SlideShare a Scribd company logo
1 of 62
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu factor penunjang di dalam
proses pembelajaran di sekolah. Khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan yang mata
pelajaran produktif/kejuruan sangat membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik.
Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik disertai dengan pengelolaannya
yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan kejuruan yang baik pula. Tidak sedikit
sekolah kejuruan yang membuka program studi keahlian tertentu tetapi tidak di tunjang
dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana prasarana yang
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah ruang praktik. Ruang praktik
meliputi bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal dan ruang sejenis yang digunakan
sebagai tempat pelaksanaan praktik, perawatan dan perbaikan peralatan.
Pemanfaatan sebuah bengkel tentu perlu ada tindakan pengelolaan dan perawatan
secara benar. Hal tersebut ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna bengkel
serta keterjagaan alat yang ada di bengkel tersebut. Bengkel yang terawat tentu akan
membuat nyaman penggunanya dalam bekerja dan dapat mengurangi resiko kecelakaan.
Sebaliknya bengkel yang tidak terawat dari segi kebersihannya, alat-alat yang berantakan
akan membuat penggunannya tidak nyaman untuk bekerja. Untuk mengkondisikan bengkel
dalam keadaan bersih, rapi dan terawat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan bengkel
secara baik dan benar.
Keberadaan bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat membentuk
kompetensi dan skill peserta didik sehingga ketika lulus dari bangku pendidikan kejuruan
mereka mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja baik di perusahaan, industry maupun
lembaga-lembaga pemerintahan. Selain itu peserta didik mampu untuk membuka lapangan
kerja sendiri atau berwirausaha. Hal ini telah dibuktikan oleh SMK Katolik St. Mikael
Surakarta yang telah membentuk dan menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memiliki
kompetensi dan skill yang berkualitas dan sangat berkompeten. Banyak perusahaan dan
industry yang saling rebutan untuk mendapatkan lulusan SMK Katolik St. Mikael
Surakarta untuk bekerja di tempat mereka.
2
Berdasarkan pemaparan diatas, kami dari kelompok 3 yang beranggotakan 3 orang
melakukan pengamatan/observasi bengkel dan Lab di dua sekolah kejuruan yakni SMK
Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta. Di SMK St. Mikael
Surakarta yang diamati adalah jurusan teknik mesin sedangkan di SMK Negeri 6
Yogyakarta yang diamati adalah lab/dapur kompetensi keahlian jasa boga.
B. Tujuan Observasi
Adapun tujuan dari observasi bengkel ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lab dan Bengkel.
2. Untuk mengetahui gambaran dan kondisi secara nyata dari lab dan bengkel di SMK
khususnya SMK Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui aktifitas pembelajaran di lab dan bengkel SMK khususnya SMK
Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.
C. Manfaat Observasi
Adapun manfaat yang di dapatkan dari observasi lab dan bengkel adalah sebagai
berikut :
1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dari gambaran dan kondisi nyata
lab dan bengkel teknik mesin dan jasa boga, hal ini tentu sangat bermanfaat bagi
kami kelompok 3 yang basic jurusan teknik informatika.
2. Menambah wawasan tentang pengelolaan pembelajaran di bengkel yang baik
terhadap peserta didik SMK.
3. Menambah wawasan dan pengalaman tentang pentingnya membentuk sikap dan
budaya kerja yang baik terhadap peserta didik SMK.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar
keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang
sebagai latihan keterampilan (Hamalik, 1990 : 24). Djohar (2007:1285) mengemukakan
pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta
didik menjadi tenaga kerja yang professional. Ditegaskan oleh Byram dan Wenrich
(1956:50) bahwa “vocational education is teaching people how to work effectifely”. Secara
lebih spesifik Wenrich sebagaimana dikutip Soeharto (1988:2) mengemukakan pendidikan
kejuruan adalah seluruh bentuk pendidikan persiapan untuk bekerja yang dilakukan di
sekolah menengah.
Dari pemaparan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan
adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik di sekolah
menengah untuk siap memasuki dunia kerja. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan dari
segi pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Di Indonesia sebagaimana tertuang di dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan vokasional terdiri atas tiga
jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan professional. Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program
sarjana. Pendidikan professional merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga pendidikan tersebut
tujuannya sama yaitu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.
B. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Pendidikan.
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan seperti :
gedung, ruang belajar, meja, kursi dsb. Menurut Bafadal (2003:2) sarana pendidikan
4
adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun
Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah
peralatan maupun perlengkapan yang digunakan untuk memperlancar proses
pembelajaran peserta didik.
b. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan adalah infrastruktur dasar yang harus ada dalam suatu
kegiatan pendidikan pelatihan atau fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.
Bafadal (2005: 11) menjelaskan bahwa prasarana pendidikan adalah fasilitas yang
secara tidak langsung menunjang proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah tetapi dimanfaatkan secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar seperti halaman sekolah sekaligus sebagai
lapangan olahraga,
Adapun prasarana pendidikan meliputi : lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
perpustakaan, ruang unit produksi, tempat berolahraga, tempat beribadah, kantin serta
tempat-tempat lain yang dapat menunjang proses pembelajaran.
Jenis –jenis prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu : (1) prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses
belajar mengajar seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek ketrampilan
dan ruang laboratorium, (2) prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan
untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar seperti ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju
sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, kamar kecil, tempat parkir kendaraan.
5
C. Laboratorium, dapur dan Bengkel
a. Laboratorium.
Laboratorium disingkat lab adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran,
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Sementara
menurut Emha (2002) laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia,
biologi atau bidang ilmu lain. Fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual, melalui
kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya
dalam menggunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan
kebenaran.
3. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuwan.
4. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.
b. Dapur praktik.
Dapur praktik merupakan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran
siswa. Menurut Purwadarmita bahwa dapur dapat diartikan sebagai ruangan atau
bagian rumah tempat menyediakan makanan orang banyak, sedangkan dapur dalam
New International Dictionary edisi ketiga (1974:1247) adalah “a room or some other
space (as well as area or separate building) with facilities for cooking or place for
prepare meal” dapat diartikan bahwa dapur adalah sebuah ruangan atau area yang
merupakan bagian dari sebuah bangunan yang digunakan untuk menyiapkan atau
memproduksi makanan.
Sebuah dapur harus memiliki peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses
pembelajaran. Secara garis besar peralatan dapur dapat dibagi menjadi : large
equipment (peralatan dapur berukuran besar), mechanical equipment (peralatan dapur
yang berupa mesin), small equipment (peralatan dapur berukuran kecil) (Kinton dan
6
Ceserani, 1984:97). Walau pembagian tersebut sudah secara umum tetapi tidak semua
dapur terdapat peralatan-peralatan tersebut karena penggunaan peralatan tersebut
tergantung pada kebutuhan dan kemampuan sekolah pengelola dan merawat peralatan
dapur tersebut.
c. Bengkel.
Pengertian bengkel secara umum merupakan tempat (bangunan atau ruangan)
untuk perawatan/pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat
pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel yang digunakan di
sekolah merupakan bengkel tempat untuk praktik peserta didik berkaitan dengan
kompetensi yang akan dicapai di setiap pertemuan.
Bengkel sebaiknya dilengkapi dengan perkakas yang diperlukan. Perkakas pada
bengkel umumnya dikategorikan berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing
(Permana, 2006). Macam-macam perkakas antara lain : perkakas pengikat, perkakas
pemindah dan perkakas pemotong.
1. Perkakas pengikat adalah perkakas atau alat yang digunakan untuk mengikat
benda seperti baut, sekrup, mur, ring dan lain-lain agar tidak bergerak atau
bergeser saat diberi perlakuan (Daryanto, 2003).
2. Perkakas pemindah (palu) adalah alat untuk memukul benda kerja. Penggunaan
palu tergantung pada kebutuhan. Palu sangat bervariasi jenis dan ukurannya dan
masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
3. Perkakas pemotong merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan material
dari suatu bahan. Contohnya gergaji, penggores, tang potong, gunting dsb.
D. Standarisasi Bengkel Teknik Pemesinan.
Berdasarkan lampiran Permen no.40 tahun 2008 bahwa :
1. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran : pekerjaan logam dasar, pengukuran dan
pengujian logam, membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir luar dan dalam, memfrais
lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda alat, dan pengepasan/pemasangan
komponen.
7
2. Luas minimum ruang praktik program keahlian teknik pemesinan adalah 288 m2
untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi : area kerja bangku 64 m2
, ruang
pengukuran dan pengujian logam 24 m2
, area kerja mesin bubut 64 m2
, area kerja
mesin frais 32 m2
, area kerja gerinda 32 m2
, ruang kerja pengepasan 24 m2
, ruang
penyimpanan dan instruktur 48 m2
.
3. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan dilengkapi prasarana seperti yang
tercantum dalam tabel dibawah ini
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Area kerja bangku 8 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik
Luas minimum 64 m2
Lebar minimum 8 m.
2. Ruang pengukuran &
pengujian logam
6 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 24 m2
Lebar minimum 4 m
3. Area kerja mesin
bubut
8 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik
Luas minimum 64 m2
Lebar minimum 8 m.
4. Area kerja mesin frais 8 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 32 m2
Lebar minimum 4 m.
5. Area kerja mesin
gerinda
8 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 32 m2
Lebar minimum 4 m.
6. Ruang kerja
pengepasan
8 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 24 m2
Lebar minimum 4 m
7. Ruang penyimpanan
& instruktur
4 m2
/instruktur Luas minimum 48 m2
Lebar minimum 6 m
Tabel 1. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik teknik mesin.
4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/area
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan logam dasar.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik
8
kerja bangku pada pekerjaan logam dasar.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/area
Untuk mendukung minimum 8
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 1
buah/area
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/area
Tabel 2. Standar sarana pada area kerja bangku
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pekerjaan
pengukuran & pengujian logam.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
pengukuran & pengujian
logam
1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pengukuran &
pengujian logam.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/area
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/area
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/area
Tabel 3. Standar sarana pada ruang pengukuran & pengujian logam
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/area
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan pekerjaan
membubut logam, pembuatan ulir
luar dan dalam.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
9
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
pembubutan logam 1 set/area
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan membubut logam,
pembuatan ulir luar dan dalam.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/area
Untuk mendukung minimum 8
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 4
buah/area
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/area
Tabel 4. Standar sarana pada area kerja mesin bubut
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pekerjaan
pengefraisan logam.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
pengefraisan logam 1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pengefraisan
logam.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/area
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/area
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/area
Tabel 5. Standar sarana pada area kerja mesin frais
10
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pekerjaan
penggerindaan alat potong/tools.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
penggerindaan 1 set/area
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan penggerindaan
alat potong/tools
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/area
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/area
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/area
Tabel 6. Standar sarana pada area kerja mesin gerinda
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pekerjaan
pengepasan dan pemasangan
komponen.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
pengepasan 1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan pengepasan dan
pemasangan komponen
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 1
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 7. Standar sarana pada ruang kerja pengepasan
11
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur1.2 Kursi kerja
1.3 Rak alat & bahan
1.4 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk
penyimpanan dan
instruktur
1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur
3. Media pendidikan
3.1 Papan data
1 buah/ruang
Untuk pendataan kemajuan siswa
dalam pencapaian tugas praktik
dan jadwal.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 8. Standar sarana pada ruang penyimpanan dan instruktur
E. Standarisasi Ruang Praktik Program Keahlian Restoran
Berdasarkan lampiran Permen No.40 Thn 2008 bahwa :
1. Ruang praktik program keahlian restoran berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran : pembuatan berbagai macam makanan, penyiapan tata
hidang, penataan, penyajian pesanan, produksi makanan dalam jumlah besar dan
massal.
2. Luas minimum ruang praktik program keahlian restoran adalah 268 m2
untuk
menampung 32 peserta didik, yang meliputi : ruang praktik dapur latih 32 m2
, ruang
praktik dapur produksi 32 m2
, ruang praktik persiapan 16 m2
, ruang praktik mini bar
12 m2
, ruang praktik tata hidang 128 m2
, ruang penyimpanan dan instruktur 48 m2
.
3. Ruang praktik program keahlian restoran dilengkapi prasarana sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut.
12
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Ruang praktik dapur
latih
4 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik
Luas minimum 32 m2
Lebar minimum 4 m.
2. Ruang praktik dapur
produksi
4 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik
Luas minimum 32 m2
Lebar minimum 4 m
3. Ruang praktik
persiapan
4 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 16 m2
Lebar minimum 4 m.
4. Ruang praktik mini
bar
3 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik
Luas minimum 12 m2
Lebar minimum 3 m.
5. Ruang praktik tata
hidang
16 m2
/peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik
Luas minimum 128 m2
Lebar minimum 8 m.
6. Ruang penyimpanan
& instruktur
4 m2
/instruktur Luas minimum 48 m2
Lebar minimum 6 m
Tabel 9. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik restoran.
4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan dasar pembuatan
berbagai macam makanan.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
dasar pembuatan berbagai
macam makanan
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan dasar pembuatan
berbagai macam makanan.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 8
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 4
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 10. Standar sarana pada ruang praktik dapur latih
13
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan produksi makanan
dalam jumlah besar dan massal.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
produksi makanan jumlah
besar dan massal
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan produksi makanan
jumlah besar & massal.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 8
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 11. Standar sarana pada ruang praktik dapur produksi
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan penyiapan
makanan untuk disajikan.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
persiapan 1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan penyiapan
makanan untuk disajikan.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 12. Standar sarana pada ruang praktik persiapan
14
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan penataan dan
penyajian minuman.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
penataan mini bar 1 set/ruang
Untuk minimum 4 peserta didik
pada pekerjaan penataan dan
penyajian minuman.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 4
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 13. Standar sarana pada ruang praktik mini bar
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan penataan
hidangan & penyajian pesanan
makanan.
1.2 Kursi kerja
1.3 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
tata hidang
1 set/ruang
Untuk minimum 8 peserta didik
pada pekerjaan penataan
hidangan & penyajian pesanan
makanan.
3. Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buah/ruang
Untuk mendukung minimum 8
peserta didik pada kegiatan
belajar mengajar yg bersifat
teoritis.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 14. Standar sarana pada ruang praktik tata hidang
15
No Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Meja kerja
1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur1.2 Kursi kerja
1.3 Rak alat & bahan
1.4 Lemari simpan alat &
bahan
2. Peralatan
2.1 Peralatan untuk
penyimpanan dan
instruktur
1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur
3. Media pendidikan
3.1 Papan data
1 buah/ruang
Untuk pendataan kemajuan siswa
dalam pencapaian tugas praktik
dan jadwal.
4. Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
buah/ruang
Untuk mendukung operasionalisasi
peralatan yg memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang
Tabel 15. Standar sarana pada ruang penyimpanan & instruktur
16
BAB III
METODE OBSERVASI
A. Bentuk dan Strategi Observasi
Observasi bengkel dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan dengan
materi yang di dapatkan di bangku kuliah. Selama perkuliahan mata kuliah Manajemen
Lab dan Bengkel yang di ampuh oleh Dosen Prof. Dr. Thomas Sukardi, kami banyak
memperoleh ilmu pengetahuan tentang manajemen sebuah lab dan bengkel mulai dari
perencanaan, pengadaan, inventarisasi, perawatan, proses PBM dalam Lab dan bengkel,
serta membudayakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan kerja).
Bentuk observasi dilakukan dengan mengamati lab dan bengkel di Sekolah
Menengah Kejuruan sebanyak dua sekolah, dan yang diamati adalah lab/bengkel dari
Program Paket Keahlian selain dari Paket keahlian Teknik Informatika. Hal ini dilakukan
karena kami dikelas merupakan Prodi PTK-TI Vokasi E yang basic Teknik Informatika.
Dengan observasi yang dilakukan di bengkel/lab yang program paket keahlian selain
Teknik Informatika, kami memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman dari
manajemen Lab/bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan, terlebih observasi yang kami
lakukan di sekolah-sekolah yang sangat baik dalam pengelolaan lab/bengkelnya.
B. Tempat dan Waktu
Observasi Lab/Bengkel yang kami lakukan di dua sekolah yakni SMK Negeri 6 dan
SMK St. Mikael Surakarta. SMK Negeri 6 terletak di Jl. Kenari Yogyakarta sedangkan
SMK St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1 Karangasem, Laweyan, Surakarta. Observasi
yang kami lakukan di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami khususkan pada Paket Keahlian
Jasa Boga sementara observasi di SMK St. Mikael Surakarta pada Paket keahlian Teknik
Pemesinan.
Adapun waktu observasi yang kami lakukan seperti yang tercantum pada tabel
dibawah ini :
17
No Hari/Tgl Keterangan
1. SMK N 6 Yogyakarta
1.1 Sabtu, 9 Mei 2015 Memasukan surat observasi.
1.2 Rabu, 13 Mei 2015 Melakukan observasi lab/dapur jasa boga
2. SMK St.Mikael Surakarta
2.1 Senin, 4 Mei 2015 Ke Surakarta memasukan surat observasi
2.2 Jumat, 15 Mei 2015 Konfirmasi kesiapan di observasi via Telepon.
2.3 Senin, 25 Mei 2015 Ke Surakarta melakukan observasi bengkel.
3. Penyusunan Laporan
3.1 Rabu, 27 Mei 2015 Menyusun Bab I
3.2 Jumat, 29 Mei 2015 Menyusun Bab II
3.3 Senin, 1 Juni 2015 Menyusun Bab III
3.4 Selasa, 2 Juni 2015 Menyusun Bab IV
3.5 Rabu, 3 Juni 2015 Menyusun Bab V
4. Finishing Laporan
4.1 Kamis, 4 Juni 2015 Pengeditan untuk kerapian Laporan
Tabel 16. Jadwal Observasi dan Penyusunan Laporan
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada Wakasek
Sarpras, Wakasek Humas, Kepala Jurusan, Kepala Lab/Bengkel, Guru mata pelajaran yang
sedang mengajar di Lab/Bengkel pada saat itu. Selain itu dengan melakukan pengambilan
gambar/foto-foto proses pembelajaran di dalam Lab/Bengkel. Selain itu juga khusus
pengumpulan data di SMK St. Mikael Surakarta karena kepala Bengkelnya pada saat itu
sedang menangani pekerjaan lain sehingga kami melakukan komunikasi via email. Hal ini
dilakukan untuk beberapa data yang kami tidak dapatkan pada saat observasi langsung.
18
BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. Data dan Profil SMK St. Mikael Surakarta
1. Sejarah SMK St. Mikael Surakarta.
SMK Katolik St. Mikael Surakarta adalah sebuah sekolah menengah kejuruan di
Surakarta, Indonesia. Penyelenggaraan sekolah ini berada dibawah Yayasan Karya
Bakti Surakarta. Kolese ini biasa disebut dengan singkatan MICO (Michael College).
Kampus kolese Mikael berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah. Institusi ini dikelola oleh
Romo Jesuit, terbagi dalam dua lembaga pendidikan yaitu Akademi Teknik Mesin
Industri (ATMI St. Mikael) dan Sekolah Menengah Kejuruan Mikael (SMK
St.Mikael).
SMK Katolik St. Mikael Surakarta berada dibawah penyelenggaraan Yayasan
Karya Bakti Surakarta. Selain SMK, Yayasan ini juga memiliki 2 akademi yaitu ATMI
Surakarta dan ATMI Jakarta. SMK St. Mikael awalnya bernama STM Kanisius,
didirikan pada tahun 1962 oleh Romo Wakkers SJ dengan dua jurusan yaitu : Mesin
Umum dan Bangunan Gedung.
Berdasarkan keputusan Dirjen Dikdasmen No. 001/c/Kep/1.86 ditetapkan sebagai
STM swasta dengan status akreditasi DISAMAKAN dan pada waktu itu merupakan
STM swasta pertama di JawaTengah yang berstatus disamakan. Saat ini SMK
St.Mikael hanya memiliki satu Program Keahlian yaitu Teknik Pemesinan (Mesin
Perkakas) dengan dua spesialisasi yaitu Mekanik dan Design (Perancangan).
Untuk lebih meningkatkan kualitas tamatan, SMK St. Mikael juga menjalankan
program plus, yaitu dengan menambah jam praktik mekanik dan gambar serta mata
pelajaran lain sesuai kebutuhan kerja ataupun studi lanjut. Disamping itu juga
diterapkan Total Block System, Production Base Education and Training, Capacity
Oriented, dan Market Oriented. Orientasi praktik :
1. Kelas 1 : Sense of Quality
2. Kelas 2 : Sense of Efficiency
