SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I
                        PENDAHULUAN

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler
yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada
berbagai tingkat usia.sistim kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi /
peredaran darah dan keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang
sangat penting karena merupakan pengatur dan yang menyalurkan O2
serta nutrisi keseluruh tubuh . bila salah satu organ tersebut mengalami
gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh.
Sampai saat ini gangguan jantung / pembuluh darah terutama disebabkan
infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari hari masih merupakan
angka tertinggi.

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dinegara maju. Di AS
saja diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta
orang akan terkena gangguan jantung serius tahun 2005.
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa
darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh karna gangguan primer otot jantung
atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi keduanya. Untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung yang bertindak sebagai
pompa sentral akan memompa darah untuk menghantarkan bahan –
bahan metabolismeyang diperlukan keseluruh jaringan tubuh dan
mengangkat sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh.

Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan
yang sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dmanapun berada.
Keluhan dan gejala sangat bervariasi sehingga Sering sangat sulit
dibedakan    dengan      akibat    penyakit    lain    diluar jantung.
Gagal    jantung     yang    merupakan      ketidakmampuan     jantung
mempertahankan curah jantung (cardiac output = CO)dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume
darah yang efektif berkurang. Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi
yangadeuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu refleks homeostatis atau
mekanisme kompensasi melalui perubahan-perubahan neurohumoral,
dilatasi   ventrikel     dan    mekanisme        frank     –  starling.
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimanajantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan.ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan mtabolisme tubuh, dan kedua,
penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan.

Pada CHF terdapat kegagalan mekanisme frank- starling , maka
walaupun isi akhir diastolik meningkat,namun dia tidak akan di ikuti oleh
peningkatan curah jantung. Perubahan-perubahan selanjutnya karena
penurunan curah jantung dan tekanan darah yang disertai pula dengan
penurunan aliran darahginjal dan perfusi darah ginjal sehingga
mempengaruhi mekanisme rennin-angiotensin dengan segala aspek dan
manifestasinya. Maka pada CHF terjadi perubahan-perubahn ketidak
seimbangan tekanan hidrostatik membran kapiler sehingga ketidak
seimbangan volume cairan lebih berat dan akhirnya mengakibatkan
edema.

Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang
banyak dijumpai dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama
baik di negara maju maupun di Negara sedang berkembang.
Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karma penyakit ini,atau
sekitar 30,3% dari total kematian diseluruh dunia. Lebih dari setengahnya
dilaporkan dari Negara berkembang. Di indonesia, prevalensi penyakit
jantung dari tahun ke tahun terus menigkat.hal ini berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia tentang faktor penyebab
dan        pencetus        timbulnya       penyakit       kardiovaskuler.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik- baiknya perlu
mengetahui gejala-gejala dini penyebabserta permasalahanya. Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses serta
asuhan keperawatan yang di tujukan untuk meningkatkan, mencegah,
mangatasi dan memulihkan kesehatan. Peran perawat yang utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system
kardiovaskuler ini.
BAB II
                               PEMBAHASAN
                 GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)


A. Anatomi Fisiologi
           Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua
   paru-paru, pericardium yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan : pericardium
   viceralis dan pericardium parietalis. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan :
   epikardium, miokardium dan endokardium.
           Atrium secara anatomi terpisah dari ruang jantung bawah (ventrikel) oleh
   suatu annulus fibrosus. Keempat katub jantung terletak dalam ruang ini.
           Katub jantung berfungsi memprtahankan aliran darah searah melalui bilik-
   bilik jantung . Ada dua jenis katub : katub atrioventrikularis yang memisahkan atrium
   dan ventrikel dan katub semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta
   dari ventrikel yang bersangkutan.
           Anulus fibrosus diantara atrium dan ventrikuler memisahkan ruangan ruangan
   ini   baik secara natomis maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan
   sinkron , serta kontraksi otot jantung , terdapat jalur konduksi khusus dalam
   miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
   1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
   2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur.
   3. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
   4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi.
           Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot
   jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen
   dan nutrisi ke miokardium mellui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil.
   Untuk dapat mengetahui akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus
   mengenal terlebih dahulu distribusi arteri koronaria keotot jantung dan sistem
   penghantar.
Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf
   otonom yaitu simpatis dan parasimpatis dengan efek yang saling berlawanan dan
   bekerja bertolak belakang.


