Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Sahabat Anshor berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk memilih khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW.
2. Mereka sepakat mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah pertama umat Islam.
3. Empat khalifah pertama yang disebut Khulafaur Rasyidin memerintah umat Islam dengan berpegang teguh kepada sunnah Nabi.
1. Sahabat Anshor berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah (balai
pertemuan) dipimpin oleh Sa’ad bi Ubadah.
Sayyidina Umar, Sayyidina Abu Bakar, Ubaidah Ibn Jarrah
dari kalangan Muhajirin turut bergabung.
Terjadi kesepakatan mengangkat Abu bakar sebagai
Khalifah (pemimpin umat Islam)
Saat Terakhir bersama Rasulullah SAW
2. MASA PEMERINTAHAN KHUAFA’AL-RASYIDUN
Abu Bakar menjadi khalifah tahun 11-13H (melalui
kesepakatan sahabat(
Umar bin Khattab menjadi khalifah tahun 13-23 H
(melalui penunjukan)
Utsman bin Affan menjadi khalifah tahun 23-35
(tim formatur)
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah tahun 35-40
(kesepakatan)
3. Sebab-sebab timbulnya firqoh
Terjadinya fitnah kubro (terbunuhnya Utsman bin
Affan)
Berbagai intrik politik yang dilakukan oleh Yahudi
yang menyusup ke dalam komunitas umat Islam.
Dikomandani oleh Abdullan bin Saba’. Yang pura-
pura masuk Islam menghembuskan politik Adu
Domba dengan mengusung isu kecintaan kepada
keluarga Nabi Saw (ahlul bait).
Terjadinya perang saudara pada masa Ali bin Abi
thalib (perang Jamal dan perang Shiffin)
4. Kelahiran Khawarij
Abdurrahman bin Muljam membunuh Ali di Kufah Irak
Barok Ibnu Abdillah At-Tamimi membunuh Muawiyah di
Syiria
Amr Ibnu Bakar At-Tamimi membunuh Amr Bin Ash di
Mesir
Khawarij
Perang Shiffin Tahkim
6. Ahlussunnah Wal Jama’ah
Syaikh Abdul Qodir al-Jilani:
“Yang dimaksud dengan al-Sunnah adalah apa yang telah
diajarkan oleh Rasûlullâh SAW (meliputi ucapan, perilaku
serta ketetapan beliau). Sedangkan pengertian al-Jamâ‘ah
adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para
sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa al-Khulafâ’ al-
Râsyidûn yang empat yang telah diberi hidayah (mudah-
mudahan Allah SWT memberi rahmat pada mereka
semua)”.(Al-Ghunyah li Thâlibî Tharîq al-Haqq, Juz I, hal 80)
Syaikh Abî al-Fadhl bin `Abdussyakûr As-Senauri:
Yang disebut Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah adalah orang-
orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi SAW dan
jalan para sahabatnya dalam masalah akidah keagamaan,
amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati”. (Al-Kawâkib al-
Lammâ‘ah, hal 8-9)
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad ra
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah golongan yang berpegang
teguh kepada sunnah Nabi dan para sahabatnya (Risalatul
Muawanah, 9)
8. Perwujudan
Lebih mendahulukan al-naql dari pada al-aql, karena
menyadari kemampuan akal manusia itu sangat sedikit
dan terbatas.
Tidak terjebak kepada ekstrim kiri atau kanan.
Memilih Sistem bermadzhab secara proporsional
Mengakui, mengagungkan sekaligus mengikuti teladan
dan jejak langkah para sahabat Nabi Muhammad SAW.