3. Kelas 3 : Production and Advance Technology
19
Untuk lebih meningkatkan kualitas SMK St.Mikael mulai TA 2009/2010
membuat 2 program spesialisasi yaitu spesialisasi mekanik dan gambar (drafter).
Pencapaian kurikulum untuk spesialisasi mekanik yaitu pematangan pada teknik CNC
sampai dengan pemrograman menggunakan CAM Software, sedangkan untuk
spesialisasi gambar (drafter) siswa di didik untuk mampu merancang dengan
menggunakan software gambar 3D base (Solid Work dan Inventor).
SMK St.Mikael juga mengembangkan teaching factory dengan fasilitas mesin
CNC Milling 3 Axis dan CNC Bubut 4 Axis. SMK St.Mikael telah meluluskan lebih
dari 2500 alumni yang sebagian besar bekerja dibidang industry baik milik Pemerintah,
swasta, maupun menjadi wiraswastawan.
Lebih jelas dari sejarah SMK St.Mikael Surakarta sebagai berikut :
1. 1 Agustus 1962 STM Kanisius didirikan oleh Pater Wakkers, SJ (alm) dengan
mengambil lokasi di gedung SD Kanisius Pasar Kliwon, Surakarta, dan Gedung
Paroki Purbayan.
2. 1962 STM Kanisius dipimpin oleh Bapak Wahyosudibyo (alm), dibantu Bapak A.
Soedirdjo (alm) sebagai wakil, serta Bapak Nico Suharjo, Bapak Inigo Soetarmo
(alm), Bapak Slamet Atmoprajitno, Bapak Totngaedi, serta beberapa guru dari
STM Negeri I, ST Negeri III, dan ST Negeri VII. STM Kanisius memiliki dua
jurusan, yaitu jurusan Mesin Umum dan Bangunan Gedung. Pada waktu itu
sekolah masih masuk siang (Jam 13.30 – 18.50).
3. 1 Agustus 1963 STM Kanisius pindah ke gedung SMP Kanisius II di Jalan
Honggowongso 110, Surakarta.
4. 1964 Yayasan Karya Bakti didaftarkan dan disahkan notaris. Didatangkan
beberapa unit mesin bongkaran dari Eropa, antara lain mesin bubut, mesin sekrap,
dan mesin gergaji kayu. Dengan demikian, disamping mendapatkan pelajaran
praktek biasa yang diselenggarakan di ST Negeri III Purwonegaran, para siswa
memperoleh kesempatan untuk memakai, memelihara, dan merawat mesin.
Yayasan membeli tanah di desa Karangasem, Laweyan, Surakarta yang kemudian
di atasnya dibangun bengkel dan kelas-kelas untuk STM Katolik Santo Mikael.
5. Desember 1966 Diangkat dua tenaga karyawan yang digaji pemerintah dengan
20
status jabatan: seorang tenaga guru negeri, seorang tenaga subsidi, seorang tenaga
administrasi subsidi.
6. 1 Januari 1967 Berkat perjuangan Bapak Haryadi, yang bekerja pada Direktorat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat di Jakarta, dengan Surat
Keputusan Pemerintah tertanggal: Jakarta 30 Desember 1966 No. 4464/BS/F.II,
maka mulai tanggal 1 Januari 1967 nama STM Kanisius diganti dengan nama
STM Katolik Santo Mikael Bersubsidi, Surakarta, berstatus Swasta Bersubsidi.
7. 1968 Dibangun kampus baru di Jl. Mojo No. 1, Karangasem, Laweyan, Surakarta
(masih ditempati sampai sekarang).
8. 1969 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Wahyosudibyo kepada Bapak
Wirasmo dan kemudian kepada Bapak Sihombing.
9. 1 Januari 1970 STM Katolik Santo Mikael mulai menempati kampus baru di
Karangasem, Laweyan, Surakarta.
10. 1971 Jurusan Bangunan Gedung ditiadakan. Jurusan ini telah berhasil meluluskan
146 alumni. Sejak saat itu, pelajaran praktek dapat dilakukan sepenuhnya di
bengkel ATMI, di bawah pengawasan Instruktor ATMI, pada saat para
mahasiswanya mengikuti kuliah teori.
11. 1974 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Sihombing kepada Bapak Timoteus
Soedarsono.
12. 1983 STM Katolik Santo Mikael membangun bengkel baru yang terpisah letaknya
dari bengkel lama milik ATMI. Bengkel baru ini - selain merupakan fasilitas
praktek STM Katolik Santo Mikael - juga digunakan untuk fasilitas lembaga
latihan kerja atau Job Training bagi lulusan STM Katolik Santo Mikael yang tidak
masuk ATMI atau tidak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Lembaga baru yang bernama Pendidikan Pelaksana Tehnik (PPT) ini
bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan peserta didik agar lebih siap memasuki
lapangan kerja. Selama satu tahun peserta didik mendapat latihan intensif untuk
praktek yang lebih produktif dengan spesialisasi Mechanic Sheet-Metal dan Las-
Konstruksi. PPT dikelola oleh ATMI.
13. 1984 Kurikulum baru tahun 1984 ditetapkan. Secara bertahap siswa memakai
kurikulum baru tersebut sejak 1985. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bidang
21
Pendidikan Menengah Kejuruan No. 794/103.9/M”86 tertanggal 20 Agustus 1986,
secara resmi STM Santo Mikael memakai kurikulum 1984 Rumpun Tehnologi
Pengerjaan Logam (TPL) dengan program studi Mesin Produksi. Tahun
1987/1988 seluruh peserta didik kelas I, II, dan III telah melaksanakan kurikulum
tahun 1984.
14. 15 November 1985 Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah No. 001/C/Kep/1.86, sebagai hasil akreditasi, STM Katolik Santo
Mikael diberi status “DISAMAKAN”.
15. 1987/1988 Diterima tiga kelas siswa baru di kelas satu. Dengan demikian, jumlah
siswa baru yang diterima menjadi 120 peserta didik (yang sebelumnya 80 siswa).
16. 1989/1990 STM Katolik Santo Mikael menjalankan Program Plus agar
tamatannya lebih mampu berkompetisi memasuki dunia kerja maupun studi lanjut
di ATMI. Program Plus yang dimaksud ialah plus Gambar Produktif 700 jam dan
Praktek Mekanik 400 jam dengan system blok di kelas III. Akreditasi ulang
dilaksanakan tahun 1990, dan dengan SK No. 349/C/Kep/I/1990 STM Katolik
Santo Mikael kembali dikukuhkan statusnya sebagai yang Disamakan.
17. 1994 Jurusan yang semula bernama Mekanik Umum diubah menjadi Jurusan
Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi.
Pembaruan kurikulum ini menekankan pada penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda. Dengan demikian apa yang sudah dirintis selama bertahun-tahun
mendapatkan wujud yang jelas dari Pemerintah dengan adanya pembaruan
kurikulum tahun 1994.
18. 1995 Mendikbud RI (Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro) berkenan
melihat dari dekat keberhasilan STM Katolik Santo Mikael dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama dalam penerapan Link and Match.
19. 1997 Singkatan STM diganti menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
sehingga yang sebelumnya STM Katolik Santo Mikael menjadi SMK Katolik
Santo Mikael.
20. 1999 Pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1994 Edisi
1999. Dengan berlakunya kurikulum ini, terjadi pergantian istilah dari Jurusan
Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi
22
menjadi Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian Teknik Mesin
Perkakas.
21. 2 Februari 2002 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Tim Soedarsono kepada
Bapak Drs. Antonius Suroto. SMK Katolik Santo Mikael ditetapkan oleh
pemerintah sebagai sister dari IGI (Indonesian German Institute). IGI adalah
lembaga kerja sama pemerintah Indonesia dan Jerman untuk meningkatkan
kualitas SDM di Indonesia. Ada rasionalisasi Program Plus Gambar dan Plus
Mekanik hal ini dilakukan sejalan dengan perubahan kurikulum yang berlaku.
Adapun bentuk rasionalisasi yaitu Plus Gambar bagi semua siswa dan
diberlakukan Total Block System. Pada bulan September dan November dilakukan
External Audit oleh TÜV (Technischer Überwachnungsverein)/Dinas Pengawasan
Tehnis Rheiland Jerman dan direkomendasikan untuk memperoleh sertifikat.
22. 2003 SMK Katolik Santo Mikael di usianya yang ke 40 tahun terbukti semakin
matang sebagai SMK unggulan di bidangnya dimana pada tanggal 7 Januari 2003
merupakan hari bersejarah dengan diterimanya sertifikat ISO 9001:2000 nomor 01
100 018826 dari PT TÜV Internasional Indonesia. Dengan sertifikat ini, SMK
Katolik Santo Mikael merupakan SMK pertama di Indonesia yang diakui secara
international dalam manajemen mutunya.
23. 2004 Diberlakukan Kurikulum 1994 Edisi 2004, pada tahun ini pula ini terjadi
pergantian istilah dari Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian
Teknik Mesin Perkakas menjadi Program Keahlian Teknik Pemesinan.
24. 2006 SMK Katolik Santo Mikael memperoleh Akreditasi A (Amat Baik) melalui
Surat Keputusan dari BAS (Badan Akreditasi Sekolah) Provinsi Jawa Tengah
nomor 018/BASPROP/TU/I/2006. Hal ini semakin membuktikan bahwa SMK
Katolik Santo Mikael Surakarta bukan hanya “The First” untuk Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam penyelenggaraan
pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas. Disamping itu,
SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menjadi contoh bagi SMK lain di
Indonesia. Hal ini terbukti dengan makin banyaknya sekolah ataupun institusi
pendidikan di Indonesia yang melakukan studi banding untuk belajar dari
pengalaman SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dalam penyelenggaraan
23
pendidikan kejuruan.
25. 2008/2009 SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menambah jumlah siswa kelas X
menjadi 160 orang dengan tiap kelas diisi 40 siswa.
26. 1 Agustus 2008 Pergantian kepala sekolah dari Bapak Drs. Antonius Suroto
kepada Romo Tibotius Agus Sriyono SJ, M. Hum.,M.A.
27. Dan sekarang, kepala sekolah di jabat oleh Bapak Murdjiono lulusan dari
Pascasarjana UNY Yogyakarta.
2. Lokasi Sekolah.
Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1
Karangasem, Laweyan Surakarta. Lokasi sekolah ini cukup dekat dari Yogyakarta, arah
ke Solo. Untuk menempuh ke SMK St.Mikael Surakarta dengan menggunakan
kendaraan roda dua membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Namun meskipun dekat,
pada perjalanan kami pertama kali untuk mengantar surat observasi, kami kesasar
hingga ke ujung Solo. Hal ini terjadi karena awalnya memang kami belum mengetahui
alamat jelas dari SMK St. Mikael Surakarta. Dari Yogyakarta jam 6.00 pagi dan
ketemunya sekolah ini jam 13.00 siang.
3. Fasilitas Bengkel Teknik Pemesinan (Mesin Perkakas).
a. Layout Bengkel Teknik Pemesinan.
Perencanaan tata letak merupakan rencana menyusun mesin dan peralatan
(fasilitas) produksi disuatu tempat (pabrik, ruang praktik/bengkel) guna
memperlancar proses praktik dan proses produksi (jika pabrik). Tata letak
merupakan integrated system antara mesin, tempat bekerja, gudang, personel (guru
dan siswa) agar memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Factor-
faktor yang harus diperhatikan dalam mengatur tata letak : ruang gerak bagi
materil, pekerja, dan ruang untuk service dan repair equipment.
Prinsip dasar penyusunan tata letak/layout :
1. Integrasi secara total.
2. Jarak perpindahan bahan paling minimum.
3. Memperlancar aliran kerja (menghindari gerakan balik, gerakan memotong,
24
kemacetan).
4. Kepuasan, kenyamanan dan keselamatan kerja.
5. Fleksibilitas.
Pedoman yang digunakan dalam tata letak/layout adalah : tata letak
berdasarkan fungsi dan tata letak berdasarkan produk. Tata letak berdasarkan
fungsi, peralatan/mesin yang sejenis dikelompokkan dalam suatu
ruangan/bagian/seksi/unit yang sama. Dengan demikian maka pada bengkel mesin
produksi akan ada beberapa unit bengkel berdasrkan jenisnya misalnya unit bubut,
unit frais, unit gerinda, unit pemotongan dan sebagainya. Sedangkan tata letak
berdasarkan produk, peralatan/mesin yang ada di bengkel dikelompokkan menurut
kebutuhan untuk menghasilkan suatu jenis produk. Jadi misalnya suatu produk
dibuat suatu tahapan pengerjaan dibubut, dibor, dan kemudian dikerjakan dengan
mesin gerinda, maka ketiga jenis mesin tersebut berada dalam satu ruangan.
Berikut ditampilkan tata letak bengkel Teknik Pemesinan di SMK St.Mikael
Surakarta.
Gambar 1. Layout Bengkel Teknik Mesin SMK Mikael.
Mesin-mesin berat diletakan secara miring dan rapi. Setiap mesin dilengkapi
dengan tumpukan kaki yang terbuat dari kayu padat. Peletakan mesin secara
menyamping/serong ini tujuannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
25
b. Rasio Peralatan.
Penggunaan peralatan di bengkel SMK St.Mikael Surakarta oleh peserta didik
adalah 1 : 1. Artinya setiap peserta didik menggunakan 1 peralatan praktik, tidak
ada istilah “boncengan”. Untuk bisa 1 : 1 maka system pembelajaran/praktikum di
bengkel diterapkan system Shift, yakni rombel 32 siswa dibagi 2 shift. Yang shift
pertama masuk pagi dan shift kedua masuk siang. Sehingga setiap anak akan
mendapatkan 1 peralatan/mesin untuk praktikum. Hal ini terlihat pada gambar
berikut :
Gambar 2. Rasio 1 : 1
Gambar 3. Rasio 1 : 1
26
4. Ketentuan Umum Bengkel.
a. Standar Bangunan Bengkel.
Bangunan bengkel terpisah dari ruang kelas teori. Hal ini untuk mengurangi
kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar peserta didik di ruang kelas.
Struktur bangunan juga di buat dengan atap yang sangat tinggi dari seng dan
pengait-pengait dari besi dengan pencahayaan yang baik dan sirkulasi udara yang
baik.
Gambar 4. Struktur Bangunan (Atap)
Gambar 5. Struktur Bangunan (Atap)
27
b. Standar Lantai & Pintu Bengkel.
Lantai pada bengkel SMK St. Mikael dibuat tidak licin yang bertujuan demi
keamanan dalam bekerja. Selain itu lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan
mesin atau alat berat menggunakan warna cat yang berbeda. Pintu bengkel dibuat
dari besi yang sangat berat dan kuat. Aturan warna ini meliputi : warna merah
untuk tanda jalan, warna hijau untuk tempat kerja, dan warna kuning untuk alat
yang tidak boleh disentuh. Pada lab CNC menggunakan warna lantai hijau
sementara untuk bengkel atau workshop besar hanya lantai arah/tanda jalan yang
diberi warna merah. Terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6. Lantai di Lab CNC
Gambar 7. Lantai di Bengkel SMK Mikael.
28
c. Standar Penyekatan
Pada dasarnya bangunan bengkel pada SMK St. Mikael terletak dalam satu
atap, hanya saja untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi
penyekat. Terdiri dari bengkel dasar untuk kikir dan pahat untuk kelas X, bengkel
untuk proses pembubutan dan produksi, lab CNC, bengkel unit produksi. Namun
masing-masing penyekat diberi kaca berwarna hitam. Terlihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 8. Penyekatan ruangan.
Gambar 9. Penyekatan Ruangan Kaca Hitam .
29
d. Standar Kenyamanan Pendengaran.
Standar kenyamanan pendengaran ini berkaitan dengan tingkat kebisingan
suara alat-alat dalam bengkel. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan
adalah bunyi yang tidak di inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.
e. Standar Sirkulasi Udara.
Pada bengkel SMK St. Mikael dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara.
Hal ini bertujuan agar sirkulasi udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar
matahari masuk ke dalam bengkel tanpa harus menggunakan lampu. Selain itu
dilengkapi juga dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding bengkel.
Kemudian khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC karena pada
lab CNC peralatan yang digunakan adalah beberapa unit computer, dan pada unit
produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau temperature
dingin/sejuk.
Gambar 10. Lab CNC
30
Gambar 11. Bengkel Unit Produksi
Gambar 12. Bengkel Unit Produksi
31
f. Fasilitas Tambahan.
Pada bengkel SMK St. Mikael juga terdapat fasilitas tambahan yang terletak
terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat instruktur.
Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker peserta didik
bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat istirahat/tempat duduk.
Gambar 13. Loker Peserta Didik Kls X sd XII
Gambar 14. Ruang Instruktur & Tempat Istirahat
32
B. Data dan Profil SMK Negeri 6 Yogyakarta.
1. Sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta.
SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) atau yang sekarang lebih di kenal dengan
SMK Negeri 6 Yogyakarta. Sekolah ini adalah saksi adannya sejarah di Yogyakarta.
Pada jaman penjajahan Sekolah Guru Kepandaian Putri (sekarang SMKN 6
Yogyakarta) ini berdiri sebelum tahun 1946. tepat bersamaan Ibu kota Jakarta pindah
ke Yogyakarta. Waktu itu Sekolah Guru Kepandaian Putri ini berada di Jln Hayam
Wuruk no. 11. Kemudian pada tahun 1971 Sekolah Guru Kepandaian Putri berganti
nama menjadi SKKA atau Sekolah Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga, pada
1996 SMKKA menjadi SMKN 6 hingga sekarang. Bertempat di Jalan Kenari 4
Yogyakarta, kelurahan Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta pada 1971.
Sekolah kejuruan ini telah menerapan ISO 9001:2000 sejak Agustus 2008 lalu.
Dimana kebijakan ISO itu antara lain berupa komitmen melakukan perbaikan sistem
manajemen mutu secara terus menerus. Bertujuan memberikan kepuasan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkualitas dan berbasis Produktif.
Produktifitas ini menciptakan lulusan berakhlak, bermental kuat, dan tangguh,
serta menciptakan etos kerja yang produktif di berbagai bidang keahlian. Maka
dibukalah beberapa fasilitas seperti laboratorium, komputer, bahasa, salon kecantikan,
lapangan olah raga. Dengan harapan selain mampu mengembangkan kreativitas,
inovatif dan adaptif juga mampu bersikap dedikatif terhadap profesi yang ditekuni
selama belajar di SMKN 6 Yogyakarta. Dimana lulusan dari sekolah satu ini benar-
benar meluluskan peserta didik yang meningkatkan pengembangan potensi dan bakat
peserta didik.
Adapun beberapa program kerja di sekolah yaitu ketercapaian Tujuan,
Manajemen dan organisasi, ketenagaan dan kurikulum. Dimana para siswa mampu
menunjukkan prestasi kerja tingkat daerah maupun nasional.
33
Gambar 15. SMK Negeri 6 Yogyakarta
Lebih jelas dari sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta sebagai berikut :
 SMK 6 Yogyakarta Berdiri sebelum 1946, dengan nama SGKP (Sekolah Guru
Kepandaian Putri) dan pada tahun tersebut pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena
Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Beralamat di Jln Hayam Wuruk no
11. Dengan Kepala Sekolah ibu Kartini Prawirotanoyo, sekolah ini mempunyai
kelas A = Masak, B = Menjahit dan C = Kerajinan.
 Pada tahun 1964 berganti nama menjadi SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga
Atas), dan pada 1971 sekolah ini menempati gedung di jalan Kenari 2, kemudian di
jln Kenari 4. Dengan Kepala Sekolah ibu Roemijati Soegiharto sekolah ini
mempunyai Jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada saat
kepemimpinan beliau Sekolah ini mulai dipergunakan untuk mengawali lahirnya
Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggan (SMTK) Yang sekarang menjadi
SMKN 4.
 Pada tahun 1974 nama sekolah bukan lagi SKKA melainkan SMKK (Sekolah
Menengah Kesejahteraan Keluarga) sekolah ini di kepalai oleh Ibu Suwarni, sampai
dengan beliau purna tugas dan di lanjutkan oleh PLH ibu Supartini selama belum
ada Kepala Sekolah pengganti (1980 s.d 1990 ) Adapun jurusan yang ada adalah
Boga, Busana dan Rumah Tangga.Tahun 1996 nama SMKK berubah menjadi
SMKN 6 (Sekolah Menengah Kejuruan). Sesuai Kurikulum ’94 SMKN 6 masuk
34
dalam Kelompok Pariwisata dengan jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata
Kecantikan dibawah kepemimpinan Ibu Soemarti Marjanto sampai dengan masa
purna tugas dan dilanjutkan oleh PLH ibu PH Soetjipto.( 1991s.d 1996)
 Tahun 1996 – 2000 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs. Rudjito. Selanjutnya,
Tahun 2000 – 2002 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Ida Farida.Pada
periode ini mulai dibuka program keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata
Kecantikan Kulit.
 Tahun 2002 – 2003 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs.Sumartono. Pada tahun
2003 – 2007 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Nur Istriatmi, pada periode ini
tahun 2006/2007 membuka Bidang Keahlian Pariwisata dengan Program Keahlian
Hotel Restoran.
 Januari 2008 Drs. Sugeng Sumiyoto, MM menggantikan Dra. Nur Istriatmi menjadi
Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2008/2009 sekolah ini
membuka program keahlian baru yaitu Patiseri, dibawah bidang keahlian Tata Boga,
dan program keahlian UJP di bawah bidang keahlian Pariwisata.
 Pada Bulan Agustus 2008 SMK Negeri 6 Yogyakarta Penerapan ISO
9001:2000.Tanggal 20 September 2008, peresmian dan Louncing Hotel Training
Center “EDOTEL Kenari”.
 Tahun 2012 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Darwestri.
2. Letak Geografis SMK 6 Yogyakarta
SMK Negeri 6 Yogyakarta berlokasi di Jalan KenariNo. 4 RT. 28 RW. 08, Desa
Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kabupaten Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta 55166. Letaknya juga sangatkondusif untuk melaksanakan proses
pembelajaran karena jauh dari keramaian seperti pasar. Sekolah ini dibangun di atas
tanah 6325 m² dengan luas bangunan 4985 m², luas taman 385 m², luas lapangan olah
raga 110 m², luas kebun 685 m² dan lain-lain 160 m². Berada pada lokasi strategis dan
dekat dengan pusat kegiatan olahraga.
Secara geografis letak SMK Negeri 6 Yogyakarta di sebelah utara berbatasan
dengan jalan Kenari, sebelah timur berbatasan dengan Kampus II FIP Universitas
Negeri Yogyakarta, sebelah selatang berbatasan dengan Asrama Pendidikan Universitas
35
Negeri Yogyakarta sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Hotel Training Center
“EDOTEL Kenari”.
Gambar 16. Site Plan SMK Negeri 6 Yogyakarta
3. Fasilitas Laboratorium Jasa Boga.
a. Layout Laboratorium K1.
Penataan peralatan di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan suatu
keuntungan yang maksimal dengan cara mengatur peralatan/penempatan semua
fasilitas pada tempat/lokasi yang strategis dan posisi yang terbaik sehingga dapat
mencapai pemanfaatan yang berimbang dari faktor-faktor manusia, bahan, alat
praktek dan pendanaan akan merupakan sesuatu yang sangat dominan dan selalu
harus menjadi perhatian dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali
dalam kegiatan penataan dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dengan perkataan lain bahwa penataan peralatan dalam laboratorium,
laboratorium merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kelancaran di dalam
berproduksi dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan Belajar Mengajar.
Lebih terinci lagi bahwa penataan memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya
2. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi siswa dan guru
36
3. Memaksimalkan penggunaan alat prakatek
4. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
5. Mempermudah pengawasan
Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, Tata letak alat-alat
berat di ruang praktek jasa boga masih belum sesuai standar serta. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dari segi ukuran ruang praktek yang belum memenuhi
standar. Berikut ditampilkan tata letak alat praktek Jasa Boga di SMK Negeri 6
Yogyakarta.
Gambar 17. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta
37
Gambar 18. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta
Gambar 19. Suasana Praktek Lab K1
Pelaksanaan PBM didalam lab jasa boga oleh team teaching baik teori maupun
praktek. Untuk mata pelajaran boga dasar jumlah jam tiap kali tatap muka sebanyak
7 jam. Jumlah pertemuan /minggu sebanyak 4 kali tatap muka. Guru memberikan
instruksi tahap demi tahap dalam melakukan praktek yang tertuang dalam jobsheet
38
tanpa demonstrasi. Kemudian siswa yang melakukan praktek sesuai dengan jobsheet
tetapi dalam hal ini lebih ditekankan kreatifitas siswa. Contoh : kompetensi bumbu
dasar, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dalam mengimplementasikan
penggunaan bumbu dasar pada makanan. Bumbu dasar ada 3 : bumbu putih, kuning
dan merah. Penerapan bumbu-bumbu ini pada setiap masakan dipilih secara bebas
oleh siswa sendiri. Contoh kedua misalnya KD garnis. Siswa diberikan kebebasan
mengembangkan kemampuannya untuk melakukan garnis pada makanan sesuai
dengan kreatifitasnya.
Pengadaan jobsheet dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran yang
diberikan pada waktu akan praktek. Tetapi untuk resep yang akan dipraktekan
diberikan ke siswa sehari sebelum praktek agar siswa menyiapkan alat dan bahannya.
Ruang praktek K1 merupakan ruang yang memiliki ukuran ruang praktek
paling besar dari keseluruhan ruang praktek boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta.
Ruang K1 selain berfungsi sebagai ruang praktek namun terkadang juga digunakan
sebagai ruang teori / belajar siswa. Ruang praktek K1 dapat menampung 32 siswa
pada saat pelaksanaan praktek.
b. Layout Laboratorium K 2 / Kontinental
Lab K2 atau biasa disebut lab kontinental, merupakan lab yang digunakan
untuk memproduksi makanan nusantara. Jumlah alat berat di ruang Kontinental tidak
sebanyak ruang K1, ruang praktek K2 / kontinental mempunyai ukurang ruang lebih
kecil dari ruang K1, selain itu untuk pencahayaan pada ruang ini juga kurang
