SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Download to read offline
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Daftar Isi :
2. Editorial
Artikel :

Karya Sriwidodo

3. Akupunktur dan Perkembangannya
6. Sejarah Perkembangan Unit Akupunktur Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
8. Beberapa Alat Elektronik Yang Dipakai dalam Akupunktur
14. Pengobatan Vitiligo dengan Akupuntur
17. Pengaruh Akupunktur terhadap Nilai Gama Globulin
20. Efek Penusukan Titik San Yin Ciao (IV, 6) terhadap Hiperglikemia pada NIDDM
24. Efek Akupunktur pada Hiperlipoproteinemia
31. Akupunktur Analgesi pada Bedah Beku di Daerah Penis
35. Pengobatan Nyeri Kepala dengan Akupunktur
37. Sonopunktur
Percobaan Awal Pembuatan Antibodi Monoklonal terhadap
"Human Chorionic Gonadotropin" dengan Metoda Hibridoma
43. Imunmodulator
47. Gambaran Preskripsi Obat-obat Benzodiazepin pada Tiga
Rumah Sakit Kelas C di Jawa
50. Dilema pada Hewan Percobaan untuk Pemeriksaan Produk
Biologis
40.

53. Perkembangan : Aplikasi Ceretec pada Scanning Perfusi
Serebral

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan tidak
selalu merupakan pandangan atau kebijakan
instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis

54.
56.
58.
59.
60.

Hukum & Etika : Tepatkah Tindakan Saudara ?
Humor Ilmu Kedokteran
Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
Kalender Kegiatan Ilmiah
Abstrak-abstrak
Entah benar tidak, konon pada laman dahulu ada seorang prajurit yang kebetulan
sedang sakit, terkena panah dalam suatu pertempuran. Yang aneh adalah, memang
ia luka karena anak panah itu, tetapi penyakit yang sedang dideritanya malah
sembuh. Maka, dimulailah era pengobatan akupunktur.
Walaupun mekanisme kerja akupunktur itu sampai kini masih membingungkan, tapi mau tidak mau kita akan tercengang dan percaya, bahwa efek penyembuhan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum jarum halus pada titiktitik tertentu di kulit
dengan kedalaman hanya beberapa milimeter - itu ada
dan terbukti. Bahkan, indikasi penggunaannya demikian banyak dan luas, jauh
melebihi yang dapat kita bayangkan semula!
Ada sekian ratus titik pada tubuh kita,
yang tercakup dalam 12 meridian
umum, 12 meridian cabang, dan 8 meridian istimewa, ditambah lagi titik-titik
"ah se", yaitu titik lokal di mana tempat nyeri berada; sehingga dalam menentukan titik-titik penusukan, seorang ahli akupunktur harus juga mempunyai jiwa
seni. Walaupun memang ada patokan titik-titik tertentu untuk suatu penyakit,
tetapi seorang ahli yang berpengalaman akan menentukan sendiri titik-titik
pilihannya berdasarkan hasil. pemeriksaannya dan pengetahuannya mengenai
ilmu akupunktur.
Anehnva lagi, walaupun ilmu ini berasal dari dunia bagian Timur, namun
nyatanya ia menjadi populer lewat dunia Barat. Ini mungkin sekali karena publikasi baik melalui tulisan atau cara-cara lain, dunia Timur tertinggal dari dunia
Barat.
Kini, bermacam peralatan canggih telah diciptakan, sehingga pengobatan
secara akupunktur semakin canggih pula dan
modern. Ada elektrostimulator,
neurometer, dermatron, ultrasound, alat laser; sampai sampai kepada vulpen
akupunktur yang menggunakan baterei dan dapat digunakan sendiri dengan
hanya menempelkan pada kulit. Alat yang praktis dan sederhana ini, katanya
akan dapat menggantikan kedudukan Aspirin, karena ia bebas dari efek samping!
Redaksi

2

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987
Artikel

Akupunktur dan Perkembangannya
Dr. Dharma K. Widya
Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta

PENDAHULUAN
Istilah akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum
dan punctura yang berarti menusuk atau menembus. Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan dengan penusukan
titik-titik tertentu di permukaan tubuh untuk mengobati suatu
penyakit. Ia merupakan bagian dari Ilmu Pengobatan Cina dan
telah dikenal sejak kira-kira empat-lima ribu tahun yang lalu.
Hal itu diungkapkan dalam buku "The Yellow Emperors
Classic of Internal Medicine", suatu ensiklopedi Ilmu Pengobatan Cina yang diterbitkan sekitar tahun 770—221 sebelum
Masehi. Bahan jarum yang digunakan mula-mula adalah dari
batu, kemudian berubah dengan digunakannya bahan dari
bambu, tulang, perunggu, dan logam-logam lainnya. Pada saat
ini telah dikembangkan berbagai teknik untuk perangsangan
titik akupunktur sebagai pengganti jarum, seperti Ultrasound,
Laser, dan lain-lain.
Cara pengobatan ini berkembang ke Korea, Jepang dan
negara-negara lain. Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter
VOC dalam bukunya mengenai rematik yang diterbitkannya
di London pada tahun 1683 mengungkapkan pengobatan
rematik dengan akupunktur. Engelbert Kampfer, seorang
Jerman, di Jepang mempelajari Ilmu Akupunktur dan menulis tentang akupunktur dalam bukunya yang terbit pada
tahun 1712. Di Perancis dan di Inggris akupunktur dikenal
pula sejak abad XVIII. Pada abad XX ini akupunktur menarik minat kalangan medis di Amerika Serikat, walaupun
sebelumnya telah dikenal dalam kalangan terbatas. Di Indonesia sendiri pada tahun 1963 dibentuk Team Riset Ilmu
Pengobatan Tradisional Timur termasuk akupunktur atas
instruksi Menteri Kesehatan saat itu, Prof. Dr. Satrio. Dan
mulai saat itu pengobatan akupunktur diadakan secara resmi
di Rumah Sakit Umum Pusat Jakarta.

KONSEP DASAR
Di dalam sejarah perkembangan akupunktur dikenal
beberapa konsep dasar sebagai berikut:

• Yin Yang
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta
ini dapat dibagi dan mempunyai dua aspek yang saling bertentangan tapi saling membentuk, bagaikan dua sisi mata
uang yang paling bertolak belakang tetapi keduanya membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Yang melambangkan sesuatu yang positif, terang, atas, panas, siang, simpatis, ekstrovert, progresif, akut dan sejenisnya. Sedangkan
Yin melambangkan sesuatu yang negatif, gelap, bawah, dingin,
malam, parasimpatis, introvert, regresif, kronis dan sejenisnya. Panilaian Yin dan Yang tidaklah mutlak. Sesuatu yang
bersifat Yang akan menjadi bersifat Yin bila dibandingkan
dengan sesuatu yang lebih Yang, dan sebaliknya. Di dalam
unsur Yin terdapat Yang, di dalam unsur Yang terdapat
Yin, tiada sesuatu yang bersifat Yin mutlak atau Yang mutlak.
Yin dan Yang membentuk keseimbangan. Hilangnya kesei mbangan antara Yin dan Yang akan menyebabkan timbulnya keadaan abnormal/patologis.

• Lima Unsur/Lima Fase
Teori ini berkembang dari Teori Yin Yang. Dengan menilai
sifat-sifat khusus dari suatu benda dan kuat lemahnya unsur
Yin dan Yang di dalamnya, maka digolongkanlah bendabenda dalam Lima Unsur atau Lima Fase. Disebut Lima Fase
karena melambangkan proses alamiah yang dialami oleh sesuatu benda sejak awal terciptanya sampai termusnah. Kelima
unsur/fase tersebut adalah: Kayu—Api—Tanah—Logam—Air.
Kelimanya membentuk suatu siklus yang saling berhubungan
satu sama lain dan tiap unsur mempunyai hubungan tertentu

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

3
dengan unsur lainnya secara khusus. Penerapan teori ini dalam
pengobatan merupakan suatu hal yang agak kompleks.
• Ci dan Meridian
Yang dimaksud dengan Ci (pada manusia) adalah energi yang
terdapat dalam tubuh manusia yang memberikan "kehidupan"
pada seluruh bagian tubuh tersebut. Selain itu dikenal pula
adanya Ci yang terdapat dalam udara, makanan dan sebagainya. Ci mengalir dalam saluran tertentu dalam tubuh manusia
yang tersusun teratur secara membujur dan melintang yang
disebut meridian. Terdapat 12 meridian umum, 12 meridian
cabang, 8 meridian istimewa dan sebagainya yang kesemuanya membentuk suatu sistem saluran tersendiri dalam tubuh
bagaikan jala yang terjalin erat. Dengan adanya sistem meridian ini maka perangsangan titik akupunktur di permukaan
tubuh dapat disalurkan ke tempat-tempat yang dituju.
MEKANISME KERJA
Di dalam il mu Akupunktur, keadaan sakit terjadi apabila
timbul ketidakseimbangan antara Yin dan Yang dalam tubuh.
Ketidakseimbangan itu dapat berupa suatu ekses (hiperfungsi,
terlalu kuat) atau defisien (hipofungsi, terlalu lemah). Hal itu
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab penyakit seperti
keadaan cuaca/udara, gangguan emosi, kebiasaan makanminum yang salah, cara hidup yang keliru, trauma dan sebagainya. Dengan pemeriksaan akupunktur dapat ditentukan
diagnosis, lokasi kelainan, penyebab penyakit dan dengan
demikian dapat pula ditentukan titik-titik dan cara stimulasi
yang diperlukan untuk memulihkan keseimbangan yang terganggu itu. Keadaan yang defisien harus diperkuat dengan
stimulasi ringan dan keadaan yang ekses harus dilemahkan
dengan stimulasi kuat. Terdapat berbagai titik akupunktur
yang mempunyai indikasi khusus untuk maksud tersebut,
selain dikenal pula titik simtomatik untuk menghilangkan
keluhan tertentu.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam kalangan kedokteran modern untuk menyelidiki akupunktur dalam
berbagai aspeknya. Kini telah diketahui bahwa titik akupunktur mempunyai sifat - sifat yang berbeda dengan daerah
kulit di sekitarnya, seperti potensial listrik lebih tinggi, tahanan listrik lebih rendah, daya hantar listrik lebih tinggi, daya
hantar gelombang suara lebih tinggi, mempunyai hubungan
dengan saraf otonom (titik akupunktur disebut pula zone
of autonomic concentration) dan sebagainya. Adanya titik
akupunktur dapat diperlihatkan dengan point detector dari
alat akupunktur listrik. Namun sampai saat ini belum didapatkan keterangan yang memuaskan mengenai mekanisme
kerja akupunktur secara menyeluruh. Berbagai teori telah
dikemukakan untuk mencoba menjelaskan hal itu. Antara
lain dikemukakan bahwa akupunktur bekerja melalui susunan saraf pusat, susunan saraf otonom, refleks kutaneoviseral/visero-kutaneal, mobilisi pertahanan dan regenerasi
jaringan, pelepasan zat-zat neurohumoral, teori stres dan
adaptasi, teori Gate Control dan lain-lain. Akhir-akhir ini
dikemukakan pula teori adanya perangsangan pelepasan
senyawa morfin endogen dalam tubuh sebagai akibat pe4

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

rangsangan titik akupunktur. Hal tersebut menyebabkan
ambang rangsang nyeri meninggi dan menimbulkan efek
analgesi .
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Akupunktur telah digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit, baik secara tersendiri ataupun bersama cara pengobatan lain. Laporan "The New York State Commision on
Acupuncture" (1974) menyatakan bahwa akupunktur telah
digunakan untuk analgesi dalam berbagai bidang pembedahan dan untuk mengobati berbagai penyakit. Dinyatakan
pula bahwa akupunktur paling efektif untuk pengobatan
spasme otot rangka, spasme otot visera seperti dismenore dan
diare. Keadaan lain yang seringkali dapat diobati dengan
akupunktur adalah neuralgia trigeminal, hipertensi, hipotensi,
bronkitis kronis, asma bronkiale, gejala putus obat dari
penderita ketagihan obat, sakit kepala (migraine dan tension),
artritis (khususnya osteoartritis), insomnia, konstipasi, paralisis
(pasca cardio-vascular accidents), kelainan dengan komponen
fungsional yang menonjol, dan neuralgia post-herpetica,
serta tuli neurogenik. Dikemukakan pula adanya berbagai
efek akupunktur yang menarik. Misalnya peningkatan sel
darah putih dalam sirkulasi darah, penurunan kadar kolesterol dan trigliserida, peningkatan gamma globulin, efek normalisasi pada tekanan darah dan denyut jantung, percepatan
masa persalinan; yang kesemuanya memerlukan penelitian
lebih lanjut.
Selanjutnya laporan itu menyatakan pula bahwa apabila
akupunktur dilakukan oleh seorang dokter atau akupunkturis
yang terlatih dengan baik, dan menguasai anatomi dan neurologi, maka tindakan penusukan akupunktur adalah sangat
aman. Terdapat titik-titik yang telarang untuk ditusuk atau
harus ditusuk dengan sangat hati-hati. Masalah sterilisasi dan
tindakan aseptik pun harus mendapat perhatian untuk mencegah bahaya infeksi. Efek samping yang umum adalah sincope, selain itu dapat terjadi pneumotoraks, hematom, kerusakan saraf, perangsangan saraf, tinitus, anestesi dan gangguan keseimbangan dan eksaserbasi gejala yang ada atau nyeri
yang diobati. Yang terakhir ini biasanya mereda dalam satu
atau dua hari dengan pengobatan tambahan. Namun ada pula
efek samping yang menguntungkan. Tidak jarang seorang
pasien wanita yang berobat untuk migraine melaporkan adanya perbaikan dalam kelainan menstruasinya, atau sebaliknya.
Atau pasien yang diobati untuk nyeri pinggang bawah mendapat perbaikan dalam kebiasaan defekasi atau inkontinensia
urin. Hal itu menunjukkan adanya efek normalisasi dari
fungsi organ pada penusukan akupunktur. Kontra indikasi
akupunktur adalah: kehamilan (dapat menyebabkan abortus
pada kehamilan muda), keadaan di mana akupunktur diketahui tidak akan efektif, pasien yang belum diperiksa secara medis dengan teliti, keganasan, infeksi akut/aktif, keadaan yang
memerlukan tindakan operatif.
Di dalam majalah WHO Edisi Desember 1979, terdapat
daftar dari penyakit-penyakit yang memungkinkan untuk diobati dengan akupunktur, diajukan oleh The WHO Inter-
regional Seminar sebagai berikut :
— Saluran pernapasan atas : sinusitis akut, rinitis akut, common cold, tonsilitis akut.
— Sistem pernapasan: bronkitis akut, asma bronkiale (paling
efektif pada anak-anak dan penderita tanpa komplikasi).
— Kelainan mata: konjungtivitis akut, retinitis sentralis,
miopia (pada anak-anak), katarak (tanpa komplikasi).
— Kelainan mulut nyeri gigi, nyeri pasca pencabutan, gingivitis, faringitis akut dan kronis.
— Kelainan gastro-intestinal spasme esofagus dan kardia,
hiccough, gastroptosis, gastritis akut dan kronis, hiperasiditas gaster, ulkus duodenum kronis (penyembuhan
nyeri), ulkus duodenum akut (tanpa komplikasi), kolitis
akut dan kronis, disentri basiler akut, konstipasi, diare,
ileus paralitik.
— Kelainan neurologik dan muskulo-skeletal: nyeri kepala,
migraine, neuralgia trigeminal, kelumpuhan muka (stadium
awal, yaitu dalam tiga sampai enam bulan), paresis pasca
stroke, neuropati perifer, sekuele poliomielitis (stadium
awal, yaitu dalam enam bulan), penyakit Meniere, disfungsi
kandung kemih neurogenik, enuresis nokturnal, neuralgia
interkostal, sindroma servikobrakial,frozen shoulder, tennis
elbow, skiatika, nyeri pinggang bawah,osteoartritis.
PENUTUP
Akupunktur yang dikenal sejak beberapa ribu tahun yang
lalu ternyata merupakan salah satu cara pengobatan yang
terbukti efektif sampai sekarang. Berbagai penemuan dan penelitian yang berhubungan dengan akupunktur telah dikembangkan. Pada sat ini terdapat berbagai teknik baru dan alatalat listrik yang membantu dalam diagnosis dan terapi, antara

