SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
MERETAS POLITIK PERADABAN
)‫ر‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ا‬(
Rijalul Imam, S.Hum., M.Si.
Usia KAMMI sama dengan usia era
Reformasi. Sama-sama lahir di tahun 1998. Kini
usia keduanya telah mencapai lebih dari 1 dekade.
Melalui tulisan singkat ini, saya ingin kita
melakukan transformasi gerakan dari pola gerakan
politik nilai ke gerakan politik peradaban. Saya
mendefinisikan gerakan politik nilai sebagai
gerakan yang mengusung nilai-nilai moralitas yang
bersifat idealisme. Sedangkan gerakan politik
peradaban adalah gerakan yang
mengkombinasikan nilai-nilai moralitas idealisme
dengan gerakan yang secara praksis memberikan
nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat, bangsa dan dunia pada umumnya.
Semasa dekade awal sejak kelahirannya,
sudah banyak gagasan-gagasan progresif yang
dilahirkan KAMMI, seperti kaderisasi siyasi,
intelektual profetik, hingga mewujudkan kader dan
kepemimpinan nasional yang berjiwa muslim
negarawan. Demikian juga, aksi-aksi yang
dilakukan KAMMI di sepuluh tahun pertama
berhasil menempatkan KAMMI sebagai icon
gerakan reformasi. Prestasi cemerlang ini harus
terus disempurnakan sesuai spirit yang dibangun :
tuntaskan perubahan!
Menapaki usia KAMMI di dekade kedua ini,
KAMMI semakin bersaing dengan pergulatan
zaman. Bila ustadz Mahfuz Siddiq berhasil
merekam jejak 3 tahun pertama KAMMI (1998-
2001) dengan judul buku KAMMI dan Pergulatan
Reformasi (Tesis 600-an halaman yang dibukukan),
maka di decade kedua ini, persaingannya jauh lebih
kompleks dari fase sebelumnya. Tidak semata
bergulat dengan reformasi domestik ke-
Indonesiaan, melainkan juga kesadaran reformasi
dalam skala membangun peradaban.
Era 2000-an menandai terjadinya
pergeseran poros peradaban. Tahun 2008 secara
resmi keuangan Amerika Serikat jatuh hingga
menyebabkan multiefek krisis ekonomi global. Di
era 2000-an juga krisis energi global semakin tak
dapat dihindari. Konstalasi hubungan internasional
akan sangat ditentukan oleh politik energi.
Demikian pula kita semakin sulit mengelakkan diri
dari krisis pemanasan global. Membaca hutan di
Kalimantan tidak bisa lagi diposisikan sebagai
kekayaan lokalitas, melainkan bagian dari paru-
paru dunia. Tingginya gas emisi di Jakarta dan
Surabaya tidak bisa dinilai sebagai polutan
domestik, melainkan bagian dari unsur
penyumbang polusi global. Dalam posisi demikian
maka gerakan kaum muda harus dibaca dan
diposisikan sebagai gerakan politik peradaban.
Demikian juga dalam menggerakkan peran
strategis KAMMI.
Terkadang makna peradaban merujuk pada
hal-hal yang bersifat material, seperti istilah sisa-
sisa peradaban. Hal ini karena memang peradaban
memiliki basis konkrit yang lebih terasa dan
terukur baik secara spiritual maupun material. Jadi
politik peradaban sesungguhnya adalah politik
karya nyata.
Al-Qur’an menjelaskan makna peradaban
sebagai kombinasi antara kekuatan spiritual dan
material yang seimbang dan bermanfaat nyata,
dengan istilah al-Kitab (petunjuk spiritual), al-
Mizan (Keseimbangan), dan al-Hadid (besi).
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-
rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
(QS. Al-Hadid: 25)
Posisi Strategis KAMMI -------------------------------------------------------------------------------
Untuk memposisikan peran strategis
KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka
perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran
strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari
pembacaan sejarah panjang harakah Islamiyah
dalam berbagai dimensinya. Al-Qur’an menga
agar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini
penting agar kita mengetahui posisi strategis kita
dalam sejarah
kebangkitan Indonesia
dan kemenangan Umat.
Setidaknya KAMMI
dapat kita dudukan
dalam tiga dimensi
gerakan, yakni sebagai
gerakan mahasiswa
(harakah thullabiyah),
gerakan kebangsaan
(harakah wathaniyah),
dan gerakan
keummatan (harakah
Islamiyah).
Teoritisasi Trend Gerakan --------------------------
Sebelum menentukan peran strategis
KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang,
perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan
sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam
tiga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan
sebagai upaya membaca zeit geist (jiwa zaman),
agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita
dapat menentukan peran strategis apa yang dapat
dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada
tempatnya.
Pertama, dimensi gerakan mahasiswa.
Trend gerakan mahasiswa biasanya
berlangsung selama satu dekade (per sepuluh
tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca
kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat:
• Pasca kemerdekaan, trendnya adalah
melawan komunisme. Pemeran utamanya
adalah HMI.
• Tahun 50-an, trendnya adalah konsolidasi
ummat secara ideologis. Hal ini tampak
pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan
pemuda dalam menyolidkan barisan umat
dalam naungan Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi), hingga
terpilih menjadi Perdana Menteri pertama
Indonesia.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
-------------------------------------------------------------------------------
sisikan peran strategis
KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka
perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran
strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari
harakah Islamiyah
Qur’an mengajarkan
agar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini
penting agar kita mengetahui posisi strategis kita
Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa,
kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya
perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu
(integral), tidak diartikan secara terpisah (
Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari
sisi ke-KAMMI-annya saja. KAMMI perlu
menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus
besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan
mahasiswa, kebangsaan,
maupun
Jadi di sini KAMMI
harus menyadari bahwa
sejarah gerakannya
adalah bagian dari
kelanjutan sejarah
gerakan mahasiswa,
gerakan kebangsaan,
dan gerakan
keummatan.
---------------------------------------------------------------------------
Sebelum menentukan peran strategis
KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang,
perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan
sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam
ga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan
(jiwa zaman),
agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita
dapat menentukan peran strategis apa yang dapat
dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada
Pertama, dimensi gerakan mahasiswa.
Trend gerakan mahasiswa biasanya
berlangsung selama satu dekade (per sepuluh
tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca
kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat:
Pasca kemerdekaan, trendnya adalah
Pemeran utamanya
an, trendnya adalah konsolidasi
ummat secara ideologis. Hal ini tampak
pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan
pemuda dalam menyolidkan barisan umat
dalam naungan Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi), hingga M. Natsir
terpilih menjadi Perdana Menteri pertama
• Tahun 60-an, trendnya adalah oposisi
gerakan anti rezim otoriterisme. Pada
tahun-tahun ini pertama kali dalam sejarah
gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung
kerjasama antara mahasiswa dengan
untuk menumbangkan rezim Soekarno yang
telah berubah menjadi otoriter (demokrasi
terpimpin).
• Tahun 70-an, trendnya adalah kebangkitan
pemikiran Islam. Di level Dunia
berkembangan cukup massif gagasan
Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib
Al-Attas dan Ismail Razi Al
Sedangkan di Indonesia yang ketika itu
masih dominan berkutat di dunia mistis,
berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh
aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak
Nur) yakni gerakan penyadaran
memisahkan hal-hal yang bersifat sa
dan profan dengan kacamata pemikiran
yang rasional.
• Gagasan sekularisasi menjadi polemik di
kalangan umat Islam, karena diindikasikan
sebagai bibit terjadinya liberalisme
pemikiran Islam. Karena itu berkembang
trend pada tahun 80
Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa,
kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya
perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu
dak diartikan secara terpisah (secular).
Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari
annya saja. KAMMI perlu
menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus
besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan
mahasiswa, kebangsaan,
maupun keummatan.
Jadi di sini KAMMI
harus menyadari bahwa
sejarah gerakannya
adalah bagian dari
kelanjutan sejarah
gerakan mahasiswa,
gerakan kebangsaan,
dan gerakan
keummatan.
an, trendnya adalah oposisi
gerakan anti rezim otoriterisme. Pada
tahun ini pertama kali dalam sejarah
gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung
kerjasama antara mahasiswa dengan militer
untuk menumbangkan rezim Soekarno yang
telah berubah menjadi otoriter (demokrasi
an, trendnya adalah kebangkitan
pemikiran Islam. Di level Dunia
berkembangan cukup massif gagasan
Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib
dan Ismail Razi Al-Faruqi.
Sedangkan di Indonesia yang ketika itu
masih dominan berkutat di dunia mistis,
berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh
aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak
Nur) yakni gerakan penyadaran
hal yang bersifat sakral
dan profan dengan kacamata pemikiran
Gagasan sekularisasi menjadi polemik di
kalangan umat Islam, karena diindikasikan
sebagai bibit terjadinya liberalisme
pemikiran Islam. Karena itu berkembang
trend pada tahun 80-an berupa forum
kajian Islam (FOSI) di kampus-kampus.
Gerakan ini cukup massif di berbagai poros
kota besar, seperti di Bandung dengan ITB
dan UNPAD-nya, di Jakarta dengan UI-nya,
dan di Yogyakarta dengan UGM-nya, dan
lain-lain. Tokoh-tokohnya ketika itu adalah
MS. Ka’ban, Hatta Rajasa, Abu Ridha,
Hidayat Nur Wahid, dll.
• Sedangkan trend tahun 90-an adalah
pelembagaan forum kajian menjadi lembaga
dakwah kampus. Kampus mulai terbuka
dengan forum-forum kajian dakwah
mahasiswa yang dilegalkan di bawah
struktur kampus. Di tahun-tahun ini
gerakan tarbiyah semakin massif di
berbagai kampus. Di level nasional, umat
Islam mendapat momentumnya yang tepat
ketika telah terbentuk strata sosial
intelegensia muslim berupa pelembagaan
ICMI (Ikatan Cendekia Muslim Indonesia)
yang dinakhkodai BJ. Habibie dan beberapa
intelektual muslim lainya seperti Amien
Rais, Cak Nur, Marwah Daud, dll.
• Menjelang era 2000-an telah terjadi
gerakan reformasi dengan
ditumbangkannya rezim Orde Baru oleh
gerakan mahasiswa dan elemen masyarakat
lainnya. Memasuki era 2000-an ini, gerakan
mahasiswa pun bermetamorfosa menjadi
gerakan politik. Gerakan politik di sini dapat
diartikan ke dalam dua hal, pertama, bahwa
breakdown aksi demonstrasi gerakan
mahasiswa selalu berdampak pada
perubahan kebijakan pemerintah. Kedua, di
pertengahan hingga penghujung tahun
2000-an terjadi mobilitas vertikal gerakan
mahasiswa dan alumninya ke level elit
kekuasaan. KAMMI mengalami keduanya,
baik ia sebagai organ aksi maupun
alumninya yang melakukan mobilitas
vertikal.
Pertanyaannya sekarang, apa kira-kira trend yang akan berkembang di era tahun 2010-an? Pertanyaan
ini adalah tantangan agar kita berpikir dalam jangka panjang untuk memprediksi, setidaknya dalam
rentang waktu sepuluh tahun ke depan, yang akan mengantarkan kita pada era tahun 2020-an.
Kedua, dimensi gerakan kebangsaan.
Trend kebangsaan biasanya berlangsung
pada narasi besar rezim penguasa dan
kecenderungan rakyat. Pasca kemerdekaan,
Indonesia dipimpin oleh enam presiden. Namun
secara fase kebangsaan dapat dipilah menjadi 3
fase:
1. Fase Orde Lama Soekarno dengan narasi
besar revolusi, berlangsung dari tahun 1945
hingga 1966 (21 tahun), namun cenderung
sosialis.
2. Fase Orde Baru Soeharto dengan narasi
besar pembangunan, berlangsung dari
tahun 1966-1998 (32 tahun), cenderung
mengadopsi sistem kapitalis.
3. Fase Orde Reformasi di masa ini
Indonesia dalam fase persimpangan sejarah
bangsa, bergerak tanpa narasi besar,
berlangsung dari tahun 1998 hingga 2009
(11 tahun).
Ketiga, dimensi gerakan keummatan.
Dalam konteks ke-Indonesiaan trend
keummatan biasanya berlangsung per satu abad
(per seratus tahun). Mari kita lihat:
- Abad 16 banyak bermunculan kesultanan
Islam di berbagai daerah
- Abad 17-18 massifnya jaringan intelektual
ke jalur Mekkah
- Abad 19 terjadi percabangan jalur
intelektual pasca politik etis, dengan
menyekolahkan anak-anak bangsa ke
Eropa, Belanda
- Abad 20, hasil dari percabangan intelektual
di abad sebelumnya menjadikan terjadinya
pertentangan ideologis antara Islam dan
Nasionalis. Sehingga di satu pihak, konsep
syariah dalam bernegara selalu dalam
“konteks negosiasi”.
- Abad 21 merupakan era integrasi, yang
ditandai dengan integrasi ekonomi dunia,
integrasi komunikasi global dengan sistem
digitalisasi kehidupan. Era integrasi ini
cukup menguntungkan karena ternyata
berpotensi membangun kesadaran Islam
secara luas. Di sini Islam tidak hanya
dipahami oleh kalangan santri pesantren
melainkan juga oleh kalangan kantoran,
profesional, ilmuwan, pengusaha, militer,
dan kelompok masyarakat dari berbagai
dimensi.
Di era ini juga umat Islam terhubungkan secara global dengan internet, kemudahan akses pesawat
yang menghimpun berbagai masyarakat dunia bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya, sehingga
satu sama lain bisa berkomunikasi dan lebih jauh saling berkoordinasi. Hal ini semakin memudahkan
umat Islam kembali bangkit dan bersatu secara global. Kemudian, hal yang tak terbantahkan adalah
ide integrasi akan semakin meluas dan massif.
Keempat, dimensi global.
Trend dunia biasanya terjadi per 700 tahun
hingga per millenium (per 1000 tahun). Setidaknya
setelah kita memiliki kalender Romawi, kita bisa
membaca sejarah secara per millenium.
Per Millenium (1000 tahun)
1. Millenium pertama, munculnya trend
spiritual yang ditandai dengan kemunculan
Nabi Isa a.s yang mengimbangi trend
materialisme Romawi kuno.
2. Millenium kedua, atau 300 tahun setelah
Nabi Muhammad Islam sudah menyebar di
dua pertiga dunia dengan sistem khilafah.
Secara global trend yang berkembang
adalah ‘urubah (kearab-araban). Namun
dalam perjalanan sejarahnya kemudian,
dunia Islam mengalami deklinasi berupa
perpecahan dinasti dari Bani Umawiyah ke
Bani Abbasiyah, lalu diganti dengan Bani
Utsmaniyah.
3. Millenium ketiga, yaitu masa kita, ditandai
dengan berbagai kemajuan teknologi dan
material di berbagai bidang, namun tidak
merata, dengan kesenjangan ekonomi yang
menganga dan efek pemiskinan struktural
oleh Barat.
Per 700 tahun
1. Tujuh ratus tahun setelah diutusnya
Nabi Isa a.s kemudian diutuslah Nabi
Muhammad saw. untuk mengakhiri
hegemoni dua peradaban dunia yakni
Romawi dan Persia.
2. Tujuh ratus tahun sejak kemunculan
Nabi Muhammad, muncullah pemimpin
muda Muslim yang menaklukkan
Konstantinopel, Romawi Timur.
Kemunculannya menjadikan Islam bangkit
kembali memimpin dunia. Namun selang
tiga abad berikutnya terjadi deklinasi
sejarah Islam dengan kemunduran umat di
berbagai segi dan kebangkitan Barat di
berbagai segi lengkap dengan
penjajahannya di berbagai belahan dunia.
3. Sekarang kita memasuki era Millenium
ketiga sekaligus 700 tahun ketiga sejak
diutusnya Nabi Muhammad dan
penaklukan Al-Fatih, titik temunya
adalah Abad ke-21. Sebelumnya Barat
telah berkuasa selama 400 tahun, namun
kini telah menunjukkan kelelahannya.
Kapitalisme tumbang tidak dengan
serangan dari luar—oleh sosialisme,
misalnya. Tetapi tumbang dengan
sendirinya.
Tren yang berkembang pada awal
Millenium ketiga ini di antaranya adalah:
a. Tumbangnya Kapitalisme dari
dalam yang menjadikan Barat atau
Amerika semakin kehilangan pamor
di dunia.
b. Bergesernya politik Internasional
Barat dari Hard Power (kekerasan
hegemoni) ke Smart Power
(kecerdasan diplomasi).
c. Gairah Islamisasi di berbagai segi
kehidupan, dari corak pengetahuan,
sistem ekonomi, sistem pendidikan,
trend kesehatan, hingga sistem
kenegaraan.
d. Mobilitas vertikal umat Islam dalam
konteks kenegaraan di berbagai
belahan dunia.
e. Secara horizontal, terbangun
egalitarianisme kolektif sesama
umat yang menjadikan potensi
terbangunnya kerjasama yang bahu
membahu dalam menyelesaikan
problem global.
Sekarang pertanyaannya adalah bila siklus sejarah menganut hukum pergiliran peradaban, maka
seharusnya Islamlah yang kini harus meraih tampuk soko guru peradaban dunia, jadi saat inilah
momentumnya, lantas bagaimanakah peran kita sebagai kaum muda muslim meretas peradaban?
Transformasi Gerakan ---------------------------------------------------------------------------------
Lebih lanjut, sebelum menentukan peran
strategis KAMMI, kita pun perlu melakukan
evaluasi kritis terhadap perjalanan KAMMI sendiri.
KAMMI lahir di awal era reformasi ‘98,
tepatnya pada tanggal 29 Maret 1998 di Malang.
Bila diukur dengan tahun 2009 ini maka usia
KAMMI sudah masuk 1 dekade lebih (11 tahun).
Catatan penting sejarah KAMMI dalam satu dekade
lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan
penguatan aksi politik domestik yang menjadikan
KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai
prestasi nasional telah diraih, setidaknya dalam
konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup
dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi
penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi
Reformasi, mengkritisi kebijakan
strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi
pendidikan (isu Badan Hukum Pendidikan),
pemberantasan korupsi, pengasawan
pemerintahan daerah, keterlibatan dalam
penyusunan perundang-undangan pemuda, dan
lain-lain.
Secara internal pada tahun 2005 KAMMI
berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang
disebut Manhaj Kaderisasi 1427 H atau dikenal
dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan.
Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4
tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi
dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai
perkembangan internal dan tantangan yang
dihadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan
menjadi “icon” baru bagi peristilahan
kepemimpinan bangsa yang didorong hingga
pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan
dikembangkan.
Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki
era pemerintahan baru, maka KAMMI harus
mentransformasi gerakan lebih progresif.
Mengingat pembacaan teoritisasi momentum
sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual
Mihwar Gerakan ---------------------------------------------------------------------------------------
Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada:
1. Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari
mata rantai sejarah perjuangan umat Islam,
bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa.
Karena itu masa depan gerakan adalah
mengemban cita-cita yang dititipkan sejarah
Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa.
2. Kondisi aktual (al-waqi’i). KAMMI hadir di era
terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan
antar negara, hingga hegemoni korporasi global
terhadap negara-negara yang dikendalikan
pihak-pihak tertentu yang tampak dan
tersembunyi.
3. Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak
mungkin melakukan perbuatan di luar
kapasitas gerakannya. KAMMI selalu
menyandarkan gerakannya pada kapasitas
dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas
mahasiswa. Namun dengan potensi yang
dimilikinya, KAMMI akan terus melakukan
grade atas kinerja dan performa gerakannya,
seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk
lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan
penguatan aksi politik domestik yang menjadikan
KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai
diraih, setidaknya dalam
konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup leading
dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi
penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi
Reformasi, mengkritisi kebijakan-kebijakan
strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi
isu Badan Hukum Pendidikan),
pemberantasan korupsi, pengasawan
pemerintahan daerah, keterlibatan dalam
undangan pemuda, dan
Secara internal pada tahun 2005 KAMMI
berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang
Kaderisasi 1427 H atau dikenal
dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan.
Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4
tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi
dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai
perkembangan internal dan tantangan yang
hadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan
menjadi “icon” baru bagi peristilahan
kepemimpinan bangsa yang didorong hingga
pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan
Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki
era pemerintahan baru, maka KAMMI harus
mentransformasi gerakan lebih progresif.
Mengingat pembacaan teoritisasi momentum
sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual
yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan
transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan
pada gerakan yang lebih massi
kekuatan signifikan dalam melakukan perubahan.
Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini
dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2.
KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI
sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana
tantangan gerakan begitu definitif: ganti rezim
Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih
terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum
sejarah sekaligus: momentum pergeseran
peradaban global, momentum kebangsaan, dan
momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di
sini tantangan KAMMI sebagai kaum muda muslim
pun semakin kompleks dan karenanya
membutuhkan desain gerakan yang tidak
sederhana.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada:
Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari
mata rantai sejarah perjuangan umat Islam,
bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa.
Karena itu masa depan gerakan adalah
cita yang dititipkan sejarah
Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa.
). KAMMI hadir di era
terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan
antar negara, hingga hegemoni korporasi global
negara yang dikendalikan oleh
pihak tertentu yang tampak dan
Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak
mungkin melakukan perbuatan di luar
kapasitas gerakannya. KAMMI selalu
menyandarkan gerakannya pada kapasitas
dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas
mahasiswa. Namun dengan potensi yang
erus melakukan up-
atas kinerja dan performa gerakannya,
seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk
ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian
bertambah.
Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah
yang disebut dengan mihwar gerakan.
Transformasi gerakan erat kaitannya dengan
perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar
gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas
ideologi gerakan atau prinsip gerakannya.
Secara bahasa mihwar
Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros.
Dalam konteks gerakan sosial, mihwar biasanya
diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa
dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah
yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai
jangkauan domain sosial tertentu. Semisal,
tandzimi diartikan poros organi
yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke
mihwar sya’bi yakni pengorganisasian masyarakat
menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke
mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada
pengorganisasian institusi publik seperti parlemen.
Baru masuk ke mihwar dauli
dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh.
yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan
transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan
pada gerakan yang lebih massif dan memiliki
kekuatan signifikan dalam melakukan perubahan.
Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini
dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2.
KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI
sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana
definitif: ganti rezim
Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih
terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum
sejarah sekaligus: momentum pergeseran
peradaban global, momentum kebangsaan, dan
momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di
an KAMMI sebagai kaum muda muslim
pun semakin kompleks dan karenanya
membutuhkan desain gerakan yang tidak
ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian
Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah
yang disebut dengan mihwar gerakan.
n erat kaitannya dengan
perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar
gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas
ideologi gerakan atau prinsip gerakannya.
mihwar bersal dari bahasa
Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros.
onteks gerakan sosial, mihwar biasanya
diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa
dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah
yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai
jangkauan domain sosial tertentu. Semisal, mihwar
diartikan poros organisasional dakwah
yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke
yakni pengorganisasian masyarakat
menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke
mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada
pengorganisasian institusi publik seperti parlemen.
mihwar dauli yakni jangkauan
dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh.
Perlu diingat bahwa perkembangan mihwar
dalam dakwah dari satu mihwar ke mihwar yang
lainnya bukan berarti meninggalkan mihwar
sebelumnya. Melainkan mihwar atau poros
tersebut meluas. Arti meluas otomatis poros
sebelum dan wilayah baru terintegrasikan.
Demikian juga dengan mihwar yang dirancang
KAMMI. KAMMI merancang mihwar gerakan ini
untuk memberikan titik tekan (tarkiz) dalam
dakwah. Tanpa fokus gerakan maka gerakan akan
kehilangan arah. Fokus gerakan ini dirancang
dalam rencana mencapai cita-cita tertentu. Namun
sebuah cita-cita haruslah terbangun secara
sistematis dalam upaya pencapaiannya. Dan sekali
lagi, fokus gerakan pada mihwar tertentu bukan
berarti meninggalkan mihwar lainnya. Mihwar yang
telah dilalui harus menjadi tulang punggung
gerakan dan harus senantiasa dipupuk terus
menerus. Sedangkan mihwar yang belum dicapai
tetap direncanakan, disiapkan dan tidak dilalaikan.
Sebab setelah melewati satu mihwar maka kita siap
memasuki mihwar berikutnya. Bila mihwar
berikutnya tidak disiapkan bisa jadi kita set back
karena ketidaksiapan menghadapi situasi baru
tersebut.
Mihwar gerakan KAMMI disusun menjadi
enam mihwar gerakan. Mihwar ini diambil dari
teoritisasi prinsip gerakan KAMMI ke dalam
perluasan perjalanan dakwah KAMMI. Mihwar
gerakan ini penting sebab dengan adanya rumusan
mihwar gerakan, maka KAMMI tidak mudah
dimakan agenda orang lain atau bahkan
dipermainkan isu-isu publik yang memicu
reaksioner gerakan mahasiswa. Dengan rumusan
mihwar gerakan maka perjuangan kader-kader
KAMMI dapat dikategorikan tidak saja berjihad
melainkan berjihad bil manhaj.
Teoritisasinya sebagai berikut:
Prinsip Gerakan KAMMI
Teoritisasi
Transformasional
Mihwar Gerakan
Kemenangan Islam adalah Jiwa
Perjuangan KAMMI
Ideologisasi
Kebatilan adalah Musuh Abadi
KAMMI
Resistensi
Solusi Islam adalah Tawaran
Perjuangan KAMMI
Reformulasi
Perbaikan adalah Tradisi
Perjuangan KAMMI
Rekonstruksi
Kepemimpinan Umat adalah
Strategi Perjuangan KAMMI
Leaderisasi
Persaudaraan adalah Watak
Muamalah KAMMI
Internasionalisasi
Ada 6 Mihwar Gerakan KAMMI dalam membangun Indonesia:
1. Fase Ideologisasi (…-98)
Secara ideologis KAMMI lahir tidak di tahun ’98. Ideologinya lahir sejak mula datangnya Islam oleh para
nabi dan rasul. “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs. Al-Fath [48]: 28). Spirit ini
tampak nyata ketika tarbiyah mulai massif di kampus pada era ‘80-an. Terlahir para pendiri KAMMI yang
membawa spirit Islamisasi komprehensif di semua lini kehidupan dan diawali di sekolah dan kampus. Di sini
tampak nyata bahwa cita-cita kemenangan Islam menjadi spirit awal dan menjiwa perjuangan kader-kader
KAMMI. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI.
2. Fase Resistensi (98-2004)
Sejak kelahirannya pasca Munas FSLDK (Musyawarah Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah
Kampus), KAMMI menegaskan menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda kerakyatan. Sejak itu agenda-
agenda resistensi terhadap kekuasaan otoriter Soeharto semakin massif. Satu hal yang pasti: rezim Orba harus
segera diakhiri. Di sini tersemai spirit kebatilan adalah musuh abadi KAMMI. Fase resistensi ini terus
berlanjut hingga rakyat mendapatkan kesempatan untuk menentukan pemimpin pilihannya sendiri.
3. Fase Reformulasi (2004-2009)
Fase ini mengawali pemerintahan baru dengan legitimasi kuat pilihan rakyat karena presiden dipilih
langsung oleh rakyat. Gubernur dan Kepala Daerah pun langsung dipilih rakyat secara transparan. Pada saat
yang sama struktur negara pun semakin kuat. Hadir Mahkamah Konstitusi, kokoh pula Komisi Pemberantasan
Korupsi, dan lembaga kenegaraan lainnya. Di fase ini masyarakat pun semakin kuat dengan gerakan
kemandirian sipil lembaga swadaya masyarakatnya yang menunjukkan hadirnya format sosial baru di
Indonesia. Mahasiswa pun hadir tidak lagi sebagai penyambung lidah rakyat, karena rakyat telah ‘berlidah’
sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya. Mahasiswa dituntut untuk masuk ke fase baru yakni melakukan
reformulasi negaranya dengan lebih strategis. Ini yang menjadi tantangan gerakan mahasiswa. KAMMI dalam
hal ini menawarkan formulasi model kepemimpinan baru yang dikenal dengan model kepemimpinan Muslim
Negarawan. Tawaran ini adalah cermin dari prinsip gerakan KAMMI, solusi Islam adalah tawaran
perjuangan KAMMI.
4. Fase Rekonstruksi (2009-2014)
Fase 2009 merupakan fase titik balik yang menentukan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
Namun yang pasti setiap gerakan harus memiliki rencana strategis (renstra) di tengah turbulensi nasional dan
global ini. Rencana strategis di lima tahun ke depan adalah menggulirkan Narasi Rekonstruksi Kebangsaan
yang Islami. “Rekonstruksi” harus menjadi icon bagi pergerakan Indonesia. Rekonstruksi ini membawa agenda
mentransformasikan demokrasi dari demokrasi formal saat ini menuju demokrasi substansial. Demokrasi
yang dibutuhkan bukan lagi keseimbangan kekuasaan (power sharing) antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif,
melainkan bagaimana rakyat dapat sejahtera, aman secara politik dan ekonomi, bermartabat secara budaya,
serta kompetitif di kancah global. Ini political content yang mesti digulirkan. Inti dari political content di sini
adalah mengakhiri sepuluh tahun transisi demokrasi yang bertambal sulam dalam demokrasi formal, lalu
memasuki demokrasi substansial, yang lebih mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada pembangunan
kesejahteraan masyarakat, kedaulatan Negara, dan kompetitif di kancah global.
Di antara political content yang harus dibangun adalah melandaskan ideologi pada kemanusiaan dan
keindonesiaan, bukan lagi ideologi Timur dan Barat, atau utara dan selatan. Sehingga dalam konteks
keindonesiaan perlu dibangun konsep nasionalisme baru, nasionalisme progresif bukan nasionalisme
romantis. Di titik ini para elit penguasa pun harus mampu membangun politik rekonsiliasi dalam rangka
rekonstruksi keindonesiaan, gerakan mahasiswa pun harus lebih banyak tampil mempelopori gerakan-gerakan
perbaikan dan konstribusi nyata dalam upaya rekonstruksi baik dari segi amal kemasyarakatan maupun
penyaiapan SDM unggulan.
Di sini, KAMMI harus mengkonstruk kader-kadernya meningkatkan keahlian di bidangnya dan
bergerak sesuai kompetensinya. Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah bekerja keras
memperbaiki resesi ekonomi di sektor real dan makro. Kader di kedokteran pun bekerja memberikan
pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Kader di bidang politik pun bersungguh-sungguh
membangun sistem terbaik bagi masyarakat. Para kader pengusaha menjadi perekrut pekerja terbanyak yang
turut menyelamatkan ekonomi keluarga miskin dan menambah devisa negara. Agenda rekonstruksi di
berbagai level ini sebagai bukti bahwa perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI.
Secara gerakan mahasiswa, kader-kader KAMMI harus memainkan pola baru gerakan yakni
mengkombinasikan gerakan aksi dan narasi. Yakni membangun aksi pengawasan parlemen dan pemerintahan
serta sosial, juga mewacanakan narasi baru untuk mengarahkan arah perjuangan Indonesia ke masa depan
yang lebih baik dan kompetitif di kancah global. Dengan demikian akan terbangun pola gerakan integratif
antara “aksi dan presentasi”. Jadi penampilan KAMMI dapat masuk di ranah publik dan ilmiah sekaligus.
5. Fase Leaderisasi (2014-2019)
Bila dalam rentang lima tahun ini KAMMI beserta para alumninya berhasil merekonstruksi bangsa ini,
maka hanya kepercayaan yang akan diberikan masyarakat pada KAMMI untuk memimpin negeri ini. Sudah
saatnya umat ini tampil menjadi pemimpin negeri ini di berbagai sektornya, baik di pemerintahan, media,
hukum, bidang ketahanan militer, ketahanan pangan, teknologi, energi, informasi, pelayanan, bisnis, rektorat
kampus, dan lain sebagainya. Tentu di fase ini usia kader dan alumni KAMMI sudah tidak hanya 20 tahun level
mahasiswa melainkan sudah ada yang seusia 30-an seperti Nabi Yusuf as. yang layak memimpin negeri.
Kepemimpinan harus merata di segala sektor. Yang pasti di fase ini, tidak hanya dari organ KAMMI (dan
alumni) yang memimpin tapi dari organ lainnya yang memiliki jiwa kenegarawanan. Karena disadari bahwa
