SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
KATA PENGANTAR
Ilmu Farā’id atau ilmu Mawārits (ilmu warisan) dikenal sebagai ilmu yang langka karena
dianggap rumit dan tidak menarik. Berurusan dengan angka-angka dan sistem kalkulasi
serta cara-cara menetapkan siapa saja yang masuk ke dalam kelompok penerima warisan
kadang-kadang membuat orang agak bingung atau takut akan terjebak dalam kesalahan-
kesalahan. Bagi sebagian orang, itu menjadi alasan menjauhi ilmu Mawārits ini. Kalau
ada diskusi atau perdebatan dalam masalah-masalah keagamaan biasanya orang akan
tertarik dan ingin terlibat memberikan pendapat, walaupun ia tidak ahli dalam bidang
tersebut; akan tetapi jika yang diperbincangkan adalah masalah dalam ilmu warisan,
biasanya orang akan menyerahkannya saja kepada yang ahli dan tidak mau merepotkan
diri. Hanya saja, orang biasanya akan repot kalau terkait dengan harta warisan yang akan
ia terima.
Pada sisi lain, kenyataan tersebut di atas telah menjadikan ilmu warisan sebagai
ilmu yang memiliki prestise tersendiri. Orang-orang yang memiliki ilmu ini patut merasa
bangga karena keistimewaan ilmu tersebut; mereka adalah kelompok exceptional.
Beberapa riwayat yang dikatakan berasal dari Nabi telah mendukung pandangan ini.
Disebutkan bahwa Ibn „Umar berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda:
Ilmu itu ada tiga, selain dari itu adalah sisanya: ayat muhkamat, sunah yang aktual dan
farā‟id yang adil.
Dalam riwayat yang lain, dari Abū Hurayrah, ia berkata bahwasanya Rasulullah
bersabda kepadanya:
Pelajarilah Farā‟id dan ajarkanlah (kepada orang lain); sesungguhnya ia adalah
separuh ilmu; ia akan dilupakan dan ia adalah (ilmu) yang paling pertama dicabut dari
umatku.
Kedua hadis di atas diriwayatkan oleh Ibn Mājah. Hadis pertama di atas, selain
diriwayatkan oleh Ibn Mājah, juga diriwayatkan oleh Abū Dāwūd. Ibn Katsīr,1
dalam
kitab tafsirnya, ketika menjelaskan ayat 11 surat al-Nisā‟, mengutip kedua riwayat di
atas, namun mengenai hadis yang kedua di atas beliau mengatakan bahwa padanya ada
kelemahan. Beberapa riwayat melalui jalur yang lain tentang hadis yang sama, menurut
Ibn Katsīr, juga perlu dipertanyakan. Bahkan menurut al-Dzahabī,2
kedua hadis tersebut
lemah.
Beberapa perawi lain juga telah meriwayat hadis dengan pesan yang sama namun
dengan redaksi yang berbeda. Terlepas dari apakah hadis-hadis tersebut kuat atau lemah,
semuanya menunjukkan bahwa tradisi kajian ilmu warisan sejak awal telah dikenal
sangat mulia dan menempati kedudukan yang tinggi dalam keilmuan Islam. Sekalipun
hadis-hadis itu dapat dianggap tidak cukup meyakinkan berasal dari ucapan Nabi sendiri,
ia sudah cukup menggambarkan besarnya apresiasi para sahabat dan ulama terdahulu
terhadap ilmu warisan. Secara historis (dari sudut pandang sanad) dapat saja hadis-hadis
itu dianggap lemah, tetapi dari segi konteks dan muatannya, ia cukup kuat
mendeskripsikan karakter keilmuan para sahabat dan ulama tābi‘īn masa awal. Ilmu ini
sangat disanjung dan pakarnya sangat dihormati dan disegani.
Ilmu warisan berbicara mengenai persoalan yang sangat sensitif, yaitu pembagian
harta kekayaan. Harta adalah sesuatu yang diperebutkan oleh manusia dan orang-orang
tamak akan selalu membuat intrik untuk mendapatkannya lebih banyak dari haknya
meski dengan cara-cara yang tidak legal atau pun dengan membuat secara formal seolah-
olah hal tersebut legal. Sebagian keluarga dalam masyarakat kita mengalami keributan
soal harta warisan, sebagian yang lain mungkin membaginya sama rata tanpa mengikuti
prosedur pembagian yang telah ditetapkan. Farā’id adalah kata jamak dari farīdah,
artinya: tugas, kewajiban, ketentuan atau ketetapan. Dalam soal warisan, farīdah berarti
