1. MAKALAH ILMU LOGAM
MATERI PADUAN LOGAM CHROMIUM
Dosen Pengajar :
Ir. Eddy Widiyono, M.Sc
Penyusun :
Novan Bagus Ramanda (1021170000096)
Dicky Reonaldi (1021170000092)
Muhammad Andhana Adhyaksa (10211700000127)
Departemen Teknik Mesin Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2. 2
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu
Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah
dan juga berterima kasih kepada dosen pengajar Ir. Eddy Widiyono
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Materi
Paduan Logam Chromium” dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu mahasiswa untuk
mencapai pemahaman tentang paduan logam chromium
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
nyata untuk masyarakat luas.
Surabaya, 21 – 02 - 2018
Kelompok 9
3. 3
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................. 2
Bab I............................................................................................................................................ 4
a. Latar Belakang................................................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah............................................................................................................. 4
c. Tujuan Makalah ................................................................................................................. 4
Bab II........................................................................................................................................... 5
a. Logam paduan ................................................................................................................... 5
b. Chromium ....................................................................................................................... 10
Kecendurungan ............................................................................................................ 10
Sifat Fisis ..................................................................................................................... 11
Sifat Kimia................................................................................................................... 11
Sifat Magnetik.............................................................................................................. 11
Senyawa Oksida Kromium............................................................................................ 12
Kegunaan..................................................................................................................... 12
Kekurangan.................................................................................................................. 14
Bab III........................................................................................................................................ 15
a. Kesimpulan...................................................................................................................... 15
b. Daftar pustaka.................................................................................................................. 15
4. 4
Bab I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sudah beratus - ratus tahun atau lebih tepatnya 252 tahun chromium
ditemukan yang dikenal sebagai timbal merah di siberia Para ilmuwan
bingung tentang elemen mineral baru ini. Itu memiliki bentuk dan warna yang
tidak terlihat pada mineral lainnya. Dalam beberapa kasus, ditemukan, seperti
yang dikatakan beberapa orang, “menempel seperti rubi kecil sampai
kuarsa.”. dan pada era ini penggunaan chromium sudah terbilang wajib, pada
stainless steel chromium selalu digunakan dan stainless steel tersebut sudah
banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh penjuru bumi, maka dari itu
kita akan membahas tentang paduan chromium pada logam paduan
b. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Logam paduan
2. Apa saja kecendurungan dan sifat chromonium
3. Apa kegunaan chromonium pada Logam paduan
c. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini dibuat sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud Logam paduan
2. Mahasiswa mengetahui kecendurungan dan sifat chromium
3. Mahasiswa mengetahui kegunaan chromonium yang diberikan pada
Logam paduan
5. 5
Bab II
Pembahasan
a. Logam paduan
Alloy steel atau juga disebut Logam paduan telah banyak mengalami
perkembangan sejak ditemukan pada tahun 1825. Awal digunakannya alloy
steel pada tahun 1910 digunakan sebagai baju zirah, kemudian terus berlanjut
menjadi high quality alloy steel untuk perang. Stainless steel juga merupakan
Logam paduan yang elemen paduannya sangat banyak sehingga terbuatlan
stanless steel. Logam paduan merupakan baja yang dicampur dengan berbagai
elemen logam lainnya antara 1% sampai 50% berat untuk memperbaiki sifat
mekanik baja.
Dua atau lebih kombinasi elemen paduan pasti menghasilkan sifat mekanik
yang khas dibandingkan 1 elemen paduan, contoh, unsur kromiun dan nickel
yang bajanya akan mempunyai sifat keras dan kenyal supaya dapat ditempa,
dipalu, ditarik tanpa mengalami fracture
Logam paduan juga digunakan karena keterbatasan baja karbon sewaktu
dibutuhkan sifat – sifat yang spesial daripada baja karbon, keterbatasan yang
dimaksud ini adalah reaksi baja karbon. Proses pemanasan dan propertiesnya
sangat terbatas untuk baja karbon, oleh karena itu logam paduan menjadi
solusi reaksi baja karbon dan memanipulasi sifat mekanik baja
Logam paduan dibagi dua sifat, Low – Alloy Steel dan High – Alloy Steel.