memadai. Hal ini memberi kesan ruang lebih gelap dan suram.
39
Gambar 20. Layout Laboratorium K2 / continental
Pada ruang ini fasilitas sanitasinya sudah ada. Saluran pembuangannya terlihat
sehingga memudahkan dalam pembersihannya.
Gambar 21. Layout Laboratorium K2 / Kontinental
c. Layout Lab Patiseri
Lab patiseri adalah lab yang digunakan untuk praktek pembuatan roti / kue.
Pada Lab ini penataan alat-alat prakteknya juga belum memenuhi standar, hal ini
40
dikarenakan ukuran ruang praktek yang kecil. Hal ini berdampak pada peletakkan
alat-alat praktek siswa terlihat bertumpuk.
Gambar 22. Ruang Praktik Patiseri
Ukuran ruang praktik yang cukup kecil sehingga mengakibatkan kesulitan
para siswa dalam bergerak secara leluasa pada saat praktik.
Gambar 23. Suasana Praktik di ruang Patiseri
41
Pada ruang patiseri fasilitas sanitasinya sudah cukup maksimal, sehingga
memudahkan dalam membersihkannya.
Gambar 24. Fasilitas Sanitasi
d. Layout Lab Tata Hidang
Para siswa selain dilatih keterampilan dalam membuat makanan mereka
juga dilatih dalam menata hasil masakan mereka untuk disajikan pada konsumen.
Pada ruang tata hidang suasana lebih nyaman. terang dan sejuk. Pada ruangan tata
hidang di lengkapi dengan penerangan yang cukup dan AC untuk memberi kesan
nyaman kepada para konsumen. Pada ruang ini dilengkapi dengan cermin
berukuran cukup panjang, dengan tujuan untuk memberikan kesan luas pada
ruangan.
Di ruang tata hidang berisi 7 buah meja saji yang digunakan menata hasil
masakan para siswa. Pada saat kami turun observasi, ujian praktik baru saja
berlangsung beberapa hari sebelum kedatangan kami sehingga aktiftas praktik tata
hidang siswa tidak dapat kami peroleh.
Pada ruang tata hidang dilengkapi dengan sebuah dapur kecil yang
berfungsi untuk memanaskan masakan sebelum disajikan.
42
Gambar 25. Lab Tata Hidang Gambar 26. Dapur Mini
e. Rasio Peralatan
Penggunaan alat praktek di Lab K1 pada SMK Negeri 6 Yogyakarta oleh
peserta didik adalah 1 : 1, hal ini dapat dilaksanakan karena dalam setiap
pelaksanaan praktek dengan jumlah rombel 32 siswa, maka akan dibagi menjadi 2
kelompok yang masing kelompok terdiri 2 siswa, dimana setiap set meja praktek
untuk kapasitas 2 kelompok atau dalam satu set meja praktek teridiri dari 4 siswa.
Hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah.
Gambar 27. Suasana Praktik Lab K1
43
Gambar 28. Suasana Praktik Lab Patiseri
4. Ketentuan Umum Bengkel.
a. Standar Ruang Pengolah Makanan.
Standar ruang pengolahan makanan pada ruang praktek K1, K2 dan Ruang
Patiseri masih kurang memenuhi standar, hal ini berdampak pada penaataan dan
penempatan alat praktek yang masih bertumpuk dan memberi kesan sempit pada
ruang praktik.
Namun ada beberapa hal yang sudah di penuhi oleh ruang praktik pengolah
makanan di SMK Negeri 6 Yogyakarta antara lain yaitu tersedianya lemari
penyimpanan dingin untuk makanan secara terpisah sesuai dengan jenis
makanan/bahan makanan yang digunakan seperti daging, telur, unggas, ikan
sayuran dan buah dengan suhu yang dapat mencapai kebutuhan syrat yang di
inginkan. Seperti contoh pada ruang boga K1 dan Lab Patiseri dilengkapi dengan
dua lemari pendigin berukuran besar untuk menyimpan bahan praktik yang akan
digunakan dan bahan praktek sisa pakai.
44
Gambar 29. Lemari Penyimpanan Bahan Praktek
Tempat memasak makanan yang terpisah dari dari tempat penyiapan
makanan. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta telah disediakan sendiri ruang untuk
penyimpanan makanan yang telah di olah yaitu pada ruangan tata hidang.
Sedangkan untuk ukuran ruang praktek K1, K2, Lab Patiseri dan Lab Tata
Hidang sedikit berbeda. Pada ruang K1 ukuran ruang cukup besar dibandingkan
tiga ruang praktik lainnya, sehingga daya tampung cukup memadai sehingga
dapat menampung siswa sejumlah 32 orang. Sedangkan pada ruang praktik K2
ukurannya sedikit lebih kecil sehingga menyebabkan ruang gerak siswa pada saat
praktik kurang maksimal.
b. Standar Dinding
Standar dinding untuk ruang jasa boga memang sebaiknya terbuat dari bahan
yang mudah dibersihkan, kuat dan tahan uap air dan panas. Bagian dinding yang
sering terkena air atau minyak hendaknya sering dibersihkan hal ini untuk
menghindari berkembangnya bakteri yang mengganggu ke hygienesan makanan.
Permukaan dinding yang terkena percikan air dilapisi bahan kedap air
(setinggi 2m), permukaannya halus dan berwarna terang.Dinding pada ruang
praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah cukup memenuhi standar, hal
ini terlihat dari bahan teghel yang di gunakan untuk melapisi dinding ruang
praktik boga.
45
Gambar 30. Dinding Ruang Praktik K 1
Ganbar 31. Dinding Ruang Praktik Patiseri
c. Standar Lantaidan Pintu Lab
Standar lantai untuk boga harus di buat dari bahan yang mudah dibersihkan
dan mudah kering. Apabila lantai kotor terkena tumpahan makanan atau cairan
hendaknya cepat dibersihkan agar kebersihan tetap terjaga.Standar lantai yang ada
di ruang praktik boga pada SMK Negeri 6 Yogyakarta menggunakan teghel
seperti yang nampak pada gambar.
46
Gambar 32. Lantai Ruang
Untuk standar pintu lab, pintu sebaiknya dirancang menggunakan bahan yang
tahan terhadap binatang pengerat, benturan dan air. Pada ruang praktik boga di SMK
Negeri 6 Yogyakarta, standar pintunya terbuat dari kayu. Pada bagian atas pintu
ruang praktik dilengkapi dengan kaca bening, hal ini bertujuan untuk memberikan
pencahayaan yang cukup pada ruang praktik. Selain itu posisi pintu yang membuka
keluar sudah tepat.
Gambar 33. Pintu Lab K1
47
Gambar 34. Pintu Lab Kontinental
d. Standar Sirkulasi Udara dan Penerangan
Standar ventilasi dan penghawaan ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman (±20% dari luas
lantai). Hal ini bertujuan untuk mencegah udara di dalam ruangan terlalu panas
dan menghindari kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau lantai-
lantai serta membuang bau, asap dan pencemaran.
Pada tiap ruang praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta dilengkapi dengan
jendela dan ventilasi yang cukup. Di ruang praktik kontinental di lengkapi dengan
kipas angin pada langit-langitnya hal ini cukup membantu sirkulasi udara.
Gambar 35. Sirkulasi Udara.
48
e. Standar Penyimpanan
Standar penyimpanan bahan praktek sudah cukup memenuhi standar, hal ini
terlihat dengan tersedianya lemari pendingin di tiap ruang praktik. Di ruang
praktik tersedia dua lemari pendingin untuk menyimpan bahan siap pakai dan
bahan sisa pakai.
Namun tempat penyimpanan alat praktik masih kurang memenuhi standar,
beberapa alat praktik di simpan di ruang terbuka sehingga rentan terkena debu
dan lain sebagainya. Tata letak alat seperti wajan, sendok, piring yang umum
digunakan, diletakan di laci setiap meja praktek. Sementara alat-alat lain di
simpan di ruangan lain dan jika akan dipakai setiap siswa dalam kelompoknya
membuat daftar peminjaman alat kepada laboran. Dan setelah selesai praktek alat
–alat tersebut harus dikembalikan lagi.
Penyimpanan alat-alat khusus sesuai temperature atau suhu ruangan belum
dilakukan karena kurangnya ruangan.
Gambar 36. TempatPenyimpanan Alat
49
Gambar 37, 38. Lemari Penyimpan Alat
f. Standar Pakaian Kerja
Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada saat praktek
mengolah makanan yaitu standar pakaian kerja. Standar pakaian kerja siswa di
SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah memenuhi standar, hal ini nampak pada saat
praktek mengolah makanan siswa telah dilengkapi dengan :
- Celemek/apron
- Tutup rambut
- Sepatu
Selain itu siswa juga tidak diperkenankan menggunakan perhiasan tangan, dan
mengaktifkan alat komunikasi (HP). Jika siswa melakukan pelanggaran seperti
masih mengaktifkan alat komunikasi selama praktik berlangsung maka guru
berhak memberi sanksi pada siswa dengan melakukan penyitaan pada HP siswa.
50
Gambar 39, 40. Pakaian Kerja
g. Standar Tempat Pencucian
Untuk keperluan pencucian idealnya disediakan dua tempat pencucian
peralatan. Satu untuk peralatan dapur ukuran besar dan yang lain untuk
tempat pencucian peralatan gelas. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta tempat
pencuncian peralatan prakteknya di lakukan di halaman depan kelas, hal ini
dikarenakan tidak adanya ruang khusus untuk pencucian peralatan praktek.
Sedangkan tempat cuci tangan sudah diletakkan dekat dengan area kerja.
Jumlah tempat cuci tangan sudah cukup memenuhi standar karena di tiap
meja kerja dilengkapi dengan tempat pencucian tangan. Dan pada tiap ruang
praktek dilengkapi dengan kran air panas. Air bersih cukup tersedia untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan penyelenggaraan praktik.
Gambar 41, 42. Tempat
Pencucian Tangan
51
h. Standar Rincian Pipa Saluran Sanitasi
Ruang praktik jasa boga yang dikatakan memenuhi standar adalah dengan
tersedianya saluran pembuangan atau sanitasi. Pada ruang praktik K1, saluran
pembungannya ada namun tidak tampak hal ini mengakibatkan kesulitan dalam
pembersihan jika mengalami penyumbatan. Namun pada ruang Patiseri dan ruang
kontinental, saluran sanitasinya nampak sehingga mudah ketika akan
membersihkannya.
Gambar 42, 43 .Saluran Sanitasi
i. Standar Fasilitas Tambahan ( Loker, ruang ganti, jamban dll )
Untuk fasilitas tambahan seperti ruang ganti dan loker tempat penyimpanan
masih belum memenuhi standar. Tempat praktik jasa boga seharusnya dilengkapi
dengan ruang khusus ganti siswa, namun di SMK Negeri 6 Yogyakarta belum
tersedia ruang khusus ganti dan tempat menyimpan tas siswa. Untuk ruang ganti
para siswa menggunakan toilet sedangkan untuk penyimpanan tas siswa disediakan
loker di depan ruang praktik namun jumlah loker yang kurang memadai sehingga
menyebabkan tas siswa terlihat tidak tertata rapi.
52
Gambar 44. Loker Siswa
C. Pembahasan.
a. Kualitas Profil SMK St. Mikael Surakarta.
Fasilitas Bengkel
1. Tata Letak Peralatan Bengkel
Letak alat yang baik akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam bekerja. Untuk tata letak alat dletakkan dalam satu ruangan
berdasarkan fungsi dan produk. Untuk pengelompokkan alat berdasarkan
fungsi, semua alat dengan jenis yang sama ditempatkan dalam satu
ruangan yang memungkinkan apabila terdapat praktik suatu mata
pelajaran tetrentu menggunakan alat tersebut, maka siswa dapat belajar
dalam satu ruangan bersama instrukturnya. Sedangkan pengelompokkan
alat berdasarkan produksi yaitu penempatan alat yang bertujuan untuk
pembelajaran yang menghasilkansuatu produk, beberapa alat yang
berkaitan dengan produk yang akan dihasilkan ditempatkan dalam satu
ruangan sehingga siswa tidak perlu keluar ruangan untuk menggunakan
alat.
Alat disusun secara miring untuk memudahkan lalu linta siswa dan
pengajar dan juga untuk keselamatan kerja.
Setiap alat besar menggunakan alas/pijakan berupa kayu yang bertujuan
53
utuk keselamatan kerja.
2. Rasio Peralatan
Sangat baik tiap siswa menggunakan satu peralatan sehingga siswa dapat
benar-benar menguasai praktek dengan menggunakan alatnya sendiri. Jika
sistem satu alat digunakan oleh dua atau lebih peserta didik, materi tidak
sepenuhnya terserap oleh peserta karena yang lainnya mungkin saja hanya
akan melihat temannya bekerja.
B. Ketentuan Bengkel
1. Standar Bangunan
Ruang praktek yang dipisahkan dari ruang belajar teori sangat
berpengaruh dalam konsentrasi siswa belajar.Di ruang praktek mesin,
kebisingan alat-alat saat bekerja dapat merusak konsentrasi siswa apabila
belajar teori.Pencahayaan yang baik dengan atap yang tinggi membuat
peserta didik dalam ruang praktek tetap nyaman bekerja. Efek radiasi
cahaya, iluminasi cahaya akan memberikan dampak terhadap proses
belajar praktik.
2. Standar Lantai dan Pintu Bengkel
Lantai bengkel tidak licin untuk keamanan dalam bekerja. Selain itu
lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan mesin atau alat berat
menggunakan warna cat yang berbeda, setiap warna mempunyai fungsi
informasi yang berbeda.Pintu bengkel dibuat dari besi yang sangat berat
dan kuat.
3. Standar Penyekatan
Untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi penyekat
karena berada dalam satu atap.Masing-masing penyekat diberi kaca
berwarna hitam sehingga peserta didik di ruang yang satu dengan ruang
yang lainnya tidak saling terganggu.
4. Standar Kenyamanan Pendengaran.
Standar kenyamanan pendengaran telah disesuaikan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di
54
inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
5. Standar Sirkulasi Udara
Bengkel dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara agar sirkulasi
udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar matahari masuk ke dalam
bengkel tanpa harus menggunakan lampu.Selain itu bengkel juga
dilengkapi dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding
bengkel.Khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC
karena peralatan di lab CNC terdapat beberapa unit komputer, dan pada
unit produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau
temperatur dingin/sejuk.Terdapat standar temperatur ruangan yaitu 22
dearajat celcius karena ruangan yang panas akan memberikan efek
terhadap mesin dan juga peserta didik menjadi tidak nyaman bekerja
karena kepanasan.
6. Fasilitas Tambahan.
Fasilitas tambahan sangat membantu kepentingan kegiatan kerja
praktik.Fasilitas tambahan yang berada di SMK St. Michael terletak
terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat
instruktur. Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker
peserta didik bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat
istirahat/tempat duduk. Sangat membantu dengan adanya loker bagi setiap
peserta didik maupun instruktur,siswa dapat menaruh barang dan merasa
aman karena kunci loker dapat dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Pelaksanaan PBM Di SMK St. Mikael Surakarta.
System pembelajaran di SMK St. Mikael Surakarta menggunakan system
blok dan pada saat pelaksanaan praktikum dilakukan system Shift. Rombel 32
siswa dibagi menjadi 2 shift kelompok. Shift kelompok pertama masuk pagi dan
shift kelompok kedua masuk siang. System shift ini dilakukan untuk memenuhi
rasio penggunaan peralatan/mesin 1:1 yakni 1 siswa menggunakan 1 alat/mesin.
55
Sehingga pada saat praktikum, peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama
dan merata dalam menggunakan fasilitas di dalam bengkel. Dan ini berdampak
positif pada penguasaan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Proses pembelajaran juga diterapkan PBL (Production Base Learning)
dimana peserta didik dalam praktik di bengkel dengan mengacu standar produksi.
Setiap sesuatu yang di buat/dipraktekan hasilnya sesuai standar produksi yang
dibutuhkan oleh konsumen. Di kelas XII peserta didik dibiasakan untuk membuat
produk pesanan dari perusahaan atau industry. Dan setiap peserta didik telah dibagi
jadwal kerja dan estimasi waktu yang harus dipenuhi dalam memproduksi suatu
produk. Estimasi waktu yang tidak dipenuhi oleh peserta didik, akan mendapat
sanksi minus kerja.
Suasana budaya praktik di bengkel dibuat seperti suasana sebenarnya di
industry. Kedisiplinan dan kemandirian kerja sangat ditekankan di Sekolah ini.
Setiap pelanggaran diberi sanksi minus kerja. Pada saat proses kerja di bengkel,
setiap peserta didik tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan duduk.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga sangat diutamakan. Setiap peserta
didik yang akan masuk ke bengkel diwajibkan untuk mengenakan pakaian kerja,
kacamata khusus, sepatu khusus dirancang dengan lapisan baja yang bertujuan jika
alat yang jatuh mengenai kaki tidak akan cedera.
Budaya disiplin yang sangat tinggi yang tertanam pada setiap peserta didik di
SMK St. Mikael membuahkan hasil yang sangat maksimal. Hal ini terlihat bahwa
semua lulusan SMK St. Mikael Surakarta tidak ada yang menjadi pengangguran.
Begitu banyak perusahaan dan industry yang saling rebutan untuk mengambil
lulusan SMK St. Mikael untuk bekerja di tempat mereka. Bahkan perusahaan dan
industry tsb rela memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi kepada para lulusan SMK St. Mikael yang bekerja pada mereka.
56
b. Profil Kualitas SMK Negeri 6 Yogyakarta.
1. Kualitas Profil Laboratorium.
Setelah kami melakukan observasi singkat di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami
mendapatkan gambaran bahwa standar minimum lab untuk program pembelajaran
kepada siswa sudah cukup memenuhi standar.
Lab yang digunakan untuk praktek siswa terdiri 4 ruang terpisah, dengan ukuran
ruangan yang bervariasi. Ukuran ruang terluas adalah ruang praktik K1 yang dimana
ruang ini letaknya terpisah cukup jauh dari tiga ruang praktek boga lainnya. Pada saat
praktek berlangsung, ruang ini dapat menampung 32 orang siswa. Kegiatan praktek di
ruang ini berlangsung dari pagi hingga siang hari.
Berbeda halnya dengan Lab Patiseri, Lab Kontinental dan Tata Hidang. Ketiga
ruang praktik ini mempunyai ukuran yang sedikit lebih kecil sehingga ruang gerak
siswa cukup terbatas ketika praktik memasak ataupun praktik penataan ruang tata
hidang sedang berlangsung.
Pencahayaan serta sirkulasi udara pada tiap lab sudah cukup memenuhi standar
namun masih ada sedikit kekurangan yaitu tidak adanya penyedot asap di semua
ruang praktik memasak siswa, sehingga mengakibatkan ruang menjadi panas dan
sedikit berbau.
Lab boga dilengkapi dengan alat kerja yang cukup memenuhi standar. Peralatan
praktik siswa merupakan bantuan dari pemerintah Austria yang diperoleh pada tahun
2008. Beberapa alat masak (oven) berukuran besar diletakkan di ruang praktik K1
dan Lab Patiseri. Namun karena harga komponennya yang mahal serta kesulitan
dalam mencari komponen / spare park alat yang rusak, salah oven modern berukuran
besar bantuan dari pemerintah Austria sudah setahun tidak dapat digunakan praktek
oleh siswa. Dengan alat praktik yang tersedia dan tenaga pengajar yang profesional,
SMK Negeri 6 Yogyakarta khususnya jurusan boga memilki unit produksi yang
menerima pesanan kueataupun masakan dari masyarakat umum.
57
2. Pelaksanaan PBM.
Pelaksanaan proses belajar dan mengajar di SMK Negeri 6 Yogyakarta
khususnya jurusan boganya sudah sangat baik. Dimana pada saat belajar
berlangsung pengawasan dan bimbingan terus dilakukan oleh guru pengampu
mata pelajaran. Kurikulum 2013 menekankan bahwa pada saat praktikum siswa
lebih aktif dan kreatif. Hal ini dibuktikan dengan Sistem pembelajaran yang
langsung mempraktekkan materi pelajaran kepada siswa, menjadikan siswa
terampil dan cepat menguasai kompetensi yang di harus dicapai. Contohnya pada
kompetensi bumbu dasar. Bumbu dasar ada 3 yakni : bumbu putih, merah dan
orange. Siswa diberi kebebasan mengimplementasikan penggunaan bumbu dasar
tersebut pada masakan. Selain kompetensi bumbu dasar, ada kompetensi garnis.
Setiap siswa diberi kebebasan berkreasi dalam melakukan garnis pada masakan
yang telah jadi. Pelaksanaan PBM dilakukan oleh dua orang guru (team theacing)
dalam satu rombel dengan jumlah siswa 32 orang dengan jumlah jam pelajaran
setiap tatap muka sebanyak 7 jam pelajaran dan dalam seminggu sebanyak 3 kali
tatap muka. Pada penggunaan alat seperti kompor gas dibentuk kelompok.
Masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan fasilitas praktik.
Budaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) telah dilaksanakan
oleh setiap siswa. Terlihat pada waktu akan masuk ke lab/dapur, setiap siswa
diwajibkan untuk mengenakan celemek (baju kerja) dan meletakan tasnya di
loker. Namun pada saat praktikum berlangsung, pengawasan dari guru mata
pelajaran terus dilakukan. Karena dari sekian banyak siswa yang melakukan
praktik, ada beberapa siswa yang kurang mematuhi tata tertib pada saat proses
praktikum. Contohnya pada saat masak celemeknya dilepas, kran air panas
dibiarkan dalam keadaan terbuka, kurang menjaga kebersihan saat memasak.
Setelah praktik, setiap siswa diwajibkan untuk membersihkan peralatan yang
digunakan dan membersihkan lantai yang licin, serta peralatan berat seperti
kompos gas.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Manajemen bengkel pada SMK Katolik St. Mikael sudah sangat baik. Dari hasil
pengamatan kelompok didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Sekolah St. Mikael merupakan sekolah kejuruan dengan program studi mesin perkakas
yang mempunyai lulusan kompeten yang diminati oleh perusaahan di Indonesia.
2. SMK Katolik St. Mikhael merupakan sekolah berakreditasi A yang pertama
mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas.
3. Tata letak bangunan peralatan mesin sudah disesuaikan dengan kenyaman dan
keselamatan kerja para peserta didik.
4. Rasio penggunaan alat 1 : 1 yakni 1 peserta didik menggunakan 1 alat sangat baik
untuk pengembangan kompetensi siswa.
5. Ketentuan Bengkel :
 Standar bangunan yang memisahkan antara kelas dan ruang praktek. Dengan atap
yang tinggi dapat mebuat cahaya dan sirkulasi udara lancar
 Standar lantai dan pintu yang dibuat aman untuk keselamatan kerja
 Standar Penyekatan untuk memisahkan ruangan dengan kaca hitam sehingga
peserta didik tidak saling terganggu
 Standar kenyamana pendengaran sudah disesuaikan dengn aturan
 Standar sirkulasi udara, dengan dibuatnya banyak jendela dan ventilasi udara
ditambahkan dengan kipas angin dan beberapa ruangan khsusus menggunakan AC.
 Fasilitas tambahan sebagai ruang bantu untuk kepentingan kerja praktik juga sangat
memadai.
6. Dari hasil pengamatan kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, pengelolaan lab praktik boga
sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan
khususnya kondisi ruangan yang harus di tambah. Karena untuk ukuran ruangan praktik
khususnya pada lab Patiseri masih kurang sehingga menyebabkan siswa tidak leluasa
bergerak pada sat prakti. Namun untuk secara keseluruhan, menurut kami SMK Negeri
6 Yogyakarta sudah sangat baik dalam menyiapkan siswa sebagai tenaga terampil di
59
bidangnya dan memberikan bekal pengetahuan pada siswa serta kepercayaan diri untuk
berkompetisi di dunia kerja.
B. Saran.
1. Bagi SMK St. Mikael
Manajemen bengkel yang baik perlu dilakukan sesuai standar yang telah ditentukan
agar terjaminnya keselamatan kerja peserta didik dan dapat memudahkan kegiatan
dalam bengkel.SMK St. Mikael telah menerapkan manajemen yang baik, maka
diharapkan dapat terus dipertahankan.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan menambah pengetahuan tentang manajemen bengkel yang baik dan dapat
diaplikasikan di sekolah masing-masing di daerah.
3. Bagi SMK Negeri 6 Yogyakarta
Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, standar gedung lab untuk
praktik siswa masih harus benahi dan ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun
ukuran luas ruang praktik. Perawatan secara berkala peralatan praktik perlu
ditingkatkan. Selain itu standar penyimpanan alat dan bahan praktek masih perlu
diperbaiki dan lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan perawatan alat praktek yang
baik akan menghasilkan umur pakai alat praktek semakin tinggi dan akan membantu
dalam mengurangi anggaran perawatan ataupun pemebelian alat yang baru. Sistem
penyimpanan peralatan alat praktek dan bahan praktek juga sangat penting, karena
dalam bidang boga kehegynesan alat dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
produk sangatlah penting dan utama.
4. Bagi Mahasiswa
Bagi mahsiswa diharapkan dengan melakukan observasi pada beberapa lab ataupun
bengkel dari beberapa sekolah yang berbeda dengan latar belakang ilmunya, dapat
memperkaya khasanah ilmu dan pemahaman mereka dalam sistem pengelolaan lab
dan bengkel yang baik.
60
DAFTAR PUSTAKA
Byram, H.M. & Wenrich, R.C. 1956. Vocational Education and Practical Arts in The
Community School. New York : The Macmillan Company.
Daryanto.2003.AlatPengikat Pada Elemen Mesin.PT Rineka Cipta : Jakarta
Djohar, A. 2007. Pendidikan Tenologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung : Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300.
Hamalik, O. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan, Kewirausahaan dan
Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Peraturan Menteri. 2008. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008
Tanggal 31 Juli 2008 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK)
Peraturan Menteri. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK)
Pernama.2006.http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/19651110199
2031-TATANG_PERMANA,BAB_V_prktk_krj _ bngku .pdf. diakses pada 6 Maret 2012
pukul 21.10 Wita.
Soeharto. 1988. Desain Instruksional Sebuah Pendekatan Praktis Untuk Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
61
62

