SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
 Ketidakadilan gender atau ketidaksetaraan
gender adalah segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan dan laki-laki yang
bersumber pada keyakinan gender. Ketidakadilan
gender diartikan sama dengan ketidak setaaan
gender (Gender Inequality). Secara bersamaan
kedua istilah ini sah-sah saja dipakai, atau akan
dipakai salah satunya, tergantung pilihan penulis
atau yang memakainya.
 Michelle Rosaldo, dia mendefinisikan
ketidaksetaraan sebagai sebuah kondisi di mana
perempuan secara universal di bawah laki-laki; di
mana laki-lkai menjadi dominan karena
partisipasi mereka dalam kehidupan publik dan
merendahkan perempuan ke lingkup domestik.
KETIDAKADILAN
GENDER
TEMPATKERJA/
PUBLIK
KEYAKINAN
PRIBADI
KYAKINAN
GENDER
NEGARA
MASYARAKAT
BUDAYA/
KEYAKINAN
RUMAH
TANGGA
KEYAKINAN GENDER BENTUK KETIDAKADILAN
GENDER
Perempuan lembut dan bersifat
emosional
Tidak boleh menjadi manajer atau
pemimpin sebuah institusi
Perempuan pekerjaan utamanya di
rumah dan kalau bekerja hanya
membantu suami (nafkah tambahan)
Kalau begitu boleh dibayar lebih
rendah dan tidak perlu kedudukan
yang penting
Lakai-laki berwatak tegas dan
rasional
Cocok menjadi pemimpin dan tidak
pantas kerja di rumah dan memasak
Keyakinan Gender Masyarakat Menimbulkan
Bentuk Ketidakadilan Gender
 Ketidakadilan gender tersebut dialami perempuan
dan terjadi di berbagai bidang kehidupan seperti
Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Ketenagakerjaan,
Pertanian, Politik, dan Keamanan (masih adanya
tindak kekerasan terhadap perempuan). Perempuan
yang secara statistik jumlahnya lebih besar daripada
laki-laki (perempuan 52% dan laki-laki 48%)
ternyata:
 Tidak mempunyai akses yang sama pada sumber
daya pembangunan
 Belum berpartisipasi yang sama dalam proses
pengamblan keputusan
 Belum memiliki kontrol yang sama dalam
penguasaan sumber daya pembangunan
 Belum mendapatkan manfaat yang sama dari hasil-
hasil pembangunan.