Alloy Steel biasanya mengandung beberapa unsur, mereka adalah mangan,
silicon, nikel, krom, vanadium, tungsten, molybdenum, fosfor, cobalt,
alumunium, zirconium, titanium, nitrogen,lead, boron, dan selenium. Baja
juga bisa di lapisi degan zinc, tin, lead, krom, nikel. Tetapi hasil yang
diberikan biasanya tidak di klasifikasikan sebagai logam paduan. Perbedaan
mereka berada di kandungan unsur, High Alloy Steel sendiri mempunyai 10 –
35% kandungan unsur didalam logam tersebut.
Low – Alloy Steel sebelum perang dunia ke 2 sudah dipakai oleh teknisi
otomotif, High Alloy Steel memiliki 3 kelas, diantaranya high speed steels,
high alloy steel yang biasa digunakan untuk ketahanan korosinya, dan high
alloy steel yang mengandung kespesialan sifat magnet dan elektrik, dan
bahkan karakteristik yang luas, biasanya dipakai untuk hal komunikasi dan
industri induksi lainnya
6. 6
b. Stainless Steel
Stainless steel (baja tahan karat) adalah jenis baja yang tahan terhadap
pengaruh oksidasi. Stainless steel merupakan logam paduan dari beberapa
unsur logam yang dipadukan dengan komposisi tertentu. Dari perpaduan
logam tersebut didapatkan logam baru dengan sifat atau karakteristik yang
lebih unggul dari unsur logam sebelumnya, karakteristik yang biasa terdapat
pada stainless steel adalah persen krom yang tinggi, tahan karat, minim
perawatan, tahan lama, kekerasan dan kekuatan tinggi, resisten terhadap suhu
tinggi, tampilan menarik. Adapun baja ini dibagi beberapa kelompok sesuai
jenis dan persentase material bahan pembuatnya, yaitu :
1. Martensitic stainless steel
Paduan besi-krom. Memiliki kandungan karbon yang tinggi dan kromiun
lebih rendah, yaitu terdiri dari 1% chromium dan 35% karbon. Termasuk
dalam kelas 410 dan 416. Karakteristik stainless steel martensitic yaitu
bersifat magnetic, ketahanan korosi sedang, dan kemampuan las yang buruk.
Martensitic stainless steel biasanya digunakan untuk Pisau bedah,Alat makan,
Peralatan bedah/ operasi, Zipper, Anak panah, Pegas
2. Ferritic stainless steel
Paduan besi-krom dengan komposisi karbon rendah. Kandungan kromium
berkisar 10,5-18%. Ferritic stainless steel memiliki ketahanan korosi sedang
dan minim sifat pabrikasi. Sifat pabrikasi dapat ditingkatkan dengan
modifikasi paduan seperti 434 dan 444. Karakteristik stainless steel jenis ini
tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas. Penggunaannya selalu dalam
kondisi anneal. Bersifat magnetic dan mampu menerima pengelasan di bagian
tipis. Ferritic stainless steel biasanya digunakan dalam Knalpot kendaraan,
Peralatan masak, Lis arsitektur, Perlengkapan rumah tangga
3. Austenitic stainless steel
Paduan besi-krom-nikel dan besi-krom-nikel-mangan, terdiri dari 18%
krom dan 8% nikel. Dengan menambahkan unsur-unsur lain seperti
Molybdenum, Titanium, Tembaga, sifat-sifat stainless steel dapat
dimodifikasi. Dengan modifikasi ini dapat meningkatkan ketahanan korosi.
