Demam malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Gejalanya berupa demam berulang yang diikuti oleh masa bebas demam. Diagnosanya didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis darah untuk mendeteksi parasit. Pengobatannya meliputi kombinasi antimalaria seperti artesunat-amodiaquine. Vaksin malaria masih dalam tahap pengembangan.
2. Pendahuluan
• Penyakit malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan
protozoa
• melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp.
• dengan
gambaran
penyakit
berupa
demam, anemia, pembesaran limpa
• Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
3. • Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun
1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam
darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880.
• Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan
Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang
pertama kali memberi nama dua parasit
penyebab malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
• Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama
William H. Welch memberi nama parasit
penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium
falciparum.
• pada 1922 John William Watson Stephens
menguraikan
nama
parasit
malaria
keempat, yaitu Plasmodium ovale.
4. Penyebab
Disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan
protozoa. Plasmodium yang dapat
menginfeksi manusia ada empat jenis :
1. Plasmodium vivax
2. Plasmodium malariae
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium falciparum
5. 1. Plasmodium vivax
• memberikan intensitas serangan dalam
bentuk demam setiap 3 hari sekali sehingga
sering dikenal dengan istilah malaria tertian
(malaria benigna).
• Masa inkubasi malaria 12-17 hari.
6. 2. Plasmodium malariae
• Plasmodium malariae adalah penyebab
malaria malariae atau malaria kuartana
karena serangan demam berulang pada tiap
hari keempat. Penyakit malaria kurtana
meluas meliputi daerah tropik maupun
daerah subtropik.
• Masa inkubasi malaria 18 hari dan kadangkadang sampai 30-40 hari.
7. 3. Plasmodium ovale
• Plasmodium ovale mempunyai waktu
demam yang lebih pendek dan biasanya
bisa sembuh spontan.
• Masa inkubasi malarianya sama seperti
Plasmodium vivax, yaitu 12-17 hari.
8. 4. Plasmodium falciparum
• Parasit ini ditemukan di daerah tropik
terutama di Afrika dan Asia Tenggara
sehingga disebut dengan penyebab malaria
tropika (malaria maligna).
• Spesies ini merupakan paling berbahaya
karena penyakit yang ditimbulkannya dapat
menjadi berat
• Masa inkubasi malaria 7-14 hari.
12. • Malaria merupakan penyakit endemis atau
hiperendemis di daerah tropis maupun subtropis
dan menyerang negara dengan penduduk padat.
• Hanya pada daerah dimana orang-orang
mempunyai gametosit dalam darahnya dapat
menjadikan nyamuk anopeles terinfeksi.
• Distribusi geografis dari daerah rendah kurang
lebih 400m di bawah permukaan laut sampai
2600m diatas permukaan laut.
13. • Di Indonesia, malaria tersebar di seluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbedabeda dan dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter di atas
permukaan laut.
• Di lndonesia kawasan Timur mulai dari
kalimantan, sulawesi tengah sampai
utara, maluku, nusa tenggara timor serta timor
leste merupakan daerah endemi malaria dan
paling banyak di jumpai plasmodium
falciparum dan plasmodium vivax
15. • Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai
berikut :
• Hidup di daerah tropic dan sub
tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
• Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan
subuh hari
• Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar
rumah, dan senang mengigit manusia
(menghisap darah)
• Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
• Pada saat menggigit bagian belakangnya
mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
• Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
• Lebih senang hidup di daerah rawa
22.
Masa inkubasi adalah
rentang waktu sejak
sporozoit masuk sampai
timbulnya gejala klinis
yang ditandai dengan
demam. Masa inkubasi
bervariasi tergantung
spesies Plasmodium.
Masa prepaten adalah
rentang waktu sejak
sporozoit masuk sampai
parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan
pemeriksaan
mikroskopik.
Masa Inkubasi
Penyakit Malaria.
Plasmodium
Masa inkubasi
(hari)
P. falciparum
9 - 14 ( 12 )
P.Vivax
12 - 17 ( 15 )
P.ovale
16 - 18 ( 17 )
P. malariae
18 - 40 ( 28 )
22
24. Gejala klinis umum malaria
• Manifestasi klinik malaria tergantung pada
– imunitas penderita,
– tingginya transmisi infeksi malaria,
– Berat ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis
plasmodium,
– daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap
pengobatan),
– umur ( usia lanjut dan bayi sering lebih berat),
– keadaan kesehatan dan nutrisi,
– kemo profilaksis dan pengobatan sebelumnya
25. • Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal
pada pasien terdiri atas beberapa serangan
demam dengan inteval tertentu
(paroksisme) yang diselingi oleh suatu
periode bebas demam.
