1. GERAKAN PELAJAR KREATIF
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Dalam perjalanan sejarah gerakan dakwah IPM, sejak berdirinya pada tanggal 18 Juli
1961 kemudian mengalami perubahan menjadi IRM pada tanggal 18 November 1992,
dan kembali berubah nama menjadi IPM pada Muktamar XVI di Solo hingga saat ini
(Muktamar XVII di Yogyakarta), IPM telah menjalani perjalanan dakwah yang cukup
panjang dengan segala bentuk strategi gerakan yang dimilikinya.
Sesuai dengan arti maupun makna sebuah strategi, tentunya IPM dalam menentukan
strategi gerakan tidaklah luput dari segala bentuk analisisnya terhadap perkembangan
zaman yang ada, terutama dengan melihat persoalan pelajar dan pendidikan pada
zamannya hingga saat ini. Jika pada Muktamar XIV di Bandar Lampung pada tahun
2004, IPM mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Kritis-Transformatif yang memiliki ciri:
sadar, peka, dan peduli terhadap persoalan sosial dalam rangka melakukan sebuah
perubahan yang lebih baik. Tentunya IPM sadar betul terhadap realitas social saat itu,
sehingga dengan Gerakan Kritis-Transformatif diharapkan dapat menjawab persoalan
sosial (pelajar pendidikan) kala itu.
Terlepas dari adanya pro maupun kontra terhadap sebuah gerakan yang telah di
deklarasikan, maupun implementasi sebuah gerakan yang mungkin dirasakan belum
berjalan secara maksimal. IPM melalui Gerakan Kritis Transformatif telah berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan yang lebih baik tersebut.
Demikian juga pada Muktamar XVII di Yogyakarta, IPM selalu melakukan analisis
dengan segala persoalan yang ada, guna menjawab sebuah persoalan tersebut. Bukan
berarti Gerakan Kritis Transformatif yang telah di deklarasikan sebelumnya sudah tidak
relevan lagi dalam menjawab persoalan saat ini, akan tetapi bagaimana Gerakan Kritis
Transformatif dapat di implementasikan lebih riil di lapangan, tidak terkesan kaku dan
kuno sehingga mudah diterima dikalangan basis massa IPM, yaitu pelajar saat ini.
Dimana para pelajar saat ini hidup di tengah gencarnya arus globalisasi dengan segala
bentuk kemajuan zaman yang ada, persaingan yang kompetitif dan pemanfaatan
teknologi maupun informasi yang serba canggih, menuntut mereka untuk dapat
bersaing di zamannya dan selektif dalam melakukan sebuah pilihan hidup mereka
sebagai seorang pelajar. Oleh karena itu, pada Muktamar XVII di Yogyakarta kali ini,
IPM kembali mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) sebagai
jawaban terhadap persoalan yang dihadapi saat ini.
Melalui Gerakan Pelajar Kreatif inilah, IPM kembali menguatkan diri dan mensinergikan
ketiga dimensi Iman, Ilmu, dan Amal dalam menjalankan gerakan dakwahnya di
kalangan pelajar. Bagaimana IPM dapat melakukan Penyadaran, Pemberdayaan dan
2. Pembelaan sebagai trilogi gerakan IRM yang pernah di deklarasikan kala itu, kemudian
menciptakan sebuah karakter pelajar yang tidak hanya memiliki keshalehan ritual
semata tanpa memiliki ilmu dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari, atau
seorang pelajar yang shaleh dan berilmu, akan tetapi tidak mengamalkannya dengan
melakukan sebuah perubahan. Melainkan bagaimana IPM dapat melahirkan para
pelajar yang shaleh secara ritual dengan keimanannya yang kuat, memiliki ilmu dalam
menjalankan rasa keimanannya tersebut, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan sebagai wujud penyempurnaan nilai keimanan dan
pemahamannya terhadap ilmu untuk melakukan sebuah perubahan. Sehingga spirit
Gerakan Kritis Transformatif yang sebelumnya pernah dideklarasikan oleh IRM/IPM,
insya Allah dapat diimplementasikan dengan baik dengan terciptanya para agen-agen
perubahan (agent of change) di kalangan pelajar dan tercipta pula para pelopor
gerakan kritis transformatif itu sendiri di kalangan pelajar.
METODE
Metode yang dipakai dalam Gerakan Pelajar Kreatif IPM ini adalah Metode
Perencanaan strategis (Strategic Planning). Perencanaan strategis adalah proses yang
dilakukan suatu organisasi untuk menentukan sebuah metode, cara atau arahan, serta
mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan
sumber daya manusia) untuk mencapai sebuah tujuan. Berbagai teknik analisis dapat
digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), STEER
(Socio-cultural, Technological, Economic, Ecological, Regulatory) atau SMART
(Specific, Measurable, Actual, Realistic, Time Bound).
TUJUAN
Gerakan Pelajar Kreatif memiliki tujuan, agar:
A. IPM menjadikan pelajar generasi Qur’ani
Maksudnya adalah IPM mampu menjadi wadah bagi pimpinan dan anggota untuk
belajar membaca, mengkaji, dan mengamalkan Al Qur’an secara berjamaah, lalu
mengkampanyekan budaya cinta Qur’an ke seluruh pelajar di Indonesia.
B. IPM menjadi gerakan populis
Maksudnya adalah agar IPM mampu diterima oleh semua kalangan, khususnya pelajar
di seluruh Indonesia.
C. IPM mampu memfasilitasi minat dan bakat pelajar
3. Maksudnya adalah IPM mampu mefasilitasi kebutuhan minat dan bakat pelajar dalam
bentuk kominitas-komunitas.
D. IPM sebagai wadah pembela pelajar
Maksudnya adalah agar IPM dapat mejadi referensi bagi semua pihak tentang masalah
pendidikan dan memperjuangkan hak-hak pelajar.
E. IPM sebagai penggerak pengarusutamaan gender di kalangan pelajar
Maksudnya adalah agar IPM mampu menjadi garda terdepan dalam
memperjuangkan persamaan akses pelajar putri dan difabel di sekolah dan
masyarakat.
Sumber: http://ipm.or.id