1. BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakekat Motivasi Belajar Siswa
Dalam pembelajaran adakalanya kecakapan nyata seseorang berbeda
dengan kecakapan sesungguhnya. Dimana seseorang bukan tidak bisa
mengerjakan sesuatu tetapi itu disebabkan kemauannya tidak begitu kuat terhadap
pekerjaan itu. Misalnya apabila sesuatu itu dapat memberikan kesenangan pada
dirinya maka kemungkinan ia akan berminat pada suatu tersebut.
Hal yang sama pun dapat terjadi karena motivasi tidak begitu kuat. Hal
ini dapat dinyatakan sebagai keadaan dimana bukan kecakapan yang kurang tetapi
karena kekurangan motivasi tersebut. Motivasi akan timbul bila seseorang tertarik
dan merasa terpenuhi kebutuhannya serta merasakan hal tersebut sangat berarti
baginya.
Motivasi merupakan dorongan yang mengaktifkan siswa untuk
melibatkan dirinya dalam belajar. Martinis Yamin dalam teorinya menyatakan
bahwa, “Motivasi adalah daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan pengalaman.”1
Sedangkan Wasty Soemanto menyatakan bahwa, “Motivasi adalah suatu
perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
1
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2007), hal. 219
7
2. 8
pencapaian tujuan.”2 Sementara itu Ngalim Purwanto menyatakan bahwa,
“Motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.”3
Dari uraian di atas, peneliti menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan
pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya.
Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang
tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks yang
menjadikan perubahan mental pada diri siswa. Sebagaimana pendapat dari
Dimyati, dkk, “Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku berkat pengalaman
yang merangsang motivasi dan penguasaan serta mampu membuat respon
seseorang menjadi lebih baik”.4 Sedangkan Yatim Riyanto menyatakan bahwa,
“Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
2
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 212
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hal. 71
4
Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 9
3. 9
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap”.5
Udin S. Winaputra menyatakan bahwa, “Suatu proses mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai
pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang”.6
Dalam hal ini, belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri individu
baik dalam hal pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya relatif tetap sebagai
hasil pengalaman seseorang. Jadi pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang baik perubahan kognitif atau tingkah
laku yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kondisi internal siswa, serta
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri siswa tersebut baik menuju kepada
perubahan yang bersifat positif atau lebih baik dari sebelumnya.
Seperti yang diuraikan di atas antara motivasi siswa dengan belajar
memiliki kaitan yang sangat erat. Sehingga dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
motivasi belajar merupakan daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk
mencapai suatu tujuan.
1.1. Memberi Angka
Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk
memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat belajar. Pemberian angka atau
nilai yang baik juga penting diberikan kepada anak didik yang kurang bergairah
5
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hal.5
6
Udin S. Winaputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal. 14
4. 10
belejar bila hal itu dianggap dapat memotivasi anak didik untuk belajar dengan
bersemangat.
Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa, “Angka adalah merupakan
alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di
masa mendatang”.7 Sedangkan Sadirman menyatakan bahwa, “Angka dalam hal
ini adalah sebagai simbol dari nilai kegiatan belejarnya. Banyak siswa belajar,
yang utama justru mencapai angka atau nilai yang baik, sehingga siswa biasanya
yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-
baik”.8
Syaiful Bahri Djamarah, dkk berpendapat bahwa, “Angka dimaksud
adalah sebagi simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang
diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang
telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru”.9
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa memberi angka
adalah suatu cara untuk memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar
karena apabila angka yang diperoleh anak didik lebih tinggi dari anak didik
lainnya, maka anak didik cenderung untuk mempertahankannya.
7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 159
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
hal.92
9
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 194
5. 11
1.2. Memberi Ulangan
Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat guru manfaatkan untuk
membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang diberikan di kelas.
Sebagaimana pendapat Syaiful Bahri Djamarah, dkk menyatakan bahwa,
“Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran, anak didik
akan giat belajar di sekolah atau di rumah ketika diketahuinya akan dilaksana.kan
ulangangan”.10 Sedangkan Sadirman menyatakan bahwa, “Memberi ulangan
merupakan sarana motivasi karena para siswa akan giat belajar kalau mengetahui
akan ada ulangan”.11
Sementara itu, menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Ulangan adalah
merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat
dalam belajar”.12
Dari uraian di atas, peneliti menyatakan bahwa memberi ulangan adalah
merupakan cara yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena dalam
kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat guru manfaatkan untuk membangkitkan
perhatian anak didik terhadap bahan yang diberikan di kelas.
1.3. Memberi Pujian
Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat
motivasi, karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang di puji, guru
dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan anak didik. Anak didik
10
Ibid, hal. 154
11
Sardiman, Op.cit, hal. 93
12
Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hal. 163
6. 12
senang mendapat perhatian dari guru, dengan pemberian perhatian anak didik
merasa diawasi dan dia tidak akan dapat berbuat menurut kehendak hatinya.