STEREOTIP
(STEREOTYPES)
pelabelan
atau
penandaan
KELOMPOK
TERTENTU
INDIVIDU
merugikan
pihak lain
KETIDAKADILAN
NO PERILAKU/PERISTIWA STEREOTIP GENDER
1 Seorang buruh perempuan
dipanggil dan diajak bicara
mandor atau manajer di
kamarnya. Seorang buruh lelaki
diajak bicara oleh mandor
Untuk perempuan: ”ah...pasti ada
apa-apanya, dan untung sekali dia
ditaksir mandor”
Untuk laki-laki: ”Wah... dia hebat,
pasti mau naik pangkat, memang
pantas dia”
2 Buruh perempuan tidak masuk
kerja/cuti. Buruh laki-laki tidak
masuk kerja/cuti
Untuk perempuan:...............
Untuk laki-laki:...................
3 Beberapa buruh perempuan
berkumpul dan ngobrol. Beberapa
buruh laki-laki berkumpul dan
mengobrol
Untuk perempuan:................
Untuk laki-laki:.....................
4 Seorang buruh atau manjer
perempuan, tempat kerjanya
berantakan. Serang buruh laki-laki/
mandor, tempat kerjanya
berantakan
Untuk perempuan:................
Untuk laki-laki:.....................
5 Seorang buruh perempuan
menggoda mandor atau buruh laki-
laki. Seorang laki-laki atau mandor
menggoda buruh perempuan
Untuk perempuan:................
Untuk laki-laki:.....................
6 Seorang wanita karier pulang larut
malam bahkan sampai beberapa
hari baru pulang. Seorang laki-laki
karier pulang larut malam bahkan
sampai beberapa hari baru pulang.
Untuk perempuan:................
Untuk laki-laki:.....................
 Beban ganda (double burden) berkaitan dengan
beban kerja, yakni pembagian tugas dan
tanggungjawab yang selalu memberatkan
perempuan
 Adanya anggapan bahwa perempuan secara alamiah
memiliki sifat memelihara, merawat, mengasuh dan
rajin, mengakibatkan semua pekerjaan domestic
rumah tangga menjadi tanggungjawab kaum
perempuan.
 Konsekuensinya, banyak perempuan yang harus
bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan
dan kerapihan rumah tangganya, serta menjaga
kelangsungan sumber-sumber tenaga kerja
produktif, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci,
memasak, mencari air, memelihara anak dan
lainnya.
 Istilah Marginalisasi merepresentasikan realitas sosial
dan material dari banyak perempuan.
 merupakan konstruksi filsafat yang bermakna tidak
rasional dan pinggiran.
 Pemiskinan adalah suatu proses penyisihan yang
mengakibatkan kemiskinan bagi kaum (biasanya)
perempuan
 Proses marginalisasi disebut juga sebagai proses
pemiskinan, seringkali menimpa baik laki-laki
maupun perempuan di sebuah negera karena
berbagai peristiwa, misalnya oleh bencana alam,
konflik bersenjata, penggusuran, proses eksploitasi
atau bahkan kebijakan pembangunan. Ada salah satu
bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu,
dalam hal ini perempuan, disebabkan oleh keyakinan
gender.
1. Sebagai proses pengucilan (exclusion), artinya perempuan
dikucilkan dari kerja upahan atau dari jenis-jenis kerja
upahan tertentu.
2. Sebagai proses penggeseran perempuan ke pinggiran
(margins) dari pasar tenaga kerja, artinya kecenderungan
bagi perempuan untuk bekerja pada jenis-jenis pekerjaan
yang mempunyai kelangsungan hidup yang tidak stabil; yang
upahnya rendah; atau yang dinilai tidak terampil.
3. Sebagai proses feminisasi atau segregasi, sengan adanya
pemusatan tenaga kerja perempuan ke dalam jenis-jenis
pekerjaan tertentu, bisa dikatakan bahwa jenis-jenis
pekerjaan tersebut sudah ter ’feminisasi’ (dilakukan semata-
mata oleh perempuan).
4. Sebagai proses ketimpangan ekonomi yang makin meningkat
(gejala ini kurang lebih sama dengan gejala yang kedua
tersebut diatas. Biasanya dalam pengertian ini, marginalisasi
menunjuk pada ketimpangan upah antara laki-laki dan
perempuan
MARGINALISASI
RELATIF
bentuk
marginalisasi yang
dialami perempuan
harus
dibandingkan
dengan yang
dialami laki-laki
PROSESUAL
marginalisasi
harus dilihat
berdasarkan
perjalanan waktu
CONTOH
PROSES
PEMISKIN
AN
PEREMPUA
N
tidak perlu sekolah tinggi, karena
nantinya juga hanya akan mengusrusi
pekerjaan dapur. Jadi perawan tua
Dampaknya, jika perempuan harus
bekerja, maka sektor pekerjaan yang
dapat mereka masuki adalah sektor
pekerjaan subsisten atau buruh dnegan
upah yang rendah karena mereka
berpendidikan rendah dan tidak
memiliki keterampilan.
LAKI-LAKI
