SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Segmen

Oswar Mungkasa2
Sekilas tentang Hunian Berimbang
onsep hunian berimbang telah dikenal lama dalam
ilmu perencanaan kota maupun sosiologi perko­
taan, sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan
sosiologis masya­ akat. Ide dasarnya bahwa keberadaan
r
beragam strata sosial dalam satu lingkungan hunian akan
menjamin terciptanya kerukunan diantara berbagai strata
yang ada. Selain itu, akan menjamin tersedianya rumah
bagi masyarakat berpendapatan rendah.
Kesadaran akan pentingnya konsep ini yang mendorong
pemerintah mengadopsinya melalui penetapan lingkung­
an hunian berimbang dalam Surat Keputusan Bersama
(SKB) 3 Menteri Tahun 1992, sehingga diharapkan bahwa
konsep hunian berimbang dapat terwujud3. Walaupun
kemudian ternyata penerapannya tidak semudah yang
dibayangkan, sehingga sampai saat ini masih sangat sedikit
pembangunan perumahan yang menerapkan konsep ini.
Konsep hunian berimbang kemudian dicantumkan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumah­
an dan Kawasan Permukiman pasal 34 sampai pasal 37 (li­
hat boks), dan ditindaklanjuti dalam Permenpera Nomor
10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang.
Hunian berimbang didefinisikan sebagai perumahan
dan kawasan pemukiman yang dibangun secara berimbang
dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal
dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah mene­
ngah dan rumah mewah atau dalam bentuk rumah susun
antara rumah susun umum dan rumah susun komersial
(Pasal 1 Permenpera Nomor 10/2012).
Tujuan Hunian Berimbang adalah untuk (i) menjamin
tersedianya rumah mewah, rumah menengah dan rumah
sederhana bagi masyarakat yang dibangun dalam satu ham­
paran atau tidak dalam satu hamparan untuk rumah seder­
hana; (ii) mewujudkan kerukunan antarberbagai golongan
masyarakat dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan
status sosial dalam perumahan, pemukiman, lingkung­ n
a