lain:
— Akupunktur telinga, akupunktur kulit kepala, akupunktur
muka, akupunktur hidung, akupunktur tangan, akupunktur
kaki.
— Aquapunktur (injeksi titik akupunktur dengan zat tertentu), elektroakupunktur rangsangan/getaran listrik pada
jarum akupunktur/titik akupunktur), Sonopunktur (stimulasi titik akupunktur dengan ultrasound), Laserpunktur
(stimulasi titik akupunktur dengan sinar Laser).
— Ryodoraku (Nakatani): melihat kelainan pada meridian
dengan pengukuran hantaran listrik pada titik tertentu di
kulit, juga dapat untuk terapi dengan stimulasi listrik pada

reactive electro-permeable point.
— Akabane: pemeriksaan sensitivitas panas pada titik yang terdapat di ujung jari yang merupakan titik akhir meridian;
ketidakseimbangan yang besar antara kiri dan kanan menyatakan adanya ketidakseimbangan meridian/organ yang
bersangkutan.
— Electro-acupuncture According to Voll (EAV): suatu alat
untuk mengetahui kadaan patologis organ-organ dalam
tubuh dengan pengukuran pada titik-titik tertentu dan
dapat pula digunakan untuk terapi.
— Fotografi Kirlian Kirlian : teknik fotografi yang memperlihatkan adanya emisi panas dari titik akupunktur/
meridian.
Sebagai suatu cara pengobatan yang sederhana, murah dan
efektif, akupunktur diharapkan dapat memberikan sumbangannya untuk peningkatan kesehatan masyarakat khususnya
di negara-negara yang sedang berkembang. Dinyatakan dalam
majalah WHO 1979, titik tolak masalahnya kini bukanlah:
"Does acupuncture work?", tetapi ' How can acupuncture

best applied to serve humanity?"

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

5
Sejarah Perkembangan Unit
Akupunktur Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo
Dr. Haryanto Budi

Unit Akupunktur RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Akupunktur merupakan salah satu cabang Ilmu Kedokteran
Timur yang telah lama dikenal di Indonesia, bersama dengan
datangnya perantau Cina ke Indonesia. Namun suatu lembaga
pengobatan akupunktur resmi di Indonesia baru muncul pada
tahun 1963. Pada tahun itu oleh Menteri Kesehatan R.I. dibentuk team riset Ilmu Pengobatan Timur, dengan tujuan meneliti dan mengembangkan pengobatan Timur, antara lain
tentang penggunaan jamu dan akupunktur sebagai sarana peningkatan kesehatan masyarakat. Ditetapkan Rumah Sakit
Umum Pusat di Jakarta sebagai pilot proyek dalam bidang
akupunktur.
Beberapa dokter dari berbagai bidang keahlian di lingkungan FKUI/RSCM mengikuti pendidikan Ilmu Akupunktur di
RSCM. Untuk pertama-kalinya pendidikan tersebut diberikan
oleh team dokter dari Republik Rakyat Cina, di bawah pimpinan Dr. Huang Sien Ming yang datang ke Indonesia atas
undangan Pemerintah R.I. Dalam pengamatan klinik telah dilihat manfaat pengobatan akupunktur dan ternyata sambutan
masyarakat cukup besar. Klinik Akupunktur RSCM ini kemudian berkembang menjadi Sub-bagian Akupunktur dari
bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Kepala Sub-bagian
ini adalah Prof. Dr. Oei Eng Tie. Poliklinik pada saat itu bertempat di barak 2 RSCM dengan 3 tempat tidur untuk penderita rawat jalan.
Pada tahun 1966, Direktur RSCM memberi kesempatan
bagi calon dokter lulusan FKUI untuk melamar menjadi
asisten ahli Akupunktur, di samping kesempatan untuk melamar sebagai asisten ahli Pulmonologi dan Kardiologi. Pada
tahun 1967, Sub-bagian Akupunktur FKUI/RSCM berkembang menjadi Bagian Akupunktur RSCM dengan bertempat
di sudut gedung Eykman di sayap kanan kompleks RSCM.
Poliklinik Akupunktur saat itu memiliki 9 tempat tidur untuk
penderita rawat jalan dan dikelola oleh 5 orang dokter.
Sejak tahun 1969, pimpinan
Bagian Akupunktur RSCM
dipercayakan kepada Dr. Juliar Sihlman, setelah beliau mem6

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

perdalam Ilmu Akupunktur selama setahun lebih pada Ludwig
Boltzmann Acupuncture Institute, Vienna. Beliau menyusun
buku sederhana yang memberi petunjuk tentang titik-titik
akupunktur, yang merupakan buku akupunktur pertama
dalam bahasa Indonesia.
Pada tahun 1970, untuk pertama kalinya Bagian Akupunktur RSCM memberikan keterangan keahlian dalam bidang
Ilmu Akupunktur kepada beberapa dokter yang sudah cukup
lama belajar dan bekerja di Bagian Akupunktur RSCM, antara
lain kepada Dr. Tse Ching San, Dr. Erastus Wangsa Saputra,
Dr. Stefanus Wiran dan Dr. Haryanto Budi yang sampai saat
ini semua masih bertugas membina Unit Akupunktur RSCM;
juga kepada Dr. Kiswojo yang kemudian pindah tugas ke ternpat lain.
Menjelang akhir masa jabatan Dr. Juliar Sihlman, yaitu pada
tahun 1971, pimpinan Bagian Akupunktur RSCM dipercayakan kepada Dr. Tse Ching San. Menyadari akan minat penderita untuk berobat akupunktur yang meningkat serta timbulnya minat para dokter untuk mempelajari Ilmu Akupunktur,
Bagian Akupunktur menyiapkan diri dengan menyusun kurikulum pendidikan dokter ahli akupunktur, serta melengkapinya dengan buku-buku ilmiah tentang Ilmu Akupunktur.
Pada tahun 1972, Ilmu Akupunktur menarik perhatian ilmu
Kedokteran Barat setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat
ke RRC. Pada tahun itu pula Bagian Akupunktur RSCM untuk
pertama kalinya mendapat kepercayaan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang mengirimkan 3 orang dokter
untuk dididik menjadi dokter ahli dalam bidang Ilmu Akupunktur. Sejak itu hampir setiap tahun Bagian Akupunktur
RSCM menerima tugas dari Departemen Kesehatan RI untuk
mendidik 3 — 4 orang dokter menjadi dokter ahli akupunktur.
Pada tahun 1973, Bagian Akupunktur RSCM dengan bantuan Departemen Sosial menerbitkan buku tentang llmu Akupunktur yang pert ama di Indonesia. Juga dibuat peta akupunktur dalam tulisan latin dan disusun status poliklinik khusus
pengobatan akupunktur. Pada tahun 1974 dan 1982 telah diilmiah kedokteran. Sebagai sarana penunjang, pada saat ini
lakukan revisi kurikulum pendidikan dokter ahli akupunktur, tersedia lebih dari 200 judul buku ilmiah Ilmu Akupunktur
dan dengan kurikulum ini masa pendidikan adalah 3 tahun. dalam bahasa lnggris , Jerman, Petancis dan Indonesia, serta
Pada tahun 1976, Bagian Akupunktur RSCM pindah ke 80 jilid majalah akupunktur terbitan luar negeri. Pada tahun
1978 pendidikan keahlian dalam bidang akupunktur telah
gedung poliklinik baru di lantai III sayap kanan dengan 11
diakui oleh Majelis Dokter Ahli Ikatan Dokter
Indonesia
tempat tidur untuk penderita rawat jalan.
Pada saat ini Unit Akupunktur RSCM terus melengkapi (MDA IDI).
diri dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baik
dari Timur maupun dari Barat dalam bidang Ilmu Akupunktur.
Perkembangan Unit Akupunktur RSCM sampai saat ini
Sarana pelayanan masyarakat telah dilengkapi dengan alat- dimungkinkan dengan adanya bantuan, bimbingan serta pemalat mutakhir berupa berbagai jenis jarum akupunktur, ber- binaan dari Departemen Kesehatan, Direksi RSCM, FKUI,
bagai stimulator listrik, Biolaser, Ultrasound, alat Voll dan MDA IDI, serta kerja sama dengan sejawat dari disiplin ilmu
lain-lain. Sarana pelayanan telah pula melayani konsultasi kedokteran lainnya. Namun, sejauh ini dirasakan bahwa Ilmu
sejawat dari disiplin keahlian lain di lingkungan FKUI/RSCM Akupunktur Kedokteran masih belum banyak dikenal oleh
maupun dari luar RSCM. Berbagai kegiatan ilmiah dilakukan, kalangan dokter pada umumnya. Mengingat Akupunktur
baik berupa penelitian di dalam unit sendiri, penelitian bermerupakan salah satu cara pengobatan yang berdaya-guna
sama dengan sejawat disiplin ilmu kedokteran yang lain,
dan berhasil-guna, kiranya perlu lebih ditingkatkan untuk memelalui keikutsertaan dalam seminar/simposium, ceramah, nunjang usaha kesehatan masyarakat sesuai dengan Sistem
penataran, serta melalui penulisan dalam majalah-majalah Kesehatan Nasional.

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

7
Beberapa Alat Elektronik Yang
Dipakai dalam Akupunktur
Dr. Shinta S
Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta

PENDAHULUAN
lstilah akupunktur berasal dari kata acus dan punctura
yang berarti jarum dan tusuk l ' 2 , jadi pada dasarnya alat yang
dipakai terutama adalah jarum. Jarum dipakai untuk perangsangan titik-titik akupunktur. Selain itu, pada masa sekarang
ini perangsangan dapat pula diberikan secara efektif dengan
berbagai alat seperti Ultrasound (Sonopunktur), Laser, atau
dengan arus listrik (elektroakupunktur).
Perkembangan alat-alat elektronik dalam akupunktur dimulai sejak tahun 1816 di Perancis oleh Louis Berlioz. Pada
tahun 1825, di Perancis elektroakupunktur dipakai untuk
pengobatan gout, rematik dan lain-lain. L.H. Cohen (1875)
mulai memakai elektroakupunktur untuk anestesi operasi
tumor kelenjar di Amerika. Nakatani (1950) menemukan alat
Neurometer yang digunakan untuk mencari lokasi titik
akupunktur dan untuk terapi. Pada tahun 1953 Reinholdt
Voll mengembangkan alat yang disebut EAV (Electroacupuncture According to Voll) yang berguna untuk diagnosis
dan terapi 3,4,5

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bagian ini mempunyai
prinsip yang sama dengan Ohmmeter atau Ampermeter, sehingga dapat menentukan letak titik akupunktur secara tepat,
sekaligus mengukur besar tahanan listrik dan kekuatan arus
listriknya4,6 .
Prinsip kerja Ohmmeter :
Telah diketahui bahwa tahanan arus listrik suatu benda baru
dapat diukur bila dialirkan arus listrik ke benda tersebut.
Pada Ohmmeter prinsipnya adalah benda dialiri listrik dan
diukur tahanan listriknya (Gambar 1). Sedangkan pada Ampermeter, yang mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan
sumber arus listrik karena sumbernya adalah benda yang diukur tersebut.

ELEKTROAKUPUNKTUR
Definisi : Penggunaan arus listrik untuk menstimulasi jarum
akupunktur4,6
• STIMULATOR LISTRIK ("ELECTRICAL ACUPUNCTURE APPARATUS")

Pada dasarnya alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu :
Acupoint Detector (untuk mencari lokasi titik akupunktur)
dan Stimulator (untuk perangsangan).
Acupoint Detector
Oleh Volt, Niboyet dan Nogier telah didapatkan bahwa
titik akupunktur mempunyai tahanan listrik yang lebih rendah
daripada tempat lainnya di kulit. Nakatani menyatakan,
titik akupunktur merupakan tempat terbaik untuk menghantarkan arus listrik oleh karena mempunyai sifat konduksi
yang baik7,8 .

8

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

Gambar 1. Ohmmeter

Prinsip pengukuraan titik akupunktur :
Titik akupunktur mempunyai tahanan listrik kulit yang
lebih rendah dibanding jaringan sekitarnya 3 ' 6 ' 8 . Jadi bila titik
akupunktur dialiri listrik, akan terjadi penyimpangan pada
skala Ohmmeter yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
penyimpangan yang ditimbulkan oleh jaringan yang bukan
titik akupunktur. Perlu dikemukakan, untuk menentukan
tahanan listrik suatu benda diperlukan kuat arus listrik tertentu. Di sini untuk membedakan titik akupunktur dengan
jaringan sekitarnya diperlukan kuat arus tertentu yang mampu
menembus tahanan listrik keduanya, akan tetapi tidak terlalu
besar. Menurut Nakatani, kuat arus listrik yang dialirkan untuk
mencari titik akupunktur tidak boleh lebih dari 200 U Amper,
karena bila lebih besar akan merusak jaringan 9 .

suatu lempengan elektroda yang berbeda-beda diameternya
tergantung kebutuhan.

Stimulator

Indikasi Elektroakupunktur 4
1) Untuk menghasilkan analgesia untuk operasi
2) Pengobatan kelumpuhan
3) Pengobatan kerusakan saraf karena berbagai sebab
4) Pengobatan pada keadaan-keadaan lain seperti ketergantungan obat dan sebagainya.