• Meskipun disebut malaria
ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup berat
26. a)
b)
Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari.
Keluhan utama
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh
Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam dan
menggigil.
Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh
GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin
atau toksin lainnya.
Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya
pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia
tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah
– demam periodic,
– anemia dan
– splenomegali
27. c) Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal (keluhan penyerta
yang timbul bersama keluhan utama) dapat terjadi
sebelum terjadinya demam, berupa:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
malaise (rasa tidak enak),
lesu,
sakit kepala,
sakit tulang belakang,
nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia,
perut tidak enak,
diare ringan dan
kadang-kadang merasa dingin di punggung.
Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan
P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. Malariae
keluhan prodromal tidak jelas
28. Gejala malaria yang merupakan suatu paroksisme biasanya
terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu:
1.
Stadium dingin (cold stage).
Diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang
sangat dingin. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai
1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur suhu tubuh.
2.
Stadium demam (Hot stage).
Penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit
kering, sakit kepala dan sering kali munta suhu badan hdapat
meningkat hingga 41 derajat Celcius diikuti dengan keadaan
berkeringat. Stadium ini berlangsung 2 – 4 jam.
3.
Stadium berkeringat (sweating stage).
Stadium ini berlangsung 2 – 4 jam. Penderita berkeringat
sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang
sampai di bawah normal.
29. Diagnosa
• Pada pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan:
–
–
–
–
Demam (≥37,5 oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
• Pada penderita malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai
berikut:
– Demam (≥40 oC)
– Nadi cepat dan lemah.
– Tekanan darah sistolik kurang dari 70 mmHg pada orang dewasa dan
kurang 50 mmHg pada anak-anak.
– Frekuensi nafas lebih dari 35 kali permenit pada orang dewasa atau lebih
dari 40 kali permenit pada balita, dan lebih dari 50 kali permenit pada
anak dibawah 1 tahun.
– Penurunan kesadaran.
30. •
Pemerikasaan laboratorium
–
–
–
Pemeriksaan mikroskopik darah untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria.
Pemeriksaan darah tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan.
Adapun pemeriksaan darah dapat dilakukan melalui :
• Tetesan preparat darah tebal
Sedian darah tebal di gunakan untuk diagnosa penyakit dan untuk menentukan
beratnya penyakit. Jumlah parasit dapat ditentukan pada tetes tebal dengan menghitung
jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah
jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
• Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal
sulit ditentukan.
• Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).
• Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Metode-metode tes serologi antara lain indirect
haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA dan test radioimmunoassay.
• Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil
positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian danbelum untuk pemeriksaan rutin
31. Pengembangan Vaksin pada Demam
Malaria
Pengembangan vaksin malaria maju dengan
cepat bersaing dengan pengembangan
obat. Temuan baru dalam penelitian vaksin
hampir menciptakan celah yang lebih luas
dari kesuksesan karena variasi dan
keragaman antigen (epitop).
32. Dari ke empat spesies plasmodium, yang paling
banyak menimbulkan kematian adalah P
falciparum sehingga prioritas penemuan vaksin
ditujukan terhadap spesies ini. Sementara ini
telah diteliti empat kemungkinan pendekatan tata
kerja vaksin:
1. pada stadium pre erythrocyt (sel darah
merah),
2. pada tingkat blood stage.
3. pada transmission blocking.
4. kombinasi ketiganya atau multi stage vaccine.
33. 1. Pada stadium pre erythrocyt (sel darah
merah)
Vaksin yang bekerja pada stadium pre
erythrocyte di desain untuk mencegah
infeksi ke sel darah merah yakni
mencegah pelepasan merozoit dari hati.
Makanya vaksin tersebut sangat penting
peranannya bagi strategi penemuan multi
stage vaccine selanjutnya.
34. 2. Pada tingkat blood stage.
vaksin yang bekerja pada blood stage bekerja
membatasi multiplikasi parasit di dalam darah.
Sehingga mengurangi gejala klinis
penyakit, namun tidak dapat mencegah terjadinya
infeksi. Kemungkinan mekanisme kerjanya adalah
menginduksi antibodi terhadap protein
permukaan merozoite, protein dari sel darah
merah yang sudah terinfeksi atau menginduksi
toksin antimalaria
35. 3. pada transmission blocking
vaksin transmission-blocking vaccinee (TBVs)
bertujuan mencegah transmisi parasit dari
manusia ke nyamuk dan vaksin jenis ini
digabungkan dengan vaksin berbagai tingkat
yang lain (liver dan blood stage).