Sebagaimana pendapat Sadirman menyatakan bahwa, “Pujian adalah
bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik”.13
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa, “Pujian adalah suatu hal
untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di
sekolah”.14
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, berpendapat bahwa, “Pujian adalah suatu
proses untuk mengarahkan kegiatan anak didik pada hal-hal yang menunjang
tercapainya tujuan pengajaran”.15
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa memberi pujian
adalah merupakan alat motivasi yang positif, setiap orang senang di puji tak
peduli tua atau muda, bahkan anak-anak pun senang di puji atas sesuatu pekerjaan
yang telah selesai dikerjakan dengan baik. Pujian yang baik adalah pujian yang
keluar dari hati seorang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan
penghargaan kepada anak didik atas jerih payahnya dalam belajar.
2. Hakikat Penilaian Portofolio
Dalam dunia pendidikan, portofolio dapat digunakan guru untuk melihat
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil
karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran.
13
Sardiman, Op.cit, hal. 94
14
Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hal. 164
15
Ibid, hal. 152
7. 13
Popham dalam buku Zaenal Arifin menyatakan bahwa, “Penilaian
portofolio adalah merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode
pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta
didik dalam kurun waktu tertentu”.16
Sedangkan Martinis Yamin menyatakan bahwa, “Penilaian portofolio
adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang
diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan”.17
Sementara itu Yuliana Nurani Sujiono menyatakan bahwa, “Penilaian
portofolio adalah suatu koleksi pekerjaan peserta didik yang menunjukkan segala
usaha peserta didik, kemajuan dan pencapaian belajar dalam satu bidang tertentu
atau lebih”.18
Dari uraian di atas, peneliti menyatakan bahwa penilaian portofolio
adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan atau
tugas, karya melalui pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan
keinginan yang dibangun oleh peserta didik.
Sejalan dengan uraian di atas, Djemari Mardapi, dkk yang dikutip dari
buku Martinis Yamin menyebutkan bahwa, “Penilaian portofolio harus
memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan
2. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikerjakan
3. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya
4. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio
5. Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil
portofolionya
16
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 198
17
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 260
18
Yuliana Nurani Sujiono, Mengajar Dengan Portofolio, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), hal. 6
8. 14
6. Merencanakan pertemuan dengan peserta didik yang dinilai
7. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam menilai portofolio”.19
2.1. Mengumpulkan Informasi
Portopolio merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh
guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran atau peningkatan belajar siswa.
Zainal Arifin menyatarkan, “Mengumpulkan informasi adalah guru
mengumpulkan bukti fisik dan catatan peserta didik, seperti hasil ulangan, hasil
tugas mandiri, serta hasil praktikum”.20 Sedangkan Haertel yang dikutip dalam
buku Trianto menyatakan bahwa, “Pengumpulan informasi atau pembuktian perlu
dinilai dari prinsip bukti yang bisa ditambahkan pada portofolio, maka saatnya
pengumpulan informasi atau pembuktian dihentikan”.21
Sementara itu Yuliana Nurani Sujiono menyatakan bahwa, “Suatu topik
atau permasalahan secara mendalam dan menyeluruh dimulai dari proses
pengumpulan yakni proses penggabungan dan interpretasi terhadap informasi
yang berhasil dikumpulkan”.22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengumpulan informasi
merupakan sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab
dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan inovasi pembagian.
19
Martinis Yamin, Loc.cit, hal. 260
20
Zaenal Arifin, Loc.cit, hal. 198
21
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hal. 293
22
Yuliana Nurani Sujiono, Op.cit, hal. 40
9. 15
2.2. Proses Seleksi Hasil Karya
Proses seleksi hasil karya merupakan sekumpulan hasil karya peserta
didik atau dokumen terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan kepada
umum dimana guru harus betul-betul mengamati bagaimana peserta didik
menampilkan hasil pekerjaan mereka.
Trianto menyatakan bahwa, “Melakukan proses seleksi hasil karya yang
dikumpulkan dibuat menjadi tiga kategori yaitu:
a. Kategori karya terbaik
b. Kategori karya yang menunjukkan perkembangan belajar, dan
c. Kategori yang diminati anak didik untuk keperluan tertentu diluar
indikator dan kriteraia”.23
Yuliana berpendapat bahwa, “Proses seleksi hasil karya adalah proses
untuk memperlihatkan koleksi pekerjaan siswa selama kurun waktu tertentu
dengan tujuan memperoleh karya terbaik”.24 Sedangkan Groundlund yang dikutip
dari buku Trianto menyatakan bahwa, “Partisipasi anak didik dalam menyeleksi
karya atau sampel dapat meningkatkan keterampilan self-assessment, peningkatan
kecakapan, serta portofolio harus didesain dan digunakan dengan tujuan yang
sama”.25
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan proses seleksi hasil
karya merupakan cara yang dilakukan agar dapat mengetahui karya siswa mana
yang dapat dimasukkan kedalam kategori karya terbaik untuk memperoleh suatu
tujuan yang diharapkan.