Bagian ini digunakan untuk perangsangan titik akupunktur
dan dapat diatur kekuatan, frekuensi serta lama perangsangannya. Arus listrik yang digunakan dapat arus searah (D.C.)
atau arus bolak-balik (A.C.). Arus searah dapat dibedakan
menjadi arus searah tetap (Smooth D.C.) atau arus searah
pulsasi (Pulsating D.C.). Arus bolak-balik merupakan arus
yang berpulsasi dan memiliki gelombang positif dan negatif 4 ' 6 .
Pada arus searah pulsasi dan arus bolak-balik dikenal adanya pembagian jenis gelombang listrik seperti gelombang siku
(square wave), gelombang segi (Spike wave), gelombang
sinusoid dan lain-lain. Dalam pengobatan akupunktur dianjurkan untuk memakai gelombang siku dan gelombang segi.
Gelombang sinusoid kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan panas di jaringan sehingga membakar daerah hersangkutan 8 .

Kontra Indikasi Elektroakupunktur 4, 6
1) Terutama penderita gangguan impuls jantung karena di sini
kepekaan jantung terhadap rangsang meninggi, sehingga kemungkinan timbulnya fibrilasi jantung akan meninggi bila
diberikan rangsang listrik.
2) Kehamilan trimester pertama, kusus pada titik-titik tertentu oleh karena dapat mengakibatkan abortus.

• NEUROMETER ("RYODORAKU NAKATANI")
Ryodoraku

merupakan fenomena patologis.

Menurut

Gambar 2. Elektrostimlator type DZ--22

Secara garis besar dapat dikatakan, arus searah tetap (D.C.)
hanya dirasakan pasien pada waktu arus masuk dan keluar
tubuh saja. Selama perangsangan pasien tidak akan merasa
apa-apa. Hal ini disebabkan karena sebagian energi arus diubah
menjadi panas 6 ' 8 ' 9 . Arus bolak-balik dan arus searah pulsasi
ternyata memberikan rangsangan yang cukup dalam tubuh
manusia sehingga jenis arus ini sering dipakai untuk dalam
elektroakupunktur. Dalam penggunaannya dikenal bentuk
rangsang kontinyu, rangsang dense disperse dan rangsang
diskontinyu.
Frekuensi yang digunakan berkisar antara beberapa Herts
(Hz) sampai dengan 10 Khz, disesuaikan dengan maksud perangsangan. Cara merangsang titik akupunktur dapat dilakukan melalui elektroda atau dengan melalui jarum. Bila melalui
jarum, harus diperhatikan mana jarum yang dihubungkan
dengan elektroda positif dan mana yang dengan elektroda
negatif. Bila tidak digunakan jarum, biasanya digunakan

Nakatani mekanismenya dapat diterangkan dengan simpatikoviserokutaneo refleks. Dengan alat ini keadaan abnormal
pada tiap meridian (=ryodoraku) dapat diketahui secara
obyektif dengan pengukuran hantaran listrik pada titik-titik
di kulit.
Bila diberikan stimulasi yang cukup (biasanya dipakai arus
sebesar 200mAmp dan tegangan sebesar 21 Volt) pada titiktitik ukur (REPP = Reactive electro -permeable point), terdapat impuls aferen melalui saraf simpatis dan terjadilah regulasi saraf otonom dari visera. Dengan demikian terjadilah
penyembuhan.
Dalam teori Ryodoraku, Ryodoraku abnormal bila terdapat
peninggian/penurunan hantaran listrik dibandingkan nilai ratarata dari ke-24 Ryodoraku. Pada keadaan normal nilai dari
hantaran listrik kanan dan kiri kurang lebih sama. Adanya
perbedaan yang bermakna menandakan adanya keadaan abnormal yaitu adanya keadaan sakit sesuai dengan teori Yin

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

9
Gambar 3. Neurometer

Yang. Bila suatu titik lemah (hantaran menurun) maka dapat
diperkuat dan demikian sebaliknya sehingga terjadi kesei mbangan kembali antara kiri dan kanan. Dengan demikian
alat ini dapat dipergunakan untuk diagnosis dan terapi.
• ELECTROACUPUNCTURE ACCORDING TO VOLL (EAV)
Alat ini mungkin merupakan perkembangan yang terbaru
dalam akupunktur. Di antara semua alat-alat akupunktur, EAV
merupakan alat yang mempunyai ketepatan tertinggi 3,4,10
Pengukuran dasarnya adalah parameter listrik pada titik
akupunktur yang dikaitkan dengan diagnosis dan terapi. Alat
ini merupakan sistem diagnostik dan terapi yang kompleks.
Alat ini dikembangkan oleh Reinholdt Voll, dan dasar-dasar
pemikiran metode ini dibuat pada tahun 1953. Pada tahun
1955 dengan kerjasamanya dengan Dr. Fritz Werner (seorang
insinyur), dibuat alat yang disebut Diatherapuncture. Alat ini
merupakan tabung hampa udara yang mempergunakan arus
searah (D.C.) yang kecil ± 1 Volt pada titik akupunktur yang
diukur. Pada dasarnya kerja alat ini sama dengan potensiometer dan dapat juga memberikan arus searah yang khas
pada titik akupunktur.
Kemudian dibuat alat yang lebih kompak oleh Pitterling
Electronic di Munich yang disebut sebagai Dermatron. Alat
ini terdiri atas dua bagian, bagian yang pertama merupakan
bagian untuk diagnosis dan bagian yang kedua untuk pengobatan4,5,10
Prinsip dasar
1) Titik-titik tertentu pada meridian tertentu mewakili organorgan tertentu yang sesuai dengan meridian tersebut.
2) Titik akupunktur sedapat mungkin diukur secara langsung,
dengan arus searah 8—10 U Amper dan tegangan ± 1 Volt;
kemampuan titik tersebut menahan arus inilah yang diukur.
Prinsip umum
Tubuh manusia pada umumnya berlaku seperti resistor (alat
tahanan listrik) yang dihubungkan secara paralel pada sebuah
kapasitor (sumber tenaga yaitu organ dalam tubuh). Di sin
yang bertindak sebagai tahanan adalah kulit manusia. Kapasitor merupakan alat listrik untuk menyimpan muatan dan
mempunyai banyak jalan, sehingga kerjanya seperti baterai.
Titik akupunktur dapat dianggap diwakili oleh kapasitor pada
diagram dan bila titik akupunktur dialiri listrik, keadaan ini
sangat mirip dengan baterai (Gambar 4).
10

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

Dikatakan baterai abnormal bila muatannya berlebihan
atau kurang. Pada titik akupunktur hal ini dapat juga terjadi,
hanya ada hal yang menghalangi yaitu tahanan kulit. Menurut
Becker, dengan meminjam istilah potensial, titik akupunktur
merupakan titik di mana muatan listriknya lebih negatif dibanding kulit dan keadaan sekitarnya dalam tubuh. Berdasarkan hal ini alat pengukur dari Dermatron dihubungkan dengan
kutub positif dari alat dan aliran listrik untuk pengukuran berlawanan polaritasnya dengan titik akupunktur. Kekuatan arus
(Watt = Amp X Volt) diatur sedemikian rupa sehingga titik
akupunktur yang normal dapat menahan arus ini dan mempertahankan voltase yang berlawanan (negatif) terhadap arus
kapasitor berhubungan secara paralel
resistor berhubungan secara seri

Gambar 4. Diagram

yang diberikan (positif). Hal ini penting diperhatikan karena
bila arus terlalu rendah, titik yang patologis pun menunjukkan
angka yang stabil. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi, semua
titik akupunktur akan menunjukkan angka yang patologis,
sehingga terjadi Indicator Drop.
Pada titik akupunktur yang normal akan didapatkan
deviasi indikator 50 yang kurang lebih sama dengan energi
titik akupunktur (± 0,87 Volt). Hal ini didapatkan bila ada
tahanan antara alat pengukur dan elektrode tanah (arde)
± 95 K Ohm. Pada percobaan-percobaan selanjutnya, disimpulkan bahwa daerah anatomis yang diwakili oleh titik akupunktur dihubungkan oleh meridian ke titik akupunktur yang
diukur dan meridian di sini bertindak sebagai kabel yang
mengandung listrik4,5,10
Penggunaan
1) Diagnosis
Dibuat berdasarkan :
Gambar 5. EAV - Dermatron

a. Jarak dan ketetapan pembacaan
b. Kecepatan dan arah dari Indicator Drop
Menurut Voll tiap faktor ini berhubungan dengan keadaan
patologis yang spesifik. Selanjutnya Voll mengklasifikasikan
faktor-faktor ini ke dalam sub unit, yang masing-masing berhubungan pada gejala tertentu, yaitu :
nilai antara 100 — 90 : terdapat peradangan total
50
: keadaan normal
28 — 20 : terdapat degenerasi yang kuat
Bila angka mula-mula 80 kemudian drop sampai
30 : kemungkinan ada keganasan 3 '4 .
2) Terapi
Frekuensi rendah 0,8—10 Hz selama ± 1 menit dapat digunakan untuk men-charge titik akupunktur, misalnya dengan
a. Gelombang alternating (Alternating relaxation impulse +
diikuti —)
b. Negative saw tooth (spike —)
c. Juga dapat digunakan untuk discharging. Di sini biasanya
dipakai gelombang spike + (Positive saw tooth) 4
ALAT ULTRASOUND (MINISOUND LINDQUIST)
Alat ini terdiri atas :
- Sumber ultrasound
- Stimulator
- Soundhead yang dapat diganti ukurannya sesuai dengan
daerah yang diobati
Prinsip sumber "ultrasound"
Pengobatan dengan ultrasound berdasarkan sifat khas dari
energi yang penetratif. Energi ini merupakan energi mekanis
yang terdiri atas suara frekuensi tinggi yang tidak dapat dideteksi dengan telinga (frekuensi 1 juta Siklus/detik). Dalam
alat ini energi suara ini dibuat sebagai pulsa intermittent 60 X/
detik dengan masa istirahat dan pulsasi yang kira-kira sama.
Hal ini berdasarkan bahwa pengobatan dengan pulsa intermittent dapat dilakukan lebih lama tanpa mengganggu pasien
meskipun timbul panas.

Penggunaannya harus memakai media, sebab ultrasound
tidak dapat menembus udara/hampa udara tetapi dapat melalui benda padat/cair. Dosis yang dipakai sebaiknya dosis
rendah. Lebih baik memakai dosis rendah dengan waktu terapi
yang lebih lama daripada sebaliknya.
Stimulator
Menghasilkan aliran kontraktil yang tidak berpolarisasi
untuk menstimulasi otot-otot dengan persarafan normal.
Pulsa yang dipakai adalah pulsa bifasik dengan lama U detik
dengan frekuensi 1—100 Hz.
Cara Pemakaian
Soundhead diletakkan pada daerah yang dituju, secara
stationer atau bergerak. Bila dilakukan secara bergerak, soundhead digerakkan perlahan membentuk lingkaran - lingkaran
kecil setiap dua detik. Untuk daerah yang luas, soundhead
digerakkan sepanjang daerah yang diobati, dan pengulangan
gerakan dilakukan setiap 60 detik. Lama tiap terapi berkisar
antara 6 - 10 menit disesuaikan dengan keadaan pasien. Untuk
tiap titik dilakukan pengobatan selama 15 detik sampai 60
detik. Dosis dihitung berdasarkan Watt dan waktu. Pada waktu
terapi pasien tidak boleh merasa sakit, bila terdapat perasaan
sakit/tidak enak berarti intensitas yang diberikan terlalu tinggi.
Pada keadaan akut diperlukan ± 5 kali terapi dengan
frekuensi 1—2 X/hari. Sedangkan pada keadaan kronis diperlukan 10—15 kali terapi dengan frekuensi 1—2 hari sekali, dilanjutkan dengan 2—3 minggu kemudian bila terapi berhasil.
Indikasi
Terutama untuk nyeri dan pegal yang berhubungan dengan :
1) Bursitis non spesifik, periartritis, fibrositis, tenosinovitis,
miofasitis dan miositis.
2) Rematoid artritis dan osteoartritis.
3) Neuritis jenis non paralitik seperti brakial neuralgia, skiatika
dan nyeri pasca amputasi.
Kontra Indikasi
1) Proses infeksi akut
Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

11
11,12

2) Lesi ganas
3) Sirkulasi yang kurang baik

Sifat Sinar Laser
1) Monokromatis : suatu sinar dengan panjang gelombang
tunggal sehingga memberi warna murni dan hal ini tidak didapatkan pada sumber sinar lain.
2) Koheren : terdapat hubungan fase gelombang yang tetap
antara bagian-bagiannya sehingga sangat tahan terhadap
gangguan.
3) Paralel : titik sumber sinar kecil dan sinarnya sangat paralel.
11

Jenis Sinar Laser
Berdasarkan jenis zat antara yang digunakan, terbagi atas :
1) Laser padat : Laser mirah dan Laser Nd : mempunyai sifat
yang kompak dan efisiensi yang tinggi.
2) Laser cair : sebagian besar menggunakan cairan berwarna.
3) Laser gas : Laser HeNe, Laser Argon, Laser Krypton.

Gambar 6. Minisound

ALAT LASER
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Radiation (penguatan sinar oleh emisi radiasi yang
distimulasi). 11 Sinar ini pada masa sekarang sudah digunakan
dalam berbagai bidang klinik seperti oftalmologi, dermatologi,
otorinolaringologi, bedah, obstetri, neurologi, psikiatri, interna
dan terapi akupunktur. Penggunaan dalam terapi akupunktur
dengan output 11,12
rendah telah diperdalam di Eropa sejak 15 tahun terakhir ini

Efek terhadap manusia
Bila radiasi Laser menyentuh permukaan kulit, terjadilah
fenomena fisika yang umum, antara lain : pemantulan, penyerapan, dan pemancaran. Pada manusia, 99% dari radiasi Laser
ini diabsorbsi kulit. Diketahui bahwa Laser HeNe menembus
jaringan secara langsung sedalam 0,8 mm dan tak langsung
8—10 mm. Sebagian besar radiasi Laser setelah diabsorbsi diubah menjadi getaran panas. Efek radiasi ini terhadap jaringan
dapat dibagi dalam beberapa tingkat :
1) Tingkat I dan II : bersifat reversibel, terdiri atas pemanasan
lokal dan dehidrasi jaringan.
2) Tingkat berikutnya : bersifat irreversibel yaitu berupa penggumpalan protein, termolisis dan penguapan.
Pemakaian Laser HeNe 1 mW untuk terapi selama 15—20 detik
hanya akan menyebabkan pemanasan saja.
3) Penghambatan atau perangsangan lokal maupun sistemis.
Hal ini berhubungan dengan hukum biologi Arndt — Schulz,
yaitu :
—
—
—
—

perangsangan lemah akan memacu aktifitas fisiologi
perangsangan sedang membawa efek yang menguntungkan
perangsangan kuat akan menghambat aktifitas fisiologis
perangsangan kuat akan menghentikan aktifitas tersebut.

