Teks tersebut merangkum empat model konsep kurikulum yaitu kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum teknologis. Setiap model memiliki ciri khas berdasarkan sumber dan pendekatan pendidikannya. Model-model tersebut berbeda dalam penekanan tujuan, isi, metode pembelajaran, dan peran guru. Ayat Al-Qur'an yang dibahas menegaskan pentingnya pro
1. 2
MODEL KONSEP KURIKULUM
A. Macam-macam Model Konsep Kurikulum
Telah diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa terdapat empat aliran
pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi, teknologi, dan interaksionis. Model
konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis,
pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, teknologi pendidikan disebut
kurikulum teknologis, dan dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum
rekontruksi social.
1. Kurikulum Subjek Akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Ada 3 pendekatan dalam perkembanagn kurikulum
subjek akademis. Pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Kedua,
studi yang bersifat integratif. Ketiga, pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-
sekolah fundamentalis.
1. Sumber kurikulum subjek akademis adalah Pendidikan Klasik (filsafat
perenialisme, esensialisme), yaitu:
1. Berorientasi pada masa lalu,
2. Kurikulum ini berasumsi bahwa antara ilmu, nilai, dan budaya telah solid,
3. Tugas pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu, serta nilai
budaya,
4. Guru adalah model (contoh bagi peserta didik).
2. Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis
a. Metode yang digunakann adalah metode ekspositori dan inkuiri.
b. Kurikulum menekankan isi atau materi pelajaran. Materi pelajaran yang
terpenting di antaranya:
1. Correlated curriculum, materi pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran
lainnya.
2. 3
2. Concentrated Curriculum, materi pelajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu.
3. Integrated Curriculum, materi pelajaran diintegrasikan dalam suatu
persoalan, dan segi kehidupan tertentu.
4. Problem Soining Curriculum, materi pelajaran menggunakan pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh dari disiplin ilmu.
c. Isi kurikulum berasal dari disiplin ilmu (solid-sistematis)
d. Peranan guru sangat dominan.
e. Dalam kegiatan evaluasi banyak menggunakan uraian daripada tes objektif.
3. Pemilihan Disiplin Ilmu
Terdapat beberapa saran dalam mengatasi masalah pemilihan disiplin
ilmu, yaitu:
1. Menguasakan adanya penguasaan materi yang menyeluruh.
2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat.
3. Menekankan pengetahuan dasar.
4. Pendekatan Dalam Perkembangan Kurikulum Subjek Akademis
Terdapat beberapa pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek
akademis, yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan struktur pengetahuan
b. Pendekatan bersifat integratif (integrated curriculum).
Tema yang membentuk kesatuan (unifying theme).
Menyatukan beberapa disiplin ilmu (contoh social studies).
Menyatukan berbagai metode belajar.
c. Pendekatan fundamentalis
Mata pelajaran membaca menulis berhitung.
Mata pelajaran lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan berdasarkan pada konsep aliran
pendidikan pribadi, yaitu: John Dewey dan J.J. Rousseau, kurikulum ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Pendidikan mereka lebih menekankan
3. 4
bagaimana mengajar siswa dan bagaimana bersikap terhadap sesuatu. Ada beberapa
aliran yang termasuk dalam kurikulum humanistik, yaitu kurikulum: Konfluen,
Krikisme Radikal, dan Mistikisme Modern.
1. Sumber Kurikulum Humanistik
Sumber kurikulum himanistik adalah pendidikan pribadi (filsafat
eksistensialisme), yaitu:
1. Berorientasi ke masa sekarang,
2. Kurikulum ini berasumsi bahwa anak punya potensi,
3. Pendidikan diibaratkan seperti bertani,
4. Guru adalah psikolog, bidan, motivator, dan fasilitator.
2. Ciri-ciri Kurikulum Humanistik
a. Tujuan pendidikan dalam kurikulum humanistik adalah mengembangikan
kpribadian yang dinamis.
b. Kirikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru
dan murid.
c. Dalam evaluasi, kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses daripada
hasil.
d. Siswa adalah subjek yang memiliki peran utama.
e. Bahan mengajar disesuaikan pada minat atau kebutuhan siswa.
f. Menekankan kebutuhan pribadi
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum Rekontruksi Sosial adalah kurikulum yang lebih memusatkan
perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Pada
rekonstruksi sosial tidak terlalu menekankan kebebasan individu. Para rekonstruksi
sosial menentang intimidasi, mereka mendorong agar para siswa mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak dan kerja
sama untuk memecahkannya.