“ketentuan pembagian” atau hissah mafrūdah, yakni porsi (bagian) yang ditetapkan
1
Ibn Katsīr, (Muhaqqiq: Sāmī ibn Muhammad Salāmah) Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm, Juz 2,
Majma„ al-Mālik Fahd li Tibā„ah al-Mushaf al-Syarīf, 1999, 224.
2
Ibid. Lihat tahqīq pada Footnote No. 5.
secara hukum untuk menjadi bagian atau hak seorang ahli waris. Dalam al-Qur‟an (al-
Nisā‟: 11), kata ini disebutkan dengan jelas:
Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan
jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh
separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi
wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Pembagian warisan adalah ketetapan dari Allah, karena (seperti tersebut dalam
ayat di atas) kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Hanya Allah yang tahu tentang hal tersebut, sedangkan kita harus
tunduk dan patuh pada ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Bagi sebagian orang,
terutama kaum feminis, pembagian dengan porsi yang tidak sama bagi laki-laki dan
perempuan tentu saja dirasakan tidak adil dan bersifat diskriminatif. Itu adalah protes
yang diajukan orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Akan tetapi pada masa awal
Islam, ketika ayat ini baru diturunkan, dan ketika orang-orang mukmin masih
dipengaruhi oleh tradisi dan suasana masa jahiliah, protesnya sangat berbeda. Mereka
justru mempertanyakan: Mengapa kepada kaum perempuan dan anak-anak diberikan hak
mendapatkan harta warisan? Mereka tidak berperang dan tidak menunggang kuda dan
mereka memberikan kontribusi apa pun bagi kekayaan keluarga! Mengapa mereka
mendapatkan hak-hak seperti itu dengan mudah?
Dunia telah berubah dan persepsi manusia tentang makna keadilan dalam
mekanisme pendistribusian kekayaan tentu berubah juga. Kehidupan dan interaksi sosial
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sekarang di Indonesia, misalnya, jauh berbeda
dengan suasana di Arab zaman sebelum Islam. Sejarah, letak geografis, peradaban dan
lingkungan alam yang berbeda akan menciptakan perbedaan dalam pandangan dan
persepsi manusia tentang sesuatu. Karena itu tidak mengherankan jika dalam menafsirkan
ayat tentang warisan, para ulama juga berbeda pendapat. Di Indonesia mungkin Munawir
Syadzali yang pertama dengan lantang mempertanyakan pembagian harta warisan sesuai
dengan rumus ilmu , karena beliau melihat bahwa dalam kehidupan keseharian
umat Islam Indonesia, pendistribusian kekayaan dan pemberian kesempatan untuk
mendapatkan jatah dari orangtuan (Ayah) memang sering tidak berimbang antara anak
laki-laki dan perempuan. Jika semasa hidup si Ayah, anak laki-laki lebih banyak
menghabiskan hartanya, mengapa ketika si Ayah meninggal, si anak laki-laki lagi yang
akan lebih banyak mendapatkan warisan darinya? Pertanyaan seperti ini sah saja
diajukan. Pertanyaan Pak Munawir secara signifikan berbeda dari pertanyaan orang-
orang yang dipengaruhi tradisi jahiliah. Pak Munawir mempertanyakan keseimbangan
dalam pemberian kasih sayang Ayah kepada anaknya yang laki-laki dan perempuan.
Anak laki biasanya dibelikan kendaraan dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, sementara anak perempuan biasanya tidak
demikian. Jadi secara lahiriah anak laki-laki telah lebih mendominasi kekayaan Ayahnya
semasa si Ayah masih hidup, maka akan bijaksana, menurut Pak Munawir, jika hal
tersebut dipertimbangkan dalam pembagian harta warisan.
Pertanyaan orang-orang jahiliah lebih mengacu pada sumber kekayaan itu sendiri.
Orang-orang perempuan dan anak-anak dianggap tidak mempunyai kontribusi dalam