Gambar 7. Marah Biolaser

12

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987
Penggunaan Laser dalam akupunktur terutama untuk mengurangi nyeri, karena dapat mengurangi spasme. Hal ini mungkin
berhubungan dengan11:
a. Depolarisasi dan repolarisasi serabut-serabut otot yang berkontraksi abnormal.
b. Berkurangnya spasme otot arteriole pada daerah yang diradiasi sehingga terjadi vasodilatasi.
c. Perangsangan elektron pada membrana mitokondria sehingga mempengaruhi proses metabolisme dan transportasi.
Menurut penelitian, umumnya penderita sudah merasakan
adanya perbaikan pada 3x pengobatan yang pertama. Pengobatan dengan Laser maksimal sebanyak 8—10 kali. Pada 2%
penderita ditemui rasa pusing dan mual sesudah pengobatan.
Bila keadaan menetap selama 5—10 menit, pengobatan harus
dihentikan.
KEPUSTAKAAN
1. Beijing College of Traditional Chinese Medicine etc. Essentials of
Chinese Acupuncture. 1st ed. Beijing: Foreign Language Press,
1980;p5.
2. Kusuma A dan Kiswoyo. Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur.

Jakarta: PT Gramedia 1978, hal 1.
3. Kao FF and Kao JJ. Recent Advances in Acupuncture Research.
New York: Institute for Advanced Research in Asian Science and
Medicine, 1979;p 63-5.
4. Kenyon JN. Modern Techniques of Acupuncture, A Practical
Scientific Guide to Electro Acupuncture. vol 1, 1st ed. New York:
Thornsons Publishers Inc, 1983; pp 17—61.
5. Leonhardt H and Schuldt H. An Introduction to Electro Acupuncture According to Voll. Mediainisch Literarische Verlagsgesellschaft mbH—Helzen, 1976; pp 8—15.
6. Lee JF and Cheung CS. Current Acupuncture Therapy 1st ed.
Hongkong: Medical Interflow Publishing House, 1978; pp 41-56.
7. OConnor J and Bensku D. Acupuncture, A Comprehensive Text.
Chicago: Eastland Press, 1981; pp 431—3.
8. Tanny M. Electrical Stimulation Acupuncture Therapy. Am J
Acupunct. 1977; 4: 5-12.
9. Makatani Y and Yamashita K. Ryodoraku Acupuncture 1st ed.
Tokyo—Osaka: Ryodoraku Research Institute, 1977.
10. Wernwe FM. Electro Acupuncture Primer on Electro Acupuncture
According to Voll. 1st ed. English. Medizinisch Literarische
Verlagsgesellschaft mbH. Ueizen, 1979.
11. Caspers KH. Stimulation Therapy with Laser Beam. Translated
from Physikalische Medizin and Rehabilitation. 1977; 18: 42645.
12. Kleinkort JA and Foley RA. Laser Acupuncture: Its Use in Physical Therapy. Am J Acupunc, 1984; 12: 51-6.
13. Minisound Instruction Manual, Lindquist Minisound.

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

13
Pengobatan Vitiligo dengan
Akupunktur
Dr. Firdaus Slamat *)
Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

ABSTRAK
Telah dilakukan pengobatan akupunktur pada 20 kasus
vitiligo dari berbagai jenis lesi, umur dan lama menderita sakit.
Akupunktur dilakukan dengan jarum yang diberi rangsang
listrik dengan jenis gelombang bifasik siku, frekuensi 2 Hertz,
selama 20 menit. Penilaian hasil dilakukan setelah penusukan
ke 6, 12, 18 dan 24, terhadap perubahan warna, timbulnya
pulau-pulau repigmentasi dan pengecilan tepi bercak. Hasil
yang didapat adalah perbaikan 90% dan gagal 10%.
PENDAHULUAN
Vitiligo merupakan kelainan kulit yang sudah dikenal sejak
1500 tahun sebelum masehi l . Mosher dan kawan-kawan mengatakan, vitiligo merupakan penyakit kulit yang tergolong
pada kelompok hipomelanosis, dan sering merupakan penyakit keturunan yang bersifat Autosomal Dominant, yang ditandai dengan adanya bercak putih berbatas tegas yang meluas
secara sentrifugal 2 .
Hipotesis terjadinya vitiligo adalah 3-5
1) Hipotesis autodestruktif, yang mengatakan bahwa bahan
atau hasil sampingan pada waktu pembentukan melanin dapat
merusak atau menyebabkan sel melanosit tidak dapat berfungsi.
2) Hipotesis imun, menduga telah terjadi kehilangan pengawasan terhadap sistem imun, sehingga mengakibatkan kerusakan sel melanosit, disfungsi melanosit atau kedua proses
tersebut terjadi bersama-sama.
3) Hipotesis neural, diduga terdapat suatu mediator saraf yang
dapat merusak melanosit atau menghambat produksi melanin.
KLASIFIKASI VITILIGO
1. Menurut etiopatologi dan pemeriksaan imunologis 2 :
a. Autoimun atau vitiligo progresif
b. Segmental (dermatomal)
c. Kemikal (kontak)
*) Penulis saat ini bertugas di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.

14

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

2. Menurut Koga 3 :
a. Tipe A yang penyebarannya non dermatomal dan ada
kemungkinan penyembuhan dengan pengobatan kortikosteroid.
b. Tipe B yang penyebarannya dermatomal dengan kemungkinan faktor simpatis memegang peranan penting.
Tipe ini memberi respon terhadap inhibitor monoamin
oksidase.
3. Menurut lokalisasi :
a. Lokalisata
b. Generalisata
Dunia kedokteran Barat telah berusaha mencari pengobatan
yang tepat untuk menyembuhkan penyakit ini, namun hasilnya sampai saat ini belum memuaskan. Obat yang biasa diberikan adalah derivat metoksi psoralen.
Salah satu penelitian tentang efek akupunktur terhadap
vitiligo dilakukan pada tahun 1980 oleh Premaratne dengan
hasil yang memuaskan 6 . Dikemukakan bahwa dengan akupunktur akan terjadi pelepasan beberapa zat, antara lain serotonin, histamin, Bradykinin Slow Reacting Substances (SRS)
dan mungkin zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini
merangsang pelepasan faktor kortikotropin (Corticotropin
Releasing Factor = CRF) dan mungkin lain-lain Hypophysis
Releasing Factor. CRF dan zat-zat lain itu dialirkan melalui
pembuluh darah balik ke adenohipofisis . CRF ini selanjutnya
akan merangsang dibentuknya ACTH dan kortikosteroid lainnya7,8 .
Hipotesis yang mengatakan bahwa akupunktur dapat merangsang pelepasan kortikosteroid ini sesuai untuk menanggulangi salah satu jenis vitiligo yang memberi respon terhadap
kortikosteroid, seperti diajukan oleh Koga. Penelitian lain
melaporkan bahwa pada keadaan sistem imunologis yang
terganggu, penusukan akupunktur dapat mempengaruhi susunan sel limfosit B dan T dari susunan yang tidak seimbang
menjadi seimbang 9-11 Mengingat salah satu hipotesis vitiligo
berhubungan dengan gangguan sistem imunologik, kiranya
dapat dijelaskan efek pengobatan vitiligo dengan akupunktur.
BAHAN DAN CARA
Penelitian terhadap penderita vitiligo ini dilakukan di
Unit Akupunktur RSCM Jakarta. Masa penelitian adalah 2
tahun terhitung sejak Januari 1982.
Pada awal penelitian jumlah penderita 40 orang. Yang dimasukkan dalam penelitian adalah 20 orang, sisanya tidak
menyelesaikan seri terapi yang telah ditentukan, atau tidak
menjalani pengobatan secara teratur.
Penderita dikirim dari Bagian Kulit FKUI/RSCM dengan
diagnosis vitiligo. Penderita sudah atau belum pernah diobati
dengan tipe vitiligo generalisata atau lokalisata. Lamanya
penyakit diderita bervariasi.
Alat yang digunakan adalah :
— Jarum akupunktur dari baja tahan karat no. 32 dengan
panjang 1 inci.
— Stimulator listrik tipe 71.1 buatan Cina.
Penderita dibaringkan dengan posisi terlentang, dan dilakukan penusukan dengan jarum akupunktur pada titik-titik
akupunktur yang telah ditentukan. Jarum ditusukkan tegak
lurus, lalu dimanipulasi sampai penderita merasa te ci (sensasi
penjaruman). Jarum kemudian dihubungkan dengan elektroda
dari stimulator listrik selama 20 menit. Jenis gelombang
listrik adalah bifasik siku, dengan frekuensi 2 Hertz dan intensitas sekecil mungkin yang masih dapat dirasa oleh penderita.
Titik-titik akupunktur yang dipergunakan sesuai dengan
penelitian Premaratne yaitu 6 :
— He Ku (II.4)
— Ci Ce (II.11)
— Sing Cien (XII.2)
— San Yin Ciao (IV.6)
Sepasang elektroda dihubungkan dengan titik He Ku (II.4) dan
Ci Ce (II.11) pada sisi tubuh yang sama. Elektroda yang lain
dihubungkan dengan titik Sing Cien (XII.2) dan San Yin Ciao
(IV.6). Penusukan dilakukan sebanyak 2 seri. Masing-masing
seri pengobatan terdiri dari 12 kali kunjungan, dengan jadwal
3 kali seminggu. Setelah seri pengobatan pertama, penderita
diistirahatkan selama 2 minggu untuk kemudian dimulai
dengan seri kedua. Selama penelitian kepada penderita tidak
diberikan obat-obatan baik per oral, topikal maupun parenteral.

HASIL
Tabel I. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin
Umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

10th - 19th
20 th - 39 th
40th - 49th
50th - 59th
60 th - 69 th

1
3
1
-

4
3
3
3
2

5
6
4
3
2

Jumlah

5

15

20

Penderita perempuan adalah 15 orang yang merupakan 75% dari seluruh penderita.

Tabel II. Lamanya Penyakit diderita Sebelum Pengobatan
Lamanya sakit

1
5
10
15

1
- 5
- 10
- 15
Jumlah

Jumlah

th

4

th
th
th
th

17
7
5
7
40

4 penderita yaitu 10% menderita sakit kurang dari 1 tahun sedangkan
selebihnya yaitu 36 penderita (90%) menderita sakit antara 1 tahun
sampai lebih dari 15 tahun.

Tabel III. Hubungan Antara Jenis Vitiligo dengan Hasil
Jenis Vitiligo

Baik

Perbaikan

Gagal

Jumlah

Lokalisata
Generalisata

—
—

7
11

—
2

7
13

Jumlah

—

18

2

20

Dari 7 penderita Vitiligo Lokalisata, semua mengalami perbaikan. Sedangkan dari 13 penderita Vitiligo Generalisata, 11 orang mengalami
perbaikan.

KRITERIA PENILAIAN HASIL
Penilaian dilakukan 4 kali, yaitu setelah penusukan ke 6,
12, 18 dan 24, dengan kriteria sebagai berikut :
— Baik : Bila tidak terdapat lagi bercak vitiligo.
— Perbaikan : Bila pada bercak-bercak vitiligo terjadi perubahan warna atau timbulnya pulau-pulau repigmentasi atau
terdapat pengecilan dari tepi bercak.
— Gagal : Bila tidak terdapat perubahan sama sekali atau
bercak-bercak bertambah dalam jumlah maupun luasnya.
Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus
Pearson Chart.

Untuk menilai kemaknaan dari pada perubahan-perubahan setelah penusukan yang ke 24.

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

15
Tabel IV. Hubungan antara Jenis Vitiligo dengan Jenis Perbaikan yang
Terjadi.
Perubahan
warna

Timbul
pulau

Lokalisata
Generalisata

7
11

5
6

Jumlah

18

11

3

Pengecilan Tepi
bercak

Pr
Pr

L

Jm1 5

2
1

Jenis Vitiligo

19
20

G

15

7

+
+

–

_
–

13

18

11

3

Perubahan warna + : artinya ada perubahan warna.
Timbulnya pulau-pulau : + 1 artinya timbul pulau repigmentasi baru
sebanyak 1 buah, + 2 adalah 2 buah, dan + 3 adalah 3 buah.
Pengecilan tepi bercak : dihitung penambahan pigmentasi pada jarak
terpendek bercak vitiligo.

Tabel V. Hubungan Antara Jumlah Penusukan Dengan Hasil

DISKUSI

Jumlah penusukan
Hasil
6x

(%)

12x (%)

Baltic
Perbaikan
Gagal

2
18

–
( 10%)
( 90%)

14
6

–
( 70%)
( 30%)

–
17 ( 85%)
3 ( 15%)

Jumlah

20

(100%)

20

(100%)

20

18x (%)

24x (%)
( 90%)
( 10%)

20

(100%)

–
18
2

(100%)

Pada penusukan ke 24 hasil lebih nyata, yaitu berupa perbaikan sebanyak 90% dan kegagalan sebanyak 10%.
Tabel VI. Hubungan Antara Jenis Perbaikan Dibandingkan Jumlah
Penusukan
Jumlah penusukan
Jenis Perbaikan

(%)

Perubahan warna
Timbul pulau-pulau
Pengecilan tepi bercak

2

12x (%)

(10%)

6x

14
3

–

18x (%)

(70%) 17
(15%) 8
–
1

24x (%)

(85%) 18
(40%) 11
( 5%) 3

(90%)
(55%)
(15%)

Pada penusukan ke 24 terlihat hasil perbaikan yang berupa perubahan
warna, timbul pulau-pulau repigmentasi maupun pengecilan tepi bercak,
lebih nyata.
Perubahan warna : 77 <M <1,03; P <0,05
Timbulnya pulau repigmentasi baru : 33 <M <77; P <0,05
Pengecilan tepi bercak: – 0,006 <M<0,306; P>0,05
Pada penelitian ini ternyata perubahan dalam wama dan timbulnya
pulau repigmentasi baru adalah bermakna (P <0,05), tidak bermakna
(P > 0, 005).
Sedangkan perubahan yang berbentuk pengecilan tepi bercak, tidak
bermakna (P > 0,05).
Tabel VIII. Distribusi Jenis Kelamin, Jenis Vitiligo dan Perbaikan
Jenis
kelamin

Jenis
vitiligo

Lk

Pr

L G

1
2
3
4
5 Lk
6Lk
7
8
9 Lk
10
11 Lk
12
13
14 Lk
15
16
17
18

Pr
Pr
Pr
Pr

G
G

Perbaikan

No.

