketika klien masih kecil ayah klien pernah menjalani operasi
karena tumor paru kanan. Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit batuk-batuk
selama satu tahun terakhir. Suami klien adalah seorang perokok yang sehari menghabiskan 15
batang rokok.
IV. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum :
– Wajah tampak pucat
– Malaise
– BB menurun
• TTV :
– S : 380C
– N : 110x/menit
– TD : 150/90 mmHg
– RR : 24 x/menit
• Body System
a. Pernapasan (B1)
• Inspeksi : Pernafasan cepat, klien sesak nafas, menggunakan otot bantu nafas. Ada cyanosis
pada bibir dan dasar kuku, warna kulit agak pucat.
• Palpasi : Taktil fremitus menurun.
• Perkusi : Hyperresonan pada area paru.
• Auskultasi : Ditemukan bunyi stridor lokal dan wheezing.
b. Cardiovaskuler (B2)
• Inspeksi : Adanya obstruksi vena kava. Adanya clubbing finger.
• Palpasi : Teraba ictus cordis pada ics 5 mid sternal kiri. Capillary Refill Time lebih dari 3
detik. Ada palpitasi. Peningkatan denyut jantung.
• Perkusi : Pekak pada area jantung.
• Auskultasi : Ada gesekan perikardial.
c. Persyarafan (B3)
– Kesadaran menurun, wajah simetris.
– Bentuk mata simetris, pupil ukuran 2 mm isokor, reflek pupil dan reflek kornea normal.
– Persepsi sensori
o Tidak ada gangguan pendengaran
o Fungsi penciuman normal
o Fungsi pengecapan normal, dapat membedakan rasa manis, asin, pahit
o Fungsi penglihatan baik
o Tidak ada gangguan fungsi perabaan, bisa membedakan panas dan dingin
d. Perkemihan (B4)
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e. Pencernaan (B5)
– Klien mual, nyeri lambung dan menyebabkan klien tidak nafsu makan. Peristaltik meningkat
menyebabkan klien sering BAB, diare yang hilang timbul, adanya gangguan menelan akibat
invasi sel kanker ke kerongkongan.
– Abdomen simetris bilateral, datar dan warna sama dengan kulit sekitarnya, adanya nyeri
tekan.
f. Tulang-Otot-Integumen (B6)
• Karena pengguanaan otot bantu nafas yang lama klien terlihat kelelahan, didapatkan
intoleransi aktifitas dan gangguan pemenuhan ADL.
• Kulit : Warna kulit sawo matang, pucat, tidak ada bekas perlukaan, peradangan maupun
edema.
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan
mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meski
dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat
memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
Bronkoskopi
Adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuamosa yang biasanya
terletak di daerah sentral paru. Pelaksanaan bronkoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkoskopi serat optik. Tindakan memungkinkan visualisasi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting
dalam menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Biopsy Jarum
Pengambilan sampel jaringan/cairan dengan cara di sedot lewat jarum. Biasanya cara ini
dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu
dengan radiologi seperti CT scan sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai
massa/lokasi yang diinginkan.
Biopsy Jarum dengan bantuan Endoskopi
Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode
ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh
seperti saluran pencernaan, pernapasan dan kandungan.
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds :
- Klien mengeluh batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas
Do :
TTV :
S : 380C
N : 110x/menit
TD : 150/90 mmHg
RR : 24 x/menit
Dari hasil pemeriksaan endoskopi dan sitologi didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke
seluruh lapang paru Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari asap rokok
Perubahan epitel termasuk metaplasia, hiperplasia dan displasia sel-sel ganas
Kanker paru
Massa tumor dalam bronkus
Bronkospasme
Penurunan ekspansi paru
Kerja napas meningkat
Dyspnea
Kerusakan pertukaran gas Kerusakan pertukaran gas
3.2 Diagnosa Keperawatan
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus.
3.3 Intervensi & Implementasi Keperawatan
Diagnosa Intervensi Rasional Implementasi
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus
Tujuan :
- Pertukaran gas kembali efektif dalam waktu 1x24 jam
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Menunjukkan ventilasi yang adekuat
- Oksigenasi adekuat
- Perbaikan distress pernapasan - Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan
otot bantu dan napas melalui mulut. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya
bunyi tambahan krekels.
- Observasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah).
- Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
- Kaji tingkat kesadaran.
- Kaji toleransi aktivitas.
- Kolaborasi:
• Berikan oksigen dengan metode yang tepat - Takipnea dan dispnea menyertai obstruksi
paru. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi napas.
- Menunjukkan hipoksemia sistemis.
- Meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat mudah bernapas dan
meningkatkan kenyamanan klien.
- Hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah disertai penurunan
kesadaran.
- Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea
berat, takikardi, dan disritmia.
- Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas. Rabu, 26 Oktober 2011
- Mencatat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas melalui
mulut. Mengauskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels.
- Mengobservasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran
lidah).
- Meninggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
- Mengkaji tingkat kesadaran.
- Mengkaji toleransi aktivitas.
- Memberikan oksigen dengan metode yang tepat.
3.4 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tanggal SOAP
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus 27 Oktober 2011
Jam 10.00 S :
– Klien mengatakan masih batuk disertai nyeri
– Klien mengatakan tidak bisa tidur semalaman karena sesak
O :
– Klien tampak meringis dan gelisah
– Klien terlihat memegang dada saat batuk
– Frekuensi pernafasan 22x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutksan intervensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995) atau Kanker
paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood,
patologi 2000).
B. Etiologi
Seperti kanker yang lain penyebab pasti dari pada kanker paru belum diketahui, tapi
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan penyebab
utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.
Lombard dan doering (1928) telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada
perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah
rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9
perokok berat ankan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasifpun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang
terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru 2 kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan
suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat.
ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok
Tidak diragukan lagi merokok merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistic yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (>20 batang sehari) dari kanker paru. Perokok seperti ini
mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaanya akan kembali kepola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsiogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan dapat menimbulkan tumor. Selain
itu diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ
tubuh tersebut. Zat-zat yang bersifat karsinogen (C), cocarsinogenik (CC), tumor promoter (TP),
mutagen (M), yang telah dibuktikan terdapat dalam rokok dapat dilihat pada table :
Substance Effect Model
Particulate phase
a. Neutral fraction
 Benzo (a) pyrene
 Dibenz (a) anthracene
b. Basic fraction
 Nicotine
 Nitrosamine
c. Acidic fraction
 Cathecol
 Unidentified
d. Residu
 Nickel
 Cadmium
 210po
 Gaseous phase
 Hydrazine
 Vinyl chloride
C
C
C
C
CC + TP
TP
C
C
C
C
C + M
C
M
Rodents
Rodents
Mice
Ames
2. Kanker paru akibat kerja (paparan zat karsinogen)
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbon nikel (pelebur nikel)
,arsenic , asbestos (sering menimbulkan mesotelioma), radiasi ion pada pekerja tambang uranium
3. Polusi udara
Mereka yang tinggal dikota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka
yang tinggal di desa. Karena telah diketahui adanya karsinogen dari industry dan uap diesel
dalam atmosfer di kota.
4. Diet
Redahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru.
C. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru-paru (1977) :
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia atau dysplasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus dan menonjol kedalam bronki besar,
cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil. Biasanya terletak ditengah sekitar percabangan utama bronki. Tumor ini
timbul dari sel-sel khulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel
kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediatinum dan
kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar). Memperlihatkan susunan selular seperti
kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan timbul pada bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru-paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini.
d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel –sel ini cenderung akan
timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat
ketempat-tempat yang jauh.
D. Manifestasi klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
 Lokal (tumor tumbuh setempat)
- Batuk baru/lebih hebat pada batuk kronis. Batuk kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan
oleh massa tumor.
- Hemoptisis. Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
 Infasi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi kepericardium
- Sindrom vena cava superior
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis serfikalis
 Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklafikula (sering menyertai metastasis)
 Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia dan demam
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologic : eritema multiform, hyperkeratosis
- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan dysplasia.
Bila lesi perifernya disebabkan oleh metaplasia,hyperplasia dan dysplasia menembus
ruang pleura, biasanya timbul efusi pleura, dan biasa diikuti infasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan suprasi dibagian
distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam dan dingin.
Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esophagus, pericardium, otak dan
tulang rangka.
F. Pemeriksaan diagnostic
Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intra torakal tersebut
sebagai tumor jinak atau ganas. Kemudian tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang
bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor. Adapun jenis
pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Merupakan pemeriksaan
awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan
likasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleura, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan
juga untuk menilai dobling timenya. Doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time > 18
bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat
konsentris, solid dan adanya klasifikasi yang tegas.
Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan
adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor.
b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan batuk.
Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari :
- Letak tumor terhadap bronkus
- Jenis tumor
- Teknik mengeluarkan sputum
- Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-turut.
- Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil
positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi
lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah
bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun pada
kanker paru.
3. Hispatologi. Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan
spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :
a. Bronkoskopi. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan
bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk
tumor yang letaknya perifer.
b. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran > 2cm snsitivitasnya mencapai 90-95%.
c. Torakoskopi. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi dari pada cara membuta (blind).
d. Mediastinoskopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan
invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
a. Ct-scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
b. MRI untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker yaitu :
1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi
serta obat-obatan.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan :
1. Pembedahan. Tujuannya untuk mengangkat semua jaringan yang sakit dan mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. Adapun jenis tindakannya yaitu :
- Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru/thoraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
- Pneumoktomi (pengankatan paru)
- Lobektomi (pengangkatan lobus)
2. Radioterapi. Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bias juga sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplikasi yang bertujuan untuk
mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.
3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA
dan untuk pengobatan paliatif. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan target
pencapaian pengobatan antara lain :
- Resistensi terhadap sitostatika
- Penurunan dosis sitostatika dimana penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka
harapan sembuh sekitar 50%.
- Penurunan intensitas obat dimana jumlah obat yang diterima selama kurun waktu tertentu
kurang.
Untuk mengatasi hal tersebut dosis obat harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal
penmberian.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU
A. Pengkajian
Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti merupakan kunci terhadap diagnosis
yang tepat. Untuk itu beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru yaitu
: faktor umur, kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat
karsinogen, dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
1. Pengkajian preoperasi
 Aktivitas/istirahat .
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispneu karena aktifitas
dan lesu.
 Sirkulasi
Gejala : obstruksi vena kava, bunyi jantung (gesekan pericardial) menunjukkan efusi,
takikardia/distritmia.
 Integritas ego
Gejala : rasa takut terhadap proses pembedahan, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia,
dan pertanyaan yang diulang-ulang.
 Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul, peningkatan frekwensi jumalh urine (ketidak seimbangan
hormonal)
 Makanan atau cairan
Gejala : penurunan berat badan, anoreksia,
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada
 Pernapasan
Gejala : batuk ringan atau perubahan pola batuk, produksi sputum, dispneu, mengi pada inspirasi
atau ekspirasi dan hemoptisis.
2. Pengkajian pascaoperasi
 Aktifitas atau istirahat
Gejala : perubahan aktifitas, dan frekwensi tidur berkurang
 Sirkulasi
Tanda : denyut nadi cepat dan tekanan darah meningkat
 Eliminasi
Gejala : menurunnya frekwensi eliminasi BAB. Tandanya kateter urinarius terpasang atau tidak,
karakyeristik urine, bising usus
 Makana dan cairan
Gejala : mual atau muntah
 Neurosensori
Gejala : gangguan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi.
 Nyeri dan ketidaknyaman