4. 5
1. Sumber kurikulum rekontruksi sosial adalah Pendidikan Interaksional (filsafat
pragmatisme), yaitu:
1. Orientasi ke masa lalu dan sekarang
2. Asumsi : manusia mahluk sosial
3. Menekankan pemecahan problema masyarakat
4. Tujuan pendidikan pembentukan masyarakat lebih baik
5. Pendidikan adalah kerjasama : interaksi guru-siswa-siswa
2. Desain Kurikulum Rekontruksi Sosial.
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini, yaitu:
1. Tujuan pemecahan masalah masyarakat
2. Isi kurikulum adalah problema-problema yang terjadi dalam masyarakat
3. Metode mengajar bersifat kooperatif (gotong royong atau kerja kelompok)
4. Guru dan siswa belajar bersama
3. Kompenen-kompenen Kurikulum
a. Tujuan dan isi kurikulum.
b. Bahan ajar atau materi
c. Metode.
d. Evaluasi.
4. Pelaksanaan Pengajaran Rekontruksi Sosial
Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang
tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan
pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka
(masyarakat sekitar). Para ahli kurikulum yang berorientasi ke masa depan
menyarankan agar isi kurikulum difokuskan pada: pengalian sumber-sumber alam
dan bukan alam, populasi, kesejahteraan masyarakat, masalah air, akibat
pertambahan penduduk, ketidakseragaman pemanfaatan sumber-sumber alam, dan
lain-lain.
5. 6
4. Kurikulum Teknologis
Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum ada dalam
dua bentuk, yaitu: bentuk perangkat lunak, dan perangkat keras. Penerapan teknologi
perangkat keras dikenal sebagai teknologi alat, sedangkan penerapan teknologi
perangkat lunak disebut teknologi system. Teknologi alat lebih menekankan kepada
pengguanaan alat-alat teknologis untuk menunjang efesiensi dan efektifitas
pendidikan. Teknologi system lebih menekankan kepada penyusunan program
pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan system.
1. Sumber kurikulum akademis adalah Pendidikan Teknologis (filsafat realisme),
yaitu:
a. Berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang,
b. Menekankan pada kompetensi,
c. Kompetensi diuraikan menjadi perilaku yang dapat diamati,
d. Peranan guru tidak dominan (dapat diganti alat-alat teknologi),
e. Pendidikan bersifat ilmiah (science, experimental, terukur),
f. pendidikan adalah sistem.
2. Ciri-ciri Kurikulum Teknologis
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan,
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetens, yang dirumuskan dalam bentuk
perilaku.
b. Metode dipandang sebagai proses mereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut
diperkuat.
c. Organisasi bahan ajar banyak diambil dari disiplin ilmu dan disajikan dalam
media tulis & elektronik.
d. Evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit
ataupun semester.
6. 7
3. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria,
yaitu: 1) Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain, 2) Hasil pengembangan, terutama yang masih
berbentuk model yang dapat diuji coba ulang, dan memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi.
Pegembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai
alat Bantu tetapi bersatu dengan program, pengajaran dan ditujukan pada
penguasaan kompetensi tertentu.
B. Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan dengan Kurikulum
Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat islam, Al-Qur’an menjadi landasan
terhadap semua perbuatan yang dilakukan manusia. Di dalam Al-Qur’an berisi
perintah, dan larangan yang bersumber dari Allah SWT., dan kita sebagai seorang
muslim patut untuk mematuhi segala apa yang tertulis dalam Al-Qur’an. Karena,
sudah kita ketahui bersama bahwa tujuan Allah SWT., menciptakan manusia adalah
untuk menyembah kepadanya, sebagaimana firman Allah SWT., dalam Q.S. Adz-
Dzaariyaat : 56, yang berbunyi:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”
Dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang pentingnya
mempelajari ilmu pengetahuan melalui proses belajar dan mengajar. Di dalam
kurikulum pendidikan dijelaskan bahwa sistem mengajar yang baik adalah mengajar
yang dimulai dengan contoh-contoh dari bahan yang akan diajarkan, sehingga ilmu
tersebut dapat dipahami dengan media pembelajaran secara langsung oleh peserta
didik.
Dalam mengajar seorang guru harus menguasai dan memahami materi
pelajaran yang akan disampaikannya, di mana materi yang akan diajarkan tersebut
disesuaikan dengan kondisi siswa dan tujuan pada kurikulum yang telah
direncanakan sebelumnya. Berikut ini akan kami jelaskan salah satu ayat dalam Al-
7. 8
Qur’an yang berhubungan dengan kurikulum, yaitu Q.S. Al-Baqarah: 31-32, yang
berbunyi;
Artinya: 31. “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Berdasarkan pada ayat Q.S. Al-Baqarah: 31-32 diatas, terdapat beberapa
unsur-unsur pendidikan, yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
Di dalam ayat 31-32 surat al-Baqarah mengandung beberapa tujuan
pendidikan, yaitu:
a. Mengajarkan bahwa manusia harus pandai bersyukur karena dianugerahi Allah
SWT., potensi untuk meraih kematangan secara sempurna di bidang ilmu
pengetahuan dibandingkan malaikat.
b. Memberi pelajaran bahwa seseorang yang menuduh kepada orang lain dituntut
meunjukkan bukti sebagai hujjah atas tuduhannya.
c. Memberikan perhatian bagi umat manusia agar menyadari kekurangan-
kekurangannya, mengakui kemurahan dan kasih sayang Allah SWT.
e. Memberi nasihat kepada manusia agar tidak berpura-pura mengetahui jika
memang tidak mengetahui dan hendaknya tidak menyembunyikan sesuatu yang ia
ketahui.
8. 9
2. Guru
Ayat ini menghimbau kepada seorang pendidik atau guru untuk
mengajarkan ilmunya sekaligus dan menyeluruh kepada peserta didik. misalnya:
seorang guru mengajari siswanya tentang apakah belajar itu? maka seorang guru
tidak hanya mengajarkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan yang
terjadi pada diri manusia, sehingga yang awalnya tidak tahu akan menjadi tahu,
dan yang buruk dapat menjadi baik, dengan belajar. Akan tetapi guru juga harus
mengajarkan kepada siswanya tentang bagaimana belajar yang baik, dan
bagaimana agar belajar kita dapat mencapai hasil yang diinginkan, dan
memberikan contoh dalam bentuk perbuatan sehingga lebih mudah untuk
dipahami oleh siswa.
3. Peserta Didik (Siswa)
Seorang siswa dituntut untuk tidak merasa tinggi diri dalam menuntut
ilmu dan hendaknya tidak menyembunyikan sesuatu yang ia ketahui terutama
dalam mengamalkan ilmunya. misalnya; jika ada seorang siswa yang mengetahui
dan mengerti tentang materi belajar yang telah diajarkan oleh gurunya, namun ada
temannya yang belum mengerti, maka seorang siswa yang terlebih dahulu
mengerti tersebut, harus bersedia mengajarkan kepada temannya yang belum
mengerti. Sebab dalam ayat ini, dikatakan bahwa seorang siswa tidak boleh
sombong dan merasa tinggi hati.