K

18

hunian dan kawasan pemukiman; (iii) mewujudkan sub­
sidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
umum serta pembiayaan pembangunan perumahan; (iv)
menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara so­
sial dan ekonomi; dan (v) mendayagunakan penggunaan
lahan yang diperuntukkan bagi perumahan dan kawasan
pemukiman (pasal 3 Permenpera Nomor 10/2012).
Penyelenggaraan peru­ ah­­ dan kawasan permukiman
m an
dengan Hunian Berimbang dilaksanakan di perumahan,
permukiman, ling­ ungan hunian dan kawasan permukim­
k
an dengan skala sebagai berikut (i) perumahan dengan
jumlah rumah sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) sam­
pai dengan 1.000 (seribu) rumah; (ii) permukim­ n dengan
a
jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai
dengan 3.000 (tiga ribu) rumah; (iii) Lingkungan hunian
dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga
ribu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah; dan
(iv) kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari
10.000 (sepuluh ribu) rumah.
Lokasi untuk hunian berimbang dapat dilaksanakan
dalam satu kabupaten/kota pada satu hamparan; atau
tidak dalam satu hamparan. Lokasi Hunian Berimbang
dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung
1.000 (seribu) rumah dan untuk lokasi yang tidak dalam
satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 50 (lima
puluh) rumah.
Sementara persyaratan komposisi atas Hunian Berim­
bang adalah berdasarkan: (i) Jumlah rumah; atau (ii) Luas­
an lahan. Komposisi berdasarkan jumlah rumah merupa­
1.	Tulisan ini merupakan rangkuman penulis dari hasil diskusi REI dan Lembaga
Pengkajian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan Indonesia (LPP3I)
tentang Hunian Berimbang di Hotel Ciputra, Citraland tanggal 6 Maret 2013.
2.	Pemimpin redaksi HUDmagz.
3.	Sebagai ilustrasi, dalam konsideran menimbang huruf b. SKB 3 Menteri
dicantumkan bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan perumahan dan
permukiman yang serasi, perlu diwujudkan lingkungan permukiman yang
penghuninya terdiri dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial yang
saling membutuhkan dengan dilandasi rasa kekeluargaan, kebersamaan dan
kegotongroyongan, serta menghindari terciptanya lingkungan perumahan dengan
pengelompokan hunian yang dapat mendorong terjadinya kerawanan sosial.
Edisi 4 - 2013
kan perbandingan jumlah rumah sederhana, jumlah rumah a.	 Pembangunan rumah sederhana dalam skema hunian
menengah dan jumlah rumah mewah. Perbandingan yang
berimbang terkesan seperti pergeseran tanggungjawab
dimaksud adalah dalam skala 3:2:1, yaitu 3 (tiga) atau le­
penyediaan perumahan dari pemerintah ke pengembang
bih rumah sederhana berbanding 2 (dua) rumah mene­
ketika tidak tersedia insentif dari pemerintah
ngah berbanding 1 (satu) rumah mewah4.
Perumahan merupakan kebutuhan dasar bahkan
Komposisi berdasarkan luasan lahan merupakan per­
bagian dari hak asasi manusia. Hal ini tercantum secara
bandingan luas lahan untuk rumah sederhana, terhadap
jelas mulai dari UUD 1945 berikut UUD 1945 Aman­
luas lahan keseluruhan. Luasan lahan tersebut minimal
demen, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
25% dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah
Manusia Pasal 40, dan terbaru Undang-Undang Nomor
sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah ru­
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Per­
mah mewah ditambah jumlah rumah menengah.
mukiman Pasal 129. Sebagai konsekuensinya, Negara
Selain itu, ditetapkan juga
dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab agar ke­
adanya Hunian Berimbang ru­
­
butuhan akan perumahan masyarakat dapat terpenuhi.
mah susun yang merupa­ an
k
Walaupun dalam kenyataannya, masih sekitar 8,2 juta
perumahan atau lingkung­
keluarga belum menempati
an hunian yang dibangun
rumah yang layak huni.
Pasal 34
secara berimbang antara ru­ (1) 	Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib
Konsep hunian berimbang
mewujudkan
hunian berimbang.
mah susun komersial dan ru­ (2) 	Pembangunanperumahan dengan besar yang dilakukan oleh badan kemudian menjadi salah satu
perumahan skala
hukum wajib mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.
mah susun umum. Hunian
jalan keluar pemenuhan hak
(3) 	Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
Berimbang yang dimaksud
perumahan masyarakat. Na­
badan hukum yang membangun perumahan yang seluruhnya
ditujukan
tersebut minimal 20% (dua (4) 	Dalam haluntuk pemenuhan kebutuhan rumah umum.
mun dari kacamata pengem­
pembangunan perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan
puluh persen) dari total luas
bang, pelaksanaan konsep
insentif kepada badan hukum untuk mendorong pembangunan
lantai rumah susun komersial
hunian berimbang menjadi
perumahan dengan hunian berimbang.
yang dibangun adalah berupa
seperti pergeseran tanggung­
Pasal 35
rumah susun umum. Rumah (1) 	Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang jawab dari peme­ intah kepa­
r
meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
susun umum tersebut dapat (2) 	Ketentuan mengenai hunian berimbang diatur dengan mewah.
da pihak pengembang. Kon­
Peraturan
Menteri.
dibangun pada bangunan ter­
disi ini sangat terasa ketika
pisah bangunan rumah susun
tidak tersedia insentif yang
Pasal 36
hal
komersial atau diba­ gun da­ (1) 	Dalamdalampembangunan perumahan dengan hunian berimbang memadai bagi pengembang
n
tidak
satu hamparan, pembangunan rumah umum harus
dilaksanakan dalam satu daerah kabupaten/kota.
lam satu hamparan dengan
dalam pelaksanaannya. Hal
(2) 	Pembangunan rumah umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
rumah susun komersial.
ini terlihat jelas pada pasal 34
harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
Perencanaan perumahan (3) 	Kemudahan aksesdaerah.
ayat 4 yang menyatakan ‘da­
dengan peraturan
dan kawasan permukiman (4) 	Pembangunan perumahan dilakukan hunian berimbang sebagaimana lam hal pembangunan peru­
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang sama.
dengan Hunian Berimbang
mahan sebagaimana dimak­
Pasal 37
dapat dilaksanakan dalam
sud ayat (1)5, Pemerintah
Ketentuan lebih lanjut mengenai perumahan skala besar dan kriteria
satu hamparan atau tidak da­ hunian berimbang sebagaimana dimaksud Pasal 34, Pasal 35 dan Pasal 36 dan/atau pemerintah daerah
dapat memberikan insentif
lam satu hamparan. Perenca­ diatur dengan Peraturan Menteri.
kepada badan hukum untuk
naan tidak dalam satu ham­ sumber: UU Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
mendorong pembangunan
paran wajib dilakukan oleh
perumahan dengan hunian berimbang. Sementara pada
setiap orang yang sama dan perencanaan tersebut tertuang
pasal 54 ayat (2) disebutkan bahwa untuk memenuhi
dalam dokumen-dokumen berupa (i) Rencana tapak; (ii)
kebutuhan rumah bagi MBR, Pemerintah dan/atau pe­
Desain rumah; (iii) Spesifikasi teknis rumah; (iv) Rencana
merintah daerah wajib memberikan kemudahan pem­
kerja perwujud­ n hunian berimbang; (v) Rencana kerjasa­
a
ma. Dokumen tersebut harus mendapat pengesahan dari
pemerintah daerah kabupaten/kota, khusus DKI Jakarta 4.	Dalam Permenpera No. 10/2012 tercantum rumah komersil sebagai rumah yang
diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.Rumah mewah sebagai rumah
oleh pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta.
komersial yang diselenggarakan dengan harga jual lebih besar dari 4 (empat)
Isu terkait Hunian Berimbang
Dalam diskusi terungkap beberapa isu utama, termasuk
juga hambatan pelaksanaan konsep hunian berimbang se­
lama ini, yaitu:

kali harga jual rumah sederhana. Sedangkan rumah sederhana adalah rumah
umum yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 60 m2 sampai
dengan 200m2 dengan luas lantai bangunan paling sedikit 36 m2 dengan harga
jual sesuai ketentuan pemerintah. Selanjutnya, rumah menengah adalah rumah
komersial dengan harga jual lebih besar dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat)
kali harga jual rumah sederhana.
5.	Pasal 34 ayat (1) menyatakan ‘Badan hukum yang melakukan pembangunan
perumahan wajib mewujudkan perumahan dengan hunian berimbang’

