Dokumen tersebut membahas tentang Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan sistem untuk mengidentifikasi bahaya spesifik dan tindakan pencegahannya dalam produksi pangan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Dokumen ini menjelaskan tujuh prinsip HACCP, jenis bahaya biologis, kimia dan fisika, serta contoh bahaya mikrobiologis dan kimia dalam berbagai jenis pangan.
2. Faktor-faktor Utama FBDFaktor-faktor Utama FBD
1.1. Pendinginan makanan yang tidak tepatPendinginan makanan yang tidak tepat
2.2. Membiarkan makanan selamaMembiarkan makanan selama ≥≥ 12 jam (penyajian)12 jam (penyajian)
3.3. Kontaminasi makanan mentah ke dalam makanan “non-Kontaminasi makanan mentah ke dalam makanan “non-
reheating”reheating”
4.4. P Penanganan makanan oleh pekerja yang menderita infeksienanganan makanan oleh pekerja yang menderita infeksi
5.5. Proses pemasakan dan pemanasan tidak cukupProses pemasakan dan pemanasan tidak cukup
6.6. Penyimpanan makanan dlm keadaan hangat < 65Penyimpanan makanan dlm keadaan hangat < 65 °°CC
7.7. Pemanasan kembali makananPemanasan kembali makanan suhu tidak tepatsuhu tidak tepat
8.8. Makanan berasal dari sumber yang tidak amanMakanan berasal dari sumber yang tidak aman
9.9. Terjadi kontaminasi silang.Terjadi kontaminasi silang.
PENGANTAR :PENGANTAR :
“FOOD BORNE DISEASE”“FOOD BORNE DISEASE”
4. HAZARD = BAHAYAHAZARD = BAHAYA
UNSUR BIOLOGI, KIMIA, FISIKA ATAUUNSUR BIOLOGI, KIMIA, FISIKA ATAU
KONDISI DARI PANGAN YANGKONDISI DARI PANGAN YANG
BERPOTENSI MENYEBABKAN DAMPAKBERPOTENSI MENYEBABKAN DAMPAK
BURUK PADA KESEHATANBURUK PADA KESEHATAN
5. PENGERTIAN Hazard AnalysisPENGERTIAN Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP)Critical Control Point (HACCP)
Suatu sSuatu siistem yangstem yang
mengidentifikasimengidentifikasi BAHAYABAHAYA
SPESIFIKSPESIFIK yang mungkin timbulyang mungkin timbul
dandan cara pencegahannyacara pencegahannya untukuntuk
mengendalikan bahaya tersebut.mengendalikan bahaya tersebut.
6. Kunci utama HACCP adalah antisipasi
dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan
pencegahan, daripada mengandalkan
kepada pengujian produk akhir
7. Sistem HACCP bukan merupakan sistem
jaminan keamanan pangan yang tanpa
resiko, tetapi dirancang untuk
meminimalkan resiko bahaya keamanan
pangan.
8. Sistem HACCP juga dianggap sebagai
alat manajemen yang digunakan untuk
memproteksi rantai pasokan pangan dan
proses produksi terhadap kontaminasi
bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan
fisik
11. 3. Economic Fraud /Pemalsuan
Adalah tindakan-tindakan yang illegal atau
penyelewengan yang dapat merugikan
pembeli. Tindakan ini mencakup diantaranya
pemalsuan species (bahan baku), penggunaan
bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak
sesuai dengan label, overglazing dan jumlah
komponen yang kurang seperti yang tertera
dalam kemasan.
12. SEJARAH HACCPSEJARAH HACCP
Sejarah perkembangan HACCP oleh beberapa ahli
dianggap sebagai evolusi, sejak ditemukannya pada
tahun 1960,dimana Pilsbury Co. NASA dan US Army
Natick and Space Administration, mengadakan
penelitian dengan tujuan utama mengembangkan
makanan yang aman bagi astronot.
HACCP baru berkembang pesat sejak tahun 1990, di
Indonesia pada tahun 1998. diadopsi menjadi SNI 01-
4852-1998
13. Tujuan HACCPTujuan HACCP
UmumUmum
Meningkatkan kesehatan masyarakat denganMeningkatkan kesehatan masyarakat dengan
cara mencegah atau mengurangi kasuscara mencegah atau mengurangi kasus
keracunan dan penyakit melalui makanankeracunan dan penyakit melalui makanan
(“Food born disease”).(“Food born disease”).
KhususKhusus
Mengevaluasi cara produksi mknMengevaluasi cara produksi mkn bahaya ?bahaya ?
Memperbaiki cara produksi mknMemperbaiki cara produksi mkn criticalcritical
processprocess
Memantau & mengevaluasi penanganan,Memantau & mengevaluasi penanganan,
pengolahan, sanitasipengolahan, sanitasi
Meningkatkan inspeksi mandiriMeningkatkan inspeksi mandiri
14. MANFAAT HACCPMANFAAT HACCP
1. Menjamin keamanan pangan
- Memproduksi produk pangan yang aman setiap
saat;
- Memberikan bukti sistem produksi dan
penganganan aproduk yang aman;
- Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan
jaminan keamanannya;
- Memberikan kepuasan pada pelanggan akan
konformitasnya terhadap standar nasional maupun
internasional.