More Related Content

What's hot

Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...
Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...
Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...Aris Suryadi
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVFirdaus Firdaus
 
Laporan pkl perbaikan + bab 2
Laporan pkl perbaikan + bab 2Laporan pkl perbaikan + bab 2
Laporan pkl perbaikan + bab 2Blogspot
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Ruth Dian
 
Buku jurnal pkl siswa
Buku jurnal pkl siswaBuku jurnal pkl siswa
Buku jurnal pkl siswaNunung Jamil
 
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...Google+
 
Laporan pkl SMK
Laporan pkl SMKLaporan pkl SMK
Laporan pkl SMKsertu3194
 
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saranKesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saranitemagil
 
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJ
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJContoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJ
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJriski riskideliana
 
Data sarana dan prasarana sekolah
Data sarana dan prasarana sekolahData sarana dan prasarana sekolah
Data sarana dan prasarana sekolahAgus Triwinanti
 
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)Charis Fitriyanto
 
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungHasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungDicky Alejandro
 
Biodata siswa
Biodata siswaBiodata siswa
Biodata siswabasuki58
 
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013annakikey1
 
Contoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLContoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLFahmi Diin Al-haq
 
Program kerja pkl
Program kerja pklProgram kerja pkl
Program kerja pklAgusgunadi6
 

What's hot (20)

Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...
Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...
Standar Operasional Prosedur Laboratorium/Bengkel/Workshop Teknik Elektro Pol...
 