19
Segmen
bangunan dan perolehan rumah melalui program pe­
rencanaan pembangunan perumahan secara bertahap
dan berkelanjutan. Jadi insentif tersebut hanya wajib
ketika membangun rumah bagi MBR tetapi menjadi
tidak wajib ketika terkait hunian berimbang. Perbedaan
ini menjadi terlihat seperti membedakan antara penye­
dia rumah bagi MBR dan pengembang yang terkena
ketentuan hunian berimbang. Sementara pada dasarnya
keduanya juga membangun rumah sederhana. Bahkan
tidak tertutup kemungkinan jumlah rumah sederhana
yang dibangun dalam skema hunian berimbang jauh
lebih banyak dan masif.
b.	 Konsep hunian berimbang banyak disalahpahami sebagai
hanya sekedar mengurangi backlog, padahal filosofi utamanya adalah menjaga keserasian sosial dalam masyarakat
melalui hidup berdampingan diantara beragam strata sosial dalam satu lingkungan hunian. Hal ini sebenarnya
telah tercantum jelas dalam SKB 3 (tiga) Menteri ta­
hun 1992 maupun dalam Permenpera No­
mor 10 Tahun 2012. Sebagai akibatnya,
hunian berimbang dalam satu ham­
paran adalah suatu keniscayaan. Na­
mun perlu juga disepakati luasan
minimal yang dapat dikatego­
rikan sebagai satu hamparan
yang memenuhi stan­
dar kelayakan minimal
terbentuknya
suatu
ko­ unitas yang hete­
m
rogen.
c. Konsep hunian berimbang dapat juga dilihat
sebagai salah satu bentuk
Corporate Social Responsibility (CSR).
Mempertimbangkan penyediaan pe­
rumahan menjadi tanggung jawab pe­
merintah/pemerintah daerah, beban yang
ditanggung pengembang dapat diperhitungkan sebagai
kontribusi CSR nya.
d.	 Pasar tanah dilepas ke pasar sehingga harga tanah tidak
terkendali. Kondisi ini menjadikan pengembang terbe­
bani secara finansial, khususnya pada daerah dengan
harga tanah yang tinggi, ketika harus menyiapkan por­
si tertentu lahan bagi kebutuhan rumah sederhana yang
harganya ditentukan. Sementara ke depannya tidak ada
jaminan bahwa kapling untuk rumah sederhana tidak
dipindahtangankan kepada mereka yang tidak berhak.
e.	 Penerapan konsep hunian berimbang perlu memperhatikan keberagaman daerah, dan tidak menerapkan skema
‘one fit for all’. Hal ini menjadikan penerapan konsep
hunian berimbang sulit dilaksanakan. Sebagai ilus­

DENPASAR

20

trasi harga lahan di Jakarta berbeda dengan kota ke­
cil di pedalaman pulau Sulawesi, termasuk juga biaya
pembangunan rumah yang berbeda signifikan dari satu
lokasi ke lokasi lain. Sepertinya pengaturan hunian
berimbang ‘bias kota besar’. Dibutuhkan fleksibilitas
yang memberi ruang bagi pemerintah masing-masing
daerah untuk merinci ketentuan hunian berimbang
dalam peraturan daerahnya sesuai dengan kondisi ma­
sing-masing. Walaupun demikian, secara nasional perlu
ditetapkan variabel penentunya (saat ini berupa harga
rumah, luasan kapling dan jumlah rumah), yang ke­
mudian masing-masing daerah dapat menyesuaikan.
f.	 Konsep hunian berimbang belum terakomodasi/terinternalisasi kedalam skema Rencana Tata Ruang. Sebagai
konsekuensinya, penerapan hunian berimbang dapat
bertabrakan dengan ketentuan atau penetapan tata ru­
ang suatu wilayah. Sebagai ilustrasi, dalam rencana tata
ruang ditetapkan luasan kapling minimal yang tidak
sesuai dengan ketentuan hunian berimbang.
g.	 Penerapan skema hunian berimbang kurang mengakomodasi konsep sejenis yang telah ada sebelumnya seperti
skema Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan
Siap Bangun (Lisiba). Walaupun disadari juga bahwa
skema Kasiba dan Lisiba juga relatif tidak berjalan baik.
Tidak tertutup kemungkinan skema Kasiba dan Lisiba
dapat bersinergi dengan hunian berimbang.
h.	 Penerapan suatu kebijakan publik dalam hal ini hunian
berimbang membutuhkan dasar pijak yang kuat berupa
hasil evaluasi pelaksanaan hunian berimbang. Sementara
berdasar pengamatan pemangku kepentingan, pelak­
sanaan konsep hunian berimbang secara resmi belum
pernah di evaluasi. Termasuk juga penetapan batasan
hamparan tidak melalui pengujian/simulasi. Akibat­
nya permenpera tentang hunian berimbang menjadi
kurang matang konsepnya.
i.	 Penerapan hunian berimbang membutuhkan penegak­
an hukum (law enforcement) yang kuat. Pengalaman
menunjukkan bahwa skema sejenis hunian berim­
bang rawan penyalahgunaan. Sebagai ilustrasi, ketika
dibangun rumah sederhana pada lokasi dengan harga
tanah yang cukup mahal, terdapat kecenderungan ru­
mah tersebut akan dialihkan ke pihak lain oleh pemi­
liknya demi memperoleh keuntungan finansial jangka
pendek.
j.	 Penolakan (setidaknya tidak menjadi preferensi) dari ke­
lompok strata tertentu untuk hidup berdampingan dalam
satu hamparan tertentu dengan kelompok strata bawah.
Walaupun sinyalemen ini tidak secara eksplisit dinya­
takan tetapi biasanya terwujud dalam bentuk citra ka­
wasan perumahan menjadi kurang ‘menjual’.
k.	 Pengaturan skema hunian berimbang melalui SKB 3
Edisi 4 - 2013
(tiga) menteri tidak mempunyai legitimasi yang kuat. Hal
ini yang ditengarai menjadi salah satu kendala penerap­
an hunian berimbang selama ini. Walaupun demikian
sinyalemen ini belum pernah diuji kesahihannya.
l.	 Walaupun dianggap sulit diterapkan, namun ternyata
beberapa lokasi perumahan telah berupaya menerapkan
konsep hunian berimbang. Kementerian Perumahan
Rakyat mencatat setidaknya terdapat 5 (lima) lokasi
yang telah melaksanaan konsep ini yaitu Perumahan
Telaga Kahuripan (Kabupaten Bogor) seluas 750 ha,
Perumahan Bukit Semarang Baru di kabupaten Sema­
rang seluas 1.250 ha, Perumahan Bukit Baruga di kota
Makassar seluas 1.000 ha, perumahan Driyorejo di ka­
bupaten Gresik seluas 1.000 ha, dan Perumahan
Kurnia Jaya di kota Batam seluas 100 ha.
Agenda ke Depan
Dalam diskusi disepakati beberapa hal
diantaranya adalah (i) konsep hunian ber­
imbang adalah suatu upaya mencegah ter­
jadinya pengelompokan perumahan berdasar
strata sosial yang dapat mendorong terjadinya
kerawanan sosial. Selain itu, konsep hunian
berimbang juga mendukung pemerintah da­
lam mengurangi backlog rumah layak huni dan terjangkau.
Namun pelaksanaannya yang membutuhkan suatu pan­
duan yang rinci tetapi fleksibel disesuaikan dengan kon­
disi masing-masing daerah; (ii) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2011 masih dianggap perlu ‘sedikit’ penyesuaian
terutama terkait kewajiban pemerintah/pemerintah daerah
mendukung penerapan skema lingkungan hunian berim­
bang; (iii) Permenpera Nomor 10 Tahun 2012 yang se­
layaknya menjadi acuan penerapan konsep hunian berim­
bang, ternyata dipandang belum cukup memadai. Masih
terdapat banyak hal yang perlu diperjelas, diluruskan, dan
ditambahkan
Dalam penerapannya, konsep lingkungan hunian ber­
imbang membutuhkan dukungan pemerintah setidaknya
dalam beberapa hal, yaitu.
a.	 Peninjauan kembali dan revisi terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah yang ada agar mengadopsi skema ling­
kungan hunian berimbang. Sehingga penerapan skema
lingkungan hunian berimbang mempunyai acuan yang
jelas terkait aspek tata ruang.
b.	 Dilakukan upaya terobosan dalam mendukung penye­
diaan rumah sederhana dalam skema lingkungan huni­
an berimbang diantaranya dapat berupa pengenalan
konsep ‘freezing’ terhadap harga tanah, penyiapan bank
tanah, penerapan kembali (revitalisasi) skema Kasiba
dan Lisiba melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor
80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba, pemberian