yang menyadari pentingnya ide rekonstruksi sudah sangat massif dan banyak yang ingin berperan. Tapi yang
jelas semangat ini adalah implementasi dari spirit kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI.
6. Fase Internasionalisasi (2019-2024)
Jika bangsa ini telah bersatu dalam semangat reliji dan kebaikan, maka kebaikan Indonesia harus
diperluas untuk dirasakan oleh negeri lainnya. Karena itu Indonesia harus mengawali spirit global partnership
(kerjasama global) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini adalah implementasi dari
ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah ‘alamiyah. KAMMI berprinsip persaudaraan adalah
watak mu’amalah kammi. Jika banyak negara merancang visi 2020, kammi lebih awal di tahun 2019 sudah
menabuh genderang global partnership
bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini
dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil
dihentikan di Indonesia dengan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan
global new map (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.
SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI
Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks
A. Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia
Agenda pertama adalah melakukan integrasi
ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini
ada semacam gap antara muslim dan
negaranya, umat Islam selalu terpinggirkan
dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan
tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara
pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah
upaya penafsiran ulang atas keislaman
Indonesia:
1. Pancasila.
Sebagian kalangan memaknai Pancasila
(mabadi’ul khamsah) sebagai simbol
kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7
kata yang spesifik: menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Bagi kaum
muda muslim bermental penakluk,
pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi
pintu kemenangan. Perhatikan saja, lima
sila itu tidak menghilangkan substansi Islam
yang universal. Pertama, Rabbaniyah
Tauhidiyah. Kedua, Insaniyah Akhlakiyah
Ketiga, Wihdah wal Ukhuwah. Keempat,
Hikmah wal Musyawarah. Kelima,
al-Ijtima’iyah.
2. Konstitusi Bervisi Internasional
daripada negara lainnya yang menghendaki pa
bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini
dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil
engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan
(peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.
SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI
Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks Kebangsaan ------------------------------------
Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia
Agenda pertama adalah melakukan integrasi
ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini
ada semacam gap antara muslim dan
Islam selalu terpinggirkan
dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan
tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara
pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah
upaya penafsiran ulang atas keislaman
Sebagian kalangan memaknai Pancasila
) sebagai simbol
kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7
kata yang spesifik: menjalankan syariat
pemeluknya. Bagi kaum
muda muslim bermental penakluk,
pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi
kan saja, lima
sila itu tidak menghilangkan substansi Islam
Rabbaniyah
Insaniyah Akhlakiyah.
. Keempat,
. Kelima, Al-‘Adalah
ernasional
Tidak perlu takut dengan transnasional,
karena konstitusi Indonesia mengajarkan
kita untuk transnasional. Kalimat utama
yang menjadikan bangsa Indonesia
memiliki jiwa transnasional adalah
“Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh
karena itu segala bentuk penjajahan di
muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini
menegaskan agar rakyat Indonesia berani
melakukan pembebasan negeri
penjajahan asing (tahrirul wathon
3. Kemerdekaan yang Islami
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945 atau bertepatan dengan tanggal 9
Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci
Ramadhan yang dikenal sebagai hari
rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD
’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”.
Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45
memiliki relevansi dengan surat 8 (al
ayat 17 tentang kemerdekaan.
kalian yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan
kalian yang melempar ketika kalian
melempar, tetapi Allah
(Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang
dengan kemenangan yang baik.”
daripada negara lainnya yang menghendaki pasar bebas sebebas-
bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini
dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil
engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan the
Tidak perlu takut dengan transnasional,
karena konstitusi Indonesia mengajarkan
kita untuk transnasional. Kalimat utama
yang menjadikan bangsa Indonesia
memiliki jiwa transnasional adalah
“Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh
ala bentuk penjajahan di
muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini
menegaskan agar rakyat Indonesia berani
melakukan pembebasan negeri-negeri dari
tahrirul wathon).
Kemerdekaan yang Islami
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus
au bertepatan dengan tanggal 9
Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci
Ramadhan yang dikenal sebagai hari-hari
rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD
’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”.
Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45
dengan surat 8 (al-Anfal)
ayat 17 tentang kemerdekaan. “Bukanlah
kalian yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan
kalian yang melempar ketika kalian
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.
(Allah berbuat demikian untuk
embinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mukmin,
dengan kemenangan yang baik.” (Qs. Al-
Anfal: 17) Ayat ini jelas menyatakan bahwa
yang memerdekakan negeri ini bukanlah
para pahlawan yang gugur di medan jihad
dan dikubur di taman makam pahlawan,
melainkan hakikatnya Allah-lah yang
melakukannya. Karena itu wajar juga dalam
Pembukaan UUD ’45 disebutkan “Dengan
Rahmat Allah SWT”, bukan berkat
perjuangan para pahlawan. Setelah
merdeka, akan banyak lagi masalah dan
musuh, karena itu pula maka setelah
merdeka, Indonesia harus dibangun atas
nama Allah SWT. Qs. Al-Anfal: 45
menyatakan: Hai orang-orang yang beriman
apabila kamu bertemu dengan kelompok
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan
sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung.
4. Merah Putih, Dua Warna Kecintaan
Rasulullah
Bendera merah putih sesungguhnya adalah
tradisi yang dilestarikan para Ulama untuk
menjaga dua warna kecintaan Rasulullah.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah melipat untukku bumi,
maka aku bisa melihat ujung timur bumi dan
ujung baratnya. Dan sesungguhnya
kekuasaan umatku akan mencapai apa yang
dilipat untukku. Aku juga dikaruniai dua
perbendaharaan (kekayaan) merah dan
putih.” (HR. Muslim: Kitabul Fitan nomor
5144, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Juga
diriwayatkan oleh Ahmad dari Syadad bin
Aus. Dinyatakan shahih oleh Al-Bani dalam
Silsilah al-Ahadits al-Shahihah nomor 2).
Tidak ada ulama yang secara spesifik berani
menafsirkan makna dari kekayaan merah
putih tersebut. Tapi bila kita korelasikan
dengan temuan-temuan saintifik terbaru,
kekayaan merah putih itu merujuk pada
negeri Atlantis yang dikenal kaya raya di
darat dan lautannya. Negeri Atlantis adalah
benua yang tenggelam oleh lautan sejak
berakhirnya Jaman Es 11.600 tahun lalu
setinggi 120 hingga 150 meter. “Negeri
Atlantis itu”, seperti ditegaskan oleh Prof.
Arysio Santos, seorang geolog dan fisikawan
nuklir asal Brazil, dalam bukunya Atlantis:
The Lost Continent Finally Found (1997-
2009), “adalah Indonesia”. Pulau-pulau
sebanyak 17.000 lebih itu merupakan
puncak dari benua besar Atlantis yang
tersisa. Santos juga mengungkapkan bahwa
Atlantis ini disebutkan dalam seluruh
ajaran-ajaran tradisi kuno dan agama-
agama semitis. Yang menarik, definisi
Atlantis yang diungkap Plato 25 abad lalu
secara lengkap merujuk kepada negeri yang
disebut Indonesia. Yakni “surga” beriklim
tropis yang penuh dengan segala jenis
keindahan dan kekayaan: daratan-daratan
yang luas dan lading-ladang yang indah,
lembah dan gunung-gunung; batu-batu
permata dan logam dari berbagai jenis;
kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan
celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-
sungai, danau-danau, dan irigasi yang
melimpah, pertanian yang paling produktif;
istana-istana bertabur emas, tembok perak,
dan benteng; gajah dan segala jenis
binatang buas, pulau-pulau rempah-rempah
(Moluccas atau Maluku) dan sebagainya.
5. Nama Indonesia yang Visioner
Banyak perspektif menyebut asal usul nama
Indonesia. Di antaranya menyatakan bahwa
Indonesia diambil dari kata Hindia dan
nesia (nation), yang berarti kepulauan-
kepulauan Hindia. Karena itu Belanda
sebagai penemu Indonesia menyebutnya
Hindia-Belanda. Nama Hindia-Belanda
adalah klaim bahwa Belandalah negara
Eropa pertama yang menemukan negeri
penghasil rempah-rempah terbesar di
dunia, agar tidak ada klaim bagi negara lain
yang menyusuri jalur niaga nusantara ini.
Nama ini adalah klaim penjajah dan
merupakan kekeliruan, karena Indonesia
sudah memiliki nama besar sebelumnya
yakni nusantara.
Baik Nusantara maupun Indonesia,
sesungguhnya dua nama ini adalah nama
yang visioner. Nusantara adalah gabungan
nama yang bermakna antar nusa (Yunani:
nesos) atau antar pulau. Bentangannya lebih
luas mencakup Indonesia sekarang,
Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Sedangkan nama Indonesia adalah nama
visioner yang menggabungkan dua kata:
Indo dan Nesia. Indo berarti gabungan dan
Nesia berarti bangsa (nation). Jadi nama ini
merupakan pencitraan tentang masa depan
yakni akan terbangunnya gabungan atau
integrasi bangsa-bangsa. Boleh jadi inilah
makna dari hadits di atas: “… Aku juga
dikaruniai dua perbendaharaan
(kekayaan) merah dan putih.”
Perbendaharaan merah dan putih ini adalah
Indonesia, yang kaya raya akan berbagai
sumber daya strategis. Allohu a’lam bish-
showab
B. Transformasi Demokrasi Prosedural ke
Substansial
Agenda kedua adalah mengarahkan negara
pada kerja-kerja substansial, yakni:
1. Menyegarkan kembali solidaritas
keberislaman Indonesia, seperti
optimalisasi peran ulama, tarbiyah
Islamiyah, penegakkan solat, zakat, dan lain-
lain.
2. Menyelenggarakan proyek-proyek kebaikan
secara massif, mencakup bidang
pendidikan, riset, teknologi, pertanian,
penerapan ekonomi syariah, kewirausahaan
pemuda, pengelolaan potensi maritim,
optimalisasi potensi daerah, pertahanan
dan keamanan, dan lain-lain.
3. Menghentikan dan mencegah proyek-
proyek keburukan, seperti korupsi, judi,
narkoba, penyalahgunaan wewenang,
intervensi negative dari pihak asing, dan
lain-lain.
Substansi berkuasa itu terletak di dalam ayat
berikut ini:
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (Qs. Al-Hajj
[22]: 41)
C. Menjaga Pemerintahan dalam Koridor
Kontrak Amanah
Agenda ketiga adalah mengawasi berjalannya
pemerintahan. Kekuasaan dalam Islam bersifat
kontrak. Bila penguasa sudah tidak amanah,
maka kontrak bisa dicabut. Islam tidak
mengajarkan kekuasaan karena darah
keturunan atau kekuatan mistik, dari gunung,
wangsit atau klaim dari Tuhan. Tapi kekuasaan
dalam Islam bersifat pelayanan dan
kepercayaan (khidmah wal amanah). Bila
sudah tidak dipercaya maka kekuasaan bisa
dicabut. Namun demikian, kekuasaan adalah
godaan. Ibnu Qoyyim menyebutnya sebagai
syahwat terbesar dan tertinggi di atas syahwat
yang lainnya, karena ketika kekuasaan sudah
didapat, maka seluruh syahwat akan lebih
mudah disalurkan. Karena itu menjaga dan
mengawasi pemerintahan agar berjalan pada
koridor amanahnya merupakan tugas yang
wajib dilakukan oleh KAMMI. Sebab lain adalah
karena kekuasaan negara merupakan incaran
berbagai pihak berkepentingan dari skala kecil
hingga skala korporasi global.
Tren Kader Kammi Dalam Kinerja Politik Peradaban -------------------------------------
Di samping agenda-agenda yang sudah disebutkan
di atas, berikut ini adalah tren gerakan KAMMI yang
perlu menjadi prioritas dalam rangka membangun
budaya gerakan agar menjadi tradisi personal
kadernya.
A. Tren Kader KAMMI Berbasis Riset
Kader KAMMI harus membiasakan diri
melakukan riset. Kunci pertama riset adalah
membaca secara mendalam dan terjun ke
lapangan mendalami persoalan hingga tuntas.
Kunci kedua adalah merekam jejak riset itu
secara tertulis dalam database. Lalu, kunci
ketiga adalah interpretasi data secara kritis-
objektif dan terkadang intuitif. Di sini membaca,
terjun ke lapangan, dan menganalisa harus
menjadi budaya kader.
B. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetensi
Secara personal, kader KAMMI harus bisa
mempertanggungjawabkan spesialisasinya di
publik. Kader KAMMI harus dikenal sebagai
pakar di bidangnya, sekalipun ia masih kuliah
atau sudah alumni. Dan kader KAMMI harus up-
date dengan kebijakan pemerintah dan tren
global yang terkait dengan bidangnya. Secara
organisasional, kader KAMMI harus mengambil
inisiatif membangun aliansi dengan masyarakat
berbasis kompetensi/kelompok epistemic
dalam rangka mendalami kompetensinya dan
menyalurkan bakatnya, bahkan mengadvokasi
sesuai kapasitas kepakarannya.
C. Tren Kader KAMMI Berbasis Entrepreneur
Secara personal, kader KAMMI harus memiliki
usaha baik sebagai sumber ma’isyahnya
maupun sebagai pendapatan tambahan. Usaha
yang dibangun sebaiknya dijalankan secara
team work, mendayagunakan tenaga/modal
orang lain. Hal ini melatih kapasitas
kepemimpinan kader, mengasah intuisi,
mengelola konflik, dan lain-lain. Hal ini semua
diawali dengan membangun mental dan
wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur
berarti menjadikan diri kader sebagai orang
yang visioner, mandiri, bertanggung jawab, siap
menghadapi resiko, mampu bekerja sama, cepat
mengambil peluang, kreatif menciptakan
program dan inovatif memberikan solusi.
1. Negara saat ini tengah di persimpangan sejarah. Bergerak tanpa narasi besar di tengah arus
besar peralihan peradaban dunia. Kehilangan narasi besar ini menjadi pertanyaan
mendasar, mau dibawa ke mana Indonesia tercinta ini? Di situasi seperti ini dibutuhkan
anak-anak muda yang berani mengajukan narasi gerakannya sebagai stimulus bagi
kemunculan situasi baru.
2. Gerakan mahasiswa mengalami kehilangan orientasi ketika tarikan elit begitu kuat, alih-alih
menjaga kesejatiannya sebagai gerakan intelektual, malah terjebak menjadi gerakan
partisan. Gerakan mahasiswa semakin minim melakukan kajian politik, karena itu lebih
banyak terjebak menjadi permainan politik.
3. Situasi ini harus segera dipulihkan agar gerakan mahasiswa yang notabene adalah manusia
berusia produktif dapat berperan jauh lebih besar ketimbang dalam politik pragmatis.
Trend Gerakan Riset dan Kompetensi harus segera dimassifkan di kalangan aktivis
mahasiswa, terutama kader KAMMI.
4. Trend gerakan riset dan kompetensi ini pada hakikatnya adalah trend yang menyatukan
elemen-elemen bangsa di aras pengetahuan. Karena perbedaan selalu dapat diselesaikan
dalam titik temu pengetahuan.
5. Gairah trend gerakan riset dan kompetensi juga akan menjadi progresif dengan membuka
jaringan internasional di bidang riset dan pengembangan kapasitas pengalaman kader di
kancah internasional. Kemajuan bangsa-bangsa karena mereka bertumpu pada kualitas
Brain Drain Circulation (sirkulasi orang-orang cerdas di dunia).
6. India telah memulai sejarah reserve brain drain (menarik orang-orang cerdasnya di luar
negeri) yang sebelumnya India lebih banyak mengekspor orang-orang cerdas ke luar negeri
yang kemudian berdampak pada keterpurukan negaranya. Namun kini, ketika infrastruktur
negaranya sudah disiapkan, dan orang-orang cerdas itu ditarik ke dalam negeri, India
semakin melesat ke level global dengan sangat kompetitif. Indonesia perlu mencontoh hal
ini. Yang perlu dicontoh adalah memberikan pengalaman internasional pada kaum muda
cerdas untuk belajar dan berkiprah di luar negeri dan segera menariknya untuk
membangun bangsanya sendiri.
7. Jadi, gerakan berbasis riset dan berbasis kompetensi adalah dua hal yang urgen untuk
dimulai, terlebih bila ke depan Perguruan Tinggi kita dorong untuk berada di bawah
Menristek tidak di bawah Mendiknas, agar Perguruan Tinggi kita berlevel kampus riset yang
memiliki daya saing global, sebagaimana di Malaysia dan Jerman. Visi pendidikan harus
segera diubah, tidak terjebak pada menyiapkan tenaga kerja global (global employee),
melainkan menyiapkan para pemimpin global berbasis kompetensi (the global future
leaders base on talent).
8. Di antara bentuk praktis dari gerakan berbasis riset dan gerakan berbasis kompetensi
adalah diperbanyaknya penyelenggaraan workshop ilmiah nasional antar kader kampus
sesuai kompetensi jurusannya. Ke depannya kader hasil workshop ini dirancang sebagai
think thanker gerakan KAMMI yang dapat menyoroti kebijakan publik serta mendorong
alternatif baru kebijakan pemerintah yang lebih progresif dan ilmiah.
9. Bentuk praktis lain adalah pemberangkatan kader-kader unggul sesuai kompetensinya ke
luar negeri dalam paket program short course (kursus singkat), student exchange
(pertukaran mahasiswa), bahkan melanjutkan studi postgraduate, dipilih dari kader level
AB3 dengan minimal IPK 3, komitmen berorganisasi, dan komitmen tarbiyah yang bagus.
Bidang-bidang yang dikembangkan mencakup berbagai bidang yang disesuaikan dengan
kebutuhan bangsa ke depan dan kecenderungan umum kader, semisal bidang ekonomi
Islam, energi, teknologi, ekonomi dan bisnis, otonomi daerah, hingga politik hubungan
internasional, kafa’ah syar’i, dan lain-lain.
10. Gerakan mahasiswa berbasis riset dan kompetensi mendekatkan gerakan KAMMI pada
kelompok epistemik, kalangan akademisi, pengambil kebijakan negara, kelompok
masyarakat, dan kalangan gerakan Islam itu sendiri. Integrasi kelompok pemikir strategi ini
akan memperkokoh negara. Karena keputusan damai atau perang bagi sebuah negara, tidak
bisa diputuskan dengan ceramah yang berkobar-kobar, melainkan ia merupakan hasil
ijtihad dari kalangan ulama, akademisi, intelektual, dan kelompok strategis lain yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi validitas pengambilan keputusan negara.
11. Kepemimpinan entrepreneur menjadikan idealisme menjadi lebih nyata. Politik nilai
bertemu dengan kenyataan bila ditopang dengan mentalitas interpreneur yang menekankan
kemandirian, kepeloporan, integritas, kepercayaan, kepemimpinan, ketegasan, tanggung
jawab, kerja sama, kemauan yang keras, cepat belajar, cepat membaca peluang dan cepat
bertindak, serta gairah progresif pada perluasan kebermanfaatan pada masyarakat banyak.
12. Tren gerakan mahasiswa yang hanya bertopang pada aspek politik saja akan tergeser oleh
tren mahasiswa atau kaula muda yang kini telah banyak mewarnai di dunia entrepreneur
muda, baik di dalam maupun di luar negeri. Ini adalah kenyataan. Apalagi bila kita melihat
mahasiswa-mahasiswa Indonesia di luar negeri yang tidak sekedar studi, tapi
mengembangkan jaringan bisnis dan investasi ketika pulang ke dalam negeri semua
jaringan dan asetnya akan turut tertarik masuk ke dalam negeri juga. Dan karenanya
mereka berpotensi menjadi pemimpin bangsa di masa kini dan masa depan.
D. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetitor
Penting kiranya kader KAMMI memiliki
kompetitor, agar pergerakannya dinamis dan
pada titik-titik tertentu mencapai titik-titik dan
ruang-ruang sinergis dengan pihak-pihak yang
diperlukan.
Medan Kompetsisi KAMMI
1. Dirinya
Medan kompetisi pertama bagi kader adalah dirinya sendiri. Kader harus bisa
memecahkan mitos ketidakmungkinan. Mungkinkah dirinya sukses sebagai mahasiswa sekaligus
sebagai pemimpin pergerakan? Mungkinkah kader di usia 20-an bisa sukses bersamaan di bidang
kompetensi akademiknya, sekaligus sukses dalam aktivitas pergerakannya, dan mandiri secara
finansial? Banyak mahasiswa yang merasa tidak mungkin, tapi bagi kader KAMMI
ketidakmungkinan ini hanyalah mitos. Kader KAMMI harus menjadi teladan, menjadi mahasiswa
tercepat lulus sarjana dan pascasarjananya dengan nilai minimal memuaskan (IPK minimal 3,0),
pada saat yang sama ia sukses mengemban amanah pergerakan di mana pun ia diamanahkan baik
sebagai kaderisasi, kebijakan strategis, humas, sosmas, bahkan sebagai pemimpin pergerakannya,
dan ia pun sukses untuk tidak bergantung pada bantuan bulanan orang tuanya, ia punya bisnis
sendiri yang menjadikannya memiliki mental setara dengan para stakeholder.
Dirinya adalah medan pertarungan pertama. Masa mudanya yang penuh godaan adalah
tantangan tersendiri. Kader KAMMI harus bisa melaluinya dengan sukses. Kader KAMMI harus
menjadi teladan. Kuncinya adalah mempersepsi dirinya sebagai teladan terbaik, menyetting
dirinya dengan setting mental pemimpin, dan bergerak dengan perencanaan yang matang dan
tertulis.
2. Kampus
Kampus merupakan medan kompetisi kedua bagi kader KAMMI setelah dirinya. Kampus
adalah ruang terbuka dan miniatur negara pertama bagi gerakan mahasiswa untuk berkiprah di
publik. Dari kampuslah keluar berbagai kebijakan yang sedikit banyak berpengaruh pada
kehidupan sivitas akademika. Di kampus juga bermunculan berbagai dialektika pemikiran. Di
kampus juga berkembang berbagai aliran dan kelompok. Di kampus juga dilakukan berbagai
penelitian dan uji coba empiris dalam berbagai hal yang akan dikembangkan oleh perusahaan dan
pemerintahan. Kampus menjadi alat legitimasi ilmiah bagi kebijakan-kebijakan pemerintah. Atas
dasar itu kampus menjadi medan kompetisi strategis bagi mahasiswa wabil khusus kader KAMM
untuk mengasah bibit kepemimpinannya.
Kader KAMMI di kampus harus menjadi pemimpin, teladan, sekaligus organ dan individu
yang berpengaruh. Pemimpin, teladan, organ maupun individu berpengaruh bisa jadi di level
kelasnya, jurusannya, fakultasnya, kampus itu sendiri, ataupun bahkan antar kampus. Dalam hal
ini kader KAMMI harus memiliki perencanaan diri kapan memimpin kelas, jurusan, fakultas,
kampus, dan aliansi antar kampus. Setelah itu kuncinya adalah intuisi kepemimpinan.
3. Negara
Negara merupakan medan ketiga setelah dirinya dan kampusnya. Bahkan sebagian
kampus sendiri adalah bagian dari negara. Negara ini merupakan organisasi terbesar di dalam
sebuah bangsa. Di dalamnya lengkap berbagai alat pemerintahan, militer, dan media di berbagai
tingkatannya, baik level local maupun nasional. Berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat
hidup orang banyak keluar dari negara, karena memang tugas negara melakukan pengaturan.
Namun demikian kunci-kunci pengaturan negara tidak begitu terbuka hatta dalam system
demokrasi liberal. Sebab pengambilan keputusan hanya dilakukan oleh segelintir orang dengan
berbagai pengaruh yang dimilikinya dan kekuatan-kekuatan berpengaruh yang
mempengaruhinya. Tidak ada satu kekuatan dunia yang abai terhadap pentingnya posisi negara.
Mereka yang berkepentingan akan memantau jalannya negara sesuai kepentingannya. Maka
dalam berbagai bentuk negara baik demokrasi maupun monarki tidak ada yang netral. Power
tends to corrupt. Karena itu negara patut diawasi. Dan pihak-pihak yang berkepentingan agar
masa kini dan masa depan negara dalam keadaan baik, harus terlibat dalam menyukseskan
terselenggaranya kebijakan negara yang positif dan pro rakyat.
Kuncinya adalah kritis terhadap apapun yang dilakukan oleh negara. Gerakan mahasiswa
harus berkolaborasi dengan berbagai elemen yang memiliki satu tujuan kebaikan bangsanya.
Kolaborasi ini bersifat aliansi strategis dan taktis, bahkan boleh jadi bersifat aliansi ideologis.
Kajian strategis harus dilakukan secara intensif dan massif, demikian pula networking dan
manuver politik dan media penting dilakukan dalam rangka berkontribusi dan membangun
keseimbangan bernegara.
4. Korporasi Global/Globalisasi
Di atas negara terdapat kekuatan global yang disebut korporasi global. Korporasi global ini
bisa berbentuk perusahaan industri global, yang hadir mewarnai kehidupan manusia bisa
berbentuk makanan, obat-obatan, pakaian, dan kesenangan hidup, dari musik, film, hingga
berbagai hiburan kehidupan. Produk akhirnya berupa life style (gaya hidup). Bahkan di antara
korporasi global terdapat korporasi khusus yang memproduksi senjata, dari senjata ringan hingga
senjata pemusnah massal. Persaingan antar korporasi global bisa berakibat fatal bagi kehidupan
sebuah negara. Bahkan kerap kali perundang-undangan kita adalah produk dari hasil titipan
korporasi asing untuk memuluskan kepentingannya menghegemoni negara. Di negara-negara
maju seperti di Amerika Serikat, sesungguhnya yang mengendalikan negara adalah korporasi. Di
sini nasib negara ditentukan oleh hasil negosiasi transaksional antara negara dan korporasi
global. Korporasi ini adalah elemen imperialisme gaya baru. Karena itu elemen korporasi global
merupakan medan kompetisi gerakan mahasiswa yang perlu diperhitungkan.
Dalam level global ini, kader KAMMI harus kritis terhadap sepak terjang berbagai
korporasi besar. Pada saat yang sama kader juga harus bisa membangun aliansi global—berbasis
pemuda (base on youth), sebab perjuangan bersifat jangka panjang. Mental yang terlebih dahulu
dibangun adalah mental penaklukan. Mental kompetitif agar daya saing bangsa pun terbangun
karena para pemudanya memiliki daya saing yang bagus.
E. Tren Kader KAMMI Berbasis Sinergi
Bagaimanapun, gerakan akan besar bila
ditopang dengan jaringan (network) dan
kerjasama (partnership) yang luas. Karena itu
tren gerakan yang harus dibangun KAMMI yang
kelima adalah tren gerakan berbasis sinergi.
Banyak lembaga yang memiliki peran besar
dalam melakukan perubahan. Begitu pula
banyak tokoh masyarakat yang memiliki
integritas dan sumber daya strategis telah
melakukan kontribusi dalam perubahan bangsa
ke arah yang lebih baik. KAMMI akan
berkembang progresif bila dapat membangun
sinergi dengan berbagai pihak internal dan
eksternal. Kuncinya adalah mempertemukan
kesamaan, baik kesamaan ideologis, kesamaan
strategis, maupun kesamaan kepentingan.
Sinergi ini akan lebih maju bila berangkat dari
rencana pengembangan kapasitas internal
gerakan. Gerakan akan menjadi lebih terukur
dalam mengelola berbagai program sinergi.
Demikian penjelasan singkat gagasan meretas
politik peradaban KAMMI (thoriqatusy-syabab
lisiyasatul hadhariyah). Mari beramal nyata! []
Diskusi KAMMI:
"Imam al-Ghazali Melakukan Pembangkangan Sipil”
oleh Amin Sudarsono
Ketua Departemen Kajian Strategis PP KAMMI
Bertempat di Markas KAMMI Pusat, Jl Gugus Depan
Matraman Jakarta Timur
Rabu, 31 Maret 2010
Narasumber : Asep Sobari, Lc.
Notulensi : Amin Sudarsono
Peserta : Rijalul Imam, Deny Priyatno, Maukuf, Joko
Wardoyo, Yudi Hermawan, Inggar Saputra,
Syamsul, Erwin, Vina Nisrina, Sari Kurnia Nur Fath,
Yumroni, Kamaludin, Ramli al-Banna.
Rijalul Imam:
Hamdalah, sholawat. Sebelumnya, terimakasih
ustadz telah bersedia hadir pada diskusi rutin kita
tentang politik dan peradaban. Kami biasa
menyebut Halaqah Reboan. Untuk mengawali, tema
yang kita angkat sekarang ada korelasi dengan isu
yang hangat. Pertama Century, ternyata ada
masalah pengambilan kebijakan, yaitu kebijakan
yang neolib. Indonesia dijarah luar biasa. Problem
pertama peradaban, di tengah Amerika turun, kita
ingin peradaban alternatif yang harus menang di
muka bumi, yaitu Islam. Buku Misteri Masa Kelam
Islam dan Kemenangan Perang Salib ada korelasi,
yaitu kekuatan yang menginvasi Palestina adalah
kekuatan Barat, Romawi. Pada saat yang sama,
internal Islam rusak, kesenjangan terlalu luas.
Identifikasi persoalannya ternyata sama dengan
kondisi saat ini.
Menarik membaca terjemahan ustadz, ternyata
Shalahuddin berhasil memenangkan perang global
dengan satu konstruk sejarah yang luar biasa.
Bukan karena Shalahuddin secara individu yang
merebut Palestina, tapi kerja besar generasi. Saat
membaca aslinya ternyata lebih obsesif judul
aslinya, membuat kita sedih dan meratap.
“Beginilah cara generasi Shalahuddin merebut al-
Quds,” ini bahasa saya. Dalam konteks aktivis
sangat bersemangat. Karena problem kita sama,
Palestina masih dikuasai Zionisme.
Ternyata kami juga melihat formula penulisan
sejarah di buku ini yang dahsyat. Saya dan Amin
berasal dari jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN
Sunan Kalijaga, merasa mendapatkan satu konstruk
metodologi sejarah yang jarang digunakan di IAIN,
karena di IAIN metodenya liberal. Pembacaan
perubahan sosial secara sekuler, nggak usah bicara
hati dalam sejarah. Di buku ini, ada keikhlasan
ketemu penyiapan generasi. Pertemuan masyarakat
yang luar biasa.
Spirit yang kita bangun dari diskusi ini adalah
bagaimana cara membangun konstruk peradaban
di Indonesia. Karena kita sudah merdeka, ternyata
faktanya tidak merdeka, kita belum merdeka. Umat
Islam masih merasa di luar struktur negara. Rata-
rata tema pergerakan Islam di luar masalah negara.
Padahal mestinya lebih memimpin. Konstruk ini
yang hendak kami bangun. Di sini, kira-kira wacana
apa yang harus kita gagas? Kini, seolah yang berhak
mengelola negara hanya kaum nasionalis. Itu
konteks indonesia.
Sementara internasional, braindrain internasional.
Jadi ketika bicara Palestina tidak sekedar
berwacana, tapi menyediakan gerakan utuh. Jangan
hanya khilafah dalam spanduk, tapi bikin gerakan
yang nyata. Tapi itu lebih tertata kalau membaca
konstruk sejarahnya. Sebetulnya, ini diskusi yang
sudah lama, kami sudah meminta sejak 2009. Saya
ingat ketika ada yang meminta diskusi buku ini.
Silakan dimulai.
Ustadz Asep Sobari, Lc:
Hamdalah dan sholawat. Saya ucapkan jazakallah
khair atas kesempatan berbagi diskusi terbatas,
agak lama baru terealisasi. Pertama, saya optimis
buku ini sudah dibaca. Ketika kita sudah bicara bisa
langsung ke masalah yang bisa ditarik sisi
kongkretnya. Beberapa kali saya membedah buku
ini—tidak terlalu tebal tapi banyak persoalan yang
diungkap, sangat luas.
Kita dipaparkan pada satu model dalam sejarah,
bahwa umat Islam itu pada dasarnya, dalam arti
normatif benar-benar mendapat jaminan dari Allah
sebagai umat yang paling tinggi. Ternyata
implementasi keIslaman tiap zaman menjadi
berbeda. Tapi di sisi lain, Allah dan Rasul-Nya
memberikan satu jalan yang jelas bagi umat Islam
untuk menemukan jalan keluar dari bersoalan umat
yang sifatnya besar. Misalnya konsep pembaruan,
tajdid, juga diberikan semacam yang lebih spesifik
lagi, yang menurut saya tidak terbatas ruang waktu,
yaitu konsep at-thaifah al-manshurah. Ini konsep
dan bukan hanya identitas sebuah kelompok. Meski
secara bahasa, artinya “golongan yang
diselamatkan.”
Sebetulnya itu sebuah konsep. Konsep yang
memberi jalan agar Islam kembali kepada
keunggulannya.
Dan tajdid tidak terlepas dari thaifah ini. Dalam
hadits dijelaskan, tidak ada pembaharuan kecuali
dalam satu kurun. Di sini, ‘kurun’ tidak pasti dalam
satu waktu tertentu, Qardhawi mengartikan
generasi, ada juga 40 tahun. Intinya ini terjadi
dalam jeda waktu yang cukup panjang. Nah, dalam
jeda itu apa yang bisa diteropong umat Islam. Dari
satu tajdid ke yang lain. Itu la tazal, akan selalu.
Mereka selalu ditolong, menang karena kebenaran.
Para sahabat pun mengkaji masalah ini. Jadi, yang
penting, bukan Anda berada dalam kelompok siapa
atau bersama siapa, tapi kamu sendirian. Jadi
sebenarnya kalau dalam titik nadir juga ada.
Buku ini memaparkan sebuah model yang pernah
ada dalam sejarah. Islam pernah terpuruk bahkan
jauh lebih dalam dari Bani Umayyah. Itu
menunjukkan secara mendasar umat sangat sehat
pada masa Umar bin Abdul Aziz. Karena dalam
waktu dua tahun, ada perubahan yang mendasar,
setelah dari penguasa sebelumnya. Di grass root
umat Islam sangat sehat, sampai zakat tak ada yang
bisa menerima. Meski ada juga persoalan di tingkat
elite.
Saat itu ada masyarakat dari unsur sahabat—yang
tersisa sedikit—dan kalangan tabi’in. Secara umum
mereka tidak ada masalah. Tapi berbeda dengan
periode Shalahuddin. Kurang lebih 400 tahun
sesudah itu, pembuktian kurun kehancuran umat
Islam terlihat sekali dalam kekalahan di berbagai
lini. Pemberontakan Buwaihiyyah yang berorinetasi
Syiah Ismailiyyah, juga dinasti Fathimiyyah di
Mesir. Yang kondisi ini menguatkan Eropa, yang
masuk ke Palestina, saat itulah umat Islam betul-
betul rapuh.
Jadi itu adalah momentum pembuktian saja.
Konsepsi umat benar-benar rapuh. Kalau melihat
cerita tentang perang salib di fase ini mengerikan,
bagaimana pembantaian mengerikan, dalam satu
hari bisa ratusan ribu dibantai. TANPA ADA
PERLAWANAN! Ada pidato dan orasi, tapi mengapa
ini tidak membangkitkan umat? Munasharah
dimana-mana, tapi umat tidak bangkit.
Pertanyaannya kenapa? Butuh waktu 60-an tahun
untuk melahirkan generasi.
Dibatasi daerah Syam, kemudian muncul kekuatan
yang bisa menghancurkan Dinasti Fathimiyyah—
yang pengaruhnya sampai Baghdad. Padahal
mereka punya sayap militer. Mereka bekerjasama
dengan Hasyasyin—yang kemudian diserap dalam
bahasa Inggris menjadi assassin (pembunuh
bayaran). Kemudian, sayap militer Qaramithah, ada
sayap intelektual Ikhwanus Shafa. Bahkan sampai
bisa mengosongkan khilafah dalam satu tahun.
Dinasti ini hancur, bukan hanya politik atau
kekuasaan. Bahkan masyarakat yang orientasinya
Syi’i kembali ke Sunni, ini ada penyehatan yang luar
biasa. Serangan ini menghasilkan kekuatan baru di
segala bidang—terutama intelektual. Ini fase
sejarah yang penting. Bagaimana itu lahir?
Pertanyaan besar, bagaimana Shalahudin bisa
menang?
Selama ini Shalahuddin dipotong sejarahnya, hanya
mengembalikan Palestina. Seakan yang dominan
disitu adalah kembalinya kebangkitan Islam dengan
kepemimpinan Shalahuddin. Tapi, dia lahir dari
mana, dalam kondisi apa, atau itu adalah mu’jizat?
Itu persoalan besar. Kalau kita memotong fase
sejarah, sejarah Shalahuddin tidak akan terulang.
Tapi kalau kita lihat sebelum dan sesudahnya,
tampak thaifah manshurah. Ini dari konsep besar
dan itu bisa diteropong sampai sepanjang massa.
Yang penting, Abbasiyah sebagai khilafah itu ada.
Tapi, di masa itu pula pasukan salib. Terlepas dari
masa khilafah ada, generasi Shalahuddin itu lahir.
Artinya yang melahirkan Shalahuddin bukanlah
khilafahnya, tapi dia lahir dalam konteks.