Contoh proposal pkl
Contoh proposal pklContoh proposal pkl
Contoh proposal pkl
 
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKVCONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
CONTOH Laporan praktik kerja industri (SMK) PRAKERIN PROGRAM STUDI DKV
 
Laporan pkl perbaikan + bab 2
Laporan pkl perbaikan + bab 2Laporan pkl perbaikan + bab 2
Laporan pkl perbaikan + bab 2
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
 
Pkl bab 1
Pkl bab 1Pkl bab 1
Pkl bab 1
 
4. tabel program kerja
4. tabel program kerja4. tabel program kerja
4. tabel program kerja
 
Buku jurnal pkl siswa
Buku jurnal pkl siswaBuku jurnal pkl siswa
Buku jurnal pkl siswa
 
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
 
Laporan pkl SMK
Laporan pkl SMKLaporan pkl SMK
Laporan pkl SMK
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saranKesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran
 
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJ
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJContoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJ
Contoh Laporan praktek kerja industri jurusan TKJ
 
Data sarana dan prasarana sekolah
Data sarana dan prasarana sekolahData sarana dan prasarana sekolah
Data sarana dan prasarana sekolah
 
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
Contoh Laporan Prakerin TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
 
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungHasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
 
Biodata siswa
Biodata siswaBiodata siswa
Biodata siswa
 
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013
Laporan mengikuti pelatihan penguatan implementasi kurikulum 2013
 
Contoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKLContoh Power Point Presentasi PKL
Contoh Power Point Presentasi PKL
 
Program kerja pkl
Program kerja pklProgram kerja pkl
Program kerja pkl
 

Similar to Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta

Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sina
Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sinaAfi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sina
Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sinaDr. Afi Parnawi, M.Pd
 
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikanKonsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikanRusdi Rustandi
 
Ppt adm sarana dan prasarana fiks
Ppt adm sarana dan prasarana fiksPpt adm sarana dan prasarana fiks
Ppt adm sarana dan prasarana fiksFITRI ASTUTI
 
Sarana Prasarana
Sarana PrasaranaSarana Prasarana
Sarana Prasaranafa dhilah
 
Manajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy FirnandoManajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy Firnandoboy firnando
 
Makalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanMakalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanRomi Dwi Syahri
 
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
jurnal Sarana dan Prasarana PendidikanManaf Abdul
 
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolah
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolahKonsep dasar manajemen perlengkapan sekolah
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolahYUNIZAR S.Pd.
 
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...fabaeza
 
Dasar manajemen sekolah: manajemen sarana pendidikan
Dasar manajemen sekolah:  manajemen sarana pendidikanDasar manajemen sekolah:  manajemen sarana pendidikan
Dasar manajemen sekolah: manajemen sarana pendidikanTiarahudha Mimosapudica
 

Similar to Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta (20)

Isi
IsiIsi
Isi
 
Desain laboratorium
Desain laboratoriumDesain laboratorium
Desain laboratorium
 
Afi . sarana prasarana. stai ibsi
Afi . sarana prasarana. stai ibsiAfi . sarana prasarana. stai ibsi
Afi . sarana prasarana. stai ibsi
 
Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sina
Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sinaAfi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sina
Afi parnawi. sarana dan pra sarana pend. stai ibnu sina
 
Desain laboratorium
Desain laboratoriumDesain laboratorium
Desain laboratorium
 
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikanKonsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
 
Ppt adm sarana dan prasarana fiks
Ppt adm sarana dan prasarana fiksPpt adm sarana dan prasarana fiks
Ppt adm sarana dan prasarana fiks
 
Pengertian micro teaching
Pengertian micro teachingPengertian micro teaching
Pengertian micro teaching
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Tugas perencanaan
Tugas perencanaanTugas perencanaan
Tugas perencanaan
 
Sarana Prasarana
Sarana PrasaranaSarana Prasarana
Sarana Prasarana
 
Pusat sumber belajar
Pusat sumber belajarPusat sumber belajar
Pusat sumber belajar
 
Manajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy FirnandoManajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy Firnando
 
Seminar proposal (power point)
Seminar proposal (power point)Seminar proposal (power point)
Seminar proposal (power point)
 
87608869 makalah
87608869 makalah87608869 makalah
87608869 makalah
 
Makalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikanMakalah teknologi pendidikan
Makalah teknologi pendidikan
 
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolah
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolahKonsep dasar manajemen perlengkapan sekolah
Konsep dasar manajemen perlengkapan sekolah
 
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...
Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan...
 
Dasar manajemen sekolah: manajemen sarana pendidikan
Dasar manajemen sekolah:  manajemen sarana pendidikanDasar manajemen sekolah:  manajemen sarana pendidikan
Dasar manajemen sekolah: manajemen sarana pendidikan
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxTekiMulyani
 

Recently uploaded (20)