pendapatan ekonomi atau harta kekayaan. Karena itu mereka tidak perlu mendapatkan
hak dari kekayaan orang yang meninggal. Jika demikian halnya, maka bagaimana
seandainya ada perempuan dalam sebuah keluarga yang juga kreatif bersama laki-laki
bekerja mencari nafkah dan berbisnis? Mungkin mereka tidak dapat menolak
memberikan bagian dari kekayaan orang telah meninggal itu kepada perempuan.
Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas memang terkesan kritis dan mengacu pada
upaya mendapatkan keadilan. Akan tetapi siapa yang dapat mengukur hati orang yang
telah meninggal: ia ingin memberikan kepada siapa sisa hartanya itu? Ketentuan al-
Qur‟an tentang pembagian harta warisan, mengacu pada satu prinsip penting, bahwa
harta kekayaan orang yang telah meninggal pada dasarnya tidak menjadi milik siapa-
siapa. Harta itu menjadi milik Allah; dan Allah memberikannya kepada siapa yang
dianggap-Nya patut. Karena itu ia menjadi Ilmu . Soal bahwa para ahli waris itu
bermurah hati dan ingin memberikan haknya kepada orang lain, itu adalah masalah yang
berbeda. Mungkin juga mereka bersepakat untuk membagikan harta warisan itu secara
bersama. Itu adalah hak mereka.
Dalam tradisi jahiliah, sebelum ayat tentang warisan itu diturunkan, umumnya
orang memang beranggapan bahwa kekayaan orang-orang yang telah meninggal itu
hanya berhak untuk diambil oleh laki-laki yang dewasa, sebab merekalah yang merasa
cukup berjasa menghadirkan harta kekayaan itu dan mereka pula yang nantinya akan
bertanggung jawab terhadap perempuan anak-anak yang ditinggalkan. Akan tetapi siapa
yang dapat menjamin tanggung jawab itu? Pertanyaan yang lebih penting adalah: Apakah
perempuan memang tidak berhak sama sekali atas harta kekayaan? Ketika menjelaskan
sebab turun ayat tentang warisan, Ibn Katsīr mengutip riwayat dari Imam Ahmad, bahwa
seorang perempuan, yang tidak lain adalah istri Sa„d ibn al-Rābi„, seorang sahabat yang
syahid dalam perang Uhud, datang sambil membawa dua orang anak perempuannya
kepada Nabi dan menjelaskan bahwa paman mereka telah mengambil semua harta yang
ditinggalkan oleh suaminya, sementara kedua anak tersebut tidak akan dapat menikah
kalau tidak memiliki harta. Pada waktu itu turunlah ayat yang menetapkan warisan dan
Rasulullah memanggil paman kedua anak tersebut dan menyuruhnya membagikan harta
warisan itu sesuai perintah al-Qur‟an.3
Sekali lagi, pembagian harta warisan memang sensitif dan rumit. Di Mahkamah
Syar„iyah Banda Aceh, setelah kasus-kasus perceraian, yang paling banyak diajukan
adalah masalah harta warisan. Harta kekayaan memang dikejar oleh manusia, maka tanpa
pendistribusian kekayaan yang adil, manusia akan mudah terjebak dalam konflik dan
keserakahan. Di samping, kesadaran bahwa sesungguhnya harta kekayaan itu adalah
anugerah dan cobaan dari Allah, harus ditanamkan dalam benak umat Islam. Dalam soal
3
Ibid. Juz 2, 226.
warisan, prinsip-prinsip persaudaraan juga harus diperhatikan di samping penegakan
keadilan.
Buku yang ditulis Hj. Elbi Hasan Basri, M. Ag. yang ada di tangan pembaca ini
adalah sebuah ikhtiar membuat Ilmu Warisan menjadi mudah dan terarah bagi siapa yang
ingin mempelajari dan menerapkannya. Sebagai pakar dalam bidangnya, Hj. Elbi telah
melakukan kajian yang sungguh-sungguh tentang berbagai persoalan warisan dan
menguraikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Terlepas dari berbagai
perbedaan pendapat, buku ini telah menyajikan sebuah konsep keilmuan yang ringkas
namun lengkap tentang Ilmu Warisan dan pantas untuk dijadikan sumber rujukan dan
kajian ulang oleh para peminat ilmu yang langka dan penting ini.
Banda Aceh, Agustus 2007
Eitor
Zulkarnaini Abdullah
Fakultas Syari‟ah IAIN Ar-Raniry