Shalahudin adalah juru bicara dari generasi yang
sudah siap. Kalau bukan Shalahuddin, maka tetap
akan ada jubir yang lain. Itu disiapkan generasi
sebelumnya yang menyadari kerapuhan, lalu
mendiagnosa, terapi dan melahirkan satu generasi.
Meskipun mereka tidak merasakan buah dan jerih
payah mereka sekian puluh tahun. Itu cakupan
besar buku ini.
Buku ini membahas fase-fase yang menurut saya
komprehensif yaitu melihat sejarah sebagai sebuah
keutuhan, bukan penggalan-penggalan. Jadi,
kajiannya bukan model lain dari yang sudah ada. Ini
bukan hanya buku sejarah, tetapi FIKIH SEJARAH.
Dia memahamkan kepada kita rangkaian-rangkaian
peristiwa. Fokus utamanya adalah muslim bisa
merebut Palestina. Tapi itu hanya penggalan.
Banyak buku yang membahas itu, tapi tidak dalam
konteks. Biasanya Shalahuddin jadi aktor tunggal.
Di buku ini, cerita Shalahuddin menang kok bisa
ya?
Apa yang terjadi di umat Islam selama 80 tahun
sebelum kemenangan itu. Masa ketika kalah dengan
mudah, dan ketika menang sangat heroik, tidak bisa
dibendung Kristen. Apa yang terjadi selama 80
tahun? Buku ini tidak bicara banyak Shalahuddin,
lebih banyak bicara umat dibangun lagi, satu tren—
bukan hanya satu kelompok orang—arus
pergerakan yang dipelopori para ulama yang tahu
persis dan mengalami sejarah waktu itu karena
keterpurukan.
Mereka membangkitkan semangat umat Islam. Saat
munasharah gagal, khilafah tidak eksis. Khilafah
tidak langsung menyelesaikan persoalan. Umat
Islam berkali-kali terpuruk pada saat khilafah
masih ada. Di luar itu justru yang terbangun.
Bahkan cenderung melakukan perlawanan sipil
yang sangat kuat sekali. Tapi bukan berarti
melawan itu semua tidak diterima. Mereka punya
prinsip yang jelas saat melakukan kebangkitan.
Pemerintah tidak tanggung-tanggung untuk
dilawan.
Nah, arus ini sangat kuat. Sulit menunjuk satu aktor
tunggal. Cuma, fakta sejarah belum
menggambarkan itu. Kalau baca sejarah klasik,
yang kita dapati hanyalah kronologi. Tapi, kaitan
satu sama lain tidak dijelaskan, melalui buku ini
coba dijelaskan, buku ini fikih sejarah. Itu harus
dikembangkan. Karena peradaban itu, lebih 1/3 al-
Quran adalah kisah. Dan rasul dalam perjalanan
dari Makkah ke Madinah, tidak lepas dari arahan
sejarah.
Sebelumnya, rasul dipaparkan kisah Nabi Musa
secara gamblang. Bagaimana gambaran kaau sudah
masuk fase konfrontasi. Dalam al-Quran itu jelas,
memberi satu gambaran tentang sunnatullah dalam
hubungan manusia dengan setiap kejadian yang
terjadi –pada masa itu. Sikap mereka menghasilkan
apa dan bagaimana. Ini yang penting bagi rasul
untuk merekonstruksi umat sebagai kelanjutan
nabi terdahulu.
Juga memberi gambaran pada beliau agar menjadi
visioner. Misalnya saat Perang Khandak, yang
sudah hampir kalah—10.000 pasukan mengepung
kota kecil. Tiba-tiba Rasul katakan, Romawi akan
takluk, Persia akan takluk. Itu bukan sekedar
persoalan ilham, tapi ada indikator—sunnatullah—
bahwa Quraisy sudah begitu lemah, jadi tanpa
kekuatan sendiri tidak bisa menyerang Madinah.
Sehingga musuh mempertimbangkan dengan
kekuatan sebelumnya.
Lihatkah pada Hudaibiyah, Rasul menerima semua
kesepakatan. Dianggap merendahkan oleh para
sahabat, tapi Rasul tidak. Menurut Rasul, Quraisy
mau tunduk bersepakat damai dengan Madinah itu
sudah merupakan sebuah kekalahan. Dan bisa
dilihat Makkah sudah lemah. Fathan mubnina itu
bukan Makkah, tapi Hudaibiyyah, yang
mengantarkan Islam ke kancah internasional. Rasul
pandangannya jauh. Sebenarnya, itulah pentingnya
sejarah. Mencoba rekonstruksi kejadian yang
tampaknya tidak terkait menjadi terkait.
Umat Islam saat dihabisi pasukan Salib, seiring
betul dengan lemahnya internal pada abad 4-5
hijriah. Memang ada pada tahun sebelumnya dan
itu semakin menurun. Bahwa kerapuhan internal
yang membuat umat Islam begitu mudah jatuh,
terbukti Palestina. Bukan karena semata kekuatan
musuh dari luar, tapi lebih pada kelemahan
internal. Itu yang membuat perimbangan dengan
luar. Kita secara internal terus turun dan menjadi
lemah.
Ini diterjemahkan sebagai fase. Katakanlah, Mongol
begitu hebat sehingga Baghdad hancur. Bukan
begitu! sebetulnya umat Islam Baghdad sudah
lemah. Mongol bisa masuk ke Syiria dan Mesir dan
mereka kalah. Jadi kekuatan umat ada di
internalnya pertama kali dan ini yang membuat
saya berfikir bahwa konspirasi selalu menentukan
akhir perjuangan kita. Dan kita menjadi ahistoris.
Sejak umat dibangun selalu ada konspirasi. Kenapa
bisa menang, karena internal menang. Nah, ketika
yang terjadi di Baghdad dahulu, atau Palestina
sekarang, di sini dipaparkan bagaimana
keterpurukan sosial, politik. Yang harus
digarisbawahi, itu hanyalah gejala, ada masalah
yang lebih mendasar—apa itu? Itu yang jarang
dalam kajian strategis. Yaitu pemikiran, nilai,
keilmuan dan keulamaan.
Karena apa? Pertama, ulama dalah warastatul
ambiya. Titik Islam adalah nubuwat, karena ada
wahyu dan implementasi. Itulah yang melahirkan
peradaban. Bagaimana Khulafaur Rasyidin, mereka
memiliki kekuatan legal dan otoritatif ’alaikum
bisunnati wa sunnatil khulafaur rasyidin. Itu yang
paling ideal 30 tahun dan harus menginspirasi.
Dengan segala kondisinya, umat sejahtera sampai
ada konflik antar sahabat, itu tetap masa ideal.
Konfliknya tidak ideal, tapi bagaimana menyikapi
konflik, itu yang ideal. Bagaimana para sahabat
menghadapi hak yang sensitif dan krusial. Itu
penting.
Nah, ketika ulama dikatakan sebagai pewaris,
sebenarnya misi keulamaanlah yang menjadi
susbtansi perjuangan umat Islam untuk betul-betul
mempertahankan dan membangkitkan kembali
kondisi umat. Nah, misi keulamaan itulah yang
mencakup pemikiran, nilai dan pendidikan. Itu yang
menjadi sorotan terbesar dari buku ini. Pemaparan
lebih banyak diwarnai Imam al-Ghazali dalam hal
ini. Imam al-Ghazali mewakili ulama saat itu yang
membaca kenapa umat rapuh, buktinya umat Islam
begitu rapuh. Imam al-Ghazali butuh 10 tahun
untuk membaca sejarah ini, dan buktinya jelas, ada
penyimpangan luar biasa. Kata ulama tolong jangan
diartikan sebagai ’ustadz masa kini’, tapi lebih luas.
Ulama menyimpang dari risalahnya yaitu amar
makruf nahi mungkar, padahal itu substansi umat.
Ukhrijat linas, Allah memberi kemuliaan pada umat.
Kuntum generasi awal Islam, ini bukan hanya awal.
Kuntum khaira umat, itu sesudah. Tidak akan
seluruh generasi itu menjadi mulia, karena ada
syarat. Harus amar makruf dan iman. Sayyid Qutb
kasih catatan, iman kenapa dimasukkan, karena
amar makruf harus melalui sudut pandang yang
jelas yaitu iman. Karena baik buruk di mata orang
itu berbeda-beda. Itu kalau diserahkan pada
manusia, tapi kalau iman ada standar sendiri mana
baik mana buruk.
Amar makruf nahi mungkar sesuai sebenar-
benarnya. Yang mungkar sudah dieliminasi oleh
generasi awal Islam. Maka mereka mulia. Misi para
ulama itu memberi penjelasan mana baik mana
buruk dan ini akan menjadi corak kebijakan sosial
politik, nah yang hilang di masa itu. Ulama sudah
tren umum sudah rusak. Maka ada ulama dunia dan
akhirat, ada yang terbungkus materi.
Ada pengakuan, setelah Bani Saljuk naik, ulama
diangkat oleh penguasa. Awalnya baik tapi akhirnya
berujung pada tragis. Ulama melihat posisi mereka
di pemerintahan awalnya wasilah (jalan), kemudian
menjadi ghayah (tujuan).
Saat itu, mulai hilangnya ulama saleh, yang
memberikan pandangan dan penjelasan dalam
fenomena kehidupan. Pemerintah mengambil
kebijakan tanpa pandangan ulama, politik dan
ekonomi rusak. Ini yang menjadi titik persoalan.
Imam al-Ghazali akhirnya memutuskan menjadi
tabib, dia bukan satu-satunya contoh—tapi
memang sangat sulit mencari arus pergerakan
masa itu. Imam al-Ghazali memberi pengaruh
sangat penting.
Nah gejala-gejala tadi, yaitu kiblat pada politik dan
fanatisme madzhab sangat bahaya. Madzhab itu
menjadi pengkotakan, identitas sosial, padahal
pada awalnya bukan begitu. Tapi fungsinya
madrasah pemikiran yang masing-masing punya
pendekatan metologi, untuk menyelesaikan
persoalan yang tidak ada keterangan langsung dari
al-Quran dan Sunnah. Pendekatan itu dilakukan
para ulama, mereka satu sama lain, posisinya
metodologi perbedaan itu bisa dimaklumi asal
dalam kerangka keislaman. Jadi bukan sama sekali
identitas sosial, tapi karena lama-kelamaan menjadi
penunjang popularitas seseorang atau mencapai
jabatan. Misalnya saat itu ada pejabat yang
Hambali, semua ikut Hambali, yang lain dipersulit.
Masing-masing antara ulama itu lalu bersaing
untuk jabatan dan kehormatan. Itu dikritik luar
biasa dalam Ihya Ulumudin.
Imam al-Ghazali itu dulu rektor universitas terelit
di Nidzamiyyah, sangat penting kebijakannya
menentukan. Imam al-Ghazali lalu menyelesaikan
itu, pertama membentuk tren pendidikan baru—
karena memang awal masalah adalah keulamaan.
Ishlah Imam al-Ghazali tahap kedua, yang pertama
melalui Bani Saljuk. Jadi dua ishlah model pertama
jalur politik melalui Bani Saljuk—lahirnya
Nidzamiyyah—tapi itu kerangka politik. Dia tidak
sendiri dalam struktur politik. Sehingga ketika
terjadi benturan di atas, yang jadi korban adalah
pendidikan itu, universitas itu. Ulama yang awalnya
ditujukan untik ishlah, akhirnya menjadi tujuan.
Akhirnya Imam al-Ghazali keluar, padahal
Nidzamiyyah masih hebat.
Imam al-Ghazali bikin madrasah sendiri,
pendidikan sendiri, revolusi pendidikan untuk
melahirkan generasi yang baru membawa risalah
amar makruf. Yang dibahas adalah terminologi
konseptual, sederhana dan lazim tapi substansinya
mendasar. Misalnya membahas sabar, konseptual,
dan itu diajarkan Imam al-Ghazali pada muridnya.
Polanya ada madrasah—untuk keilmuan rasional
intelektual. Ribath—asrama didik sebagai miniatur
masyarakat untuk mengimplementasikan nilai yang
dipelajari di madrasah. Lahirnya generasi Syaikh
Abdul Qadir Jailani dan kawan-kawan,
mempengaruhi umat Islam dan sampai saat ini.
Akhirnya melahirkan pemerintahan sendiri, sultan.
Perlu diketahui saat itu khalifah satu tapi simbol.
Tapi para sultan yang dibawah khilafah, mereka
otonom sekali.
Ada satu sultan di Syam dipimpin Imadudin
Zanki—ayah Nuruddin Zanki— paling banyak
mengadopsi ishlah ini. Ini terwujud benar.
Perlawanan terhadap Palestina yang dikuasasi
Kristen sudah dimulai. Ini indikator, perlawanan
yang dilakukan Nuruddin Zanki, pasukan salib
kedodoran. Menunjukkan umat Islam sudah mulai
sehat. Karena ada proses penyehatan mulai dari
proses pendidikan.
Ishlah sebetulnya tidak terlalu tepat diartikan
reformasi. Jadi gambarannya dalam buku ini,
sebelum kebangkitan militer—yang biasanya jadi
sorotan. Kesehatan pemerintahan Nuruddin Zanki
dari kesehatan ekonomi, sosial, kesenjangan
diminimalisir. Bahkan orang asing yang datang, dari
manapun datang bisa dengan nyaman mendapat
penginapan gratis, ganti kendaraan gratis. Sehat
betul. Dan itu tidak terjadi di belahan dunia yang
lain. Itu di masa Syaikh Abdul Qadir Jailani, itu
kesultanan. Ibaratnya gubernuran. Setiap sultan
menyebut khalifah pada shalat Jumat itu cukup,
yang lain itu urusan sendiri.
Ada kisah tentang kehidupan pribadi Nuruddin
Zanki, di masa itu dia butuh dana besar untuk
perang. Dia butuh pajak, reformasi pajak kuat.
Dalam ishlah, devisa negara terbatas, bahkan di
saat kejayaan Islam masa Utsman—devisa
terbatas—hanya dari zakat, ghanimah—yang hanya
20 %, jizyah sangat sedikit dari lelaki produktif
saja. Kemudian kharaj lahan negara yang dikelola
rakyat, ushur—semacam pajak perdagangan impor
ekspor bea cukai. Di luar itu tidak ada. Orang
mendirikan bangunan, PPn, PPh, orang jualan
apapun, tidak dikenakan apa pun. Mereka hanya
bayar 10 % saat masuk pertama selama setahun.
Selama di pasar, muslim tidak ada pajak apapun.
Pasar dibangun negara, bisa mengambil kios, tapi
tidak permanen. Itu fasilitas negara, sebenarnya
tidak banyak dari pajak.
Yang jelas, praktek pada berikutnya banyak
pungutan, yang disebut dengan maks atau muqus,
itu yang di luar yang asli, liar. Nah, saat itu
Nuruddin Zanki butuh dana, ulama mengkritik
harusnya nggak ada. Nuruddin Zanki menangis,
saat itu juga, dia keluarkan semua. Di luar yang
syar’i dihapus. Ternyata itu bukan melemahkan,
masyarakat makin berani bisnis, semua orang
diberi kesempatan sama, tidak ada riswah atau
suap, ada peluang yang sama. Malah mereka
makmur.
Lalu ditunjang dengan akhlaq. Zuhud, silaturahim,
itu adalah instrumen ekonomi sangat penting.
Itulah, Imam al-Ghazali kembalikan ke konsep
sebenarnya. Zuhud bukan benci dunia, tapi lebih
meyakini apa yang di tangan Allah daripada di
tangan kita. Saat ada tuntutan, kita tidak berfikir
ulang untuk mendanai setiap kebutuhan sosial.
Karena orang kaya saat itu mereka zuhud tidak
pernah takut dan menghitung-hitung.
Zuhud itu bukan konsep untuk orang miskin,
apalagi malas. Tapi orang potensial. Saya kasih,
nanti saya untung lagi. Dan saat itu, semua
kesempatan terbuka sama. Pada masa Nuruddin
Zanki, gerakan wakaf luar biasa. Orang luar akan
aman, tidak takut kehabisan bekal, tidak ada copet
dan dicukupi kebutuhan tiga hari, mandi air panas
disediakan, ganti kendaraan juga bisa dengan yang
baru. Itu kekuatan ekonomi, zuhud, silaturahim
adalah instrumen ekonomi yang penting. Itu yang
hilang sekarang, juga sebelum masa Nuruddin
Zanki. Dengan kondisi itulah muncul militer yang
kuat.
Penyakit sudah dibuang. Masalah keilmuan,
konsepnya seperti apa, ekonomi, gaya hidup, semua
berpengaruh. Yang penting ulama jangan
mendunia, ulama menjadi arus yang spiritual,
menyehatkan gejala yang tadinya sakit.
Nuruddin Zanki itu Hanafi, Ibnu Qudamah salah
satu murid Syaikh Abdul Qadir Jailani itu Hambali,
Shalahuddin itu Syafii. Itu bisa dalam satu arus
kerjasama. Ini bisa terbayangkan. Padahal
sebelumnya, perbedaan mazhab merupakan
sumber perpecahan. Kalau hakim dari Hanafi,
seorang dari mazhab Hambali. Hakim bilang, kalau
ada kambing di kampung sebelah—Syafii, kamu
ambil. Luar biasa, demikian parah betul. Perbedaan
dan kotak gerakan. Sampai sekarang masih ada
juga, mereka tidak akan menikahkan anak-anaknya
dengan madzhab yang berbeda. Misi keulamaan
menyediakan hak.
Dulu tasawuf dengan fikih berseberangan. Tawawuf
merasa memegang kendali spiritual, intelektual
fikih. Tasawuf bilang fikih hanya kulit, fikih bilang
tasawuf bodoh. Imam al-Ghazali melihat,
gabungkan semuanya, gabungkan antara fikih
dengan tasawuf. Tren yang sama. Kita lihat
perkembangan masa itu dan itu melahirkan
generasi baru ulama, yang kemudian berperang
besar dalam pergerakan militer.
Jenderal-jenderal Nuruddin Zanki adalah murid
madrasah dari daerah Hakkari, tergabung dalam
organisasi Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang orang
sekarang pahami sebagai maqam tasawuf yang
membuat muktamar tahunan pada musim haji. Saat
melihat Palestina, mereka melihat Fathimiyah yang
Syiah, ini melihat jalur yang paling mudah dengan
Eropa. Syiah membiarkan terbuka. Maka, tutup
dulu jalur Eropa dengan Palestina dengan men-
sunni-kan Mesir. Nuruddin Zanki bergerak, lalu
berhasil setelah beberapa tahap. Asadudin Syirkuh
pertama—paman Shalahuddin.
Itu tujuh tahun fasenya. Tapi sebelumnya, murid
Syaikh Abdul Qadir Jailani sudah bergerak. Mereka
berdakwah agar kembali ke Sunni. Nuruddin Zanki,
melalui Asadudin Syirkuh dan Shalahuddin
menyerang, ketika diselesaikan di atas, di bawah
sudah selesai. Ini perpaduan yang sangat indah.
Pergerakan di grass root itu lebih panjang dan
lama.
Rijalul Imam:
Saya melihat kesalahan mempersepsikan, Syaikh
Abdul Qadir Jailani terlalu tinggi, dia sebagai tokoh
spiritual saja. Kok dipahaminya sangat mistis,
padahal di buku itu pergerakan yang rasional dan
luar biasa sangat aktual.
Asep Sobari, Lc:
Faktor pecahnya usai Syaikh Abdul Qadir Jailani,
yang trennya menggabungkan spiritual dengan
rasional. Kemudian pecah lagi, tren rasional ke Ibnu
Qudamah dan lalu Ibnu Taimiyyah. Spiritualnya ke
Qadiriyyah. Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri tidak
begitu. Sebetulnya ada disertasi penulis buku ini
yang menjelaskan Qadiriyah sejak madrasah
sampai tarekat saat ini. Ini perlu dikaji secara
komprehensif.
Tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Imam al-
Ghazali. Sosok ini kontroversial, secara akademik
dan dunia Islam. Imam al-Ghazali lebih
diidentikkan filosof, pengkritik filsafat, juga sufi
yang pasif. Itu melahirkan umat yang apatis
terhadap kondisi umat Islam saat itu. Tulisan Imam
al-Ghazali tentang umat Islam yang sedang
mengalami dilema peradaban, buku-buku Imam al-
Ghazali tidak ada satupun yang menyebut jihad. Itu
yang membuat orang-orang menyebut Ghazali
pasif. Padahal, di buku ini, Imam al-Ghazali adalah
tokoh sentral gerakan peradaban—jihad. Militer
tidak berdiri tanpa aspek lain yang sehat.
Menarik juga di buku ini, Imam al-Ghazali tidak
menyebut jihad, itu iya. Tapi yang jelas tidak ada
ajakan yang heboh dari Imam al-Ghazali untuk
berjihad secara militer. Menurut penulis buku, itu
justru pemahaman yang mendalam atas persoalan
masanya. Itu adalah orang sekarang. Yang sekarat
nggak bisa melakukan apapun, apalagi jihad. Dan
itu yang luar biasa dari Imam al-Ghazali. Dia sangat
paham akan kondisi masanya. Yang dia hantam
adalah aliran kebatinan. Karena bahayanya adalah
penafsiran dan teks.
Kebatinan punya metodologi tafsir yang sangat
rancu. Namanya kebatinan ya metodologinya nggak
ada. Al-Quran ditafsirkan mereka sebagai normatif
dan tidak mengakar. Padahal, al-Quran riil sekali,
al-Quran bicara tentang apa dan kemana. Itu
dikembalikan Imam al-Ghazali, dia menghantam
kebatinan. Dan saat itu, orang yang mengkritik
kebatinan ancamannya luar biasa. Kebatinan
sebuah aliran, waktu ancamannya bisa dibunuh,
Hasyasyin termasuk gerakan kebatinan. Imam al-
Ghazali sangat berani. Ilmu kalam yang lebih pada
jadal (perdebatan) teologi, masalah akidah dan
tauhid menjiwai justru menjadi wacana. Itu dikritik
Imam al-Ghazali lewat bukunya. Itu akar persoalan
umat.
Imam al-Ghazali dalam prakteknya, melakukan
pembangkangan sipil. Membuat tren pendidikan
sendiri, radikal revolusioner, dengan materi dan
kurikulumnya. Meski secara disiplin fikih, tafsir,
biasa, tapi ada pemurnian dalam hal ini. Nah, yang
menjadi pertanyaan, apa yang menjadi dasar
pemikiran Imam al-Ghazali dari yang dilakukan itu?
Selain pengalaman sejarah.
Imam al-Ghazali memiliki landasan filosofi yang
mendalam, dari hadits Rasul terdapat pendekatan
amar makruf nahi mungkar saat kepentingan
publik tersedot oleh kepentingan kelompok. Saat
yang bermain di umat hanya beberapa kelompok.
Idza roaita... wahanan mutaba’an—dan nafsu
diikuti, dan setiap orang cerdik pandai
membanggakan pendapatnya sendiri, dan tidak
bisa menyatu dalam satu bagian interaksi. Muncul
ego dan rivalitas, di saat kondisi itu engkau tidak
bisa menyelesaikan semuanya. Maka jangan terjun
atau berfikir terjun selesaikan semuanya. Tapi,
mundurlah, sibukkan dirimu dengan urusan
pribadimu. Bersama orang-orang yang seide,
tinggalkan yang umum. Mundur dari tren, tidak ikut
berdebat, meski ramai orang berdebat. Tidak perlu
mengumbar argumentasi ketika argumentasi hanya
sebagai komoditas.
Jika tidak mungkin memperbaiki, jauh lebih besar
kapasitasnya, maka mundur. Pertama membuat
evaluasi internal, lalu komunikasi seide, setelah
mampu kapasitas yang sesuai, kembali ’audah ke
arus. Membuat arus. Maka setelah 10 tahun itu,
Imam al-Ghazali dan teman-temannya membuat
madrasah sendiri. Imam al-Ghazali dihujat, buku-
bukunya dibakar di Maroko. Tapi, orang yang
terinspirasi Imam al-Ghazali menghafal Ihya
Ulumudin bagaikan al-Quran. Imam al-Ghazali
membuat arus baru.
Kalau kita berfikir, terus kalau gitu kita tidak
peduli? Kita tetap peduli, dalam kapasitas terbatas,
tidak semua potensi dicurahkan pada persoalan
yang sulit. Jangan masuk ke medan fitnah (yaitu
suatu masalah yang tidak ada ujung pangkal yang
bisa diselesaikan), misalnya terbunuhnya Utsman,
sahabat tidak tahu bagaimana, tapi perang harus
diselesaikan. Sikap ini hebat.
Intinya, dalam kondisi fitnah seperti itu, ide dan
nilai, hanya bagian dari komoditas. Orang hebat dan
cerdas, diterima idenya hanya untuk
menguntungkan—pengiklan, televisi, dll. Itu
sayang, maka Imam al-Ghazali lebih baik
membangun. Sepuluh tahun dia membangun, lalu
kembali membentuk madrasah sendiri. Bahkan
Imam al-Ghazali, saat itu ada kaum Murabithin di
Maroko, dengan gagasannya tentang kesatuan
umat. Jadi Imam al-Ghazali bukan mundur pasif, dia
paham betul bagaimana menyelesaikan persoalan
ke akar. Mundur sementara, merasa cukup dan
membuat arus, yang dikembangkan Syaikh Abdul
Qadir Jailani.
Syaikh Abdul Qadir Jailani membuat madrasah
pusat, lalu ke cabang, mereka punya tren pemikiran
yang sama. Mereka punya kerangka ishlah yang
sama. Maka ketika mereka dapat kesempatan
Nuruddin Zanki, semua dipasok madrasah ini.
Misalnya Hakkar, jenderal berasal dari murid-
murid Syaikh Abdul Qadir Jailani. Mereka masuk ke
politik. Saat itulah ulama kembali ke politik dengan
wacana, konsep dan pandangan hidup yang
berbeda. Itulah yang membedakan kesultanan
Nuruddin Zanki. Bagaimana mereka menyelesaikan
Fathimiyyah yang sudah 300 tahun berdiri.
Diselesaikan dua gerakan yang tampaknya terpisah,
tapi harmonis dan tujuan yang sama.
Jika kita ingin menyelesaikan hanya dengan cara
politik, saya yakin akan gagal. Waktu itu kekuatan
Nuruddin Zanki dan Shalahuddin tetap butuh tujuh
tahun. Sebenarnya di bawah (grass root) bersama
rakyat jelata ada Ibnu Najah dan kawan-kawan
yang bergerak. Tidak menyelesaikan masalah
sendiri. Saya merasa, gambarannya sekarang semua
instrumen seakan menjadi bagian dari struktur
politik atau bagian politik. Itu kerugian besar,
tafaqquh dan yang membentuk pandangan hidup
tidak menjadi prioritas. Padahal itu adalah
penunjang.
Rijalul Imam:
Usia antara kita dengan generasi Imam al-Ghazali
hampir satu milenium. Ulama merupakan
waratsatul anbiya. Baik, ada yang mau ditanyakan?
Maukuf:
Kalau ana melihat, ada tulisan akh Rijalul Imam
tentang Sulaiman. Ana ingin memetakan yang tadi
disampaikan pada titik tertentu. Ana lihat dua
masa, kelam dan terang. Ana melihat buku ini
adalah peta kebangkitan. Shalahudin memiliki
modal dasar, kompetensi dasar apa yang ada di
sana. Daya dukung dan sumberdaya strategisnya
apa saja?
Daya dukung yang ana lihat hanya alim ulama,
belum ada yang lain. Apakah itu saja? Untuk
kebangkitan peradaban, basisnya ilmu. Kedua, jika
kita kaitkan dengan kondisi saat ini, Indonesia mau
bangkit darimana? Padahal banyak para ulama.
Jangan-jangan masa ini justru misteri masa kelam
itu?
Asep Sobari, Lc:
Yang ditonjolkan masa itu adalah ulama. Tapi
jangan ditafsirkan ulama itu mubalig atau ustadz di
masa sekarang. Karena sekarang dikotominya
sudah terlalu kuat. Dan itu didukung oleh fakta.
Seorang yang belajar fikih, bisa dikatakan sebagai
ulama. Padahal belum tentu tahu tentang tafsir.
Atau sebaliknya. Atau guru besar sejarah Islam
Indonesia, mengomentari sejarah awal Islam dan
hasilnya rancu, muncul kesalahan besar.
Sebelum menguasai Palestina, Nuruddin Zanki
sudah membuat mimbar yang kemudian diletakkan
di mihrab Masjidil Aqsha. Itu visi. Dan yang paling
memahami Nuruddin Zanki adalah Shalahuddin.
Saat Nuruddin Zanki mati agak goyah, tapi
Shalahuddin bisa menyambungkan kembali antara
Mesir dengan Syam. Kekuatan Shalahuddin pelanjut
dari Nuruddin Zanki. Yang unik juga, para jenderal
saat itu adalah murid madrasah. Mereka menguasai
ilmu syar’i. Struktur negara dipasok oleh murid
madrasah. Bukan sekedar ulama dalam konteks,
tapi masalah keilmuan. Hal ini berbeda dengan
masa sebelumnya, dimana siapa yang ganas, bisa
jadi jenderal.
Masuk bagian doa Rasulullah. Kita minta agar
jangan sampai dunia menjadi hasrat kami yang
tertinggi dan puncak pencapaian kami. Kalau
sekarang, dalam dunia pendidikan, link and match
kan kesana. Filsafat pendidikan jauh, itu yang bikin
ilmu jadi rendah. Itulah, karena manusia pola dan
trennya materialistis. Yang paling tinggi
bayarannya adalah artis, host acara TV. Kalau guru
ngaji ongkosnya hanya bensin. Intinya ini lebih
pada tren masyarakat. Para ulama keikhlasan
dijunjung tinggi.
Saya kemarin bayar SPT, dimasukkan sebagai
pengusaha. Saya bilang, saya guru ngaji, masak
disamakan dengan pengusaha. Karena tidak ada
pekerjaan tetap. Kalau pengusaha ada berlembar-
lembar kertas yang harus ditandatangani, masak
saya disamakan pengusaha. Hahaha.
Dalam masa Zanki, selama 50 tahun, banyak
menghasilkan banyak tokoh besar yang kontributif
terhadap perubahan. Ini sunnatullah, bahwa tidak
ada satupun, individu, etnik atau bangsa yang
dicipta untuk terbelakang. Tinggal, bisa nggak dia
menguasai sunnatullah untuk bangkit. Dan itu yang
diajarkan Islam.
Di jaman jahiliyyah, susah lahir pemimpin, kalau
lahir toh dari gen tertentu. Tapi, ketika Rasul
membangun dalam kurun 15 tahun lebih, bisa
melahirkan 40 jenderal, kurang lebih yang dalam
99 % perang itu menang. Dan mereka dari gen
berbeda-beda, dari orang yang dianggap maupun
tidak dianggap dari struktur sosial. Dan, disitulah
kekuatan Shalahuddin. Mereka tahu harus
bagaimana.
Deny Priyatno:
Insihab (mundur) itu kan kontemplasi. Bisa
membaca seluruhnya secara utuh. Bagaimana
secara utuh. Negeri ini harus melakukan redefinisi.
Saya pikir ini pas. Gerakan pemuda seperti apa
yang harus lahir? Kita membicarakan kekinian.
KAMMI menciptakan madrasah itu di sini. Di
gerakan kalau berkiblat pada politik saja
bagaimana?
Asep Sobari, Lc:
Kalau kita inginkan lahir Imam al-Ghazali sekarang
itu susah. Thaifah manshurah itu konsep Mahdi.
Imam Mahdi akan datang bukan pada saat umat
berantakan. Mahdi datang sebagai rangkaian, dia
datang sudah melalui tahap, umat sudah rapi.
Bahan-bahan itu ada, dan itu ditakuti Barat. Mereka
tahu dan sadar betul, peradaban itu bergulir,
karena itu mereka tidak ingin ada yang menyadari
hal itu. Meski teks-teks Islam—al-Quran, hadits,
dan sejarah—tafsirnya dikuasai mereka.
Saya menganggap serampangan terhadap penulisan
sejarah Islam yang selalu identik dengan militer.
Padahal sejarah itu bukan hanya militer. Ada yang
lebih kokoh dari sekedar itu. Coba bayangkan,
bagaimana kekuatan militer bisa menyaingi Persia
dan Romawi? Padahal baru 15 tahun usia Islam?
Bagaimana strategi Umar menguasai, bukan
memperbanyak tentara, tapi dengan gerakan
keilmuan. Jaman Umar bahkan sangat kuat. Seusai
perang baru jadi guru ngaji. Abu Darda’ itu, setiap
malam ada 1.200 orang di masjidnya. Ada 120
halaqah, satu halaqah 10 orang. Kita bagaimana?
Perang yang diterjuni Rasulullah ada 28, selama
hidup ada 80 perang. Tapi, tetap lahir puluhan ribu
hadits. Padahal, ada 10 perang dalam setahun,
kalau dipikir, kapan beliau bicara. Kalau hanya
militer, kapan beliau bicara tentang cara masuk WC,
tentang cara makan? Ini yang luput dari kita sejak
sekarang, yaitu peradaban ilmu. Jadi, sampai
dimana kita? Tugas regenerasi dalam Islam.
Walaupun tidak ada generasi mendatang yang lebih
baik dari sebelumnya. Ini tugas kolektif.
Usamah bin Zaid tidak canggung. Sekarang, anak
muda canggung karena ada senioritas. Saya tertarik
menulis buku pemimpin muda. Pasukan Usamah
sangat hebat, di bawahnya ada para senior.
Membuat anak muda percaya diri tapi tahu diri.
Misi Usamah sukses betul. Saat menggerakkan
pasukan ke Syam. Mereka berfikir, Madinah lemah,
tapi kok memberangkatkan ribuan orang untuk
melawan Romawi? Justru karena itu, daerah utara
itu tidak ada yang murtad. Mereka justru berfikir,
wah ini berarti Madinah kuat sekali. Romawi
bahkan tidak berani menyerang Madinah.
Jadi, nggak usah bikin tokoh muda. Cukup tokoh
saja. Asal kapasitas keilmuannya memadai. Tahun
2014 itu kekosongan calon pemimpin Indonesia. Itu
juga sudah banyak prediksi. Kalau dulu itu sudah
bisa dilihat, bisa diteropong. Masa Nuruddin Zanki
sudah bisa diprediksi. Kalau kitasekarang
kebanyakan menunggu satu generasi habis, baru
berfikir pengganti. Wallahu a’lam. KAMMI harus
kesana mustinya.
Rekomendasi ada di halaman belakang buku ini.
Mereka yang merumuskan adalah orang cerdas.
Dan mereka berpengaruh, mereka juga soleh. Ada
kesinambungan yang kuat, misalnya ikhlas dalam
showab. Aspek ketepatan. Tidak cukup kita syar’i.
Ini adalah cermin dari al-Quran dan sunnah. Kita
dalam framework tauhid, implementasinya
bagaimana Rasul menjalankan agama ini. Agama itu
kan aspek praktis. Sirah adalah praktek, bukan
hanya item per item. Kita bisa memandangnya
dalam sirah. Generasi tabi’in bercerita, kami diajari
sirah sebagaimana ayah kami mengajarkan al-
Quran kepada kami. Insihab (mundurlah), dan
bangun peradaban!
Rijalul Imam:
Banyak yang berminat untuk schooling tapi tidak
berminat learning. Hanya sekolah saja.
Asep Sobari, Lc:
Kalau tentang kehausan pada ilmu, masih sama.
Tapi tujuan berilmu bergeser. Kekacauan pada
masa Umayyah dan Abbasiyyah juga sudah terjadi,
tapi tetap saja tradisi keilmuan muncul. Sebenarnya
saat itu pandangan tentang ilmu itu jelas. Belajar
tidak pernah berhenti. Imam Nawawi kan ada di
masa kacau. Hampir di ujung kekuasaan
Abbasiyyah. Kalau Ibnu Taimiyyah, lahir 4 tahun di
ujung Baghdad hancur. Tapi ilmu dipentingkan
keluarga mereka. Itu adalah tradisi, ilmu begitu
tinggi dan begitu mulia.
Masalahnya sekarang adalah tujuan kelimuan dan
risalah keulamaan tidak terealisasi. Intinya, ada
disfungsi keilmuwan dan ulama. Tapi masa
kelimuan sampai abad 10 masih kokoh. Tapi
setelah itu keilmuan terpuruk.
Lihat fragmen ini. Ibnu ’Aqil yang hidup di awal
Perang Salib disebutkan kalau makan memilih yang
lembek dan cepat masuk. Karena dia harus menulis
lagi. Pada masa itu, lapar bukan jadi persoalan.
Makan bukan menjadi kegiatan yang khusus,
sampai nggak sempat mereka. Ad-Dzahabi
menyebutkan, dia menemukan jilid ke-401 dari
buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja
pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian
juga at-Thabari, 84 tahun usianya punya buku
hingga 500 jilid.
Rijalul Imam:
Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir
dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap
bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat,
hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih
khawatir muslim di Indonesia, yang kualitas
minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif.
Mundur jangan semuanya.
Asep Sobari, Lc:
Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah
politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus
jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya
Syaikh Abdul Qadir Jailani, punya madrasah
markaziyah yang cabangnya ada di mana-
Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad,
karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih
kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari
Palestina—anak pengungsi—ditarik ke Baghdad
selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul
Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul
Maqdis.
Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren.
Diskusi
Dzahabi
401 dari
buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja
pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian
Thabari, 84 tahun usianya punya buku
Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir
dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap
bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat,
hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih
khawatir muslim di Indonesia, yang kualitasnya
minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif.
Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah
politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus
jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya
adir Jailani, punya madrasah
-mana.
Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad,
karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih
kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari
ditarik ke Baghdad
selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul
Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul
Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren.
Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di
Indonesia, bisa independen dan punya racikan
kurikulum sendiri. Aspek moral lebih terasa
dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana
membuat pemerataan gerakan itu. Makanya,
braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat
relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya
dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan
Rijalul Imam:
KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu
Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah.
Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur
di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya
adalah tim instruktur. Kita tidak punya
sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada
murabbi yang siap membina sekaligus connect
dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi
pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan
KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[]
Data Buku
Pengarang : Dr. Majid ‘Irsan al-
Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa
Hakadza ’Adat al-Quds
Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan
Kemenangan Perang Salib
Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007
Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc.,
MA.
Diskusi PP KAMMI di Partai PAS Malaysia
Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di
Indonesia, bisa independen dan punya racikan
ndiri. Aspek moral lebih terasa
dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana
membuat pemerataan gerakan itu. Makanya,
braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat
relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya
dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan juga.
KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu
Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah.
Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur
di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya
adalah tim instruktur. Kita tidak punya murabbi
sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada
murabbi yang siap membina sekaligus connect
dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi
pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan
KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[]
-Kilani
Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa
Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan
Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007
Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc.,
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan

