SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
MAKALAH
Dasar - Dasar Falsafi Maqamat dan Ahwal
Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah :
AKHLAK DAN TASAWUF
Dosen Pembimbing :
Drs. Hamim Toha, M.Ag
Di susun oleh :
Kholid Ahmad sahlan
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DIPONEGORO (STAID)
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmd, Taufik Serta
Hidayahnya sehingga kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Dasar-dasar Falsafi dan Maqamat dan Ahwal” dengan lancar tanpa ada kesulitan sedikitpun.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Hamim Toha, M.Ag selaku Dosen
Pembibing kami yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga kami dapat menerapkan semua
yang telah di ajarkan beliau guna untuk menyempurnakan Makalah yang kami selesaikan ini.Ucapan
terimakasih juga tak lupa saya sampaikan kepada teman-tema yang telah berjuang dengan keras untuk
menyelsaikan makalah ini.
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umunya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih banyak sekali kekuranganya
sehingga kami masih memerlukan kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki makala
selanjutnya.
Tulungagung, 04 April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Caver luar
Caver Dalam…………………………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………….. iii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………... 1
B. Tujuan………………………………………………………… 1
C. Sumber Masalah………………………………………………. 1
BAB II Pembahasan………………………………………………… 2
A. Perbedaan Maqam dan Ahwal……………………………….. 2
a. Maqamat………………………………………………… 2
b. Ahwal……………………………………………………. 2
B. Maqomat-maqomat dalam Tasawuf…………………………… 2
C. Akhwal-akhwal yang yang di jumpai dalam perjalanan Sufi… 5
D. Metode Berfikir Irfani………………………………………… 7
BAB III Penutup…………………………………………………….. 9
A.Kesimpulan…………………………………………………… 9
B.Saran………………………………………………………….. 9
Dafatar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
D. Perbedaan Maqam dan Ahwal
Pengertian dan perbedaan maqamat dan ahwal :
a. Maqam
Banyak jalan dan cara yang ditempuhi seorang sufi dalam meraih cita-cita dan
tujuannya mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah s.w.t seperti memperbanyak zikir,
beramal soleh dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam perjalanan spritualnya, seorang sufi pasti
menempuh beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu disebutkan Maqamat/stasiun (jama’ dari
maqam).( Syamsun Ni'am, 2001: 51)
b. Ahwal
Keadaan atau kondisi psikologis ketika seorang sufi mencapai maqam tertentu. Menurut
Al-Thusi, keadaaan ( hal ) tidak termasuk usaha latihan - latihan rohaniyah. Dan para sufi
menegaskan perbedaan maqam dan hal. Maqam ditandai dengan kemapanan sedangkan hal
justru mudah hilang. Maqam dapat dicapai seseorang dengan kehendak dan upayanya,
sementara hal dapat diperoleh sese-orang tanpa sengaja. Istilah kompleksnya, bahwa hal sama
dengan bakat, sementara maqam diperoleh dengan daya dan upaya ( Rosihan Anwar, 2008 : 77
).
E. Maqomat-maqomat dalam Tasawuf
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam al-maqamat tersebut antara lain:
1. Taubat
Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah
SWT. dan diajarkan Rasulullah s.a.w. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan
meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini.
Al-Ghazali menyatakan, bahawa hakikat taubat adalah kembali dari maksiat menuju taat,
kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah pernah mengatakan bahwa taubat yang murni itu mengandungi
tiga unsur: Pertama : taubat yang meliputi atas keseluruhan jenis dosa, tidak ada satu dosa pun
melainkan bertaubat karenanya; Kedua : membulatkan tekad dan bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, sehingga tiada keraguan dan menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat; dan Ketiga :
menyucikan jiwa dari segala kotoran dan hal-hal yang dapat mengurangi rasa keikhlasan, khauf
kepada Allah s.w.t dan menginginkan karunia-Nya.
2. Zuhud
Secara bahasa Zuhud : Zuhd (Arab) darwis; pertapa dalam Islam; orang yang meninggalkan
kehidupan duniawi, mempunyai sikap tidak terbelenggu oleh hidup kebendaan. Amin Syukur
(1997: 1) menambahkan, zuhud berarti mengasingkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah.
Sedangkan orang yang memiliki sikap zuhud disebut zahid.
Al-Ghazali mengatakan, zuhud berarti membenci dunia demi mencintai akhirat (Abdul
Fattah, 2000: 117). Sedang menurut, Abu Sulaiman al-Darani dalam Simuh , zuhud adalah
meninggalkan segala yang melalaikan hati dari Allah. Al-Junaid menyatakan bahwa zuhud
adalah,”bahwa tangan terbebas dari harta dan hati terbebas dari angan-angan
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, dan para ulama. Misalnya
surat Al-Hadid ayat 20-23
3. Faqr (Fakir)
Ibrahim ibn Ahmad Al-Khawwash ra. Berkata, ”Kefakiran adalah jubah dari mereka yang
mulia, pakaian dari mereka yang telah diberikan sebuah misi, perhiasan para budiman, mahkota
kaum bertakwa, hiasan para Mukmin, rampasan para’arifin, peringatan bagi pencari, benteng bagi
para ’abid, dan penjara bagi para pendosa .
Simuh (1997:62) mengutip, Abu Bakar al-Mishri berkata ”Fakir yang sesungguhnya adalah
tidak memiliki sesuatu dan hatinya juga tidak menginginkan sesuatu”.
4. Sabr (Sabar)
Firman Allah swt. dalam QS. Az-Zumar [39]: 10 Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Al-Ghazali mengatakan,”Sabar berarti bersemayamnya pembangkit ketaatan sebagai ganti
