Plasmodium falciparum adalah parasit penyebab malaria tropis. Parasit ini menyerang semua jenis eritrosit dan dapat menyebabkan kehancuran eritrosit yang parah serta komplikasi serius seperti anemia dan kematian. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan pemberian obat tepat waktu.
2. Protozoa genus Plasmodium adalah penyakit malaria.
Hospes perantara Plasmodium adalah manusia dan
mamalia lain seperti kera sedangkan makhluk hidup yang
berperan sebagai vektor adalah nyamuk Anopheles betina.
3. KLASIFIKASI PLASMODIUM
FALCIPARUM
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
4. P.Falciparum menimbulkan malaria tropika atau malaria
faliparum.
Parasit ini ditemukan di daerah tropic, terutama di Afrika
dan Asia Tenggara. Di indonesia parasit ini tersebar di
seluruh kepulauan.
5. Plasmodium memiliki 3 staium utama dalam tubuh manusia
:
• Stadium tropozoit (bentuk cincin)
• Stadium skizon
• Stadium gametosit
6. Plasmodium memiliki 2 fase reproduksi
• Reproduksi aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh
manusia.
• Reproduksi seksual (gametogoni) terjadi pada tubuh
nyamuk sebagai vektor.
7. Fase aseksual mempunyai 2 siklus yaitu :
1. Daur eritrosit dalam sel darah merah (skizogoni
eritrositer)
2. Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni
jaringan/eksoeritrositer)
Dalam hati dibagi 2 yaitu :
a. Eksoeritrosit primer (praeritrosit)
b. Eksoeritrosit sekunder
9. PERBEDAAN PLASMODIUM
FALCIPARUM DENGAN PLASMODIUM
VIVAX
tropozoid
perbedaan Plasmodium vivax
Plasmodium
falciparum
erytrosit yang
terinfeksi mebesar tetap
ukuran parasit
1/3 dari erytrosit
yang terinfeksi
1/5 dari erytrosit
yang terinfeksi
kromatin 1 buah tebal ganda (2 buah)
sitoplasma tebal tipis
erytrosit normal normal
bentuk
seperti cincin besar/
amoeboit seperti cincin/ring
10. perbedaan
Plamodiun vivax
mikrogametosit makrogametosit
bentuk bulat/oval dan padat bulat/oval dan pdat
ukuran mengisi erytrosit yang membesar mengisi erytrosit yang membesar
erytrosit membesar membesar
kromatin menggumpal ditengah menggumpal ditepi
Plasmodium falciparum
mikrogametosit makrogametosit
ujung tumpul runcing
bentuk seperti ginjal seperti bulan sabit
ukuran lebih besar dierytrosit lebih besar dierytrosit
kromatin tersebar menggumpal ditengah
11. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
a. Demam Malaria
demam timbul secara periodik bersamaan dengan
terjadinya sporulasi dalam darah. Untuk Plasmodium vivax,
falciparum dan ovale serangan demam setiap 48 jam.
12. Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium :
1. Stadium menggigil; nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari
membiru, kulit kering dan pucat. (15 menit sampai 1
jam)
2. Stadium puncak demam; berubah menjadi panas
sekali. Muka jadi merah, kulit kering dan terasa panas,
sakit kepala, biasnya mual dan muntah, nadi berdenyut
keras, suhu badan 41°C atau lebih. (2-6jam)
3. Stadium berkeringat; penderita berkeringat banyak,
suhu turun cepat, penderita merasa enak seolah-olah
sembuh. (2-4jam)
Dilanjut dg stadium tanpa demam, 2 atau tiga hari
kemudian terulang kembali serangan demam dg tahap
yang sama.
13. b. Splenomegali
Pembesaran limpa. Pembesaran limpa pada
awalnya lunak, mudah pecah dan nyeri, sehingga
perabaan limpa tersebut harus hati-hati. Pada stadium
kronik limpa berwarna kelabu keras.
14. C. Anemia
Anemia tampak jelas pada malaria falciparum
dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat
terutama pada malaria menahun.
15. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Plasmodium falciparum
Eritrosit yang terinfeksi memiliki daya afinitas yang tinggi
baik terhadap eritrosit lain maupun terhadap dinding
endotilium kapiler alat dalam.
P.falciparum menyerang semua jenis eritrosit baik muda
maupun tua.