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 

Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu factor penunjang di dalam proses pembelajaran di sekolah. Khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan yang mata pelajaran produktif/kejuruan sangat membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik disertai dengan pengelolaannya yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan kejuruan yang baik pula. Tidak sedikit sekolah kejuruan yang membuka program studi keahlian tertentu tetapi tidak di tunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana prasarana yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah ruang praktik. Ruang praktik meliputi bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal dan ruang sejenis yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktik, perawatan dan perbaikan peralatan. Pemanfaatan sebuah bengkel tentu perlu ada tindakan pengelolaan dan perawatan secara benar. Hal tersebut ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna bengkel serta keterjagaan alat yang ada di bengkel tersebut. Bengkel yang terawat tentu akan membuat nyaman penggunanya dalam bekerja dan dapat mengurangi resiko kecelakaan. Sebaliknya bengkel yang tidak terawat dari segi kebersihannya, alat-alat yang berantakan akan membuat penggunannya tidak nyaman untuk bekerja. Untuk mengkondisikan bengkel dalam keadaan bersih, rapi dan terawat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan bengkel secara baik dan benar. Keberadaan bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat membentuk kompetensi dan skill peserta didik sehingga ketika lulus dari bangku pendidikan kejuruan mereka mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja baik di perusahaan, industry maupun lembaga-lembaga pemerintahan. Selain itu peserta didik mampu untuk membuka lapangan kerja sendiri atau berwirausaha. Hal ini telah dibuktikan oleh SMK Katolik St. Mikael Surakarta yang telah membentuk dan menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memiliki kompetensi dan skill yang berkualitas dan sangat berkompeten. Banyak perusahaan dan industry yang saling rebutan untuk mendapatkan lulusan SMK Katolik St. Mikael Surakarta untuk bekerja di tempat mereka.
  • 2. 2 Berdasarkan pemaparan diatas, kami dari kelompok 3 yang beranggotakan 3 orang melakukan pengamatan/observasi bengkel dan Lab di dua sekolah kejuruan yakni SMK Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta. Di SMK St. Mikael Surakarta yang diamati adalah jurusan teknik mesin sedangkan di SMK Negeri 6 Yogyakarta yang diamati adalah lab/dapur kompetensi keahlian jasa boga. B. Tujuan Observasi Adapun tujuan dari observasi bengkel ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lab dan Bengkel. 2. Untuk mengetahui gambaran dan kondisi secara nyata dari lab dan bengkel di SMK khususnya SMK Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui aktifitas pembelajaran di lab dan bengkel SMK khususnya SMK Katolik St. Mikael Surakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta. C. Manfaat Observasi Adapun manfaat yang di dapatkan dari observasi lab dan bengkel adalah sebagai berikut : 1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dari gambaran dan kondisi nyata lab dan bengkel teknik mesin dan jasa boga, hal ini tentu sangat bermanfaat bagi kami kelompok 3 yang basic jurusan teknik informatika. 2. Menambah wawasan tentang pengelolaan pembelajaran di bengkel yang baik terhadap peserta didik SMK. 3. Menambah wawasan dan pengalaman tentang pentingnya membentuk sikap dan budaya kerja yang baik terhadap peserta didik SMK.
  • 3. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Hamalik, 1990 : 24). Djohar (2007:1285) mengemukakan pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja yang professional. Ditegaskan oleh Byram dan Wenrich (1956:50) bahwa “vocational education is teaching people how to work effectifely”. Secara lebih spesifik Wenrich sebagaimana dikutip Soeharto (1988:2) mengemukakan pendidikan kejuruan adalah seluruh bentuk pendidikan persiapan untuk bekerja yang dilakukan di sekolah menengah. Dari pemaparan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik di sekolah menengah untuk siap memasuki dunia kerja. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan dari segi pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Di Indonesia sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan vokasional terdiri atas tiga jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan professional. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program sarjana. Pendidikan professional merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga pendidikan tersebut tujuannya sama yaitu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. B. Sarana dan Prasarana a. Sarana Pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan seperti : gedung, ruang belajar, meja, kursi dsb. Menurut Bafadal (2003:2) sarana pendidikan
  • 4. 4 adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan maupun perlengkapan yang digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran peserta didik. b. Prasarana Pendidikan Prasarana pendidikan adalah infrastruktur dasar yang harus ada dalam suatu kegiatan pendidikan pelatihan atau fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah. Bafadal (2005: 11) menjelaskan bahwa prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah tetapi dimanfaatkan secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar seperti halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olahraga, Adapun prasarana pendidikan meliputi : lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang perpustakaan, ruang unit produksi, tempat berolahraga, tempat beribadah, kantin serta tempat-tempat lain yang dapat menunjang proses pembelajaran. Jenis –jenis prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu : (1) prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek ketrampilan dan ruang laboratorium, (2) prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar seperti ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, kamar kecil, tempat parkir kendaraan.
  • 5. 5 C. Laboratorium, dapur dan Bengkel a. Laboratorium. Laboratorium disingkat lab adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Sementara menurut Emha (2002) laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, biologi atau bidang ilmu lain. Fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual, melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam. 2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam menggunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran. 3. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuwan. 4. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau penemuan yang diperolehnya. b. Dapur praktik. Dapur praktik merupakan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran siswa. Menurut Purwadarmita bahwa dapur dapat diartikan sebagai ruangan atau bagian rumah tempat menyediakan makanan orang banyak, sedangkan dapur dalam New International Dictionary edisi ketiga (1974:1247) adalah “a room or some other space (as well as area or separate building) with facilities for cooking or place for prepare meal” dapat diartikan bahwa dapur adalah sebuah ruangan atau area yang merupakan bagian dari sebuah bangunan yang digunakan untuk menyiapkan atau memproduksi makanan. Sebuah dapur harus memiliki peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses pembelajaran. Secara garis besar peralatan dapur dapat dibagi menjadi : large equipment (peralatan dapur berukuran besar), mechanical equipment (peralatan dapur yang berupa mesin), small equipment (peralatan dapur berukuran kecil) (Kinton dan
  • 6. 6 Ceserani, 1984:97). Walau pembagian tersebut sudah secara umum tetapi tidak semua dapur terdapat peralatan-peralatan tersebut karena penggunaan peralatan tersebut tergantung pada kebutuhan dan kemampuan sekolah pengelola dan merawat peralatan dapur tersebut. c. Bengkel. Pengertian bengkel secara umum merupakan tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan/pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel yang digunakan di sekolah merupakan bengkel tempat untuk praktik peserta didik berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai di setiap pertemuan. Bengkel sebaiknya dilengkapi dengan perkakas yang diperlukan. Perkakas pada bengkel umumnya dikategorikan berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing (Permana, 2006). Macam-macam perkakas antara lain : perkakas pengikat, perkakas pemindah dan perkakas pemotong. 1. Perkakas pengikat adalah perkakas atau alat yang digunakan untuk mengikat benda seperti baut, sekrup, mur, ring dan lain-lain agar tidak bergerak atau bergeser saat diberi perlakuan (Daryanto, 2003). 2. Perkakas pemindah (palu) adalah alat untuk memukul benda kerja. Penggunaan palu tergantung pada kebutuhan. Palu sangat bervariasi jenis dan ukurannya dan masing-masing memiliki fungsi tersendiri. 3. Perkakas pemotong merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan material dari suatu bahan. Contohnya gergaji, penggores, tang potong, gunting dsb. D. Standarisasi Bengkel Teknik Pemesinan. Berdasarkan lampiran Permen no.40 tahun 2008 bahwa : 1. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran : pekerjaan logam dasar, pengukuran dan pengujian logam, membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir luar dan dalam, memfrais lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda alat, dan pengepasan/pemasangan komponen.
  • 7. 7 2. Luas minimum ruang praktik program keahlian teknik pemesinan adalah 288 m2 untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi : area kerja bangku 64 m2 , ruang pengukuran dan pengujian logam 24 m2 , area kerja mesin bubut 64 m2 , area kerja mesin frais 32 m2 , area kerja gerinda 32 m2 , ruang kerja pengepasan 24 m2 , ruang penyimpanan dan instruktur 48 m2 . 3. Ruang praktik program keahlian teknik pemesinan dilengkapi prasarana seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini No Jenis Rasio Deskripsi 1. Area kerja bangku 8 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 64 m2 Lebar minimum 8 m. 2. Ruang pengukuran & pengujian logam 6 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 24 m2 Lebar minimum 4 m 3. Area kerja mesin bubut 8 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 64 m2 Lebar minimum 8 m. 4. Area kerja mesin frais 8 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m. 5. Area kerja mesin gerinda 8 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m. 6. Ruang kerja pengepasan 8 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 24 m2 Lebar minimum 4 m 7. Ruang penyimpanan & instruktur 4 m2 /instruktur Luas minimum 48 m2 Lebar minimum 6 m Tabel 1. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik teknik mesin. 4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam tabel berikut No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan logam dasar. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik
  • 8. 8 kerja bangku pada pekerjaan logam dasar. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/area Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 1 buah/area Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area Tabel 2. Standar sarana pada area kerja bangku No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengukuran & pengujian logam. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan pengukuran & pengujian logam 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengukuran & pengujian logam. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/area Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/area Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area Tabel 3. Standar sarana pada ruang pengukuran & pengujian logam No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan membubut logam, pembuatan ulir luar dan dalam. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan
  • 9. 9 2.1 Peralatan untuk pekerjaan pembubutan logam 1 set/area Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan membubut logam, pembuatan ulir luar dan dalam. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/area Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4 buah/area Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area Tabel 4. Standar sarana pada area kerja mesin bubut No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengefraisan logam. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan pengefraisan logam 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengefraisan logam. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/area Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/area Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area Tabel 5. Standar sarana pada area kerja mesin frais
  • 10. 10 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan penggerindaan alat potong/tools. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan penggerindaan 1 set/area Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penggerindaan alat potong/tools 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/area Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/area Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/area Tabel 6. Standar sarana pada area kerja mesin gerinda No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pekerjaan pengepasan dan pemasangan komponen. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan pengepasan 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan pengepasan dan pemasangan komponen 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 1 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 7. Standar sarana pada ruang kerja pengepasan
  • 11. 11 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur1.2 Kursi kerja 1.3 Rak alat & bahan 1.4 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk penyimpanan dan instruktur 1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur 3. Media pendidikan 3.1 Papan data 1 buah/ruang Untuk pendataan kemajuan siswa dalam pencapaian tugas praktik dan jadwal. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 8. Standar sarana pada ruang penyimpanan dan instruktur E. Standarisasi Ruang Praktik Program Keahlian Restoran Berdasarkan lampiran Permen No.40 Thn 2008 bahwa : 1. Ruang praktik program keahlian restoran berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran : pembuatan berbagai macam makanan, penyiapan tata hidang, penataan, penyajian pesanan, produksi makanan dalam jumlah besar dan massal. 2. Luas minimum ruang praktik program keahlian restoran adalah 268 m2 untuk menampung 32 peserta didik, yang meliputi : ruang praktik dapur latih 32 m2 , ruang praktik dapur produksi 32 m2 , ruang praktik persiapan 16 m2 , ruang praktik mini bar 12 m2 , ruang praktik tata hidang 128 m2 , ruang penyimpanan dan instruktur 48 m2 . 3. Ruang praktik program keahlian restoran dilengkapi prasarana sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
  • 12. 12 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Ruang praktik dapur latih 4 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m. 2. Ruang praktik dapur produksi 4 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 32 m2 Lebar minimum 4 m 3. Ruang praktik persiapan 4 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 16 m2 Lebar minimum 4 m. 4. Ruang praktik mini bar 3 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 4 peserta didik Luas minimum 12 m2 Lebar minimum 3 m. 5. Ruang praktik tata hidang 16 m2 /peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik Luas minimum 128 m2 Lebar minimum 8 m. 6. Ruang penyimpanan & instruktur 4 m2 /instruktur Luas minimum 48 m2 Lebar minimum 6 m Tabel 9. Jenis, rasio, deskripsi standar prasarana ruang praktik restoran. 4. Ruang praktik program keahlian teknik mesin dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam tabel berikut No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan dasar pembuatan berbagai macam makanan. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan dasar pembuatan berbagai macam makanan 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan dasar pembuatan berbagai macam makanan. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 10. Standar sarana pada ruang praktik dapur latih
  • 13. 13 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan produksi makanan dalam jumlah besar dan massal. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan produksi makanan jumlah besar dan massal 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan produksi makanan jumlah besar & massal. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 11. Standar sarana pada ruang praktik dapur produksi No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penyiapan makanan untuk disajikan. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan persiapan 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penyiapan makanan untuk disajikan. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 12. Standar sarana pada ruang praktik persiapan
  • 14. 14 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penataan dan penyajian minuman. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan penataan mini bar 1 set/ruang Untuk minimum 4 peserta didik pada pekerjaan penataan dan penyajian minuman. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 4 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 13. Standar sarana pada ruang praktik mini bar No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan penataan hidangan & penyajian pesanan makanan. 1.2 Kursi kerja 1.3 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan tata hidang 1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan penataan hidangan & penyajian pesanan makanan. 3. Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yg bersifat teoritis. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 14. Standar sarana pada ruang praktik tata hidang
  • 15. 15 No Jenis Rasio Deskripsi 1. Perabot 1.1 Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur1.2 Kursi kerja 1.3 Rak alat & bahan 1.4 Lemari simpan alat & bahan 2. Peralatan 2.1 Peralatan untuk penyimpanan dan instruktur 1 set/ruang Untuk minimum 12 instruktur 3. Media pendidikan 3.1 Papan data 1 buah/ruang Untuk pendataan kemajuan siswa dalam pencapaian tugas praktik dan jadwal. 4. Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buah/ruang Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yg memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang Tabel 15. Standar sarana pada ruang penyimpanan & instruktur
  • 16. 16 BAB III METODE OBSERVASI A. Bentuk dan Strategi Observasi Observasi bengkel dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan dengan materi yang di dapatkan di bangku kuliah. Selama perkuliahan mata kuliah Manajemen Lab dan Bengkel yang di ampuh oleh Dosen Prof. Dr. Thomas Sukardi, kami banyak memperoleh ilmu pengetahuan tentang manajemen sebuah lab dan bengkel mulai dari perencanaan, pengadaan, inventarisasi, perawatan, proses PBM dalam Lab dan bengkel, serta membudayakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan kerja). Bentuk observasi dilakukan dengan mengamati lab dan bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak dua sekolah, dan yang diamati adalah lab/bengkel dari Program Paket Keahlian selain dari Paket keahlian Teknik Informatika. Hal ini dilakukan karena kami dikelas merupakan Prodi PTK-TI Vokasi E yang basic Teknik Informatika. Dengan observasi yang dilakukan di bengkel/lab yang program paket keahlian selain Teknik Informatika, kami memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman dari manajemen Lab/bengkel di Sekolah Menengah Kejuruan, terlebih observasi yang kami lakukan di sekolah-sekolah yang sangat baik dalam pengelolaan lab/bengkelnya. B. Tempat dan Waktu Observasi Lab/Bengkel yang kami lakukan di dua sekolah yakni SMK Negeri 6 dan SMK St. Mikael Surakarta. SMK Negeri 6 terletak di Jl. Kenari Yogyakarta sedangkan SMK St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1 Karangasem, Laweyan, Surakarta. Observasi yang kami lakukan di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami khususkan pada Paket Keahlian Jasa Boga sementara observasi di SMK St. Mikael Surakarta pada Paket keahlian Teknik Pemesinan. Adapun waktu observasi yang kami lakukan seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :
  • 17. 17 No Hari/Tgl Keterangan 1. SMK N 6 Yogyakarta 1.1 Sabtu, 9 Mei 2015 Memasukan surat observasi. 1.2 Rabu, 13 Mei 2015 Melakukan observasi lab/dapur jasa boga 2. SMK St.Mikael Surakarta 2.1 Senin, 4 Mei 2015 Ke Surakarta memasukan surat observasi 2.2 Jumat, 15 Mei 2015 Konfirmasi kesiapan di observasi via Telepon. 2.3 Senin, 25 Mei 2015 Ke Surakarta melakukan observasi bengkel. 3. Penyusunan Laporan 3.1 Rabu, 27 Mei 2015 Menyusun Bab I 3.2 Jumat, 29 Mei 2015 Menyusun Bab II 3.3 Senin, 1 Juni 2015 Menyusun Bab III 3.4 Selasa, 2 Juni 2015 Menyusun Bab IV 3.5 Rabu, 3 Juni 2015 Menyusun Bab V 4. Finishing Laporan 4.1 Kamis, 4 Juni 2015 Pengeditan untuk kerapian Laporan Tabel 16. Jadwal Observasi dan Penyusunan Laporan C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada Wakasek Sarpras, Wakasek Humas, Kepala Jurusan, Kepala Lab/Bengkel, Guru mata pelajaran yang sedang mengajar di Lab/Bengkel pada saat itu. Selain itu dengan melakukan pengambilan gambar/foto-foto proses pembelajaran di dalam Lab/Bengkel. Selain itu juga khusus pengumpulan data di SMK St. Mikael Surakarta karena kepala Bengkelnya pada saat itu sedang menangani pekerjaan lain sehingga kami melakukan komunikasi via email. Hal ini dilakukan untuk beberapa data yang kami tidak dapatkan pada saat observasi langsung.
  • 18. 18 BAB IV HASIL OBSERVASI A. Data dan Profil SMK St. Mikael Surakarta 1. Sejarah SMK St. Mikael Surakarta. SMK Katolik St. Mikael Surakarta adalah sebuah sekolah menengah kejuruan di Surakarta, Indonesia. Penyelenggaraan sekolah ini berada dibawah Yayasan Karya Bakti Surakarta. Kolese ini biasa disebut dengan singkatan MICO (Michael College). Kampus kolese Mikael berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah. Institusi ini dikelola oleh Romo Jesuit, terbagi dalam dua lembaga pendidikan yaitu Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI St. Mikael) dan Sekolah Menengah Kejuruan Mikael (SMK St.Mikael). SMK Katolik St. Mikael Surakarta berada dibawah penyelenggaraan Yayasan Karya Bakti Surakarta. Selain SMK, Yayasan ini juga memiliki 2 akademi yaitu ATMI Surakarta dan ATMI Jakarta. SMK St. Mikael awalnya bernama STM Kanisius, didirikan pada tahun 1962 oleh Romo Wakkers SJ dengan dua jurusan yaitu : Mesin Umum dan Bangunan Gedung. Berdasarkan keputusan Dirjen Dikdasmen No. 001/c/Kep/1.86 ditetapkan sebagai STM swasta dengan status akreditasi DISAMAKAN dan pada waktu itu merupakan STM swasta pertama di JawaTengah yang berstatus disamakan. Saat ini SMK St.Mikael hanya memiliki satu Program Keahlian yaitu Teknik Pemesinan (Mesin Perkakas) dengan dua spesialisasi yaitu Mekanik dan Design (Perancangan). Untuk lebih meningkatkan kualitas tamatan, SMK St. Mikael juga menjalankan program plus, yaitu dengan menambah jam praktik mekanik dan gambar serta mata pelajaran lain sesuai kebutuhan kerja ataupun studi lanjut. Disamping itu juga diterapkan Total Block System, Production Base Education and Training, Capacity Oriented, dan Market Oriented. Orientasi praktik : 1. Kelas 1 : Sense of Quality 2. Kelas 2 : Sense of Efficiency 3. Kelas 3 : Production and Advance Technology