pembangkit hawa-nafsu.” Al Junaid berkata bahwa sabar itu, ”menanggung beban demi Allah
s.w.t. hingga saat-saat sulit tersebut berlalu”. Sedang menurut Sahl At-Tusturi, ”sabar berarti
menanti kelapangan (jalan keluar, solusi) dari Allah.”
5. Syukur
Abdul Fattah Sayyid Ahmad (2000: 124) dalam bukunya Tasawuf: antara Al-Ghazali dan
Ibnu Taimiyah, tidak memisahkan antara sabar dan syukur. Bahkan menurut beliau, sabar dan
syukur adalah dua buah kata yang digunakan untuk menyebut satu makna. Menguatnya motivasi
agama dalam melawan motivasi syahwat, jika dilihat dari sudut pandang dorongan syahwat,
disebut ’sabar’. Menguatnya dorongan agama dalam melawan motivasi syahwat, jika dilihat dari
sudut pandang motivasi agama, disebut ’syukur’.
Al-Junaid mengatakan “Bersyukur adalah bahwa engkau tidak memandang dirimu layak
menerima nikmat
6. Tawakal
Kata’tawakal’ diambil dari akar kata ’wakalah’. ”Dia mewakilkan urusannya kepada si
fulan”. Kata ’mewakilkan’ di sini berarti ’menyerahkan’ atau ’mempercayakan’. Tawakal berarti
menggantungkan hati hanya kepada ’al wakil’ (tumpuan perwakilan) .
Abu Bakar Al-Zaqaq berkata, ketika ditanya tentang tawakal, ”hidup untuk satu hari
menenangkan kepedulian akan hari esok”. Ruwaim mengatakan, tawakal adalah percaya akan
janji. Dan Sahl ibn ’Abdullah berkata bahwa tawakal itu, ” Menyerahkan diri kepada Allah dalam
urusan apa pun yang Allah kehendaki”.
7. Ridha (Rela)
Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas kepuasan dengan sesuatu atau
seseorang. Ridha digambarkan sebagai”keteguhan di hadapan qadha”. Allah s.w.t. menyebutkan
ridha dalam kitab-Nya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya (QS. Al-
Maidah[5]:119); Dan keridhaan Allah adalah lebih besar (QS Al-Taubah [9]:72).
F. Akhwal-akhwal yang yang di jumpai dalam perjalanan Sufi
Hal-hal yang dimaksud adalah al ahwal yang dialami para salik dalam menempuh perjalanan
menuju ma’rifatullah. Al ahwal tersebut di antaranya: muhasabah dan muraqabah, qarb, hubb, raja’ dan
khauf, syauq, uns,thuma’ninah, musyahadah dan yakin (Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin,
2000:74). Namun berikut ini adalah penjelasan dari beberapa hal-hal saja:
1. Muhasabah dan Muraqabah
Kedua hal ini dikaji secara bersamaan oleh sebagian sufi. Sebab, keduanya memiliki fungsi
yang sama yakni menundukan perasaan jasmani yang berasal dari nafsu dan amarah.
Muhasabah (Introspeksi) Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata,
‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa
nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini
adalah hadits hasan’)Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing
dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Allah s.w.t. menjelaskan
dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri.” (lihat QS. Maryam (19): 95, Al-Anbiya’(21):1)
Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali dkk.(2004: 93-94), muhasabah sesudah beramal itu ada
tiga: 1. Introspeksi diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan. 2. Introspeksi diri atas setiap
amalan yang lebih baik ditinggalka daripada dikerjakan. 3. Introspeksi diri atas perkara yang
mubah, atas dasar apa ia melakukannya.
Muraqabah (Keterjagaan)
Praktik sufi yang sangat penting ialah keterjagaan. Kata Arabnya muraqabah. Ini
dipraktikkan agar dapat menyaksikan dan menghaluskan keadaan diri sendiri.
2. Hubb (Cinta)
Cinta dalam bahasa Arab disebut al-hubb atau mahabbah yang berasal dari kalimat habba-
hubban-hibban yang berarti waddahu, punya makna kasih atau mengasihi (Louis Ma’luf dalam
Syamsun Ni’am, 2001: 111). Dalam Al-Quran banyak dijumpai kata-kata al-hubb atau mahabbah
yang bermakna cinta. Diantaranya QS. Al-Baqarah [2]: 165. Al-Ghazali berkata, cinta adalah
kecenderungan naluriah kepada sesuatu yang menyenangkan. Al Junaid berkomentar tentang
cinta, ”cinta berarti merasuknya sifat-sifat sang kekasih mengambil alih dari sifat-sifat pecinta”.
Ketika Rabi’ah al Adhawiyah ditanya tentang cinta, dia menjawab, ”antara orang yang mencintai
(muhibb) dan orang yang dicintai (mahbub) tidak ada jarak (Syamsun Ni’am, 2001: 117). Ibnu
Rajab Al-Hambali dkk (2004: 127) mengatakan, cinta yang paling bermanfaat, yang paling wajib,
yang paling tinggi, dan yang paling mulia adalah cinta kepada Dzat yang telah menjadikan hati
cinta kepada-Nya dan menjadikan seluruh makhluk memiliki fitrah untuk mengesakan-Nya.
Artinya, hakikat cinta hanya diperuntukan kepada Allah swt., rab yang Maha Mencintai dan
pantas dicintai.
3. ArRaja’ dan Khauf (berharap dan takut)
Menurut kaum sufi, raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi (Anwar
dan Solihin, 2000: 75).. Ar Raja’(Berpengharapan kepada Allah) Raja’ diartikan berharap atau
optimisme , yaitu tenang dan senangnya hati karena menunggu sesuatu yang dicintai . Firman
Allah swt. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di
jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS.Al-Baqarah [2]: 218) Ada tiga hal yang dipenuhi oleh orang yang raja’ terhadap
sesuatu. Yaitu: Mencintai yang diharapkannya. Takut akan kehilangannya, Usaha untuk
mendapatkannya Raja’ yang tidak disertai dengan tiga perkara di atas, hanyalah angan-angan
semata. Setiap orang yang ber-raja’ pastilah ia orang yang ber-khauf (takut). Khauf (Takut kepada
Allah) Abu Hafsh berkata, khauf /takut adalah cambuk Allah s.w.t. yang digunakan-Nya untuk
menghukum manusia yang berontak keluar dari ambang pintu-Nya (Mulyad dalam Syamsun