More Related Content

What's hot

Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerMakalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerjuniska efendi
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurAna Laku
 
Islam dialektika-Faham Islam
Islam dialektika-Faham IslamIslam dialektika-Faham Islam
Islam dialektika-Faham Islamade orreo
 
Tokoh Modernisasi Islam
Tokoh Modernisasi IslamTokoh Modernisasi Islam
Tokoh Modernisasi Islamrendrafauzi
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiyuandakusuma
 
Konsep pembaharuan pendidikan
Konsep pembaharuan pendidikanKonsep pembaharuan pendidikan
Konsep pembaharuan pendidikanNizar Syamsi
 
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIPMII
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamNizar Syamsi
 
Aliran modern dalam islam makalah
Aliran modern dalam islam   makalahAliran modern dalam islam   makalah
Aliran modern dalam islam makalahHamdan Rifa'i
 
Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2rizaldwi2
 
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerSejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerAn Nisbah
 
pancasila sbg paradigma perkemb. iptek
pancasila sbg paradigma perkemb. iptekpancasila sbg paradigma perkemb. iptek
pancasila sbg paradigma perkemb. iptekShintia Delinda
 
sejaran perkembangan islam di masa modern
sejaran perkembangan islam di masa modernsejaran perkembangan islam di masa modern
sejaran perkembangan islam di masa modernMJM Networks
 
Islam dan dunia kontemporer
Islam dan dunia kontemporerIslam dan dunia kontemporer
Islam dan dunia kontemporerdmantikha
 
Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Perkembangan Islam Pada Masa ModernPerkembangan Islam Pada Masa Modern
Perkembangan Islam Pada Masa Modernsamiul12
 
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikPerkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikplesdis
 

What's hot (20)

Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerMakalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
Islam dialektika-Faham Islam
Islam dialektika-Faham IslamIslam dialektika-Faham Islam
Islam dialektika-Faham Islam
 
Teori kepimpinan
Teori kepimpinan Teori kepimpinan
Teori kepimpinan
 
Sejarah Perjuangan Hmi
Sejarah Perjuangan HmiSejarah Perjuangan Hmi
Sejarah Perjuangan Hmi
 
Tokoh Modernisasi Islam
Tokoh Modernisasi IslamTokoh Modernisasi Islam
Tokoh Modernisasi Islam
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islami
 
Konsep pembaharuan pendidikan
Konsep pembaharuan pendidikanKonsep pembaharuan pendidikan
Konsep pembaharuan pendidikan
 
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
 
Aliran modern dalam islam makalah
Aliran modern dalam islam   makalahAliran modern dalam islam   makalah
Aliran modern dalam islam makalah
 
Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2
 
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerSejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
 
pancasila sbg paradigma perkemb. iptek
pancasila sbg paradigma perkemb. iptekpancasila sbg paradigma perkemb. iptek
pancasila sbg paradigma perkemb. iptek
 
sejaran perkembangan islam di masa modern
sejaran perkembangan islam di masa modernsejaran perkembangan islam di masa modern
sejaran perkembangan islam di masa modern
 
Jil&syi'ah
Jil&syi'ahJil&syi'ah
Jil&syi'ah
 
Islam dan dunia kontemporer
Islam dan dunia kontemporerIslam dan dunia kontemporer
Islam dan dunia kontemporer
 
Makalah desi
Makalah desiMakalah desi
Makalah desi
 
Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Perkembangan Islam Pada Masa ModernPerkembangan Islam Pada Masa Modern
Perkembangan Islam Pada Masa Modern
 
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikPerkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
 

Similar to Jurnal muslim negarawan

Manifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiManifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiUrwatul Wusqa
 
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptx
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptxSejarah Pergerakan Mahasiswa.pptx
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptxUsmanBinNazarudin
 
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Dan
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba DanOpini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Dan
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Danfarobiiiiiiii
 
Presentasi pend.pancasila
Presentasi pend.pancasilaPresentasi pend.pancasila
Presentasi pend.pancasilaFajar Wahyu
 
Gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa.Gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa.Sepan Gebab
 
Kalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswaKalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswaMarina Nawia
 
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya Mahasiswa
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya MahasiswaDato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya Mahasiswa
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya MahasiswaNurul Ashwad
 
Gerakan Pelajar Berkemajuan
Gerakan Pelajar BerkemajuanGerakan Pelajar Berkemajuan
Gerakan Pelajar BerkemajuanIPM SULSEL
 
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...faruq649
 
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdf
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdfpendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdf
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdfalvinbitalessy
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxfarzahalhubby
 
E book-risalah-pergerakan-mahasiswa
E book-risalah-pergerakan-mahasiswaE book-risalah-pergerakan-mahasiswa
E book-risalah-pergerakan-mahasiswaSyarifanN
 
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptx
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptxMATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptx
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptxSutanYunusDanuAnwari1
 

Similar to Jurnal muslim negarawan (20)

Manifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiManifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islami
 
2017 d mohammad_fazabih_k[2]
2017 d mohammad_fazabih_k[2]2017 d mohammad_fazabih_k[2]
2017 d mohammad_fazabih_k[2]
 
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptx
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptxSejarah Pergerakan Mahasiswa.pptx
Sejarah Pergerakan Mahasiswa.pptx
 
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Dan
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba DanOpini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Dan
Opini Publik Dan Gerakan Mahasiswa Era Orba Dan
 
Presentasi pend.pancasila
Presentasi pend.pancasilaPresentasi pend.pancasila
Presentasi pend.pancasila
 
2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k
 
Gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa.Gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa.
 
Kalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswaKalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswa
 
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya Mahasiswa
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya MahasiswaDato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya Mahasiswa
Dato' Saifuddin Abdullah - Kalau Saya Mahasiswa
 
Gerakan Pelajar Berkemajuan
Gerakan Pelajar BerkemajuanGerakan Pelajar Berkemajuan
Gerakan Pelajar Berkemajuan
 
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahragaSetiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
 
Kalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswaKalau saya mahasiswa
Kalau saya mahasiswa
 
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...
Mochamad fachrul rozi 18030174050 2018_b_pancasila dan gerakan mahasiswa atau...
 
Mahasiswa dan tanggung jawab sosial
Mahasiswa dan tanggung jawab sosialMahasiswa dan tanggung jawab sosial
Mahasiswa dan tanggung jawab sosial
 
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdf
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdfpendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdf
pendidikan kewarganegaraan ranti dan alvin-1-SM.pdf
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
 
Kekammian
KekammianKekammian
Kekammian
 
E book-risalah-pergerakan-mahasiswa
E book-risalah-pergerakan-mahasiswaE book-risalah-pergerakan-mahasiswa
E book-risalah-pergerakan-mahasiswa
 
Gerakan sosial indonesia
Gerakan sosial indonesiaGerakan sosial indonesia
Gerakan sosial indonesia
 
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptx
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptxMATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptx
MATERI KE IPM An PELATIHAN KADER DASAR TARUNA MELATI 1 PD IPM METRO.pptx
 

More from Kammi Daerah Serang

Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-dunia
Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-duniaZa maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-dunia
Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-duniaKammi Daerah Serang
 
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullahUntukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullahKammi Daerah Serang
 
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)Kammi Daerah Serang
 
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiTarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiKammi Daerah Serang
 
Tanggung jawab pemuda islam hari ini abul a'la al-maududi
Tanggung jawab pemuda islam hari ini   abul a'la al-maududiTanggung jawab pemuda islam hari ini   abul a'la al-maududi
Tanggung jawab pemuda islam hari ini abul a'la al-maududiKammi Daerah Serang
 
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawi
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawiSistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawi
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawiKammi Daerah Serang
 
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Kammi Daerah Serang
 
Madarijus salikin (pendakian menuju allah) ibnu qayyim al-jauziyah 2
Madarijus salikin (pendakian menuju allah)    ibnu qayyim al-jauziyah 2Madarijus salikin (pendakian menuju allah)    ibnu qayyim al-jauziyah 2
Madarijus salikin (pendakian menuju allah) ibnu qayyim al-jauziyah 2Kammi Daerah Serang
 
Maalim fi ath thariq sayyid quthb
Maalim fi ath thariq   sayyid quthbMaalim fi ath thariq   sayyid quthb
Maalim fi ath thariq sayyid quthbKammi Daerah Serang
 
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam   fathi yakanKe arah kesatuan gerakan islam   fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakanKammi Daerah Serang
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurKammi Daerah Serang
 

More from Kammi Daerah Serang (20)

Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-dunia
Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-duniaZa maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-dunia
Za maulani-zionisme-gerakan-menaklukan-dunia
 
Usrah & dakwah hasan al banna
Usrah & dakwah   hasan al bannaUsrah & dakwah   hasan al banna
Usrah & dakwah hasan al banna
 
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullahUntukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
 
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)
Tariq ramadan islam and the arab awakening-oxford university press, usa (2012)
 
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawiTarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
Tarbiyah islam & madrasah hasan al banna - dr. yusuf qardhawi
 
Tanggung jawab pemuda islam hari ini abul a'la al-maududi
Tanggung jawab pemuda islam hari ini   abul a'la al-maududiTanggung jawab pemuda islam hari ini   abul a'la al-maududi
Tanggung jawab pemuda islam hari ini abul a'la al-maududi
 
Syarah usul 20
Syarah usul 20Syarah usul 20
Syarah usul 20
 
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawi
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawiSistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawi
Sistem masyarakat islam dalam al quran dan sunnah - dr. yusuf qardhawi
 
Sfiqh munakahat
Sfiqh munakahatSfiqh munakahat
Sfiqh munakahat
 
Perang badar
Perang badarPerang badar
Perang badar
 
Muhammad marketing
Muhammad marketingMuhammad marketing
Muhammad marketing
 
Manhaj hidup muslim al maududi
Manhaj hidup muslim   al maududiManhaj hidup muslim   al maududi
Manhaj hidup muslim al maududi
 
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
 
Madarijus salikin (pendakian menuju allah) ibnu qayyim al-jauziyah 2
Madarijus salikin (pendakian menuju allah)    ibnu qayyim al-jauziyah 2Madarijus salikin (pendakian menuju allah)    ibnu qayyim al-jauziyah 2
Madarijus salikin (pendakian menuju allah) ibnu qayyim al-jauziyah 2
 
Maalim fi ath thariq sayyid quthb
Maalim fi ath thariq   sayyid quthbMaalim fi ath thariq   sayyid quthb
Maalim fi ath thariq sayyid quthb
 
Kepemimpinan administratif
Kepemimpinan administratifKepemimpinan administratif
Kepemimpinan administratif
 
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam   fathi yakanKe arah kesatuan gerakan islam   fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
 
Jalan dakwah mustafa masyhur
Jalan dakwah   mustafa masyhurJalan dakwah   mustafa masyhur
Jalan dakwah mustafa masyhur
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
 
Inteligensia muslim dan kuasa
Inteligensia muslim dan kuasaInteligensia muslim dan kuasa
Inteligensia muslim dan kuasa
 

Recently uploaded

Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURTernyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURSmpPGRI6AminJaya
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 

Recently uploaded (14)

Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURTernyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 