16

Pr
Pr
Pr
Pr
Pr
Pr
Pr
Pr
Pr

L
G
L
L
L
L
L
G
G
G
G
G
G
G
G
G

Perubahan
warna

Timbulnya
pulau

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
–
+
+
+
+
+
–

+ 3
+2
–
+2
+3
+2
+2
+3
+3
–
+1
+2
–
+2
–
–

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

Pengecilan
tepi bercak
–
_
+2mm
+6mm
–
–
–
+2mm
–
_
–
–
–
–

Dari penelitian didapat bahwa perbaikan yang terjadi baik
pada vitiligo lokalisata maupun generalisata, bertambah sesuai dengan meningkatnya jumlah penusukan yang dialami
penderita. Pada penelitian ini evaluasi dilakukan sampai penusukan ke-24 (2 seri terapi). Sehubungan dengan hal ini
masih perlu diteliti lebih lanjut apakah penambahan seri akan
juga memperbaiki hasil pengobatan.
Meskipun dalam penelitian ini pengobatan akupunktur
belum dapat memberikan penyembuhan sempurna, namun
adanya perbaikan yang terlihat menunjukkan harapan kemungkinan kesembuhan. Mengingat cara pengobatan konvensional
pun tidak dapat mengobati vitiligo dengan memuaskan, maka
akupunktur dapat dipikirkan sebagai suatu cara pengobatan
alternatif
KESIMPULAN
Pengobatan akupunktur pada vitiligo sebanyak 24 kali
memberi perbaikan berupa perubahan warna dan timbulnya
pulau-pulau yang bermakna (P < 0,05), sedangkan perbaikan
yang berupa pengecilan tepi bercak tidak bermakna (P > 0,05).

KEPUSTAKAAN
1. Fitzpatrick TB. Abnormalities of the melanin pigmentary system.
In: Fitzpatrick, Dermatologi in General Medicine, New York :
M.C. Graw Hill Book Co, 1971; 1591 - 1637.
2. Mosher DB, Fitzpatrick TB, Artone JP. Disorders of melanocyter;
in: Dermatology in general medicine , New York : Mc Graw Hill
Book Company, 1979; pp. 568 - 620.
3. Koga M. Vitiligo a new classification and therapy. Br J Dermatol.
1977; 97 : 255 - 261.
4. Lerner A, Nordlus J. Vitiligo what is it? Is it important? JAMA,
1978; 239: 1183.
5. Morohashi M, Hashimoto K, Newton DE, Ristoivo. Ultrastructural,
studies of vitiligo, Vogt Koyanagi Syndrome and incontinentia
pigmenti achromias. Arch Dermatol. 1977; 113 : 765 - 766.
6. Premaratne ADV. Acupuncture therapy in the treatment of leukoderma. Am J Acup. 1980; 8 : 251 - 231.
7. Kim SS. Acupuncture mode of action in migraine headache.
Am J Acup. 1975; 3 : 110 - 111.
8. Platt HV. Acupuncture a new national defence mobilization and
tissue regeneration and tissue regeneration theory. Am.J Acup.
1974;2:167-174.
9. Sablovic D, Michon C. Effect of acupuncture on human peripheral
T and B lymphocytes. Acupuncture and electro-therapeut. Res Int
J. 1978; 3 : 97 - 107.
10. Chao JZ, Wang ZH, Chao R. Experiment study of effects of
electro acupuncture on cell mediated immune respone of rabbits.
In: Advances in acupuncture and acupuncture anaesthesia. Beijing:
1979;512.
11. Ma ZY, Chong H, Jan ZX. Experimental observation of cellular
immunological function under the influence of acupuncture.
In: Advances in acupuncture and acupuncture anaesthesia, Beijing:
1979; 511.
Pengaruh Akupunktur Terhadap
Nilai Gamaglobulin
Dr. Srikandi Dja'far Said *
Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada 24 kasus mengenai pengaruh akupunktur terhadap nilai gamaglobulin. Akupunktur dilakukan dengan stimulasi listrik pada titik He Ku (II.4) dan Cu
San Li (III.36) dengan frekuensi 15 Hertz, tegangan 0,3 —
0,5 Volt selama 15 menit. Dari hasil penelitian, didapat bahwa
akupunktur meninggikan nilai gamaglobulin secara bermakna
(P < 0,05), yaitu 27.68% setelah 6 kali penjaruman dan
44.64% setelah 12 kali penjaruman.
PENDAHULUAN
Gamaglobulin adalah bagian dari sistem protein yang terdapat di dalam Imunoglobulin dalam sistem imunitas tubuh1,2,3
Fungsi imunologik di dalam tubuh diperankan oleh kelompok sel yang mempunyai kemampuan untuk :
1) mengenal antigen
2) memberi respon yang spesifik terhadap antigen
3) membentuk Immunological Memory yang mampu memberi
respon yang cepat, kuat dan tepat terhadap antigen berikutnya.
Kelompok sel tersebut terdiri dari sel limfoid dan sel pembantu, yang satu dengan lain bekerja sama.
Ada lima tipe imunoglobulin tubuh manusia yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh, yaitu Ig A, Ig D, Ig E, Ig G, dan
Ig M. Secara umum, imunoglobulin terbentuk dari variasi
empat rantai dasar polipeptida yang masing-masing mengandung ikatan disulfida.
* Penulis saat ini bertugas di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta

Tabel 1. Pola Dasar Molekul Imunoglobulin

Dan Ganong WF, hal 382 4

Empat rantai polipeptida terdiri dari sepasang rantai H (heavy)
dan sepasang rantai L (light). Rantai H untuk tiap-tiap kelas
berbeda dan menentukan karakteristik masing-masing kelas.
Rantai L sendiri dari komponen kappa (K) dan lamda (X),
yang sama pada semua kelas imunoglobulin.
(Lihat Tabel II)
Ig G sering disebut sebagai Gamaglobulin. Ig G merupakan
I munoglobulin yang dominan di dalam tubuh, jumlahnya
80% dari total imunoglobulin. Kadar dalam serum adalah 0,6
g% — 1,6 g%, terutama diproduksi oleh jaringan limfoid di
timus, traktus gastro intestinal, traktus respiratorius dan
Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

17
Tabel II. Sifat Fisik dan Biologi dari Jenis Imunoglobulin Manusia

Jenis

Ig G

Rata-rata
konsentrasi
dalam serum
(mg/100 ml)

1240

RataBerat
S
Molekul 20, w

150,000

rata
survival
T/2 (hari)

7

23

Fungsi biologis

— ikatan komplemen

Rantai Jumlah
H
subjenis

γ

4

α

2

л

2

melalui plasenta
antibodi heterocytotropic
Ig A
Ig M

280
120

170,000

7, 10,
14
890,000
19

6

— antibodi dan sekresi

5

— ikatan komplemen
aglutinasi yang

150,000
196,000

2,8
1,5

— tak diketahui

eksternal

efisien
Ig D
Ig E

3
0,03

7
8

— antibodi reagenik
— antibodi homocytotropic

δ
ε

—
—

dari Bellanti JA, hal. 102 1

traktus urinarius. Ig G dapat melalui plasenta dan mempunyai
kemampuan untuk mengikat komplemen. Ig G berperan dalam
i munitas terhadap sebagian besar organisme yang dapat menimbulkan infeksi termasuk bakteri, virus, parasit dan fungus1,2
PENGARUH AKUPUNKTUR TERHADAP SISTEM IMUN
Omura berdasarkan penelitiannya- mendapatkan bahwa
penusukan pada titik He Ku (II.4) Cu San Li (1II.36) dapat
meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi, melalui peningkatan nilai gamaglobulin5 .
Peneliti lain, yaitu Rogora juga mendapatkan peningkatan
nilai gamaglobulin yang bermakna dengan akupunktur yang
menggunakan rangsang listrik pada titik yang sama. Namun
mekanisine terjadinya peningkatan nilai gamaglobulin dengan
6
akupunktur belum dapat dijelaskan .
Sablovic dan Michon mendapatkan, pada akupunktur
dengan atau tanpa perangsangan listrik dapat mempengaruhi
komposisi sel limfoid B dan T dari komposisi yang tidak normal menjadi normal. Pada saat yang sama juga terjadi perbaikan gejala klinis 7 .
BAHAN DAN CARA
Telah dilakukan penelitian selama 6 bulan terhitung tanggal
1 Februari 1983 di Poliklinik Pertamina Jasa-Jasa Jakarta.
Kasus adalah penderita yang dikirim oleh dokter poliklinik
setempat dengan gejala daya tahan tubuh melemah, di antaranya penderita rinitis alergika, asma bronkial, urtikaria alergika.
Penderita yang diteliti adalah penderita dewasa yang pada
awal pemeriksaan nilai gamaglobulinnya tidak di atas nilai
normal.
Penderita pada awal penelitian 50 orang. Yang dimasukkan
penilaian sebanyak 24 orang, sisanya tidak dinilai karena nilai
awal gamaglobulin sudah tinggi, atau selama penelitian penderita minum obat atau tidak mengikuti jadwal pengobatan
yang telah ditentukan.
Penderita datang dalam keadaan puasa. Sebelum diakupunktur dilakukan pengambilan darah sebanyak 5 cc di labo18

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

ratorium. Darah dikirim dan diperiksa di laboratorium Mikrobiologi FKUI. Kemudian dalam keadaan berbaring dilakukan
penusukan dengan jarum baja tahan karat pada titik He Ku
(1L4) dan Cu San Li (1II.36). Pada titik He Ku (II.4) dipakai
jarum buatan Cina no. 32 dengan panjang 1 inci dan titik Cu
San Li (1II.36) dipakai jarum no. 32 sepanjang 1 h inci. Penusukan dilakukan sampai terasa sensasi penjaruman (te ci).
Kemudian diberikan rangsang listrik dengan stimulator tipe
711 dengan frekuensi 15 Hertz dan tegangan 0,3 — 0,5 V selama 15 menit. Akupunktur dilakukan sebanyak dua belas
kali, dengan jadwal kunjungan dua hari sekali. Pengambilan
darah diulang setelah kunjungan ke enam dan ke duabelas.
Selama pengobatan dengan akupunktur penderita dilarang
minum obat/vitamin.
Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus
t dari Fisher, untuk melihat pengaruh akupunktur terhadap

peningkatan nilai gamaglobulin.
HASIL

Tabel IV. Peningkatan Nilai Gamaglobulin sebelum dan sesudah penusukan titik He Ku (II.4) dan Cu San Li (III.36) sebanyak 6 dan 12 kali

Tabel III. Nilai Gamaglobulin sebelum dan sesudah penusukan titik
He Ku (II.4) dan Cu San Li (III.36) sebanyak 6 dan 12 kali

No. P/L Umur Sebelum
(th)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

P
L
L
L
P
P
P
P
P
L
L
P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
L
P
Jumlah

16
40
35
37
28
18
58
40
45
50
19
18
60
45
38
22
20
62
38
20
43
37
35
25

Akupunktur
(g%)

Sesudah
6 kali
Akupunktur

(g%)

1,26
0,74
1,59
1,34
1,38
0,97
0,77
1,59
1,31
1,00
1,11
1,31
1,49
0,91
1,39
1,20
1,12
1,04
1,24
1,36
1,28
1,25
1,17
1,51

1,37
1,10
1,35
1,37
1,39
1,26
1,45
1,20
1,68
1,67
1,60
1,56
1,60
1,28
1,68
1,35
1,42
1,17
1,46
1,42
1,48
1,60
1,62
1,68

Y29,33
Y 1,22

Q34,76
Q 1,45

Sesudah
12 kali
Akupunktur

(g%)

1,68
1,45
1,06
1,37
1,39
1,39
1,60
1,07
2,02
1,85
1,80
1,56
1,68
1,49
2,39
1,35
1,72
1,30
1,68
1,51
1,68
2,05
1,86
1,75
X38,67
X 1,61

No P/L Umur Sebelum di

(th) Akupunktur
(g%)

Nilai

Naik Turun
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
22

+

P
L
L
P
P
P
P
P
L
P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
L
P

16
40
37
28
18
58
45
50
19
18
60
45
38
22
20
62
30
20
43
35
35
25

Jumlah

2

kasus, 22 kasus nilai gamaglobulin naik, dan 2 kasus
nilai gamaglobulin turun.
Kenaikan nilai gamaglobulin :
Untuk tingkat kepastian 95%; t = 4,421; db = 23; P < 0,05.
(Lihat Tabel I V)
Dari 24

tabel di atas, tampak kenaikan nilai gamaglobulin sesudah
tusukan ke enam adalah 0,30 gr% yaitu 25,64% dan setelah
tusukan ke duabelas kali kenaikan nilai gamaglobulin adalah
0,49 gr% = 41,88%.
Dari

KESIMPULAN
• Akupunktur pada titik He Ku (I1.4) dan Cu San Li (III.36)
dapat meningkatkan nilai gamaglobulin secara bermakna
(P < 0,05). Peningkatan tersebut adalah 25,64% setelah 6 kali
penusukan dan 41,88% setelah 12 kali penusukan.
• Pada evaluasi terlihat perbaikan daripada keluhan subyektif
maupun gejala -gejala klinis, meskipun pada penelitian ini
belum dilakukan pengamatan khusus terhadap hal-hal tersebut.
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana akupunktur dapat mempengaruhi sistem imunologik tersebut, serta meninjau kemungkinan mekanisme kerja
akupunktur pada sistem imun tubuh.

1,26
0,74
1,34
1,38
0,97
0,77
1,31
1,00
1,11
1,31
1,49
0,91
1,39
1,20
1,12
1,04
1,24
1,36
1,28
1,25
1,17
1,51

Σ = 1,17

Sesudah 12 kali
Akupunktur

gr%

g%

%

g%

1,37
1,10
1,37
1,39
1,26
1,45
1,68
1,67
1,60
1,56
1,60
1,28
1,68
1,35
1,42
1,17
1,46
1,42
1,48
1,60
1,62
1,68

Gamaglobulin

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Sesudah 6 kali
Akupunktur

9
5
3
1
30
89
30
67
45
20
8
45
28
13
27
13
20
5
16
30
40
12

1,68
1,45
1,37
1,39
1,36
1,60
2,02
1,85
1,80
1,56
1,68
1,49
2,39
1,35
1,72
1,30
1,68
1,51
1,68
2,05
1,86
1,75

Σ

=

1.4T= 25.64%

%

33
95
3
1
40
108
55
85
70
20
14
64
72
13
45
25
35
18
33
64
60
17

Σ = 1,66 = 41.88%

KEPUSTAKAAN

1. Bellanti JA. Immunology; Asian ed. Tokyo: Igaku Shoin Ltd.
1971; pp 55-119.
2. Aloisi RM. Principle of Imunodiagnostic. London: The CV Mosby
CO, 1979; pp 21-46.
3. Barrett JT. Basic Imunology and Its Medical Application. London:
The CV Mosby Co, 1980; pp 1-27.
4. Ganong WE. Review of Medical Physiology, 7 th ed. California,
Los Altos: Lange Medical Publ. 1975; pp 380-3.
5. Omura Y. Hitorical Aspect of Acupuncture. Acupuncture
Electro-therapeutics Res, Int J 1976;1 : 51-141.
6. Rogora GA et at. Congress Proceedings. Acupuncture Institute,
Viena. 1975;pp 111-4.
7. Sabolovic D Michon C. Effect of Acupuncture on Human Peripheral
T and B Lymphocytes. Acupuncture Electro-therapeutics
research, Int J. 1978; 3 : 97-107.

Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat :

Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran
P.O.. Box 3105 Jakarta 10002

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

19
Efek Penusukan Titik San Yin Ciao (IV,6)
terhadap Hiperglikemia pada NIDDM
Dr. Ratnawati Latief
Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada 20 kasus mengenai pengaruh
akupunktur terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita NIDDM. Akupunktur dilakukan pada titik San Yin
Ciao (IV.6) dan titik kontrol, dengan manipulasi manual
sampai didapatkan sensasi penjaruman; titik ditinggal selama
30 menit dan dimanipulasi setiap 5 menit. Dari hasil penelitian
didapatkan, akupunktur pada titik San Yin Ciao (IV.6) dapat
menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p < 0,001)
yaitu 19,20%; sedangkan akupunktur pada titik kontrol tidak
menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p > 0,05)
yaitu 4,90%.
PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun, dan ser,2
.
nantiasa merupakan suatu problema kesehatan yang besar
Seperti diketahui, diabetes melitus menurut WHO dibagi
menjadi :
— Tipe I : "Insulin Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM)
— Tipe II : "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus"
(NIDDM)
— Tipe lain: — Penyakit pankreas
— Penyakit hormon
— Karena obat/kimia
— Kelainan reseptor insulin
— Sindrom genetik
— Lain-lain
Dari beberapa penelitian di luar negeri, ternyata akupunktur juga berkhasiat mengobati diabetes; salah satu penelitian
yang menarik adalah yang dilakukan oleh C. Ionescu Tirgoviste
dan kawan-kawan, bahwa terdapat perbedaan efek akupunktur
pada penderita "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus"
dengan penderita "Insulin Dependent Diabetes Mellitus".
Dalam penelitiannya dilakukan penusukan pada titik San Yin
Ciao (IV.6) pada penderita NIDDM dan IDDM. Didapatkan
bahwa pada penderita NIDDM penurunan kadar gula darah
20

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

2 jam sesudah penusukan > 10% dari kadar gula darah inisial,
dengan angka keberhasilan 94% dari 47 kasus (penurunan
kadar gula darah sebesar 22,9% yaitu dari 201,2 mg% menjadi
150,5 mg%). Sedangkan pada penderita IDDM penurunan
kadar gula darah < 10%/menetap/meninggi pada 83% dari
30 kasus. Dari 47 kasus NIDDM didapatkan penurunan kadar
gula darah > 20% pada 26 kasus, 15—20% pada 15 kasus,
> 10% pada 5 kasus, < 10%/naik pada 1 kasus.
Dijelaskan, penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) menyebabkan dilepaskannya suatu substansi yang merangsang sekresi
insulin, yaitu serotonin; dan mengaktifkan serabut saraf otonom tertentu. Walaupun dijelaskan pula bahwa serotonin
yang dihasilkan tidak khusus hanya pada penusukan San Yin
Ciao (IV.6), karena terjadi pula pada penusukan titik akupunktur lain, selain itu serotonin yang dihasilkan tidak cukup
untuk merangsang sekresi insulin.
Diduga bahwa penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) akan
mengaktifkan serabut saraf otonom tertentu dalam sel B
pankreas yang menimbulkan suatu refleks otonom; di mama
i mpuls melalui serabut aferen ke pusat susunan saraf pusat
yang mungkin terletak di nuklei hipotalamus atau korteks
serebri, kemudian melalui serabut eferen otonom menghambat
tonus alfa adrenergik dan merangsang tonus ß adrenergik sehingga menimbulkan sekresi insulin 3 . (Lihat lampiran)
Dijelaskan juga bahwa titik San Yin Ciao (IV.6) pada penelitian ini karena San Yin Ciao terletak pada Meridian Limpapankreas, dan sering digunakan untuk penyakit dengan kelainan pankreas, dan juga merupakan titik yang berfungsi di
bidang endokrin.
Di Indonesia sendiri belum ada penelitian tentang efek
pengobatan akupunktur pada penderita diabetes pada umumnya, maupun penelitian mengenai efek titik San Yin Ciao
(IV.6) terhadap hiperglikemia pada penderita "Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus" pada khususnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya efek penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) terhadap
hiperglikemia pada penderita "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus", dan apakah penurunan kadar gula darah pada
kelompok yang diteliti bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol.

BAHAN DAN CARA KERJA

Bahan
Penelitian dilakukan di Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo. Masa penelitian adalah dari bulan
April 1985 sampai dengan Oktober 1985.

• Kriteria Penderita
a. Kriteria Penerimaan
— Jumlah sampel 20 orang
— Diperkirakan putus uji klinik 35%, jumlah semua 20 +
35% X 20 = 27 orang
— Asal sampel : penderita dikirim oleh Bagian Penyakit
Dalam FKUI/RSCM dengan diagnosis NIDDM
— Penderita dengan kadar gula darah puasa I ≥ 140 mg%
— Umur penderita di atas 40 tahun
— Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan
— Penderita tidak ada keluhan penyakit lain, dan tekanan
darah normal
— Penderita tidak makan obat antidiabetik paling sedikit
36 jam atau belum diobati dengan obat antidiabetik
b. Kriteria Penolakan
— Penderita perlu pengobatan dengan insulin
— Penderita dengan komplikasi, infeksi atau gangren
— Penderita dengan kadar gula darah puasa > 400 mg%
c. Kriteria Putus Uji Klinik
— Bila hasil kadar gula darah puasa I < 140 mg%
— Bila penderita tidak menyelesaikan program penusukan
untuk titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol
— Penderita tidak mematuhi aturan persiapan yang dianjurkan

• Alat
a. Jarum akupunktur dari baja tahan karat nomor 32, panjang

1,5 inci, buatan Cina.
b. Multipurpose Electro-acupuncture Apparatus tipe DZ-22
buatan Cina.
c. Timer merek Memetic Straigner

• Titik yang dipilih
a. Titik San Yin Ciao (IV.6)
Titik San Yin Ciao (IV.6) merupakan titik nomor 6 pada
Meridian Limpa-pankreas 3,4,5 merupakan perpotongan dari
3 Meridian Yin Kaki (Limpa, Ginjal dan Hati).
Terletak pada 4 jari atau 3 inci di atas maleolus internus,
antara tepi posterior tibia dan m. soleus dan bagian dalamnya berada di m. fleksor digitorum longus pedis; diperdarahi oleh a. dan v. tibialis posterior dan v. safena magna;
dan dipersarafi di bagian permukaan oleh n. kutaneus kruris
medialis dan di sebelah dalam pada bagian posterior oleh

n. tibialis.
Cara penusukan tegak lurus sedalam 0,5—0,9 Cun, sebaiknya arah jarum menuju ke tibia 6,7 .
b. Titik Kontrol
— Titik, bukan titik akupunktur; terletak 1 inci ke atas dan
lateral dari titik San Yin Ciao (IV.6)

Gambar lokasi titik San Yin Ciao (IV.6) dan Titik Kontrol.
(Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture)

Cara Kerja
Sehari sebelum dilakukan penusukan, penderita makan terakhir pukul 22.00 dengan porsi yang biasa dimakan. Keesokan harinya penderita hanya boleh minum air putih satu gelas,
pukul 08.00 dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa
pertama; kemudian dilakukan penusukan pada penderita yang
masih dalam keadaan puasa. Dua jam sesudah penusukan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa kedua.
Pada kunjungan pertama dilakukan penusukan pada titik
San Yin Ciao (IV.6), sedangkan pada kunjungan kedua dilakukan penusukan pada titik kontrol. Jarak waktu penusukan
pertama dan kedua 7 hari; lama penusukan 30 menit dan dilakukan manipulasi setiap 5 menit.
HASIL
Pada penelitian ini telah dilakukan penusukan pada 27 penderita diabetes melitus dari Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Dari jumlah tersebut, yang dimasukkan dalam penelitian berjumlah 7 orang disebabkan 2 penderita tidak kembali untuk
tindakan pada titik kontrol, 4 penderita hasil kadar gula darah
puasa I pada titik San Yin Ciao (IV.6) < 140 mg%, 1 penderita dengan kadar gula darah puasa I pada titik kontrol
<140mg%.
(Lihat Tabel I, II, III dan IV).
DISKUSI
Di dalam Ilmu Kedokteran Cina pada umumnya dan Ilmu
Akupunktur pada khususnya, diabetes melitus disebut sebagai
"Siao He", dengan gejalanya diterangkan sebagai suatu keadaan di mana San Ciao terserang oleh panas dalam; adanya panas
dalam menimbulkan gangguan keseimbangan cairan. Pada
umumnya pengobatan dilakukan dengan pemulihan fungsi
organ paru-paru, limpa dan ginjal.
C. Ionescu Tirgoviste dan kawan-kawan, dalam penelitiannya melakukan penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) pada
NIDDM dan IDDM; ternyata penurunan kadar gula darah seCermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

21
Tabel I. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan
pada titik San Yin Ciao
Kadar gula darah puasa
Sesudah
diakupunktur

(mg%)

No.

Sebelum
diakupunktur

170
180
235
165
130
205
240
140
200
250
155
230
235
275
210
250
255
120
110
150

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1l.

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

X1 = 4845
Jml

X2 = 3905
—

X 1 = 245,25

X2

—

=

1 95,25

Kadar gula darah puasa I (mg%)

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

—
—

—
—
—
—

20,93
21,74
14,55
10,81
27,77
14,58
11,11
22,22
23,08
28,57
27,91
17,80
— 0,82
1,85
16,00
28,57
23,88
14,29
31,25
37,50

2

19,20

—
—
—
—
—
+
+
--

—
+
+
+
+
+
+
18

Dan tabel di atas tampak kadar gula darah sebelum penusukan dan sesudah penusukan turun pada 18 kasus (90%), dan naik pada 2 kasus
(10%). Nilai rata-rata kadargula darah sebelum penusukan 242,25 mg%
dan kadar gula darah sesudah penusukan 195,25 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan sebesar 19,20%.

Tabel II. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan
pada titik kontrol
Kadar gula darah puasa
Sebelum
diakupunktur

Sesudah
diakupunktur

(mg%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

200
150
255
190
160
170
260
160
260
230
150
205
140
210
240
170
175
150
145
210

190
200
250
160
130
100
305
125
260
205
160
230
165
190
210
150
135
135
130
225

Jml

Y1 = 3830
—
Y1 = 191,50

Nilai gula darah

Y2
—
Y2

=
=

3655
182,75

Turun

Naik

+

Persentase
penurunan

(mg%)

No.

+

—

+
+
—
+

5
— 33,33
1,96
15,79
18,75
41,18
— 17,31
21,88
0,00
10,87
— 6,67
— 12,20
— 17,86
9,52
12,50
11,70
22,86
10,00
10,34
— 7,14

—
+
—

++

—
—
+
—

+
—
—

+
+
+

++

—

+
+
+
+
+
—

—
—
+
13

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

No.

6

4,9

Tetap = 1

d2

d
Titik San Yin Ciao

Titik kontrol

215
230
275
185
180
240
270
180
260
350
215
280
220
270
250
350
335
140
160
240

200
150
255
190
160
170
260
160
260
230
150
205
140
210
240
170
175
150
145
210

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Σd

15
80
20
5
20
70
10
20
0
120
65
75
80
60
10
180
160
10
15
30
=

1015

225
6400
400
25
400
4900
100
400
0
14400
4225
5625
6400
3600
100
32400
25600
100
225
900
d2

=

106425

Tabel IV. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan
pada titik San Yin Ciao dan titik kontrol
Persentase penurunan kadar gula darah
Titik

>20%
San Yin Ciao
Kontrol

Dan tabel di atas tampak kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan turun pada 13 kasus (65%), naik pada 6 kasus (30%), tetap
pada 1 kasus (5%). Nilai rata-rata kadar gula darah sebelum penusukan

22

Tabel III. Perbedaan kadar gula darah puasa sebelum penusukan pada
titik San Yin Ciao dan kontrol

(mg%)

215
230
275
189
180
240
270
180
260
350
215
280
220
270
250
350
335
140
160
240

Persentase
penurunan

Nilai gula darah
Turun
Naik

191,50 mg%, dan sesudah penusukan 182,75 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan pada titik kontrol sebesar
4,9%.

11 kasus
3 kasus

15—20%
2 kasus
2 kasus

> 10%

5 kasus
4 kasus

Naik/ <10%

2 kasus
11 kasus

Dari tabel di atas tampak bahwa :
— Pada penusukan titik San Yin Ciao dengan penurunan kadar gula
darah > 20% pada 11 kasus, <10% atau naik pada 2 kasus.

sudah penusukan titik tersebut pada NIDDM lebih dari 10%,
sedangkan pada IDDM penurunan kadar gula darah kurang
dari 10% atau naik.
Pada penelitian ini dilakukan penusukan titik San Yin Ciao
(IV.6) dan kontrol (1 inci ke atas dan lateral dari titik San
Yin Ciao) pada penderita NIDDM. Alasan dipilihnya titik
San Yin Ciao adalah :
— Terletak pada meridian limpa-pankreas
— Banyak digunakan dalam bidang endokrin
— Merupakan titik perpotongan dari 3 Meridian Yin Kaki
yaitu limpa, ginjal dan hati
— Pada penelitian Tirgoviste penusukan pada titik ini berhasil menurunkan kadar gula darah
Pada penelitian ini jarum yang dipakai adalah jarum baja
tahan karat nomor 32 ukuran 1 inci, dengan maksud penusukan cukup dalam. Sesudah didapatkan sensasi penjaruman (te-ci), jarum ditinggal selama 30 menit dan dimanipulasi
setiap 5 menit untuk mempertahankan rasa sensasi penjaruman agar didapatkan rangsangan sedang sampai kuat, karena
�

pada penderita diabetes melitus limpa dalam keadaan Se.
Pada penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dalam penelitian
ini didapatkan penurunan kadar gula darah lebih dari 10%
pada 90% dari 20 kasus, dan pada penusukan titik kontrol
didapatkan penurunan kadar gula darah lebih dari 10% pada
45% dari 20 kasus; sedangkan Tirgoviste mendapatkan bahwa
penusukan titik San Yin Ciao dapat menurunkan kadar gula
darah lebih dari 10% pada 94% dari 47 kasus.
Dari Tabel I. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan titik San Yin Ciao; tampak kadar gula darah
rata-rata sebelum penusukan 245,25 mg% dan sesudah penusukan 195,25 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah
adalah 19,20% dan didapatkan penurunan kadar gula darah
secara bermakna (P < 0,001).
Dari Tabel II. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan titik kontrol; tampak kadar gula darah ratarata setelah penusukan 191,50 mg% dan sesudah penusukan
182,75 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah adalah
4,9% dan didapatkan penurunan kadar gula darah secara tidak
bertnakna (P > 0,05).
Tabel III. Perbandingan kadar gula darah puasa sebelum
penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dan kontrol, ternyata
didapatkan perbedaan secara bermakna (P > 0,001). Maka
kemaknaan penurunan kadar gula darah pada titik San Yin
Ciao (IV.6) tidak dapat dibandingkan dengan kemaknaan
penurunan kadar gula darah pada titik kontrol. Jadi pada
penelitian ini hanya dapat dinilai bahwa : penusukan titik
San Yin Ciao (IV.6) dapat menurunkan kadar gula darah
secara sangat bermakna (P < 0,001) dan penurunan kadar gula
darah pada titik keontrol tidak dapat menurunkan kadar gula
darah secara bermakna (P > 0,05). Terdapatnya perbedaan
kadar gula darah puasa sebelum penusukan pada titik San Yin
Ciao (IV.6) dan titik kontrol dapat disebabkan karena : kadar
gula darah sendiri sudah tidak stabil, maka pada penelitian ini
dilakukan disain bersilang, di mana kasus penelitian dan kontrol adalah sama. Tapi ternyata masih didapatkan perbedaan
kadar gula.darah yang menyolok. Kemungkinan lain perbedaan kadar gula puasa pada penderita penelitian dan kontrol
karena terdapat jarak waktu antara penusukan I dan II selama
1 minggu dan penderita sudah mendapat diet.
Tabel IV. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah
penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol,
tampak :

• pada penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) :
— penurunan kadar gula darah > 20% pada 11 kasus
— penurunan kadar gula darah < 10%/naik pada 2 kasus

• pada penusukan titik kontrol :
— penurunan kadar gula darah > 20% pada 3 kasus
—

penurunan kadar gula darah < 10%/naik pada 11 kasus.