B. Pengertian
          Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
   tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang
   penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap
   kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
   jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
   miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
   mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah
   perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
          Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal
   sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan
   perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi
   yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam
   volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan
   dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
   kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih
   umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat
   bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung,
   seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.


C. Etiologi
          Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
   jantung kongestif maupun didapat. Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan
   gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia,
   infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Keadaan-keadaan yang
   meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan
   beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi
   sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
   kardiomiopati.
Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan
   dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang
   mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal
   jantung.


D. Patofisiologi
          Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
   jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
   ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
   sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
          Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
   peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan
   terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung
   kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti
   sistemik dan edema.
          Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
   dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
   bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
   atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
   kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
          Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
   dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat
   aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon
   ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme
   ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau
   hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad
   kerj ventrikel    dan menurunnya curah jntung biasanya tampak pada keadaan
   berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung       maka kompensasi akan menjadi
   semakin luring efektif.
E. Penanganan
          Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja
   jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
   miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal,
   kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala
   timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan
   sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung
   atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk
   dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
          Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang
   sederhana namun sangat tepat dalam         penanganan gagal jantung. Tetapi harus
   diperhatikan jngn sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari
   kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat
   meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang
   terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia
   mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.


F. Pemeriksaan Diagnostik
      1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
          kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
          Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
          menunjukkan adanya aneurime ventricular.
      2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
          fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
      3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
          dinding.
      4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
          membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
          insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan
          kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
          kontrktilitas.
G. Rencan Asuhan Keperawatan
          Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
   memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
   menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan
   teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.


   1. Pengkajian Klien
     a. Aktivitas/istirahat
          ☺ Gejala       : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
                          insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pad
                          istirahat atau pada pengerhan tenaga.
          ☺ Tanda        : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,
                          tanda vital berubah pad aktivitas.
     b. Sirkulasi
          ☺ Gejala       : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
                          jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
                          bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
          ☺ Tanda        : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
                          Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
                          Irama Jantung ; Disritmia.
                          Frekuensi jantung ; Takikardia.
                          Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
                                        posisi secara inferior ke kiri.
                          Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
                                         terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
                          Murmur sistolik dan diastolic.
                          Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
                          Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
                                            kapiler lambat.
                          Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
                          Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
                          Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
                                   khususnya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
    ☺ Gejala        : Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan
                     penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan
                     medis)
    ☺ Tanda         : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan
                     dan mudah tersinggung.
d. Eliminasi
    ☺ Gejala        : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam
                     hari (nokturia), diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
    ☺ Gejala        : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
                     signifikan,     pembengkakan         pada   ekstremitas   bawah,
                     pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
                     telah diproses dan penggunaan diuretic.
    ☺ Tanda         : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
                     serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
    ☺ Gejala        : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
    ☺ Tanda         : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
    ☺ Gejala        : Kelemahan, pening, episode pingsan.
    ☺ Tanda         : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
                     tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
    ☺ Gejala        : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
                     dan sakit pada otot.
    ☺ Tanda         : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi
                     diri.
i. Pernapasan
    ☺ Gejala        : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
                     bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
                     penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
    ☺ Tanda         : Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
                                    pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
                                       menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
                        Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
                                       pulmonal)
                        Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
                        Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
                        Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
  j. Keamanan
       ☺ Gejala     : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,
                        kulit lecet.
  k. Interaksi sosial
       ☺ Gejala     : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
                        dilakukan.
  h. Pembelajaran/pengajaran
       ☺ Gejala     : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya :
                        penyekat saluran kalsium.
       ☺ Tanda      : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.