15. 2. Mencegah kasus keracunan pangan,
sebab dalam penerapan sistem HACCP
bahaya-bahaya dapat diidentifikasi
secara dini, termasuk bagaimana
tindakan pencegahan dan tindakan
penanggulangannya.
17. 4. Dengan berkembangnya HACCP
menjadi standar internasional dan
persyaratan wajib pemerintah,
memberikan produk memiliki nilai
kompetitif di pasar global.
18. 5. Memberikan efisiensi manajemen
keamanan pangan, karena sistemnya
sistematik dan mudah dipelajari,
sehingga dapat diterapkan pada semua
tingkat bisnis pangan.
19. Tujuh Prinsip HACCP
HACCP merupakan suatu sistem yang
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya
tertentu dan tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan untuk pengendaliannya.
Sisten ini terdiri dari tujuh prinsip sebagai
berikut:
20. PRINSIP 1PRINSIP 1
Mengidentifikasi potensi bahaya yang
berhubungan dengan produksi pangan pada
semua tahapan, mulai dari usaha tani,
penanganan, pengolahan di pabrik dan
distribusi, sampai kepada titik produk pangan
dikonsumsi. Peningkatan kemungkinan
terjadinya bahaya dan menentukan tindakan
pencegahan, untuk pengendaliannya.
21. PRINSIP 2PRINSIP 2
Menentukan titik atau tahap prosedur operasional
yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan
bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya
tersebut. CCP (Critical Control Point) berarti setiap
tahapan di dalam produksi pangan dan /atau pabrik
yang meliputi sejak bahan baku yang diterima,
dan/atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi,
diolah, disimpan dan lain sebagainya.
22. PRINSIP 3PRINSIP 3
Menetapkan batas kritis yang harus
dicapai untuk menjamin bahwa CCP
berada dalam kendali.
23. PRINSIP 4PRINSIP 4
Menetapkan sistem pemantauan
pengendalian (monitoring) dari CCP
dengan cara pengujian atau pengamatan.
24. PRINSIP 5PRINSIP 5
Menetapkan tindakan perbaikan yang
dilaksanakan jika hasil pemantauan
menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak
terkendali.
25. PRINSIP 6PRINSIP 6
Menetapkan prosedur verifikasi yang
mencakup dari pengujian tambahan dan
prosedur penyesuaian yang menyatakan
bahwa sistem HACCP berjalan efektif
26. PRINSIP 7PRINSIP 7
Mengembangkan dokumentasi mengenai
semua prosedur dan pencatatan yang tepat
untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
31. Bahan Pangan Organisme Patogen
Daging dan produk
daging
Salmonella
S. aureus
Y. enterocolitica
C. perfringens
C. botulinum
E. coli patogenik
L. monocytogenes
Virus enteric
Parasit
Susu dan produk susu Mycobacterium
Brucella
Salmonella
L. monocytogenes
E. coli
S. aureus
Bacillus sp.
Clostridium sp.
Virus
Unggas dan produk
unggas
Salmonella
Campylobacter
C. perfringens
S. aureus
Y. Enterocolitica
L. monocytogenes
Produk hasil laut (ikan,
kerang, udang)
V. cholerae
V. parahaemolyticus
C. botulinum
L. monocytogenes
Parasit
Virus (utama Hepatitis
A)
Sayur-sayuran Salmonella
Shigella
V. cholerae
L. monocytogenes
Virus Hepatitis A&
enteric
Parasit
32. Mikotoksin Mikroba penghasil Makanan yang
tercemar
Aflatoksin Aspergillus flavus Jagung, kacang tanah, biji
kapas, kopra, beras, susu,
kacang-kacangan lain.