Ni’am, 2001: 65). Khauf dikatakan pula sebagai ungkapan derita hati dan kegundahannya terhadap
apa yang akan dihadapi. Sehingga mampu mencegah diri dari bermaksiat dan mengikatnya dengan
bentuk-bentuk ketaatan (Ibnu Rajab dkk, 2005: 147).
4. Uns (Intim)
Uns adalah sifat merasa selalu berteman, tidak pernah merasa kesepian (Anwar dan Solihin,
2000: 76). Untuk mendeskripsikan uns ini, simak petikan syair sufistik berikut: ”Ada orang yang
merasa sepi dalam keramaian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang
dimabuk cinta. Seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising
dalam kesepian.. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah, artinya engkau selalu berada
dalam pemeliharaan Allah” Syair tersebut menggambarkan sekilas perasaan keintiman para sufi
dengan Tuhan. Istilah ’intim’ di sini, jelas bukan merujuk pada pengertian hubungan sesama
makhluk. Intim hanya digunakan sebagai simbol bahasa dalam memahami kedalaman hubb (cinta)
hamba kepada Allah swt. yang disimbolkan sebagai sang kekasih.
5. Rindu (shauq)
Selama masih ada cinta, Syauq tetap di perlukan. Dalam lubuk jiwa seorang sufi, rasa rindu
hidup denaga subur, yakni rindu untuk segeran bertemu dengan Tuhan. Bagi sufi yang rindu
kepada Tuhan maut dapat mempertemukanya dengan Tuhan, sebab itu idup merintangi
pertemuan ‘abid dengan ma’budn-Nya.
G. Metode Berfikir Irfani
Berikut penjelasan masing-masing bagian dari metode irfani.
1. Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan perihal
yang mengotori jiwanya (Solihin, 2003: 54).
2. Tafakur (Refleksi)
Secara harfiah ’Tafakur’ berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis dan
terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Badri,1989), jika ilmu sudah
sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan
juga akan berubah.. Al-Quran dalam beberapa ayatnya menggerakan hati manusia dengan
mengingat keagungan-Nya. Dalam surat Ali Imran [3] ayat 190-191.
3. Tazkiyat An-Nafs
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy-Syams [91]: 7-10). Secara
harfiyah (etimologi) Tazkiyat An-Nafs terdiri atas dua kata, yaitu ’tazkiyat’ dan ’an-nafs’. Kata
’tazkiat’, berasal dari bahasa Arab, yakni isim mashdar dari kata ’zakka’ yang berarti penyucian
(Ma’aluf dalam Solihin, 2003: 130). Kata ’an-nafs’ berarti jiwa dalam arti psikis. Dengan begitu
dapat diketahui Tazkiyat An-Nafs bermakna penyucian jiwa . Tazkiyat An-Nafs (membersihkan
jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah saw . Perihal tersebut dapat dilihat
dalam QS Al-Jumu’ah [62]: 2. Muhammad Ath-Thakhisi berpendapat, Tazkiyat An-Nafs adalah
mengeluarkan jiwa dari ikatan-ikatan hawa nafsu, riya, dan nifaq, sehingga jiwa menjadi bersih,
penuh cahaya, dan petunjuk menuju keridhaan Allah (Ath-Thakhisi dalam Solihin, 2003: 131).
Sedang menurut Al-Ghazali dalam Solihin, (2003: 133), Tazkiyat An-Nafs pada intinya
diorientasikan pada arti takhliyat an-nafs (pengosongan jiwa dari sifat tercela) dan tahliyat an-
nafs (penghiasan jiwa dengan sifat terpuji.
4. Dzikrullah
Istilah ’zikr’ berasaldari bahasa Arab, yang berarti mengisyaratkan, mengagungkan,
menyebut atau mengingat-ingat (Munawir dalam Solihin, 2004: 85). . Berikut penjelasannya:
1. Dzakir (orang yang ingat), yakni pelaku zikir. Segenap orang yang beriman dituntut oleh
Allah untuk ingat sebanyak-banyaknya kepada-Nya (lihat QS. Al-Ahzab [33:41).
2. Madzkur (Tuhan yang diingat).
3. Dzikr (aktivitas zikir) itu sendiri. Meliputi berbagai bentuk.
Dafatar Pustaka
Abdul Fattah Sayyid Ahmad, DR., Tasawuf: antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, Jakarta: Khalifa, 2000.
Abdul Qadir al-Jilani, Syekh, Rahasia Sufi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.
Achmad Mubarok, Sunatullah dalam Jiwa Manusia: Sebuah Pendekatan Psikologi Islam, Jakarta: The
International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia, 2003.
Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
C.Ramli Bihar Anwar, Bertasawuf Tanpa Tarekat: Aura Tasawuf Positif, Jakarta: Penerbit IIMAN
bekerjasama dengan Penerbit HIKMAH, 2002
Fathullah Gulen, Kunci-Kunci Rahasia Sufi, Jakarta: Srigunting, 2001.
http://www.cybermq.com
http://www.dakwatuna.com/
http://www.dzikrullah.com/
Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Imam Al-Ghazali, Tazkiyatun Nafs: Konsep Penyucian
Jiwa Menurut Ulama Salafusshalih, Solo: Pustaka Arafah, 2005.
Michael A. Sells, Prof., Terbakar Cinta Tuhan: Kajian Eksklusif Spiritualitas Islam Awal, Bandung: Mizan,
2004.
Mukhtar Solihin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-tema Penting Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia,
2003.
Mukhtar Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, Bandung: CV
Pustaka Setia, 2004.
Rivay Siregar, Prof. H. A., Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2002
Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000.
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.
Syamsun Ni’am, Cinta Ilahi: Perspektif Rabi’ah al-Adawiyah dan Jalaluddin Rumi, Surabaya: Risalah
Gusti, 2001.
Syayid Abi Bakar Ibnu Muh. Syatha, Missi Suci Para Sufi, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003
www.bicarasufi.com
Yunasril Ali, Jalan Kearifan Sufi: Tasawuf sebagai Terapi Derita Manusia, Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2002.
Sumber:
http://www.sisyat86inspiriete.blogspot.com/2008/04/kerangka-berpikir-irfani-dasar-dasar.html