  • 19. 19 Untuk lebih meningkatkan kualitas SMK St.Mikael mulai TA 2009/2010 membuat 2 program spesialisasi yaitu spesialisasi mekanik dan gambar (drafter). Pencapaian kurikulum untuk spesialisasi mekanik yaitu pematangan pada teknik CNC sampai dengan pemrograman menggunakan CAM Software, sedangkan untuk spesialisasi gambar (drafter) siswa di didik untuk mampu merancang dengan menggunakan software gambar 3D base (Solid Work dan Inventor). SMK St.Mikael juga mengembangkan teaching factory dengan fasilitas mesin CNC Milling 3 Axis dan CNC Bubut 4 Axis. SMK St.Mikael telah meluluskan lebih dari 2500 alumni yang sebagian besar bekerja dibidang industry baik milik Pemerintah, swasta, maupun menjadi wiraswastawan. Lebih jelas dari sejarah SMK St.Mikael Surakarta sebagai berikut : 1. 1 Agustus 1962 STM Kanisius didirikan oleh Pater Wakkers, SJ (alm) dengan mengambil lokasi di gedung SD Kanisius Pasar Kliwon, Surakarta, dan Gedung Paroki Purbayan. 2. 1962 STM Kanisius dipimpin oleh Bapak Wahyosudibyo (alm), dibantu Bapak A. Soedirdjo (alm) sebagai wakil, serta Bapak Nico Suharjo, Bapak Inigo Soetarmo (alm), Bapak Slamet Atmoprajitno, Bapak Totngaedi, serta beberapa guru dari STM Negeri I, ST Negeri III, dan ST Negeri VII. STM Kanisius memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Mesin Umum dan Bangunan Gedung. Pada waktu itu sekolah masih masuk siang (Jam 13.30 – 18.50). 3. 1 Agustus 1963 STM Kanisius pindah ke gedung SMP Kanisius II di Jalan Honggowongso 110, Surakarta. 4. 1964 Yayasan Karya Bakti didaftarkan dan disahkan notaris. Didatangkan beberapa unit mesin bongkaran dari Eropa, antara lain mesin bubut, mesin sekrap, dan mesin gergaji kayu. Dengan demikian, disamping mendapatkan pelajaran praktek biasa yang diselenggarakan di ST Negeri III Purwonegaran, para siswa memperoleh kesempatan untuk memakai, memelihara, dan merawat mesin. Yayasan membeli tanah di desa Karangasem, Laweyan, Surakarta yang kemudian di atasnya dibangun bengkel dan kelas-kelas untuk STM Katolik Santo Mikael. 5. Desember 1966 Diangkat dua tenaga karyawan yang digaji pemerintah dengan
  • 20. 20 status jabatan: seorang tenaga guru negeri, seorang tenaga subsidi, seorang tenaga administrasi subsidi. 6. 1 Januari 1967 Berkat perjuangan Bapak Haryadi, yang bekerja pada Direktorat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat di Jakarta, dengan Surat Keputusan Pemerintah tertanggal: Jakarta 30 Desember 1966 No. 4464/BS/F.II, maka mulai tanggal 1 Januari 1967 nama STM Kanisius diganti dengan nama STM Katolik Santo Mikael Bersubsidi, Surakarta, berstatus Swasta Bersubsidi. 7. 1968 Dibangun kampus baru di Jl. Mojo No. 1, Karangasem, Laweyan, Surakarta (masih ditempati sampai sekarang). 8. 1969 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Wahyosudibyo kepada Bapak Wirasmo dan kemudian kepada Bapak Sihombing. 9. 1 Januari 1970 STM Katolik Santo Mikael mulai menempati kampus baru di Karangasem, Laweyan, Surakarta. 10. 1971 Jurusan Bangunan Gedung ditiadakan. Jurusan ini telah berhasil meluluskan 146 alumni. Sejak saat itu, pelajaran praktek dapat dilakukan sepenuhnya di bengkel ATMI, di bawah pengawasan Instruktor ATMI, pada saat para mahasiswanya mengikuti kuliah teori. 11. 1974 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Sihombing kepada Bapak Timoteus Soedarsono. 12. 1983 STM Katolik Santo Mikael membangun bengkel baru yang terpisah letaknya dari bengkel lama milik ATMI. Bengkel baru ini - selain merupakan fasilitas praktek STM Katolik Santo Mikael - juga digunakan untuk fasilitas lembaga latihan kerja atau Job Training bagi lulusan STM Katolik Santo Mikael yang tidak masuk ATMI atau tidak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Lembaga baru yang bernama Pendidikan Pelaksana Tehnik (PPT) ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan peserta didik agar lebih siap memasuki lapangan kerja. Selama satu tahun peserta didik mendapat latihan intensif untuk praktek yang lebih produktif dengan spesialisasi Mechanic Sheet-Metal dan Las- Konstruksi. PPT dikelola oleh ATMI. 13. 1984 Kurikulum baru tahun 1984 ditetapkan. Secara bertahap siswa memakai kurikulum baru tersebut sejak 1985. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bidang
  • 21. 21 Pendidikan Menengah Kejuruan No. 794/103.9/M”86 tertanggal 20 Agustus 1986, secara resmi STM Santo Mikael memakai kurikulum 1984 Rumpun Tehnologi Pengerjaan Logam (TPL) dengan program studi Mesin Produksi. Tahun 1987/1988 seluruh peserta didik kelas I, II, dan III telah melaksanakan kurikulum tahun 1984. 14. 15 November 1985 Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No. 001/C/Kep/1.86, sebagai hasil akreditasi, STM Katolik Santo Mikael diberi status “DISAMAKAN”. 15. 1987/1988 Diterima tiga kelas siswa baru di kelas satu. Dengan demikian, jumlah siswa baru yang diterima menjadi 120 peserta didik (yang sebelumnya 80 siswa). 16. 1989/1990 STM Katolik Santo Mikael menjalankan Program Plus agar tamatannya lebih mampu berkompetisi memasuki dunia kerja maupun studi lanjut di ATMI. Program Plus yang dimaksud ialah plus Gambar Produktif 700 jam dan Praktek Mekanik 400 jam dengan system blok di kelas III. Akreditasi ulang dilaksanakan tahun 1990, dan dengan SK No. 349/C/Kep/I/1990 STM Katolik Santo Mikael kembali dikukuhkan statusnya sebagai yang Disamakan. 17. 1994 Jurusan yang semula bernama Mekanik Umum diubah menjadi Jurusan Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi. Pembaruan kurikulum ini menekankan pada penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda. Dengan demikian apa yang sudah dirintis selama bertahun-tahun mendapatkan wujud yang jelas dari Pemerintah dengan adanya pembaruan kurikulum tahun 1994. 18. 1995 Mendikbud RI (Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro) berkenan melihat dari dekat keberhasilan STM Katolik Santo Mikael dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama dalam penerapan Link and Match. 19. 1997 Singkatan STM diganti menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sehingga yang sebelumnya STM Katolik Santo Mikael menjadi SMK Katolik Santo Mikael. 20. 1999 Pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1994 Edisi 1999. Dengan berlakunya kurikulum ini, terjadi pergantian istilah dari Jurusan Teknologi Pengerjaan Logam dengan Program Studi Teknik Mesin Produksi
  • 22. 22 menjadi Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas. 21. 2 Februari 2002 Pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Tim Soedarsono kepada Bapak Drs. Antonius Suroto. SMK Katolik Santo Mikael ditetapkan oleh pemerintah sebagai sister dari IGI (Indonesian German Institute). IGI adalah lembaga kerja sama pemerintah Indonesia dan Jerman untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Ada rasionalisasi Program Plus Gambar dan Plus Mekanik hal ini dilakukan sejalan dengan perubahan kurikulum yang berlaku. Adapun bentuk rasionalisasi yaitu Plus Gambar bagi semua siswa dan diberlakukan Total Block System. Pada bulan September dan November dilakukan External Audit oleh TÜV (Technischer Überwachnungsverein)/Dinas Pengawasan Tehnis Rheiland Jerman dan direkomendasikan untuk memperoleh sertifikat. 22. 2003 SMK Katolik Santo Mikael di usianya yang ke 40 tahun terbukti semakin matang sebagai SMK unggulan di bidangnya dimana pada tanggal 7 Januari 2003 merupakan hari bersejarah dengan diterimanya sertifikat ISO 9001:2000 nomor 01 100 018826 dari PT TÜV Internasional Indonesia. Dengan sertifikat ini, SMK Katolik Santo Mikael merupakan SMK pertama di Indonesia yang diakui secara international dalam manajemen mutunya. 23. 2004 Diberlakukan Kurikulum 1994 Edisi 2004, pada tahun ini pula ini terjadi pergantian istilah dari Bidang Keahlian Teknik Mesin dengan Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas menjadi Program Keahlian Teknik Pemesinan. 24. 2006 SMK Katolik Santo Mikael memperoleh Akreditasi A (Amat Baik) melalui Surat Keputusan dari BAS (Badan Akreditasi Sekolah) Provinsi Jawa Tengah nomor 018/BASPROP/TU/I/2006. Hal ini semakin membuktikan bahwa SMK Katolik Santo Mikael Surakarta bukan hanya “The First” untuk Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas. Disamping itu, SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menjadi contoh bagi SMK lain di Indonesia. Hal ini terbukti dengan makin banyaknya sekolah ataupun institusi pendidikan di Indonesia yang melakukan studi banding untuk belajar dari pengalaman SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dalam penyelenggaraan
  • 23. 23 pendidikan kejuruan. 25. 2008/2009 SMK Katolik Santo Mikael Surakarta menambah jumlah siswa kelas X menjadi 160 orang dengan tiap kelas diisi 40 siswa. 26. 1 Agustus 2008 Pergantian kepala sekolah dari Bapak Drs. Antonius Suroto kepada Romo Tibotius Agus Sriyono SJ, M. Hum.,M.A. 27. Dan sekarang, kepala sekolah di jabat oleh Bapak Murdjiono lulusan dari Pascasarjana UNY Yogyakarta. 2. Lokasi Sekolah. Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan St. Mikael terletak di Jl. Mojo No.1 Karangasem, Laweyan Surakarta. Lokasi sekolah ini cukup dekat dari Yogyakarta, arah ke Solo. Untuk menempuh ke SMK St.Mikael Surakarta dengan menggunakan kendaraan roda dua membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Namun meskipun dekat, pada perjalanan kami pertama kali untuk mengantar surat observasi, kami kesasar hingga ke ujung Solo. Hal ini terjadi karena awalnya memang kami belum mengetahui alamat jelas dari SMK St. Mikael Surakarta. Dari Yogyakarta jam 6.00 pagi dan ketemunya sekolah ini jam 13.00 siang. 3. Fasilitas Bengkel Teknik Pemesinan (Mesin Perkakas). a. Layout Bengkel Teknik Pemesinan. Perencanaan tata letak merupakan rencana menyusun mesin dan peralatan (fasilitas) produksi disuatu tempat (pabrik, ruang praktik/bengkel) guna memperlancar proses praktik dan proses produksi (jika pabrik). Tata letak merupakan integrated system antara mesin, tempat bekerja, gudang, personel (guru dan siswa) agar memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Factor- faktor yang harus diperhatikan dalam mengatur tata letak : ruang gerak bagi materil, pekerja, dan ruang untuk service dan repair equipment. Prinsip dasar penyusunan tata letak/layout : 1. Integrasi secara total. 2. Jarak perpindahan bahan paling minimum. 3. Memperlancar aliran kerja (menghindari gerakan balik, gerakan memotong,
  • 24. 24 kemacetan). 4. Kepuasan, kenyamanan dan keselamatan kerja. 5. Fleksibilitas. Pedoman yang digunakan dalam tata letak/layout adalah : tata letak berdasarkan fungsi dan tata letak berdasarkan produk. Tata letak berdasarkan fungsi, peralatan/mesin yang sejenis dikelompokkan dalam suatu ruangan/bagian/seksi/unit yang sama. Dengan demikian maka pada bengkel mesin produksi akan ada beberapa unit bengkel berdasrkan jenisnya misalnya unit bubut, unit frais, unit gerinda, unit pemotongan dan sebagainya. Sedangkan tata letak berdasarkan produk, peralatan/mesin yang ada di bengkel dikelompokkan menurut kebutuhan untuk menghasilkan suatu jenis produk. Jadi misalnya suatu produk dibuat suatu tahapan pengerjaan dibubut, dibor, dan kemudian dikerjakan dengan mesin gerinda, maka ketiga jenis mesin tersebut berada dalam satu ruangan. Berikut ditampilkan tata letak bengkel Teknik Pemesinan di SMK St.Mikael Surakarta. Gambar 1. Layout Bengkel Teknik Mesin SMK Mikael. Mesin-mesin berat diletakan secara miring dan rapi. Setiap mesin dilengkapi dengan tumpukan kaki yang terbuat dari kayu padat. Peletakan mesin secara menyamping/serong ini tujuannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
  • 25. 25 b. Rasio Peralatan. Penggunaan peralatan di bengkel SMK St.Mikael Surakarta oleh peserta didik adalah 1 : 1. Artinya setiap peserta didik menggunakan 1 peralatan praktik, tidak ada istilah “boncengan”. Untuk bisa 1 : 1 maka system pembelajaran/praktikum di bengkel diterapkan system Shift, yakni rombel 32 siswa dibagi 2 shift. Yang shift pertama masuk pagi dan shift kedua masuk siang. Sehingga setiap anak akan mendapatkan 1 peralatan/mesin untuk praktikum. Hal ini terlihat pada gambar berikut : Gambar 2. Rasio 1 : 1 Gambar 3. Rasio 1 : 1
  • 26. 26 4. Ketentuan Umum Bengkel. a. Standar Bangunan Bengkel. Bangunan bengkel terpisah dari ruang kelas teori. Hal ini untuk mengurangi kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar peserta didik di ruang kelas. Struktur bangunan juga di buat dengan atap yang sangat tinggi dari seng dan pengait-pengait dari besi dengan pencahayaan yang baik dan sirkulasi udara yang baik. Gambar 4. Struktur Bangunan (Atap) Gambar 5. Struktur Bangunan (Atap)
  • 27. 27 b. Standar Lantai & Pintu Bengkel. Lantai pada bengkel SMK St. Mikael dibuat tidak licin yang bertujuan demi keamanan dalam bekerja. Selain itu lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan mesin atau alat berat menggunakan warna cat yang berbeda. Pintu bengkel dibuat dari besi yang sangat berat dan kuat. Aturan warna ini meliputi : warna merah untuk tanda jalan, warna hijau untuk tempat kerja, dan warna kuning untuk alat yang tidak boleh disentuh. Pada lab CNC menggunakan warna lantai hijau sementara untuk bengkel atau workshop besar hanya lantai arah/tanda jalan yang diberi warna merah. Terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6. Lantai di Lab CNC Gambar 7. Lantai di Bengkel SMK Mikael.
  • 28. 28 c. Standar Penyekatan Pada dasarnya bangunan bengkel pada SMK St. Mikael terletak dalam satu atap, hanya saja untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi penyekat. Terdiri dari bengkel dasar untuk kikir dan pahat untuk kelas X, bengkel untuk proses pembubutan dan produksi, lab CNC, bengkel unit produksi. Namun masing-masing penyekat diberi kaca berwarna hitam. Terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 8. Penyekatan ruangan. Gambar 9. Penyekatan Ruangan Kaca Hitam .
  • 29. 29 d. Standar Kenyamanan Pendengaran. Standar kenyamanan pendengaran ini berkaitan dengan tingkat kebisingan suara alat-alat dalam bengkel. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. e. Standar Sirkulasi Udara. Pada bengkel SMK St. Mikael dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara. Hal ini bertujuan agar sirkulasi udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar matahari masuk ke dalam bengkel tanpa harus menggunakan lampu. Selain itu dilengkapi juga dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding bengkel. Kemudian khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC karena pada lab CNC peralatan yang digunakan adalah beberapa unit computer, dan pada unit produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau temperature dingin/sejuk. Gambar 10. Lab CNC
  • 30. 30 Gambar 11. Bengkel Unit Produksi Gambar 12. Bengkel Unit Produksi
  • 31. 31 f. Fasilitas Tambahan. Pada bengkel SMK St. Mikael juga terdapat fasilitas tambahan yang terletak terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat instruktur. Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker peserta didik bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat istirahat/tempat duduk. Gambar 13. Loker Peserta Didik Kls X sd XII Gambar 14. Ruang Instruktur & Tempat Istirahat
  • 32. 32 B. Data dan Profil SMK Negeri 6 Yogyakarta. 1. Sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta. SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) atau yang sekarang lebih di kenal dengan SMK Negeri 6 Yogyakarta. Sekolah ini adalah saksi adannya sejarah di Yogyakarta. Pada jaman penjajahan Sekolah Guru Kepandaian Putri (sekarang SMKN 6 Yogyakarta) ini berdiri sebelum tahun 1946. tepat bersamaan Ibu kota Jakarta pindah ke Yogyakarta. Waktu itu Sekolah Guru Kepandaian Putri ini berada di Jln Hayam Wuruk no. 11. Kemudian pada tahun 1971 Sekolah Guru Kepandaian Putri berganti nama menjadi SKKA atau Sekolah Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga, pada 1996 SMKKA menjadi SMKN 6 hingga sekarang. Bertempat di Jalan Kenari 4 Yogyakarta, kelurahan Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta pada 1971. Sekolah kejuruan ini telah menerapan ISO 9001:2000 sejak Agustus 2008 lalu. Dimana kebijakan ISO itu antara lain berupa komitmen melakukan perbaikan sistem manajemen mutu secara terus menerus. Bertujuan memberikan kepuasan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkualitas dan berbasis Produktif. Produktifitas ini menciptakan lulusan berakhlak, bermental kuat, dan tangguh, serta menciptakan etos kerja yang produktif di berbagai bidang keahlian. Maka dibukalah beberapa fasilitas seperti laboratorium, komputer, bahasa, salon kecantikan, lapangan olah raga. Dengan harapan selain mampu mengembangkan kreativitas, inovatif dan adaptif juga mampu bersikap dedikatif terhadap profesi yang ditekuni selama belajar di SMKN 6 Yogyakarta. Dimana lulusan dari sekolah satu ini benar- benar meluluskan peserta didik yang meningkatkan pengembangan potensi dan bakat peserta didik. Adapun beberapa program kerja di sekolah yaitu ketercapaian Tujuan, Manajemen dan organisasi, ketenagaan dan kurikulum. Dimana para siswa mampu menunjukkan prestasi kerja tingkat daerah maupun nasional.
  • 33. 33 Gambar 15. SMK Negeri 6 Yogyakarta Lebih jelas dari sejarah SMK Negeri 6 Yogyakarta sebagai berikut :  SMK 6 Yogyakarta Berdiri sebelum 1946, dengan nama SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) dan pada tahun tersebut pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Beralamat di Jln Hayam Wuruk no 11. Dengan Kepala Sekolah ibu Kartini Prawirotanoyo, sekolah ini mempunyai kelas A = Masak, B = Menjahit dan C = Kerajinan.  Pada tahun 1964 berganti nama menjadi SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas), dan pada 1971 sekolah ini menempati gedung di jalan Kenari 2, kemudian di jln Kenari 4. Dengan Kepala Sekolah ibu Roemijati Soegiharto sekolah ini mempunyai Jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada saat kepemimpinan beliau Sekolah ini mulai dipergunakan untuk mengawali lahirnya Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggan (SMTK) Yang sekarang menjadi SMKN 4.  Pada tahun 1974 nama sekolah bukan lagi SKKA melainkan SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga) sekolah ini di kepalai oleh Ibu Suwarni, sampai dengan beliau purna tugas dan di lanjutkan oleh PLH ibu Supartini selama belum ada Kepala Sekolah pengganti (1980 s.d 1990 ) Adapun jurusan yang ada adalah Boga, Busana dan Rumah Tangga.Tahun 1996 nama SMKK berubah menjadi SMKN 6 (Sekolah Menengah Kejuruan). Sesuai Kurikulum ’94 SMKN 6 masuk
  • 34. 34 dalam Kelompok Pariwisata dengan jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Kecantikan dibawah kepemimpinan Ibu Soemarti Marjanto sampai dengan masa purna tugas dan dilanjutkan oleh PLH ibu PH Soetjipto.( 1991s.d 1996)  Tahun 1996 – 2000 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs. Rudjito. Selanjutnya, Tahun 2000 – 2002 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Ida Farida.Pada periode ini mulai dibuka program keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit.  Tahun 2002 – 2003 Kepala Sekolah digantikan oleh Bpk Drs.Sumartono. Pada tahun 2003 – 2007 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Nur Istriatmi, pada periode ini tahun 2006/2007 membuka Bidang Keahlian Pariwisata dengan Program Keahlian Hotel Restoran.  Januari 2008 Drs. Sugeng Sumiyoto, MM menggantikan Dra. Nur Istriatmi menjadi Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2008/2009 sekolah ini membuka program keahlian baru yaitu Patiseri, dibawah bidang keahlian Tata Boga, dan program keahlian UJP di bawah bidang keahlian Pariwisata.  Pada Bulan Agustus 2008 SMK Negeri 6 Yogyakarta Penerapan ISO 9001:2000.Tanggal 20 September 2008, peresmian dan Louncing Hotel Training Center “EDOTEL Kenari”.  Tahun 2012 Kepala Sekolah digantikan oleh Ibu Dra. Darwestri. 2. Letak Geografis SMK 6 Yogyakarta SMK Negeri 6 Yogyakarta berlokasi di Jalan KenariNo. 4 RT. 28 RW. 08, Desa Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kabupaten Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55166. Letaknya juga sangatkondusif untuk melaksanakan proses pembelajaran karena jauh dari keramaian seperti pasar. Sekolah ini dibangun di atas tanah 6325 m² dengan luas bangunan 4985 m², luas taman 385 m², luas lapangan olah raga 110 m², luas kebun 685 m² dan lain-lain 160 m². Berada pada lokasi strategis dan dekat dengan pusat kegiatan olahraga. Secara geografis letak SMK Negeri 6 Yogyakarta di sebelah utara berbatasan dengan jalan Kenari, sebelah timur berbatasan dengan Kampus II FIP Universitas Negeri Yogyakarta, sebelah selatang berbatasan dengan Asrama Pendidikan Universitas
  • 35. 35 Negeri Yogyakarta sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Hotel Training Center “EDOTEL Kenari”. Gambar 16. Site Plan SMK Negeri 6 Yogyakarta 3. Fasilitas Laboratorium Jasa Boga. a. Layout Laboratorium K1. Penataan peralatan di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan yang maksimal dengan cara mengatur peralatan/penempatan semua fasilitas pada tempat/lokasi yang strategis dan posisi yang terbaik sehingga dapat mencapai pemanfaatan yang berimbang dari faktor-faktor manusia, bahan, alat praktek dan pendanaan akan merupakan sesuatu yang sangat dominan dan selalu harus menjadi perhatian dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali dalam kegiatan penataan dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan perkataan lain bahwa penataan peralatan dalam laboratorium, laboratorium merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kelancaran di dalam berproduksi dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan Belajar Mengajar. Lebih terinci lagi bahwa penataan memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya 2. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi siswa dan guru
  • 36. 36 3. Memaksimalkan penggunaan alat prakatek 4. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal 5. Mempermudah pengawasan Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, Tata letak alat-alat berat di ruang praktek jasa boga masih belum sesuai standar serta. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segi ukuran ruang praktek yang belum memenuhi standar. Berikut ditampilkan tata letak alat praktek Jasa Boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Gambar 17. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta
  • 37. 37 Gambar 18. Layout Lab K1 SMK Negeri 6 Yogyakarta Gambar 19. Suasana Praktek Lab K1 Pelaksanaan PBM didalam lab jasa boga oleh team teaching baik teori maupun praktek. Untuk mata pelajaran boga dasar jumlah jam tiap kali tatap muka sebanyak 7 jam. Jumlah pertemuan /minggu sebanyak 4 kali tatap muka. Guru memberikan instruksi tahap demi tahap dalam melakukan praktek yang tertuang dalam jobsheet
  • 38. 38 tanpa demonstrasi. Kemudian siswa yang melakukan praktek sesuai dengan jobsheet tetapi dalam hal ini lebih ditekankan kreatifitas siswa. Contoh : kompetensi bumbu dasar, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dalam mengimplementasikan penggunaan bumbu dasar pada makanan. Bumbu dasar ada 3 : bumbu putih, kuning dan merah. Penerapan bumbu-bumbu ini pada setiap masakan dipilih secara bebas oleh siswa sendiri. Contoh kedua misalnya KD garnis. Siswa diberikan kebebasan mengembangkan kemampuannya untuk melakukan garnis pada makanan sesuai dengan kreatifitasnya. Pengadaan jobsheet dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran yang diberikan pada waktu akan praktek. Tetapi untuk resep yang akan dipraktekan diberikan ke siswa sehari sebelum praktek agar siswa menyiapkan alat dan bahannya. Ruang praktek K1 merupakan ruang yang memiliki ukuran ruang praktek paling besar dari keseluruhan ruang praktek boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Ruang K1 selain berfungsi sebagai ruang praktek namun terkadang juga digunakan sebagai ruang teori / belajar siswa. Ruang praktek K1 dapat menampung 32 siswa pada saat pelaksanaan praktek. b. Layout Laboratorium K 2 / Kontinental Lab K2 atau biasa disebut lab kontinental, merupakan lab yang digunakan untuk memproduksi makanan nusantara. Jumlah alat berat di ruang Kontinental tidak sebanyak ruang K1, ruang praktek K2 / kontinental mempunyai ukurang ruang lebih kecil dari ruang K1, selain itu untuk pencahayaan pada ruang ini juga kurang memadai. Hal ini memberi kesan ruang lebih gelap dan suram.
  • 39. 39 Gambar 20. Layout Laboratorium K2 / continental Pada ruang ini fasilitas sanitasinya sudah ada. Saluran pembuangannya terlihat sehingga memudahkan dalam pembersihannya. Gambar 21. Layout Laboratorium K2 / Kontinental c. Layout Lab Patiseri Lab patiseri adalah lab yang digunakan untuk praktek pembuatan roti / kue. Pada Lab ini penataan alat-alat prakteknya juga belum memenuhi standar, hal ini