Sama halnya dengan anak perempuan
tidak sedikit yang drop out sekolah karena
mereka harus bekerja
karena anggapan bahwa laki-laki adalah
penyangga keluarga, maka mereka
berkewajiban membantu orangtua ikut
mencari nafkah, bahkan sejak usia dini.
Beuvoir, 1953
• teori feminis kontemporer
mulai dengan pernyatan
bahwa laki-laki
memandang perempuan
sangat berbeda secara
mendasar dibandingkan
dia melihat dirinya sendiri
maka perempuan
direduksi ke status kelas
kedua dan oleh karenanya
berada dalam status
subordinat
Millet, 1970
•menyatakan
bahwa
perempuan
merupakan
kelas jenis
kelamin
yang
tergantung
di bawah
dominasi
patriarkhis
Rosaldo dan
Lamphere,
!974; Ortner,
1974
pemisahan
dunia publik
dan domestik
dan
penurunan
perempuan
ke domestik
Firestone,
1970
•subordinasi
perempuan
ini dalam
keterbatasa
n
reproduksi
dan
kelahiran
anak
Bentuk subordinasi terhadap
perempuan antara lain
Lebih banyak perempuan buta
aksara dibandingkan laki-laki
Mengurus pekerjaan rumah tangga
dianggap kodrat perempuan
Laki-laki lebih bebas memilih
pekerjaan/profesi ketimbang
perempuan
16
 Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1984
 Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis
kelamin yang berakibat kesengsaraan atau
penderitaan perempuan secara fisik, seksual,
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan
tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik
yang terjadi di depan umum maupun dalam
kehidupan pribadi
17
18
FISIK
PSIKOLOGIS
SEKSUAL
FINANSIAL
SPRITUAL
19
Memukul, Menanpar, mencekik,
Melempar benda ke tubuh korban,
Menginjak-injak, Melukai dengan
tangan, senjata, Membunuh.
20
Berteriak-teriak,menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur,
melecehkan, menguntit memata-matai, tindakan-tindakan lain yang
menyebabkan rasa takut (termasuk yang diarahkan ke keluarga dekat
korban)
Tidak memenuhi kebutuhan finansial, mengawasi secara detail penggunaan uang
dan mengendalikannya
Menyentuh, meraba, mencium, dan atau melakukan tindakan-tindakan lain yang
tidak dikehendaki korban, memaksa korban menonton produk pornografi,
guarauan seksual yang tidak dikehendaki korban, ucapan yang melecehkan
yang mengarah ke jenis kelamin, memaksa melakukan hubungan seks tanpa
persetujuan dengan ancaman kekerasan atau tidak, memaksa melakukan
aktivitas-aktivitas seksual yang tidak dikehendaki, merendahkan menyakiti
korban.
21
Merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban,
memaksa korban untuk meyakinai hal-hal yang tidak
diyakininya, memaksa korban melakukan mempraktikan
ritual dan keyakinan tertentu
22
Orang
Asing
Orang
Terdekat
Orang yang
mempunyai
Otoritas
Negara
atau
wakilny
a
23
SOSIALISASI
BUDAYA
PATRIARKHI
PANDANGAN
BIOLOGIS
MENGAPA TERJADI
TINDAK KEKERASAN
TERHADAP
PEREMPUAN
24
Aspek Biologis
Alasan
Psikologis
Aspek Sosio-kultural
Aspek Ekonomi dan
Politis
Relasi Gender
yang tidak
Iambang
ARGUMENTASINYA
25
Barang” baru termasuk
bagi kaum perempuan,
sehingga menimbulkan
sikap ambiguitas.
“Belum dianggap penting
untuk dijadikan acuan
hukum, karena kemauan
“setengah hati”
Kendala sosialisasi pada
kalangan bawah dan menengah
atas
UU NO 23
TAHUN
2004
26
PENGERTIAN KDRT
DALAM UU NO 23 TH
2004 PASAL 1 (1)
•Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga
 Adalah jaminan yang diberikan
oleh negara untuk mencegah
terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga, menindak pelaku
kekerasan dalam rumah tangga,
dan melindungi korban
kekerasan dalam rumah tangga
27
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA (PASAL 12)
28
SIAPA PELAKU DAN
KORBAN KDRT
MENURUT UU NO 23
TH 2004
Suami, Isteri, dan
Anak
Orang yang mempunyai hubungan keluarga
dengan (Suami,Isteri, Anak) karena
hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tanga
Orang yang bekerja
membantu rumah tanga
dan menetap dalam rumah
tanga tersebut
Korban adalah orang yang
mengalami kekerasan
dan/atau ancaman
kekerasan dalam lingkup
rumah tangga
29
30
ASAS UU NO 23
TAHUN 2004
Penghormatan hak
asasi manusia Keadilan dan
kesestaraan
gender
Nondiskriminasi
Perlindungan
korban
31
TUJUAN UU
NO 23 TH 2004
Mencegah segala
bentuk kekerasan
dalam rumah tangga
Melindungi korban
kekerasan dalam
rumah tangga
Menindak