peran yang jelas kepada Perumnas sebagai ‘leading sector’ pembangunan perumahan publik, penyiapan in­
sentif (disinsentif ) bagi pengembang.
c.	 Perlunya dilakukan kajian akademis disertai simulasi
terkait konsep hunian berimbang, khususnya terkait
besaran luasan hamparan dan jumlah rumah minimal
yang layak bagi terbentuknya sebuah komunitas so­
sial yang harmonis, komposisi alternatif hunian ber­
imbang (tidak mutlak 1:2:3), besaran beban finansial
maksimal yang dapat ditanggung oleh pengembang,
pilihan insentif yang wajib disediakan, kemungkinan
menjadikan kontribusi pengembang dalam
hunian berimbang menjadi ske­
ma CSR pengembang.
Termasuk dalam hal
ini adalah kajian aka­
demis terhadap tero­
bosan yang akan di­
lakukan. Keseluruhan
konsep hunian berim­
bang tersebut seharusnya bersifat
fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan
kondisi masing-masing daerah. Penerapan sistem
indeks terhadap variabel yang diberlakukan secara na­
sional menjadi suatu pilihan.
d.	 Penegasan kewenangan pemerintah, pemerintah pro­
­
vinsi, pemerintah kabupaten/kota, pihak terkait lain­
nya seperti Perumnas, BPN dalam penerapan skema
lingkungan hunian berimbang. Pada saat yang sama
juga perlu ditegaskan kewajiban pihak pengembang
termasuk masyarakat. Termasuk juga pilihan bentuk
kemitraan yang dapat dilakukan.
e.	 Penerapan skema hunian berimbang bersifat dinamis,
dalam arti ketika harga tanah dilepas ke pasar maka
kemungkinan akan terjadi ‘moral hazard’ berupa pen­
jualan aset rumah sederhana kepada pihak lain yang
berpotensi ‘mengacaukan’ skema hunian berimbang.
Untuk itu, langkah pengendalian baik berupa peman­
tauan, penerapan sanksi, penegakan hukum yang ketat
menjadi keniscayaan.
f.	 Bentuk dukungan tersebut sebaiknya tercantum dalam
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat yang mengatur
tentang hunian berimbang. Untuk itu, disarankan agar
Kementerian Perumahan Rakyat melakukan penin­
jauan kembali dan merevisi Permenpera terkait. Dalam
upaya peninjauan dan revisi tersebut seyogyanya meli­
batkan pemangku kepentingan dan didasari oleh hasil
evaluasi pelaksanaan konsep hunian berimbang selama
ini, yang disertai hasil kajian/simulasi terhadap varia­
bel/faktor yang ditetapkan sebagai penentu dimensi
hunian berimbang.

21

More Related Content

What's hot

Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap BangunKawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangunindwirahma
 
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatPembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatOswar Mungkasa
 
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Ramadhani Pratama
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliPenataan Ruang
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Obie Donk Ach
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapakmateri2014
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Yulianto Dwi Prasetyo
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Nurul Angreliany
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboPenataan Ruang
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaPemdes Seboro Sadang
 
Peran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangPeran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangYayasan CAPPA
 
Hukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunHukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunLeks&Co
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negaraheru sutono, iai
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031joihot
 

What's hot (20)

Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap BangunKawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Real estate design
Real estate designReal estate design
Real estate design
 
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatPembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
 
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
 
Matriks itbx 2
Matriks itbx 2Matriks itbx 2
Matriks itbx 2
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapak
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Peran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangPeran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruang
 
Hukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunHukum Rumah Susun
Hukum Rumah Susun
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 
Bab ii tinjauan kebijakan 2504
Bab ii tinjauan kebijakan 2504Bab ii tinjauan kebijakan 2504
Bab ii tinjauan kebijakan 2504
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
 

Viewers also liked

Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...
Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...
Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...Oswar Mungkasa
 
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangSinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangOswar Mungkasa
 
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Oswar Mungkasa
 
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...Oswar Mungkasa
 
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...Oswar Mungkasa
 
Profil Kemiskinan Aceh
Profil Kemiskinan AcehProfil Kemiskinan Aceh
Profil Kemiskinan AcehOswar Mungkasa
 
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...Oswar Mungkasa
 
Hari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberHari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberOswar Mungkasa
 
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusHari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusOswar Mungkasa
 
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Oswar Mungkasa
 
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)Oswar Mungkasa
 
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013Oswar Mungkasa
 
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan SosialBasis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan SosialOswar Mungkasa
 
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...Oswar Mungkasa
 
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013 Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013 Oswar Mungkasa
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...Oswar Mungkasa
 
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua Barat
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua BaratIsu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua Barat
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua BaratOswar Mungkasa
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
 
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuArah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuOswar Mungkasa
 

Viewers also liked (20)

Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...
Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...
Nusantara Bertutur Berkiprah dalam Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional...
 