Sebagian besar baja akan rapuh pada suhu rendah, tapi adanya kandungan
Nikel pada austenitic stainless steel membuatnya cocok untuk aplikasi suhu
rendah atau kriogenik. Karakteristik stainless steel jenis ini umumnya non-
magnetic dan tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas. Jenis ini
merupakan yang paling mudah dibentuk dari keseluruhan stainless steel.
Biasanya digunakan untuk wastafel, atap, pintu, jendela, alat pemrosesan
makanan, oven, dan tangka kimia.
7. 7
4. Duplex Stainless Steel
Duplex stainless steel memiliki kandungan krom tinggi dan nikel rendah.
Hal ini membuat mikrostruktur duplex stainless steel termasuk austenitic dan
ferritic. Duplex stainless steel memiliki sifat-sifat austenitic dan ferritic.
Karakteristik stainless steel duplex ini tahan terhadap tekanan korosi, tapi
tidak selevel grade ferritic. Sedangkan dari segi ketangguhannya, grade
duplex lebih unggul dari grade ferritic dan lebih rendah dari grade austenitic.
Grade duplex mudah dilas dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi.
Penggunaan duplex stainless steel dapat ditemukan pada Heat exchanger,
Aplikasi kelautan, Industri pengawetan makanan, Instalasi off-shore minyak
dan gas, Industri kimia dan petrokimia
5. Precipitation-hardening stainless steel
Titanium, Boron atau Berilium ditambahkan pada paduan besi-krom-nikel
sebagai pengeras. Karakteristik stainless steel kelas ini yaitu kekuatan
tariknya akan meningkat sangat tinggi dengan perlakuan panas. 630
merupakan kelas precipitation-hardening stainless steel yang paling umum
yang juga dikenal sebagai 17-4 PH karena memiliki komposisi 17% krom,
4% nikel, 4% tembaga, dan 0,3% niobium., Precipitation-hardening stainless
steel biasa digunakan untuk Peralatan industri pulp dan kertas, Aplikasi ruang
angkasa, Baling-baling turbin, Komponen mekanik
c. Baja perkakas
Baja perkakas adalah baja khusus atau spesial atau special steel yang
memiliki mutu tinggi dan digunakan sebagai bahan atau logam pada
pembuatan perkakas untukpengubahan bentuk. Berdasakan cara penggunaan,
perlakuan panas, dan menurut paduan yang ditambahkan dalam bajanya,
maka baja perkakas dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok baja perkakas berdasarkan cara penggunaan:
1.Cold work, pengerjaan dingin
2.Hot work, pengerjaan panas
3.High speed, pengerjaan dengan kecepatan tinggi
Kelompok baja perkakas berdasarkan cara perlakuan panas:
1.Water hardening, pengerasan dalam air
2.Oil hardening, pengerasan dalam minyak
3.Air hardening, pengerasan dalam udara
Kelompok baja perkakas berdasarkan unsur paduannya:
1. Unalloyed steel, atau karbon steel, baja perkakas tanpa unsur paduan
atau baja karbon.
2.Alloyed steel, baja perkakas dengan tambahan unsur paduan
8. 8
American Iron And Steel Institute (AISI) dan Society of Automotive
Engineers (SAE)
mengklasifikasi baja perkakas berdasarkan grade of properties seperti
berikut:
1. Water Hardening Tool Steel, Group W
Water hardening atau baja karbon (group W) merupakan baja perkakas
yang memiliki kandungan karbon antara 0,6 – 1, 4 persen, dengan tambahan
kromium dan vanaduim. Umumnya baja ini memiliki kandungan karbon satu
persen. Baja perkakas ini dikeraskan dengan metoda perlakuan panas dengan
media pendingin air.Baja ini merupakan shallow hardening kecuali untuk
perkakas yang kecil di bawah 0,5 inci diameter. Baja ini dapat dikeraskan
dengan hard case dan though core dan mempunyai ketahananperubahan
bentuk plastis yang rendah dengan makin tingginya temeraturBaja perkakas
group W merupakan baja perkakas yang baik sekali untuk pengerjaan pada
kondisi temperatur rendah. Baja perkakas ini cocok untuk pengerjaan dingin
dengan kekuatan impact yang rendah atau menengah seperti, coining, cold
heading, puncing, embossing dan metal/wood hand cutting tool.
