Tiga faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah adalah kurikulum nasional yang berat, tuntutan orang tua yang berlebihan, dan ujian nasional yang menekan siswa. Solusi yang dianjurkan adalah memodifikasi kurikulum dan UN, mengurangi tekanan orang tua, serta menciptakan proses belajar yang ramah bagi siswa.
2. SIAPA ITU ANAK
ANAK adalah seseorang yang berusia di bawah 18
(delapan belas tahun) termasuk yang masih
dalam kandungan (CRC dan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak)
HAK ANAK ; adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara.
3. Defenisi
Kekerasan terhadap Anak
Segala bentuk perbuatan atau tindakan
terhadap anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik,seksual, psikis/mental/emosi, dan
penelantaran termasuk pemaksaan dan
merendahkan martabat
4. DASAR HUKUM LINGKUNGAN
SEKOLAH ZONA BEBAS
KEKERASAN 2002
Pasal 54 UU No. 23 Tahun
Tentang Perlindungan Anak Menegaskan :
dalam dan di lingkungan sekolah wajib
dilindungi dari tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh guru, pengelola sekolah
atau teman-temannya di dalam sekolah
yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya”
5. Pelaku K EKERASAN
PSIKIS
• Pelaku utama ada tiga : GURU, ORANG
TUA dan NEGARA.
• GURU; sebagai konsewensi
penanggungjawab utama kelancaran
kurikulum-nasional
• ORANG TUA; merasa memiliki sehingga
berhak menentukan nasib si anak sesuai
selera mereka sendiri
• NEGARA; sangat yakin kebijakan yang
diambil merupakan jalan strategis
meningkatkan kualitas pendidikan nasional
6. Kekerasan psikis
di sekolah
• Sumber utama: kurikulum nasional
• Tuntutan kurikulum relatif tinggi
• Siswa harus tahu semua hal yang termuat di
kurikulum
• KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan)
belum memberikan “kebebasan” sekolah
• Tidak ada spesifikasi ketrampilan/keahlian siswa
• Kurikulum nasional lebih tepat disebut kurikulum
nasi rames
• Menerima ilmu berlimpah tapi hanya sedikit yang
dikuasai.
7. BENTUK LAIN KEKERASAN di SEKOLAH
“BULLYING”
Bullying SERINGKALI TERJADI DALAM 3
BENTUK :,
1. Fisik (memukul .menampar, memalak, atau
meminta paksa yang bukan miliknya,
pengeroyokan, menjadi eksekutor perintah
senior);
2. Verbal (memaki, mengejek, menggosip,
membodohkan dan mengkerdilkan);
3. Psikologis (mengintimidasi, mengecilkan,
mengabaikan, mendiskrimininasikan).
8. DAMPAK BULLYING
Bullying berdampak menurunkan tes kecerdasan dan
kemampuan analisis siswa yang menjadi korban,
bahkan sampai berusaha bunuh diri.
Bullying juga berhubungan dengan
meningkatnya tingkat depresi, agresi,
penurunan nilai nilai akademik, dan tindakan
bunuh diri.
Pelaku Bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku
kriminal dibanding yang tidak melakukan Bullying.
Tindakan ini juga masih menjadi masalah tersebunyi
yang tidak disadari oleh para pendidik dan orang tua
murid
9. FAKTOR PENYEBAB
•
•
•
•
•
•
•
•
Prilaku Feodal (Pemaknaan Senior/yunior);
Puberitas pada masa Remaja (Pencarian jati
diri)
Krisis identitas
Kekerasan dalam rumah tangga dan di
sekolah
Pengawasan Prilaku Anak yang kurang dari
orangtua dan sekolah;
Imitasi dari tontonan media yang
mengandung unsur kekerasan,
seksualitas/pornografi;
Fanatisme yang berlebihan;
Pendisiplinan dengan kekerasan (rumah dan
sekolah);
10. MENCEGAH BULLYING
LINGKUNGAN SEKOLAH
•
•
•
•
•
•
•
Mengawasi perilaku siswa selama di
sekolah:
Civitas sekolah harus bersikap proaktif;
Mengaktifkan guru BP atau menyediakan
konselor yang memberi bimbingan;
Guru harus bersikap sebagai pendengar
yang baik bagi murid;
Mengenali temperamen dan karakter
masing-masing siswa;
Mengadakan evaluasi kondisi sekolah
setiap kurun waktu tertentu;
Menciptakan kebersamaan sosial diantara
civitas sekolah
11. •Guru menjadi social support
•Menyediakan pelatihan guru tentang
cara mengintervensi bullying
•Mempunyai mekanisme/SOP
penyelesaian masalah kasus bullying.
