Makalah ini membahas tentang baja sebagai bahan struktur. Pertama, menjelaskan sejarah baja dimulai dari penemuan besi pada 1500 SM hingga pengembangan baja ringan modern. Kemudian membahas kekuatan baja seperti elastisitas dan kekuatan tinggi namun juga kelemahan seperti rentan korosi dan buckling. Terakhir menjelaskan klasifikasi baja berdasarkan komposisi kimia menjadi baja karbon, menengah,
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
SEJARAH BAJA
1. PENDAHULUAN BAJA SEBAGAI BAHAN STRUKTUR
Disusun Oleh:
Tar. Muhammad Zhabri Gaffari Darmawan
NIT. 24319015
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN LANDASAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
2020
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kepada kami
nikmat-Nya. Shalwat besertakan salam kami haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah
menjadi teladan bagi kami untuk menjalankan segala aktifitas termasuk pembuatan karya ilmiah
ini.
Makalah yang berjudul “PENDAHULUAN BAJA SEBAGAI BAHAN STRUKTUR”
ini disusun sabagai syarat pengumpulan tugas pertama mata kuliah Rekayasa Struktur Baja.
Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besatnya
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat terindah di dunia ini yaitu nikmat Islam
sehingga saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan makalah ini yang saya niatkan
untuk menjadi sebaik-baik ummat yang bermanfaat bagi ummat lainnya.
2. Bapak Faisal Reza selaku dosen mata kuliah Rekayasa Struktur Baja yang telah memberi
tugas dan materi tentang baja.
Penulis mengharapkan dengan selesainya makalah ini lebih memacu semangat menulis
terutama bagi diri penuli sendiri. Karena dengan menulis kita dapat membagi ilmu yang kita miliki
sehingga lebih bermanfaat bagi manusia lainnya.
Bogor, 31 Maret 2020
M. Zhabri Gaffari D.
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya peradaban manusia, semakin beragam pula kebutuhannya. Hal
Ini dapat dilihat dari aspek teknik sipil. Pada zaman dahulu orang membuat jalan hanya dengan
menyusun batu-batuan atau kerikil-kerikil, tapi kini semuanya telah berubah,manusia berusaha
membuat jalan sebagai sarana transportasi dengan kualitas yang baik menggunakan teknologi
rekayasa guna memenuhi kebutuhannya. Pembangunan dalam setiap bidang yang
berhubungan dalam teknik sipil dimulai dari bangunan gedung, jembatan, jalan dan bangunan
lainnya tidak akan terpisahkan dari bahan yang berasal dari dalam perut bumi. Mulai dari
batuan, batu bara, minyak bumi sampai berbagai macam mineral yang langsung digunakan
maupun yang diolah terlebih dahulu.
Dalam kesempatan ini, akan dibahas salah satu bahan/mineral yang pada umumnya di
pakai dalam pembuatan jembatan maupun gedung, yaitu Baja. Masalah ini diangkat karena
ingin mengetahui Sejarah Baja, kekuatan dan kekurangan Baja, Klasifikasi Baja, Sifat
Mekanik Bahan Baja, Keliatan dan kekenyalan, kelakuan Baja pada suhu tinggi, patah getas,
sobekan lamela, keruntuhan lelah, dan aplikasi material pada baja struktur. Bertitik tolak dari
latar belakang masalah diatas, timbulah suatu permasalahan dalam diri penulis dan menjadi
suatu dorongan bagi penulis untuk melaksanakan suatu analisis tentang Sejarah Baja, kekuatan
dan kekurangan Baja, Klasifikasi Baja, Sifat Mekanik Bahan Baja, Keliatan dan kekenyalan,
kelakuan Baja pada suhu tinggi, patah getas, sobekan lamela, keruntuhan lelah, dan aplikasi
material pada baja struktur.
1.2 Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah baja dan baja ringan?
2. Apa kekuatan dan kekurangan baja?
3. Apa saja klasifikasi baja?
4. Apa sifat mekanik bahan baja?
5. Bagaimana keliatan dan kekenyalan baja?
6. Bagaimana kelakuan baja pada suhu tinggi, patah getas, sobekan lamella, dan keruntuhan
lelah?