2. Shock Resistance Tool Steel, Group S
Baja perkakas ini memiliki kandungan karbon yang dapat menghasilkan
kekerasan hingga 60 HRC dengan silikon, kromium, molibdenum, dan
wolfram.Baja group S digunakan untuk pengerjaan yang mengalami kejutan
pada temperatur normal atau rendah dan tidak memerlukan ketahanan abrasi
yang tinggi. Baja dari group S dikeraskan melalui metoda perlakuan panas
dengan media pendingin minyak.Baja perkakas ini biasa digunakan pada
pengerjaan atau aplikasi, pneunematic chisels, heavy duty shear blades,
punches, rivet buster, dan dapat digunakan pada bagian-bagian mesin yang
mengalami shock yang tinggi.
3. Oil Hardening Cold Work Tool Steel, Group O
Baja perkakas ini digunakan untuk aplikasi yang tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan baja perkakas dari group W. Baja perkakas ini memiliki
kelebihan dalam mengatasi masalah yang timbul dan sulit bila menggunakan
perkakas dari group W, yaitu water hardening steel.Baja ini mengandung
karbon yang relatif tinggi untuk mendapatkan ketahanan aus tinggi.
Kandungan karbonnya antara 0,90 -1,45 persen, dengan tambahan unsur-
unsur seperti kromium, molibdenum, dan wolfram. Dengan unsur-unsur yang
terkandungnya, baja perkakas ini memilikikemampuan pengerasan yang lebih
besar dibanding perkakas dari group water hardening steel, Group W. Karbon
yang tinggi menyebabkan perkakas ini memiliki keuluetan yang rendah, atau
getas.Baja perkakas tipe group O banyak diaplikasikan untuk pengerjaan pada
temperatur rendah seperti: blanking, bending, trimming, coining, shearing,
shaping die, thread rolling dies, knurlingtool.
4. Air Hardening Cold Work Tool Steel, Group A
Baja perkakas ini mengandung karbon antara 1,00 sampai 2,25 persen,
dengan unsur tambahan mangan antara 2,0 sampai 3 persen, kromium, dan
9. 9
molibdenum.Baja perkakas ini memiliki kemampuan mesi yang relatif sama
dengan oil atau water hardening tool steel. Namun demikian perkakas ini
memiliki kestabilam dimensi yang jauh lenih baik. Kandungan mangan yang
tinggi mampu mengurangi scale yang terjadi selama pemanasan hingga
dimensinya tidak banyak berkurang. Penggunaan atau aplikasi dari baja
perkakas ini adalah rolling dies, long slender bronches,atau tool yang
mensyaratkan ketahanan distorsi dan abrasi yang tinggi.
5. High Carbon High Chromium Cold Work Tool Steel, Grup D
Baja perkakas ini memiliki ketahanan aus dan kemampuan pengerasan
yang tinggi. Sifat ini diperoleh karena baja ini mengandung unsur-unsur
paduan yang sangat tinggi. Baja dari group ini memiliki kandungan karbon
antara 1,0 sampai 2,35 persen, kromium sekitar 12 persen dengan unsur
paduan molibdenum sekitar satu persen dengan tambahan unsur kobal tiga
persen.Perkakas ini memiliki ketahanan terhadap perubahan demensi,
ketahanan perubahan bentuk plastis pada temperatur panas. Namun demikian,
baja ini rentan atau mudah terjadi edge brittlesness. Sehingga baja perkakas
ini tidak cocok digunakan sebagai edge cutting tool.Aplikasi dari perkakas ini
adalah: untuk wire drawing dies, master gages, blanking, piercing dies,dan
penggunaan lainnya yang memerlukan kestabilan dimensi.