More Related Content

What's hot

7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafyAlFakir Fikri AlTakiri
 
pengenalan tarekat
pengenalan tarekatpengenalan tarekat
pengenalan tarekatLela Warni
 
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujudSindi Setiyadi
 
Pertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnaPertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnayadilia
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) أحمد رمضان
 
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...AMILIADAMAYANTIPURBA
 
Aplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiAplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiKaizan Nazlan
 
Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uasSiKholis1
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLalesekarIdamanperti
 

What's hot (20)

7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
 
pengenalan tarekat
pengenalan tarekatpengenalan tarekat
pengenalan tarekat
 
Prinsip ilmu tasawwuf
Prinsip ilmu tasawwufPrinsip ilmu tasawwuf
Prinsip ilmu tasawwuf
 
Fikih (manhaj)
Fikih (manhaj)Fikih (manhaj)
Fikih (manhaj)
 
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
 
Pertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnaPertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husna
 
Akhlak saibani
Akhlak   saibaniAkhlak   saibani
Akhlak saibani
 
Hal dan Maqam
Hal dan MaqamHal dan Maqam
Hal dan Maqam
 
islam dan tasawuf
islam dan tasawufislam dan tasawuf
islam dan tasawuf
 
maqomat dalam tasawuf
maqomat dalam tasawufmaqomat dalam tasawuf
maqomat dalam tasawuf
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
 
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
 
Aplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasiAplikasi dalam organisasi
Aplikasi dalam organisasi
 
Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uas
 
Modul 12 kb 4
Modul 12 kb 4Modul 12 kb 4
Modul 12 kb 4
 
Konsep dzikir dan tafakkur
Konsep dzikir dan tafakkurKonsep dzikir dan tafakkur
Konsep dzikir dan tafakkur
 
Modern
ModernModern
Modern
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 
Aliran kalam1
Aliran kalam1Aliran kalam1
Aliran kalam1
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
 

Viewers also liked

makalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufmakalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufNIsa' Chanysaa
 
Makalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlakMakalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlaknewskiem
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawufMas Enjoying
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaSchool
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Rewa D
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqErna Mariana
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKDwi Oktalidiasari
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran Naily Mulyono
 

Viewers also liked (9)

makalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufmakalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawuf
 
Makalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlakMakalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlak
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
 
Makalah Akhlak Dalam Kehidupan
Makalah Akhlak Dalam KehidupanMakalah Akhlak Dalam Kehidupan
Makalah Akhlak Dalam Kehidupan
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/Akhlaq
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran
 

Similar to MAQAM DAN AHWAL

Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxAgungWahyudi66
 
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
Implementasi Akhlak dalam KehidupanImplementasi Akhlak dalam Kehidupan
Implementasi Akhlak dalam KehidupanRia Widia
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahAzyan L F
 
Maqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahMaqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahIndah Agustina
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaPandi Yusup
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIYunisa Astuti
 
Makalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyukMakalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyukAjeng Putri
 
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat FatihahYuzarsif Yusuf
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLalesekarIdamanperti
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranwildiaekafutikha
 

Similar to MAQAM DAN AHWAL (20)

Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
 
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
Implementasi Akhlak dalam KehidupanImplementasi Akhlak dalam Kehidupan
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
membiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpujimembiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpuji
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
 
Maqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahMaqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan Mahabbah
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
 
Praktek Ibadah - Dzikir Ba'da Sholat
Praktek Ibadah - Dzikir Ba'da SholatPraktek Ibadah - Dzikir Ba'da Sholat
Praktek Ibadah - Dzikir Ba'da Sholat
 
Makalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyukMakalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyuk
 
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDFMakalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
 
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah
7 Kebiasaan Manusia dalam Surat Fatihah
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
 