More Related Content

Viewers also liked

Cerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiCerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiSMAN 2 Dumai
 
Pedoman praktis perhitungan waris
Pedoman praktis perhitungan warisPedoman praktis perhitungan waris
Pedoman praktis perhitungan wariswildanzaid
 
Pwr poin pofiqh waris
Pwr poin pofiqh warisPwr poin pofiqh waris
Pwr poin pofiqh warisbadriyatul
 
Dasar Kewarisan dalam Islam
Dasar Kewarisan dalam IslamDasar Kewarisan dalam Islam
Dasar Kewarisan dalam IslamKristalina Dewi
 

Viewers also liked (6)

Cerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiCerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunai
 
Pedoman praktis perhitungan waris
Pedoman praktis perhitungan warisPedoman praktis perhitungan waris
Pedoman praktis perhitungan waris
 
Pwr poin pofiqh waris
Pwr poin pofiqh warisPwr poin pofiqh waris
Pwr poin pofiqh waris
 
Mawaris
MawarisMawaris
Mawaris
 
Warisan dalam islam
Warisan dalam islamWarisan dalam islam
Warisan dalam islam
 
Dasar Kewarisan dalam Islam
Dasar Kewarisan dalam IslamDasar Kewarisan dalam Islam
Dasar Kewarisan dalam Islam
 

Similar to Faraidh: Kata Pengantar

Faraidh tawazun complete
Faraidh tawazun completeFaraidh tawazun complete
Faraidh tawazun completeezz_ally
 
Waris islam 2 pengantar waris islam
Waris islam 2   pengantar waris islamWaris islam 2   pengantar waris islam
Waris islam 2 pengantar waris islamSepiono
 
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISBUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISIkhsan Samba
 
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawaris
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawarisGenap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawaris
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawarisWahyu Mulyana
 
5 haries poligami indon
5 haries poligami indon5 haries poligami indon
5 haries poligami indonZulfah Salam
 
Urgensii aqidah di era modern
Urgensii aqidah di era modernUrgensii aqidah di era modern
Urgensii aqidah di era modernZaky Maulani
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1ezz_ally
 
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-Qarim
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-QarimIntelektual Ulama Dalam Al-Quran al-Qarim
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-QarimAll Regats
 
Islam pribadi dan masyarakat
Islam  pribadi dan masyarakatIslam  pribadi dan masyarakat
Islam pribadi dan masyarakatEko Jaya
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamAgus Muqtafiy
 
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...NR Foundation
 

Similar to Faraidh: Kata Pengantar (20)

Waris menurut islam
Waris menurut islamWaris menurut islam
Waris menurut islam
 
Faraidh tawazun complete
Faraidh tawazun completeFaraidh tawazun complete
Faraidh tawazun complete
 