B. Diagnosa keperawatan
 Preoperasi
1) Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi
2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru, meningkatnya tahanan
jalan napas
3) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi
 Pascaoperasi
1) Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen,
2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret, keterbatasan gerakan dada, kelemahan
3) Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah
4) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian
C. Intervensi keperawatan
 Preoperasi
DX 1
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang
normaldan bebas gejala distress pernapasan.
- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
- Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan
kompensasi adanya tahan jalan napas
- Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas dapat menurun. Krekles adalah
bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan napas
sehubungan dengan mucus atau edema serta tumor.
- Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.
- Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan sediaan oksigen sesuai kebutuhan
tubuh.
Dx.2
Kriteria hasil :
- Hilangnya dispneu
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
- Mengeluarkan secret tanpa kesulitan
- Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan napas
Intervensi :
- Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan otot interkostal/abdominal dan
pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas.
- Obserfasi penurunan ekspansi dinding dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan
akumulasi cairan, edema dan secret pada lobus.
- Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik sputum. Rasionalnya karakteristik
batuk dapat berubah tergantung pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau
purulen.
- Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu napas sesuai kebutuhan.
Rasionalnya menudahkan memelihara jalan napas atas paten.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi untuk efek samping
merugikan dari obat (takikardi, hipertensi, insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan
untuk menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret, memperbaiki venrilasi dan
memudahkan pengeluaran secret.
DX. 3
Kriteria Hasil :
- Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun
- Menunjukkan pemecahan masalah
Intervensi
- Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya penyakit dapat
menyebabkan / meningkatkan ansietas.
- Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasionalnya menurunkan ansietas
dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energy.
- Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan kesempatan bagi pasien
untuk menangani ansietasnya sendir idan merasa terkontrol.
- Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada. Rasionalnya membantu pengenalan
ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien.
- Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasionalnya merupakan langkah
awal dalam mengatasi perasaan
Dx. 4
Kriteria hasil :
- Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
- Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic.
Intervensi :
- Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan informasi yang jelas dan ringkas
pada klien. Rasionalnya untuk meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas
baru.
- Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya pemberian instruksi penggunaan
obat yang aman membantu pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan.
- Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien. Rasionalnya pasien dengan
pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga
memerlukan peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan.
- Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh terlalau lelah dan
mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk meningkatkan stamina dan menjegak
kebutuhan oksigen yang berlebihan.
 Pasca operasi
Dx. 1
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat degan gda dlam rentang
normal
- Bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
- Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Obserfasi penggunaan otot bantu napas
dan perubahan kulit. Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai akibat
mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
- Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal. Rasionalnya konsolidasi
dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi.
Namun pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
- Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, pengisapan dan
penggunaan alat bantu pernapasan. Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi
yang dapat mengganggu pertukaran gas.
- Ubah posisi sesering mungkin, letakkan pasien pada posisi duduk juga terlentang sampai posisi
miring. Rasionalnya : memaksimalken ekspansi paru dan drainase secret.
- Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat. Rasionalnya meningkatkan
ventilasi maksimal dan oksigenasi serta mencegah atelektasis.
Dx. 2
Kriteria hasil :
- Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah dikeluarkan, bunyi napas jelas dan
pernapasan tidak bising.
Intervensi :
- Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya secret. Rasionalnya pernapasan
bising, rinki dan mengi menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas.
- Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk dan
menekan daerah insisi. Rasionalnya posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan
penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan pembuangan secret.
- Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya peningkatan jumalah secret tidak
berwarna/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
- Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi adekuat untuk
mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik sesuai indikasi. Rasionalnya
menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan
menurunkan viskositas secret.
Dx. 3
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Tampak rileks dan istirahat dengan baik
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan
Intervensi :
- Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala 0-10). Rasionalnya membantu
evaluasi gejala nyeri karana kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan analgesic dan meningkatkan control
nyeri.
- Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya ketidaksesuaian antara
petunjuk verbal /nonverbal dapat memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan
intervensi.
- Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk
pasien dari pada insisi anterolateral.
- Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri. Rasionalnya takut dapat
meningkatkan tegangan otot dan meningkatkan ambang presepsi nyeri
- Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
Dx.4
Kriteria hasil :
- Mengakui dan mendiskusikan masalah
- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan tampak rileks
Intervensi :
- Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang penyakit klien. Rasionalnya
pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya
perubahan pola hidup
- Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya bila penyangkalan ekstrim
atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan
- Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur. Rasionalnya menurunkan presepsi
kesalahan interpretasi terhadap informasi.
- Libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanana perawatan. Rasionalnya dapat membantu
memperbaiki perasaan/kemandirian pasien yang merasa tak berdaya.
Pencegahan
 Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat
mengurangi resiko terkena kanker paru.
 Pencegahan dengan chemoprevention yakni dengan memakai drivat asam retinoid, carotenoid,
vitamin C, selenium dll. Jika seseorang beresiko terkena kanker paru maka penggunaan
betakaroten, retinol, isotritenoin dapat meningkatkan resiko kanker paru pada perokok.
DAFTAR PUSTAKA
 Kapita selekta kedokteran / editor, Mansjoer arif,Ed. 3, cet.1. Jakarta :Media Aesculapius, 2000
 Marilyn E. doenges. Mary frances Moorhouse. Alice C. Geissler. RencanaAsuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Penerbit buku
kedokteran. EGC.
 Aru w.sudoyo dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta : internal publishing.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