•Menyelenggarakan seminar/konferensi
komunitas (ortu, guru dan Siswa), untuk
menyusun finalti non fisik atau saksi
memutus hak siswa sementara.
12. MENCEGAH BULLYING
LINGKUNGAN RUMAH
• Berikan sanksi mendidik jika anak
melakukan kesalahan;
• Ajarkan empati sosial sejak dini;
• Adanya teguran halus pada anak jika
melakukan kekerasan;
• Jadilah orang tua tempat curhat yang
menyenangkan;
• Ikut mendampingi anak, ketika menonton
tayangan televisi;
• Orang tua harus menjadi contoh tauladan
bagi anak;
13. •
•
•
•
•
Buatlah aktivitas menyenangkan saat
dirumah;
Ajari anak mempertahankan dan
melindungi diri;
Cepat tanggap ketika anak terlibat
kekerasan;
Melaporkan pada instansi terkait ketika
anak menjadi korban bullying;
Mengedepankan penyelesaian
kekeluargaan jika terjadi bullying.
14. Kekerasan Psikis oleh Guru
• Dilakukan selama proses belajar mengajar dan
sering merembet sampai anak pulang ke rumah.
• Bentuk kekerasan psikis, seperti memberi
PR/tugas sampai puluhan/ratusan soal, satu hari
bisa beberapa kali ulangan harian, ulangan harian
mendadak, siswa dituntut HARUS BISA DAN
MAMPU MENGUASAI SEMUA mata pelajaran
yang diajarkan guru
• Siswa ibarat tong sampah yang dijejali berbagai
macam jenis mata pelajaran
• Anak jadi malas dan bosan belajar di sekolah
• Belajar bukan lagi kewajiban yang menyenangkan
15. Kekerasan psikis
oleh Orang tua
• Orang tua; menuntut BERLEBIHAN anak
mereka. Biar menjadi anak yang berguna
bagi nusa, bangsa dan agama
• Anak diberi tambahan les/kursus yang sering
kali tidak sesuai dengan minat dan bakat
• Kursus kadang sudah diberikan sejak anak
masih balita
• Sosialisasi dan kesempatan anak bermain
dengan teman sebaya berkurang
• Anak seperti robot yang harus mematuhi
perintah dan permintaan orang tua
16. KEKERASAN
Psikis oleh Negara
• Ujian nasional (UN) contoh nyata teror psikis
negara terhadap anak didik
• Keberhasilan siswa hanya ditentukan 120
menit
• Keberhasilan siswa tidak lagi ditentukan
proses berkepanjangan dan berjenjang.
Mengingangkari makna pendidikan sendiri
• Proses belajar jadi hafalan, kemampuan kritis
siswa berkurang
• Sekolah menjadi sekadar tempat bimbingan
belajar (Bimbel)
17. Akibatnya kekerasan di
lingkungan sekolah tidak
Sebab Kontrol orangtua dalam lingkungan keluarga
terkendali
sangat kurang atau longgar.
Kontrol terhadap pola pendidikan kian lenyap, bahkan
pendidikan semakin tidak memperhatikan perkembangan
peserta didik. Ini disebabkan oleh beratnya beban
kurikulum.
Masyarakat maupun elite seringkali mempertontonkan
intoleransi sosial. Inilah cermin atau daur ulang
kekerasan yang dilakukan pelajar.
Komersialisasi dunia pendidikan yang semakin
menggerus wibawa para pendidikan di mata siswa.
18. Lemahnya pengasuhan dan ketahan keluarga (perhatian
dan kasih sayang orangtua, akibat dari disfungsi
keluarga/broken home/perceraian)
Tersumbatnya ruang ekspressi anak akibat dari beban
berat mata pelajaran.