Waris islam 2 pengantar waris islam
Waris islam 2   pengantar waris islamWaris islam 2   pengantar waris islam
Waris islam 2 pengantar waris islam
 
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISBUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
 
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawaris
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawarisGenap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawaris
Genap xii 3.-menggapai-berkah-dengan-mawaris
 
Kewarisan islam
Kewarisan islamKewarisan islam
Kewarisan islam
 
5 haries poligami indon
5 haries poligami indon5 haries poligami indon
5 haries poligami indon
 
pengantar Ilmu mawaris
pengantar  Ilmu mawaris pengantar  Ilmu mawaris
pengantar Ilmu mawaris
 
Urgensii aqidah di era modern
Urgensii aqidah di era modernUrgensii aqidah di era modern
Urgensii aqidah di era modern
 
Aqidah islam
Aqidah islamAqidah islam
Aqidah islam
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1
 
Bahan tugas tik 2
Bahan tugas tik 2Bahan tugas tik 2
Bahan tugas tik 2
 
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-Qarim
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-QarimIntelektual Ulama Dalam Al-Quran al-Qarim
Intelektual Ulama Dalam Al-Quran al-Qarim
 
makalah waris
makalah warismakalah waris
makalah waris
 
Tugas 2 Hukum Adat.docx
Tugas 2 Hukum Adat.docxTugas 2 Hukum Adat.docx
Tugas 2 Hukum Adat.docx
 
Bab xi
Bab xiBab xi
Bab xi
 
Islam pribadi dan masyarakat
Islam  pribadi dan masyarakatIslam  pribadi dan masyarakat
Islam pribadi dan masyarakat
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
 
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...
Grand Opening Sekolah Profetik 1.0 - Memahami Sejarah oleh Ustadz Deden A. He...
 
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
 

More from Zulkarnaini Abdullah

More from Zulkarnaini Abdullah (7)

Islam dan demokrasi
Islam dan demokrasiIslam dan demokrasi
Islam dan demokrasi
 
Poligami dalam Islam: Opini
Poligami dalam Islam: OpiniPoligami dalam Islam: Opini
Poligami dalam Islam: Opini
 
Keadilan sosial dan ekonomi
Keadilan sosial dan ekonomiKeadilan sosial dan ekonomi
Keadilan sosial dan ekonomi
 
Tsunami: Report from aceh
Tsunami: Report from acehTsunami: Report from aceh
Tsunami: Report from aceh
 
Konstruksi studi islam
Konstruksi studi islamKonstruksi studi islam
Konstruksi studi islam
 
Memilih pemimpin-yang-merakyat
Memilih pemimpin-yang-merakyatMemilih pemimpin-yang-merakyat
Memilih pemimpin-yang-merakyat
 
Alumni pasantren antara pengukuhan nilai nilai tradisional dan tantangan mode...
Alumni pasantren antara pengukuhan nilai nilai tradisional dan tantangan mode...Alumni pasantren antara pengukuhan nilai nilai tradisional dan tantangan mode...
Alumni pasantren antara pengukuhan nilai nilai tradisional dan tantangan mode...
 

Recently uploaded

BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 

Recently uploaded (10)

BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 

Faraidh: Kata Pengantar

  • 1. KATA PENGANTAR Ilmu Farā’id atau ilmu Mawārits (ilmu warisan) dikenal sebagai ilmu yang langka karena dianggap rumit dan tidak menarik. Berurusan dengan angka-angka dan sistem kalkulasi serta cara-cara menetapkan siapa saja yang masuk ke dalam kelompok penerima warisan kadang-kadang membuat orang agak bingung atau takut akan terjebak dalam kesalahan- kesalahan. Bagi sebagian orang, itu menjadi alasan menjauhi ilmu Mawārits ini. Kalau ada diskusi atau perdebatan dalam masalah-masalah keagamaan biasanya orang akan tertarik dan ingin terlibat memberikan pendapat, walaupun ia tidak ahli dalam bidang tersebut; akan tetapi jika yang diperbincangkan adalah masalah dalam ilmu warisan, biasanya orang akan menyerahkannya saja kepada yang ahli dan tidak mau merepotkan diri. Hanya saja, orang biasanya akan repot kalau terkait dengan harta warisan yang akan ia terima. Pada sisi lain, kenyataan tersebut di atas telah menjadikan ilmu warisan sebagai ilmu yang memiliki prestise tersendiri. Orang-orang yang memiliki ilmu ini patut merasa bangga karena keistimewaan ilmu tersebut; mereka adalah kelompok exceptional. Beberapa riwayat yang dikatakan berasal dari Nabi telah mendukung pandangan ini. Disebutkan bahwa Ibn „Umar berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda: Ilmu itu ada tiga, selain dari itu adalah sisanya: ayat muhkamat, sunah yang aktual dan farā‟id yang adil. Dalam riwayat yang lain, dari Abū Hurayrah, ia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda kepadanya:
  • 2. Pelajarilah Farā‟id dan ajarkanlah (kepada orang lain); sesungguhnya ia adalah separuh ilmu; ia akan dilupakan dan ia adalah (ilmu) yang paling pertama dicabut dari umatku. Kedua hadis di atas diriwayatkan oleh Ibn Mājah. Hadis pertama di atas, selain diriwayatkan oleh Ibn Mājah, juga diriwayatkan oleh Abū Dāwūd. Ibn Katsīr,1 dalam kitab tafsirnya, ketika menjelaskan ayat 11 surat al-Nisā‟, mengutip kedua riwayat di atas, namun mengenai hadis yang kedua di atas beliau mengatakan bahwa padanya ada kelemahan. Beberapa riwayat melalui jalur yang lain tentang hadis yang sama, menurut Ibn Katsīr, juga perlu dipertanyakan. Bahkan menurut al-Dzahabī,2 kedua hadis tersebut lemah. Beberapa perawi lain juga telah meriwayat hadis dengan pesan yang sama namun dengan redaksi yang berbeda. Terlepas dari apakah hadis-hadis tersebut kuat atau lemah, semuanya menunjukkan bahwa tradisi kajian ilmu warisan sejak awal telah dikenal sangat mulia dan menempati kedudukan yang tinggi dalam keilmuan Islam. Sekalipun hadis-hadis itu dapat dianggap tidak cukup meyakinkan berasal dari ucapan Nabi sendiri, ia sudah cukup menggambarkan besarnya apresiasi para sahabat dan ulama terdahulu terhadap ilmu warisan. Secara historis (dari sudut pandang sanad) dapat saja hadis-hadis itu dianggap lemah, tetapi dari segi konteks dan muatannya, ia cukup kuat mendeskripsikan karakter keilmuan para sahabat dan ulama tābi‘īn masa awal. Ilmu ini sangat disanjung dan pakarnya sangat dihormati dan disegani. Ilmu warisan berbicara mengenai persoalan yang sangat sensitif, yaitu pembagian harta kekayaan. Harta adalah sesuatu yang diperebutkan oleh manusia dan orang-orang tamak akan selalu membuat intrik untuk mendapatkannya lebih banyak dari haknya meski dengan cara-cara yang tidak legal atau pun dengan membuat secara formal seolah- olah hal tersebut legal. Sebagian keluarga dalam masyarakat kita mengalami keributan soal harta warisan, sebagian yang lain mungkin membaginya sama rata tanpa mengikuti prosedur pembagian yang telah ditetapkan. Farā’id adalah kata jamak dari farīdah, artinya: tugas, kewajiban, ketentuan atau ketetapan. Dalam soal warisan, farīdah berarti “ketentuan pembagian” atau hissah mafrūdah, yakni porsi (bagian) yang ditetapkan 1 Ibn Katsīr, (Muhaqqiq: Sāmī ibn Muhammad Salāmah) Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm, Juz 2, Majma„ al-Mālik Fahd li Tibā„ah al-Mushaf al-Syarīf, 1999, 224. 2 Ibid. Lihat tahqīq pada Footnote No. 5.