More Related Content

What's hot (18)

Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
 
Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker paru
 
lp-ca-bronkogenik
 lp-ca-bronkogenik lp-ca-bronkogenik
lp-ca-bronkogenik
 
Kanker paru paru
Kanker paru paruKanker paru paru
Kanker paru paru
 
Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014
 
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Ca paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab munaCa paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab muna
 
Bu ririn
Bu ririnBu ririn
Bu ririn
 
Karsinoma Bronkogenik
Karsinoma BronkogenikKarsinoma Bronkogenik
Karsinoma Bronkogenik
 
Bronchioloalveolar carcinoma
Bronchioloalveolar carcinomaBronchioloalveolar carcinoma
Bronchioloalveolar carcinoma
 
Vap
VapVap
Vap
 
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resikoKanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
 
Empiema
EmpiemaEmpiema
Empiema
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma Laring
 
Laporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laringLaporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laring
 
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNAAskep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
 
Pneu
PneuPneu
Pneu
 

Similar to Askep ca paru maya

Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
AuliaRezha2
 

Similar to Askep ca paru maya (20)

Ca paru AKPER PEMDA MUNA
Ca paru AKPER PEMDA MUNA Ca paru AKPER PEMDA MUNA
Ca paru AKPER PEMDA MUNA
 
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
 
Saad ca paru
Saad ca paruSaad ca paru
Saad ca paru
 
Saad ca paru Akper pemkab muna
Saad ca paru Akper pemkab munaSaad ca paru Akper pemkab muna
Saad ca paru Akper pemkab muna
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
 
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptxKELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
 
Kanker paru-paru.pptx
Kanker paru-paru.pptxKanker paru-paru.pptx
Kanker paru-paru.pptx
 
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxManajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
 
Cancer lung-cancer-indonesian
Cancer lung-cancer-indonesianCancer lung-cancer-indonesian
Cancer lung-cancer-indonesian
 
33544 71470-1-pb
33544 71470-1-pb33544 71470-1-pb
33544 71470-1-pb
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
 
Tumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptxTumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptx
 
PPT JOURNAL READING.pptx
PPT JOURNAL READING.pptxPPT JOURNAL READING.pptx
PPT JOURNAL READING.pptx
 
Askep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paruAskep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paru
 
CA Paru
CA Paru CA Paru
CA Paru
 
Esai ilmiah sobri majesty-new
Esai ilmiah sobri majesty-newEsai ilmiah sobri majesty-new
Esai ilmiah sobri majesty-new
 
PPKParu
PPKParuPPKParu
PPKParu
 
Esai ilmiah muhammad sobri maulana sa8-pdf
Esai ilmiah muhammad sobri maulana sa8-pdfEsai ilmiah muhammad sobri maulana sa8-pdf
Esai ilmiah muhammad sobri maulana sa8-pdf
 