2. Diagnosa Keperawatan
   a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ;
          1) Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
          2) Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
          3) Perubahan structural
       Ditandai dengan ;
       1) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
          gambaran pola EKG
       2) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
       3) Bunyi ekstra (S3 & S4)
       4) Penurunan keluaran urine
       5) Nadi perifer tidak teraba
       6) Kulit dingin kusam
       7) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
       Hasil yang diharapkan/evaluasi, klien akan :
       1) Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
2) Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
3)Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
1) Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
   Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
               mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
2) Catat bunyi jantung
   Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
               Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
               darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
               Inkompetensi/stenosis katup.
3) Palpasi nadi perifer
   Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi
               radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin
               cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse
               alternan.
4) Pantau TD
   Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat.
               Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
               danhipotensi tidak dapat norml lagi.
5) Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
   Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder
               terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan
               anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area
               yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan
               kongesti vena.
6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai
   indikasi (kolaborasi)
   Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
               melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan
               untuk       meningkatkan    volume     sekuncup,   memperbaiki
               kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan :
      1) Ketidak seimbangan antar suplai okigen.
      2) Kelemahan umum
      3) Tirah baring lama/immobilisasi.
   Ditandai dengan :
   1) Kelemahan, kelelahan
   2) Perubahan tanda vital, adanya disrirmia
   3) Dispnea, pucat, berkeringat.
   Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
   1) Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
      sendiri.
   2) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
      oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
   Intervensi
   1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila
      klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
      Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
                 obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
                 fungsi jantung.
   2) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia,
      dispnea berkeringat dan pucat.
      Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
                 volume     sekuncup    selama    aktivitas   dpat   menyebabkan
                 peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen
                 juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
   3) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
      Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
                 daripada kelebihan aktivitas.
   4) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
      Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
                 jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan
                 fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat
                 membaik kembali,
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi
   glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan
   retensi natrium/air.
   Ditandai dengan :
        1) Ortopnea, bunyi jantung S3
        2) Oliguria, edema.
        3) Peningkatan berat badan, hipertensi
        4) Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
   Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
   1)              Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan
                   masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital
                   dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
                   edema.
   2)              Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
   Intervensi :
   1) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis
        terjadi.
        Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan
                      perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga
                      pengeluaran urine dapat ditingkatkan
                      selama tirah baring.
   2) Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
        Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-
                      tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih
                      ada.
   3) Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase
        akut.
        Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan
                      produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
   4) Pantau TD dan CVP (bila ada)
        Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan
                      dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,
                      gagal jantung.
5) Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
      konstipasi.
      Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat
                  mengganggu fungsi gaster/intestinal.
   6) Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
   7) Konsul dengan ahli diet.
      Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
                  memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.


d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
   menbran kapiler-alveolus.
   Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
      1) Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan
          ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala
          distress pernapasan.
      2) Berpartisipasi      dalam     program      pengobatan       dalam   btas
          kemampuan/situasi.
   Intervensi :
   1) Pantau bunyi nafas, catat krekles
      Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret
                  menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
   2) Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
      Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
                  oksigen.
   3) Dorong perubahan posisi.
      Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
   4) Kolaborasi dalam
          -   Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
              Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema
                          paru.
          -   Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
   tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
   Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
        1) Mempertahankan integritas kulit
        2) Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
   Intervensi
   1)           Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area
                sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
        Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi
                     fisik dan gangguan status nutrisi.
   2)           Pijat area kemerahan atau yang memutih
        Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
                  jaringan.
   3)           Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang
                gerak pasif/aktif.
        Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang
                  mengganggu aliran darah.
   4)           Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
        Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat
                  kerusakan.
   5)           Hindari obat intramuskuler
        Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
                   absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya
                   infeksi..


f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
   pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi
   tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
   Ditandai dengan :
        1) Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi
        2) Terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
   Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klin akan :
   1)           Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode
                berulang dan mencegah komplikasi.
2)           Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik
             untuk menangani.
3)           Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
1) Diskusikan fungsi jantung normal
     Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
               memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2) Kuatkan rasional pengobatan.
     Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang
                dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih
                sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3) Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
     Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu
                tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
4) Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
     Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan
               sendiri/penatalaksanaan dirumah.




                         BAB III
KESIMPULAN


Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana
sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru
dan emboli paru-paru.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat;
meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi
sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel.
Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya,
tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana
namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran
                 Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
                 Pendokumentasian     Perawatan    Pasien),   Edisi   3,   Penerbit   Buku
                 Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi P, Atiek SS, Husna A, Kapita selekta          Kedokteran (Efusi Pleura), Media
                 Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 -
                 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2,
                 Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.

More Related Content

What's hot (20)

ANATOMI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI SISTEM RESPIRASIANATOMI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Askep anak
Askep anakAskep anak
Askep anak
 
Askep cva
Askep cvaAskep cva
Askep cva
 
Pengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiPengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasi
 
Makalah Kardiovaskuler
Makalah KardiovaskulerMakalah Kardiovaskuler
Makalah Kardiovaskuler
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
 
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata rahaMakalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
Makalah stres dan adaptasi akbid paramata raha
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
 
Gagal Nafas
Gagal NafasGagal Nafas
Gagal Nafas
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Askep dengan pasien dengan ventilator
Askep dengan pasien dengan ventilatorAskep dengan pasien dengan ventilator
Askep dengan pasien dengan ventilator
 

Viewers also liked

Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Sri Nala
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSISulistia Rini
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failureLetta Samudra
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Warnet Raha
 