6. Hot Work Tool Steel, Group H
Baja perkakas dari group H memiliki kandungan karbon medium/sedang
yaitu antara 0,25 – 0,55persen, dengan kandungan paduan utamanya adalah
kromium, molibdenum dan wolfram. Grup baja ini mengandung paduan yang
tahan terhadap temperatur kerja yang tinggi. Dengan demikian perkakas dari
group ini akan sangat baik digunakan untuk penggunaan seperti: hot forming
dies, hot extrusiondies, hot shearing, die casting dies. Dan plastic moulding
dies. Hot work tool steel diklasifikasikan menjadi tiga group yang
berdasarkan pada jumlah dominan paduan yang terkandungnya.
1. Chromium hot work tool steel, Group H11 – H16
Baja perkakas ini mengadung kromium antara 5 – 7 persen dengan paduan
vanadium antara 0,4 sampai 1,0 persen, wolfram antara 1,5 – 7,0 dan
molibdenum antara 1,5 – 5,0 persen. Baja perkakas ini mengadung karbon
antara 0,25 – 0,55 persen. Dengan komposisi ini dapat diperoleh baja
perkakas yang memilii red hardening, deep hardening yang baik dengan
ketahanan dimensi yang baik sejak perlakuan panas.
2. Tungsten hot work tool steel, Group H20 – H26
Baja perkakas dari kelompok ini mengandung wolfram/tungsten antara
9,0 – 18 persen, dengan kandungan kromium antara 2,0 – 12,0 persen dan
vanadium maksimum satu persen. Baja perkakas ini mengandung karbon
antara 0,25 – ,45 persen. Komposisi paduan yang dimiliki oleh baja perkakas
ini, mampu meningkatkan ketahanan perubahan plastis pada temperaur tinggi.
Namun menjadi lebih rapuh pada pengerjaan pengerasan, work hardening,
dan sulit berhasil pada perlakuan dengan pendinginan menggunakan air.
10. 10
3. Molybdenum hot work tool steel, Group H41 – H43
Baja perkakas dari group ini mengandung molibdenum antara 5,0 sampai
8,0 persen, dengan kandungan kromium sekitar 4,0 persen, dan vanadium
antar 1,0 sampai 2,0 persen. Baja perkakas ini mengandung karbon antara
0,55 sampai dengan 0,65 persen Baja perkakas ini memiliki sifat-sifat yang
hampir sama dengan baja pekakas dari group H20 – H26, namun dengan
harga yang relatif lebih murah
d. Chromium
Kecendurungan
Chromium merupakan unsur kimia yang memiliki lambang Cr dan nomor
atom 24 pada tabel unsur periodik dan unsur yang termasuk dalam urutan
sembilan unsur paling banyak ditemuka di kerak bumi, chromium juga
merupakan logam tahan korosi dan dapat dipoles menjadi mengkilat, krom
juga bisa menjadi pelapis bahan – bahan bangunan, komponen kendaraan
bahkan emas, chromium biasa disebut sebagai emas putih. Chromium terdapat
di dalam lingkungan karena erosi dari batuan yang mengandung chromiumdan
dapat didistribusikan oleh letusan gunung berapi, unsur ini sering ditemukan
dalam bentuk oksidanya, antara lain: Cr2O3, CrO, K2Cr2O7. Senyawa chromium
dapat dikenali dengan warna hijau, merah, atau kuning. Unsur chromium
bersifat keras, getas, dan logam kelabu yang mengkilap
Disamping itu chromium merupakan logam masif, berwarna putih perak,
dan lembek jikar murni dengan titik leleh kira – kira 1900o C dan titik didih
kira – kira 2690o C, ke tahanan korosi ini karena reaksi dengan udara
menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat tidak berpori sehingga mampu
melindungi logam yang terlapisi dari serangan reaksi lebih lanjut
11. 11
Didalam diagram Fe-Cr mempunyai dua kekhususan yang penting yaitu Cr