16. KEKAMBUHAN PENYAKIT MALARIA
(RELAPS)
Terdapa 2 macam kekambuhan :
1. Rekrudensi (short term relaps); biasaya terjadi pada
malaria falciparum
2. Rekurens (long term relaps); namun ini tidak terjadi
pada Plasmodium falciparum tetapi terjadi pada
Plasmodium vivax
17. DIAGNOSA
1. Diagnosa klinik; berdasarkan pada gambaran demam
yang khas, adanya splenomegali, serta ditemukan
anemia.
2. Diagnosa laboratorium; melalui pemeriksaan darah dan
ditemukannya Plasmodium sp di dalam eritrosit.
Sediaan darah sebaiknya dibuat setelah puncak
demam terutama pada infeksi Plasmodium falciparum.
18. Pemeriksaan darah dilakukan setiap kasus yg
diduga malaria, apabila hasilnya negatif diulang setiap 6
jam dan baru dinyatakan negatif apabila setelah dilakukan
3-4 hari dilakukan tidak ditemukan parasitnya.
Pemeriksaan darah dilakukan dg 2 cara yaitu apus
darah tipis karena berhasil baik pada kasus malaria berat
dan sedang, kemudian tetes daarah tebal membantu
dalam mendiagnosa malaria ringan.
20. PENCEGAHAN
1. Mengurangi kontak langsung dengan nyamuk
a. menggunkan kelambu
b. memasang kain kasa pada ventilasi
c. memakai obat nyamuk
d. menghindari pakaian yang menggantung
2. Membunuh nyamuk dewasa dan jentik nyamuk dg
insektisida buatan maupun alami dengan dosis yg
dianjurkan
3. Mengobati penderita malaria sampai tuntas untuk
mengurangi sumber infeksi.
Editor's Notes
1. Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk menemukan parasit Plasmodium secara visual dengan melakukan identifikasi langsung pada sediaan darah penderita. Pemeriksaan mikroskopis ini sangat bergantung pada keahlian pranata laboratorium (analis kesehatan) yang melakukan identifikasi. Teknik pemeriksaan inilah yang masih menjadi standar emas dalam penegakan diagnosis penyakit malaria.
Termasuk di dalam jenis pemeriksaan mikroskopis ini adalah pemeriksaan QBC (Quantitative Buffy Coat). Pada pemeriksaan QBC dilakukan pewarnaan fluorescensi dengan Acridine Orange yang memberikan warna spesifik terhadap eritrosit yang terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Plasmodium akan mengikat zat warna Acridine Orange sehingga dapat dibedakan dengan sel lain yang tidak terinfeksi. Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat membedakan spesies dan tidak dapat melakukan hitung jumlah parasit. Selain itu juga reagensia yang digunakan relatif mahal dibandingkan pewarna Giemsa yang sering kita gunakan sehari-hari untuk pewarnaan rutin sediaan malaria.
2. Pemeriksaan secara immunoserologis dapat dilakukan dengan melakukan deteksi antigen maupun antibodi dari Plasmodium pada darah penderita.
a. Deteksi antigen spesifik.
Teknik ini menggunakan prinsip pendeteksian antibodi spesifik dari parasit Plasmodium yang ada dalam eritrosit. Beberapa teknik yang dapat dipilih diantaranya adalah :
– Radio immunoassay
– Enzym immunoassay
– Immuno cromatography
Penemuan adanya antigen pada teknik ini memberikan gambaran pada saat dilakukan pemeriksaan diyakini parasit masih ada dalam tubuh penderita. Kelemahan dari teknik tersebut adalah tidak dapat memberikan gambaran derajat parasitemia.
b. Deteksi antibodi.
Teknik deteksi antibodi ini tidak dapat memberikan gambaran bahwa infeksi sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang terdeteksi merupakan bentukan reaksi immunologi dari infeksi di masa lalu. Beberapa teknik deteksi antibodi ini antara lain :
– Indirect Immunofluoresense Test (IFAT)
– Latex Agglutination Test
– Avidin Biotin Peroxidase Complex Elisa
3. Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi rangkaian DNA dari tersangka penderita. Apabila ditemukan rangkaian DNA yang sama dengan rangkaian DNA parasit Plasmodium maka dapat dipastikan keberadaan Plasmodium. Kelemahan teknik ini jelas pada pembiayaan yang mahal dan belum semua laboratorium bisa melakukan pemeriksaan ini.