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan RuangSinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
Sinergitas Kebijakan-Rencana-Program (KRP) dalam Konteks Pemanfaatan Ruang
 
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
 
Hari Habitat Dunia
Hari Habitat DuniaHari Habitat Dunia
Hari Habitat Dunia
 
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...
Belajar dari Singapore's Provident Fund. Sebuah Upaya Merancang Tabungan Peru...
 
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...
PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 1 Tahun 20...
 
Profil Kemiskinan Aceh
Profil Kemiskinan AcehProfil Kemiskinan Aceh
Profil Kemiskinan Aceh
 
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...
KELOPAK. Sumber informasi Kelola Sampah dengan Bijak. Edisi Perdana Tahun 201...
 
Hari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberHari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 November
 
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusHari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
 
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
 
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
 
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013
GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013
 
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan SosialBasis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial
Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial
 
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...
Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman. Memperkuat Koordinasi Menuju...
 
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013 Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
 
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua Barat
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua BaratIsu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua Barat
Isu Strategis, Permasalahan dan Arah Pembangunan Propinsi Papua Barat
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
 
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuArah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
 

Similar to Hunian Berimbang

UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan PermukimanUU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan PermukimanPenataan Ruang
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Oswar Mungkasa
 
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Oswar Mungkasa
 
Uu perumahan
Uu perumahanUu perumahan
Uu perumahanjrryanjyp
 
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanUu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanharris87an
 
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah SusunUU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah SusunPenataan Ruang
 
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah SusunUndang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah SusunOswar Mungkasa
 
Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019KantorHukum1
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011Oswar Mungkasa
 
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta rumah-pekanbaru
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta  rumah-pekanbaruPaparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta  rumah-pekanbaru
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta rumah-pekanbarunovri ilham
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...Kota Serang
 
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanPp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanharris87an
 

Similar to Hunian Berimbang (20)

Tugas 1 hukum perkim 2017
Tugas 1 hukum perkim 2017Tugas 1 hukum perkim 2017
Tugas 1 hukum perkim 2017
 
Tugas perumahan
Tugas perumahanTugas perumahan
Tugas perumahan
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan PermukimanUU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
 
Uu 04 1992
Uu 04 1992Uu 04 1992
Uu 04 1992
 
Proposal tesis ok
Proposal tesis okProposal tesis ok
Proposal tesis ok
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
 
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
 
Uu perumahan
Uu perumahanUu perumahan
Uu perumahan
 
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanUu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman
 
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah SusunUU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
 
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah SusunUndang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
 
rumah susun nih
rumah susun nihrumah susun nih
rumah susun nih
 
Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011
 
Uu 01 1964
Uu 01 1964Uu 01 1964
Uu 01 1964
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta rumah-pekanbaru
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta  rumah-pekanbaruPaparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta  rumah-pekanbaru
Paparan sosialisasi uu nomor 20 tahun 2011 prog sejuta rumah-pekanbaru
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...
 
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanPp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
 