Bab i agatha new
Bab i agatha newBab i agatha new
Bab i agatha new
 
Gangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasanGangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasan
 

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep ca paru maya

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KANKER PARU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat indonesia yang hidup di kota-kota besar tampaknya harus sering berlibur kekawasan udara yang masih bersih, karna dari hasil penelitian terbaru menunjukkan, mereka yang terpapar polusi udara jangka panjang terutama yang sering terpapar polusi industri dan kenalpot dapat meningkatkan resiko terkena kanker paru.paparan polusi ini sama bahayanya dengan hidup bersama dengan seorang perokok dan terkena asap rokoknya setiap hari. Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalahkesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan. Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya
  • 2. heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Pada laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru. 1.2 Batasan Topik 1. Jelaskan konsep dasar kanker paru! 2. Bagaimana anatomi fisiologi kanker paru? 3. Bagaimana patofisiologi penyakit kanker paru? 4. Bagaimana metode pencegahan untuk menghindari kanker paru? 5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru? 6. Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan materi kemoterapi! 7. Buatlah Standar Operasional Prosedur untuk kemoterapi! BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR KANKER KEMOTERAPI 2.1.1 Pengertian Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. (Price, Patofisiologi, 1995) Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel–sel yang mengalami proliferasi dalam paru. (Underwood, Patologi, 2000) Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. (WHO) Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001) Gambaran paru pada orang sehat dan paru pada penderita kanker 2.1.2 Etiologi Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya kanker paru, yaitu: Merokok Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari di kali jumlah tahun merokok) serta faktor
  • 3. saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Kandungan pada rokok: - Aseton digunakan untuk menghapus cat kuku - M-toluidin dan naftilamin merupakan bahan pembuat cat - Metanol merupakan bahan sepirtus bakar - Naftalen merupakan kapur barus - Kadmium dipakai pada baterai - Karbon monoksida merupakan gas beracub kan keluar dari knalpot - Viniklorida merupakan bahan baku plastik PVC - Polonium merupakan bahan radio aktif - Butan merupakan bahan bakar korek api - Fenol dan ammoniak merupakan bahan pembersih lantai - Arsen merupakan racun tikus - Toluen merupakan pelarut industry - Hidrogen sianida merupakan racun yang digunakan untuk melaksanakan hukuman mati Polusi udara Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor. Polusi lingkungan kerja Pada keadaan tertentu karsinoma bronkogen tampaknya merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali di produksi dan digunakan pada bangunan. Rendahnya asupan vitamin A Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel. Genetik Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : - Proton oncogen - Tumor suppressor gene - Gene encoding enzyme Teori Onkogenesis Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
  • 4. neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya. 2.1.3 Klasifikasi Kanker Paru Secara garis besar, jenis sel kanker dibagi atas 2 kelompok: Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yaitu sekitar 85% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis NSCLC diantaranya: – Karsinoma sel skuamosa Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. – Adenokarsinoma Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh. – Karsinoma sel besar Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC), sekitar 15 % dari kanker paru. Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul pada sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal. 2.1.4 Manifestasi Klinis Gejala umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah: • Batuk • Sesak napas Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung. • Nyeri dada Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap. • Radang paru atau bronkitis berulang
  • 5. • Suara serak/parau/bunyi mengi Karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-organ yang dirusak. • Kelelahan kronis • Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan • Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya • Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan • Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan ingatan sebagian) • Pembengkakan di wajah atau leher Kanker tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas sehingga terjadi pembengkakan diwajah. 2.1.5 Pembagian Stadium Kanker Paru Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee on Cancer. Tumor Primer (T) Kelenjar Limfe Regional (N) Metastasis Jauh (M) T0 Tidak ada tumor N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional M0 Tidak ada metastasis jauh Tx Kanker yang tidak terlihat pada radiologis atau bronkoskopi N1 Metastasis pada peribronkial dan kelenjar–kelenjar hilus ipsilateral M1 Ada metastasis jauh Tis Karsinoma in situ N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, atau karina Stadium Tumor N M I T1 N0 M0 T2 N0 M0 II T1 N1 M0 T2 N1 M0 IIIA T3 N0 M0 IIIB Any T N3 M0 T4 Any N M0 IV Any T Any N M1
  • 6. 2.1.6 Tempat Tumbuh Kanker Paru Kanker paru dapat menjalar kebagian tubuh lain disebabkan karena Pembuluh darah yang menjadi saluran pemindah menjalarnya kanker ke bagian tubuh yang lain. 1. Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya sindroma Horner, yang terdiri dari: • Penutupan kelopak mata • Pupil yang kecil • Mata cekung • Berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah 2. Kanker di puncak paru-paru bisa tumbuh ke dalam saraf yang menuju ke lengan sehingga lengan terasa nyeri, mati rasa dan lemah. Kerusakan juga bisa terjadi pada saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak. 3. Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh di dekat kerongkongan dan menekannya, sehingga terjadi gangguan menelan. Kadang terbentuk saluran abnormal (fistula) diantara kerongkongan dan bronki, menyebabkan batuk hebat selama proses menelan berlangsung, karena makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru. 4. Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan: • Irama jantung yang abnormal • Pembesaran jantung • Penimbunan cairan di kantong perikardial. 5. Kanker juga bisa tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas: • Vena di dinding dada akan membesar • Wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan membengkak dan tampak berwarna keunguan. Keadaan ini juga menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing dan perasaan mengantuk. Gejala tersebut biasanya akan memburuk jika penderita membungkuk ke depan atau berbaring. 6. Kanker paru-paru juga bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel kecil. Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang; yang bisa timbul sebelum terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga diagnosis dini sulit ditegakkan. 2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI KANKER PARU Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. Anatomi sistem pernafasan • Saluran pernafasan bagian atas
  • 7. a) Rongga hidung Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru. b) Faring Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif. c) Laring Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. • Saluran pernafasan bagian bawah a) Trakhea Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. b) Bronkus Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. c) Alveoli Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. d) Paru-paru Keterangan Gambar a. Saluran napas b. Jantung