Presentation bid'ah
Presentation bid'ahPresentation bid'ah
Presentation bid'ah
 

MAQAM DAN AHWAL

  • 1. MAKALAH Dasar - Dasar Falsafi Maqamat dan Ahwal Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah : AKHLAK DAN TASAWUF Dosen Pembimbing : Drs. Hamim Toha, M.Ag Di susun oleh : Kholid Ahmad sahlan SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DIPONEGORO (STAID) KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011/2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmd, Taufik Serta Hidayahnya sehingga kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan Makalah yang berjudul “Dasar-dasar Falsafi dan Maqamat dan Ahwal” dengan lancar tanpa ada kesulitan sedikitpun. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Hamim Toha, M.Ag selaku Dosen Pembibing kami yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga kami dapat menerapkan semua yang telah di ajarkan beliau guna untuk menyempurnakan Makalah yang kami selesaikan ini.Ucapan terimakasih juga tak lupa saya sampaikan kepada teman-tema yang telah berjuang dengan keras untuk menyelsaikan makalah ini. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umunya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih banyak sekali kekuranganya sehingga kami masih memerlukan kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki makala selanjutnya. Tulungagung, 04 April 2012 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI Caver luar Caver Dalam…………………………………………………………. i Kata Pengantar……………………………………………………… ii Daftar Isi…………………………………………………………….. iii BAB I Pendahuluan…………………………………………………. 1 A. Latar Belakang………………………………………………... 1 B. Tujuan………………………………………………………… 1 C. Sumber Masalah………………………………………………. 1 BAB II Pembahasan………………………………………………… 2 A. Perbedaan Maqam dan Ahwal……………………………….. 2 a. Maqamat………………………………………………… 2 b. Ahwal……………………………………………………. 2 B. Maqomat-maqomat dalam Tasawuf…………………………… 2 C. Akhwal-akhwal yang yang di jumpai dalam perjalanan Sufi… 5 D. Metode Berfikir Irfani………………………………………… 7 BAB III Penutup…………………………………………………….. 9 A.Kesimpulan…………………………………………………… 9 B.Saran………………………………………………………….. 9 Dafatar Pustaka BAB II PEMBAHASAN D. Perbedaan Maqam dan Ahwal Pengertian dan perbedaan maqamat dan ahwal : a. Maqam Banyak jalan dan cara yang ditempuhi seorang sufi dalam meraih cita-cita dan tujuannya mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah s.w.t seperti memperbanyak zikir, beramal soleh dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam perjalanan spritualnya, seorang sufi pasti
  • 4. menempuh beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu disebutkan Maqamat/stasiun (jama’ dari maqam).( Syamsun Ni'am, 2001: 51) b. Ahwal Keadaan atau kondisi psikologis ketika seorang sufi mencapai maqam tertentu. Menurut Al-Thusi, keadaaan ( hal ) tidak termasuk usaha latihan - latihan rohaniyah. Dan para sufi menegaskan perbedaan maqam dan hal. Maqam ditandai dengan kemapanan sedangkan hal justru mudah hilang. Maqam dapat dicapai seseorang dengan kehendak dan upayanya, sementara hal dapat diperoleh sese-orang tanpa sengaja. Istilah kompleksnya, bahwa hal sama dengan bakat, sementara maqam diperoleh dengan daya dan upaya ( Rosihan Anwar, 2008 : 77 ). E. Maqomat-maqomat dalam Tasawuf Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam al-maqamat tersebut antara lain: 1. Taubat Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah SWT. dan diajarkan Rasulullah s.a.w. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Al-Ghazali menyatakan, bahawa hakikat taubat adalah kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah pernah mengatakan bahwa taubat yang murni itu mengandungi tiga unsur: Pertama : taubat yang meliputi atas keseluruhan jenis dosa, tidak ada satu dosa pun melainkan bertaubat karenanya; Kedua : membulatkan tekad dan bersungguh-sungguh dalam bertaubat, sehingga tiada keraguan dan menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat; dan Ketiga : menyucikan jiwa dari segala kotoran dan hal-hal yang dapat mengurangi rasa keikhlasan, khauf kepada Allah s.w.t dan menginginkan karunia-Nya. 2. Zuhud Secara bahasa Zuhud : Zuhd (Arab) darwis; pertapa dalam Islam; orang yang meninggalkan kehidupan duniawi, mempunyai sikap tidak terbelenggu oleh hidup kebendaan. Amin Syukur (1997: 1) menambahkan, zuhud berarti mengasingkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Sedangkan orang yang memiliki sikap zuhud disebut zahid. Al-Ghazali mengatakan, zuhud berarti membenci dunia demi mencintai akhirat (Abdul Fattah, 2000: 117). Sedang menurut, Abu Sulaiman al-Darani dalam Simuh , zuhud adalah meninggalkan segala yang melalaikan hati dari Allah. Al-Junaid menyatakan bahwa zuhud adalah,”bahwa tangan terbebas dari harta dan hati terbebas dari angan-angan Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadid ayat 20-23 3. Faqr (Fakir) Ibrahim ibn Ahmad Al-Khawwash ra. Berkata, ”Kefakiran adalah jubah dari mereka yang mulia, pakaian dari mereka yang telah diberikan sebuah misi, perhiasan para budiman, mahkota kaum bertakwa, hiasan para Mukmin, rampasan para’arifin, peringatan bagi pencari, benteng bagi para ’abid, dan penjara bagi para pendosa . Simuh (1997:62) mengutip, Abu Bakar al-Mishri berkata ”Fakir yang sesungguhnya adalah tidak memiliki sesuatu dan hatinya juga tidak menginginkan sesuatu”. 