1. MASALAH SISTEM PENCERNAAN
DALAM MASA KEHAMILAN
Disusun Oleh: Kelompok 5
Agustina Prasetya (04.10.319)
Eci Reta Putri Utami (04.10.328)
Nur’aini (04.10.346)
Selvi Trierita (04.10.351)
Ulfa Suparman (04.10.354)
Vetthy Dwi Vera (04.10.355)
2. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan (digestive system)
adalah sistem organ dalam manusia yang
menerima makanan, mencernanya menjadi
energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut melalui dubur.
Fungsi primer saluran pencernaan adalah
menyediakan suplai terus menerus pada
tubuh akan air, elektrolitdan zat gizi, sehingga
siap diabsorpsi.
5. Proses Pencernaan Makanan
Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus
halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya sebagai
berikut :
• Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana
asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas.
• Makanan yang kini berada di usus halus kemudian
dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari
kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase
pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian
diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida,
yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian
diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh peredaran darah.
6. • Makanan dari kelompok protein setelah
dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton
akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin,
dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino
kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh
tubuh oleh peredaran darah.
• Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama
akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan
empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-
butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak
kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi
asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
kemudian di serap usus dan di edarkan menuju
darah oleh pembuluh limfe. (Setiadi, 2007).
7. Tinjauan Sistem Pencernaan dan Kebutuhan
Nutrisi dalam Kehamilan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah
mentransfer nutrisi, air dan elektrolit dari
makanan menjadi bahan bakar untuk aktivitas
seluler dan menyediakan bahan pembangun
untuk memperbarui dan mengembangkan
jaringan tubuh (Setiadi, 2007)
8. Masalah dalam Sistem Pencernaan Pada Masa
Kehamilan
1. Hiperemesis Gravidarum
HEG adalah muntah yang berkepanjangan
dan berat yang berakibat pada terjadinya
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit,
penurunan berat badan dan ketosis. HEG
merupakan gejala mual dan muntah yang
dimulai pada sekitar minggu ke-6 dan berakhir
pada usia kehamilan 20 minggu (Bothamley,
2011).
9. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer
dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat
metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati.
10. 2. Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung (cuningham,2005). Sedangkan,
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster
terutama pada lapisan mukosa gaster.
Mekanisme kerusakan mukosa pada
gastritis diakibatkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor-faktor pencernaan, seperti asam
lambung dan pepsin dengan produksi mukous,
bikarbonat dan aliran darah.
11. 3. Appendiksitis
Apendiksitis adalah merupakan kondisi
non-obstetrik yang paling sering
membutuhkan pembedahan selama
kehamilan, dengan angka kejadian sekitar satu
dari 1500 kehamilan.(Balthomley, 2012).
Oklusi lumen appendiks mencegah sekresi
mukosa menjadi kering. Sebagian sekresi
menumpuk, tekanan intraluminal meningkat
dan mempengaruhi aliran darah mukosa yang
menyebabkan hipoksia.
12. 4. Wasir (Hemoroid)
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan
jaringan yang mengandung pembuluh balik
(vena) dan terletak di dinding rektum dan
anus. Hemoroid bisa mengalami peradangan,
menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), perdarahan atau akan membesar
dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada
di anus disebut hemoroid interna (wasir
dalam) dan wasir yang keluar dari anus
disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
(Balthomley, 2012).
13. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang
melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan
dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar
berwarna merah segar meskipun berasal dari
vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan
nekrosis. (Balthomley, 2012).
14. 5. Thypus Abdominalis
Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric
fever) adalah penyakit infeksi akut yang
besarnya tedapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985).
15. Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran
cerna, bersama makanan dan minuman, sabagian
besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian
ada yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk
kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer
dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian
kuman melalui pembuluh darah limfe akan menuju ke
organ RES terutama pada organ hati dan limfe. Di organ
RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian
yang tidak difagosif akan berkembang biak dan akan
masuk pembuluh darah sehingga menyebar ke organ
lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan
peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien
dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare.
16. Pada hipotalamus akan menekan
termoregulasi yang mengakibatkan demam
remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh
akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh
darah kapiler menyebabkan roseola pada kulit
dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan
terjadi hepatospleno megali. Konstipasi bisa
terjadi menyebabkan komplikasi intestinal
(perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan
ekstra intestinal (pnemonia, meningitis,
kolesistitis, neuropsikratrik).
17. 6. Penyakit Seliak
Penyakit seliak adalah intoleransi terhadap
gluten, protein yang ditemukan di terigu, roti,
gandum, dan sereal yang mengganggu usus
halus. Atrovi vili menyebabakan malabsorpsi
akibat respon inflamasi yang abnormal
terhadap pajanan gluten (Bothmaley, 2011).
18. 7. Pankreatitis
Pankreatitis adalah peradangan pada
pankreas, organ yang mengeluarkan enzim
pencernaan dalam saluran pencernaan, dan
sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin
dan glukagon. Pankreatitis dapat disebabkan
oleh batu empedu yang menyumbat saluran
pankreas, konsumsi alkohol yang kronis, obat-
obatan, trauma, infeksi, tumor, dan kelainan
genetik.
19. 8. Penyakit Perlemakan Hati Akut dalam
Kehamilan
Keadaan di mana lemak di hati
melebihi 5 % dari beratnya hati, dan
merupakan suatu sindroma yang terjadi pada
masa kehamilan lanjut, sering disertai ikterus
dan gagal hati. (Balthomley, 2012).
20. 9. Kolelitiasis (Batu Empedu)
Adanya batu yang terdapat pada kandung
empedu. Kebanyakan batu empedu terbentuk
dari kolesterol. Kolesterol cair biasa hadir di
kandung empedu dan saluran empedu dalam
kondisi normal. Namun, kolesterol cair
tersebut dapat menjadi jenuh bila terlalu
banyak kolesterol atau terlalu sendikit asam
empedu. Hal itu memungkinkan kolesterol
mengkristal dan menggumpal menjadi batu
empedu.
21. 10. Kolestatis Obstetrik (Batu Empedu)
Suatu keadaan dimana berkurangnya atau
terhentinya aliran empedu pada ibu hamil.
Garam empedu adalah kandungan
empedu, kolestatis adalah penurunan aliran
dan eksresi empedu. Pada kolestatis obstetrik
terjadi perlambatan transport atau daur ulang
asam empedu yang berujung pada akumulasi
asam empedu di dalam darah, asam empedu
dapat menembus plasenta dan
mempengaruhi janin. (Balthomley, 2012).