  • 8. c. Kantung udara Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena fungsinya itu dapat dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap termasuk asap rokok yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai kelainan dapat menganggu sistem pernapasan itu, antara lain udara berpolusi sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran napas/paru, jantung atau gangguan pada darah. Secara khusus dikatakan paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya O2) dan tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh (banyak mengandung CO2) sebelum ke jantung untuk kembali diedarkan ke seluruh tubuh. Secara umum gangguan pada pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat kembang secara sempurna (restriktif). Tumor yang besar di paru dapat menyebabkan sebagian paru dan/saluran napas kolaps, sedangkan tumor yang terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada saluran napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di rongga pleura yang sering ditmukan pada kanker paru juga menganggu fungsi paru. • Fisiologi sistem pernafasan Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu : • Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan. • Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu : ∞ Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru. ∞ Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru. ∞ Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. 2.3 PATOFISIOLOGI Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
  • 9. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. WOC (klik disini) 2.4 ASPEK LEGAL ETIK PENATALAKSANAAN KANKER PARU Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a. Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. d. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000) 1. Pembedahan Hanya dilakukan untuk KPKBSK staging I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, gawat napas yang mengancam jiwa, atau nyeri hebat. Bedah yang dilakukan adalah dengan membuang 1 lobus paru (kadang lebih) tempat ditemukannya tumor dan juga membuang semua kelenjar getah bening mediastinal. Diagnosis sebelum bedah mungkin saja akan berubah setelah bedah. Hal itu terjadi karena keterbatasan alat bantu diagnosis atau penyakit telah berkembang selama putusan bedah dilakukan. Akibatnya mungkin saja setelah bedah pasien harus mendapat radiasi atau kemoterapi segera setelah luka operasinya sembuh. Pada kasus khusus misal dengan penyebaran kepala dan hanya ditemukan 1 tumor di otak dan mengganggu kualiti hidup pasien dapat dilakukan pembuangan tumor di kepala dengan bedah. Di Indonesia (Jakarta) telah dapat melakukan terapi tampa pembedahan di kepala dengan menggunakan cyber knife. 2. Radioterapi Radioterapi atau iradiasi diberikan pada staging III dan IV KPKBSK, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Pasien yang diputuskan akan mendapat radioterapi akan dirujuk dokter spesialis paru ke dokter spesialis radioterapi dan akan kembali ke dokter semula jika terapi tidak memberikan respons atau radioterpai telah selesai atau muncul efek samping akibat radioterapi itu. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik (HB, jumlah sel darah putih atau leukosit dan trombosit darah) baik. Radioterapi biasanya diberikan 5 hari dalam seminggu dengan dosis rata rata 200 cGy perhari hingga dosis 5000 – 6000 cGy. Sinar yang diberikan tergantung pada alat yang ada di rumah sakit, misalnya COBALT atau LINAC Evaluasi efek samping dilakukan setiap setelah pemberian 5x (1.000 cGy) jika ada gangguan radiasi akan dihentikan sementara, misal HB < 10 gr%. Leukosit < 3000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Dokter akan melakukan koreksi dan jika telah memenuhi syarat maka radiasi dapat dilakukan.kembali. Untuk melihat respons radiasi dokter akan melakukan foto toraks setiap setelah radiasi diberikan
  • 10. 10X (2.000 cGy) . Jika pada penelian respons positif (tumor mengecil atau menetap) maka radiasi dapat diteruskan, tetapi jika respons negatif (tumor membesar atau tumbuh yang baru) radiasi harus dihentikan. Radioterapi juga dapat diberikan pada lokasi bukan tumor primer, misalnya radiasi kepala jika tumor telah menyebar ke kepala, radiasi tulang jika tumor telah menyebar ke tulang. Untuk kasus KPKSK radiasi kepala harus diberikan setelah kemoterapi selesai diberikan 6 siklus. 3. Kemoterapi Kemoterapi adalah memberikan obat anti-kanker pada pasien dengan cara diinfuskan. Pada kemoterapi diberikan lebih dari 1 jenis obat antikanker dan biasanya 2 macam, tujuannya agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh dengan jalur yang berbeda. Pemberian kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit karena diberikan dalam prosedur tertentu atau ptotokol yang berbeda tergantung pada jenis obat anti-kanker yang digunakan. Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru dan tujuannya bukan hanya membunuh sel kanker pada tumor primer tetapi juga mengejar sel kanker yang menyebar di tempat lain. Kemoterapi adalah pilihan terapi untuk KPKSK dan KPKBSK stage III/IV. Pemberian kemoterapi memerlukan beberapa syarat antar lain kondisi umum pasien baik yaitu masih dapat melakukan aktiviti sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal dan fungsi hemostatik (HB, jumlah sel darah putih atau lekosit dan jumlah trombosit darah) harus baik. Kemoterapi dihitung dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap 21 – 28 hari setiap siklusnya. Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya rambut s/d botak, mual muntah, semutan, mencret dan bahkan alergi. Efek samping itu tidak sama waktu muncul dan berat ringannya pada setiap orang dan juga tergantung pada jenis obat yang digunakan. Efek samping lain yang dapat menganggu proses pemberian adalah gangguan fungsi hemostatik HB < 10 gr%. Leukosit < 3.000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Efek samping dinilai sejak mulai kemoterapi I diberikan. Efek samping yang berat dapat menghentikan jadwal pemberian, dokter akan mengkoreksi efek samping yang muncul dengan memberikan obat dan tranfusi darah jika perlu. Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah 2 siklus pemberian (sebelum kemoterapi III diberikan) yang dapat merupa respons subyektif yaitu apkah BB meningkat atau keluhan berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru. Evaluasi dengan menggunakan CT- scan toraks dilakukan setelah pemberian 3 siklus ( sebelum pemberian kemoterapi IV). Jika pada penelian tumor hilang (komplit respons) mengecil sebagian (respons partial) atau tumor menetap tapi respons subyektif baik maka kemoterapi dapat diterudskan samapi 4 – 6 siklus. Tetapi jika pada evaluasi terjadi perburukan misalnya tumor membesar atau tumbuh tumor yang baru, kemoterapi harus dihentikan dan diganti dengan jenis obat anti-kanker yang lain. 4. Targeted.therapy Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan pembedahan, radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat golongan baru dengan mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah targeted therapy. Obat golongan ini diberikan 1x perhari dengan cara diminum. Sampai saat ini anjuran penggunaan targeted therapy untuk kanker paru adalah sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali pada kasus kasus pilihan terapi utama tidak dapat dilakukan. CATATAN PENTING • Pengobatan kanker paru bukan hanya tergantung pada jenis dan staging tetapi pada kondoisi umum pasien. Dapat terjadi semua memenuhi syarat kecuali kondosi umum maka dokter tidak
  • 11. akan memberikan pilihan terapi apapun lagi. • Pengobatan lain yang diberikan adalah obat obat penghilang gejala taua simptomatis, obat obatn itu sebaiknya dengan resep dokter spesilais yang merawat karena menerlukan perubahan sesuai kondosi pasien. • Selama pengobatan standar pasien sangat dianjurkan memakan dengan komposisi seimbang karena tidak ada larangan khusus untuk itu kecuali karena penyakit lain. Mengkonsumsi vitamin, banyak sayuran dan buahan dalah baik sekali. 2.5 TAHAP PENCEGAHAN KANKER PARU Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah penyakit kanker paru-paru di kenal tiga tahap pencegahan, yaitu sebagai berikut: 1) Pencegahan primer (Health promotion dan spesific protection) Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit Adapun kiat-kiat yang dilakukan untuk pencegahan primer pada kanker paru-paru diantaranya adalah menghentikan kebiasaan merokok yang sudah berlangsung dan mencegah bukan perokok menjadi perokok. Pencegahan atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan dan regulasi tentang rokok. Pencegahan lainnya adalah menghindari pajanan dari bahan-bahan lain yang bersifat karsinogenik. Efek yang diharapkan dari pencegahan primer adalah mengurangi insidensi penyakit kanker paru-paru. 2) Pencegahan sekunder (Early diagnosis,prompt treatment,dan disability limitation) Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu sudah mulai sakit. Adapun kiat-kiat yang dilakukan untuk pencegahan sekunder pada kanker paru-paru diantaranya adalah mengadakan deteksi dini, kemoterapi pencegahan (chemoprevention) dan mironutrisi. Kanker paru dini secara praktis adalah kanker paru dengan ukuran 1-2 cm, masih termasuk stadium satu dan pada kasus tersebut pembedahan masih dapat dilaksanakan. Hasil yang diharapkan dari pencegahan sekunder adalah penurunan prevalensi kanker paru. 3) Pencegahan tersier (Rehabilitation) Pada proses ini diusahakan agar cact yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,mental, dan sosial. Usaha-usaha yang dilakukan pada tahap tersier (rehabilitation) adalah sebagai berikut : • Pada masa penyembuhan dan pengobatan si penderita diberi kekutan rohani sesuai dengan kepercayaan si penderita • Dukungan keluarga atau seseorang yang disayangi terhadap penderita • Sering mengajak penderita berkomunikasi atau berbagi cerita ketika penderita sudah boleh diajak bicara • Kunjungan sanak saudara atas kepedulian si penderita BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus Ny. S berusia 45 tahun, mengalami batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas. Dokter memutuskan untuk melakukan endoskopi dan pemeriksaan sitologi. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke seluruh lapang paru. Pada akhir tindakan, dokter memutuskan bahwa Ny. S harus segera dilakukan tindakan kemoterapi yang di delegasikan kepada perawat yang telah ahli.
  • 12. Dalam memasukkan obat-obat kemoterapi, perawat harus menggunakan standar precaution untuk perlindungan dari radiasi obat kemoterapi. 3.1 Pengkajian I. Identitas 1. Nama : Ny. S 2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Umur : 45 tahun 4. Status perkawinan : Menikah 5. Pendidikan : SMP 6. Suku/Bangsa : Indonesia 7. Alamat : Jl. Pramuka No. 08 Tuban 8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga 9. Sumber informasi : Klien dan Keluarga II. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Batuk berdahak III. Riwayat Keperawatan • Riwayat Penyakit Dahulu Klien pernah mengalami demam, flu, dan batuk –batuk ringan. Bila demam, flu atau batuk-batuk biasa beli obat di apotik. 2 tahun lalu klien mengalami batuk berdahak dan nyeri dada. Kemudian klien pergi ke RS dan dokter mengatakan klien menderita bronkitis akut. Setelah obat jalan selama 2 bulan, klien di nyatakan sembuh. • Riwayat Penyakit Sekarang – P : Pajanan asap rokok dan faktor genetik – Q : Rasa nyeri mulai timbul 9 bulan yang lalu, nyerinya semakin ditusuk-tusuk terasa 3 bulan yang lalu disertai batuk-batuk berdahak. Sesak 2 minggu yang lalu kemudian batuk berdahak disertai darah sejak 1 minggu yang lalu – R : Batuk berdarah dirasa semakin berat 1 hari SMRS – S : Pola aktifitas sehari-hari klien terganggu karena nyeri yang datang mendadak mengakibatkan klien harus banyak beristirahat terutama setelah adanya batuk darah – T : Sesak dan nyeri semakin meningkat di sertai batuk-batuk terutama saat klien tidur terlentang • Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan bahwa dulu ketika klien masih kecil ayah klien pernah menjalani operasi karena tumor paru kanan. Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit batuk-batuk selama satu tahun terakhir. Suami klien adalah seorang perokok yang sehari menghabiskan 15 batang rokok. IV. Observasi dan Pemeriksaan Fisik • Keadaan Umum : – Wajah tampak pucat – Malaise – BB menurun • TTV : – S : 380C – N : 110x/menit – TD : 150/90 mmHg – RR : 24 x/menit
  • 13. • Body System a. Pernapasan (B1) • Inspeksi : Pernafasan cepat, klien sesak nafas, menggunakan otot bantu nafas. Ada cyanosis pada bibir dan dasar kuku, warna kulit agak pucat. • Palpasi : Taktil fremitus menurun. • Perkusi : Hyperresonan pada area paru. • Auskultasi : Ditemukan bunyi stridor lokal dan wheezing. b. Cardiovaskuler (B2) • Inspeksi : Adanya obstruksi vena kava. Adanya clubbing finger. • Palpasi : Teraba ictus cordis pada ics 5 mid sternal kiri. Capillary Refill Time lebih dari 3 detik. Ada palpitasi. Peningkatan denyut jantung. • Perkusi : Pekak pada area jantung. • Auskultasi : Ada gesekan perikardial. c. Persyarafan (B3) – Kesadaran menurun, wajah simetris. – Bentuk mata simetris, pupil ukuran 2 mm isokor, reflek pupil dan reflek kornea normal. – Persepsi sensori o Tidak ada gangguan pendengaran o Fungsi penciuman normal o Fungsi pengecapan normal, dapat membedakan rasa manis, asin, pahit o Fungsi penglihatan baik o Tidak ada gangguan fungsi perabaan, bisa membedakan panas dan dingin d. Perkemihan (B4) Peningkatan frekuensi/jumlah urine. e. Pencernaan (B5) – Klien mual, nyeri lambung dan menyebabkan klien tidak nafsu makan. Peristaltik meningkat menyebabkan klien sering BAB, diare yang hilang timbul, adanya gangguan menelan akibat invasi sel kanker ke kerongkongan. – Abdomen simetris bilateral, datar dan warna sama dengan kulit sekitarnya, adanya nyeri tekan. f. Tulang-Otot-Integumen (B6) • Karena pengguanaan otot bantu nafas yang lama klien terlihat kelelahan, didapatkan intoleransi aktifitas dan gangguan pemenuhan ADL. • Kulit : Warna kulit sawo matang, pucat, tidak ada bekas perlukaan, peradangan maupun edema. V. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meski dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai. Bronkoskopi Adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di daerah sentral paru. Pelaksanaan bronkoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkoskopi serat optik. Tindakan memungkinkan visualisasi (besarnya karsinoma bronkogenik
  • 14. dapat diketahui). Pemeriksaan Sitologi Pemeriksaan sitologi sputum dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. Biopsy Jarum Pengambilan sampel jaringan/cairan dengan cara di sedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa/lokasi yang diinginkan. Biopsy Jarum dengan bantuan Endoskopi Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pencernaan, pernapasan dan kandungan. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI MASALAH Ds : - Klien mengeluh batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas Do : TTV : S : 380C N : 110x/menit TD : 150/90 mmHg RR : 24 x/menit Dari hasil pemeriksaan endoskopi dan sitologi didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke seluruh lapang paru Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari asap rokok Perubahan epitel termasuk metaplasia, hiperplasia dan displasia sel-sel ganas Kanker paru Massa tumor dalam bronkus Bronkospasme Penurunan ekspansi paru Kerja napas meningkat
  • 15. Dyspnea Kerusakan pertukaran gas Kerusakan pertukaran gas 3.2 Diagnosa Keperawatan Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus. 3.3 Intervensi & Implementasi Keperawatan Diagnosa Intervensi Rasional Implementasi Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus Tujuan : - Pertukaran gas kembali efektif dalam waktu 1x24 jam Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal - Menunjukkan ventilasi yang adekuat - Oksigenasi adekuat - Perbaikan distress pernapasan - Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas melalui mulut. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels. - Observasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah). - Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan. - Kaji tingkat kesadaran. - Kaji toleransi aktivitas. - Kolaborasi: • Berikan oksigen dengan metode yang tepat - Takipnea dan dispnea menyertai obstruksi paru. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi napas. - Menunjukkan hipoksemia sistemis. - Meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat mudah bernapas dan meningkatkan kenyamanan klien. - Hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah disertai penurunan kesadaran. - Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat, takikardi, dan disritmia. - Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas. Rabu, 26 Oktober 2011 - Mencatat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas melalui mulut. Mengauskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels. - Mengobservasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah). - Meninggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan. - Mengkaji tingkat kesadaran. - Mengkaji toleransi aktivitas. - Memberikan oksigen dengan metode yang tepat. 3.4 Evaluasi Keperawatan Diagnosa Tanggal SOAP