More from Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 

More from Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Hunian Berimbang

  • 1. Segmen Oswar Mungkasa2 Sekilas tentang Hunian Berimbang onsep hunian berimbang telah dikenal lama dalam ilmu perencanaan kota maupun sosiologi perko­ taan, sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan sosiologis masya­ akat. Ide dasarnya bahwa keberadaan r beragam strata sosial dalam satu lingkungan hunian akan menjamin terciptanya kerukunan diantara berbagai strata yang ada. Selain itu, akan menjamin tersedianya rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah. Kesadaran akan pentingnya konsep ini yang mendorong pemerintah mengadopsinya melalui penetapan lingkung­ an hunian berimbang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Tahun 1992, sehingga diharapkan bahwa konsep hunian berimbang dapat terwujud3. Walaupun kemudian ternyata penerapannya tidak semudah yang dibayangkan, sehingga sampai saat ini masih sangat sedikit pembangunan perumahan yang menerapkan konsep ini. Konsep hunian berimbang kemudian dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumah­ an dan Kawasan Permukiman pasal 34 sampai pasal 37 (li­ hat boks), dan ditindaklanjuti dalam Permenpera Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang. Hunian berimbang didefinisikan sebagai perumahan dan kawasan pemukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah mene­ ngah dan rumah mewah atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun komersial (Pasal 1 Permenpera Nomor 10/2012). Tujuan Hunian Berimbang adalah untuk (i) menjamin tersedianya rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana bagi masyarakat yang dibangun dalam satu ham­ paran atau tidak dalam satu hamparan untuk rumah seder­ hana; (ii) mewujudkan kerukunan antarberbagai golongan masyarakat dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, pemukiman, lingkung­ n a K 18 hunian dan kawasan pemukiman; (iii) mewujudkan sub­ sidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta pembiayaan pembangunan perumahan; (iv) menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara so­ sial dan ekonomi; dan (v) mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukkan bagi perumahan dan kawasan pemukiman (pasal 3 Permenpera Nomor 10/2012). Penyelenggaraan peru­ ah­­ dan kawasan permukiman m an dengan Hunian Berimbang dilaksanakan di perumahan, permukiman, ling­ ungan hunian dan kawasan permukim­ k an dengan skala sebagai berikut (i) perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) sam­ pai dengan 1.000 (seribu) rumah; (ii) permukim­ n dengan a jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan 3.000 (tiga ribu) rumah; (iii) Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah; dan (iv) kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah. Lokasi untuk hunian berimbang dapat dilaksanakan dalam satu kabupaten/kota pada satu hamparan; atau tidak dalam satu hamparan. Lokasi Hunian Berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 (seribu) rumah dan untuk lokasi yang tidak dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 50 (lima puluh) rumah. Sementara persyaratan komposisi atas Hunian Berim­ bang adalah berdasarkan: (i) Jumlah rumah; atau (ii) Luas­ an lahan. Komposisi berdasarkan jumlah rumah merupa­ 1. Tulisan ini merupakan rangkuman penulis dari hasil diskusi REI dan Lembaga Pengkajian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan Indonesia (LPP3I) tentang Hunian Berimbang di Hotel Ciputra, Citraland tanggal 6 Maret 2013. 2. Pemimpin redaksi HUDmagz. 3. Sebagai ilustrasi, dalam konsideran menimbang huruf b. SKB 3 Menteri dicantumkan bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan perumahan dan permukiman yang serasi, perlu diwujudkan lingkungan permukiman yang penghuninya terdiri dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial yang saling membutuhkan dengan dilandasi rasa kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan, serta menghindari terciptanya lingkungan perumahan dengan pengelompokan hunian yang dapat mendorong terjadinya kerawanan sosial.
  • 2. Edisi 4 - 2013 kan perbandingan jumlah rumah sederhana, jumlah rumah a. Pembangunan rumah sederhana dalam skema hunian menengah dan jumlah rumah mewah. Perbandingan yang berimbang terkesan seperti pergeseran tanggungjawab dimaksud adalah dalam skala 3:2:1, yaitu 3 (tiga) atau le­ penyediaan perumahan dari pemerintah ke pengembang bih rumah sederhana berbanding 2 (dua) rumah mene­ ketika tidak tersedia insentif dari pemerintah ngah berbanding 1 (satu) rumah mewah4. Perumahan merupakan kebutuhan dasar bahkan Komposisi berdasarkan luasan lahan merupakan per­ bagian dari hak asasi manusia. Hal ini tercantum secara bandingan luas lahan untuk rumah sederhana, terhadap jelas mulai dari UUD 1945 berikut UUD 1945 Aman­ luas lahan keseluruhan. Luasan lahan tersebut minimal demen, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi 25% dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah Manusia Pasal 40, dan terbaru Undang-Undang Nomor sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah ru­ 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Per­ mah mewah ditambah jumlah rumah menengah. mukiman Pasal 129. Sebagai konsekuensinya, Negara Selain itu, ditetapkan juga dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab agar ke­ adanya Hunian Berimbang ru­ ­ butuhan akan perumahan masyarakat dapat terpenuhi. mah susun yang merupa­ an k Walaupun dalam kenyataannya, masih sekitar 8,2 juta perumahan atau lingkung­ keluarga belum menempati an hunian yang dibangun rumah yang layak huni. Pasal 34 secara berimbang antara ru­ (1) Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib Konsep hunian berimbang mewujudkan hunian berimbang. mah susun komersial dan ru­ (2) Pembangunanperumahan dengan besar yang dilakukan oleh badan kemudian menjadi salah satu perumahan skala hukum wajib mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan. mah susun umum. Hunian jalan keluar pemenuhan hak (3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk Berimbang yang dimaksud perumahan masyarakat. Na­ badan hukum yang membangun perumahan yang seluruhnya ditujukan tersebut minimal 20% (dua (4) Dalam haluntuk pemenuhan kebutuhan rumah umum. mun dari kacamata pengem­ pembangunan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan puluh persen) dari total luas