36. 4. Kombinasi ketiganya atau multi stage vaccine
vaksin ini di disain untuk berefek pada semua
tingkat pada siklus parasit malaria. Pertama diuji
coba pada manusia dengan tipe SPF66 suatu tipe
peptide vaksin. Pada awalnya SPF66 memberikan
hasil yang menjanjikan, namun dalam percobaan
skala besar penelitian fase III hasilnya negatif. Saat
ini formula baru vaksin ini sedang dikembangkan
serta vaksin multi stage berbasis DNA juga mulai
dikembangkan .
37. Vaksin malaria pertama yang diuji di
Kolombia, Venezuela, Gambia dan Thailand
adlah vaksin merozoit sintetik yang diberi
nama SPf 66. hasilnya sedang dalam tahap
evaluasi.
Akhir-akhir ini sedang dilakukan penelitian
untuk membuat suatu polivaksin yang
terdiri dari 4 stadium perkembangan
parasit malaria.
39. PENGOBATAN
1. Artesunat - Amodiaquine
Setiap kemasan Atesunate + Amodiakuin terdiri
dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin terdiri
dari 12 tablet @ 200 mg dan 153 mg
amodiakuin basa dan blister artesunat terdiri
dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi
diberikan per oral selama tiga hari dengan
dosis tunggal harian, sebagai berikut:
- Amodiakuin basa 10 mg/kg bb
- Artesunat
4 mg/kg bb.
40. 2. Dihydroartemisinin + Piperaquin
Fixed Dose Combination (FDC) 1 tablet
mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320
mg piperaquin. Obat ini diberikan per-oral selama
tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai
berikut:
- Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB
- Piperaquin dosis 16-32 mg/kgBB
3. Artemether + Lumefantrin
1 tablet mengandung 20 mg artemether ditambah
120 mg lumefantrine. Merupakan obat Fixed Dose
Combination. Obat ini diberikan peroral selama tiga
hari dengan cara 2 x 4 tablet per hari.
41. 4. Artesunat-Meflokuin (digunakan di daerah
Mekhong), Obat ini terdiri dari 50 mg artesunate
dan 250 mg basa Meflokuin.
5. Artesunat-Sulfadoxin Pirimetamin (SP), Obat
artesunat 50 mg, Sulfadoxin Pirimetamin (SP)
dengan dosis Sulfadoxin 25 mg/kgBB dan
Pirimetamin dosis 1,25 mg/BB.
6. Artemisinin-Naphtoquin (masih dalam
penelitian), obat ini mengandung 250 mg
artemisinin dan 100 mg Naphtoquin dengan cara
minum obat sekali minum sebanyak 4 tablet.
42. Di Indonesia saat ini terdapat 2 regimen
ACT yang digunakan oleh program malaria:
1. Artesunate – Amodiaquin
2. Dhydroartemisinin – Piperaquin
43. Pengobatan malaria tanpa
komplikasi
Malaria falciparum.
a. Pengobatan lini pertama
Saat ini Pada Program Malaria untuk
pengobatan lini pertama Malaria falsiparum
digunakan obat Artemisinin Combination
Therapy (ACT) yaitu:
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Atau
Dihydroartemisinin + Piperakuin + Primakuin
44. b. Pengobatan lini kedua
Bila pengobatan lini pertama tidak
efektif, gejala klinis tidak memburuk tapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten)
atau timbul kembali (rekrudesensi) maka
diberikan pengobatan lini kedua malaria
falsiparum.
Obat lini kedua adalah:
kombinasi Kina + Doksisiklin /Tetrasiklin +
Primakuin
45. Pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale.
a. Pengobatan lini pertama
Dapat menggunakan klorokuin maupun ACT. Daerah yang
telah mempunyai/tersedia ACT yang cukup dan telah ada
data resistensi klorokuin terhadap malaria vivaks dapat
menggunakan ACT. Dosis obat sama dengan dosis untuk
malaria falsiparum, hanya berbeda pada pemberian
primakuin. Primakuin diberikan selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg/kg BB bersama dengan klorokuin. Klorokuin
diberikan 1 kali sehari selama 3 hari dengan dosis 25 mg
basa/kg BB/hari.
Apabila pemberian obat tidak memungkinkan dengan
perhitungan berat badan, maka pemberian obat dapat
diberikan berdasarkan umur.