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNGFARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNGSulistia Rini
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSISulistia Rini
 
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)Sulistia Rini
 
Jantung kongestif
Jantung kongestifJantung kongestif
Jantung kongestifEpriliani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantungRey Sipa
 
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitajengninda
 
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Feriana Gevaarlijk
 
Regurgitasi mitral
Regurgitasi mitralRegurgitasi mitral
Regurgitasi mitralSalimah Aj
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)Mela Roviani
 

Viewers also liked (20)

Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failure
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNGFARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
 
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
 
Jantung kongestif
Jantung kongestifJantung kongestif
Jantung kongestif
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Gagal jantung, chf
Gagal  jantung, chfGagal  jantung, chf
Gagal jantung, chf
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantung
 
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
 
Presentasi kasus chf
Presentasi kasus chfPresentasi kasus chf
Presentasi kasus chf
 
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
 
Regurgitasi mitral
Regurgitasi mitralRegurgitasi mitral
Regurgitasi mitral
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)
 
Penyakit gagal jantung
Penyakit gagal jantungPenyakit gagal jantung
Penyakit gagal jantung
 

Similar to Makalah gagal jantung kongestif (chf) (20)

Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Chf
Chf Chf
Chf
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
 
gagal jantung kongestf
gagal jantung kongestfgagal jantung kongestf
gagal jantung kongestf
 
5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik
 
Decom
DecomDecom
Decom
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unu
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 

More from KANDA IZUL

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaKANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...KANDA IZUL
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...KANDA IZUL
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...KANDA IZUL
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATKANDA IZUL
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...KANDA IZUL
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...KANDA IZUL
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KANDA IZUL
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...KANDA IZUL
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...KANDA IZUL
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...KANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKANDA IZUL
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatanKANDA IZUL
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945KANDA IZUL
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 

More from KANDA IZUL (20)

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGA
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatan
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
 