KESIMPULAN
• Penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dapat menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p < 0,001). Sedangkan penusukan pada titik kontrol yang terletak 1 inci ke atas
dan ke samping dari titik San Yin Ciao (IV.6) penurunan
kadar gula darahnya tidak bermakna.
• Besarnya penurunan kadar gula darah tersebut adalah :
pada titik San Yin Ciao (IV.6) sebesar 19,20%, sedangkan
pada titik kontrol sebesar 4,90%. Nilai rata-rata kadar gula
darah pada titik San Yin Ciao (IV.6) sebelum penusukan

245,25 mg% dan sesudah penusukan 195,25 mg%. Sedangkan
kadar gula darah pada titik kontrol sebelum penusukan 191,50
mg% dan sesudah penusukan 182,75 mg%.
• Persentase penurunan kadar gula darah pada titik :
San Yin Ciao (IV.6) : > 20%
pada 11 kasus
15—20%
pada 2 kasus
> 10%
pada 5 kasus
naik/ < 10%
pada 2 kasus
Kontrol
: > 20%
pada 3 kasus
15—20%
pada 2 kasus
> 10%
pada 4 kasus
naik/ < 10%
pada 11 kasus

KEPUSTAKAAN
1. Utoyo Sukaton. Penanggulangan Diabetes Melitus sebagai Masalah
Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Dalam : Simposium Berkala
Diabetes Melitus Bagian/Unit Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM,
Jakarta 1981, 1 - 5.
2. Supartondo. Kriteria Diagnostik Baru untuk Diabetes Melitus.
Dalam : Simposium Berkala Diabetes Melitus Bagian/Unit Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta 1981, 6 - 18.
3. Ionescu-Tirgoviste C, Mincu I. Testing the Pancreatic Reserve by
Acupuncture. Am J Acup 1974; 2 : 95 - 101.
4. Ionescu-Tirgoviste C, Mihalache NE, Sumionescu L, Mincu. The
Hypoglycemia Mechanism of the Acupuncture Point Spleen-Pancreas
6. Am J Acup 1975; 3 : 18- 23.
5. Omura Y. Acupuncture Medicine Its Historical and Clinical Background. Japan Publication Inc. 1982.
6. Anonim. Anatomical Atlas of Chinese Acupuncture Points. Junan,
China: Shandong Science and Technology Press. 1982, 227.
7. Anonim. Essentials of Chinese Acupuncture. 1st. ed. Beijing
Foreign Language Press, 1980, 153.

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

23
Efek Akupunktur pada
Hiperlipoproteinemia
Dr. Syartina Sofyan Iskandar
Unit Akupunktur RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini penelitian-penelitian mengenai
komponen lipid sangat menonjol, karena dihubungkan dengan
korelasinya terhadap penyakit jantung koroner dan penyumbatan pembuluh darah perifer. Hiperlipoproteinemia dijumpai
pada 10% — 20% masyarakat industri dan masyarakat westernized di kota-kota besar . Faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner yang terutama adalah hiperlipoproteinemia, hipertensi, laki-laki, merokok dan Diabetes
2
Mellitus . Berdasarkan faktor risiko di atas, tampak bahwa
pengenalan lebih awal akan adanya suatu hiperlipoproteinemia
sangat penting untuk mencegah dan menghambat sklerosis
3 '
'
pembuluh jantung dan perifer
Menurut penelitian, penurunan kadar serum kolesterol
sebanyak 15% — 20% dapat menurunkan risiko penyakit
jantung iskemik sebanyak 35% — 60% 5 . Banyak usaha dilakukan untuk menurunkan kadar lemak darah, antara lain melalui
pemberian obat-obatan, diet maupun dengan meningkatkan
latihan jasmani. Dari beberapa penelitian di luar negeri, ternyata akupunktur juga berkhasiat menurunkan beberapa
fraksi lemak secara bermakna5 .
Beberapa keuntungan pengobatan secara akupunktur yaitu
mudah, murah dan tanpa efek samping. Danciu dkk. melakukan akupunktur tanpa diet spesifik ataupun pengobatan hipolipemik 6 . Pemberian obat-obatan biasanya membutuhkan
waktu cukup lama, harganya mahal dan efisiensinya pun masih
diperdebatkan . Diet dan latihan jasmani membutuhkan disiplin diri yang cukup berat.
Di Indonesia sendiri belum ada penelitian tentang efek
akupunktur pada hiperlipoproteinemia.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
atau tidaknya efek akupunktur terhadap penurunan kadar
kolesterol dan trigliserida darah, sedangkan tujuan penelitian
khusus adalah untuk mengetahui berapa besar penurunan
kadar kolesterol dan trigliserida darah tersebut serta melihat
24

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

besarnya keberhasilan akupunktur pada keadaan hiperlipoproteinemia.
HIPERLIPIDEMIA DAN HIPERLIPOPROTEINEMIA
Hiperlipidemia adalah peninggian kadar lemak di dalam
plasma. Terdapatnya hiperlipidemia, hiperkolesterolemia atau
hipertrigliseridemia tidak dapat memastikan suatu penyakit
tertentu. Hiperlipidemia, seperti halnya demam, hanya merupakan suatu gejala dari kelainan yang dapat berbeda-beda
mekanisme dasar, manifestasi klinik, prognosis dan respons
terhadap pengobatan. Untuk kepentingan diagnosis dan
terapi, keadaan hiperlipidemia harus diterjemahkan sebagai
hiperlipoproteinemia 7 .
`
Nilai lemak plasma dipengaruhi oleh bermacam-macam
faktor, antara lain : suku bangsa, umur, faktor metabolik dan
genetik. Frederickson membuat definisi hiperlipidemia bila
kadar kolesterol 250 mg/dl dan trigliserida 200 mg/dl . Untuk
pedoman kerja dapat dipakai nilai berdasarkan umur, di mana
disebut hiperlipidemia jika individu berumur < 20 tahun
dengan kadar kolesterol total > 200 mg/dl, atau trigliserida
> 140 mg/dl, dan pada umur > 20 tahun dengan kadar kolesterol total > 240 mg/dl atau trigliserida > 200 mg/dl 8 .
PENATALAKSANAAN HIPERLIPOPROTEINEMIA
Karena merupakan salah satu usaha menanggulangi faktor
risiko penyakit jantung koroner, harus dilaksanakan serempak
dengan penanggulangan faktor-faktor risiko yang lain. Keberhasilan sangat tergantung pada kerja sama yang baik antara
dokter, ahli gizi dan penderita.
Bila hiperlipoproteinemia terjadi sekunder akibat penyakit
lain, tindakan utama adalah pengobatan penyakit tersebut.
Sedangkan pada hiperlipoproteinemia primer, terdapat 2 indikasi utama untuk ikut sertanya suatu pengobatan, yaitu :
• Pengobatan akan memperlambat timbulnya aterosklerosis
dan mengurangi komplikasi, misal : infark miokard.
• Indikasi lain yang agak jarang yaitu menghilangkan komplikasi hipertrigliseridemia yang berat, erupsi santoma primer,
nyeri perut, kadang-kadang bersama pankreatitis dan hepatosplenomegali.
Pengobatan perlu diberikan bila kadar kolesterol dan atau
trigliserida lebih dari normal berdasarkan umur 9 .
Diet7,10
Karena lipoprotein plasma secara langsung maupun tak langsung berasal dari apa yang kita makan, tidaklah mengherankan
bila diet akan sangat mempengaruhi kadar lipoprotein. Diet
adalah pengobatan yang terpenting pada hiperlipiproteinemia
primer.
Pada dasarnya sasaran diet adalah menurunkan berat badan
bila penderita terlalu gemuk, dan mempertahankannya dalam
berat badan ideal, serta menurunkan kadar lemak darah dan
mempertahankannya agar tetap dalam batas-batas normal.
Diet harus dijalankan terlebih dahulu sebelum dipergunakan obat-obat. Bila obat-obat perlu diberikan, diet harus tetap

dilaksanakan.
Obat-obatan11
• Nicotinic acid
Dapat menurunkan kadar kolesterol 8—16% dan trigliserida
20—30%. Efek samping banyak, antara lain : gatal-gatal, kemerahan kulit, anoreksia, nausea, vomitus, diare, tukak lambung, hiperurikemia, intoleransi glukosa dan fungsi hati

terganggu.
• Clofibrate
Dapat menurunkan kolesterol 5—15% dan trigliserida 30—40%.
Salah satu efek sampingnya adalah meningkatkan jumlah
sterol fekal yang berhubungan dengan kolelitiasis dan penyakit

traktus biliaris.
• Bile acid sequestrants (Cholestyramine, Colestipol)
Menurunkan kolesterol sebanyak 20—30% dan meningkatkan
trigliserida. Efek sampingnya antara lain adalah konstipasi.

lipoproteinemia yang banyak dijumpai_ (90% dari ke-5 jenis
hiperlipoproteinemia). Akupunktur menormalkan kadar lemak
plasma pada 4 kasus (33,3%), sedangkan pada kasus-kasus
lainnya terdapat penurunan kadar kolesterol dan trigliserida
yang juga bermakna walaupun tetap di atas nilai normal. Pada
4 kasus tampak penurunan kadar kolesterol sedangkan trigliserida meningkat. Hal ini mungkin disebabkan karena penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah ini tidak saling berhubungan yang dapat disebabkan karena efek masing-masing
titik akupunktur yang berlainan.
Ionescu-Tirgoviste dkk. 5 melanjutkan penelitian Danciu
dkk. pada 86 penderita (69 hiperlipoproteinemia primer,
17 sekunder karena Diabeies Mellitus). Penderita-penderita
ini telah mendapatkan diet khusus selama kurang lebih setahun
untuk masing-masing jenis hiperlipoproteinemia (32 tipe IIa,
18 tipe IIb, 4 tipe III, 2 tipe V). Titik-titik yang dipakai sama,
pada 71 kasus dilakukan akupunktur biasa dan pada 15 kasus
dilakukan elektroakupunktur selama 15 menit (frekuensi
8—10 Hz, arus bolak balik). Interval 3—4 hari sebanyak 8—10
kali penusukan. Diet tetap seperti semula dan tidak diberi
obat-obatan. Mereka mendapatkan hasil sebagai berikut :
sangat baik (kadar lipid normal) 22,09%, baik (penurunan
kadar kolesterol dan atau trigliserida yang bermakna (34,88%)
dan gagal (tanpa perubahan atau penurunan kadar kolesterol
dengan peningkatan kadar trigliserida atau sebaliknya) 43,02%.
Tidak jelas perbedaan hasil yang diberikan oleh akupunktur
biasa atau elektroakupunktur. Mereka memakai kelompok
lain (11 kasus), di mana jumlah jarum dan cara penusukan
sama, tapi pada titik-titik yang berbeda (pseudoakupunktur).
Hasil yang didapat adalah juga penurunan kadar kolesterol
dan atau trigliserida darah, tapi tidak bermakna. Mereka juga
melakukan pemeriksaan ulangan setelah 6—18 bulan akupunktur pada 19 kasus, pada 17 kasus hasilnya dapat dipertahankan.

• Probucol
Menurunkan kadar kolesterol sebesar 10—15% dan pengaruh
pada trigliserida bervariasi. Efek samping antara lain : diare,
kembung dan peninggian trigliserida.

• Neomycin
Dapat menurunkan kadar plasma kolesterol sebesar 20—30%.
Efek samping berupa diare dan kejang perut.
BEBERAPA PENELITIAN AKUPUNKTUR DALAM PENGOBATAN HIPERLIPOPROTEINEMIA
Karena efisiensi pengobatan hiperlipoproteinemia masih diperdebatkan, alternatif praktis hanyalah diet. Pada saat ini
dapat ditambahkan akupunktur sehingga hasilnya akan lebih
4
nyata dibandingkan hanya diet saja .
5 melakukan penelitian efek akupunktur pada
Danciu dkk.
12 kasus hiperlipoproteinemia (6 sekunder karena Diabetes
Mellitus, 4 berhubungan dengan obesitas, 2 hiperlipoproteinemia primer) dengan menusuk titik-titik : Ci Cuen (XII.8), San
Yin Ciao (IV.6), Kung Sun (IV.4) dan Cung Wan (XIII.12).
Jarum ditinggal selama 15 menit setelah memperoleh sensasi
penjaruman te-ci. Akupunktur diberikan sebanyak 3—5 kali
dengan interval 3—7 hari, tanpa anjuran diet khusus ataupun
obat-obat hipolipemik. Jenis hiperlipoproteinemia terdiri dari
6 tipe IIa, 3 tipe IIb, 3 tipe IV; yang merupakan kasus hiper-

Gambar 2.

Kemungkinan mekanisme penurunan kadar kolesterol dan
trigliserida darah dengan penusukan titik-titik akupunktur
yang digunakan.
(diambil dari Danciu A. Am J Acupunct 1976; 4 : 337 343).