46. Pengobatan dinyatakan efektif bila sampai
dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, pasien
dinyatakan sembuh secara klinis sejak hari ke 4 dan
tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari
ke 7.
Pengobatan dinyatakan tidak efektif bila sampai
dengan hari ke 28 setelah pemberian obat terjadi:
– Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif
, atau
– Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali setelah
hari ke 14 (kemungkinan resisten)
– Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul
kembali antara hari 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan
resisten, relaps atau infeksi baru)
47. b. Pengobatan lini kedua untuk malaria
vivaks
Pengobatan lini kedua, kina + primakuin,
ditujukan untuk pengobatan malaria vivaks
yang resisten terhadap klorokuin. Kina
diberikan per oral, 3 kali sehari dengan dosis
10 mg/kg BB/hari selama 7 hari.
Primakuin diberikan selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg/kg BB/hari. Pemberian kina
pada anak usia dibawah 1 tahun harus
dihitung berdasarkan berat badan.
48. • c. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks yang
relaps (kambuh), sama dengan regimen
sebelumnya hanya dosis primakuin
ditingkatkan. Primakuin diberikan selama
14 hari dengan dosis 0,5 mg /kg BB/hari.
49. Pengobatan pada penderita yang
diduga (suspek) malaria
Di daerah yang sarana kesehatannya tidak
mempunyai sarana
diagnostikmalaria, penderita yang diduga
malaria dapat diobati sementara dengan
regimen klorokuin dan primakuin.
Pemberian klorokuin 1 kali sehari selama 3 hari
dengan dosis total 25 mg/kg BB. Primakuin
diberikan bersamaan dengan klorokuin pada
hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kg BB.
50. Pilihan utama antimalaria
a. Artesunat intravena atau intramuskuler
Artesunat parenteral direkomendasikan untuk
digunakan di rumah sakit atau puskesmas
perawatan.
Sedangkan Artemeter parenteral
direkomendasikan untuk digunakan di
lapangan atau puskesmas tanpa fasilitas
perawatan.
Artemeter parenteral tidak boleh diberikan
pada penderita yang sedang hamil trimester I.
51. b. Artemeter intramuskuler
Artemeter intramuskuler tersedia dalam ampul
berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak.
Berikan artermeter dalam loading dose 3,2 mg/kg
BB i.m. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kg
BB i.m. satu kali sehari sampai penderita mampu
minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan regimen artesunat +
amodiakuin + primakuin (lihat lini I pengobatan
malaria falsiparum)
52. Pilihan alternatif obat malaria berat
• Kina dihidroklorida parenteral.
Pada lokasi yang tidak mempunyai obat pilihan pertama
(derivate artemisinin parenteral), dan pada ibu hamil
trimester I, dapat diberikan kina per infuse.
Apabila tidak dimungkinkan pemberian kina per
infuse, maka dapat diberikan kina dihidroklorida 10
mg/kg BB intramuskuler dengan menyuntikkan ½ dosis
pada masing-masing paha depan (kiri dan
kanan), jangan diberikan pada bokong. Untuk
pemakaian i.m., kina diencerkan untuk mendapatkan
konsentrasi 60-100 mg/ml dengan 5-8 ml larutan NaCl
0,9% .
53. Obat Antimalaria
1. Klorokuin
Klorokuin adalah 4-aminokuinolin yang
digunakan untuk mengobati dan mencegah
malaria. Plasmodium falciparum yang
resistensi terhadap klorokuin tersebar di
seluruh dunia, membuat klorokuin tidak
bermanfaat untuk plasmodium
tersebut, tetapi klorokuin masih tetap efektif
untuk mengobati infeksi P. vivax, P. ovale, dan
P. malariae.
54. Efek Samping Dan Toksisitas
meliputi mual dan muntah, pusing dan penglihatan kabur, sakit
kepala dan symptom urtikaria
Interaksi Obat
- halofantrin dan obat lain yang memperpanjang interval QT, secara
teoritis dapat meningkatkan risiko aritmia.
- meflokuin, dapat meningkatkan risiko konvulsi,
- antasida, absorpsi klorokuin menurun
- simetidin, menurunkan metabolisme dan bersihan klorokuin
- metronidazol, meningkatkan risiko reaksi dystonik akut
- ampisilin dan prazikuantel, mengurangi ketersediaan hayati kedua
obat tersebut
- thyroksin, menurunkan efek terapeutik thyroksin
- antagonistik terhadap efek antiepileptik karbamazepin dan
natrium valproat
- siklosporin, meningkatkan konsentrasi plasma siklosporin.