Makalah gagal jantung kongestif (chf)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia.sistim kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi / peredaran darah dan keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengatur dan yang menyalurkan O2 serta nutrisi keseluruh tubuh . bila salah satu organ tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh. Sampai saat ini gangguan jantung / pembuluh darah terutama disebabkan infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari hari masih merupakan angka tertinggi. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dinegara maju. Di AS saja diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun 2005. Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karna gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi keduanya. Untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung yang bertindak sebagai pompa sentral akan memompa darah untuk menghantarkan bahan – bahan metabolismeyang diperlukan keseluruh jaringan tubuh dan mengangkat sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh. Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dmanapun berada. Keluhan dan gejala sangat bervariasi sehingga Sering sangat sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain diluar jantung. Gagal jantung yang merupakan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung (cardiac output = CO)dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang. Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yangadeuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu refleks homeostatis atau mekanisme kompensasi melalui perubahan-perubahan neurohumoral, dilatasi ventrikel dan mekanisme frank – starling.
  • 2. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimanajantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan mtabolisme tubuh, dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Pada CHF terdapat kegagalan mekanisme frank- starling , maka walaupun isi akhir diastolik meningkat,namun dia tidak akan di ikuti oleh peningkatan curah jantung. Perubahan-perubahan selanjutnya karena penurunan curah jantung dan tekanan darah yang disertai pula dengan penurunan aliran darahginjal dan perfusi darah ginjal sehingga mempengaruhi mekanisme rennin-angiotensin dengan segala aspek dan manifestasinya. Maka pada CHF terjadi perubahan-perubahn ketidak seimbangan tekanan hidrostatik membran kapiler sehingga ketidak seimbangan volume cairan lebih berat dan akhirnya mengakibatkan edema. Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di negara maju maupun di Negara sedang berkembang. Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karma penyakit ini,atau sekitar 30,3% dari total kematian diseluruh dunia. Lebih dari setengahnya dilaporkan dari Negara berkembang. Di indonesia, prevalensi penyakit jantung dari tahun ke tahun terus menigkat.hal ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia tentang faktor penyebab dan pencetus timbulnya penyakit kardiovaskuler. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik- baiknya perlu mengetahui gejala-gejala dini penyebabserta permasalahanya. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses serta asuhan keperawatan yang di tujukan untuk meningkatkan, mencegah, mangatasi dan memulihkan kesehatan. Peran perawat yang utama adalah melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system kardiovaskuler ini.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) A. Anatomi Fisiologi Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru, pericardium yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan : pericardium viceralis dan pericardium parietalis. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan : epikardium, miokardium dan endokardium. Atrium secara anatomi terpisah dari ruang jantung bawah (ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katub jantung terletak dalam ruang ini. Katub jantung berfungsi memprtahankan aliran darah searah melalui bilik- bilik jantung . Ada dua jenis katub : katub atrioventrikularis yang memisahkan atrium dan ventrikel dan katub semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Anulus fibrosus diantara atrium dan ventrikuler memisahkan ruangan ruangan ini baik secara natomis maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan sinkron , serta kontraksi otot jantung , terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan. 2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur. 3. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls. 4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi. Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium mellui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteri koronaria keotot jantung dan sistem penghantar.
  • 4. Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom yaitu simpatis dan parasimpatis dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak belakang. B. Pengertian Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya. Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria. C. Etiologi Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
  • 5. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung. D. Patofisiologi Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jntung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
  • 6. E. Penanganan Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif . Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala. F. Pemeriksaan Diagnostik 1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular. 2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular. 3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding. 4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
  • 7. G. Rencan Asuhan Keperawatan Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas. 1. Pengkajian Klien a. Aktivitas/istirahat ☺ Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pad istirahat atau pada pengerhan tenaga. ☺ Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas. b. Sirkulasi ☺ Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen. ☺ Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan). Tekanan Nadi ; mungkin sempit. Irama Jantung ; Disritmia. Frekuensi jantung ; Takikardia. Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri. Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolic. Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik. Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar ; pembesaran/dapat teraba. Bunyi napas ; krekels, ronkhi. Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.
  • 8. c. Integritas ego ☺ Gejala : Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis) ☺ Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung. d. Eliminasi ☺ Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi. e. Makanan/cairan ☺ Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic. ☺ Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting). f. Higiene ☺ Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri. ☺ Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal. g. Neurosensori ☺ Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan. ☺ Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung. h. Nyeri/Kenyamanan ☺ Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot. ☺ Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri. i. Pernapasan ☺ Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan. ☺ Tanda : Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
  • 9. Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum. Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar. Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi. Warna kulit ; Pucat dan sianosis. j. Keamanan ☺ Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet. k. Interaksi sosial ☺ Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan. h. Pembelajaran/pengajaran ☺ Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium. ☺ Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan. 2. Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; 1) Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik 2) Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik 3) Perubahan structural Ditandai dengan ; 1) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG 2) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi). 3) Bunyi ekstra (S3 & S4) 4) Penurunan keluaran urine 5) Nadi perifer tidak teraba 6) Kulit dingin kusam 7) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada. Hasil yang diharapkan/evaluasi, klien akan : 1) Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
  • 10. terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung 2) Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina 3)Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Intervensi 1) Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel. 2) Catat bunyi jantung Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup. 3) Palpasi nadi perifer Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan. 4) Pantau TD Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi. 5) Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena. 6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
  • 11. b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : 1) Ketidak seimbangan antar suplai okigen. 2) Kelemahan umum 3) Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : 1) Kelemahan, kelelahan 2) Perubahan tanda vital, adanya disrirmia 3) Dispnea, pucat, berkeringat. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : 1) Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri. 2) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Intervensi 1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta. Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung. 2) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat. Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. 3) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. 4) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,
  • 12. c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Ditandai dengan : 1) Ortopnea, bunyi jantung S3 2) Oliguria, edema. 3) Peningkatan berat badan, hipertensi 4) Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : 1) Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema. 2) Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual. Intervensi : 1) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring. 2) Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba- tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada. 3) Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis. 4) Pantau TD dan CVP (bila ada) Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
  • 13. 5) Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal. 6) Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) 7) Konsul dengan ahli diet. Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium. d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : 1) Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan. 2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi. Intervensi : 1) Pantau bunyi nafas, catat krekles Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut. 2) Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam. Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen. 3) Dorong perubahan posisi. Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia. 4) Kolaborasi dalam - Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri. Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru. - Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
  • 14. e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : 1) Mempertahankan integritas kulit 2) Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit. Intervensi 1) Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi. 2) Pijat area kemerahan atau yang memutih Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan. 3) Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah. 4) Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan. 5) Hindari obat intramuskuler Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.. f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal. Ditandai dengan : 1) Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi 2) Terulangnya episode GJK yang dapat dicegah. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klin akan : 1) Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
  • 15. 2) Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani. 3) Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu. Intervensi 1) Diskusikan fungsi jantung normal Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan. 2) Kuatkan rasional pengobatan. Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala. 3) Anjurkan makanan diet pada pagi hari. Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur. 4) Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah. BAB III
  • 16. KESIMPULAN Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450 Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249. Junadi P, Atiek SS, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208 Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.