3. Media
Ayat ini menginformasikan bahwa seorang guru mengajar muridnya
secara langsung dengan menggunakan sistem mengajar yang sesuai dengan
kondisi siswanya. Dalam system pengajaran, terdapat beberapa kompenen, yaitu:
1). Siswa, 2). Tujuan, 3). Kondisi, 4). Sumber-sumber belajar, dan 5). Hasil
belajar. Yang dimaksud dengan system mengajar yang sesuai dengan kondisi
siswa yaitu;
Pertama, tujuan pembelajaran (rancangan kurikulum) disesuaikan
dengan kondisi siswa, misalnya: kurikulum untuk siswa SD/MI maka harus
disesuaikan dengan mata pelajaran yang dipelajari pada tingkat SD/MI, bukannya
kurikulum SD/MI menggunakan kurikulum pada tingkat SMP/MTS, dan
SMA/MAN, sebab jika begitu maka tidak sesuai dengan kondisi siswa.
9. 10
Kedua, sumber belajar yang digunakan pun harus disesuaikan dengan
kondisi siswa. misalnya: Jika seorang siswa masih berada pda tingkatan kelas satu
SD/MI, maka guru harus memberikan mata pelajaran (sumber belajar) untuk
tingkat kelas satu, bukan diberi meteri yang seharusnya diberikan pada tingkat
kelas dua, tiga, atau pun kelas empat.
Ketiga, apabila dalam memberikan materi pengajaran, seorang guru
menyesuaikan dengan kondisi pada siswanya, dan didukung pula dengan media
dan alat-alat yang membantu dalam memudahkan proses belajar dan mengajar,
maka Insya Allah hasil pembelajaran yang diperoleh akan baik.
4. Kurikulum
Pada awal ayat 31 surat al-Baqarah ini menjelaskan bahwa sistem
pengajaran yang hendak dilakukan yaitu pengajaran bahasa kepada manusia
terutama anak kecil. Hal ini disebabkan bahwa manusia dianugerahi potensi untuk
berbahasa. Pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan nama-nama dalam arti
mengajarkan kata-kata bukan kata kerja seperti ini mama, ini papa, dan lain
sebagainya. Selain itu, memberitahukan contoh contoh dari perincian tiap-tiap
nama tersebut karena dengan menyebutkan contoh-cntohnya, maka pengajaran
yang diberikan sangat mudah dipahami atau dicerna oleh manusia.
Kita sebagai kaum muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu, terutama
ilmu agama, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Rasulullah Saw., yang
berbunyi:
ِديِعَس ْهَع ٍْميَثُخ ِهْب َانَمْثُع ِهْب ِ ََّّللا ِدْبَع ْهَع َةَمَثْيَخ ٌُبَأ ٌرْيَىُز َانَثَّدَح ىَسٌُم ُْهب ُهَسَح َانَثَّدَح
ًَْأ ىَهَع َعَضًَ يِفِتَك ىَهَع ُهَدَي َمَّهَسًَ ِوْيَهَع ُ ََّّللا ىَّهَص ِ ََّّللا َلٌُسَر َّنَأ ٍسَّابَع ِهْبا ِهَع ٍْريَبُج ِهْب
ُوْمِّهَعًَ ِِّيهدان يِف ُوْيِّقَف َّمُيَّهان َلاَق َّمُث ٌديِعَس َّكَش يِبِكْنَم َميًِْأَّتان
Artinya:”Dari Ibnu „Abbas bahwasanya Rasulullah SAW meletakkan
tanggannya pada punggung Ibnu „Abbas atau pundaknya, – perawi
Hadis ini, Said ragu- kemudian Rasulullah SAW berdo‟a: Ya Allah
berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam tentang agama dan
ajarilah dia takwil (al-Qur‟an). “
10. 11
Dengan berlandaskan pada hadist ini Ibnu Katsir ra telah mengatakan
bahwa dengan interpretasi apapun makna hadis ini menunjukkan kebolehan
mengajari anak-anak untuk membaca al-Qur’an meskipun dalam usia dini,
bahkan adakalanya disunnahkan atau diwajibkan. Oleh karena itu, kita harus
selalu memanfaatkan waktu yang kita miliki untuk menuntut ilmu agama dan
ilmu-ilmu umum lainnya, yang dapat dapat kita peroleh melalui belajar di
sekolah, dari keluarga, lingkungan, dan dengan banyak membaca dan berlatih,
dengan system pengajaran yang baik dan terarah (kurikulum), agar tercapai
tujuan yang diinginkan.