4. Sabr (Sabar) Firman Allah swt. dalam QS. Az-Zumar [39]: 10 Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Al-Ghazali mengatakan,”Sabar berarti bersemayamnya pembangkit ketaatan sebagai ganti pembangkit hawa-nafsu.” Al Junaid berkata bahwa sabar itu, ”menanggung beban demi Allah s.w.t. hingga saat-saat sulit tersebut berlalu”. Sedang menurut Sahl At-Tusturi, ”sabar berarti menanti kelapangan (jalan keluar, solusi) dari Allah.” 5. Syukur Abdul Fattah Sayyid Ahmad (2000: 124) dalam bukunya Tasawuf: antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, tidak memisahkan antara sabar dan syukur. Bahkan menurut beliau, sabar dan syukur adalah dua buah kata yang digunakan untuk menyebut satu makna. Menguatnya motivasi agama dalam melawan motivasi syahwat, jika dilihat dari sudut pandang dorongan syahwat, disebut ’sabar’. Menguatnya dorongan agama dalam melawan motivasi syahwat, jika dilihat dari sudut pandang motivasi agama, disebut ’syukur’. Al-Junaid mengatakan “Bersyukur adalah bahwa engkau tidak memandang dirimu layak menerima nikmat 6. Tawakal
  • 5. Kata’tawakal’ diambil dari akar kata ’wakalah’. ”Dia mewakilkan urusannya kepada si fulan”. Kata ’mewakilkan’ di sini berarti ’menyerahkan’ atau ’mempercayakan’. Tawakal berarti menggantungkan hati hanya kepada ’al wakil’ (tumpuan perwakilan) . Abu Bakar Al-Zaqaq berkata, ketika ditanya tentang tawakal, ”hidup untuk satu hari menenangkan kepedulian akan hari esok”. Ruwaim mengatakan, tawakal adalah percaya akan janji. Dan Sahl ibn ’Abdullah berkata bahwa tawakal itu, ” Menyerahkan diri kepada Allah dalam urusan apa pun yang Allah kehendaki”. 7. Ridha (Rela) Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas kepuasan dengan sesuatu atau seseorang. Ridha digambarkan sebagai”keteguhan di hadapan qadha”. Allah s.w.t. menyebutkan ridha dalam kitab-Nya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya (QS. Al- Maidah[5]:119); Dan keridhaan Allah adalah lebih besar (QS Al-Taubah [9]:72). F. Akhwal-akhwal yang yang di jumpai dalam perjalanan Sufi Hal-hal yang dimaksud adalah al ahwal yang dialami para salik dalam menempuh perjalanan menuju ma’rifatullah. Al ahwal tersebut di antaranya: muhasabah dan muraqabah, qarb, hubb, raja’ dan khauf, syauq, uns,thuma’ninah, musyahadah dan yakin (Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin, 2000:74). Namun berikut ini adalah penjelasan dari beberapa hal-hal saja: 1. Muhasabah dan Muraqabah Kedua hal ini dikaji secara bersamaan oleh sebagian sufi. Sebab, keduanya memiliki fungsi yang sama yakni menundukan perasaan jasmani yang berasal dari nafsu dan amarah. Muhasabah (Introspeksi) Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Allah s.w.t. menjelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (lihat QS. Maryam (19): 95, Al-Anbiya’(21):1) Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali dkk.(2004: 93-94), muhasabah sesudah beramal itu ada tiga: 1. Introspeksi diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan. 2. Introspeksi diri atas setiap amalan yang lebih baik ditinggalka daripada dikerjakan. 3. Introspeksi diri atas perkara yang mubah, atas dasar apa ia melakukannya. Muraqabah (Keterjagaan) Praktik sufi yang sangat penting ialah keterjagaan. Kata Arabnya muraqabah. Ini dipraktikkan agar dapat menyaksikan dan menghaluskan keadaan diri sendiri. 2. Hubb (Cinta) Cinta dalam bahasa Arab disebut al-hubb atau mahabbah yang berasal dari kalimat habba- hubban-hibban yang berarti waddahu, punya makna kasih atau mengasihi (Louis Ma’luf dalam Syamsun Ni’am, 2001: 111). Dalam Al-Quran banyak dijumpai kata-kata al-hubb atau mahabbah yang bermakna cinta. Diantaranya QS. Al-Baqarah [2]: 165. Al-Ghazali berkata, cinta adalah kecenderungan naluriah kepada sesuatu yang menyenangkan. Al Junaid berkomentar tentang cinta, ”cinta berarti merasuknya sifat-sifat sang kekasih mengambil alih dari sifat-sifat pecinta”. Ketika Rabi’ah al Adhawiyah ditanya tentang cinta, dia menjawab, ”antara orang yang mencintai (muhibb) dan orang yang dicintai (mahbub) tidak ada jarak (Syamsun Ni’am, 2001: 117). Ibnu Rajab Al-Hambali dkk (2004: 127) mengatakan, cinta yang paling bermanfaat, yang paling wajib, yang paling tinggi, dan yang paling mulia adalah cinta kepada Dzat yang telah menjadikan hati cinta kepada-Nya dan menjadikan seluruh makhluk memiliki fitrah untuk mengesakan-Nya. Artinya, hakikat cinta hanya diperuntukan kepada Allah swt., rab yang Maha Mencintai dan pantas dicintai. 3. ArRaja’ dan Khauf (berharap dan takut) Menurut kaum sufi, raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi (Anwar dan Solihin, 2000: 75).. Ar Raja’(Berpengharapan kepada Allah) Raja’ diartikan berharap atau optimisme , yaitu tenang dan senangnya hati karena menunggu sesuatu yang dicintai . Firman Allah swt. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.Al-Baqarah [2]: 218) Ada tiga hal yang dipenuhi oleh orang yang raja’ terhadap