bang, pelaksanaan konsep insentif kepada badan hukum untuk mendorong pembangunan lantai rumah susun komersial hunian berimbang menjadi perumahan dengan hunian berimbang. yang dibangun adalah berupa seperti pergeseran tanggung­ Pasal 35 rumah susun umum. Rumah (1) Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang jawab dari peme­ intah kepa­ r meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah susun umum tersebut dapat (2) Ketentuan mengenai hunian berimbang diatur dengan mewah. da pihak pengembang. Kon­ Peraturan Menteri. dibangun pada bangunan ter­ disi ini sangat terasa ketika pisah bangunan rumah susun tidak tersedia insentif yang Pasal 36 hal komersial atau diba­ gun da­ (1) Dalamdalampembangunan perumahan dengan hunian berimbang memadai bagi pengembang n tidak satu hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah kabupaten/kota. lam satu hamparan dengan dalam pelaksanaannya. Hal (2) Pembangunan rumah umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah susun komersial. ini terlihat jelas pada pasal 34 harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur Perencanaan perumahan (3) Kemudahan aksesdaerah. ayat 4 yang menyatakan ‘da­ dengan peraturan dan kawasan permukiman (4) Pembangunan perumahan dilakukan hunian berimbang sebagaimana lam hal pembangunan peru­ dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang sama. dengan Hunian Berimbang mahan sebagaimana dimak­ Pasal 37 dapat dilaksanakan dalam sud ayat (1)5, Pemerintah Ketentuan lebih lanjut mengenai perumahan skala besar dan kriteria satu hamparan atau tidak da­ hunian berimbang sebagaimana dimaksud Pasal 34, Pasal 35 dan Pasal 36 dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan insentif lam satu hamparan. Perenca­ diatur dengan Peraturan Menteri. kepada badan hukum untuk naan tidak dalam satu ham­ sumber: UU Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. mendorong pembangunan paran wajib dilakukan oleh perumahan dengan hunian berimbang. Sementara pada setiap orang yang sama dan perencanaan tersebut tertuang pasal 54 ayat (2) disebutkan bahwa untuk memenuhi dalam dokumen-dokumen berupa (i) Rencana tapak; (ii) kebutuhan rumah bagi MBR, Pemerintah dan/atau pe­ Desain rumah; (iii) Spesifikasi teknis rumah; (iv) Rencana merintah daerah wajib memberikan kemudahan pem­ kerja perwujud­ n hunian berimbang; (v) Rencana kerjasa­ a ma. Dokumen tersebut harus mendapat pengesahan dari pemerintah daerah kabupaten/kota, khusus DKI Jakarta 4. Dalam Permenpera No. 10/2012 tercantum rumah komersil sebagai rumah yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.Rumah mewah sebagai rumah oleh pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta. komersial yang diselenggarakan dengan harga jual lebih besar dari 4 (empat) Isu terkait Hunian Berimbang Dalam diskusi terungkap beberapa isu utama, termasuk juga hambatan pelaksanaan konsep hunian berimbang se­ lama ini, yaitu: kali harga jual rumah sederhana. Sedangkan rumah sederhana adalah rumah umum yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 60 m2 sampai dengan 200m2 dengan luas lantai bangunan paling sedikit 36 m2 dengan harga jual sesuai ketentuan pemerintah. Selanjutnya, rumah menengah adalah rumah komersial dengan harga jual lebih besar dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) kali harga jual rumah sederhana. 5. Pasal 34 ayat (1) menyatakan ‘Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan perumahan dengan hunian berimbang’ 19
  • 3. Segmen bangunan dan perolehan rumah melalui program pe­ rencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Jadi insentif tersebut hanya wajib ketika membangun rumah bagi MBR tetapi menjadi tidak wajib ketika terkait hunian berimbang. Perbedaan ini menjadi terlihat seperti membedakan antara penye­ dia rumah bagi MBR dan pengembang yang terkena ketentuan hunian berimbang. Sementara pada dasarnya keduanya juga membangun rumah sederhana. Bahkan tidak tertutup kemungkinan jumlah rumah sederhana yang dibangun dalam skema hunian berimbang jauh lebih banyak dan masif. b. Konsep hunian berimbang banyak disalahpahami sebagai hanya sekedar mengurangi backlog, padahal filosofi utamanya adalah menjaga keserasian sosial dalam masyarakat melalui hidup berdampingan diantara beragam strata sosial dalam satu lingkungan hunian. Hal ini sebenarnya telah tercantum jelas dalam SKB 3 (tiga) Menteri ta­ hun 1992 maupun dalam Permenpera No­ mor 10 Tahun 2012. Sebagai akibatnya, hunian berimbang dalam satu ham­ paran adalah suatu keniscayaan. Na­ mun perlu juga disepakati luasan minimal yang dapat dikatego­ rikan sebagai satu hamparan yang memenuhi stan­ dar kelayakan minimal terbentuknya suatu ko­ unitas yang hete­ m rogen. c. Konsep hunian berimbang dapat juga dilihat sebagai salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Mempertimbangkan penyediaan pe­ rumahan menjadi tanggung jawab pe­ merintah/pemerintah daerah, beban yang ditanggung pengembang dapat diperhitungkan sebagai kontribusi CSR nya. d. Pasar tanah dilepas ke pasar sehingga harga tanah tidak terkendali. Kondisi ini menjadikan pengembang terbe­ bani secara finansial, khususnya pada daerah dengan harga tanah yang tinggi, ketika harus menyiapkan por­ si tertentu lahan bagi kebutuhan rumah sederhana yang harganya ditentukan. Sementara ke depannya tidak ada jaminan bahwa kapling untuk rumah sederhana tidak dipindahtangankan kepada mereka yang tidak berhak. e. Penerapan konsep hunian berimbang perlu memperhatikan keberagaman daerah, dan tidak menerapkan skema ‘one fit for all’. Hal ini menjadikan penerapan konsep hunian berimbang sulit dilaksanakan. Sebagai ilus­ DENPASAR 20 trasi harga lahan di Jakarta berbeda dengan kota ke­ cil di pedalaman pulau Sulawesi, termasuk juga biaya pembangunan rumah yang berbeda signifikan dari satu lokasi ke lokasi lain. Sepertinya pengaturan hunian berimbang ‘bias kota besar’. Dibutuhkan fleksibilitas yang memberi ruang bagi pemerintah masing-masing daerah untuk merinci ketentuan hunian berimbang dalam peraturan daerahnya sesuai dengan kondisi ma­ sing-masing. Walaupun demikian, secara nasional perlu ditetapkan variabel penentunya (saat ini berupa harga rumah, luasan kapling dan jumlah rumah), yang ke­ mudian masing-masing daerah dapat menyesuaikan. f. Konsep hunian berimbang belum terakomodasi/terinternalisasi kedalam skema Rencana Tata Ruang. Sebagai konsekuensinya, penerapan hunian berimbang dapat