55. 2. Amodiakuin
Amodiakuin adalah 4-aminokuinolin basa
dengan model kerja serupa dengan
klorokuin. Amodiakuin efektif terhadap P.
falciparum resisten klorokuin, sekalipun
bereaksi silang dengan klorokuin.
56. Efek Samping Dan Toksisitas
Efek samping amodiakuin serupa dengan efek
samping klorokuin. Pruritus akibat amodiakuin
lebih sedikit daripada akibat klorokuin, tetapi
risikoagranulositosis lebih tinggi, dan risiko
hepatitis lebih rendah jika digunakan untuk
profilaksis.
Dosis besar amodiakuin menyebabkan
sinkope, spastisitas, konvulsi dan pergerakanpergerakan tidak sadar.
Interaksi
Belum ada data.
57. 3. Meflokuin
meflokuin adalah 4-aminokuinolin yang aktif
sebagai skizontosida darah terhadap ke empat
spesies plasmodium yang menginfeksi
manusia, tetapi tidak berefek terhadap bentuk
hepatik.
Efek Samping Dan Toksisitas
Efek samping yang paling sering adalah
mual, muntah, nyeri
abdominal, anoreksia, diare, sakit
kepala, pusing, hilang
keseimbangan, disforia, gangguan tidur
terutama insomnia dan mimpi abnormal.
58. Interaksi Obat
Pemberian meflokuin bersama:
- Beta bloker, pemblok saluran kalsium, amiodaron,
pimozida, digoksin atau antidepresan, dapat
berisiko aritmia.
- Kuinin atau klorokuin, meningkatkan risiko konvulsi
- Ampisilin, tetrasiklin, dan metoklopramida,
meningkatkan konsentrasi meflokuin
Meflokuin tidak boleh diberikan bersama
halofantrin karena dapat memperpanjang
interval QT. Hati-hati pemberian meflokuin
bersama alkohol.
59. 4. Kuinin
Kuinin adalah alkaloid dari kulit batang pohon kina.
Kuinin bekerja terutama pada tahap trofozoit
dewasa dan tidak menghambat perkembangan
bentuk cinicin P. falciparum.
Kuinin adalah skhizontosida darah yang efektif
terhadap stadium erithrositik ke empat spesies
plasmodium, tetapi tidak berefek pada stadium
eksoeritrositik.
Kuinin berkhasiat membunuh bentuk seksual P.
vivax, P ovale, dan P. malariae, tetapi tidak berefek
terhadap gametosit P. falciparum. Kuinin tidak
berefek pada tahap pre-erithrosit parasit malaria.
60. Efek Samping Dan Toksisitas
Mual, muntah, nyeri abdominal, diare, dan vertigo parah
Konsentrasi kuinin yang berlebih dalam plasma dapat menimbulkan
hipotensi, disrithmia jantung, dan gangguan parah pada saraf pusat
seperti delirium dan koma.
• Interaksi Obat.
Obat-obat yang memperpanjang interval QT tidak boleh digunakan
bersama kuinin. Antiaritmia seperti flekainida dan amiodaron, harus
dihindarkan jika terapi dengan kuinin. Pemberian bersama
antihistamin seperti terfenadin, obat antipsikotik seperti pimozida
dan thioridazin dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikular.
Halofantrin yang memperpanjang interval QT secara nyata harus
dihindarkan penggunaannya bersama kuinin. Kuinin meningkatkan
konsentrasi plasma digoksin. Simetidin menghambat metabolisme
kuinin, menyebabkan peningkatan kadar kuinin, sedangkan rifampisin
meningkatkan bersihan metabolik, menurunkan konsentrasi plasma
kuinin, meningkatkan kegagalan terapeutik.
61. Kemoprofilaksis
• Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi
risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi
maka gejala klinisnya tidak berat.
Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria
dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, penelitian lain-lain. Untuk kelompok
individu yang akan bepergian dalam jangka
waktu lama, sebaiknya menggunakan personal
protection seperti kelambu, repellant, kawat
kasa dan lain-lain.
62. • Sehubungan dengan laporan tingginya
tingkat resistensi terhadap klorokuin, maka
doksisiklin menjadi pilihan untuk
kemoprofilaksis. Doksisiklin diberikan setiap
hari dimulai 1-2 hari sebelum pergi ke daerah
endemis malaria dengan dosis 2 mg/kg BB
selama tidak lebih dari 4-6 minggu.
“Dosisiklin tidak boleh diberikan pada anak
umur <8 tahun dan ibu hamil”