7. Apa aplikasi material pada baja struktur?
4. 1.3 Tujuan
1. Lebih mengenal apa itu baja
2. Dapat memilih baja mana yang baik
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan baja dalam konstruksi
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Baja dan Baja Ringan
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM Tahun 1100 SM, Bangsa
hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia
barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas. Tahun 1000 SM,
Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan
menggunakan besi dalam kehidupannya. Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah
di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi. Tahun 400 –
500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun 250 SM, Bangsa India
menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan campuran unsur lain ditemukan
pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja Damaskus.
1300 M, Rahasia pembuatan baja damaskus hilang. 1700 M, Baja kembali diteliti penggunaan
dan pembuatannya di Eropa yang dibuat dalam benruk besi tempa, yang diperoleh dengan
memanaskan bijih-bijih besi dengan menggunakan arang.
Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779.
Dalam kurun waktu 1780 – 1820. Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang,
kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok utama dari potongan – potongan besi
tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau kerangka (truss) konstruksi. Jembatan
Lengkung Coalbrookdale yang melintang di atas Sungai Severn (Inggris) adalah jembatan
yang dibangun oleh Abraham Darby III.
Gambar 2.1
Jembatan Lengkung Coalbrookdale
6. Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya
yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada 1846 –
1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang sepanjang 230 –
460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa.
Gambar 2.2
Britannia Bridge
Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis
namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki tegangan
tariktinggi(G550). Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan
lapisan pelindung (coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan
pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah dikembangkan. Jenis coating
pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah Galvanized dan sebuah produsen
mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian dikenal
dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari:
96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium.
7. 2.2 Kekuatan dan Kekurangan Baja
2.2.1 Kekuatan Baja
1. Elastisitas
Karena baja mengikuti Hukum Hooke yaitu hukum atau ketentuan mengenai daya
dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas.
Sehingga daya elastisitasnya dapat di ketahui serta momen inersia untuk penampang baja
dapat di tentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.
Gambar 2.3
Elastisitas Baja
2. Memiliki kekuatan tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja mempunyai konsekuensi bahwa beban mati akan kecil,
sehingga material baja sangat bagus untuk konstruksi jembatan bentang panjang,
bangunan tinggi serta bangunan yang didirikan diatas tanah labil.
Gambar 2.4
Kekuatan Baja
8. 3. Sifat yang seragam
Karena baja adalah material buatan pabrik, sehingga baja memiliki sifat yang
seragam sesuai dengan standar mutunya.
4. Mimiliki Daktilitas yang Bagus
Daktilitas adalah sifat material untuk menahan deformasi yang besar tanpa
menyebabkan keruntuhan terhadap beban tarik.
5. Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang, bahkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan
perawatan pengecatan sama sekali.
6. Liat (Toughness)
Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan daktilitas.
Suatu elemen baja masih dapat terus memikul beban dengan deformasi yang cukup besar.
Ini merupakan sifat material yang penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa
menerima deformasi yang besar selama pabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa
menimbulkan kehancuran. Dengan demikian pada baja struktur dapat diberikan lenturan,
diberikan beban kejut, geser, dan dilubangi tanpa memperlihatkan kerusakan.
Kemampuan material untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup besar disebut
toughness.
7. Tambahan pada Struktur yang Telah Ada
Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian bentang baru
maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah ada, bahkan jembatan
baja seringkali diperlebar, dll.
Kelebihan lain dari materia baja struktur adalah:
kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keling maupun las,
cepat dalam pemasangan,
dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan,
kekuatan terhadap fatik,
kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran,
masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen struktur,
adaptif terhadap prefabrikasi.
9. 2.2.2 Kelemahan Material Baja
1. Biaya Yang Tinggi
Selain pembangunan menggunakan struktur baja membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, biaya untuk perawatan struktur baja juga memakan biaya yang tidak sedikit
pula. Pada dasasrnya baja rentan terhadap udara dan air yang dapat menyebabkan
korosi sehingga perlu dicat secara berkala. Selain itu kareana baja termasuk konduktor
panas yang baik, baja dapat memicu terjadinya kebakaran pada material sekitarnya.