Patulin Penicillium claviforme Apel, anggur, buah-buahan
Okratoksin A Aspergillus ochraceus Gandum, jagung, barlei,
kacang tanah, biji-bijian
Zearalenon Fusarium sp. Jagung, barlei, sorghum,
wijen, minyak jagung, pati
Fumonisin Fusarium moniliforme Jagung, barlei, sorghum,
wijen, minyak jagung, pati
Botulinin Clostridium botulinum Makanan kaleng, daging,
ikan & sea food, telur,
sayuran
Asam
bongkrek
Pseudomonas cocovenenans Bungkil ampas kelapa,
tempe bongkrek
35. Kelompok Jenis Bahan Kimia Contoh
Terbentuk
secara alami
Mikotoksin,Skrombotoksin,
Toksin jamur & kerang,
Alkaloid pirolizidin,
Fitohemaglutinin, PCB
(polychlorinated biphenyl)
Aflatoksin, okratoksin,
zearalenon
Histamin
Amatoksin, palotoksin
Toksin paralitik, toksin
diare, neurotoksin,
toksin amnestik
Ditambahkan
secara
sengaja atau
tidak
sengaja
Bahan kimia pertanian
Logam/benda berbahaya
Bahan tambahan (terlarang
atau melebihi batas)
Bahan bangunan & sanitasi,
Pengawet
Pestisida, fungisida,
pupuk, insektisida,
aldrin, antibiotik,
hormon pertumbuhan,
fertilizer
Pb, Zn, As, Hg, Sianida
Pewarna (amarant,
methanil yellow,
rhodamin B)
Lubrikan, sanitizer,
pelapis
Nitrit, formalin, boraks
36. Toksikan Sumber Makanan yang
tercemar
Ciguatera Dinoflagelat Berbagai ikan
tropis
Toksin kerang :
paralitik, neirutoksin,
diareik, amnesik
Berbagai
dinoflagelat
Kerang
Alkaloid pirolizidin Berbagai
tanaman beracun
Serealia, madu
Histamin Bakteri
pembusuk
Ikan, keju
HCN Singkong, gadung
Asam jengkolat Jengkol
Mimosin Petai china/lamtoro
Solanin Kentang
Eteris Cabe
37. Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
release agents
non-nutritive sweeteners
nutrient supplements
nutritive sweeteners
oxidising and reducing agents
pH control agents
propellants and gases
sequestrants
solvents and vehicles
stabilisers and thickeners
surface-active agents
texturizers
38. Penggunaan BTP yang dilarangPenggunaan BTP yang dilarang
borax
boric acid
formaldehyde
unapproved colouring agents
39. polynuclear aromatic hydrocarbons
heterocyclic amines, nitropyrenes
nitrosamines
ethyl carbamate (urethane)
chloropropanols
Kontaminan selama produksiKontaminan selama produksi
40. Potensial bahan lainPotensial bahan lain
ion-exchange resins, filter aids
enzyme preparations
microorganisms
solvents, lubricants, release agents
specific function additives
utensils
working surfaces
equipment
metal, plastic, paper, wood, etc.
detergents
sanitisers
42. Cemaran fisik yang potensialCemaran fisik yang potensial
glass
slime or scum
metal
bone
plastic
stones and rocks
capsules or crystals
pits or shell
wood
paper
human and animal hair
43. FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN
CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : …
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
Editor's Notes
Unlike contaminants, additives are put in food intentionally. When used properly, they protect food from spoilage and from pathogenic organisms, thus helping to ensure a plentiful and diverse food supply. At the same time, some may be hazardous if used excessively.
Other food additives may be dangerous if too little is added to food. For example, nitrite is used to prevent C. botulinum spores from growing in cured meat products, but a minimum residual level is necessary to ensure its effectiveness. Insufficient iodine in salt can give rise to iodine deficiency disorders.
Some food additives (e.g. sulphite) may provoke allergenic responses. People with metabolic deficiencies may react to certain additives as well as to the food. Accurate and complete food labelling helps these consumers to avoid products which could harm them.
Adulterants are used to deceive the consumer as to the quality or value of the product. Sometimes, they are dangerous. For example, borax and boric acid were once widely used as low-cost food preservatives, but are now judged to be too toxic. In developing countries, however, they are still used illegally. Similarly, formaldehyde is sometimes used to preserve fish and other seafood, especially in places where adequate refrigeration is not available.
The most common adulterant is water, which is added to foods such as milk, fruit juices and seafood. If the water is contaminated, it may harm the consumer.
In some developing countries, the use of textile dyes in food, many of them carcinogenic, is a serious problem. Street-food vendors use them because they are cheap and readily available. Most consumers are unaware that these dyes are dangerous.
Toxic contaminants, including potential carcinogens, can be produced during food processing. High levels of benzo[a]pyrene can be produced in food during charcoal grilling; heterocyclic amines and nitropyrenes are produced when meat and fish are exposed to high temperatures. Nitrosamines, which are known carcinogens, are produced during curing, frying and some salting and pickling processes. Ethyl carbamate can be produced during fermentation and is found in beer and distilled spirits, particularly Scotch whiskeys. Chloropropanols may result from the hydrolysis of proteins with hydrochloric acid. The food industry is gradually reducing the levels of these contaminants. Some countries prohibit traditional smoking processes; many manufacturers use a liquid smoke flavour that is free of polynuclear aromatic hydrocarbons.
Few countries regulate the use of all chemicals (indirect food additives) that may leave residues in food, such as processing aids and cleaning agents. Chemicals can migrate from materials in contact with the food; for example, from packaging. In many countries, the specifications for food-grade plastics include limits on extractable materials.
Contaminants may be transferred from cookware or containers. Cooking acidic food in a copper-lined pot can introduce copper into the food. Lead may be transferred to food from certain ceramics, and food in lead-solder cans has significantly higher lead levels than food in cans with welded seams.