Tingginya kasus kekerasan di kalangan anak sekolah disebabkan oleh faktor keluarga yang kurang memperhatikan anak dan membiarkan anak tumbuh manja. Anak-anak yang manja cenderung tidak memikirkan konsekuensi dari tindakannya dan beranggapan orangtua akan selalu melindunginya. Untuk mencegah hal ini, orangtua perlu membiasakan anak untuk membantu pekerjaan rumah dan bertanggung jawab atas dirinya
1. Akar kekerasan di kalangan anak usia sekolah
JUNI 1, 2013
MISTER YES
ANAK SEKOLAH, BROKEN HOME, KASUS KEKERASAN, PREMANISME,
SALAH DIDIK, TAWURAN
TINGGALKAN KOMENTAR
Akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus kekerasan di kalangan anak usia sekolah.
Ironisnya mereka bukan hanya korban, sebagai pihak yang lemah, tapi juga pelaku!
Ini menimbulkan tanya, “Apa yang menyebabkan tindak kekerasan di kalangan anak-
anak?!”
Banyak teori yang coba menjawab. Salahsatunya, anak pelaku kekerasan pada
umumnya berasal dari keluarga broken home, emosi tak stabil, kurang mendapat
perhatian dari orangtuanya, atau pernah mengalami tindak kekerasan di masa lalunya.
Teori-teori di atas dalam beberapa kasus terbukti benar. Tapi faktanya, banyak juga
anak-anak dari keluarga baik-baik yang melakukan tindak kekerasan pada teman
sebayanya!
Menurutku hal itu terjadi karena anak-anak tersebut telah terbiasa diurusi segala
keperluannya oleh orangtua dan pembantunya di rumah, sehingga mereka cenderung
manja dan berpikiran “pendek.” Makna berpikiran “pendek” disini bukannya bodoh,
tapi cenderung abai atau tak ambil peduli pada dampak dari tindakannya. Padahal,
sebagaimana diketahui bersama, para korban kekerasan banyak yang mengalami
kerusakan permanen pada anggota vital tubuhnya.
Elaborasinya begini, anak bangun tidur tidak membereskan sendiri tempat tidurnya;
selesai makan, piring dan gelas dicucikan oleh pembantu atau ibunya. Akibatnya
mereka terbiasa hidup manja dan mengira bisa berbuat semena-mena pada orang lain,
termasuk tindak kekerasan pada teman sebaya, tanpa mesti berpusing-pusing
memikirkan konsekuensi atas tindakannya. Timbul anggapan pada diri anak-anak
manja tersebut betapa orangtua akan selalu bisa melindungi dan “membereskan”
kerusakan-kerusakan yang timbul akibat tindakannya.
Kesimpulannya, premanisme di kalangan anak menghantui bukan saja keluarga
broken home tapi juga keluarga baik-baik yang keliru mengasuh anak-anaknya.
Sesungguhnya membiasakan anak untuk membantu pekerjaan rumah tangga atau
2. setidaknya membereskan kamar tidurnya sendiri, pada akhirnya akan membuat anak
terhindar dari kecenderungan berbuat kekerasan atau bully pada teman sebayanya.
Wallahu ‘alam bi showab