12. Sistem Bermadzhab
Fiqh
Imam Syafi’i
Imam Malik
Imam Abu Hanifah
Imam Ahmad bin Hanbal
Tashawwuf
Imam al-Ghazali
Imam Junaid Al-Baghdadi
Tauhid
Imam Abu Manshur Al-Maturidi
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari
Sullamut taufiq
Safinatun Najah
Fathul Qorib
Fathul Mu’in
Ihya’ ulumiddin
Bidayatul Hidayah
Al-Hikam
Aqidatul Awam,
Kifayatul Awam,
Jawharatut Tauhid
dll
13. AKTUALISASI AJARAN
AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH
Untuk dapat memahami dan
apalagi mengaktualisasikan
Ahlussunnah wal jamaah
dalam kehidupan individu
maupun masyarakat muslim,
tentunya tidak hanya
didekati melalui doktrinnya
saja. Sedikitnya ada tiga
macam pendekataan utuk
memahami dan
mengaktualisasikan
Ahlussunnah Wal Jama’ah
ini.
Pertama : pendekatan
doktrnial, yakni memahami
dan mengaaktualisasikan
Ahlussunnah Wal Jamaah
dengan memahami duktrin-
doktrin dan ajaran-ajaran
yang dirumuskan dalam
kitab-kitab ilmu kalam sunni,
maupun melalui diskusi-
diskusi dan pengajian formal
atau non formal mulai dari
konsep keimanaan kepada
Tuhan, sampai masalah
kedudukan manusia terhadap
karyanya, dan masalah-
masalah ghaibiyah.
14. Kedua : pendekatan historis, yakni menulusuri
perkembangan kesejarahan; mengapa sikap-sikap ahlus
sunnah waal Jama’ah menjadi tegar dalam ,
mensupremasikan dalil-dalil naqli dari pada dalil-dalil aqli,
mengapa Ahlussunnah Wal Jamaa’ah mempertahankan
sikap tawasuth dan tasamuh, dan mengapa Ahlussunnah
Wal jamaa’ah selalu berusaha mencari konsensus dalam
mewujudkan kemaslahatan umat selama tidak melanggar
batasan syara’ ? sebagai contoh, ahlussunnah Wal Jamaah
berusaha mempertemukan titik temu antara perbedaan
yang terjadi diantara para sahabat dan ulama. Abdul Malik
bin Marwan, seorang kholifah Umawiyah, setelah terjadai
konflik dengan keluarga Sd. Ali bin Abi Thalib r.a., masih
berusaha meaklukan konsiliasi dalam masyarakat Islam.
Slogan al-jama’ah dipopulerkan dimana-mana:
ِهللا ِةَياَر َتْحَت ٌةَد ِاح َو ٌةَعاَمَج ُنَْحن
“Kita adalah satu jama’ah dibawah naungan panji-panji
agama Allah”.
15. Ketiga pendekatan kultural, yakni usaha
mengembangkan nilai-nilai dan sikap kemasarakatan
yang diberikan oleh Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kita
tahu betapa banyakknya perbedaan pendapat antara
imam-imam madzab, khususya Imam Hanafi, Imam
Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali; tetapi
perbedaan itu tidak menjadikan mereka saling
bermusuhan. Imam Safi’i sendiri pernah tidak
membaca Qunut waktu sembahyang shubuh, pada
saat beliau ada di madinah demi menghormati kepada
imam malik yang diakui sebagai gurunya. Imam
Ahmad bin Hambal dalam waktu yang cukup lama
mendoakan secara khusus kepada iman Safi’i sebagai
penghormatan jasa-jasa keilmuannya
16. PERANAN PENDIDIKAN DALAM MELESTARIKAN NILAI-NILAI
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (MELALUI KAJIAN METODOLOGI)
Sampai pada awal pemerintahan bani salju, yakni pada
masa tugril Beq dan perdana meterianya yang benama Abu
Nasr bin Mansur Al Kundari (416-456 H), tekanan-tekanan
terhadap golongan dan gerakan terhadap Ahlussunnah Wal
Jama’ah masih sangat kuat, bahkan ajaran dan tokoh tokoh
Ahlussunnah Wal Jamaah mendapat cacian dan kutukan
mimbar-mimbar jumaat dan ceramah-ceramah di Masji-
Masjid. Bahkan Al Kundari pernah memerintahkan
penangkapan terhadap tokohtokoh dan ulama-ulama Al
Asariyah. Diantara yang pernah dipenjarakan adalah Abu
Abdul Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi dengan ddemikian
penyebaran pengembangan Ahlussunnah Wal Jama’ah
secara umum dan As-Sy’ariyah secara khusus mengalami
hambatan.