  • 3. secara hukum untuk menjadi bagian atau hak seorang ahli waris. Dalam al-Qur‟an (al- Nisā‟: 11), kata ini disebutkan dengan jelas: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Pembagian warisan adalah ketetapan dari Allah, karena (seperti tersebut dalam ayat di atas) kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Hanya Allah yang tahu tentang hal tersebut, sedangkan kita harus tunduk dan patuh pada ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Bagi sebagian orang, terutama kaum feminis, pembagian dengan porsi yang tidak sama bagi laki-laki dan perempuan tentu saja dirasakan tidak adil dan bersifat diskriminatif. Itu adalah protes yang diajukan orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Akan tetapi pada masa awal Islam, ketika ayat ini baru diturunkan, dan ketika orang-orang mukmin masih dipengaruhi oleh tradisi dan suasana masa jahiliah, protesnya sangat berbeda. Mereka justru mempertanyakan: Mengapa kepada kaum perempuan dan anak-anak diberikan hak mendapatkan harta warisan? Mereka tidak berperang dan tidak menunggang kuda dan mereka memberikan kontribusi apa pun bagi kekayaan keluarga! Mengapa mereka mendapatkan hak-hak seperti itu dengan mudah?
  • 4. Dunia telah berubah dan persepsi manusia tentang makna keadilan dalam mekanisme pendistribusian kekayaan tentu berubah juga. Kehidupan dan interaksi sosial laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sekarang di Indonesia, misalnya, jauh berbeda dengan suasana di Arab zaman sebelum Islam. Sejarah, letak geografis, peradaban dan lingkungan alam yang berbeda akan menciptakan perbedaan dalam pandangan dan persepsi manusia tentang sesuatu. Karena itu tidak mengherankan jika dalam menafsirkan ayat tentang warisan, para ulama juga berbeda pendapat. Di Indonesia mungkin Munawir Syadzali yang pertama dengan lantang mempertanyakan pembagian harta warisan sesuai dengan rumus ilmu , karena beliau melihat bahwa dalam kehidupan keseharian umat Islam Indonesia, pendistribusian kekayaan dan pemberian kesempatan untuk mendapatkan jatah dari orangtuan (Ayah) memang sering tidak berimbang antara anak laki-laki dan perempuan. Jika semasa hidup si Ayah, anak laki-laki lebih banyak menghabiskan hartanya, mengapa ketika si Ayah meninggal, si anak laki-laki lagi yang akan lebih banyak mendapatkan warisan darinya? Pertanyaan seperti ini sah saja diajukan. Pertanyaan Pak Munawir secara signifikan berbeda dari pertanyaan orang- orang yang dipengaruhi tradisi jahiliah. Pak Munawir mempertanyakan keseimbangan dalam pemberian kasih sayang Ayah kepada anaknya yang laki-laki dan perempuan. Anak laki biasanya dibelikan kendaraan dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, sementara anak perempuan biasanya tidak demikian. Jadi secara lahiriah anak laki-laki telah lebih mendominasi kekayaan Ayahnya semasa si Ayah masih hidup, maka akan bijaksana, menurut Pak Munawir, jika hal tersebut dipertimbangkan dalam pembagian harta warisan. Pertanyaan orang-orang jahiliah lebih mengacu pada sumber kekayaan itu sendiri. Orang-orang perempuan dan anak-anak dianggap tidak mempunyai kontribusi dalam pendapatan ekonomi atau harta kekayaan. Karena itu mereka tidak perlu mendapatkan hak dari kekayaan orang yang meninggal. Jika demikian halnya, maka bagaimana seandainya ada perempuan dalam sebuah keluarga yang juga kreatif bersama laki-laki bekerja mencari nafkah dan berbisnis? Mungkin mereka tidak dapat menolak memberikan bagian dari kekayaan orang telah meninggal itu kepada perempuan. Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas memang terkesan kritis dan mengacu pada upaya mendapatkan keadilan. Akan tetapi siapa yang dapat mengukur hati orang yang