pelaku KDRT
Memelihara keutuhan
rumah tangga yang
harmonis dan sejahtera
32
BENTUK-
BENTUK KDRT
(PASAL 5 UU
NO 23 TH 2004)
KEKERASAN
FISIK
PENELANTARAN
RUMAH TANGGA
KEKERASAN
SEKSUAL
KEKERASAN
PSIKIS
 Perlindungan adalah segala upaya
yang ditujukan untuk memberikan
rasa aman kepada korban yang
dilakukan oleh pihak keluarga,
advokat, lembaga sosial, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, atau pihak
lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan pengadilan
33
34
PERLINDUNGAN MENURUT
UU NO 23 TH 2004 Ps 1 (5)
(6)
Perlindungan sementara adalah perlindungan
yang langsung diberikan oleh kepolisian
dan/atau lembaga sosial atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan
pengadilan
Perintah perlindungan adalah
penetapan yang dikeluarkan oleh
pengadilan untuk memberikan
perlindungan kepada korban
 Pemahaman komprehansip mengenai
sebab/dimensi yang menyebabkan
kekerasan terhadap perempuan agar bisa
mencari solusi yang tepat.
 Memberikan penyadaran, penguatan kepada
perempuan agar dia menjadi berdaya,
memahami eksistensinya
 Suport bahwa yang bisa menolong
perempuan adalah diri perempuan itu sendiri
35
 Menghindari ketergantungan baru
 Menggeser pandangan budaya yang
patriarkhis ke arah kesetaraan
 Secara bersama-sama peduli nasib
perempuan, tidak hanya sekedar
bicara “tentang perempuan tetapi juga
untuk perempuan”
36
37
KEWAJIBAN
PEMERINTAH
DAN
MASYARAKAT
(Pasal 11 dan 12)
Mencegah
terjadinya KDRT
Menyelenggarakan
Sosialisasi dan
Advokasi tentang
PKDRT
Menyelenggarakan
KIE tentang PKDRT
Meyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang sensitif gender dan isu KDRT serta
menetapkan standar dam akreditasi
pelayanan yang sensitiv gender
Merumuskan
Kebijakan PKDRT
38
PELAYANAN
TERHADAP
KORBAN KDRT
Penyediaan Ruang
pelayanan khusus di
kantor kepolisian
Memberikan
perlindungan bagi
pendamping, saksi,
keluarga dan teman
korban
Pembuatan dan pengembangan
sistem mekanisme kerjasama
lintas sektoral yang mudah
diakses korban
Penyediaan aparat,
tenaga kesehatan,
pekerja sosial, dan
pembimbing rohani
39
UPAYA
MENANGANI KDRT
SEBATAS
KEMAMPUAN
Mencegah
berlangsungnya
tindak pidana
Membantu proses
pengajuan permohonan
penetapan perlindungan
Memberikan
pertolongan darurat
Memberikan
perlindungan
kepada korban
 PASAL 44
1. Setiap orang orang yang melakukan
perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga di pidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 15
juta
2. Jika mengakibatkan korban jatuh sakit atau
luka berat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun atau denda paling banyak
30 juta rupiah
3. Jika menyebabkan matinya korban dipidana
paling lama 15 tahun dan denda 45 juta rupiah
40
 Jika kekerasan fisik dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
bulan atau denda paling banyak 5 juta rupiah
41
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan
kekerasan psikis dalam lingkup rumah
tangga di pidana dengan pidana penjara
paling lama 3 tahun atau denda paling
banyak 9 juta rupiah
2. Kekerasan psikis yang dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencaharian, atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 bulan atau denda paling
banyak 3 juta
42
 Perbuatan kekerasan seksual dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda
paling banyak 36 juta rupiah
Pasal 47
 Setiap orang yang memaksa orang yang
menetap dalam rumah tangganya melakukan
hubungan seksual dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 tahun dan pidana
penjara paling lama 15 tahun atau denda paling
sedikit 12 juta rupiah atau denda paling banyak
300 juta rupiah
43
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 46 dan 47 mengakibatkan korban
mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, mengalami
gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-
kurangnya selama 4 minggu terus menerus atau
1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya
janin dalam kandungan, atau menyebabkan
tidak berfungsinya alat reproduksi dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun
dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau
denda paling sedikit 25 juta atau denda paling
banyak 500 juta rupiah
44
45