Jurnal muslim negarawan

  • 1. MERETAS POLITIK PERADABAN )‫ر‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ا‬( Rijalul Imam, S.Hum., M.Si. Usia KAMMI sama dengan usia era Reformasi. Sama-sama lahir di tahun 1998. Kini usia keduanya telah mencapai lebih dari 1 dekade. Melalui tulisan singkat ini, saya ingin kita melakukan transformasi gerakan dari pola gerakan politik nilai ke gerakan politik peradaban. Saya mendefinisikan gerakan politik nilai sebagai gerakan yang mengusung nilai-nilai moralitas yang bersifat idealisme. Sedangkan gerakan politik peradaban adalah gerakan yang mengkombinasikan nilai-nilai moralitas idealisme dengan gerakan yang secara praksis memberikan nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, bangsa dan dunia pada umumnya. Semasa dekade awal sejak kelahirannya, sudah banyak gagasan-gagasan progresif yang dilahirkan KAMMI, seperti kaderisasi siyasi, intelektual profetik, hingga mewujudkan kader dan kepemimpinan nasional yang berjiwa muslim negarawan. Demikian juga, aksi-aksi yang dilakukan KAMMI di sepuluh tahun pertama berhasil menempatkan KAMMI sebagai icon gerakan reformasi. Prestasi cemerlang ini harus terus disempurnakan sesuai spirit yang dibangun : tuntaskan perubahan! Menapaki usia KAMMI di dekade kedua ini, KAMMI semakin bersaing dengan pergulatan zaman. Bila ustadz Mahfuz Siddiq berhasil merekam jejak 3 tahun pertama KAMMI (1998- 2001) dengan judul buku KAMMI dan Pergulatan Reformasi (Tesis 600-an halaman yang dibukukan), maka di decade kedua ini, persaingannya jauh lebih kompleks dari fase sebelumnya. Tidak semata bergulat dengan reformasi domestik ke- Indonesiaan, melainkan juga kesadaran reformasi dalam skala membangun peradaban. Era 2000-an menandai terjadinya pergeseran poros peradaban. Tahun 2008 secara resmi keuangan Amerika Serikat jatuh hingga menyebabkan multiefek krisis ekonomi global. Di era 2000-an juga krisis energi global semakin tak dapat dihindari. Konstalasi hubungan internasional akan sangat ditentukan oleh politik energi. Demikian pula kita semakin sulit mengelakkan diri dari krisis pemanasan global. Membaca hutan di Kalimantan tidak bisa lagi diposisikan sebagai kekayaan lokalitas, melainkan bagian dari paru- paru dunia. Tingginya gas emisi di Jakarta dan Surabaya tidak bisa dinilai sebagai polutan domestik, melainkan bagian dari unsur penyumbang polusi global. Dalam posisi demikian maka gerakan kaum muda harus dibaca dan diposisikan sebagai gerakan politik peradaban. Demikian juga dalam menggerakkan peran strategis KAMMI. Terkadang makna peradaban merujuk pada hal-hal yang bersifat material, seperti istilah sisa- sisa peradaban. Hal ini karena memang peradaban memiliki basis konkrit yang lebih terasa dan terukur baik secara spiritual maupun material. Jadi politik peradaban sesungguhnya adalah politik karya nyata. Al-Qur’an menjelaskan makna peradaban sebagai kombinasi antara kekuatan spiritual dan material yang seimbang dan bermanfaat nyata, dengan istilah al-Kitab (petunjuk spiritual), al- Mizan (Keseimbangan), dan al-Hadid (besi). “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul- rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
  • 2. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid: 25) Posisi Strategis KAMMI ------------------------------------------------------------------------------- Untuk memposisikan peran strategis KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari pembacaan sejarah panjang harakah Islamiyah dalam berbagai dimensinya. Al-Qur’an menga agar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini penting agar kita mengetahui posisi strategis kita dalam sejarah kebangkitan Indonesia dan kemenangan Umat. Setidaknya KAMMI dapat kita dudukan dalam tiga dimensi gerakan, yakni sebagai gerakan mahasiswa (harakah thullabiyah), gerakan kebangsaan (harakah wathaniyah), dan gerakan keummatan (harakah Islamiyah). Teoritisasi Trend Gerakan -------------------------- Sebelum menentukan peran strategis KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang, perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam tiga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan sebagai upaya membaca zeit geist (jiwa zaman), agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita dapat menentukan peran strategis apa yang dapat dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada tempatnya. Pertama, dimensi gerakan mahasiswa. Trend gerakan mahasiswa biasanya berlangsung selama satu dekade (per sepuluh tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat: • Pasca kemerdekaan, trendnya adalah melawan komunisme. Pemeran utamanya adalah HMI. • Tahun 50-an, trendnya adalah konsolidasi ummat secara ideologis. Hal ini tampak pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan pemuda dalam menyolidkan barisan umat dalam naungan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), hingga terpilih menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” ------------------------------------------------------------------------------- sisikan peran strategis KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari harakah Islamiyah Qur’an mengajarkan agar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini penting agar kita mengetahui posisi strategis kita Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu (integral), tidak diartikan secara terpisah ( Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari sisi ke-KAMMI-annya saja. KAMMI perlu menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan, maupun Jadi di sini KAMMI harus menyadari bahwa sejarah gerakannya adalah bagian dari kelanjutan sejarah gerakan mahasiswa, gerakan kebangsaan, dan gerakan keummatan. --------------------------------------------------------------------------- Sebelum menentukan peran strategis KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang, perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam ga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan (jiwa zaman), agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita dapat menentukan peran strategis apa yang dapat dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada Pertama, dimensi gerakan mahasiswa. Trend gerakan mahasiswa biasanya berlangsung selama satu dekade (per sepuluh tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat: Pasca kemerdekaan, trendnya adalah Pemeran utamanya an, trendnya adalah konsolidasi ummat secara ideologis. Hal ini tampak pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan pemuda dalam menyolidkan barisan umat dalam naungan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), hingga M. Natsir terpilih menjadi Perdana Menteri pertama • Tahun 60-an, trendnya adalah oposisi gerakan anti rezim otoriterisme. Pada tahun-tahun ini pertama kali dalam sejarah gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung kerjasama antara mahasiswa dengan untuk menumbangkan rezim Soekarno yang telah berubah menjadi otoriter (demokrasi terpimpin). • Tahun 70-an, trendnya adalah kebangkitan pemikiran Islam. Di level Dunia berkembangan cukup massif gagasan Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib Al-Attas dan Ismail Razi Al Sedangkan di Indonesia yang ketika itu masih dominan berkutat di dunia mistis, berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak Nur) yakni gerakan penyadaran memisahkan hal-hal yang bersifat sa dan profan dengan kacamata pemikiran yang rasional. • Gagasan sekularisasi menjadi polemik di kalangan umat Islam, karena diindikasikan sebagai bibit terjadinya liberalisme pemikiran Islam. Karena itu berkembang trend pada tahun 80 Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu dak diartikan secara terpisah (secular). Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari annya saja. KAMMI perlu menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan, maupun keummatan. Jadi di sini KAMMI harus menyadari bahwa sejarah gerakannya adalah bagian dari kelanjutan sejarah gerakan mahasiswa, gerakan kebangsaan, dan gerakan keummatan. an, trendnya adalah oposisi gerakan anti rezim otoriterisme. Pada tahun ini pertama kali dalam sejarah gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung kerjasama antara mahasiswa dengan militer untuk menumbangkan rezim Soekarno yang telah berubah menjadi otoriter (demokrasi an, trendnya adalah kebangkitan pemikiran Islam. Di level Dunia berkembangan cukup massif gagasan Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib dan Ismail Razi Al-Faruqi. Sedangkan di Indonesia yang ketika itu masih dominan berkutat di dunia mistis, berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak Nur) yakni gerakan penyadaran hal yang bersifat sakral dan profan dengan kacamata pemikiran Gagasan sekularisasi menjadi polemik di kalangan umat Islam, karena diindikasikan sebagai bibit terjadinya liberalisme pemikiran Islam. Karena itu berkembang trend pada tahun 80-an berupa forum
  • 3. kajian Islam (FOSI) di kampus-kampus. Gerakan ini cukup massif di berbagai poros kota besar, seperti di Bandung dengan ITB dan UNPAD-nya, di Jakarta dengan UI-nya, dan di Yogyakarta dengan UGM-nya, dan lain-lain. Tokoh-tokohnya ketika itu adalah MS. Ka’ban, Hatta Rajasa, Abu Ridha, Hidayat Nur Wahid, dll. • Sedangkan trend tahun 90-an adalah pelembagaan forum kajian menjadi lembaga dakwah kampus. Kampus mulai terbuka dengan forum-forum kajian dakwah mahasiswa yang dilegalkan di bawah struktur kampus. Di tahun-tahun ini gerakan tarbiyah semakin massif di berbagai kampus. Di level nasional, umat Islam mendapat momentumnya yang tepat ketika telah terbentuk strata sosial intelegensia muslim berupa pelembagaan ICMI (Ikatan Cendekia Muslim Indonesia) yang dinakhkodai BJ. Habibie dan beberapa intelektual muslim lainya seperti Amien Rais, Cak Nur, Marwah Daud, dll. • Menjelang era 2000-an telah terjadi gerakan reformasi dengan ditumbangkannya rezim Orde Baru oleh gerakan mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. Memasuki era 2000-an ini, gerakan mahasiswa pun bermetamorfosa menjadi gerakan politik. Gerakan politik di sini dapat diartikan ke dalam dua hal, pertama, bahwa breakdown aksi demonstrasi gerakan mahasiswa selalu berdampak pada perubahan kebijakan pemerintah. Kedua, di pertengahan hingga penghujung tahun 2000-an terjadi mobilitas vertikal gerakan mahasiswa dan alumninya ke level elit kekuasaan. KAMMI mengalami keduanya, baik ia sebagai organ aksi maupun alumninya yang melakukan mobilitas vertikal. Pertanyaannya sekarang, apa kira-kira trend yang akan berkembang di era tahun 2010-an? Pertanyaan ini adalah tantangan agar kita berpikir dalam jangka panjang untuk memprediksi, setidaknya dalam rentang waktu sepuluh tahun ke depan, yang akan mengantarkan kita pada era tahun 2020-an. Kedua, dimensi gerakan kebangsaan. Trend kebangsaan biasanya berlangsung pada narasi besar rezim penguasa dan kecenderungan rakyat. Pasca kemerdekaan, Indonesia dipimpin oleh enam presiden. Namun secara fase kebangsaan dapat dipilah menjadi 3 fase: 1. Fase Orde Lama Soekarno dengan narasi besar revolusi, berlangsung dari tahun 1945 hingga 1966 (21 tahun), namun cenderung sosialis. 2. Fase Orde Baru Soeharto dengan narasi besar pembangunan, berlangsung dari tahun 1966-1998 (32 tahun), cenderung mengadopsi sistem kapitalis. 3. Fase Orde Reformasi di masa ini Indonesia dalam fase persimpangan sejarah bangsa, bergerak tanpa narasi besar, berlangsung dari tahun 1998 hingga 2009 (11 tahun). Ketiga, dimensi gerakan keummatan. Dalam konteks ke-Indonesiaan trend keummatan biasanya berlangsung per satu abad (per seratus tahun). Mari kita lihat: - Abad 16 banyak bermunculan kesultanan Islam di berbagai daerah - Abad 17-18 massifnya jaringan intelektual ke jalur Mekkah - Abad 19 terjadi percabangan jalur intelektual pasca politik etis, dengan menyekolahkan anak-anak bangsa ke Eropa, Belanda - Abad 20, hasil dari percabangan intelektual di abad sebelumnya menjadikan terjadinya pertentangan ideologis antara Islam dan Nasionalis. Sehingga di satu pihak, konsep syariah dalam bernegara selalu dalam “konteks negosiasi”. - Abad 21 merupakan era integrasi, yang ditandai dengan integrasi ekonomi dunia, integrasi komunikasi global dengan sistem digitalisasi kehidupan. Era integrasi ini cukup menguntungkan karena ternyata berpotensi membangun kesadaran Islam secara luas. Di sini Islam tidak hanya dipahami oleh kalangan santri pesantren melainkan juga oleh kalangan kantoran, profesional, ilmuwan, pengusaha, militer, dan kelompok masyarakat dari berbagai dimensi. Di era ini juga umat Islam terhubungkan secara global dengan internet, kemudahan akses pesawat yang menghimpun berbagai masyarakat dunia bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya, sehingga satu sama lain bisa berkomunikasi dan lebih jauh saling berkoordinasi. Hal ini semakin memudahkan
  • 4. umat Islam kembali bangkit dan bersatu secara global. Kemudian, hal yang tak terbantahkan adalah ide integrasi akan semakin meluas dan massif. Keempat, dimensi global. Trend dunia biasanya terjadi per 700 tahun hingga per millenium (per 1000 tahun). Setidaknya setelah kita memiliki kalender Romawi, kita bisa membaca sejarah secara per millenium. Per Millenium (1000 tahun) 1. Millenium pertama, munculnya trend spiritual yang ditandai dengan kemunculan Nabi Isa a.s yang mengimbangi trend materialisme Romawi kuno. 2. Millenium kedua, atau 300 tahun setelah Nabi Muhammad Islam sudah menyebar di dua pertiga dunia dengan sistem khilafah. Secara global trend yang berkembang adalah ‘urubah (kearab-araban). Namun dalam perjalanan sejarahnya kemudian, dunia Islam mengalami deklinasi berupa perpecahan dinasti dari Bani Umawiyah ke Bani Abbasiyah, lalu diganti dengan Bani Utsmaniyah. 3. Millenium ketiga, yaitu masa kita, ditandai dengan berbagai kemajuan teknologi dan material di berbagai bidang, namun tidak merata, dengan kesenjangan ekonomi yang menganga dan efek pemiskinan struktural oleh Barat. Per 700 tahun 1. Tujuh ratus tahun setelah diutusnya Nabi Isa a.s kemudian diutuslah Nabi Muhammad saw. untuk mengakhiri hegemoni dua peradaban dunia yakni Romawi dan Persia. 2. Tujuh ratus tahun sejak kemunculan Nabi Muhammad, muncullah pemimpin muda Muslim yang menaklukkan Konstantinopel, Romawi Timur. Kemunculannya menjadikan Islam bangkit kembali memimpin dunia. Namun selang tiga abad berikutnya terjadi deklinasi sejarah Islam dengan kemunduran umat di berbagai segi dan kebangkitan Barat di berbagai segi lengkap dengan penjajahannya di berbagai belahan dunia. 3. Sekarang kita memasuki era Millenium ketiga sekaligus 700 tahun ketiga sejak diutusnya Nabi Muhammad dan penaklukan Al-Fatih, titik temunya adalah Abad ke-21. Sebelumnya Barat telah berkuasa selama 400 tahun, namun kini telah menunjukkan kelelahannya. Kapitalisme tumbang tidak dengan serangan dari luar—oleh sosialisme, misalnya. Tetapi tumbang dengan sendirinya. Tren yang berkembang pada awal Millenium ketiga ini di antaranya adalah: a. Tumbangnya Kapitalisme dari dalam yang menjadikan Barat atau Amerika semakin kehilangan pamor di dunia. b. Bergesernya politik Internasional Barat dari Hard Power (kekerasan hegemoni) ke Smart Power (kecerdasan diplomasi). c. Gairah Islamisasi di berbagai segi kehidupan, dari corak pengetahuan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, trend kesehatan, hingga sistem kenegaraan. d. Mobilitas vertikal umat Islam dalam konteks kenegaraan di berbagai belahan dunia. e. Secara horizontal, terbangun egalitarianisme kolektif sesama umat yang menjadikan potensi terbangunnya kerjasama yang bahu membahu dalam menyelesaikan problem global. Sekarang pertanyaannya adalah bila siklus sejarah menganut hukum pergiliran peradaban, maka seharusnya Islamlah yang kini harus meraih tampuk soko guru peradaban dunia, jadi saat inilah momentumnya, lantas bagaimanakah peran kita sebagai kaum muda muslim meretas peradaban? Transformasi Gerakan --------------------------------------------------------------------------------- Lebih lanjut, sebelum menentukan peran strategis KAMMI, kita pun perlu melakukan evaluasi kritis terhadap perjalanan KAMMI sendiri. KAMMI lahir di awal era reformasi ‘98, tepatnya pada tanggal 29 Maret 1998 di Malang. Bila diukur dengan tahun 2009 ini maka usia KAMMI sudah masuk 1 dekade lebih (11 tahun). Catatan penting sejarah KAMMI dalam satu dekade
  • 5. lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan penguatan aksi politik domestik yang menjadikan KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai prestasi nasional telah diraih, setidaknya dalam konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi Reformasi, mengkritisi kebijakan strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi pendidikan (isu Badan Hukum Pendidikan), pemberantasan korupsi, pengasawan pemerintahan daerah, keterlibatan dalam penyusunan perundang-undangan pemuda, dan lain-lain. Secara internal pada tahun 2005 KAMMI berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang disebut Manhaj Kaderisasi 1427 H atau dikenal dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan. Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4 tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai perkembangan internal dan tantangan yang dihadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan menjadi “icon” baru bagi peristilahan kepemimpinan bangsa yang didorong hingga pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan dikembangkan. Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki era pemerintahan baru, maka KAMMI harus mentransformasi gerakan lebih progresif. Mengingat pembacaan teoritisasi momentum sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual Mihwar Gerakan --------------------------------------------------------------------------------------- Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada: 1. Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari mata rantai sejarah perjuangan umat Islam, bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa. Karena itu masa depan gerakan adalah mengemban cita-cita yang dititipkan sejarah Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa. 2. Kondisi aktual (al-waqi’i). KAMMI hadir di era terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan antar negara, hingga hegemoni korporasi global terhadap negara-negara yang dikendalikan pihak-pihak tertentu yang tampak dan tersembunyi. 3. Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak mungkin melakukan perbuatan di luar kapasitas gerakannya. KAMMI selalu menyandarkan gerakannya pada kapasitas dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas mahasiswa. Namun dengan potensi yang dimilikinya, KAMMI akan terus melakukan grade atas kinerja dan performa gerakannya, seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan penguatan aksi politik domestik yang menjadikan KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai diraih, setidaknya dalam konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup leading dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi Reformasi, mengkritisi kebijakan-kebijakan strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi isu Badan Hukum Pendidikan), pemberantasan korupsi, pengasawan pemerintahan daerah, keterlibatan dalam undangan pemuda, dan Secara internal pada tahun 2005 KAMMI berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang Kaderisasi 1427 H atau dikenal dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan. Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4 tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai perkembangan internal dan tantangan yang hadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan menjadi “icon” baru bagi peristilahan kepemimpinan bangsa yang didorong hingga pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki era pemerintahan baru, maka KAMMI harus mentransformasi gerakan lebih progresif. Mengingat pembacaan teoritisasi momentum sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan pada gerakan yang lebih massi kekuatan signifikan dalam melakukan perubahan. Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2. KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana tantangan gerakan begitu definitif: ganti rezim Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum sejarah sekaligus: momentum pergeseran peradaban global, momentum kebangsaan, dan momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di sini tantangan KAMMI sebagai kaum muda muslim pun semakin kompleks dan karenanya membutuhkan desain gerakan yang tidak sederhana. ----------------------------------------------------------------------------------------- Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada: Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari mata rantai sejarah perjuangan umat Islam, bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa. Karena itu masa depan gerakan adalah cita yang dititipkan sejarah Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa. ). KAMMI hadir di era terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan antar negara, hingga hegemoni korporasi global negara yang dikendalikan oleh pihak tertentu yang tampak dan Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak mungkin melakukan perbuatan di luar kapasitas gerakannya. KAMMI selalu menyandarkan gerakannya pada kapasitas dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas mahasiswa. Namun dengan potensi yang erus melakukan up- atas kinerja dan performa gerakannya, seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian bertambah. Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah yang disebut dengan mihwar gerakan. Transformasi gerakan erat kaitannya dengan perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas ideologi gerakan atau prinsip gerakannya. Secara bahasa mihwar Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros. Dalam konteks gerakan sosial, mihwar biasanya diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai jangkauan domain sosial tertentu. Semisal, tandzimi diartikan poros organi yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke mihwar sya’bi yakni pengorganisasian masyarakat menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada pengorganisasian institusi publik seperti parlemen. Baru masuk ke mihwar dauli dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh. yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan pada gerakan yang lebih massif dan memiliki kekuatan signifikan dalam melakukan perubahan. Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2. KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana definitif: ganti rezim Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum sejarah sekaligus: momentum pergeseran peradaban global, momentum kebangsaan, dan momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di an KAMMI sebagai kaum muda muslim pun semakin kompleks dan karenanya membutuhkan desain gerakan yang tidak ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah yang disebut dengan mihwar gerakan. n erat kaitannya dengan perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas ideologi gerakan atau prinsip gerakannya. mihwar bersal dari bahasa Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros. onteks gerakan sosial, mihwar biasanya diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai jangkauan domain sosial tertentu. Semisal, mihwar diartikan poros organisasional dakwah yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke yakni pengorganisasian masyarakat menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada pengorganisasian institusi publik seperti parlemen. mihwar dauli yakni jangkauan dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh.
  • 6. Perlu diingat bahwa perkembangan mihwar dalam dakwah dari satu mihwar ke mihwar yang lainnya bukan berarti meninggalkan mihwar sebelumnya. Melainkan mihwar atau poros tersebut meluas. Arti meluas otomatis poros sebelum dan wilayah baru terintegrasikan. Demikian juga dengan mihwar yang dirancang KAMMI. KAMMI merancang mihwar gerakan ini untuk memberikan titik tekan (tarkiz) dalam dakwah. Tanpa fokus gerakan maka gerakan akan kehilangan arah. Fokus gerakan ini dirancang dalam rencana mencapai cita-cita tertentu. Namun sebuah cita-cita haruslah terbangun secara sistematis dalam upaya pencapaiannya. Dan sekali lagi, fokus gerakan pada mihwar tertentu bukan berarti meninggalkan mihwar lainnya. Mihwar yang telah dilalui harus menjadi tulang punggung gerakan dan harus senantiasa dipupuk terus menerus. Sedangkan mihwar yang belum dicapai tetap direncanakan, disiapkan dan tidak dilalaikan. Sebab setelah melewati satu mihwar maka kita siap memasuki mihwar berikutnya. Bila mihwar berikutnya tidak disiapkan bisa jadi kita set back karena ketidaksiapan menghadapi situasi baru tersebut. Mihwar gerakan KAMMI disusun menjadi enam mihwar gerakan. Mihwar ini diambil dari teoritisasi prinsip gerakan KAMMI ke dalam perluasan perjalanan dakwah KAMMI. Mihwar gerakan ini penting sebab dengan adanya rumusan mihwar gerakan, maka KAMMI tidak mudah dimakan agenda orang lain atau bahkan dipermainkan isu-isu publik yang memicu reaksioner gerakan mahasiswa. Dengan rumusan mihwar gerakan maka perjuangan kader-kader KAMMI dapat dikategorikan tidak saja berjihad melainkan berjihad bil manhaj. Teoritisasinya sebagai berikut: Prinsip Gerakan KAMMI Teoritisasi Transformasional Mihwar Gerakan Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI Ideologisasi Kebatilan adalah Musuh Abadi KAMMI Resistensi Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI Reformulasi Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI Rekonstruksi Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI Leaderisasi Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI Internasionalisasi Ada 6 Mihwar Gerakan KAMMI dalam membangun Indonesia: 1. Fase Ideologisasi (…-98) Secara ideologis KAMMI lahir tidak di tahun ’98. Ideologinya lahir sejak mula datangnya Islam oleh para nabi dan rasul. “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs. Al-Fath [48]: 28). Spirit ini tampak nyata ketika tarbiyah mulai massif di kampus pada era ‘80-an. Terlahir para pendiri KAMMI yang membawa spirit Islamisasi komprehensif di semua lini kehidupan dan diawali di sekolah dan kampus. Di sini tampak nyata bahwa cita-cita kemenangan Islam menjadi spirit awal dan menjiwa perjuangan kader-kader KAMMI. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI. 2. Fase Resistensi (98-2004) Sejak kelahirannya pasca Munas FSLDK (Musyawarah Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus), KAMMI menegaskan menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda kerakyatan. Sejak itu agenda- agenda resistensi terhadap kekuasaan otoriter Soeharto semakin massif. Satu hal yang pasti: rezim Orba harus segera diakhiri. Di sini tersemai spirit kebatilan adalah musuh abadi KAMMI. Fase resistensi ini terus berlanjut hingga rakyat mendapatkan kesempatan untuk menentukan pemimpin pilihannya sendiri. 3. Fase Reformulasi (2004-2009) Fase ini mengawali pemerintahan baru dengan legitimasi kuat pilihan rakyat karena presiden dipilih langsung oleh rakyat. Gubernur dan Kepala Daerah pun langsung dipilih rakyat secara transparan. Pada saat yang sama struktur negara pun semakin kuat. Hadir Mahkamah Konstitusi, kokoh pula Komisi Pemberantasan Korupsi, dan lembaga kenegaraan lainnya. Di fase ini masyarakat pun semakin kuat dengan gerakan
  • 7. kemandirian sipil lembaga swadaya masyarakatnya yang menunjukkan hadirnya format sosial baru di Indonesia. Mahasiswa pun hadir tidak lagi sebagai penyambung lidah rakyat, karena rakyat telah ‘berlidah’ sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya. Mahasiswa dituntut untuk masuk ke fase baru yakni melakukan reformulasi negaranya dengan lebih strategis. Ini yang menjadi tantangan gerakan mahasiswa. KAMMI dalam hal ini menawarkan formulasi model kepemimpinan baru yang dikenal dengan model kepemimpinan Muslim Negarawan. Tawaran ini adalah cermin dari prinsip gerakan KAMMI, solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI. 4. Fase Rekonstruksi (2009-2014) Fase 2009 merupakan fase titik balik yang menentukan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Namun yang pasti setiap gerakan harus memiliki rencana strategis (renstra) di tengah turbulensi nasional dan global ini. Rencana strategis di lima tahun ke depan adalah menggulirkan Narasi Rekonstruksi Kebangsaan yang Islami. “Rekonstruksi” harus menjadi icon bagi pergerakan Indonesia. Rekonstruksi ini membawa agenda mentransformasikan demokrasi dari demokrasi formal saat ini menuju demokrasi substansial. Demokrasi yang dibutuhkan bukan lagi keseimbangan kekuasaan (power sharing) antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, melainkan bagaimana rakyat dapat sejahtera, aman secara politik dan ekonomi, bermartabat secara budaya, serta kompetitif di kancah global. Ini political content yang mesti digulirkan. Inti dari political content di sini adalah mengakhiri sepuluh tahun transisi demokrasi yang bertambal sulam dalam demokrasi formal, lalu memasuki demokrasi substansial, yang lebih mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada pembangunan kesejahteraan masyarakat, kedaulatan Negara, dan kompetitif di kancah global. Di antara political content yang harus dibangun adalah melandaskan ideologi pada kemanusiaan dan keindonesiaan, bukan lagi ideologi Timur dan Barat, atau utara dan selatan. Sehingga dalam konteks keindonesiaan perlu dibangun konsep nasionalisme baru, nasionalisme progresif bukan nasionalisme romantis. Di titik ini para elit penguasa pun harus mampu membangun politik rekonsiliasi dalam rangka rekonstruksi keindonesiaan, gerakan mahasiswa pun harus lebih banyak tampil mempelopori gerakan-gerakan perbaikan dan konstribusi nyata dalam upaya rekonstruksi baik dari segi amal kemasyarakatan maupun penyaiapan SDM unggulan. Di sini, KAMMI harus mengkonstruk kader-kadernya meningkatkan keahlian di bidangnya dan bergerak sesuai kompetensinya. Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah bekerja keras memperbaiki resesi ekonomi di sektor real dan makro. Kader di kedokteran pun bekerja memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Kader di bidang politik pun bersungguh-sungguh membangun sistem terbaik bagi masyarakat. Para kader pengusaha menjadi perekrut pekerja terbanyak yang turut menyelamatkan ekonomi keluarga miskin dan menambah devisa negara. Agenda rekonstruksi di berbagai level ini sebagai bukti bahwa perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI. Secara gerakan mahasiswa, kader-kader KAMMI harus memainkan pola baru gerakan yakni mengkombinasikan gerakan aksi dan narasi. Yakni membangun aksi pengawasan parlemen dan pemerintahan serta sosial, juga mewacanakan narasi baru untuk mengarahkan arah perjuangan Indonesia ke masa depan yang lebih baik dan kompetitif di kancah global. Dengan demikian akan terbangun pola gerakan integratif antara “aksi dan presentasi”. Jadi penampilan KAMMI dapat masuk di ranah publik dan ilmiah sekaligus. 5. Fase Leaderisasi (2014-2019) Bila dalam rentang lima tahun ini KAMMI beserta para alumninya berhasil merekonstruksi bangsa ini, maka hanya kepercayaan yang akan diberikan masyarakat pada KAMMI untuk memimpin negeri ini. Sudah saatnya umat ini tampil menjadi pemimpin negeri ini di berbagai sektornya, baik di pemerintahan, media, hukum, bidang ketahanan militer, ketahanan pangan, teknologi, energi, informasi, pelayanan, bisnis, rektorat kampus, dan lain sebagainya. Tentu di fase ini usia kader dan alumni KAMMI sudah tidak hanya 20 tahun level mahasiswa melainkan sudah ada yang seusia 30-an seperti Nabi Yusuf as. yang layak memimpin negeri. Kepemimpinan harus merata di segala sektor. Yang pasti di fase ini, tidak hanya dari organ KAMMI (dan alumni) yang memimpin tapi dari organ lainnya yang memiliki jiwa kenegarawanan. Karena disadari bahwa yang menyadari pentingnya ide rekonstruksi sudah sangat massif dan banyak yang ingin berperan. Tapi yang jelas semangat ini adalah implementasi dari spirit kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI. 6. Fase Internasionalisasi (2019-2024) Jika bangsa ini telah bersatu dalam semangat reliji dan kebaikan, maka kebaikan Indonesia harus diperluas untuk dirasakan oleh negeri lainnya. Karena itu Indonesia harus mengawali spirit global partnership (kerjasama global) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini adalah implementasi dari ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah ‘alamiyah. KAMMI berprinsip persaudaraan adalah watak mu’amalah kammi. Jika banyak negara merancang visi 2020, kammi lebih awal di tahun 2019 sudah