23
Trianto, Op.cit, hal. 293
24
Yuliana Nurani Sujiono, Op.cit, hal. 9
25
Trianto, Op.cit, hal. 294
10. 16
2.3. Memberikan Ulasan
Karya yang masuk dalam kategori terbaik kemudian diberikan ulasan
(refleksi), tentang proses pengerjaan, kelebihan, dan kekurangan serta upaya-
upaya untuk menyempurnakannya.
Andrew Epstein yang dikutip dari buku Conny berpendapat bahwa,
“Memberikan ulasan merupakan kelaziman apabila setiap bukti hasil karya
(artefak) dalam penilaian portofolio yang berorientasi produk disertai dengan
refleksi diri (self-reflection) yang didalamnya mencakup alasan pemilihan karya,
metode penilaian, keistimewaan karya yang dipilih”.26
Menurut Dasim Budimansyah yang dikutip dalam buku Trianto
menyatakan bahwa, “Proses memberi ulasan (refleksi) dengan titik bidik
terjadinya penyadaran untuk menghindari kesalahan di masa yang akan datang
dan meningkatkan kinerja, sangat berarti bagi guru dan anak didik untuk
optimalisasi pembelajaran”.27 Sedangkan Yuliana berpendapat bahwa, “Memberi
ulasan merupakan proses pengambilan keputusan yang digunakan untuk
menentukan hasil pekerjaan yang akan dimasukkan sesuai kelebihan dan
kekurangan pada proses penyeleksian”.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap penilaian perlu
diberikan ulasan (refleksi) karena dengan hal tersebut peserta didik dapat
26
Conny R. Semiawan, Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), hal. 126
27
Trianto, Loc.cit, hal. 294
28
Yuliana Nurani Sujino, Loc.cit, hal. 9
11. 17
merefleksikan tentang proses berpikir mereka sendiri, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari landasan teoritis di atas, keberhasilan peserta didik
dalam belajar sangat ditentukan oleh 2 faktor internal yang terdapat dalam diri
siswa lain sebagainya. Kemudian faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di
luar diri siswa seperti kelengkapan sarana dan prasarana belajar, buku-buku
pelajaran dan lain sebagainya.
Motivasi dalam diri siswa sangat menentukan dalam memperoleh hasil
belajar siswa di sekolah. Siswa yang memiliki dorongan untuk memperoleh hasil
belajar berusaha mengetahui hasil dari usaha yang dilakukan dengan cepat dan
tepat. Siswa yang mempunyai motivasi itu lebih menyukai aktivitas yang
memiliki umpan balik yang cepat dan tepat walaupun akan bekerja sebatas
kemampuannya.
Dalam hal ini, penilaian portofolio (variabel x) dan motivasi belajar siswa
(variabel y) sangat berkaitan dimana motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi
oleh kemampuan guru dalam mengunakan penilaian seperti penilaian portofolio
atau sebaliknya kemampuan guru dalam menggunakan penilaian seperti penilaian
portofolio sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
12. 18
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang dirumuskan dari suatu
penelitian yang kebenarannya akan dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang
akan dilaksanakan. Sebagaimana pendapat dari Suharsimi Arikunto, “Hipotesis
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan”.29
Sugiyono menyatakan bahwa, “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.30 Sedangkan Moh. Nasir
menyatakan bahwa, “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris”.31
Berdasarkan pendapat di atas, maka Borg dan Goll mengajukan, “Tiga
syarat hipotesis yang baik yaitu: 1) hipotesis harus dirumuskan dengan singkat
dan jelas; 2) hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara
kedua variabel; 3) hipotesis harus didukung oleh hasil yang dikemukakan oleh
para ahli atau hasil penelitian yang relevan”.32
Selanjutnya Arikunto menyatakan bahwa, “Ada dua jenis hipotesis yaitu
hipotesis nol dan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja”.33 Hipotesis nol adalah
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hal. 71
30
Sugiyono,, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 96
31
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Graha Indonesia, 2009), hal. 151
32
Suharsimi Arikunto, Loc.cit, hal. 71
33
Ibid, hal. 60
13. 19
hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel, sedangkan
hipotesis alternatif yang mengatakan adanya hubungan antara variabel.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah peneliti
uraikan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan adalah: “Adanya Pengaruh Yang
Signifikan Antara Penilaian Portofolio Terhadap Motivasi Belajar Siswa di Kelas
VIII SMP Negeri 5 Kotanopan”.