  • 16. Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus 27 Oktober 2011 Jam 10.00 S : – Klien mengatakan masih batuk disertai nyeri – Klien mengatakan tidak bisa tidur semalaman karena sesak O : – Klien tampak meringis dan gelisah – Klien terlihat memegang dada saat batuk – Frekuensi pernafasan 22x/menit A : Masalah belum teratasi P : Lanjutksan intervensi BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995) atau Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi 2000). B. Etiologi Seperti kanker yang lain penyebab pasti dari pada kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Lombard dan doering (1928) telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat ankan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasifpun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru 2 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru : 1. Merokok Tidak diragukan lagi merokok merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistic yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (>20 batang sehari) dari kanker paru. Perokok seperti ini
  • 17. mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaanya akan kembali kepola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsiogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan dapat menimbulkan tumor. Selain itu diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh tersebut. Zat-zat yang bersifat karsinogen (C), cocarsinogenik (CC), tumor promoter (TP), mutagen (M), yang telah dibuktikan terdapat dalam rokok dapat dilihat pada table : Substance Effect Model Particulate phase a. Neutral fraction  Benzo (a) pyrene  Dibenz (a) anthracene b. Basic fraction  Nicotine  Nitrosamine c. Acidic fraction  Cathecol  Unidentified d. Residu  Nickel  Cadmium  210po  Gaseous phase  Hydrazine  Vinyl chloride C C C C CC + TP TP C C C C C + M C M Rodents Rodents Mice Ames 2. Kanker paru akibat kerja (paparan zat karsinogen) Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbon nikel (pelebur nikel) ,arsenic , asbestos (sering menimbulkan mesotelioma), radiasi ion pada pekerja tambang uranium
  • 18. 3. Polusi udara Mereka yang tinggal dikota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa. Karena telah diketahui adanya karsinogen dari industry dan uap diesel dalam atmosfer di kota. 4. Diet Redahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. C. Klasifikasi Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru-paru (1977) : a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau dysplasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus dan menonjol kedalam bronki besar, cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. b. Karsinoma sel kecil. Biasanya terletak ditengah sekitar percabangan utama bronki. Tumor ini timbul dari sel-sel khulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediatinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal. c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar). Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan timbul pada bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru-paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini. d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel –sel ini cenderung akan timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat-tempat yang jauh. D. Manifestasi klinis
  • 19. Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :  Lokal (tumor tumbuh setempat) - Batuk baru/lebih hebat pada batuk kronis. Batuk kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. - Hemoptisis. Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi. - Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas - Kadang terdapat kavitas seperti abses paru - Atelektasis  Infasi lokal - Nyeri dada - Dispnea karena efusi pleura - Invasi kepericardium - Sindrom vena cava superior - Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent - Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis serfikalis  Gejala penyakit metastasis - Pada otak, tulang, hati, adrenal - Limfadenopati servikal dan supraklafikula (sering menyertai metastasis)  Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala : - Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia dan demam - Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi - Hipertrofi osteoartropati - Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer - Neuromiopati - Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia) - Dermatologic : eritema multiform, hyperkeratosis - Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
  • 20. E. Patofisiologi Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan dysplasia. Bila lesi perifernya disebabkan oleh metaplasia,hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura, biasanya timbul efusi pleura, dan biasa diikuti infasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan suprasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esophagus, pericardium, otak dan tulang rangka. F. Pemeriksaan diagnostic Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intra torakal tersebut sebagai tumor jinak atau ganas. Kemudian tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Radiologi a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan likasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai dobling timenya. Doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time > 18 bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya klasifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor.
  • 21. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium a. Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari : - Letak tumor terhadap bronkus - Jenis tumor - Teknik mengeluarkan sputum - Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-turut. - Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar) Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru. 3. Hispatologi. Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui : a. Bronkoskopi. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer. b. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran > 2cm snsitivitasnya mencapai 90-95%. c. Torakoskopi. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi dari pada cara membuta (blind). d. Mediastinoskopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. e. Torakotomi. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4. Pencitraan
  • 22. a. Ct-scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura b. MRI untuk menunjukkan keadaan mediastinum. G. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker yaitu : 1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. 2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup. 3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi serta obat-obatan. Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan : 1. Pembedahan. Tujuannya untuk mengangkat semua jaringan yang sakit dan mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. Adapun jenis tindakannya yaitu : - Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru/thoraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. - Pneumoktomi (pengankatan paru) - Lobektomi (pengangkatan lobus) 2. Radioterapi. Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bias juga sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplikasi yang bertujuan untuk mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus. 3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan target pencapaian pengobatan antara lain : - Resistensi terhadap sitostatika - Penurunan dosis sitostatika dimana penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%. - Penurunan intensitas obat dimana jumlah obat yang diterima selama kurun waktu tertentu kurang.
  • 23. Untuk mengatasi hal tersebut dosis obat harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal penmberian. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU A. Pengkajian Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti merupakan kunci terhadap diagnosis yang tepat. Untuk itu beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru yaitu : faktor umur, kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat karsinogen, dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru. 1. Pengkajian preoperasi  Aktivitas/istirahat . Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispneu karena aktifitas dan lesu.  Sirkulasi Gejala : obstruksi vena kava, bunyi jantung (gesekan pericardial) menunjukkan efusi, takikardia/distritmia.  Integritas ego Gejala : rasa takut terhadap proses pembedahan, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, dan pertanyaan yang diulang-ulang.  Eliminasi Gejala : diare yang hilang timbul, peningkatan frekwensi jumalh urine (ketidak seimbangan hormonal)  Makanan atau cairan Gejala : penurunan berat badan, anoreksia,  Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri dada  Pernapasan