  • 5. telah meninggal: ia ingin memberikan kepada siapa sisa hartanya itu? Ketentuan al- Qur‟an tentang pembagian harta warisan, mengacu pada satu prinsip penting, bahwa harta kekayaan orang yang telah meninggal pada dasarnya tidak menjadi milik siapa- siapa. Harta itu menjadi milik Allah; dan Allah memberikannya kepada siapa yang dianggap-Nya patut. Karena itu ia menjadi Ilmu . Soal bahwa para ahli waris itu bermurah hati dan ingin memberikan haknya kepada orang lain, itu adalah masalah yang berbeda. Mungkin juga mereka bersepakat untuk membagikan harta warisan itu secara bersama. Itu adalah hak mereka. Dalam tradisi jahiliah, sebelum ayat tentang warisan itu diturunkan, umumnya orang memang beranggapan bahwa kekayaan orang-orang yang telah meninggal itu hanya berhak untuk diambil oleh laki-laki yang dewasa, sebab merekalah yang merasa cukup berjasa menghadirkan harta kekayaan itu dan mereka pula yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap perempuan anak-anak yang ditinggalkan. Akan tetapi siapa yang dapat menjamin tanggung jawab itu? Pertanyaan yang lebih penting adalah: Apakah perempuan memang tidak berhak sama sekali atas harta kekayaan? Ketika menjelaskan sebab turun ayat tentang warisan, Ibn Katsīr mengutip riwayat dari Imam Ahmad, bahwa seorang perempuan, yang tidak lain adalah istri Sa„d ibn al-Rābi„, seorang sahabat yang syahid dalam perang Uhud, datang sambil membawa dua orang anak perempuannya kepada Nabi dan menjelaskan bahwa paman mereka telah mengambil semua harta yang ditinggalkan oleh suaminya, sementara kedua anak tersebut tidak akan dapat menikah kalau tidak memiliki harta. Pada waktu itu turunlah ayat yang menetapkan warisan dan Rasulullah memanggil paman kedua anak tersebut dan menyuruhnya membagikan harta warisan itu sesuai perintah al-Qur‟an.3 Sekali lagi, pembagian harta warisan memang sensitif dan rumit. Di Mahkamah Syar„iyah Banda Aceh, setelah kasus-kasus perceraian, yang paling banyak diajukan adalah masalah harta warisan. Harta kekayaan memang dikejar oleh manusia, maka tanpa pendistribusian kekayaan yang adil, manusia akan mudah terjebak dalam konflik dan keserakahan. Di samping, kesadaran bahwa sesungguhnya harta kekayaan itu adalah anugerah dan cobaan dari Allah, harus ditanamkan dalam benak umat Islam. Dalam soal 3 Ibid. Juz 2, 226.
  • 6. warisan, prinsip-prinsip persaudaraan juga harus diperhatikan di samping penegakan keadilan. Buku yang ditulis Hj. Elbi Hasan Basri, M. Ag. yang ada di tangan pembaca ini adalah sebuah ikhtiar membuat Ilmu Warisan menjadi mudah dan terarah bagi siapa yang ingin mempelajari dan menerapkannya. Sebagai pakar dalam bidangnya, Hj. Elbi telah melakukan kajian yang sungguh-sungguh tentang berbagai persoalan warisan dan menguraikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat, buku ini telah menyajikan sebuah konsep keilmuan yang ringkas namun lengkap tentang Ilmu Warisan dan pantas untuk dijadikan sumber rujukan dan kajian ulang oleh para peminat ilmu yang langka dan penting ini. Banda Aceh, Agustus 2007 Eitor Zulkarnaini Abdullah Fakultas Syari‟ah IAIN Ar-Raniry