More Related Content

What's hot (20)

Sejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di IndonesiaSejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di Indonesia
 
PPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptxPPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptx
 
Sex dan gender
Sex dan genderSex dan gender
Sex dan gender
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosial
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
 
Makalah Kesehatan Reproduksi Konsep Gender
Makalah Kesehatan Reproduksi Konsep GenderMakalah Kesehatan Reproduksi Konsep Gender
Makalah Kesehatan Reproduksi Konsep Gender
 
Keluarga dan Peranan Wanita
Keluarga dan Peranan WanitaKeluarga dan Peranan Wanita
Keluarga dan Peranan Wanita
 
Gender slide
Gender slideGender slide
Gender slide
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksual
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
10. teknik analisis gender
10. teknik analisis gender10. teknik analisis gender
10. teknik analisis gender
 
Konsep dan variabel
Konsep dan variabelKonsep dan variabel
Konsep dan variabel
 
Pernikahan dini
Pernikahan diniPernikahan dini
Pernikahan dini
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukan
 
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Otonomi kebidanan
Otonomi kebidananOtonomi kebidanan
Otonomi kebidanan
 

Viewers also liked

PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIAPERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIATri Chairani
 
Jenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan genderJenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan gendersuher lambang
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamumi wandansari
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERAna Sengga
 
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatan
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatanSejarah gerakan perempuan di afrika selatan
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatanmuslim pohan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanEko Nainggolan
 
Mengapa harus jender dan feminisme
Mengapa harus jender dan feminismeMengapa harus jender dan feminisme
Mengapa harus jender dan feminismeNaira Fiyya
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanEko Nainggolan
 
Gender perspektif sosial, budaya dan agama
Gender perspektif sosial, budaya dan agamaGender perspektif sosial, budaya dan agama
Gender perspektif sosial, budaya dan agamaNailiamani Aman
 
Gender dan agama
Gender dan agamaGender dan agama
Gender dan agamaAman Kadis
 

Viewers also liked (18)

PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIAPERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DALAM SISTIM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
 
Jenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan genderJenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan gender
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
 
GENDER
GENDERGENDER
GENDER
 
Gender
GenderGender
Gender
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatan
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatanSejarah gerakan perempuan di afrika selatan
Sejarah gerakan perempuan di afrika selatan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Mengapa harus jender dan feminisme
Mengapa harus jender dan feminismeMengapa harus jender dan feminisme
Mengapa harus jender dan feminisme
 
Modul 7
Modul 7Modul 7
Modul 7
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Gender perspektif sosial, budaya dan agama
Gender perspektif sosial, budaya dan agamaGender perspektif sosial, budaya dan agama
Gender perspektif sosial, budaya dan agama
 
Bias gender dlm pendidikan ppt
Bias gender dlm pendidikan pptBias gender dlm pendidikan ppt
Bias gender dlm pendidikan ppt
 
Gender dan agama
Gender dan agamaGender dan agama
Gender dan agama
 
Soal sosiologi ujian sekolah paket c
Soal sosiologi ujian sekolah paket cSoal sosiologi ujian sekolah paket c
Soal sosiologi ujian sekolah paket c
 
Gender issues
Gender issuesGender issues
Gender issues
 
gender and development
gender and developmentgender and development
gender and development
 

Similar to Ketidakadilan gender

2. perbedaan gender
2. perbedaan gender2. perbedaan gender
2. perbedaan genderevinurleni
 
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxKomunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxRintaArina
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxKazekun2
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksualcute anna
 
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.pptIntructuresTIK
 
Isu jantina dalam kaunseling kerjaya
Isu jantina dalam kaunseling kerjayaIsu jantina dalam kaunseling kerjaya
Isu jantina dalam kaunseling kerjayazakwan azhar
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfEka Safitri
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialmaujihany
 
kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)Febrian Dini
 

Similar to Ketidakadilan gender (13)

2. perbedaan gender
2. perbedaan gender2. perbedaan gender
2. perbedaan gender
 
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxKomunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsx
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksual
 
Kdrt
KdrtKdrt
Kdrt
 
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
 
Kdrt1
Kdrt1Kdrt1
Kdrt1
 
Kdrt
KdrtKdrt
Kdrt
 
Isu jantina dalam kaunseling kerjaya
Isu jantina dalam kaunseling kerjayaIsu jantina dalam kaunseling kerjaya
Isu jantina dalam kaunseling kerjaya
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdf
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosial
 
BULI.pptx
BULI.pptxBULI.pptx
BULI.pptx
 
kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)
 

More from Luluk Wulandari Hariyanto

Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauw
Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauwPandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauw
Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauwLuluk Wulandari Hariyanto
 
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'ud
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'udTiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'ud
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'udLuluk Wulandari Hariyanto
 

More from Luluk Wulandari Hariyanto (20)

Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnyaBuku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
 
Seminar tesis Pluralisme
Seminar tesis PluralismeSeminar tesis Pluralisme
Seminar tesis Pluralisme
 
Bab 1 perubahan sosial
Bab 1 perubahan sosialBab 1 perubahan sosial
Bab 1 perubahan sosial
 
Pendidikan IPS yang Terpuruk
Pendidikan IPS  yang TerpurukPendidikan IPS  yang Terpuruk
Pendidikan IPS yang Terpuruk
 
Interaksi etnis Jawa dan Golongan Tionghoa
Interaksi etnis Jawa dan Golongan TionghoaInteraksi etnis Jawa dan Golongan Tionghoa
Interaksi etnis Jawa dan Golongan Tionghoa
 
Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauw
Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauwPandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauw
Pandangan pluralisme sumartono hadinoto (khoe liong hauw
 
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'ud
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'udTiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'ud
Tiga keranjang (Tripitaka Sejarah) By Profesor Abu Su'ud
 
Metode Penelitian Kependidikan
Metode Penelitian KependidikanMetode Penelitian Kependidikan
Metode Penelitian Kependidikan
 
Rpp IPS Terpadu SMP 2013
Rpp IPS Terpadu SMP 2013Rpp IPS Terpadu SMP 2013
Rpp IPS Terpadu SMP 2013
 
Model desain pembelajaran ADDIE
Model desain pembelajaran ADDIEModel desain pembelajaran ADDIE
Model desain pembelajaran ADDIE
 
Pengembangan penilaian
Pengembangan penilaianPengembangan penilaian
Pengembangan penilaian
 
Pengembangan model pembelajaran 2013
Pengembangan model pembelajaran 2013Pengembangan model pembelajaran 2013
Pengembangan model pembelajaran 2013
 
Penilaian pembelajaran ips
Penilaian pembelajaran ipsPenilaian pembelajaran ips
Penilaian pembelajaran ips
 
