SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
TUGAS STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA




                 OLEH

          MELSIM IMELDA LALUS

               1101031030




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

            JURUSAN PMIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

      UNIVERSITAS NUSA CENDANA

               KUPANG

                 2013
MATEMATIKA SEBAGAI ILMU DEDUKTIF



      Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif,ini berarti proses pengerjaan
matematis harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif (umum). Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap –
tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh – contoh atau
ilustrasi geometri.

      Perlu pula diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam apalagi dengan ilmu
pengetahuan umunya. Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika
adalah imu deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode
induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa
dimulai dengan cara induktif, tetapi selanjutnya generalisasi yang benar ntuk
semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, suatu
generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya
sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.

      Contohnya dalam ilmu fisika , bila dalam percobaannya seseorang telah
berhasil menunjukkan kepada kita bahwa ketika ia mengambil sebatang logam
kemudian dipanaskan dan memuai, kemudian sebatang logam lainnya
dipanaskan ternyata memuai lagi, dan seterusnya mengambil beberapa contoh
jenis – jenis logam lainya dan ternyata selalu memuai jika dipanaskan maka ia
dapat membuat kesimpulan atau generalisasi bahwa setiap logam yang
dipanaskan itu memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif itu dalam ilmu
fisika dibenarkan.

      Contoh lainnya misalnya dalam ilmu biologi yang berdasarkan pada
pengamatan dari beberapa binatang menyusui ternyata selalu melahirkan,
sehingga kita bisa membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang
menyusui adalah melahirkan.

      Kedua contoh dalam ilmu fisika dan ilmu biologi seperti di atas tersebut,
secara matematika belum dapat dianggap sebagai generalisasi. Dalam
matematika, contoh – contoh seperti itu baru dapat dianggap sebagai
generalisasi bila kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif.

      Sekarang kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang
dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang
dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan
secara deduktif.

Contoh :

Buktikan bahwa untuk sebarang himpunan A,B dan C berlaku ( A         B)    C=
A   (B     C) !

Jika kita membuktikan ini dengan menggunakan contoh – contoh, misalkan S
adalah himpunan bilangan asli dengan :

A = {4,8,12,16,20}

B = {5,10,15,20} dan

C = {8,10,12,14,16,18,20}

Maka :     (A      B ) = {20}

           (B      C ) = {10,20}

           (A      B)     C = {20}

           A      (B    C) = {20}

Dengan demikian terbukti bahwa ( A       B)    C=A      (B    C)

           Namun kebenaran contoh ini tidak diakui sebagai landasan untuk
menerima kebenaran generalisasi ini sekalipun telah diberikan contoh sebanyak
mungkin. Kebenaran ini baru akan diakui jika dilalukan pembuktian secara
dedukti sebagai berikut :

Bukti :

Pembuktian ini didasarkan pada defenisi kesamaan dari dua himpunan, yang
berarti harus di buktikan bahwa ( A                B)    C        A        (B       C) dan A    (B
C)    (A      B)    C

 Pembuktian ( A          B)        C     A        (B   C)
     Misalkan :     x     (A        B)         C berarti x     (A           B ) dan x       C
                    x     (A        B ) berarti x        A dan x           B
                    Sehingga x           A, x      B dan x        C
                    x     B dan x         C berarti x     (B              C)
     Maka x    A dan x       (B         C ) berarti x    A        (B            C)
     Jadi terbukti bahwa ( A        B)         C    A     (B          C)
 Pembuktian A          (B     C)       (A         B)    C
     Misalkan :     x     A       (B      C) berarti x       A dan x            (B     C)
                    x     (B        C ) berarti x        B dan x           C
                    Sehingga x           A, x      B dan x        C
                    x     A dan x         B berarti x        (A           B)
     Maka x    (A       B ) dan x        C berarti x     (A            B)       C
     Jadi terbukti bahwa A        (B      C)       (A     B)          C

Karena telah terbukti secara deduktif maka kebenaran generalisasi tersebut
dapat diterima.