pada temperatur 860o dan 1390o memperkecil daerah austenit, Cr pada
temperatur sekitar 600-820oC dengan kandungan sekitar 45% membentuk
senyawa Fe-Cr yang lebih dikenal dengan nama fasa 𝛾
Pengaruh Cr terhadap austenit pada temperatur – temperaur dimana fasa
austenit terseut terbentuk dibatasi oleh dua garis kurva, dan terbagi menjadi
tiga bagian, pada garis kurva pertama terdapat austenit yang merupakan fasa
yang stabil sampai kandungan Crnya 11,5%, selama pemanasan paduan –
paduan akan mengalami transformasi dari ferrit ke austenit, kemudian
kandungan Cr yang diatas 12,5% Cr transformasi alotropi tidak dapat
berlangsung karena fasa yang stabil didaerah ini selalu ferit sampai
temperaturnya mencapai garis solidus, dan yang terakhir pada fasa martensit
pada kandungan persentase Cr 11,5% - 12,5%
Sifat Fisis
Chromium mempunyai konfigurasi elektron 3d5 4s1 , sangat keras,
mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas unsur – unsur transisi deret
pertama lainnya. Bilangan oksidasi terpenting adalah +2, +3, +6
Massa Jenis 7,15 g/cm3
Titik Lebur 2180K,1907oC
Titik Didih 2944K,26710C
Entalpi Peleburan 20,5 kJ/mol
Panas Penguapan 339 kJ/mol
Kapasitas Kalor 23,25 J/mol.K
Kepadatan 7,140 kg/m3
Sifat Resistivitas Listrik 12,7 10-8 Ω m
Sifat Kimia
Chromium dapat dikatakan bahwa memiliki bilangan oksidasi yang lebih
dari satu, yaitu +2, +3, +6, hal ini disebabkan oleh elektron yah tidak hanya
keluar dari subkulit s, tetapi juga dari subkulit d yang ada dibawahnya. Angka
+3 merupakan bilangan oksidasi yang paling stabil, begitu juga konfigurasi
elektronnya karena d atau s nya terisi penuh atau setengah penuh
Sifat Magnetik
Sifat magnetik suatu unsur disebabkan keberadaan elektron tidak
berpasangan di dalam orbital atommnya yakni s, d, f. Chromium sendiri
mempunyai 3d5 4s1 makan elektron yang tidak memiliki pasangan elektron ada
banyak yang tidak berpasangan
Nomor Atom Jumlah e- di subkulit d Orbital
12. 12
4s 3d 4s 3d
24 1 5 1 11111
Dapat dikatakan bahwa Cr termasuk paramagnetik, yaitu sifat zat yang
memiliki zat yang setidaknya 1 elektron tidak berpasangan
Senyawa Oksida Kromium
a. Kromium (III) Oksida
Cr2O3 berwarna hijau diperoleh dari dekomposisi termal
amonium dikromat, reaksi
(NH4)2CrO7 Cr2O3 + N2 + 4H2O
b. Kromium Trioksida
CrO3 berwarna merah tua. Kromium trioksida sangat mudah
larut didalam air menghasilkan ion kromat, namun ion kromat
berubah menjadi ion dikromat, reaksi
CrO3 + 3H2O [CrO4]2- + H3O+
c. Kromium IV Oksida
Dapat diperoleh dengan reduksi CrO3 secara hidrotermal, reaksi
CrO3 + H2 CrO2 + H2O
d. Kromium VI Oksida
Dapat diperoleh dengan penambahan asam sulfat pada alkali
dikromat, reaksi
K2Cr2O7 + H2SO4 2CrO3 +K2SO4 + H2O
Kegunaan Umum
Chromium digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat
dan membentuk banyak logam paduan yang berguna, chromium juga bisa
dipakai untuk pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang
keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Kodifikasi pada paduan
chromium selalu didahului angka 5 dan jika chromium ditambahkan vanadium
didahului angka 6
Pembuatan logam paduan chromium dapat dibuat menurut proses
goldschmidt, yaitu mereduksi Cr2O3 dengan alumunium (proses
aluminothermy)
13. 13
Cr2O3 (s) + 2Al(s) Al2O3(s) + 2Cr(s)
Logam Kromium dan senyawanya banyak digunakan didalam bidang
indusrti .