  • 24. Gejala : batuk ringan atau perubahan pola batuk, produksi sputum, dispneu, mengi pada inspirasi atau ekspirasi dan hemoptisis. 2. Pengkajian pascaoperasi  Aktifitas atau istirahat Gejala : perubahan aktifitas, dan frekwensi tidur berkurang  Sirkulasi Tanda : denyut nadi cepat dan tekanan darah meningkat  Eliminasi Gejala : menurunnya frekwensi eliminasi BAB. Tandanya kateter urinarius terpasang atau tidak, karakyeristik urine, bising usus  Makana dan cairan Gejala : mual atau muntah  Neurosensori Gejala : gangguan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi.  Nyeri dan ketidaknyaman  B. Diagnosa keperawatan  Preoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru, meningkatnya tahanan jalan napas 3) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati 4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi  Pascaoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret, keterbatasan gerakan dada, kelemahan 3) Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah 4) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian C. Intervensi keperawatan  Preoperasi
  • 25. DX 1 Kriteria hasil : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normaldan bebas gejala distress pernapasan. - Klien berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi : - Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan kompensasi adanya tahan jalan napas - Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas dapat menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mucus atau edema serta tumor. - Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. - Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan sediaan oksigen sesuai kebutuhan tubuh. Dx.2 Kriteria hasil : - Hilangnya dispneu - Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih - Mengeluarkan secret tanpa kesulitan - Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan napas Intervensi : - Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas. - Obserfasi penurunan ekspansi dinding dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan secret pada lobus. - Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik sputum. Rasionalnya karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau purulen.
  • 26. - Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu napas sesuai kebutuhan. Rasionalnya menudahkan memelihara jalan napas atas paten. - Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi untuk efek samping merugikan dari obat (takikardi, hipertensi, insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan untuk menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret, memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret. DX. 3 Kriteria Hasil : - Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya - Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun - Menunjukkan pemecahan masalah Intervensi - Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas. - Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasionalnya menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energy. - Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan merasa terkontrol. - Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada. Rasionalnya membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien. - Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasionalnya merupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan Dx. 4 Kriteria hasil : - Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi - Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas - Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic. Intervensi :
  • 27. - Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan informasi yang jelas dan ringkas pada klien. Rasionalnya untuk meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas baru. - Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan. - Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien. Rasionalnya pasien dengan pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan. - Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk meningkatkan stamina dan menjegak kebutuhan oksigen yang berlebihan.  Pasca operasi Dx. 1 Kriteria hasil : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat degan gda dlam rentang normal - Bebas gejala distress pernapasan Intervensi : - Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Obserfasi penggunaan otot bantu napas dan perubahan kulit. Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai akibat mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. - Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal. Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada. - Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, pengisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan. Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang dapat mengganggu pertukaran gas.
  • 28. - Ubah posisi sesering mungkin, letakkan pasien pada posisi duduk juga terlentang sampai posisi miring. Rasionalnya : memaksimalken ekspansi paru dan drainase secret. - Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat. Rasionalnya meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta mencegah atelektasis. Dx. 2 Kriteria hasil : - Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah dikeluarkan, bunyi napas jelas dan pernapasan tidak bising. Intervensi : - Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya secret. Rasionalnya pernapasan bising, rinki dan mengi menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas. - Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk dan menekan daerah insisi. Rasionalnya posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan pembuangan secret. - Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan. - Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik sesuai indikasi. Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas secret. Dx. 3 Kriteria hasil : - Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol - Tampak rileks dan istirahat dengan baik - Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan Intervensi : - Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala 0-10). Rasionalnya membantu evaluasi gejala nyeri karana kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
  • 29. tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan analgesic dan meningkatkan control nyeri. - Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan intervensi. - Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. - Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri. Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan meningkatkan ambang presepsi nyeri - Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi. Dx.4 Kriteria hasil : - Mengakui dan mendiskusikan masalah - Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan tampak rileks Intervensi : - Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang penyakit klien. Rasionalnya pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan pola hidup - Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan - Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur. Rasionalnya menurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap informasi. - Libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanana perawatan. Rasionalnya dapat membantu memperbaiki perasaan/kemandirian pasien yang merasa tak berdaya.
  • 30. Pencegahan  Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat mengurangi resiko terkena kanker paru.  Pencegahan dengan chemoprevention yakni dengan memakai drivat asam retinoid, carotenoid, vitamin C, selenium dll. Jika seseorang beresiko terkena kanker paru maka penggunaan betakaroten, retinol, isotritenoin dapat meningkatkan resiko kanker paru pada perokok. DAFTAR PUSTAKA  Kapita selekta kedokteran / editor, Mansjoer arif,Ed. 3, cet.1. Jakarta :Media Aesculapius, 2000  Marilyn E. doenges. Mary frances Moorhouse. Alice C. Geissler. RencanaAsuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Penerbit buku kedokteran. EGC.  Aru w.sudoyo dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta : internal publishing. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK. 1. Radiologi. a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium. a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
  • 31. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3. Histopatologi. a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui). b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %. c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. d. Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. e. Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4. Pencitraan. a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.