           Dari uraian – uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika itu
merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan
kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan pada
pembuktian secara deduktif.
Mungkin anda bertanya, bukalah dalil - dalil / sifat- sifat / rumus –
rumus dalam matematika itu ditemukan secara induktif (coba-coba, eksperimen,
penilitian dan lain-lain). Memang betul, para matematisi itu menemukan
(menyusun) matematika atau bagiannya itu secara induktif, tetapi begitu suatu
pola, aturan, dalil, rumus yang merupakan generalisasi itu ditemukan, maka
generalisasi itu harus dapat dibuktikan kebenarannya secara umum (deduktif).

More Related Content

What's hot

Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematikaarif_baehaqi
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangArif Windiargo
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiazrin10
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixAZLAN ANDARU
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahNia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 

What's hot (20)

Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 
Bab 3 logika matematika
Bab 3 logika matematikaBab 3 logika matematika
Bab 3 logika matematika
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 

Similar to Matematika sebagai ilmu deduktif

Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05KuliahKita
 
proving and disproving in logic
proving and disproving in logicproving and disproving in logic
proving and disproving in logicadi wibawa
 
halaman 41-50.pptx
halaman 41-50.pptxhalaman 41-50.pptx
halaman 41-50.pptxAdiAnderline
 
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri EulidGeometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri EulidNailul Hasibuan
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Sukma Puspitorini
 
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangle
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangleIrna nuraeni 3.6 the search for a rectangle
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangleIrna Nuraeni
 
Materi teori bilangan
Materi teori bilanganMateri teori bilangan
Materi teori bilanganmatek11
 
Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaMarlyd Talakua
 
Matematika phytagoras.pdf
Matematika  phytagoras.pdfMatematika  phytagoras.pdf
Matematika phytagoras.pdfpetaarcgis
 
Pembuktian teorema pythagoras dari euclid
Pembuktian teorema pythagoras dari euclidPembuktian teorema pythagoras dari euclid
Pembuktian teorema pythagoras dari euclidDinal Ulya
 
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)Endang Retnoningsih
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanNia Matus
 

Similar to Matematika sebagai ilmu deduktif (20)

Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
proving and disproving in logic
proving and disproving in logicproving and disproving in logic
proving and disproving in logic
 
Bab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunanBab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunan
 
halaman 41-50.pptx
halaman 41-50.pptxhalaman 41-50.pptx
halaman 41-50.pptx
 
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri EulidGeometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
 
Statistika Probabilitas
Statistika ProbabilitasStatistika Probabilitas
Statistika Probabilitas
 
Hakikat Matematika
Hakikat MatematikaHakikat Matematika
Hakikat Matematika
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019
 
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangle
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangleIrna nuraeni 3.6 the search for a rectangle
Irna nuraeni 3.6 the search for a rectangle
 
Materi teori bilangan
Materi teori bilanganMateri teori bilangan
Materi teori bilangan
 
Pp. matek new
Pp. matek newPp. matek new
Pp. matek new
 
P5 Statistika.pptx
P5 Statistika.pptxP5 Statistika.pptx
P5 Statistika.pptx
 
Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydya
 
Matematika phytagoras.pdf
Matematika  phytagoras.pdfMatematika  phytagoras.pdf
Matematika phytagoras.pdf
 
Pembuktian teorema pythagoras dari euclid
Pembuktian teorema pythagoras dari euclidPembuktian teorema pythagoras dari euclid
Pembuktian teorema pythagoras dari euclid
 
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
Pertemuan 13 Kepastian (Certainty)
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
Saccheri 1
Saccheri 1Saccheri 1
Saccheri 1
 
Induksi matematika
Induksi matematikaInduksi matematika
Induksi matematika
 
Karakteristik matematik1
Karakteristik matematik1Karakteristik matematik1
Karakteristik matematik1
 