2. Lemah Terhadap Beban Siklis
Kekuatan baja lambat laun akan mengalami penurunan secara signifikan apabila
dikenai beban tersebut terus-menerus. Untuk mengatasi dampak dari beban siklis, baja
perlu dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi kekuatannya setiap kali akan
timbul beban siklis.
3. Rentan Terhadap Buckling
Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap
buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan yang
tinggi per satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali tidak ekonomis
karena banyak material yang perlu digunakan untuk memperkuat kolom terhadap
buckling.
Gambar 2.5
Buckling
4. Fatik
Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan perlu
dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi beban siklis.
10. 5. Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas
dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis beban fatik dan
temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan keruntuhan getas (ini
yang terjadi pada kapal Titanic).
Gambar 2.6
Runtuh Getas
2.3 Klasifikasi Baja
2.3.1 Menurut komposisi kimianya:
a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Baja karbon rendah (low carbon steel) è machine, machinery dan mild steel
0,05 % – 0,30% C. Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
2. Baja karbon menengah (medium carbon steel)
Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
11. Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges.
3. Baja karbon tinggi (high carbon steel) –> tool steel
Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 %
C Penggunaan :
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws,knives,
drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws
for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
b. Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
4. Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) dan high speed steel.
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
12. Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam
tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik
dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja
karbon (carbon steel).
High Speed Steel (HSS) è Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High
Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan
dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS
besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Baja Paduan dengan Sifat Khusus
1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
Tahan temperature rendah maupun tinggi
Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
Tahan terhadap oksidasi
Kuat dan dapat ditempa
Mudah dibersihkan
Mengkilat dan tampak menarik
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang
baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di
13. atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti:
tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan
Columbium.
3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah
diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang
diberikan antara lain:
1. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
2. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang
berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A
dan D didinginkan di udara.
3. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan didinginkan
perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum
sehingga sifatnya keras.
4. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan
panas tetapi tidak tahan kejut.
5. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak
cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
2.3.2 Klasifikasi Menurut penggunaannya:
Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C.
Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.
14. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
Baja tahan garam (acid-resisting steel)
Baja tahan panas (heat resistant steel)
Baja tanpa sisik (non scaling steel)
Electric steel
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja tahan pakai (wear resisting steel)
Baja tahan karat/korosi
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia
maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
2.3.3 Klasifikasi menurut kualitas:
1. Baja kualitas biasa
2. Baja kualitas baik
3. Baja kualitas tinggi
15. 2.4 Sifat Mekanis Baja
Adanya beban pada elemen struktur selalu menyebabkan terjadinya perubahan
dimensional pada elemen struktur tersebut. Struktur tersebut mengalami perubahan ukuran
atau bentuk atau kedua-duanya. Pada sebagian besar jenis material baja, perubahan
dimensional yang terjadi dapat secara kasar dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:
1. Deformasi Elastis
Apabila elemen struktur mula-mula dibebani, maka deformasi yang terjadi masih berada
dalam daerah elastis. Dalam daerah ini elemen struktur tersebut masih dapat kembali pada
keadaan semula apabila bebannya dihilangkan (seperti perilaku pegas). Deformasi dalam
daerah elastis sangat tergantung pada besar taraf tegangan yang terjadi pada elemen struktur.
2. Deformasi Plastis
Apabila bebannya bertambah terus, maka akan terjadi deformasi yang termasuk kedalam
daerah plastis. Hal ini terjadi apabila tegangan pada material sedemikian besarnya, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya perubahan permanen didalam struktur internal material.
Apabila perubahan internal material ini terjadi, maka keadaan semula tidak dapat tercapai
meskipun beban dihilangkan. Taraf beban atau tegangan yang diasosiasikan dengan daerah
palstis selalu lebih besar daripada daerah elastis.