bertabrakan dengan ketentuan atau penetapan tata ru­ ang suatu wilayah. Sebagai ilustrasi, dalam rencana tata ruang ditetapkan luasan kapling minimal yang tidak sesuai dengan ketentuan hunian berimbang. g. Penerapan skema hunian berimbang kurang mengakomodasi konsep sejenis yang telah ada sebelumnya seperti skema Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba). Walaupun disadari juga bahwa skema Kasiba dan Lisiba juga relatif tidak berjalan baik. Tidak tertutup kemungkinan skema Kasiba dan Lisiba dapat bersinergi dengan hunian berimbang. h. Penerapan suatu kebijakan publik dalam hal ini hunian berimbang membutuhkan dasar pijak yang kuat berupa hasil evaluasi pelaksanaan hunian berimbang. Sementara berdasar pengamatan pemangku kepentingan, pelak­ sanaan konsep hunian berimbang secara resmi belum pernah di evaluasi. Termasuk juga penetapan batasan hamparan tidak melalui pengujian/simulasi. Akibat­ nya permenpera tentang hunian berimbang menjadi kurang matang konsepnya. i. Penerapan hunian berimbang membutuhkan penegak­ an hukum (law enforcement) yang kuat. Pengalaman menunjukkan bahwa skema sejenis hunian berim­ bang rawan penyalahgunaan. Sebagai ilustrasi, ketika dibangun rumah sederhana pada lokasi dengan harga tanah yang cukup mahal, terdapat kecenderungan ru­ mah tersebut akan dialihkan ke pihak lain oleh pemi­ liknya demi memperoleh keuntungan finansial jangka pendek. j. Penolakan (setidaknya tidak menjadi preferensi) dari ke­ lompok strata tertentu untuk hidup berdampingan dalam satu hamparan tertentu dengan kelompok strata bawah. Walaupun sinyalemen ini tidak secara eksplisit dinya­ takan tetapi biasanya terwujud dalam bentuk citra ka­ wasan perumahan menjadi kurang ‘menjual’. k. Pengaturan skema hunian berimbang melalui SKB 3
  • 4. Edisi 4 - 2013 (tiga) menteri tidak mempunyai legitimasi yang kuat. Hal ini yang ditengarai menjadi salah satu kendala penerap­ an hunian berimbang selama ini. Walaupun demikian sinyalemen ini belum pernah diuji kesahihannya. l. Walaupun dianggap sulit diterapkan, namun ternyata beberapa lokasi perumahan telah berupaya menerapkan konsep hunian berimbang. Kementerian Perumahan Rakyat mencatat setidaknya terdapat 5 (lima) lokasi yang telah melaksanaan konsep ini yaitu Perumahan Telaga Kahuripan (Kabupaten Bogor) seluas 750 ha, Perumahan Bukit Semarang Baru di kabupaten Sema­ rang seluas 1.250 ha, Perumahan Bukit Baruga di kota Makassar seluas 1.000 ha, perumahan Driyorejo di ka­ bupaten Gresik seluas 1.000 ha, dan Perumahan Kurnia Jaya di kota Batam seluas 100 ha. Agenda ke Depan Dalam diskusi disepakati beberapa hal diantaranya adalah (i) konsep hunian ber­ imbang adalah suatu upaya mencegah ter­ jadinya pengelompokan perumahan berdasar strata sosial yang dapat mendorong terjadinya kerawanan sosial. Selain itu, konsep hunian berimbang juga mendukung pemerintah da­ lam mengurangi backlog rumah layak huni dan terjangkau. Namun pelaksanaannya yang membutuhkan suatu pan­ duan yang rinci tetapi fleksibel disesuaikan dengan kon­ disi masing-masing daerah; (ii) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 masih dianggap perlu ‘sedikit’ penyesuaian terutama terkait kewajiban pemerintah/pemerintah daerah mendukung penerapan skema lingkungan hunian berim­ bang; (iii) Permenpera Nomor 10 Tahun 2012 yang se­ layaknya menjadi acuan penerapan konsep hunian berim­ bang, ternyata dipandang belum cukup memadai. Masih terdapat banyak hal yang perlu diperjelas, diluruskan, dan ditambahkan Dalam penerapannya, konsep lingkungan hunian ber­ imbang membutuhkan dukungan pemerintah setidaknya dalam beberapa hal, yaitu. a. Peninjauan kembali dan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada agar mengadopsi skema ling­ kungan hunian berimbang. Sehingga penerapan skema lingkungan hunian berimbang mempunyai acuan yang jelas terkait aspek tata ruang. b. Dilakukan upaya terobosan dalam mendukung penye­ diaan rumah sederhana dalam skema lingkungan huni­ an berimbang diantaranya dapat berupa pengenalan konsep ‘freezing’ terhadap harga tanah, penyiapan bank tanah, penerapan kembali (revitalisasi) skema Kasiba dan Lisiba melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba, pemberian peran yang jelas kepada Perumnas sebagai ‘leading sector’ pembangunan perumahan publik, penyiapan in­ sentif (disinsentif ) bagi pengembang. c. Perlunya dilakukan kajian akademis disertai simulasi terkait konsep hunian berimbang, khususnya terkait besaran luasan hamparan dan jumlah rumah minimal yang layak bagi terbentuknya sebuah komunitas so­ sial yang harmonis, komposisi alternatif hunian ber­ imbang (tidak mutlak 1:2:3), besaran beban finansial maksimal yang dapat ditanggung oleh pengembang, pilihan insentif yang wajib disediakan, kemungkinan menjadikan kontribusi pengembang dalam hunian berimbang menjadi ske­ ma CSR pengembang. Termasuk dalam hal ini adalah kajian aka­ demis terhadap tero­ bosan yang akan di­ lakukan. Keseluruhan konsep hunian berim­ bang tersebut seharusnya bersifat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Penerapan sistem indeks terhadap variabel yang diberlakukan secara na­ sional menjadi suatu pilihan. d. Penegasan kewenangan pemerintah, pemerintah pro­ ­ vinsi, pemerintah kabupaten/kota, pihak terkait lain­ nya seperti Perumnas, BPN dalam penerapan skema lingkungan hunian berimbang. Pada saat yang sama juga perlu ditegaskan kewajiban pihak pengembang termasuk masyarakat. Termasuk juga pilihan bentuk kemitraan yang dapat dilakukan. e. Penerapan skema hunian berimbang bersifat dinamis, dalam arti ketika harga tanah dilepas ke pasar maka kemungkinan akan terjadi ‘moral hazard’ berupa pen­ jualan aset rumah sederhana kepada pihak lain yang berpotensi ‘mengacaukan’ skema hunian berimbang. Untuk itu, langkah pengendalian baik berupa peman­ tauan, penerapan sanksi, penegakan hukum yang ketat menjadi keniscayaan. f. Bentuk dukungan tersebut sebaiknya tercantum dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat yang mengatur tentang hunian berimbang. Untuk itu, disarankan agar Kementerian Perumahan Rakyat melakukan penin­ jauan kembali dan merevisi Permenpera terkait. Dalam upaya peninjauan dan revisi tersebut seyogyanya meli­ batkan pemangku kepentingan dan didasari oleh hasil evaluasi pelaksanaan konsep hunian berimbang selama ini, yang disertai hasil kajian/simulasi terhadap varia­ bel/faktor yang ditetapkan sebagai penentu dimensi hunian berimbang. 21