Tertutupnya ruang partisipasi anak, sebagai hak anak
untuk didengar pendapatnya menyangkut tentang dirinya,
Pemerintah, terutama Pemerintah Daerah semakin tidak
peduli pada perkembangan anak maupun perkembangan
pendidikan. Seringkali issu atau masalah pendidikan
digunakan sebagai alat pencitraan politik dan elite
penguasa.
19. SOLUSI yang perlu dilakukan
lingkungan SEKOLAH
•
•
•
•
•
•
•
•
Kurikulum-nasional perlu dimodifikasi
Perlu ada kurikulum wajib dan pilihan.
Kurikulum wajib berlaku semua untuk siswa
Kurikulum pilihan sesuai minat dan bakat yang
dimiliki siswa
Jumlah jam pelajaran sama namun beban
pelajaran berkurang
Belajar lebih fokus karena sesuai minat dan
bakat siswa
Beban siswa berkurang
Tidak ada mata pelajaran dianakemaskan dan
terpinggirkan.
20. Proses Pendidikan dan proses belajar mengajar tidak
ramah pada anak (Pendidikan hanya berorientasi pada
aspek kognitif)
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan dan
tidak mendukung (minimnya fasilitas ruang belajar,
jumlah murid dalam kelas terlalu banyak dan padat.)
Lingkungan yang anarkistis dan intolerasi social dan
budaya kekerasa (premanisme elite dan jalanan,
tayangan televisi, game online)
Provokasi senior dan doktrin terhadap Junior untuk
menjaga martabat sekolah serta untuk melakukan
tawuran
21. Solusi yang perlu dilakukan
Guru
• Merubah paradigma guru
• Ada dua paradigma guru yakni paradigma juknis/juklak
(petunjuk teknis/pelaksanaan) dan paradigma mencari
hidup
• Paradigma juknis, mengajar sesuai tuntutan kurikulum
• Paradigma mencari hidup, mengajar supaya mendapat
upah untuk kehidupan keluarganya
• Ikut kedua paradigma TIDAK SALAH
• Tapi guru punya potensi untuk mengembangkan potensi
anak didik sesuai bakat dan minat mereka
• mengajar dengan kasih sayang, jangan berlebihan
menuntut kemampuan siswa.
• Guru tidak perlu gampang marah, kalau tidak bisa
bimbing mereka dengan kasih sayang bukan bentakan.
22. Solusi yang perlu dilakukan
oleh Orang tua
• Keberhasilan seorang anak tidak harus
diukur dengan kemampuan perolehan nilai
rapor
• Anak punya minat dan bakat berbeda satu
sama lain
• anak jangan terlalu dituntut pandai namun
belajar sesuai kemampuan maksimal mereka
• Anak perlu diajak dialog untuk mengetahui
kemauan dan kemampuan mereka
• Anak diberi kesempatan mengembangkan
potensi dan cita-cita mereka
23. Solusi yang perlu
dilakukan Negara
• UN perlu dimodifikasi demi rasa keadilan
anak didik sekolah
• Angka kelulusan disesuaikan standar
kategori tempat anak belajar di sekolah
• Misal standar kelulusan sekolah potensial
rata-rata 5,50 maka yang lain HARUS LEBIH
TINGGI, misal SSN rata-rata 6,50 dan RSBI
bisa 7,50
• Pemerintah tidak adil, sekolah semakin maju
dan berkembang lebih diperhatikan
• Nilai UN bukan penentu tunggal keberhasilan
anak sekolah
24. Akhir Kata
• Anak ke sekolah harus senang dan
gembira.
• Sekolah sebagai tempat berkumpulnya
calon pemimpin bangsa.
• Sekolah bukan tempat menakutkan.
• Fungsi sekolah harus dikembalikan ke
“habitatnya”
• Sekolah, orang tua dan penentu kebijakan
negara harus saling berintegrasi demi
kehidupan lebih baik anak-anak di masa
depan.
25. •
•
•
•
•
Buatlah aktivitas menyenangkan saat
dirumah;
Ajari anak mempertahankan dan
melindungi diri;
Cepat tanggap ketika anak terlibat
kekerasan;
Melaporkan pada instansi terkait
ketika anak menjadi korban bullying;
Mengedepankan penyelesaian
kekeluargaan jika terjadi bullying.