  • 6. sesuatu. Yaitu: Mencintai yang diharapkannya. Takut akan kehilangannya, Usaha untuk mendapatkannya Raja’ yang tidak disertai dengan tiga perkara di atas, hanyalah angan-angan semata. Setiap orang yang ber-raja’ pastilah ia orang yang ber-khauf (takut). Khauf (Takut kepada Allah) Abu Hafsh berkata, khauf /takut adalah cambuk Allah s.w.t. yang digunakan-Nya untuk menghukum manusia yang berontak keluar dari ambang pintu-Nya (Mulyad dalam Syamsun Ni’am, 2001: 65). Khauf dikatakan pula sebagai ungkapan derita hati dan kegundahannya terhadap apa yang akan dihadapi. Sehingga mampu mencegah diri dari bermaksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan (Ibnu Rajab dkk, 2005: 147). 4. Uns (Intim) Uns adalah sifat merasa selalu berteman, tidak pernah merasa kesepian (Anwar dan Solihin, 2000: 76). Untuk mendeskripsikan uns ini, simak petikan syair sufistik berikut: ”Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta. Seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising dalam kesepian.. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah, artinya engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah” Syair tersebut menggambarkan sekilas perasaan keintiman para sufi dengan Tuhan. Istilah ’intim’ di sini, jelas bukan merujuk pada pengertian hubungan sesama makhluk. Intim hanya digunakan sebagai simbol bahasa dalam memahami kedalaman hubb (cinta) hamba kepada Allah swt. yang disimbolkan sebagai sang kekasih. 5. Rindu (shauq) Selama masih ada cinta, Syauq tetap di perlukan. Dalam lubuk jiwa seorang sufi, rasa rindu hidup denaga subur, yakni rindu untuk segeran bertemu dengan Tuhan. Bagi sufi yang rindu kepada Tuhan maut dapat mempertemukanya dengan Tuhan, sebab itu idup merintangi pertemuan ‘abid dengan ma’budn-Nya. G. Metode Berfikir Irfani Berikut penjelasan masing-masing bagian dari metode irfani. 1. Riyadhah Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan perihal yang mengotori jiwanya (Solihin, 2003: 54). 2. Tafakur (Refleksi) Secara harfiah ’Tafakur’ berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis dan terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Badri,1989), jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan juga akan berubah.. Al-Quran dalam beberapa ayatnya menggerakan hati manusia dengan mengingat keagungan-Nya. Dalam surat Ali Imran [3] ayat 190-191. 3. Tazkiyat An-Nafs Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy-Syams [91]: 7-10). Secara harfiyah (etimologi) Tazkiyat An-Nafs terdiri atas dua kata, yaitu ’tazkiyat’ dan ’an-nafs’. Kata ’tazkiat’, berasal dari bahasa Arab, yakni isim mashdar dari kata ’zakka’ yang berarti penyucian (Ma’aluf dalam Solihin, 2003: 130). Kata ’an-nafs’ berarti jiwa dalam arti psikis. Dengan begitu dapat diketahui Tazkiyat An-Nafs bermakna penyucian jiwa . Tazkiyat An-Nafs (membersihkan jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah saw . Perihal tersebut dapat dilihat dalam QS Al-Jumu’ah [62]: 2. Muhammad Ath-Thakhisi berpendapat, Tazkiyat An-Nafs adalah mengeluarkan jiwa dari ikatan-ikatan hawa nafsu, riya, dan nifaq, sehingga jiwa menjadi bersih, penuh cahaya, dan petunjuk menuju keridhaan Allah (Ath-Thakhisi dalam Solihin, 2003: 131). Sedang menurut Al-Ghazali dalam Solihin, (2003: 133), Tazkiyat An-Nafs pada intinya diorientasikan pada arti takhliyat an-nafs (pengosongan jiwa dari sifat tercela) dan tahliyat an- nafs (penghiasan jiwa dengan sifat terpuji. 4. Dzikrullah Istilah ’zikr’ berasaldari bahasa Arab, yang berarti mengisyaratkan, mengagungkan, menyebut atau mengingat-ingat (Munawir dalam Solihin, 2004: 85). . Berikut penjelasannya: 1. Dzakir (orang yang ingat), yakni pelaku zikir. Segenap orang yang beriman dituntut oleh Allah untuk ingat sebanyak-banyaknya kepada-Nya (lihat QS. Al-Ahzab [33:41). 2. Madzkur (Tuhan yang diingat). 3. Dzikr (aktivitas zikir) itu sendiri. Meliputi berbagai bentuk. Dafatar Pustaka
  • 7. Abdul Fattah Sayyid Ahmad, DR., Tasawuf: antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, Jakarta: Khalifa, 2000. Abdul Qadir al-Jilani, Syekh, Rahasia Sufi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003. Achmad Mubarok, Sunatullah dalam Jiwa Manusia: Sebuah Pendekatan Psikologi Islam, Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia, 2003. Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. C.Ramli Bihar Anwar, Bertasawuf Tanpa Tarekat: Aura Tasawuf Positif, Jakarta: Penerbit IIMAN bekerjasama dengan Penerbit HIKMAH, 2002 Fathullah Gulen, Kunci-Kunci Rahasia Sufi, Jakarta: Srigunting, 2001. http://www.cybermq.com http://www.dakwatuna.com/ http://www.dzikrullah.com/ Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Imam Al-Ghazali, Tazkiyatun Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafusshalih, Solo: Pustaka Arafah, 2005. Michael A. Sells, Prof., Terbakar Cinta Tuhan: Kajian Eksklusif Spiritualitas Islam Awal, Bandung: Mizan, 2004. Mukhtar Solihin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-tema Penting Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003. Mukhtar Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2004. Rivay Siregar, Prof. H. A., Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002 Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000. Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997. Syamsun Ni’am, Cinta Ilahi: Perspektif Rabi’ah al-Adawiyah dan Jalaluddin Rumi, Surabaya: Risalah Gusti, 2001. Syayid Abi Bakar Ibnu Muh. Syatha, Missi Suci Para Sufi, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003 www.bicarasufi.com Yunasril Ali, Jalan Kearifan Sufi: Tasawuf sebagai Terapi Derita Manusia, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002. Sumber: http://www.sisyat86inspiriete.blogspot.com/2008/04/kerangka-berpikir-irfani-dasar-dasar.html