  • 8. menabuh genderang global partnership bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil dihentikan di Indonesia dengan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan global new map (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya. SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks A. Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia Agenda pertama adalah melakukan integrasi ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini ada semacam gap antara muslim dan negaranya, umat Islam selalu terpinggirkan dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah upaya penafsiran ulang atas keislaman Indonesia: 1. Pancasila. Sebagian kalangan memaknai Pancasila (mabadi’ul khamsah) sebagai simbol kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7 kata yang spesifik: menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Bagi kaum muda muslim bermental penakluk, pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi pintu kemenangan. Perhatikan saja, lima sila itu tidak menghilangkan substansi Islam yang universal. Pertama, Rabbaniyah Tauhidiyah. Kedua, Insaniyah Akhlakiyah Ketiga, Wihdah wal Ukhuwah. Keempat, Hikmah wal Musyawarah. Kelima, al-Ijtima’iyah. 2. Konstitusi Bervisi Internasional daripada negara lainnya yang menghendaki pa bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya. SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks Kebangsaan ------------------------------------ Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia Agenda pertama adalah melakukan integrasi ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini ada semacam gap antara muslim dan Islam selalu terpinggirkan dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah upaya penafsiran ulang atas keislaman Sebagian kalangan memaknai Pancasila ) sebagai simbol kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7 kata yang spesifik: menjalankan syariat pemeluknya. Bagi kaum muda muslim bermental penakluk, pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi kan saja, lima sila itu tidak menghilangkan substansi Islam Rabbaniyah Insaniyah Akhlakiyah. . Keempat, . Kelima, Al-‘Adalah ernasional Tidak perlu takut dengan transnasional, karena konstitusi Indonesia mengajarkan kita untuk transnasional. Kalimat utama yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki jiwa transnasional adalah “Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh karena itu segala bentuk penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini menegaskan agar rakyat Indonesia berani melakukan pembebasan negeri penjajahan asing (tahrirul wathon 3. Kemerdekaan yang Islami Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 atau bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci Ramadhan yang dikenal sebagai hari rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD ’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”. Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45 memiliki relevansi dengan surat 8 (al ayat 17 tentang kemerdekaan. kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kalian yang melempar ketika kalian melempar, tetapi Allah (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang dengan kemenangan yang baik.” daripada negara lainnya yang menghendaki pasar bebas sebebas- bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan the Tidak perlu takut dengan transnasional, karena konstitusi Indonesia mengajarkan kita untuk transnasional. Kalimat utama yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki jiwa transnasional adalah “Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh ala bentuk penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini menegaskan agar rakyat Indonesia berani melakukan pembebasan negeri-negeri dari tahrirul wathon). Kemerdekaan yang Islami Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus au bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci Ramadhan yang dikenal sebagai hari-hari rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD ’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”. Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45 dengan surat 8 (al-Anfal) ayat 17 tentang kemerdekaan. “Bukanlah kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kalian yang melempar ketika kalian melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk embinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.” (Qs. Al-
  • 9. Anfal: 17) Ayat ini jelas menyatakan bahwa yang memerdekakan negeri ini bukanlah para pahlawan yang gugur di medan jihad dan dikubur di taman makam pahlawan, melainkan hakikatnya Allah-lah yang melakukannya. Karena itu wajar juga dalam Pembukaan UUD ’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”, bukan berkat perjuangan para pahlawan. Setelah merdeka, akan banyak lagi masalah dan musuh, karena itu pula maka setelah merdeka, Indonesia harus dibangun atas nama Allah SWT. Qs. Al-Anfal: 45 menyatakan: Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bertemu dengan kelompok (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. 4. Merah Putih, Dua Warna Kecintaan Rasulullah Bendera merah putih sesungguhnya adalah tradisi yang dilestarikan para Ulama untuk menjaga dua warna kecintaan Rasulullah. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah melipat untukku bumi, maka aku bisa melihat ujung timur bumi dan ujung baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang dilipat untukku. Aku juga dikaruniai dua perbendaharaan (kekayaan) merah dan putih.” (HR. Muslim: Kitabul Fitan nomor 5144, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Juga diriwayatkan oleh Ahmad dari Syadad bin Aus. Dinyatakan shahih oleh Al-Bani dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah nomor 2). Tidak ada ulama yang secara spesifik berani menafsirkan makna dari kekayaan merah putih tersebut. Tapi bila kita korelasikan dengan temuan-temuan saintifik terbaru, kekayaan merah putih itu merujuk pada negeri Atlantis yang dikenal kaya raya di darat dan lautannya. Negeri Atlantis adalah benua yang tenggelam oleh lautan sejak berakhirnya Jaman Es 11.600 tahun lalu setinggi 120 hingga 150 meter. “Negeri Atlantis itu”, seperti ditegaskan oleh Prof. Arysio Santos, seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil, dalam bukunya Atlantis: The Lost Continent Finally Found (1997- 2009), “adalah Indonesia”. Pulau-pulau sebanyak 17.000 lebih itu merupakan puncak dari benua besar Atlantis yang tersisa. Santos juga mengungkapkan bahwa Atlantis ini disebutkan dalam seluruh ajaran-ajaran tradisi kuno dan agama- agama semitis. Yang menarik, definisi Atlantis yang diungkap Plato 25 abad lalu secara lengkap merujuk kepada negeri yang disebut Indonesia. Yakni “surga” beriklim tropis yang penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratan yang luas dan lading-ladang yang indah, lembah dan gunung-gunung; batu-batu permata dan logam dari berbagai jenis; kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan celup yang sangat tinggi nilainya; sungai- sungai, danau-danau, dan irigasi yang melimpah, pertanian yang paling produktif; istana-istana bertabur emas, tembok perak, dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas, pulau-pulau rempah-rempah (Moluccas atau Maluku) dan sebagainya. 5. Nama Indonesia yang Visioner Banyak perspektif menyebut asal usul nama Indonesia. Di antaranya menyatakan bahwa Indonesia diambil dari kata Hindia dan nesia (nation), yang berarti kepulauan- kepulauan Hindia. Karena itu Belanda sebagai penemu Indonesia menyebutnya Hindia-Belanda. Nama Hindia-Belanda adalah klaim bahwa Belandalah negara Eropa pertama yang menemukan negeri penghasil rempah-rempah terbesar di dunia, agar tidak ada klaim bagi negara lain yang menyusuri jalur niaga nusantara ini. Nama ini adalah klaim penjajah dan merupakan kekeliruan, karena Indonesia sudah memiliki nama besar sebelumnya yakni nusantara. Baik Nusantara maupun Indonesia, sesungguhnya dua nama ini adalah nama yang visioner. Nusantara adalah gabungan nama yang bermakna antar nusa (Yunani: nesos) atau antar pulau. Bentangannya lebih luas mencakup Indonesia sekarang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Sedangkan nama Indonesia adalah nama visioner yang menggabungkan dua kata: Indo dan Nesia. Indo berarti gabungan dan Nesia berarti bangsa (nation). Jadi nama ini merupakan pencitraan tentang masa depan yakni akan terbangunnya gabungan atau integrasi bangsa-bangsa. Boleh jadi inilah makna dari hadits di atas: “… Aku juga dikaruniai dua perbendaharaan (kekayaan) merah dan putih.” Perbendaharaan merah dan putih ini adalah Indonesia, yang kaya raya akan berbagai sumber daya strategis. Allohu a’lam bish- showab
  • 10. B. Transformasi Demokrasi Prosedural ke Substansial Agenda kedua adalah mengarahkan negara pada kerja-kerja substansial, yakni: 1. Menyegarkan kembali solidaritas keberislaman Indonesia, seperti optimalisasi peran ulama, tarbiyah Islamiyah, penegakkan solat, zakat, dan lain- lain. 2. Menyelenggarakan proyek-proyek kebaikan secara massif, mencakup bidang pendidikan, riset, teknologi, pertanian, penerapan ekonomi syariah, kewirausahaan pemuda, pengelolaan potensi maritim, optimalisasi potensi daerah, pertahanan dan keamanan, dan lain-lain. 3. Menghentikan dan mencegah proyek- proyek keburukan, seperti korupsi, judi, narkoba, penyalahgunaan wewenang, intervensi negative dari pihak asing, dan lain-lain. Substansi berkuasa itu terletak di dalam ayat berikut ini: (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Qs. Al-Hajj [22]: 41) C. Menjaga Pemerintahan dalam Koridor Kontrak Amanah Agenda ketiga adalah mengawasi berjalannya pemerintahan. Kekuasaan dalam Islam bersifat kontrak. Bila penguasa sudah tidak amanah, maka kontrak bisa dicabut. Islam tidak mengajarkan kekuasaan karena darah keturunan atau kekuatan mistik, dari gunung, wangsit atau klaim dari Tuhan. Tapi kekuasaan dalam Islam bersifat pelayanan dan kepercayaan (khidmah wal amanah). Bila sudah tidak dipercaya maka kekuasaan bisa dicabut. Namun demikian, kekuasaan adalah godaan. Ibnu Qoyyim menyebutnya sebagai syahwat terbesar dan tertinggi di atas syahwat yang lainnya, karena ketika kekuasaan sudah didapat, maka seluruh syahwat akan lebih mudah disalurkan. Karena itu menjaga dan mengawasi pemerintahan agar berjalan pada koridor amanahnya merupakan tugas yang wajib dilakukan oleh KAMMI. Sebab lain adalah karena kekuasaan negara merupakan incaran berbagai pihak berkepentingan dari skala kecil hingga skala korporasi global. Tren Kader Kammi Dalam Kinerja Politik Peradaban ------------------------------------- Di samping agenda-agenda yang sudah disebutkan di atas, berikut ini adalah tren gerakan KAMMI yang perlu menjadi prioritas dalam rangka membangun budaya gerakan agar menjadi tradisi personal kadernya. A. Tren Kader KAMMI Berbasis Riset Kader KAMMI harus membiasakan diri melakukan riset. Kunci pertama riset adalah membaca secara mendalam dan terjun ke lapangan mendalami persoalan hingga tuntas. Kunci kedua adalah merekam jejak riset itu secara tertulis dalam database. Lalu, kunci ketiga adalah interpretasi data secara kritis- objektif dan terkadang intuitif. Di sini membaca, terjun ke lapangan, dan menganalisa harus menjadi budaya kader. B. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetensi Secara personal, kader KAMMI harus bisa mempertanggungjawabkan spesialisasinya di publik. Kader KAMMI harus dikenal sebagai pakar di bidangnya, sekalipun ia masih kuliah atau sudah alumni. Dan kader KAMMI harus up- date dengan kebijakan pemerintah dan tren global yang terkait dengan bidangnya. Secara organisasional, kader KAMMI harus mengambil inisiatif membangun aliansi dengan masyarakat berbasis kompetensi/kelompok epistemic dalam rangka mendalami kompetensinya dan menyalurkan bakatnya, bahkan mengadvokasi sesuai kapasitas kepakarannya. C. Tren Kader KAMMI Berbasis Entrepreneur Secara personal, kader KAMMI harus memiliki usaha baik sebagai sumber ma’isyahnya maupun sebagai pendapatan tambahan. Usaha yang dibangun sebaiknya dijalankan secara team work, mendayagunakan tenaga/modal orang lain. Hal ini melatih kapasitas kepemimpinan kader, mengasah intuisi, mengelola konflik, dan lain-lain. Hal ini semua diawali dengan membangun mental dan wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur berarti menjadikan diri kader sebagai orang yang visioner, mandiri, bertanggung jawab, siap
  • 11. menghadapi resiko, mampu bekerja sama, cepat mengambil peluang, kreatif menciptakan program dan inovatif memberikan solusi. 1. Negara saat ini tengah di persimpangan sejarah. Bergerak tanpa narasi besar di tengah arus besar peralihan peradaban dunia. Kehilangan narasi besar ini menjadi pertanyaan mendasar, mau dibawa ke mana Indonesia tercinta ini? Di situasi seperti ini dibutuhkan anak-anak muda yang berani mengajukan narasi gerakannya sebagai stimulus bagi kemunculan situasi baru. 2. Gerakan mahasiswa mengalami kehilangan orientasi ketika tarikan elit begitu kuat, alih-alih menjaga kesejatiannya sebagai gerakan intelektual, malah terjebak menjadi gerakan partisan. Gerakan mahasiswa semakin minim melakukan kajian politik, karena itu lebih banyak terjebak menjadi permainan politik. 3. Situasi ini harus segera dipulihkan agar gerakan mahasiswa yang notabene adalah manusia berusia produktif dapat berperan jauh lebih besar ketimbang dalam politik pragmatis. Trend Gerakan Riset dan Kompetensi harus segera dimassifkan di kalangan aktivis mahasiswa, terutama kader KAMMI. 4. Trend gerakan riset dan kompetensi ini pada hakikatnya adalah trend yang menyatukan elemen-elemen bangsa di aras pengetahuan. Karena perbedaan selalu dapat diselesaikan dalam titik temu pengetahuan. 5. Gairah trend gerakan riset dan kompetensi juga akan menjadi progresif dengan membuka jaringan internasional di bidang riset dan pengembangan kapasitas pengalaman kader di kancah internasional. Kemajuan bangsa-bangsa karena mereka bertumpu pada kualitas Brain Drain Circulation (sirkulasi orang-orang cerdas di dunia). 6. India telah memulai sejarah reserve brain drain (menarik orang-orang cerdasnya di luar negeri) yang sebelumnya India lebih banyak mengekspor orang-orang cerdas ke luar negeri yang kemudian berdampak pada keterpurukan negaranya. Namun kini, ketika infrastruktur negaranya sudah disiapkan, dan orang-orang cerdas itu ditarik ke dalam negeri, India semakin melesat ke level global dengan sangat kompetitif. Indonesia perlu mencontoh hal ini. Yang perlu dicontoh adalah memberikan pengalaman internasional pada kaum muda cerdas untuk belajar dan berkiprah di luar negeri dan segera menariknya untuk membangun bangsanya sendiri. 7. Jadi, gerakan berbasis riset dan berbasis kompetensi adalah dua hal yang urgen untuk dimulai, terlebih bila ke depan Perguruan Tinggi kita dorong untuk berada di bawah Menristek tidak di bawah Mendiknas, agar Perguruan Tinggi kita berlevel kampus riset yang memiliki daya saing global, sebagaimana di Malaysia dan Jerman. Visi pendidikan harus segera diubah, tidak terjebak pada menyiapkan tenaga kerja global (global employee), melainkan menyiapkan para pemimpin global berbasis kompetensi (the global future leaders base on talent). 8. Di antara bentuk praktis dari gerakan berbasis riset dan gerakan berbasis kompetensi adalah diperbanyaknya penyelenggaraan workshop ilmiah nasional antar kader kampus sesuai kompetensi jurusannya. Ke depannya kader hasil workshop ini dirancang sebagai think thanker gerakan KAMMI yang dapat menyoroti kebijakan publik serta mendorong alternatif baru kebijakan pemerintah yang lebih progresif dan ilmiah. 9. Bentuk praktis lain adalah pemberangkatan kader-kader unggul sesuai kompetensinya ke luar negeri dalam paket program short course (kursus singkat), student exchange (pertukaran mahasiswa), bahkan melanjutkan studi postgraduate, dipilih dari kader level AB3 dengan minimal IPK 3, komitmen berorganisasi, dan komitmen tarbiyah yang bagus. Bidang-bidang yang dikembangkan mencakup berbagai bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan bangsa ke depan dan kecenderungan umum kader, semisal bidang ekonomi Islam, energi, teknologi, ekonomi dan bisnis, otonomi daerah, hingga politik hubungan internasional, kafa’ah syar’i, dan lain-lain. 10. Gerakan mahasiswa berbasis riset dan kompetensi mendekatkan gerakan KAMMI pada kelompok epistemik, kalangan akademisi, pengambil kebijakan negara, kelompok masyarakat, dan kalangan gerakan Islam itu sendiri. Integrasi kelompok pemikir strategi ini
  • 12. akan memperkokoh negara. Karena keputusan damai atau perang bagi sebuah negara, tidak bisa diputuskan dengan ceramah yang berkobar-kobar, melainkan ia merupakan hasil ijtihad dari kalangan ulama, akademisi, intelektual, dan kelompok strategis lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi validitas pengambilan keputusan negara. 11. Kepemimpinan entrepreneur menjadikan idealisme menjadi lebih nyata. Politik nilai bertemu dengan kenyataan bila ditopang dengan mentalitas interpreneur yang menekankan kemandirian, kepeloporan, integritas, kepercayaan, kepemimpinan, ketegasan, tanggung jawab, kerja sama, kemauan yang keras, cepat belajar, cepat membaca peluang dan cepat bertindak, serta gairah progresif pada perluasan kebermanfaatan pada masyarakat banyak. 12. Tren gerakan mahasiswa yang hanya bertopang pada aspek politik saja akan tergeser oleh tren mahasiswa atau kaula muda yang kini telah banyak mewarnai di dunia entrepreneur muda, baik di dalam maupun di luar negeri. Ini adalah kenyataan. Apalagi bila kita melihat mahasiswa-mahasiswa Indonesia di luar negeri yang tidak sekedar studi, tapi mengembangkan jaringan bisnis dan investasi ketika pulang ke dalam negeri semua jaringan dan asetnya akan turut tertarik masuk ke dalam negeri juga. Dan karenanya mereka berpotensi menjadi pemimpin bangsa di masa kini dan masa depan. D. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetitor Penting kiranya kader KAMMI memiliki kompetitor, agar pergerakannya dinamis dan pada titik-titik tertentu mencapai titik-titik dan ruang-ruang sinergis dengan pihak-pihak yang diperlukan. Medan Kompetsisi KAMMI 1. Dirinya Medan kompetisi pertama bagi kader adalah dirinya sendiri. Kader harus bisa memecahkan mitos ketidakmungkinan. Mungkinkah dirinya sukses sebagai mahasiswa sekaligus sebagai pemimpin pergerakan? Mungkinkah kader di usia 20-an bisa sukses bersamaan di bidang kompetensi akademiknya, sekaligus sukses dalam aktivitas pergerakannya, dan mandiri secara finansial? Banyak mahasiswa yang merasa tidak mungkin, tapi bagi kader KAMMI ketidakmungkinan ini hanyalah mitos. Kader KAMMI harus menjadi teladan, menjadi mahasiswa tercepat lulus sarjana dan pascasarjananya dengan nilai minimal memuaskan (IPK minimal 3,0), pada saat yang sama ia sukses mengemban amanah pergerakan di mana pun ia diamanahkan baik sebagai kaderisasi, kebijakan strategis, humas, sosmas, bahkan sebagai pemimpin pergerakannya, dan ia pun sukses untuk tidak bergantung pada bantuan bulanan orang tuanya, ia punya bisnis sendiri yang menjadikannya memiliki mental setara dengan para stakeholder. Dirinya adalah medan pertarungan pertama. Masa mudanya yang penuh godaan adalah tantangan tersendiri. Kader KAMMI harus bisa melaluinya dengan sukses. Kader KAMMI harus menjadi teladan. Kuncinya adalah mempersepsi dirinya sebagai teladan terbaik, menyetting dirinya dengan setting mental pemimpin, dan bergerak dengan perencanaan yang matang dan tertulis. 2. Kampus Kampus merupakan medan kompetisi kedua bagi kader KAMMI setelah dirinya. Kampus adalah ruang terbuka dan miniatur negara pertama bagi gerakan mahasiswa untuk berkiprah di publik. Dari kampuslah keluar berbagai kebijakan yang sedikit banyak berpengaruh pada kehidupan sivitas akademika. Di kampus juga bermunculan berbagai dialektika pemikiran. Di kampus juga berkembang berbagai aliran dan kelompok. Di kampus juga dilakukan berbagai penelitian dan uji coba empiris dalam berbagai hal yang akan dikembangkan oleh perusahaan dan pemerintahan. Kampus menjadi alat legitimasi ilmiah bagi kebijakan-kebijakan pemerintah. Atas dasar itu kampus menjadi medan kompetisi strategis bagi mahasiswa wabil khusus kader KAMM untuk mengasah bibit kepemimpinannya. Kader KAMMI di kampus harus menjadi pemimpin, teladan, sekaligus organ dan individu yang berpengaruh. Pemimpin, teladan, organ maupun individu berpengaruh bisa jadi di level kelasnya, jurusannya, fakultasnya, kampus itu sendiri, ataupun bahkan antar kampus. Dalam hal
  • 13. ini kader KAMMI harus memiliki perencanaan diri kapan memimpin kelas, jurusan, fakultas, kampus, dan aliansi antar kampus. Setelah itu kuncinya adalah intuisi kepemimpinan. 3. Negara Negara merupakan medan ketiga setelah dirinya dan kampusnya. Bahkan sebagian kampus sendiri adalah bagian dari negara. Negara ini merupakan organisasi terbesar di dalam sebuah bangsa. Di dalamnya lengkap berbagai alat pemerintahan, militer, dan media di berbagai tingkatannya, baik level local maupun nasional. Berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat hidup orang banyak keluar dari negara, karena memang tugas negara melakukan pengaturan. Namun demikian kunci-kunci pengaturan negara tidak begitu terbuka hatta dalam system demokrasi liberal. Sebab pengambilan keputusan hanya dilakukan oleh segelintir orang dengan berbagai pengaruh yang dimilikinya dan kekuatan-kekuatan berpengaruh yang mempengaruhinya. Tidak ada satu kekuatan dunia yang abai terhadap pentingnya posisi negara. Mereka yang berkepentingan akan memantau jalannya negara sesuai kepentingannya. Maka dalam berbagai bentuk negara baik demokrasi maupun monarki tidak ada yang netral. Power tends to corrupt. Karena itu negara patut diawasi. Dan pihak-pihak yang berkepentingan agar masa kini dan masa depan negara dalam keadaan baik, harus terlibat dalam menyukseskan terselenggaranya kebijakan negara yang positif dan pro rakyat. Kuncinya adalah kritis terhadap apapun yang dilakukan oleh negara. Gerakan mahasiswa harus berkolaborasi dengan berbagai elemen yang memiliki satu tujuan kebaikan bangsanya. Kolaborasi ini bersifat aliansi strategis dan taktis, bahkan boleh jadi bersifat aliansi ideologis. Kajian strategis harus dilakukan secara intensif dan massif, demikian pula networking dan manuver politik dan media penting dilakukan dalam rangka berkontribusi dan membangun keseimbangan bernegara. 4. Korporasi Global/Globalisasi Di atas negara terdapat kekuatan global yang disebut korporasi global. Korporasi global ini bisa berbentuk perusahaan industri global, yang hadir mewarnai kehidupan manusia bisa berbentuk makanan, obat-obatan, pakaian, dan kesenangan hidup, dari musik, film, hingga berbagai hiburan kehidupan. Produk akhirnya berupa life style (gaya hidup). Bahkan di antara korporasi global terdapat korporasi khusus yang memproduksi senjata, dari senjata ringan hingga senjata pemusnah massal. Persaingan antar korporasi global bisa berakibat fatal bagi kehidupan sebuah negara. Bahkan kerap kali perundang-undangan kita adalah produk dari hasil titipan korporasi asing untuk memuluskan kepentingannya menghegemoni negara. Di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, sesungguhnya yang mengendalikan negara adalah korporasi. Di sini nasib negara ditentukan oleh hasil negosiasi transaksional antara negara dan korporasi global. Korporasi ini adalah elemen imperialisme gaya baru. Karena itu elemen korporasi global merupakan medan kompetisi gerakan mahasiswa yang perlu diperhitungkan. Dalam level global ini, kader KAMMI harus kritis terhadap sepak terjang berbagai korporasi besar. Pada saat yang sama kader juga harus bisa membangun aliansi global—berbasis pemuda (base on youth), sebab perjuangan bersifat jangka panjang. Mental yang terlebih dahulu dibangun adalah mental penaklukan. Mental kompetitif agar daya saing bangsa pun terbangun karena para pemudanya memiliki daya saing yang bagus. E. Tren Kader KAMMI Berbasis Sinergi Bagaimanapun, gerakan akan besar bila ditopang dengan jaringan (network) dan kerjasama (partnership) yang luas. Karena itu tren gerakan yang harus dibangun KAMMI yang kelima adalah tren gerakan berbasis sinergi. Banyak lembaga yang memiliki peran besar dalam melakukan perubahan. Begitu pula banyak tokoh masyarakat yang memiliki integritas dan sumber daya strategis telah melakukan kontribusi dalam perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. KAMMI akan berkembang progresif bila dapat membangun sinergi dengan berbagai pihak internal dan eksternal. Kuncinya adalah mempertemukan kesamaan, baik kesamaan ideologis, kesamaan strategis, maupun kesamaan kepentingan. Sinergi ini akan lebih maju bila berangkat dari rencana pengembangan kapasitas internal gerakan. Gerakan akan menjadi lebih terukur dalam mengelola berbagai program sinergi. Demikian penjelasan singkat gagasan meretas politik peradaban KAMMI (thoriqatusy-syabab lisiyasatul hadhariyah). Mari beramal nyata! []
  • 14.
  • 15. Diskusi KAMMI: "Imam al-Ghazali Melakukan Pembangkangan Sipil” oleh Amin Sudarsono Ketua Departemen Kajian Strategis PP KAMMI Bertempat di Markas KAMMI Pusat, Jl Gugus Depan Matraman Jakarta Timur Rabu, 31 Maret 2010 Narasumber : Asep Sobari, Lc. Notulensi : Amin Sudarsono Peserta : Rijalul Imam, Deny Priyatno, Maukuf, Joko Wardoyo, Yudi Hermawan, Inggar Saputra, Syamsul, Erwin, Vina Nisrina, Sari Kurnia Nur Fath, Yumroni, Kamaludin, Ramli al-Banna. Rijalul Imam: Hamdalah, sholawat. Sebelumnya, terimakasih ustadz telah bersedia hadir pada diskusi rutin kita tentang politik dan peradaban. Kami biasa menyebut Halaqah Reboan. Untuk mengawali, tema yang kita angkat sekarang ada korelasi dengan isu yang hangat. Pertama Century, ternyata ada masalah pengambilan kebijakan, yaitu kebijakan yang neolib. Indonesia dijarah luar biasa. Problem pertama peradaban, di tengah Amerika turun, kita ingin peradaban alternatif yang harus menang di muka bumi, yaitu Islam. Buku Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib ada korelasi, yaitu kekuatan yang menginvasi Palestina adalah kekuatan Barat, Romawi. Pada saat yang sama, internal Islam rusak, kesenjangan terlalu luas. Identifikasi persoalannya ternyata sama dengan kondisi saat ini. Menarik membaca terjemahan ustadz, ternyata Shalahuddin berhasil memenangkan perang global dengan satu konstruk sejarah yang luar biasa. Bukan karena Shalahuddin secara individu yang merebut Palestina, tapi kerja besar generasi. Saat membaca aslinya ternyata lebih obsesif judul aslinya, membuat kita sedih dan meratap. “Beginilah cara generasi Shalahuddin merebut al- Quds,” ini bahasa saya. Dalam konteks aktivis sangat bersemangat. Karena problem kita sama, Palestina masih dikuasai Zionisme. Ternyata kami juga melihat formula penulisan sejarah di buku ini yang dahsyat. Saya dan Amin berasal dari jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan Kalijaga, merasa mendapatkan satu konstruk metodologi sejarah yang jarang digunakan di IAIN, karena di IAIN metodenya liberal. Pembacaan perubahan sosial secara sekuler, nggak usah bicara hati dalam sejarah. Di buku ini, ada keikhlasan ketemu penyiapan generasi. Pertemuan masyarakat yang luar biasa. Spirit yang kita bangun dari diskusi ini adalah bagaimana cara membangun konstruk peradaban di Indonesia. Karena kita sudah merdeka, ternyata faktanya tidak merdeka, kita belum merdeka. Umat Islam masih merasa di luar struktur negara. Rata- rata tema pergerakan Islam di luar masalah negara. Padahal mestinya lebih memimpin. Konstruk ini yang hendak kami bangun. Di sini, kira-kira wacana apa yang harus kita gagas? Kini, seolah yang berhak mengelola negara hanya kaum nasionalis. Itu konteks indonesia. Sementara internasional, braindrain internasional. Jadi ketika bicara Palestina tidak sekedar berwacana, tapi menyediakan gerakan utuh. Jangan hanya khilafah dalam spanduk, tapi bikin gerakan yang nyata. Tapi itu lebih tertata kalau membaca konstruk sejarahnya. Sebetulnya, ini diskusi yang sudah lama, kami sudah meminta sejak 2009. Saya ingat ketika ada yang meminta diskusi buku ini. Silakan dimulai. Ustadz Asep Sobari, Lc: Hamdalah dan sholawat. Saya ucapkan jazakallah khair atas kesempatan berbagi diskusi terbatas, agak lama baru terealisasi. Pertama, saya optimis buku ini sudah dibaca. Ketika kita sudah bicara bisa langsung ke masalah yang bisa ditarik sisi kongkretnya. Beberapa kali saya membedah buku ini—tidak terlalu tebal tapi banyak persoalan yang diungkap, sangat luas. Kita dipaparkan pada satu model dalam sejarah, bahwa umat Islam itu pada dasarnya, dalam arti normatif benar-benar mendapat jaminan dari Allah sebagai umat yang paling tinggi. Ternyata implementasi keIslaman tiap zaman menjadi berbeda. Tapi di sisi lain, Allah dan Rasul-Nya memberikan satu jalan yang jelas bagi umat Islam untuk menemukan jalan keluar dari bersoalan umat yang sifatnya besar. Misalnya konsep pembaruan, tajdid, juga diberikan semacam yang lebih spesifik lagi, yang menurut saya tidak terbatas ruang waktu, yaitu konsep at-thaifah al-manshurah. Ini konsep dan bukan hanya identitas sebuah kelompok. Meski secara bahasa, artinya “golongan yang diselamatkan.” Sebetulnya itu sebuah konsep. Konsep yang memberi jalan agar Islam kembali kepada
  • 16. keunggulannya. Dan tajdid tidak terlepas dari thaifah ini. Dalam hadits dijelaskan, tidak ada pembaharuan kecuali dalam satu kurun. Di sini, ‘kurun’ tidak pasti dalam satu waktu tertentu, Qardhawi mengartikan generasi, ada juga 40 tahun. Intinya ini terjadi dalam jeda waktu yang cukup panjang. Nah, dalam jeda itu apa yang bisa diteropong umat Islam. Dari satu tajdid ke yang lain. Itu la tazal, akan selalu. Mereka selalu ditolong, menang karena kebenaran. Para sahabat pun mengkaji masalah ini. Jadi, yang penting, bukan Anda berada dalam kelompok siapa atau bersama siapa, tapi kamu sendirian. Jadi sebenarnya kalau dalam titik nadir juga ada. Buku ini memaparkan sebuah model yang pernah ada dalam sejarah. Islam pernah terpuruk bahkan jauh lebih dalam dari Bani Umayyah. Itu menunjukkan secara mendasar umat sangat sehat pada masa Umar bin Abdul Aziz. Karena dalam waktu dua tahun, ada perubahan yang mendasar, setelah dari penguasa sebelumnya. Di grass root umat Islam sangat sehat, sampai zakat tak ada yang bisa menerima. Meski ada juga persoalan di tingkat elite. Saat itu ada masyarakat dari unsur sahabat—yang tersisa sedikit—dan kalangan tabi’in. Secara umum mereka tidak ada masalah. Tapi berbeda dengan periode Shalahuddin. Kurang lebih 400 tahun sesudah itu, pembuktian kurun kehancuran umat Islam terlihat sekali dalam kekalahan di berbagai lini. Pemberontakan Buwaihiyyah yang berorinetasi Syiah Ismailiyyah, juga dinasti Fathimiyyah di Mesir. Yang kondisi ini menguatkan Eropa, yang masuk ke Palestina, saat itulah umat Islam betul- betul rapuh. Jadi itu adalah momentum pembuktian saja. Konsepsi umat benar-benar rapuh. Kalau melihat cerita tentang perang salib di fase ini mengerikan, bagaimana pembantaian mengerikan, dalam satu hari bisa ratusan ribu dibantai. TANPA ADA PERLAWANAN! Ada pidato dan orasi, tapi mengapa ini tidak membangkitkan umat? Munasharah dimana-mana, tapi umat tidak bangkit. Pertanyaannya kenapa? Butuh waktu 60-an tahun untuk melahirkan generasi. Dibatasi daerah Syam, kemudian muncul kekuatan yang bisa menghancurkan Dinasti Fathimiyyah— yang pengaruhnya sampai Baghdad. Padahal mereka punya sayap militer. Mereka bekerjasama dengan Hasyasyin—yang kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi assassin (pembunuh bayaran). Kemudian, sayap militer Qaramithah, ada sayap intelektual Ikhwanus Shafa. Bahkan sampai bisa mengosongkan khilafah dalam satu tahun. Dinasti ini hancur, bukan hanya politik atau kekuasaan. Bahkan masyarakat yang orientasinya Syi’i kembali ke Sunni, ini ada penyehatan yang luar biasa. Serangan ini menghasilkan kekuatan baru di segala bidang—terutama intelektual. Ini fase sejarah yang penting. Bagaimana itu lahir? Pertanyaan besar, bagaimana Shalahudin bisa menang? Selama ini Shalahuddin dipotong sejarahnya, hanya mengembalikan Palestina. Seakan yang dominan disitu adalah kembalinya kebangkitan Islam dengan kepemimpinan Shalahuddin. Tapi, dia lahir dari mana, dalam kondisi apa, atau itu adalah mu’jizat? Itu persoalan besar. Kalau kita memotong fase sejarah, sejarah Shalahuddin tidak akan terulang. Tapi kalau kita lihat sebelum dan sesudahnya, tampak thaifah manshurah. Ini dari konsep besar dan itu bisa diteropong sampai sepanjang massa. Yang penting, Abbasiyah sebagai khilafah itu ada. Tapi, di masa itu pula pasukan salib. Terlepas dari masa khilafah ada, generasi Shalahuddin itu lahir. Artinya yang melahirkan Shalahuddin bukanlah khilafahnya, tapi dia lahir dalam konteks. Shalahudin adalah juru bicara dari generasi yang sudah siap. Kalau bukan Shalahuddin, maka tetap akan ada jubir yang lain. Itu disiapkan generasi sebelumnya yang menyadari kerapuhan, lalu mendiagnosa, terapi dan melahirkan satu generasi. Meskipun mereka tidak merasakan buah dan jerih payah mereka sekian puluh tahun. Itu cakupan besar buku ini. Buku ini membahas fase-fase yang menurut saya komprehensif yaitu melihat sejarah sebagai sebuah keutuhan, bukan penggalan-penggalan. Jadi, kajiannya bukan model lain dari yang sudah ada. Ini bukan hanya buku sejarah, tetapi FIKIH SEJARAH. Dia memahamkan kepada kita rangkaian-rangkaian peristiwa. Fokus utamanya adalah muslim bisa merebut Palestina. Tapi itu hanya penggalan. Banyak buku yang membahas itu, tapi tidak dalam konteks. Biasanya Shalahuddin jadi aktor tunggal. Di buku ini, cerita Shalahuddin menang kok bisa ya? Apa yang terjadi di umat Islam selama 80 tahun sebelum kemenangan itu. Masa ketika kalah dengan mudah, dan ketika menang sangat heroik, tidak bisa dibendung Kristen. Apa yang terjadi selama 80 tahun? Buku ini tidak bicara banyak Shalahuddin, lebih banyak bicara umat dibangun lagi, satu tren— bukan hanya satu kelompok orang—arus pergerakan yang dipelopori para ulama yang tahu persis dan mengalami sejarah waktu itu karena keterpurukan.