Media dan sumber belajar
Media dan sumber belajarMedia dan sumber belajar
Media dan sumber belajar
 
Tinjauan pustaka teori Kerangka Berpikir
Tinjauan pustaka teori Kerangka BerpikirTinjauan pustaka teori Kerangka Berpikir
Tinjauan pustaka teori Kerangka Berpikir
 
Transkrip&coding
Transkrip&codingTranskrip&coding
Transkrip&coding
 
Teknik dan Langkah FGD
Teknik dan Langkah FGDTeknik dan Langkah FGD
Teknik dan Langkah FGD
 
Latar belakang dan masalah penelitian
Latar belakang dan masalah penelitianLatar belakang dan masalah penelitian
Latar belakang dan masalah penelitian
 
Penelitian Kualitatif by Prof Heni
Penelitian Kualitatif by Prof HeniPenelitian Kualitatif by Prof Heni
Penelitian Kualitatif by Prof Heni
 
Sistem dan struktur sosial ind
Sistem dan struktur sosial indSistem dan struktur sosial ind
Sistem dan struktur sosial ind
 

Ketidakadilan gender

  • 1.
  • 2.  Ketidakadilan gender atau ketidaksetaraan gender adalah segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan laki-laki yang bersumber pada keyakinan gender. Ketidakadilan gender diartikan sama dengan ketidak setaaan gender (Gender Inequality). Secara bersamaan kedua istilah ini sah-sah saja dipakai, atau akan dipakai salah satunya, tergantung pilihan penulis atau yang memakainya.  Michelle Rosaldo, dia mendefinisikan ketidaksetaraan sebagai sebuah kondisi di mana perempuan secara universal di bawah laki-laki; di mana laki-lkai menjadi dominan karena partisipasi mereka dalam kehidupan publik dan merendahkan perempuan ke lingkup domestik.
  • 4. KEYAKINAN GENDER BENTUK KETIDAKADILAN GENDER Perempuan lembut dan bersifat emosional Tidak boleh menjadi manajer atau pemimpin sebuah institusi Perempuan pekerjaan utamanya di rumah dan kalau bekerja hanya membantu suami (nafkah tambahan) Kalau begitu boleh dibayar lebih rendah dan tidak perlu kedudukan yang penting Lakai-laki berwatak tegas dan rasional Cocok menjadi pemimpin dan tidak pantas kerja di rumah dan memasak Keyakinan Gender Masyarakat Menimbulkan Bentuk Ketidakadilan Gender
  • 5.  Ketidakadilan gender tersebut dialami perempuan dan terjadi di berbagai bidang kehidupan seperti Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Pertanian, Politik, dan Keamanan (masih adanya tindak kekerasan terhadap perempuan). Perempuan yang secara statistik jumlahnya lebih besar daripada laki-laki (perempuan 52% dan laki-laki 48%) ternyata:  Tidak mempunyai akses yang sama pada sumber daya pembangunan  Belum berpartisipasi yang sama dalam proses pengamblan keputusan  Belum memiliki kontrol yang sama dalam penguasaan sumber daya pembangunan  Belum mendapatkan manfaat yang sama dari hasil- hasil pembangunan. 
  • 7. NO PERILAKU/PERISTIWA STEREOTIP GENDER 1 Seorang buruh perempuan dipanggil dan diajak bicara mandor atau manajer di kamarnya. Seorang buruh lelaki diajak bicara oleh mandor Untuk perempuan: ”ah...pasti ada apa-apanya, dan untung sekali dia ditaksir mandor” Untuk laki-laki: ”Wah... dia hebat, pasti mau naik pangkat, memang pantas dia” 2 Buruh perempuan tidak masuk kerja/cuti. Buruh laki-laki tidak masuk kerja/cuti Untuk perempuan:............... Untuk laki-laki:................... 3 Beberapa buruh perempuan berkumpul dan ngobrol. Beberapa buruh laki-laki berkumpul dan mengobrol Untuk perempuan:................ Untuk laki-laki:.....................
  • 8. 4 Seorang buruh atau manjer perempuan, tempat kerjanya berantakan. Serang buruh laki-laki/ mandor, tempat kerjanya berantakan Untuk perempuan:................ Untuk laki-laki:..................... 5 Seorang buruh perempuan menggoda mandor atau buruh laki- laki. Seorang laki-laki atau mandor menggoda buruh perempuan Untuk perempuan:................ Untuk laki-laki:..................... 6 Seorang wanita karier pulang larut malam bahkan sampai beberapa hari baru pulang. Seorang laki-laki karier pulang larut malam bahkan sampai beberapa hari baru pulang. Untuk perempuan:................ Untuk laki-laki:.....................
  • 9.  Beban ganda (double burden) berkaitan dengan beban kerja, yakni pembagian tugas dan tanggungjawab yang selalu memberatkan perempuan  Adanya anggapan bahwa perempuan secara alamiah memiliki sifat memelihara, merawat, mengasuh dan rajin, mengakibatkan semua pekerjaan domestic rumah tangga menjadi tanggungjawab kaum perempuan.  Konsekuensinya, banyak perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapihan rumah tangganya, serta menjaga kelangsungan sumber-sumber tenaga kerja produktif, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci, memasak, mencari air, memelihara anak dan lainnya.
  • 10.  Istilah Marginalisasi merepresentasikan realitas sosial dan material dari banyak perempuan.  merupakan konstruksi filsafat yang bermakna tidak rasional dan pinggiran.  Pemiskinan adalah suatu proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan bagi kaum (biasanya) perempuan  Proses marginalisasi disebut juga sebagai proses pemiskinan, seringkali menimpa baik laki-laki maupun perempuan di sebuah negera karena berbagai peristiwa, misalnya oleh bencana alam, konflik bersenjata, penggusuran, proses eksploitasi atau bahkan kebijakan pembangunan. Ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan, disebabkan oleh keyakinan gender.
  • 11. 1. Sebagai proses pengucilan (exclusion), artinya perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau dari jenis-jenis kerja upahan tertentu. 2. Sebagai proses penggeseran perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar tenaga kerja, artinya kecenderungan bagi perempuan untuk bekerja pada jenis-jenis pekerjaan yang mempunyai kelangsungan hidup yang tidak stabil; yang upahnya rendah; atau yang dinilai tidak terampil. 3. Sebagai proses feminisasi atau segregasi, sengan adanya pemusatan tenaga kerja perempuan ke dalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, bisa dikatakan bahwa jenis-jenis pekerjaan tersebut sudah ter ’feminisasi’ (dilakukan semata- mata oleh perempuan). 4. Sebagai proses ketimpangan ekonomi yang makin meningkat (gejala ini kurang lebih sama dengan gejala yang kedua tersebut diatas. Biasanya dalam pengertian ini, marginalisasi menunjuk pada ketimpangan upah antara laki-laki dan perempuan
  • 12. MARGINALISASI RELATIF bentuk marginalisasi yang dialami perempuan harus dibandingkan dengan yang dialami laki-laki PROSESUAL marginalisasi harus dilihat berdasarkan perjalanan waktu
  • 13. CONTOH PROSES PEMISKIN AN PEREMPUA N tidak perlu sekolah tinggi, karena nantinya juga hanya akan mengusrusi pekerjaan dapur. Jadi perawan tua Dampaknya, jika perempuan harus bekerja, maka sektor pekerjaan yang dapat mereka masuki adalah sektor pekerjaan subsisten atau buruh dnegan upah yang rendah karena mereka berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan. LAKI-LAKI Sama halnya dengan anak perempuan tidak sedikit yang drop out sekolah karena mereka harus bekerja karena anggapan bahwa laki-laki adalah penyangga keluarga, maka mereka berkewajiban membantu orangtua ikut mencari nafkah, bahkan sejak usia dini.