3. Elastisitas
Cara utama dalam menjelaskan perubahan ukuran dan bentuk adalah dengan menggunakan
konsep regangan (ε) Definisi regangan:
Perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) pada elemen struktur adalah
konstan (Hukum Hooke):
16. Hubungan antara tegangan dan regangan pada material baja dalam daerah elastis linier
seperti tergambar:
4. Kekuatan Material Baja
Sebutan kekuatan sering digunakan sebagai acuan dalam menentukan kapasitas-pikul-
beban material. Kekuatan material baja secara umum dapat digambarkan kedalam grafik
hubungan tegangan-regangan
Daerah Elastis yang gambarnya diperbesar:
17. Perilaku Daktil (Ductile). Material Baja adalah contoh klasik material daktil, yaitu
material yang dapat mengalami deformasi plastis sampai keadaan sebelum putus.
Sebaliknya apabila material tidak menunjukkan perilaku palstis apabila dibebani, tetapi
dapat putus pada saat deformasi yang tidak benar, disebut material getas (brittle)
contohnya: besi tuang.
2.5 Keliatan dan Kekenyalan Baja
Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah
kemampuan bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan tersebut hancur.
Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap
oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus.
Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan, adalah
jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan yang
dibebani tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan-regangan
sampai tegangan leleh, disebut juga modulus kenyal.
18. 2.6 Kelakuan Baja pada Suhu Tinggi
Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam menentukan prosedur
pengelasan dan pengaruh kebakaran. Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-
regangan mulai menjadi tak linear dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang.
Modulus elastisitas, kekuatan leleh, dan kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik.
Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju penurunan maksimum. Baja dengan
persentase karbon yang tinggi, seperti A36 A440 menunjukkan pelapukan regangan
(strain aging), pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan regangan mengakibatkan
turunnya daktilitas.
Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah
itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu
mencapai 260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan
lamanya waktu pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai "rangkak" (creep). Rangkak
sering dijumpai pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada
suhu kamar) meningkat bila suhu naik. Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah:
a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95°C.
b). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa
karbon yang mulai terjadi pada suhu 510°C.
c). Menaikkan sifat tahan karat baja structural bila suhu mendekati 540°C. Baja umumnya
dipakai pada keadaan suhu dibawah 1000°F, dan beberapa baja yang diberi perlakuan
panas harus dijaga agar suhunya dibawah 430°C.
19. 2.7 Patah Getas
Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa
deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat", Kelakuan patah
dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau
pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.
2.8 Sobekan Lamella
Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam
kasusini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang(restrained) pecah
(sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las.
20. 2.9 Keruntuhan Lelah
Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara berulang-ulang,
walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan, disebut
kelelahan (fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal.
Sebagai contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan mengalami lebih dari 100.000
siklus pembebanan sehingga kelelahan(fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya.
Pada gedung, karena siklus pembebanannya rendah, maka kelelahannya tidak perlu
ditinjau. Siklus pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup lantai,
hujan, angin dan gempa.
2.10 Aplikasi Material pada Baja Struktur
Bahan baja dapat diaplikasikan sebagai rangka atap rumah, struktur gedung,
jembatan dan menara, secara umum diklasifikasikan sebagai struktur balok biasa, struktur
portal dan struktur rangka. Sebagai contoh lihat gambar-gambar berikut.
a. Atap Baja Rangka Hot Rolled
21. b. Atap Baja Ringan (Cold Rolled)
c. Bangunan Portal (Hot Rolled)
24. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfungsi sebagai unsur dasar dicampur
dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon. Sedangkan Baja ringan adalah baja
canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya tidak
kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki tegangan tariktinggi(G550).
Baja maupun Baja Ringan merupakan material yang dijadikan sebagai struktur dari
bangunan maupun jembatan. Baja memiliki keuntungan dan juga kelemahan pada
penggunaanya, maka dari itu kita sebaiknya mempelajari tentang sifat baja sebagai material
struktur bangunan agar dapat memfungsikan baja dengan aman.
3.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami sejarah baja,
klasifikasi baja, keliatan dan kekenyalan baja, kelebihan dan kekurangan baja, dan sifat
mekanis baja sebagai material struktur bangunan. Dengan memahi sifat baj sebagai material
struktur bangunan pembaca dapat mengaplikasikan penggunaan baja sesuai dengan sifatnya
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam makalah ini.