Matematika sebagai ilmu deduktif

  • 1. TUGAS STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA OLEH MELSIM IMELDA LALUS 1101031030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PMIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2013
  • 2. MATEMATIKA SEBAGAI ILMU DEDUKTIF Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif,ini berarti proses pengerjaan matematis harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif (umum). Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap – tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh – contoh atau ilustrasi geometri. Perlu pula diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam apalagi dengan ilmu pengetahuan umunya. Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah imu deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi selanjutnya generalisasi yang benar ntuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Contohnya dalam ilmu fisika , bila dalam percobaannya seseorang telah berhasil menunjukkan kepada kita bahwa ketika ia mengambil sebatang logam kemudian dipanaskan dan memuai, kemudian sebatang logam lainnya dipanaskan ternyata memuai lagi, dan seterusnya mengambil beberapa contoh jenis – jenis logam lainya dan ternyata selalu memuai jika dipanaskan maka ia dapat membuat kesimpulan atau generalisasi bahwa setiap logam yang dipanaskan itu memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif itu dalam ilmu fisika dibenarkan. Contoh lainnya misalnya dalam ilmu biologi yang berdasarkan pada pengamatan dari beberapa binatang menyusui ternyata selalu melahirkan,
  • 3. sehingga kita bisa membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah melahirkan. Kedua contoh dalam ilmu fisika dan ilmu biologi seperti di atas tersebut, secara matematika belum dapat dianggap sebagai generalisasi. Dalam matematika, contoh – contoh seperti itu baru dapat dianggap sebagai generalisasi bila kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif. Sekarang kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif. Contoh : Buktikan bahwa untuk sebarang himpunan A,B dan C berlaku ( A B) C= A (B C) ! Jika kita membuktikan ini dengan menggunakan contoh – contoh, misalkan S adalah himpunan bilangan asli dengan : A = {4,8,12,16,20} B = {5,10,15,20} dan C = {8,10,12,14,16,18,20} Maka : (A B ) = {20} (B C ) = {10,20} (A B) C = {20} A (B C) = {20} Dengan demikian terbukti bahwa ( A B) C=A (B C) Namun kebenaran contoh ini tidak diakui sebagai landasan untuk menerima kebenaran generalisasi ini sekalipun telah diberikan contoh sebanyak
  • 4. mungkin. Kebenaran ini baru akan diakui jika dilalukan pembuktian secara dedukti sebagai berikut : Bukti : Pembuktian ini didasarkan pada defenisi kesamaan dari dua himpunan, yang berarti harus di buktikan bahwa ( A B) C A (B C) dan A (B C) (A B) C  Pembuktian ( A B) C A (B C) Misalkan : x (A B) C berarti x (A B ) dan x C x (A B ) berarti x A dan x B Sehingga x A, x B dan x C x B dan x C berarti x (B C) Maka x A dan x (B C ) berarti x A (B C) Jadi terbukti bahwa ( A B) C A (B C)  Pembuktian A (B C) (A B) C Misalkan : x A (B C) berarti x A dan x (B C) x (B C ) berarti x B dan x C Sehingga x A, x B dan x C x A dan x B berarti x (A B) Maka x (A B ) dan x C berarti x (A B) C Jadi terbukti bahwa A (B C) (A B) C Karena telah terbukti secara deduktif maka kebenaran generalisasi tersebut dapat diterima. Dari uraian – uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif.
  • 5. Mungkin anda bertanya, bukalah dalil - dalil / sifat- sifat / rumus – rumus dalam matematika itu ditemukan secara induktif (coba-coba, eksperimen, penilitian dan lain-lain). Memang betul, para matematisi itu menemukan (menyusun) matematika atau bagiannya itu secara induktif, tetapi begitu suatu pola, aturan, dalil, rumus yang merupakan generalisasi itu ditemukan, maka generalisasi itu harus dapat dibuktikan kebenarannya secara umum (deduktif).