Logam Kromium dapat dicampuri dengan besi kasar (pig
iron) membentuk baja yang sifatnya keras dan
permukaannya tetap mengkilap.
Krom seperti ferrokrom dapat juga dengan besi kasar
membentuk baja yang sifatnya tahan karat.
Larutan K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, digunakan
untuk mencuci alat-alat laboratorium.
Na2Cr2O7.2H2O digunakan dalam penyamakan kulit,
menghasilkan kulit sama, kromium membentuk senyawa
yang tidak larut dengan protein dalam kulit.
Dapat digunakan sebagai pigmen, yaitu PbCrO4 (kuning
krommium) dan Cr2O3 (hijau kromium).
Kromium (VI) dan Kromium (III) digunakan untuk
menyepuh logam (elektroplating). Dapat diartikan sebagai
proses pelapisan logam, dengan bantuan arus listrik dan
senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam
pelapis ke material yang hendak dilapisi.
Pengawet kayu untuk perumahan dan gedung.
Sebagai pewarna,pencelup,dan cat. Dalam bidang industri
kimia biasanya digunakan sebagai pembuatan pigmen
warna.
Kromium digunakan dalam pembuatan batu permata yang
berwarna.
14. 14
Kekurangan
Dibalik kegunaan – kegunaan yang sangat kita butuhkan dan pakai paduan
chromium juga mempunyai kekurangan beberapa diantaranya ialah pada
penggunaannya chromium bisa meracuni kulit, merusak manufaktur tekstil
yang didistribusikan oleh udara dan air, sebagian besar chromium akan
menetap dan berakhir pada perairan atau tanah.
Chromium dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi
hati rendah, ketika dosis gula harian sangatlah rendah, organisme juga bisa
diserang oleh chromium yang pada akhirnya bisa mengubah bahan genetik dan
menyebabkan kanker, pembuangam produk – produk logam dipermukaan air
dengan chromium berkonsentrasi tinggi dapat merusak insang ikan yang
berenang di dekat titik pembuangan
15. 15
Bab III
Penutup
a. Kesimpulan
Logam paduan adalah logam yang dicampur dengan satu atau beberapa
unsur, pada pemberian unsur persentase nya juga harus dihitung, karena akan
terbagi lagi menjadi dua yaitu high alloy steel dan low alloy steel. Chromium
ini sangat mudah ditemukan karena chromium terdapat di dalam lingkungan
karena erosi dari batuan yang mengandung chromium dan dapat didistribusikan
oleh letusan gunung berapi, unsur ini sering ditemukan dalam bentuk
oksidanya. Sifat fisis chromium juga memiliki titik didih dan titik leleh diatas
rata – rata, merupakan oksidasi yang sangat stabil dan mempunyai sifat
paramagnetik , Logam Kromium dapat dicampuri dengan besi kasar (pig iron)
membentuk baja yang sifatnya keras dan permukaanya tetap mengkilap.Krom
seperti ferrokrom dapat juga dengan besi kasar membentuk baja yang sifatnya
tahan karatLarutan K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, dan masih banyak lagi.
b. Daftar pustaka
Allen. Theodore Jr, Amidon. Lee L. 1957. Engineering Metalurgy. Toronto.
PITMAN
Peckner, Donald. 1977. Handbook Of Stainless Steel. New York:Mc-
Grawhill
Suratman, Rochim. 1983. Teknologi pembuatan dan pengembangan baja
baha karat III. Bandung: ITB
Valencia M, Eduardo. 2011. Alloy Steel Properties And Use. Rijeka:In Tech