  • 14. Beuvoir, 1953 • teori feminis kontemporer mulai dengan pernyatan bahwa laki-laki memandang perempuan sangat berbeda secara mendasar dibandingkan dia melihat dirinya sendiri maka perempuan direduksi ke status kelas kedua dan oleh karenanya berada dalam status subordinat Millet, 1970 •menyatakan bahwa perempuan merupakan kelas jenis kelamin yang tergantung di bawah dominasi patriarkhis Rosaldo dan Lamphere, !974; Ortner, 1974 pemisahan dunia publik dan domestik dan penurunan perempuan ke domestik Firestone, 1970 •subordinasi perempuan ini dalam keterbatasa n reproduksi dan kelahiran anak
  • 15. Bentuk subordinasi terhadap perempuan antara lain Lebih banyak perempuan buta aksara dibandingkan laki-laki Mengurus pekerjaan rumah tangga dianggap kodrat perempuan Laki-laki lebih bebas memilih pekerjaan/profesi ketimbang perempuan
  • 16. 16
  • 17.  Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1984  Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi 17
  • 19. 19 Memukul, Menanpar, mencekik, Melempar benda ke tubuh korban, Menginjak-injak, Melukai dengan tangan, senjata, Membunuh.
  • 20. 20 Berteriak-teriak,menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit memata-matai, tindakan-tindakan lain yang menyebabkan rasa takut (termasuk yang diarahkan ke keluarga dekat korban) Tidak memenuhi kebutuhan finansial, mengawasi secara detail penggunaan uang dan mengendalikannya Menyentuh, meraba, mencium, dan atau melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban, memaksa korban menonton produk pornografi, guarauan seksual yang tidak dikehendaki korban, ucapan yang melecehkan yang mengarah ke jenis kelamin, memaksa melakukan hubungan seks tanpa persetujuan dengan ancaman kekerasan atau tidak, memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak dikehendaki, merendahkan menyakiti korban.
  • 21. 21 Merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban untuk meyakinai hal-hal yang tidak diyakininya, memaksa korban melakukan mempraktikan ritual dan keyakinan tertentu
  • 24. 24 Aspek Biologis Alasan Psikologis Aspek Sosio-kultural Aspek Ekonomi dan Politis Relasi Gender yang tidak Iambang ARGUMENTASINYA
  • 25. 25 Barang” baru termasuk bagi kaum perempuan, sehingga menimbulkan sikap ambiguitas. “Belum dianggap penting untuk dijadikan acuan hukum, karena kemauan “setengah hati” Kendala sosialisasi pada kalangan bawah dan menengah atas UU NO 23 TAHUN 2004
  • 26. 26 PENGERTIAN KDRT DALAM UU NO 23 TH 2004 PASAL 1 (1) •Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
  • 27.  Adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga 27 PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (PASAL 12)
  • 28. 28 SIAPA PELAKU DAN KORBAN KDRT MENURUT UU NO 23 TH 2004 Suami, Isteri, dan Anak Orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan (Suami,Isteri, Anak) karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tanga Orang yang bekerja membantu rumah tanga dan menetap dalam rumah tanga tersebut
  • 29. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga 29
  • 30. 30 ASAS UU NO 23 TAHUN 2004 Penghormatan hak asasi manusia Keadilan dan kesestaraan gender Nondiskriminasi Perlindungan korban
  • 31. 31 TUJUAN UU NO 23 TH 2004 Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga Menindak pelaku KDRT Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera
  • 32. 32 BENTUK- BENTUK KDRT (PASAL 5 UU NO 23 TH 2004) KEKERASAN FISIK PENELANTARAN RUMAH TANGGA KEKERASAN SEKSUAL KEKERASAN PSIKIS
  • 33.  Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan 33
  • 34. 34 PERLINDUNGAN MENURUT UU NO 23 TH 2004 Ps 1 (5) (6) Perlindungan sementara adalah perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan Perintah perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban
  • 35.  Pemahaman komprehansip mengenai sebab/dimensi yang menyebabkan kekerasan terhadap perempuan agar bisa mencari solusi yang tepat.  Memberikan penyadaran, penguatan kepada perempuan agar dia menjadi berdaya, memahami eksistensinya  Suport bahwa yang bisa menolong perempuan adalah diri perempuan itu sendiri 35
  • 36.  Menghindari ketergantungan baru  Menggeser pandangan budaya yang patriarkhis ke arah kesetaraan  Secara bersama-sama peduli nasib perempuan, tidak hanya sekedar bicara “tentang perempuan tetapi juga untuk perempuan” 36
  • 37. 37 KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT (Pasal 11 dan 12) Mencegah terjadinya KDRT Menyelenggarakan Sosialisasi dan Advokasi tentang PKDRT Menyelenggarakan KIE tentang PKDRT Meyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang sensitif gender dan isu KDRT serta menetapkan standar dam akreditasi pelayanan yang sensitiv gender Merumuskan Kebijakan PKDRT
  • 38. 38 PELAYANAN TERHADAP KORBAN KDRT Penyediaan Ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan teman korban Pembuatan dan pengembangan sistem mekanisme kerjasama lintas sektoral yang mudah diakses korban Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing rohani
  • 39. 39 UPAYA MENANGANI KDRT SEBATAS KEMAMPUAN Mencegah berlangsungnya tindak pidana Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan Memberikan pertolongan darurat Memberikan perlindungan kepada korban
  • 40.  PASAL 44 1. Setiap orang orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga di pidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 15 juta 2. Jika mengakibatkan korban jatuh sakit atau luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak 30 juta rupiah 3. Jika menyebabkan matinya korban dipidana paling lama 15 tahun dan denda 45 juta rupiah 40
  • 41.  Jika kekerasan fisik dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan atau denda paling banyak 5 juta rupiah 41
  • 42. 1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga di pidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak 9 juta rupiah 2. Kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian, atau kegiatan sehari- hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan atau denda paling banyak 3 juta 42
  • 43.  Perbuatan kekerasan seksual dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak 36 juta rupiah Pasal 47  Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit 12 juta rupiah atau denda paling banyak 300 juta rupiah 43
  • 44.  Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang- kurangnya selama 4 minggu terus menerus atau 1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau menyebabkan tidak berfungsinya alat reproduksi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau denda paling sedikit 25 juta atau denda paling banyak 500 juta rupiah 44
  • 45. 45