  • 40. 40 dikarenakan ukuran ruang praktek yang kecil. Hal ini berdampak pada peletakkan alat-alat praktek siswa terlihat bertumpuk. Gambar 22. Ruang Praktik Patiseri Ukuran ruang praktik yang cukup kecil sehingga mengakibatkan kesulitan para siswa dalam bergerak secara leluasa pada saat praktik. Gambar 23. Suasana Praktik di ruang Patiseri
  • 41. 41 Pada ruang patiseri fasilitas sanitasinya sudah cukup maksimal, sehingga memudahkan dalam membersihkannya. Gambar 24. Fasilitas Sanitasi d. Layout Lab Tata Hidang Para siswa selain dilatih keterampilan dalam membuat makanan mereka juga dilatih dalam menata hasil masakan mereka untuk disajikan pada konsumen. Pada ruang tata hidang suasana lebih nyaman. terang dan sejuk. Pada ruangan tata hidang di lengkapi dengan penerangan yang cukup dan AC untuk memberi kesan nyaman kepada para konsumen. Pada ruang ini dilengkapi dengan cermin berukuran cukup panjang, dengan tujuan untuk memberikan kesan luas pada ruangan. Di ruang tata hidang berisi 7 buah meja saji yang digunakan menata hasil masakan para siswa. Pada saat kami turun observasi, ujian praktik baru saja berlangsung beberapa hari sebelum kedatangan kami sehingga aktiftas praktik tata hidang siswa tidak dapat kami peroleh. Pada ruang tata hidang dilengkapi dengan sebuah dapur kecil yang berfungsi untuk memanaskan masakan sebelum disajikan.
  • 42. 42 Gambar 25. Lab Tata Hidang Gambar 26. Dapur Mini e. Rasio Peralatan Penggunaan alat praktek di Lab K1 pada SMK Negeri 6 Yogyakarta oleh peserta didik adalah 1 : 1, hal ini dapat dilaksanakan karena dalam setiap pelaksanaan praktek dengan jumlah rombel 32 siswa, maka akan dibagi menjadi 2 kelompok yang masing kelompok terdiri 2 siswa, dimana setiap set meja praktek untuk kapasitas 2 kelompok atau dalam satu set meja praktek teridiri dari 4 siswa. Hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah. Gambar 27. Suasana Praktik Lab K1
  • 43. 43 Gambar 28. Suasana Praktik Lab Patiseri 4. Ketentuan Umum Bengkel. a. Standar Ruang Pengolah Makanan. Standar ruang pengolahan makanan pada ruang praktek K1, K2 dan Ruang Patiseri masih kurang memenuhi standar, hal ini berdampak pada penaataan dan penempatan alat praktek yang masih bertumpuk dan memberi kesan sempit pada ruang praktik. Namun ada beberapa hal yang sudah di penuhi oleh ruang praktik pengolah makanan di SMK Negeri 6 Yogyakarta antara lain yaitu tersedianya lemari penyimpanan dingin untuk makanan secara terpisah sesuai dengan jenis makanan/bahan makanan yang digunakan seperti daging, telur, unggas, ikan sayuran dan buah dengan suhu yang dapat mencapai kebutuhan syrat yang di inginkan. Seperti contoh pada ruang boga K1 dan Lab Patiseri dilengkapi dengan dua lemari pendigin berukuran besar untuk menyimpan bahan praktik yang akan digunakan dan bahan praktek sisa pakai.
  • 44. 44 Gambar 29. Lemari Penyimpanan Bahan Praktek Tempat memasak makanan yang terpisah dari dari tempat penyiapan makanan. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta telah disediakan sendiri ruang untuk penyimpanan makanan yang telah di olah yaitu pada ruangan tata hidang. Sedangkan untuk ukuran ruang praktek K1, K2, Lab Patiseri dan Lab Tata Hidang sedikit berbeda. Pada ruang K1 ukuran ruang cukup besar dibandingkan tiga ruang praktik lainnya, sehingga daya tampung cukup memadai sehingga dapat menampung siswa sejumlah 32 orang. Sedangkan pada ruang praktik K2 ukurannya sedikit lebih kecil sehingga menyebabkan ruang gerak siswa pada saat praktik kurang maksimal. b. Standar Dinding Standar dinding untuk ruang jasa boga memang sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tahan uap air dan panas. Bagian dinding yang sering terkena air atau minyak hendaknya sering dibersihkan hal ini untuk menghindari berkembangnya bakteri yang mengganggu ke hygienesan makanan. Permukaan dinding yang terkena percikan air dilapisi bahan kedap air (setinggi 2m), permukaannya halus dan berwarna terang.Dinding pada ruang praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah cukup memenuhi standar, hal ini terlihat dari bahan teghel yang di gunakan untuk melapisi dinding ruang praktik boga.
  • 45. 45 Gambar 30. Dinding Ruang Praktik K 1 Ganbar 31. Dinding Ruang Praktik Patiseri c. Standar Lantaidan Pintu Lab Standar lantai untuk boga harus di buat dari bahan yang mudah dibersihkan dan mudah kering. Apabila lantai kotor terkena tumpahan makanan atau cairan hendaknya cepat dibersihkan agar kebersihan tetap terjaga.Standar lantai yang ada di ruang praktik boga pada SMK Negeri 6 Yogyakarta menggunakan teghel seperti yang nampak pada gambar.
  • 46. 46 Gambar 32. Lantai Ruang Untuk standar pintu lab, pintu sebaiknya dirancang menggunakan bahan yang tahan terhadap binatang pengerat, benturan dan air. Pada ruang praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta, standar pintunya terbuat dari kayu. Pada bagian atas pintu ruang praktik dilengkapi dengan kaca bening, hal ini bertujuan untuk memberikan pencahayaan yang cukup pada ruang praktik. Selain itu posisi pintu yang membuka keluar sudah tepat. Gambar 33. Pintu Lab K1
  • 47. 47 Gambar 34. Pintu Lab Kontinental d. Standar Sirkulasi Udara dan Penerangan Standar ventilasi dan penghawaan ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman (±20% dari luas lantai). Hal ini bertujuan untuk mencegah udara di dalam ruangan terlalu panas dan menghindari kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau lantai- lantai serta membuang bau, asap dan pencemaran. Pada tiap ruang praktik boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta dilengkapi dengan jendela dan ventilasi yang cukup. Di ruang praktik kontinental di lengkapi dengan kipas angin pada langit-langitnya hal ini cukup membantu sirkulasi udara. Gambar 35. Sirkulasi Udara.
  • 48. 48 e. Standar Penyimpanan Standar penyimpanan bahan praktek sudah cukup memenuhi standar, hal ini terlihat dengan tersedianya lemari pendingin di tiap ruang praktik. Di ruang praktik tersedia dua lemari pendingin untuk menyimpan bahan siap pakai dan bahan sisa pakai. Namun tempat penyimpanan alat praktik masih kurang memenuhi standar, beberapa alat praktik di simpan di ruang terbuka sehingga rentan terkena debu dan lain sebagainya. Tata letak alat seperti wajan, sendok, piring yang umum digunakan, diletakan di laci setiap meja praktek. Sementara alat-alat lain di simpan di ruangan lain dan jika akan dipakai setiap siswa dalam kelompoknya membuat daftar peminjaman alat kepada laboran. Dan setelah selesai praktek alat –alat tersebut harus dikembalikan lagi. Penyimpanan alat-alat khusus sesuai temperature atau suhu ruangan belum dilakukan karena kurangnya ruangan. Gambar 36. TempatPenyimpanan Alat
  • 49. 49 Gambar 37, 38. Lemari Penyimpan Alat f. Standar Pakaian Kerja Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada saat praktek mengolah makanan yaitu standar pakaian kerja. Standar pakaian kerja siswa di SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah memenuhi standar, hal ini nampak pada saat praktek mengolah makanan siswa telah dilengkapi dengan : - Celemek/apron - Tutup rambut - Sepatu Selain itu siswa juga tidak diperkenankan menggunakan perhiasan tangan, dan mengaktifkan alat komunikasi (HP). Jika siswa melakukan pelanggaran seperti masih mengaktifkan alat komunikasi selama praktik berlangsung maka guru berhak memberi sanksi pada siswa dengan melakukan penyitaan pada HP siswa.
  • 50. 50 Gambar 39, 40. Pakaian Kerja g. Standar Tempat Pencucian Untuk keperluan pencucian idealnya disediakan dua tempat pencucian peralatan. Satu untuk peralatan dapur ukuran besar dan yang lain untuk tempat pencucian peralatan gelas. Di SMK Negeri 6 Yogyakarta tempat pencuncian peralatan prakteknya di lakukan di halaman depan kelas, hal ini dikarenakan tidak adanya ruang khusus untuk pencucian peralatan praktek. Sedangkan tempat cuci tangan sudah diletakkan dekat dengan area kerja. Jumlah tempat cuci tangan sudah cukup memenuhi standar karena di tiap meja kerja dilengkapi dengan tempat pencucian tangan. Dan pada tiap ruang praktek dilengkapi dengan kran air panas. Air bersih cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan kegiatan penyelenggaraan praktik. Gambar 41, 42. Tempat Pencucian Tangan
  • 51. 51 h. Standar Rincian Pipa Saluran Sanitasi Ruang praktik jasa boga yang dikatakan memenuhi standar adalah dengan tersedianya saluran pembuangan atau sanitasi. Pada ruang praktik K1, saluran pembungannya ada namun tidak tampak hal ini mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan jika mengalami penyumbatan. Namun pada ruang Patiseri dan ruang kontinental, saluran sanitasinya nampak sehingga mudah ketika akan membersihkannya. Gambar 42, 43 .Saluran Sanitasi i. Standar Fasilitas Tambahan ( Loker, ruang ganti, jamban dll ) Untuk fasilitas tambahan seperti ruang ganti dan loker tempat penyimpanan masih belum memenuhi standar. Tempat praktik jasa boga seharusnya dilengkapi dengan ruang khusus ganti siswa, namun di SMK Negeri 6 Yogyakarta belum tersedia ruang khusus ganti dan tempat menyimpan tas siswa. Untuk ruang ganti para siswa menggunakan toilet sedangkan untuk penyimpanan tas siswa disediakan loker di depan ruang praktik namun jumlah loker yang kurang memadai sehingga menyebabkan tas siswa terlihat tidak tertata rapi.
  • 52. 52 Gambar 44. Loker Siswa C. Pembahasan. a. Kualitas Profil SMK St. Mikael Surakarta. Fasilitas Bengkel 1. Tata Letak Peralatan Bengkel Letak alat yang baik akan memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Untuk tata letak alat dletakkan dalam satu ruangan berdasarkan fungsi dan produk. Untuk pengelompokkan alat berdasarkan fungsi, semua alat dengan jenis yang sama ditempatkan dalam satu ruangan yang memungkinkan apabila terdapat praktik suatu mata pelajaran tetrentu menggunakan alat tersebut, maka siswa dapat belajar dalam satu ruangan bersama instrukturnya. Sedangkan pengelompokkan alat berdasarkan produksi yaitu penempatan alat yang bertujuan untuk pembelajaran yang menghasilkansuatu produk, beberapa alat yang berkaitan dengan produk yang akan dihasilkan ditempatkan dalam satu ruangan sehingga siswa tidak perlu keluar ruangan untuk menggunakan alat. Alat disusun secara miring untuk memudahkan lalu linta siswa dan pengajar dan juga untuk keselamatan kerja. Setiap alat besar menggunakan alas/pijakan berupa kayu yang bertujuan
  • 53. 53 utuk keselamatan kerja. 2. Rasio Peralatan Sangat baik tiap siswa menggunakan satu peralatan sehingga siswa dapat benar-benar menguasai praktek dengan menggunakan alatnya sendiri. Jika sistem satu alat digunakan oleh dua atau lebih peserta didik, materi tidak sepenuhnya terserap oleh peserta karena yang lainnya mungkin saja hanya akan melihat temannya bekerja. B. Ketentuan Bengkel 1. Standar Bangunan Ruang praktek yang dipisahkan dari ruang belajar teori sangat berpengaruh dalam konsentrasi siswa belajar.Di ruang praktek mesin, kebisingan alat-alat saat bekerja dapat merusak konsentrasi siswa apabila belajar teori.Pencahayaan yang baik dengan atap yang tinggi membuat peserta didik dalam ruang praktek tetap nyaman bekerja. Efek radiasi cahaya, iluminasi cahaya akan memberikan dampak terhadap proses belajar praktik. 2. Standar Lantai dan Pintu Bengkel Lantai bengkel tidak licin untuk keamanan dalam bekerja. Selain itu lantai untuk arah jalan dan tempat peletakan mesin atau alat berat menggunakan warna cat yang berbeda, setiap warna mempunyai fungsi informasi yang berbeda.Pintu bengkel dibuat dari besi yang sangat berat dan kuat. 3. Standar Penyekatan Untuk pembagian ruang praktik masing-masing bengkel diberi penyekat karena berada dalam satu atap.Masing-masing penyekat diberi kaca berwarna hitam sehingga peserta didik di ruang yang satu dengan ruang yang lainnya tidak saling terganggu. 4. Standar Kenyamanan Pendengaran. Standar kenyamanan pendengaran telah disesuaikan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di
  • 54. 54 inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. 5. Standar Sirkulasi Udara Bengkel dilengkapi dengan jendela dan ventilasi udara agar sirkulasi udara menjadi lancar dan pencahayaan sinar matahari masuk ke dalam bengkel tanpa harus menggunakan lampu.Selain itu bengkel juga dilengkapi dengan kipas angin di setiap sudut dan tengah dinding bengkel.Khusus untuk lab CNC dan Unit produksi menggunakan AC karena peralatan di lab CNC terdapat beberapa unit komputer, dan pada unit produksi terdapat alat yang membutuhkan ruangan dengan suhu atau temperatur dingin/sejuk.Terdapat standar temperatur ruangan yaitu 22 dearajat celcius karena ruangan yang panas akan memberikan efek terhadap mesin dan juga peserta didik menjadi tidak nyaman bekerja karena kepanasan. 6. Fasilitas Tambahan. Fasilitas tambahan sangat membantu kepentingan kegiatan kerja praktik.Fasilitas tambahan yang berada di SMK St. Michael terletak terpisah dari ruang praktik/bengkel. Seperti Toilet, loker, ruang istirahat instruktur. Posisi ruang istirahat instruktur dan ruang ganti serta loker peserta didik bersebelahan. Dan di depan ruangan ini terdapat tempat istirahat/tempat duduk. Sangat membantu dengan adanya loker bagi setiap peserta didik maupun instruktur,siswa dapat menaruh barang dan merasa aman karena kunci loker dapat dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Pelaksanaan PBM Di SMK St. Mikael Surakarta. System pembelajaran di SMK St. Mikael Surakarta menggunakan system blok dan pada saat pelaksanaan praktikum dilakukan system Shift. Rombel 32 siswa dibagi menjadi 2 shift kelompok. Shift kelompok pertama masuk pagi dan shift kelompok kedua masuk siang. System shift ini dilakukan untuk memenuhi rasio penggunaan peralatan/mesin 1:1 yakni 1 siswa menggunakan 1 alat/mesin.
  • 55. 55 Sehingga pada saat praktikum, peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama dan merata dalam menggunakan fasilitas di dalam bengkel. Dan ini berdampak positif pada penguasaan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Proses pembelajaran juga diterapkan PBL (Production Base Learning) dimana peserta didik dalam praktik di bengkel dengan mengacu standar produksi. Setiap sesuatu yang di buat/dipraktekan hasilnya sesuai standar produksi yang dibutuhkan oleh konsumen. Di kelas XII peserta didik dibiasakan untuk membuat produk pesanan dari perusahaan atau industry. Dan setiap peserta didik telah dibagi jadwal kerja dan estimasi waktu yang harus dipenuhi dalam memproduksi suatu produk. Estimasi waktu yang tidak dipenuhi oleh peserta didik, akan mendapat sanksi minus kerja. Suasana budaya praktik di bengkel dibuat seperti suasana sebenarnya di industry. Kedisiplinan dan kemandirian kerja sangat ditekankan di Sekolah ini. Setiap pelanggaran diberi sanksi minus kerja. Pada saat proses kerja di bengkel, setiap peserta didik tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan duduk. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga sangat diutamakan. Setiap peserta didik yang akan masuk ke bengkel diwajibkan untuk mengenakan pakaian kerja, kacamata khusus, sepatu khusus dirancang dengan lapisan baja yang bertujuan jika alat yang jatuh mengenai kaki tidak akan cedera. Budaya disiplin yang sangat tinggi yang tertanam pada setiap peserta didik di SMK St. Mikael membuahkan hasil yang sangat maksimal. Hal ini terlihat bahwa semua lulusan SMK St. Mikael Surakarta tidak ada yang menjadi pengangguran. Begitu banyak perusahaan dan industry yang saling rebutan untuk mengambil lulusan SMK St. Mikael untuk bekerja di tempat mereka. Bahkan perusahaan dan industry tsb rela memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi kepada para lulusan SMK St. Mikael yang bekerja pada mereka.
  • 56. 56 b. Profil Kualitas SMK Negeri 6 Yogyakarta. 1. Kualitas Profil Laboratorium. Setelah kami melakukan observasi singkat di SMK Negeri 6 Yogyakarta, kami mendapatkan gambaran bahwa standar minimum lab untuk program pembelajaran kepada siswa sudah cukup memenuhi standar. Lab yang digunakan untuk praktek siswa terdiri 4 ruang terpisah, dengan ukuran ruangan yang bervariasi. Ukuran ruang terluas adalah ruang praktik K1 yang dimana ruang ini letaknya terpisah cukup jauh dari tiga ruang praktek boga lainnya. Pada saat praktek berlangsung, ruang ini dapat menampung 32 orang siswa. Kegiatan praktek di ruang ini berlangsung dari pagi hingga siang hari. Berbeda halnya dengan Lab Patiseri, Lab Kontinental dan Tata Hidang. Ketiga ruang praktik ini mempunyai ukuran yang sedikit lebih kecil sehingga ruang gerak siswa cukup terbatas ketika praktik memasak ataupun praktik penataan ruang tata hidang sedang berlangsung. Pencahayaan serta sirkulasi udara pada tiap lab sudah cukup memenuhi standar namun masih ada sedikit kekurangan yaitu tidak adanya penyedot asap di semua ruang praktik memasak siswa, sehingga mengakibatkan ruang menjadi panas dan sedikit berbau. Lab boga dilengkapi dengan alat kerja yang cukup memenuhi standar. Peralatan praktik siswa merupakan bantuan dari pemerintah Austria yang diperoleh pada tahun 2008. Beberapa alat masak (oven) berukuran besar diletakkan di ruang praktik K1 dan Lab Patiseri. Namun karena harga komponennya yang mahal serta kesulitan dalam mencari komponen / spare park alat yang rusak, salah oven modern berukuran besar bantuan dari pemerintah Austria sudah setahun tidak dapat digunakan praktek oleh siswa. Dengan alat praktik yang tersedia dan tenaga pengajar yang profesional, SMK Negeri 6 Yogyakarta khususnya jurusan boga memilki unit produksi yang menerima pesanan kueataupun masakan dari masyarakat umum.
  • 57. 57 2. Pelaksanaan PBM. Pelaksanaan proses belajar dan mengajar di SMK Negeri 6 Yogyakarta khususnya jurusan boganya sudah sangat baik. Dimana pada saat belajar berlangsung pengawasan dan bimbingan terus dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran. Kurikulum 2013 menekankan bahwa pada saat praktikum siswa lebih aktif dan kreatif. Hal ini dibuktikan dengan Sistem pembelajaran yang langsung mempraktekkan materi pelajaran kepada siswa, menjadikan siswa terampil dan cepat menguasai kompetensi yang di harus dicapai. Contohnya pada kompetensi bumbu dasar. Bumbu dasar ada 3 yakni : bumbu putih, merah dan orange. Siswa diberi kebebasan mengimplementasikan penggunaan bumbu dasar tersebut pada masakan. Selain kompetensi bumbu dasar, ada kompetensi garnis. Setiap siswa diberi kebebasan berkreasi dalam melakukan garnis pada masakan yang telah jadi. Pelaksanaan PBM dilakukan oleh dua orang guru (team theacing) dalam satu rombel dengan jumlah siswa 32 orang dengan jumlah jam pelajaran setiap tatap muka sebanyak 7 jam pelajaran dan dalam seminggu sebanyak 3 kali tatap muka. Pada penggunaan alat seperti kompor gas dibentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa. Hal ini dilakukan karena keterbatasan fasilitas praktik. Budaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) telah dilaksanakan oleh setiap siswa. Terlihat pada waktu akan masuk ke lab/dapur, setiap siswa diwajibkan untuk mengenakan celemek (baju kerja) dan meletakan tasnya di loker. Namun pada saat praktikum berlangsung, pengawasan dari guru mata pelajaran terus dilakukan. Karena dari sekian banyak siswa yang melakukan praktik, ada beberapa siswa yang kurang mematuhi tata tertib pada saat proses praktikum. Contohnya pada saat masak celemeknya dilepas, kran air panas dibiarkan dalam keadaan terbuka, kurang menjaga kebersihan saat memasak. Setelah praktik, setiap siswa diwajibkan untuk membersihkan peralatan yang digunakan dan membersihkan lantai yang licin, serta peralatan berat seperti kompos gas.
  • 58. 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. Manajemen bengkel pada SMK Katolik St. Mikael sudah sangat baik. Dari hasil pengamatan kelompok didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Sekolah St. Mikael merupakan sekolah kejuruan dengan program studi mesin perkakas yang mempunyai lulusan kompeten yang diminati oleh perusaahan di Indonesia. 2. SMK Katolik St. Mikhael merupakan sekolah berakreditasi A yang pertama mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 tetapi juga “The Best” dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan terutama program studi Mesin Perkakas. 3. Tata letak bangunan peralatan mesin sudah disesuaikan dengan kenyaman dan keselamatan kerja para peserta didik. 4. Rasio penggunaan alat 1 : 1 yakni 1 peserta didik menggunakan 1 alat sangat baik untuk pengembangan kompetensi siswa. 5. Ketentuan Bengkel :  Standar bangunan yang memisahkan antara kelas dan ruang praktek. Dengan atap yang tinggi dapat mebuat cahaya dan sirkulasi udara lancar  Standar lantai dan pintu yang dibuat aman untuk keselamatan kerja  Standar Penyekatan untuk memisahkan ruangan dengan kaca hitam sehingga peserta didik tidak saling terganggu  Standar kenyamana pendengaran sudah disesuaikan dengn aturan  Standar sirkulasi udara, dengan dibuatnya banyak jendela dan ventilasi udara ditambahkan dengan kipas angin dan beberapa ruangan khsusus menggunakan AC.  Fasilitas tambahan sebagai ruang bantu untuk kepentingan kerja praktik juga sangat memadai. 6. Dari hasil pengamatan kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, pengelolaan lab praktik boga sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan khususnya kondisi ruangan yang harus di tambah. Karena untuk ukuran ruangan praktik khususnya pada lab Patiseri masih kurang sehingga menyebabkan siswa tidak leluasa bergerak pada sat prakti. Namun untuk secara keseluruhan, menurut kami SMK Negeri 6 Yogyakarta sudah sangat baik dalam menyiapkan siswa sebagai tenaga terampil di
  • 59. 59 bidangnya dan memberikan bekal pengetahuan pada siswa serta kepercayaan diri untuk berkompetisi di dunia kerja. B. Saran. 1. Bagi SMK St. Mikael Manajemen bengkel yang baik perlu dilakukan sesuai standar yang telah ditentukan agar terjaminnya keselamatan kerja peserta didik dan dapat memudahkan kegiatan dalam bengkel.SMK St. Mikael telah menerapkan manajemen yang baik, maka diharapkan dapat terus dipertahankan. 2. Bagi Peneliti Diharapkan menambah pengetahuan tentang manajemen bengkel yang baik dan dapat diaplikasikan di sekolah masing-masing di daerah. 3. Bagi SMK Negeri 6 Yogyakarta Dari hasil observasi kami di SMK Negeri 6 Yogyakarta, standar gedung lab untuk praktik siswa masih harus benahi dan ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun ukuran luas ruang praktik. Perawatan secara berkala peralatan praktik perlu ditingkatkan. Selain itu standar penyimpanan alat dan bahan praktek masih perlu diperbaiki dan lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan perawatan alat praktek yang baik akan menghasilkan umur pakai alat praktek semakin tinggi dan akan membantu dalam mengurangi anggaran perawatan ataupun pemebelian alat yang baru. Sistem penyimpanan peralatan alat praktek dan bahan praktek juga sangat penting, karena dalam bidang boga kehegynesan alat dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk sangatlah penting dan utama. 4. Bagi Mahasiswa Bagi mahsiswa diharapkan dengan melakukan observasi pada beberapa lab ataupun bengkel dari beberapa sekolah yang berbeda dengan latar belakang ilmunya, dapat memperkaya khasanah ilmu dan pemahaman mereka dalam sistem pengelolaan lab dan bengkel yang baik.
  • 60. 60 DAFTAR PUSTAKA Byram, H.M. & Wenrich, R.C. 1956. Vocational Education and Practical Arts in The Community School. New York : The Macmillan Company. Daryanto.2003.AlatPengikat Pada Elemen Mesin.PT Rineka Cipta : Jakarta Djohar, A. 2007. Pendidikan Tenologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300. Hamalik, O. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan, Kewirausahaan dan Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Peraturan Menteri. 2008. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008 Tanggal 31 Juli 2008 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) Peraturan Menteri. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) Pernama.2006.http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/19651110199 2031-TATANG_PERMANA,BAB_V_prktk_krj _ bngku .pdf. diakses pada 6 Maret 2012 pukul 21.10 Wita. Soeharto. 1988. Desain Instruksional Sebuah Pendekatan Praktis Untuk Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
  • 61. 61
  • 62. 62