  • 17. Mereka membangkitkan semangat umat Islam. Saat munasharah gagal, khilafah tidak eksis. Khilafah tidak langsung menyelesaikan persoalan. Umat Islam berkali-kali terpuruk pada saat khilafah masih ada. Di luar itu justru yang terbangun. Bahkan cenderung melakukan perlawanan sipil yang sangat kuat sekali. Tapi bukan berarti melawan itu semua tidak diterima. Mereka punya prinsip yang jelas saat melakukan kebangkitan. Pemerintah tidak tanggung-tanggung untuk dilawan. Nah, arus ini sangat kuat. Sulit menunjuk satu aktor tunggal. Cuma, fakta sejarah belum menggambarkan itu. Kalau baca sejarah klasik, yang kita dapati hanyalah kronologi. Tapi, kaitan satu sama lain tidak dijelaskan, melalui buku ini coba dijelaskan, buku ini fikih sejarah. Itu harus dikembangkan. Karena peradaban itu, lebih 1/3 al- Quran adalah kisah. Dan rasul dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah, tidak lepas dari arahan sejarah. Sebelumnya, rasul dipaparkan kisah Nabi Musa secara gamblang. Bagaimana gambaran kaau sudah masuk fase konfrontasi. Dalam al-Quran itu jelas, memberi satu gambaran tentang sunnatullah dalam hubungan manusia dengan setiap kejadian yang terjadi –pada masa itu. Sikap mereka menghasilkan apa dan bagaimana. Ini yang penting bagi rasul untuk merekonstruksi umat sebagai kelanjutan nabi terdahulu. Juga memberi gambaran pada beliau agar menjadi visioner. Misalnya saat Perang Khandak, yang sudah hampir kalah—10.000 pasukan mengepung kota kecil. Tiba-tiba Rasul katakan, Romawi akan takluk, Persia akan takluk. Itu bukan sekedar persoalan ilham, tapi ada indikator—sunnatullah— bahwa Quraisy sudah begitu lemah, jadi tanpa kekuatan sendiri tidak bisa menyerang Madinah. Sehingga musuh mempertimbangkan dengan kekuatan sebelumnya. Lihatkah pada Hudaibiyah, Rasul menerima semua kesepakatan. Dianggap merendahkan oleh para sahabat, tapi Rasul tidak. Menurut Rasul, Quraisy mau tunduk bersepakat damai dengan Madinah itu sudah merupakan sebuah kekalahan. Dan bisa dilihat Makkah sudah lemah. Fathan mubnina itu bukan Makkah, tapi Hudaibiyyah, yang mengantarkan Islam ke kancah internasional. Rasul pandangannya jauh. Sebenarnya, itulah pentingnya sejarah. Mencoba rekonstruksi kejadian yang tampaknya tidak terkait menjadi terkait. Umat Islam saat dihabisi pasukan Salib, seiring betul dengan lemahnya internal pada abad 4-5 hijriah. Memang ada pada tahun sebelumnya dan itu semakin menurun. Bahwa kerapuhan internal yang membuat umat Islam begitu mudah jatuh, terbukti Palestina. Bukan karena semata kekuatan musuh dari luar, tapi lebih pada kelemahan internal. Itu yang membuat perimbangan dengan luar. Kita secara internal terus turun dan menjadi lemah. Ini diterjemahkan sebagai fase. Katakanlah, Mongol begitu hebat sehingga Baghdad hancur. Bukan begitu! sebetulnya umat Islam Baghdad sudah lemah. Mongol bisa masuk ke Syiria dan Mesir dan mereka kalah. Jadi kekuatan umat ada di internalnya pertama kali dan ini yang membuat saya berfikir bahwa konspirasi selalu menentukan akhir perjuangan kita. Dan kita menjadi ahistoris. Sejak umat dibangun selalu ada konspirasi. Kenapa bisa menang, karena internal menang. Nah, ketika yang terjadi di Baghdad dahulu, atau Palestina sekarang, di sini dipaparkan bagaimana keterpurukan sosial, politik. Yang harus digarisbawahi, itu hanyalah gejala, ada masalah yang lebih mendasar—apa itu? Itu yang jarang dalam kajian strategis. Yaitu pemikiran, nilai, keilmuan dan keulamaan. Karena apa? Pertama, ulama dalah warastatul ambiya. Titik Islam adalah nubuwat, karena ada wahyu dan implementasi. Itulah yang melahirkan peradaban. Bagaimana Khulafaur Rasyidin, mereka memiliki kekuatan legal dan otoritatif ’alaikum bisunnati wa sunnatil khulafaur rasyidin. Itu yang paling ideal 30 tahun dan harus menginspirasi. Dengan segala kondisinya, umat sejahtera sampai ada konflik antar sahabat, itu tetap masa ideal. Konfliknya tidak ideal, tapi bagaimana menyikapi konflik, itu yang ideal. Bagaimana para sahabat menghadapi hak yang sensitif dan krusial. Itu penting. Nah, ketika ulama dikatakan sebagai pewaris, sebenarnya misi keulamaanlah yang menjadi susbtansi perjuangan umat Islam untuk betul-betul mempertahankan dan membangkitkan kembali kondisi umat. Nah, misi keulamaan itulah yang mencakup pemikiran, nilai dan pendidikan. Itu yang menjadi sorotan terbesar dari buku ini. Pemaparan lebih banyak diwarnai Imam al-Ghazali dalam hal ini. Imam al-Ghazali mewakili ulama saat itu yang membaca kenapa umat rapuh, buktinya umat Islam begitu rapuh. Imam al-Ghazali butuh 10 tahun untuk membaca sejarah ini, dan buktinya jelas, ada penyimpangan luar biasa. Kata ulama tolong jangan diartikan sebagai ’ustadz masa kini’, tapi lebih luas.
  • 18. Ulama menyimpang dari risalahnya yaitu amar makruf nahi mungkar, padahal itu substansi umat. Ukhrijat linas, Allah memberi kemuliaan pada umat. Kuntum generasi awal Islam, ini bukan hanya awal. Kuntum khaira umat, itu sesudah. Tidak akan seluruh generasi itu menjadi mulia, karena ada syarat. Harus amar makruf dan iman. Sayyid Qutb kasih catatan, iman kenapa dimasukkan, karena amar makruf harus melalui sudut pandang yang jelas yaitu iman. Karena baik buruk di mata orang itu berbeda-beda. Itu kalau diserahkan pada manusia, tapi kalau iman ada standar sendiri mana baik mana buruk. Amar makruf nahi mungkar sesuai sebenar- benarnya. Yang mungkar sudah dieliminasi oleh generasi awal Islam. Maka mereka mulia. Misi para ulama itu memberi penjelasan mana baik mana buruk dan ini akan menjadi corak kebijakan sosial politik, nah yang hilang di masa itu. Ulama sudah tren umum sudah rusak. Maka ada ulama dunia dan akhirat, ada yang terbungkus materi. Ada pengakuan, setelah Bani Saljuk naik, ulama diangkat oleh penguasa. Awalnya baik tapi akhirnya berujung pada tragis. Ulama melihat posisi mereka di pemerintahan awalnya wasilah (jalan), kemudian menjadi ghayah (tujuan). Saat itu, mulai hilangnya ulama saleh, yang memberikan pandangan dan penjelasan dalam fenomena kehidupan. Pemerintah mengambil kebijakan tanpa pandangan ulama, politik dan ekonomi rusak. Ini yang menjadi titik persoalan. Imam al-Ghazali akhirnya memutuskan menjadi tabib, dia bukan satu-satunya contoh—tapi memang sangat sulit mencari arus pergerakan masa itu. Imam al-Ghazali memberi pengaruh sangat penting. Nah gejala-gejala tadi, yaitu kiblat pada politik dan fanatisme madzhab sangat bahaya. Madzhab itu menjadi pengkotakan, identitas sosial, padahal pada awalnya bukan begitu. Tapi fungsinya madrasah pemikiran yang masing-masing punya pendekatan metologi, untuk menyelesaikan persoalan yang tidak ada keterangan langsung dari al-Quran dan Sunnah. Pendekatan itu dilakukan para ulama, mereka satu sama lain, posisinya metodologi perbedaan itu bisa dimaklumi asal dalam kerangka keislaman. Jadi bukan sama sekali identitas sosial, tapi karena lama-kelamaan menjadi penunjang popularitas seseorang atau mencapai jabatan. Misalnya saat itu ada pejabat yang Hambali, semua ikut Hambali, yang lain dipersulit. Masing-masing antara ulama itu lalu bersaing untuk jabatan dan kehormatan. Itu dikritik luar biasa dalam Ihya Ulumudin. Imam al-Ghazali itu dulu rektor universitas terelit di Nidzamiyyah, sangat penting kebijakannya menentukan. Imam al-Ghazali lalu menyelesaikan itu, pertama membentuk tren pendidikan baru— karena memang awal masalah adalah keulamaan. Ishlah Imam al-Ghazali tahap kedua, yang pertama melalui Bani Saljuk. Jadi dua ishlah model pertama jalur politik melalui Bani Saljuk—lahirnya Nidzamiyyah—tapi itu kerangka politik. Dia tidak sendiri dalam struktur politik. Sehingga ketika terjadi benturan di atas, yang jadi korban adalah pendidikan itu, universitas itu. Ulama yang awalnya ditujukan untik ishlah, akhirnya menjadi tujuan. Akhirnya Imam al-Ghazali keluar, padahal Nidzamiyyah masih hebat. Imam al-Ghazali bikin madrasah sendiri, pendidikan sendiri, revolusi pendidikan untuk melahirkan generasi yang baru membawa risalah amar makruf. Yang dibahas adalah terminologi konseptual, sederhana dan lazim tapi substansinya mendasar. Misalnya membahas sabar, konseptual, dan itu diajarkan Imam al-Ghazali pada muridnya. Polanya ada madrasah—untuk keilmuan rasional intelektual. Ribath—asrama didik sebagai miniatur masyarakat untuk mengimplementasikan nilai yang dipelajari di madrasah. Lahirnya generasi Syaikh Abdul Qadir Jailani dan kawan-kawan, mempengaruhi umat Islam dan sampai saat ini. Akhirnya melahirkan pemerintahan sendiri, sultan. Perlu diketahui saat itu khalifah satu tapi simbol. Tapi para sultan yang dibawah khilafah, mereka otonom sekali. Ada satu sultan di Syam dipimpin Imadudin Zanki—ayah Nuruddin Zanki— paling banyak mengadopsi ishlah ini. Ini terwujud benar. Perlawanan terhadap Palestina yang dikuasasi Kristen sudah dimulai. Ini indikator, perlawanan yang dilakukan Nuruddin Zanki, pasukan salib kedodoran. Menunjukkan umat Islam sudah mulai sehat. Karena ada proses penyehatan mulai dari proses pendidikan. Ishlah sebetulnya tidak terlalu tepat diartikan reformasi. Jadi gambarannya dalam buku ini, sebelum kebangkitan militer—yang biasanya jadi sorotan. Kesehatan pemerintahan Nuruddin Zanki dari kesehatan ekonomi, sosial, kesenjangan diminimalisir. Bahkan orang asing yang datang, dari manapun datang bisa dengan nyaman mendapat penginapan gratis, ganti kendaraan gratis. Sehat betul. Dan itu tidak terjadi di belahan dunia yang lain. Itu di masa Syaikh Abdul Qadir Jailani, itu kesultanan. Ibaratnya gubernuran. Setiap sultan menyebut khalifah pada shalat Jumat itu cukup,
  • 19. yang lain itu urusan sendiri. Ada kisah tentang kehidupan pribadi Nuruddin Zanki, di masa itu dia butuh dana besar untuk perang. Dia butuh pajak, reformasi pajak kuat. Dalam ishlah, devisa negara terbatas, bahkan di saat kejayaan Islam masa Utsman—devisa terbatas—hanya dari zakat, ghanimah—yang hanya 20 %, jizyah sangat sedikit dari lelaki produktif saja. Kemudian kharaj lahan negara yang dikelola rakyat, ushur—semacam pajak perdagangan impor ekspor bea cukai. Di luar itu tidak ada. Orang mendirikan bangunan, PPn, PPh, orang jualan apapun, tidak dikenakan apa pun. Mereka hanya bayar 10 % saat masuk pertama selama setahun. Selama di pasar, muslim tidak ada pajak apapun. Pasar dibangun negara, bisa mengambil kios, tapi tidak permanen. Itu fasilitas negara, sebenarnya tidak banyak dari pajak. Yang jelas, praktek pada berikutnya banyak pungutan, yang disebut dengan maks atau muqus, itu yang di luar yang asli, liar. Nah, saat itu Nuruddin Zanki butuh dana, ulama mengkritik harusnya nggak ada. Nuruddin Zanki menangis, saat itu juga, dia keluarkan semua. Di luar yang syar’i dihapus. Ternyata itu bukan melemahkan, masyarakat makin berani bisnis, semua orang diberi kesempatan sama, tidak ada riswah atau suap, ada peluang yang sama. Malah mereka makmur. Lalu ditunjang dengan akhlaq. Zuhud, silaturahim, itu adalah instrumen ekonomi sangat penting. Itulah, Imam al-Ghazali kembalikan ke konsep sebenarnya. Zuhud bukan benci dunia, tapi lebih meyakini apa yang di tangan Allah daripada di tangan kita. Saat ada tuntutan, kita tidak berfikir ulang untuk mendanai setiap kebutuhan sosial. Karena orang kaya saat itu mereka zuhud tidak pernah takut dan menghitung-hitung. Zuhud itu bukan konsep untuk orang miskin, apalagi malas. Tapi orang potensial. Saya kasih, nanti saya untung lagi. Dan saat itu, semua kesempatan terbuka sama. Pada masa Nuruddin Zanki, gerakan wakaf luar biasa. Orang luar akan aman, tidak takut kehabisan bekal, tidak ada copet dan dicukupi kebutuhan tiga hari, mandi air panas disediakan, ganti kendaraan juga bisa dengan yang baru. Itu kekuatan ekonomi, zuhud, silaturahim adalah instrumen ekonomi yang penting. Itu yang hilang sekarang, juga sebelum masa Nuruddin Zanki. Dengan kondisi itulah muncul militer yang kuat. Penyakit sudah dibuang. Masalah keilmuan, konsepnya seperti apa, ekonomi, gaya hidup, semua berpengaruh. Yang penting ulama jangan mendunia, ulama menjadi arus yang spiritual, menyehatkan gejala yang tadinya sakit. Nuruddin Zanki itu Hanafi, Ibnu Qudamah salah satu murid Syaikh Abdul Qadir Jailani itu Hambali, Shalahuddin itu Syafii. Itu bisa dalam satu arus kerjasama. Ini bisa terbayangkan. Padahal sebelumnya, perbedaan mazhab merupakan sumber perpecahan. Kalau hakim dari Hanafi, seorang dari mazhab Hambali. Hakim bilang, kalau ada kambing di kampung sebelah—Syafii, kamu ambil. Luar biasa, demikian parah betul. Perbedaan dan kotak gerakan. Sampai sekarang masih ada juga, mereka tidak akan menikahkan anak-anaknya dengan madzhab yang berbeda. Misi keulamaan menyediakan hak. Dulu tasawuf dengan fikih berseberangan. Tawawuf merasa memegang kendali spiritual, intelektual fikih. Tasawuf bilang fikih hanya kulit, fikih bilang tasawuf bodoh. Imam al-Ghazali melihat, gabungkan semuanya, gabungkan antara fikih dengan tasawuf. Tren yang sama. Kita lihat perkembangan masa itu dan itu melahirkan generasi baru ulama, yang kemudian berperang besar dalam pergerakan militer. Jenderal-jenderal Nuruddin Zanki adalah murid madrasah dari daerah Hakkari, tergabung dalam organisasi Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang orang sekarang pahami sebagai maqam tasawuf yang membuat muktamar tahunan pada musim haji. Saat melihat Palestina, mereka melihat Fathimiyah yang Syiah, ini melihat jalur yang paling mudah dengan Eropa. Syiah membiarkan terbuka. Maka, tutup dulu jalur Eropa dengan Palestina dengan men- sunni-kan Mesir. Nuruddin Zanki bergerak, lalu berhasil setelah beberapa tahap. Asadudin Syirkuh pertama—paman Shalahuddin. Itu tujuh tahun fasenya. Tapi sebelumnya, murid Syaikh Abdul Qadir Jailani sudah bergerak. Mereka berdakwah agar kembali ke Sunni. Nuruddin Zanki, melalui Asadudin Syirkuh dan Shalahuddin menyerang, ketika diselesaikan di atas, di bawah sudah selesai. Ini perpaduan yang sangat indah. Pergerakan di grass root itu lebih panjang dan lama. Rijalul Imam: Saya melihat kesalahan mempersepsikan, Syaikh Abdul Qadir Jailani terlalu tinggi, dia sebagai tokoh spiritual saja. Kok dipahaminya sangat mistis, padahal di buku itu pergerakan yang rasional dan luar biasa sangat aktual.
  • 20. Asep Sobari, Lc: Faktor pecahnya usai Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang trennya menggabungkan spiritual dengan rasional. Kemudian pecah lagi, tren rasional ke Ibnu Qudamah dan lalu Ibnu Taimiyyah. Spiritualnya ke Qadiriyyah. Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri tidak begitu. Sebetulnya ada disertasi penulis buku ini yang menjelaskan Qadiriyah sejak madrasah sampai tarekat saat ini. Ini perlu dikaji secara komprehensif. Tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Imam al- Ghazali. Sosok ini kontroversial, secara akademik dan dunia Islam. Imam al-Ghazali lebih diidentikkan filosof, pengkritik filsafat, juga sufi yang pasif. Itu melahirkan umat yang apatis terhadap kondisi umat Islam saat itu. Tulisan Imam al-Ghazali tentang umat Islam yang sedang mengalami dilema peradaban, buku-buku Imam al- Ghazali tidak ada satupun yang menyebut jihad. Itu yang membuat orang-orang menyebut Ghazali pasif. Padahal, di buku ini, Imam al-Ghazali adalah tokoh sentral gerakan peradaban—jihad. Militer tidak berdiri tanpa aspek lain yang sehat. Menarik juga di buku ini, Imam al-Ghazali tidak menyebut jihad, itu iya. Tapi yang jelas tidak ada ajakan yang heboh dari Imam al-Ghazali untuk berjihad secara militer. Menurut penulis buku, itu justru pemahaman yang mendalam atas persoalan masanya. Itu adalah orang sekarang. Yang sekarat nggak bisa melakukan apapun, apalagi jihad. Dan itu yang luar biasa dari Imam al-Ghazali. Dia sangat paham akan kondisi masanya. Yang dia hantam adalah aliran kebatinan. Karena bahayanya adalah penafsiran dan teks. Kebatinan punya metodologi tafsir yang sangat rancu. Namanya kebatinan ya metodologinya nggak ada. Al-Quran ditafsirkan mereka sebagai normatif dan tidak mengakar. Padahal, al-Quran riil sekali, al-Quran bicara tentang apa dan kemana. Itu dikembalikan Imam al-Ghazali, dia menghantam kebatinan. Dan saat itu, orang yang mengkritik kebatinan ancamannya luar biasa. Kebatinan sebuah aliran, waktu ancamannya bisa dibunuh, Hasyasyin termasuk gerakan kebatinan. Imam al- Ghazali sangat berani. Ilmu kalam yang lebih pada jadal (perdebatan) teologi, masalah akidah dan tauhid menjiwai justru menjadi wacana. Itu dikritik Imam al-Ghazali lewat bukunya. Itu akar persoalan umat. Imam al-Ghazali dalam prakteknya, melakukan pembangkangan sipil. Membuat tren pendidikan sendiri, radikal revolusioner, dengan materi dan kurikulumnya. Meski secara disiplin fikih, tafsir, biasa, tapi ada pemurnian dalam hal ini. Nah, yang menjadi pertanyaan, apa yang menjadi dasar pemikiran Imam al-Ghazali dari yang dilakukan itu? Selain pengalaman sejarah. Imam al-Ghazali memiliki landasan filosofi yang mendalam, dari hadits Rasul terdapat pendekatan amar makruf nahi mungkar saat kepentingan publik tersedot oleh kepentingan kelompok. Saat yang bermain di umat hanya beberapa kelompok. Idza roaita... wahanan mutaba’an—dan nafsu diikuti, dan setiap orang cerdik pandai membanggakan pendapatnya sendiri, dan tidak bisa menyatu dalam satu bagian interaksi. Muncul ego dan rivalitas, di saat kondisi itu engkau tidak bisa menyelesaikan semuanya. Maka jangan terjun atau berfikir terjun selesaikan semuanya. Tapi, mundurlah, sibukkan dirimu dengan urusan pribadimu. Bersama orang-orang yang seide, tinggalkan yang umum. Mundur dari tren, tidak ikut berdebat, meski ramai orang berdebat. Tidak perlu mengumbar argumentasi ketika argumentasi hanya sebagai komoditas. Jika tidak mungkin memperbaiki, jauh lebih besar kapasitasnya, maka mundur. Pertama membuat evaluasi internal, lalu komunikasi seide, setelah mampu kapasitas yang sesuai, kembali ’audah ke arus. Membuat arus. Maka setelah 10 tahun itu, Imam al-Ghazali dan teman-temannya membuat madrasah sendiri. Imam al-Ghazali dihujat, buku- bukunya dibakar di Maroko. Tapi, orang yang terinspirasi Imam al-Ghazali menghafal Ihya Ulumudin bagaikan al-Quran. Imam al-Ghazali membuat arus baru. Kalau kita berfikir, terus kalau gitu kita tidak peduli? Kita tetap peduli, dalam kapasitas terbatas, tidak semua potensi dicurahkan pada persoalan yang sulit. Jangan masuk ke medan fitnah (yaitu suatu masalah yang tidak ada ujung pangkal yang bisa diselesaikan), misalnya terbunuhnya Utsman, sahabat tidak tahu bagaimana, tapi perang harus diselesaikan. Sikap ini hebat. Intinya, dalam kondisi fitnah seperti itu, ide dan nilai, hanya bagian dari komoditas. Orang hebat dan cerdas, diterima idenya hanya untuk menguntungkan—pengiklan, televisi, dll. Itu sayang, maka Imam al-Ghazali lebih baik membangun. Sepuluh tahun dia membangun, lalu kembali membentuk madrasah sendiri. Bahkan Imam al-Ghazali, saat itu ada kaum Murabithin di Maroko, dengan gagasannya tentang kesatuan umat. Jadi Imam al-Ghazali bukan mundur pasif, dia paham betul bagaimana menyelesaikan persoalan ke akar. Mundur sementara, merasa cukup dan membuat arus, yang dikembangkan Syaikh Abdul
  • 21. Qadir Jailani. Syaikh Abdul Qadir Jailani membuat madrasah pusat, lalu ke cabang, mereka punya tren pemikiran yang sama. Mereka punya kerangka ishlah yang sama. Maka ketika mereka dapat kesempatan Nuruddin Zanki, semua dipasok madrasah ini. Misalnya Hakkar, jenderal berasal dari murid- murid Syaikh Abdul Qadir Jailani. Mereka masuk ke politik. Saat itulah ulama kembali ke politik dengan wacana, konsep dan pandangan hidup yang berbeda. Itulah yang membedakan kesultanan Nuruddin Zanki. Bagaimana mereka menyelesaikan Fathimiyyah yang sudah 300 tahun berdiri. Diselesaikan dua gerakan yang tampaknya terpisah, tapi harmonis dan tujuan yang sama. Jika kita ingin menyelesaikan hanya dengan cara politik, saya yakin akan gagal. Waktu itu kekuatan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin tetap butuh tujuh tahun. Sebenarnya di bawah (grass root) bersama rakyat jelata ada Ibnu Najah dan kawan-kawan yang bergerak. Tidak menyelesaikan masalah sendiri. Saya merasa, gambarannya sekarang semua instrumen seakan menjadi bagian dari struktur politik atau bagian politik. Itu kerugian besar, tafaqquh dan yang membentuk pandangan hidup tidak menjadi prioritas. Padahal itu adalah penunjang. Rijalul Imam: Usia antara kita dengan generasi Imam al-Ghazali hampir satu milenium. Ulama merupakan waratsatul anbiya. Baik, ada yang mau ditanyakan? Maukuf: Kalau ana melihat, ada tulisan akh Rijalul Imam tentang Sulaiman. Ana ingin memetakan yang tadi disampaikan pada titik tertentu. Ana lihat dua masa, kelam dan terang. Ana melihat buku ini adalah peta kebangkitan. Shalahudin memiliki modal dasar, kompetensi dasar apa yang ada di sana. Daya dukung dan sumberdaya strategisnya apa saja? Daya dukung yang ana lihat hanya alim ulama, belum ada yang lain. Apakah itu saja? Untuk kebangkitan peradaban, basisnya ilmu. Kedua, jika kita kaitkan dengan kondisi saat ini, Indonesia mau bangkit darimana? Padahal banyak para ulama. Jangan-jangan masa ini justru misteri masa kelam itu? Asep Sobari, Lc: Yang ditonjolkan masa itu adalah ulama. Tapi jangan ditafsirkan ulama itu mubalig atau ustadz di masa sekarang. Karena sekarang dikotominya sudah terlalu kuat. Dan itu didukung oleh fakta. Seorang yang belajar fikih, bisa dikatakan sebagai ulama. Padahal belum tentu tahu tentang tafsir. Atau sebaliknya. Atau guru besar sejarah Islam Indonesia, mengomentari sejarah awal Islam dan hasilnya rancu, muncul kesalahan besar. Sebelum menguasai Palestina, Nuruddin Zanki sudah membuat mimbar yang kemudian diletakkan di mihrab Masjidil Aqsha. Itu visi. Dan yang paling memahami Nuruddin Zanki adalah Shalahuddin. Saat Nuruddin Zanki mati agak goyah, tapi Shalahuddin bisa menyambungkan kembali antara Mesir dengan Syam. Kekuatan Shalahuddin pelanjut dari Nuruddin Zanki. Yang unik juga, para jenderal saat itu adalah murid madrasah. Mereka menguasai ilmu syar’i. Struktur negara dipasok oleh murid madrasah. Bukan sekedar ulama dalam konteks, tapi masalah keilmuan. Hal ini berbeda dengan masa sebelumnya, dimana siapa yang ganas, bisa jadi jenderal. Masuk bagian doa Rasulullah. Kita minta agar jangan sampai dunia menjadi hasrat kami yang tertinggi dan puncak pencapaian kami. Kalau sekarang, dalam dunia pendidikan, link and match kan kesana. Filsafat pendidikan jauh, itu yang bikin ilmu jadi rendah. Itulah, karena manusia pola dan trennya materialistis. Yang paling tinggi bayarannya adalah artis, host acara TV. Kalau guru ngaji ongkosnya hanya bensin. Intinya ini lebih pada tren masyarakat. Para ulama keikhlasan dijunjung tinggi. Saya kemarin bayar SPT, dimasukkan sebagai pengusaha. Saya bilang, saya guru ngaji, masak disamakan dengan pengusaha. Karena tidak ada pekerjaan tetap. Kalau pengusaha ada berlembar- lembar kertas yang harus ditandatangani, masak saya disamakan pengusaha. Hahaha. Dalam masa Zanki, selama 50 tahun, banyak menghasilkan banyak tokoh besar yang kontributif terhadap perubahan. Ini sunnatullah, bahwa tidak ada satupun, individu, etnik atau bangsa yang dicipta untuk terbelakang. Tinggal, bisa nggak dia menguasai sunnatullah untuk bangkit. Dan itu yang diajarkan Islam. Di jaman jahiliyyah, susah lahir pemimpin, kalau lahir toh dari gen tertentu. Tapi, ketika Rasul membangun dalam kurun 15 tahun lebih, bisa melahirkan 40 jenderal, kurang lebih yang dalam 99 % perang itu menang. Dan mereka dari gen berbeda-beda, dari orang yang dianggap maupun tidak dianggap dari struktur sosial. Dan, disitulah
  • 22. kekuatan Shalahuddin. Mereka tahu harus bagaimana. Deny Priyatno: Insihab (mundur) itu kan kontemplasi. Bisa membaca seluruhnya secara utuh. Bagaimana secara utuh. Negeri ini harus melakukan redefinisi. Saya pikir ini pas. Gerakan pemuda seperti apa yang harus lahir? Kita membicarakan kekinian. KAMMI menciptakan madrasah itu di sini. Di gerakan kalau berkiblat pada politik saja bagaimana? Asep Sobari, Lc: Kalau kita inginkan lahir Imam al-Ghazali sekarang itu susah. Thaifah manshurah itu konsep Mahdi. Imam Mahdi akan datang bukan pada saat umat berantakan. Mahdi datang sebagai rangkaian, dia datang sudah melalui tahap, umat sudah rapi. Bahan-bahan itu ada, dan itu ditakuti Barat. Mereka tahu dan sadar betul, peradaban itu bergulir, karena itu mereka tidak ingin ada yang menyadari hal itu. Meski teks-teks Islam—al-Quran, hadits, dan sejarah—tafsirnya dikuasai mereka. Saya menganggap serampangan terhadap penulisan sejarah Islam yang selalu identik dengan militer. Padahal sejarah itu bukan hanya militer. Ada yang lebih kokoh dari sekedar itu. Coba bayangkan, bagaimana kekuatan militer bisa menyaingi Persia dan Romawi? Padahal baru 15 tahun usia Islam? Bagaimana strategi Umar menguasai, bukan memperbanyak tentara, tapi dengan gerakan keilmuan. Jaman Umar bahkan sangat kuat. Seusai perang baru jadi guru ngaji. Abu Darda’ itu, setiap malam ada 1.200 orang di masjidnya. Ada 120 halaqah, satu halaqah 10 orang. Kita bagaimana? Perang yang diterjuni Rasulullah ada 28, selama hidup ada 80 perang. Tapi, tetap lahir puluhan ribu hadits. Padahal, ada 10 perang dalam setahun, kalau dipikir, kapan beliau bicara. Kalau hanya militer, kapan beliau bicara tentang cara masuk WC, tentang cara makan? Ini yang luput dari kita sejak sekarang, yaitu peradaban ilmu. Jadi, sampai dimana kita? Tugas regenerasi dalam Islam. Walaupun tidak ada generasi mendatang yang lebih baik dari sebelumnya. Ini tugas kolektif. Usamah bin Zaid tidak canggung. Sekarang, anak muda canggung karena ada senioritas. Saya tertarik menulis buku pemimpin muda. Pasukan Usamah sangat hebat, di bawahnya ada para senior. Membuat anak muda percaya diri tapi tahu diri. Misi Usamah sukses betul. Saat menggerakkan pasukan ke Syam. Mereka berfikir, Madinah lemah, tapi kok memberangkatkan ribuan orang untuk melawan Romawi? Justru karena itu, daerah utara itu tidak ada yang murtad. Mereka justru berfikir, wah ini berarti Madinah kuat sekali. Romawi bahkan tidak berani menyerang Madinah. Jadi, nggak usah bikin tokoh muda. Cukup tokoh saja. Asal kapasitas keilmuannya memadai. Tahun 2014 itu kekosongan calon pemimpin Indonesia. Itu juga sudah banyak prediksi. Kalau dulu itu sudah bisa dilihat, bisa diteropong. Masa Nuruddin Zanki sudah bisa diprediksi. Kalau kitasekarang kebanyakan menunggu satu generasi habis, baru berfikir pengganti. Wallahu a’lam. KAMMI harus kesana mustinya. Rekomendasi ada di halaman belakang buku ini. Mereka yang merumuskan adalah orang cerdas. Dan mereka berpengaruh, mereka juga soleh. Ada kesinambungan yang kuat, misalnya ikhlas dalam showab. Aspek ketepatan. Tidak cukup kita syar’i. Ini adalah cermin dari al-Quran dan sunnah. Kita dalam framework tauhid, implementasinya bagaimana Rasul menjalankan agama ini. Agama itu kan aspek praktis. Sirah adalah praktek, bukan hanya item per item. Kita bisa memandangnya dalam sirah. Generasi tabi’in bercerita, kami diajari sirah sebagaimana ayah kami mengajarkan al- Quran kepada kami. Insihab (mundurlah), dan bangun peradaban! Rijalul Imam: Banyak yang berminat untuk schooling tapi tidak berminat learning. Hanya sekolah saja. Asep Sobari, Lc: Kalau tentang kehausan pada ilmu, masih sama. Tapi tujuan berilmu bergeser. Kekacauan pada masa Umayyah dan Abbasiyyah juga sudah terjadi, tapi tetap saja tradisi keilmuan muncul. Sebenarnya saat itu pandangan tentang ilmu itu jelas. Belajar tidak pernah berhenti. Imam Nawawi kan ada di masa kacau. Hampir di ujung kekuasaan Abbasiyyah. Kalau Ibnu Taimiyyah, lahir 4 tahun di ujung Baghdad hancur. Tapi ilmu dipentingkan keluarga mereka. Itu adalah tradisi, ilmu begitu tinggi dan begitu mulia. Masalahnya sekarang adalah tujuan kelimuan dan risalah keulamaan tidak terealisasi. Intinya, ada disfungsi keilmuwan dan ulama. Tapi masa kelimuan sampai abad 10 masih kokoh. Tapi setelah itu keilmuan terpuruk. Lihat fragmen ini. Ibnu ’Aqil yang hidup di awal Perang Salib disebutkan kalau makan memilih yang lembek dan cepat masuk. Karena dia harus menulis lagi. Pada masa itu, lapar bukan jadi persoalan. Makan bukan menjadi kegiatan yang khusus,
  • 23. sampai nggak sempat mereka. Ad-Dzahabi menyebutkan, dia menemukan jilid ke-401 dari buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian juga at-Thabari, 84 tahun usianya punya buku hingga 500 jilid. Rijalul Imam: Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat, hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih khawatir muslim di Indonesia, yang kualitas minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif. Mundur jangan semuanya. Asep Sobari, Lc: Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya Syaikh Abdul Qadir Jailani, punya madrasah markaziyah yang cabangnya ada di mana- Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad, karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari Palestina—anak pengungsi—ditarik ke Baghdad selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul Maqdis. Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren. Diskusi Dzahabi 401 dari buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian Thabari, 84 tahun usianya punya buku Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat, hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih khawatir muslim di Indonesia, yang kualitasnya minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif. Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya adir Jailani, punya madrasah -mana. Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad, karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari ditarik ke Baghdad selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren. Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di Indonesia, bisa independen dan punya racikan kurikulum sendiri. Aspek moral lebih terasa dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana membuat pemerataan gerakan itu. Makanya, braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan Rijalul Imam: KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah. Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya adalah tim instruktur. Kita tidak punya sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada murabbi yang siap membina sekaligus connect dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[] Data Buku Pengarang : Dr. Majid ‘Irsan al- Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa Hakadza ’Adat al-Quds Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007 Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc., MA. Diskusi PP KAMMI di Partai PAS Malaysia Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di Indonesia, bisa independen dan punya racikan ndiri. Aspek moral lebih terasa dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana membuat pemerataan gerakan itu. Makanya, braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan juga. KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah. Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya adalah tim instruktur. Kita tidak punya murabbi sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada murabbi yang siap membina sekaligus connect dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[] -Kilani Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007 Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc.,