17. Tekanan dan intimedasi terhadap gerakan Ahlussunnah
Wal Jama’ah dan pengembangan ajaran-ajarannya
berakhir, setelah terjadi pergantian kekuasaan dari Tugril
Beg ke Alp Arsalan dengan perdana menterinya yang
masyhur, yakni; Mizhomul Mulk (1063-1092 M) yang
dengan setia mendukung faham Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Aliran As-Asy’ariyah mengalami kemajuan pesat
bahkan mampu mendominasi pemikiran dunia Islam
melalui “Madrasah Nizhomiyah” yang didirikan Nizhomul
Mulk madrasah ini mempunyai cabang hampir di seluruh
kota penting dalam wilayah kekuasaan Saljukiyah. Semua
sekolah-sekolah Nizhomiyah menerapkan kurikulum yang
sarat ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljama’ah. Imam Al-
Ghozali pernah memimpin lembaga Nizhomiyah ini,dan
berkesempatan luas untuk mewarnai Nizhomiyah dengan
faham As-Asy’ariyah.
18. Di Mesir dan Suriah teologi Asy’ariyh ini juga
berkembang dengan dukungan pemerintahna
salahuddin Al-Ayyubi, pendirian dinasti Ayyubiyah,
setelah menghapuskan ajaran syi’ah dari pusat
pendidikan Al-Azhar dan sekolah-sekolah di Mesir
dan Suriah lainnya sebagai warisan dinasti Fathimiyah
yang berkuasa sebelumnya, Dan selanjutnya sistem
dan kurikulum Al-Azhar sebagai pusat pengembangan
keilmuan dan peradaban Islam bercitra Sunni Sampai
selkarang.
19. Perkembangan aliran As-
Asy’ariyah dibelahan dunia
timur ( India, Pakistan,
Afganistan sampai ke
Indonesia) berkat
dukungan Muhammad Al-
Gazwani ( 971-1030 M),
Sultan ketiga dinasti
gaswaniyah. Pada mulanya
mahmud Al-Ghazwani
menganut madzhab Hanafi,
tetapi kemudian beralih ke
madzhab Syafi’i. Jasa
Gazwani dalam penyebaran
pengembangan
Ahlussunnah Wal Jama’ah
antara lain dengan :
Pertama, memprakarsai
penulisan kitab –kitab keislaman
yang bermuatan ajaran Sunni.
Kedua, membangun madrasah-
madrasah besar sebagai pusat
pengajaran.
Ketiga, membentuk Majlis-majlis
keilmuan dan keagamaaan yang
diikuti oleh para ulama’ dan
cendekiawan.
Keempat, mengirim ulama’ dan
muballigh-muballigh untuk
menyebarkan ajaran sunni
sekaligus menghadapi gerakan-
gerakan lain yang dipandang
menyimpang dari ajaran Islam.
20. Khusus di Indonesia pemikiran-pemikiran Al-Asy’ariyah
dikenal luas melalui kitab-kitab karya al-Ghazali dan As-
Sanusi. Pengaruh As-Sanusi di Indonesia populer dengan
konsep teologinya terhadap sifat Allah dan rasulnya yaitu
sifat Wajib,Mustahil dan Jaiz.,tentang sifat-sifat wajib yang
20 (dua puluh), sifat mustahil 20 (Dua puluh), dan sifat
Jaiznya hanya satu (1) bagi Allah Juga pengelompokan sifat-
sifat Allah dalam tiga bagian, yakni sifat
“Nafsiyah”(kedirian Allah), sifat “salbiyah” (sifat yang
membedakan zdat Allah dengan lainnya) dan sifat “
Ma’ani” (sifat yang Abstrak). Disamping itu juag konsep
sifat rasul, yakni sifat wajib empat(4) sifat mustahil
empat(4) dan sifat jaiz satu (1). Konsep-konsep akidah (
teologis) tersebut begitu merasuk dalam kehidupan
masyarakat luas, baik melalui pengajian, karya-karya tulis,
maupun kurikulum sekolah atau madrasah.