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

25
Mekanisme penurunan kadar kolesterol dan trigliserida
darah dengan akupunktur masih merupakan hipotesis5,6 . Titik
Ci Cuen (XII.8) yang dikenal sebagai regulator fungsi hati,
akan mempengaruhi sintesis kolesterol dan trigliserida endogen
di hati. Hal ini terjadi sebagian dengan perantaraan stimulasi
sekresi pankreas akibat penusukan titik Kung Sun (IV.4) dan
San Yin Ciao (IV.6). Titik San Yin Ciao (IV.6) bersama-sama
dengan titik Cung Wan (XIII.12) mempengaruhi digesti,
absorbsi dan eliminasi lemak dan karbohidrat yang berasal
dari makanan. Mekanisme ini diduga mungkin berpengaruh
pada hiperlipoproteinemia tipe IIa, di mana tampak hasil yang
cukup memuaskan, sedangkan tipe ini paling resisten terhadap
cara penanggulangan yang lain. Penurunan sintesis trigliserida
endogen mungkin berhubungan dengan titik San Yin Ciao
(IV.6) yang diketahui berpengaruh pada sekresi insulin. Penurunan sekresi insulin terutama pada penderita obesitas dapat
menyebabkan penurunan sintesis trigliserida endogen sehingga
terjadi penurunan kadarnya dalam plasma. Keadaan ini dapat
menjelaskan hasil akupunktur yang baik pada hiperlipoproteinemia tipe IIb, III dan IV. Efek seimbang didapati pada
kira-kira 25% kasus, di mana penurunan kolesterol diikuti
peningkatan trigliserida atau sebaliknya. Ini menunjukkan
penghambatan pada sintesis kolesterol akan meningkatkan
sintesis trigliserida atau sebaliknya.
Titik Kung Sun (IV.4) dalam "Electroacupuncture according to Voll" disebut sebagai titik ukur pankreas atau titik
li mpa-pankreas, dipakai untuk menguji produksi ensim-ensim
untuk metabolisme lemak (esterase dan lipase) 12 .
Zhao Hexi dkk. 13 melakukan penelitian pada 72 kasus hiperlipoproteinemia dengan memakai satu titik yaitu Nei Kuan
(IX.6). Dari 72 kasus tersebut, 52 kasus dengan peningkatan
kolesterol berhasil pada 75,47%, 65 kasus dengan peningkatan
trigliserida berhasil pada 76,92% dan 63 kasus dengan peningkatan beta-lipoprotein berhasil 70,59%. Penurunan tersebut
bermakna (P < 0,001). Batasan hiperlipoproteinemia ditetapkan bila kadar kolesterol ≥ 200 mg%, trigliserida , ≥ 110 mg%
dan beta-lipoproteinemia ≥ 530 mg%. Pada setiap kasus, minimal satu dari fraksi tersebut yang meningkat.
Penusukan kedua titik Nei Kuan (IX.6) dilakukan setiap 2
hari sampai 10 kali, lalu istirahat 3—5 hari, kemudian dilanjutkan 10 kali penusukan lagi. Manipulasi dilakukan sebagai berikut : setelah jarum ditusukkan, jarum diangkat, dan diputar
selama 2 menit. Lama penusukan 20 menit, dilakukan manipulasi yang sama 2 kali.
Menurut para peneliti ini, mekanisme kerja akupunktur di
sini mungkin meregulasi fungsi endokrin dan berbagai jenis
ensim. Penjaruman ini juga akan mempengaruhi sintesis,
absorpsi dan ekskresi kolesterol dan trigliserida di hati dan
saluran pencernaan sehingga menurunkan kadar lemak darah
tersebut.
Omura 14 juga meneliti efek akupunktur pada kadar kolesterol, trigliserida dan fosfolipid, dengan menusuk titik Cu San Li
(III.36) pada 206 penderita. Didapatkan penurunan kadar
lemak darah yang terutama bermakna pada trigliserida dan
fosfolipid, yaitu sebesar 30—60%.

BAHAN DAN CARA KERJA
Bahan
Penelitian dilakukan di Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo atas kerja sama dengan Bagian Kardiologi FKUI/
26

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

RSCM. Masa penelitian adalah dari bulan Maret 1985 sampai
dengan Oktober 1985.
Kriteria penderita yang diteliti :
— Penderita dikirim oleh Bagian Kardiologi FKUI/RSCM
dengan diagnosis hiperlipoproteinemia (kadar kolesterol
total lebih dari 240 mg/dl dan atau kadar trigliserida lebih
dari 200 mg/dl).
— Penderita adalah dewasa laki-laki atau perempuan (lebih
dari 20 tahun), tanpa kelainan kardiologis atau dengan kelainan kardiologis ringan, tidak menderita penyakit-penyakit antara lain : metabolisme, ginjal, hati dan lain-lain yang
berhubungan dengan terjadinya keadaan hiperlipoproteinemia.
— Selama penelitian dan sebulan sebelumnya tidak memakan
obat-obatan hipolipemik, kontrasepsi, kortikosteroid, alkohol dan rokok.
— Penderita harus menyelesaikan 10 kali kunjungan.
— Dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida darah sebelum dan sesudah akupunktur.
Jumlah penderita yang dikirim untuk penelitian adalah 17
orang, yang memenuhi persyaratan penelitian 16 orang, 1
orang hanya datang 1 kali saja karena penderita sangat takut
dan menolak diakupunktur. Pada 8 kasus dilakukan akupunktur dan pada 8 kasus lagi dilakukan akupunktur dan diet.
Alokasi penderita dilakukan secara acak dengan block simple
random sampling.
Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus t
dari Fisher untuk melihat penurunan kadar lipoprotein darah.

Cara kerja
1) Pemeriksaan
Sebelum akupunktur dimulai, dibuat catatan data biokimiawi
kadar kolesterol total dan trigliserida darah. Pemeriksaan
lemak darah penderita dilakukan setelah puasa selama 12—16
jam. Kadar kolesterol diukur dengan metoda Chod-Pap dan
trigliserida dengan metoda fully -enzymatic.
2) Alat yang dipakai
Jarum akupunktur yang terbuat dari baja tahan karat nomor
32 ukuran 1 cun (inci) buatan Cina.
3) Cara penusukan
Penderita berbaring dalam keadaan terlentang. Daerah di sekitar titik akupunktur yang ditentukan dibersihkan dengan
kapas alkohol, lalu dilakukan penusukan dengan jarum akupunktur steril pada titik-titik tersebut. Jarum ditusukkan perpendikular sampai mendapat te-ci (sensasi penjaruman), kemudian jarum ditinggal selama 15 menit. Penusukan diberikan
2 kali seminggu sampai mencapai 1 seri (10 kali kunjungan).
Penderita yang termasuk kelompok akupunktur dan diet dikirim ke Bagian Gizi RSCM untuk memperoleh penerangan
mengenai diet yang harus dilakukan.
4) Titik-titik yang dipilih
• Cung Wan (XIII.12) : Terletak di garis tengah perut, di pertengahan fara prosesus xifoideus dan umbilikus. Vaskularisasi
oleh arteri dan vena epigastrika superior. Inervasi oleh nervus
interkostalis VII cabang kutaneus anterior.
• Kung Sun (IV.4) : Terletak di tepi medial kaki pada lekuk
anterior dan inferior dari basis os metatarsal I di kulit pada
batas warna merah dan putih. Vaskularisasi oleh arteri tarsalis
medialis dan jala vena dorsalis kaki. Inervasi oleh nervus sa-
fenus dan cabang nervus peroneus superfisialis.

• San Yin Ciao (IV.6) : Terletak 3 cun tepat di atas puncak
maleolus medialis, di antara tepi posterior tibia dan m. soleus,
bagian yang lebih dalam terletak pada m. fleksor digitorum
longus. Vaskularisasi oleh vena safena magna, arteri dan vena
tibialis posterior. Inervasi di bagian permukaan oleh nervus
kutaneus kruris medialis dan di sebelah dalam pada bagian
posterior oleh nervus tibialis.
• Ci Cuen (XII.8) : Terletak di bagian medial sendi lutut.
Bila lutut dalam keadaan fleksi, titik ini terletak di ujung lekuk
transversal poplitea, pada tepi posterior kondilus medialis
tibia dan pada tepi anterior insersio muskulus semimembranosus dan muskulus semitendinosus. Vaskularisasi oleh vena
safena magna di bagian anterior, dalam perjalanan arteri genu
suprema. Inervasi oleh cabang nervus safenus.

Gambar 1.

Lokasi titik Cung Wan (XIII.12)
(Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture).

Gambar 4.
Gambar 2.

Lokasi titik Kung Sun (IV.4)
(Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture).

Gambar 3.

Lokasi titik San Yin Ciao (IV.6)
(Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture).

Lokasi titik di Cuen (XII.8)
(Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture).

5) Evaluasi
Pada akhir penelitian diadakan evaluasi dengan pemeriksaan
kimia darah kembali dengan cara yang sama seperti sebelumnya.
Evaluasi dilakukan terhadap :
a. Lipoprotein (kolesterol dan trigliserida).
Hasil penelitian
• sangat baik terdapat penurunan kadar kolesterol dan
trigliserida sampai nilai normal (di bawah batas maksimum).
• baik : terdapat penurunan kadar kolesterol dan trigliserida tapi masih di atas nilai normal.
• gagal : tidak terdapat penurunan yang berarti (tetap)
atau terdapat peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, kolesterol menurun dan trigliserida meningkat,
trigliserida menurun dan kolesterol meningkat.
b. Kolesterol saja.
Hasil penelitian
• sangat baik : terdapat penurunan kadar kolesterol
sampai nilai normal (di bawah batas maksimum).
• baik : terdapat penurunan kadar kolesterol tapi masih di
atas nilai normal.
• gagal : tidak terdapat penurunan atau terdapat peningkatan kadar kolesterol.
c. Trigliserida saja.
Hasil penelitian

• sangat baik : terdapat penurunan kadar trigliserida
Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

27
sampai nilai normal (di bawah batas maksimum).
• baik : terdapat penurunan kadar trigliserida tapi masih
di atas nilai normal.
• gagal : tidak terdapat penurunan atau terdapat pening-

katan kadar trigliserida.
Penelitian dianggap berhasil bila penderita termasuk dalam
penilaian sangat baik dan baik. Juga dilakukan perhitungan
statistik dengan rumus t Fisher untuk melihat efek akupunktur
terhadap kadar kolesterol dan trigliserida.
HASIL PENELITIAN
Tabel I. Gambaran kadar kolesterol total dan trigliserida sebelum dan

sesudah akupunktur serta hasil evaluasi penelitian
Kolesterol total
( mg/dl)

No.

sebelum
akp.

4.

5.
6.
7.
8.

sesudah
akp.

307
290
327
72
280
268
322
284

1.
2.
3.

Trigliserida
(mg/dl)
sebelum
sesudah
akp.
akp.

243
197
267
248
177
235
234
196

356
165
214
172
224
178
236
220

Hasil evaluasi
penelitian

274
104
270
152
145
112
182
300

baik
sangat baik
gagal
baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
gagal

Dari tabel di atas tam pak penurunan kadar kolesterol pada 8 kasus,
pada 5 kasus sampai nilai normal, pada 3 kasus masih di atas nilai
normal. Trigliserida meningkat pada 5 kasus, 1 masih di atas nilai
normal dan pada 2 kasus terjadi peningkatan. Hasil evaluasi penelitian :
sangat baik pada 4 kasus, baik pada 2 kasus dan gagal 2 kasus.
Tabel II. Gambaran kadar kolesterol dan trigliserida sebelum dan sesudah akupunktur dan diet serta hasil evaluasi penelitian

No.

Kolesterol total
( mg/dl)

Trigliserida
( mg/dl)

sebelum
sesudah
sebelum
akp + diet akp + diet akp + diet

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

274
308
270
278
300
273
337
276

218
230
268
198
268
250
232
254

Hasil evaluasi

sesudah
akp + diet

164
180
214
105
237
128
240
168

162
165
197

87
199
124
194
162

sangat baik
sangat baik
gagal
sangat baik
baik
baik
sangat baik
baik

Dari tabel di atas tampak penurunan kadar kolesterol yang meningkat
pada 7 kasus, pada 1 kasus tetap (4 sampai nilai normal, 3 masih di atas
normal). Pada 3 kasus dengan trigliserida yang meningkat, terdapat penurunan sampai nilai normal. Hasil evaluasi penelitian adalah sangat
baik pada 4 kasus, baik pada 3 kasus, gagal 1 kasus.

Tabel III. Hasil penelitian menurut jenis lipoprotein yang meningkat
pada masing-masing kasus
No.

Jenis lipoprotein
yang meningkat

Jumlah
kasus

Hasil penelitian
sangat
baik

1.

2.

kolesterol &
trigliserida
kolesterol
Jumlah

28

baik

gagal

8

3 (37,5%) 2 (25%)

8

5 (62,5%)

3 (37,5%) 0 (0%)

8 (50%)

5 (31,25%) 3 (18,75%)

16

Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987

3 (37,5%)

Dari tabel di atas tampak penelitian berhasil pada 81,25% dari 16 kasus
hiperlipoproteinemia dengan perincian sebagai berikut : sangat baik
50% (8 kasus), baik 31,25% (5 kasus) dan gagal 18,75% (3 kasus).
Tabel IV. Efek akupunktur pada kadar kolesterol yang meningkat
dengan hasil evaluasirya

No.

Sebelum akupunktur
( mg/dl)

Sesudah akupunktur
(mg/dl)

Hasil evaluasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

274
307
290
327
308
270
278
272
300
273
280
337
268
276
322
284

218
243
197
267
230
268
198
248
268
250
224
232
235
254
234
196

sangat baik
baik
sangat baik
baik
sangat baik
gagal
sangat baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
baik
sangat baik
sangat baik

Dari tabel di atas tampak akupunktur berhasil menurunkan kadar kolesterol pada 15 kasus dan pada 1 kasus tetap, dengan evaluasi sangat
baik pada 9 kasus (56,25%), baik pada 6 kasus (37,5%) dan gagal pada
1 kasus (6,25%).
Tabel V. Efek akupunktur pada kadar trigliserida yang meningkat dan
hasil evaluasinya

No.

Sebelum akupunktur
(mg/dl)

Sesudah akupunktur
(mg/dl)

Hasil evaluasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

356
214
214
237
224
240
236
220

274
270
197
199
145
194
182
300

baik
gagal
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
gagal

Dan tabel di atas tampak akupunktur berhasil menurunkan kadar trigliserida pada 6 kasus, dengan evaluasi sangat baik pada 5 kasus (62,5%),
baik pada 1 kasus (12,5%) dan gagal pada 2 kasus (25%).
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK
AKUPUNTEK

More Related Content

What's hot

Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Mekanisme Transport Na dan K
Mekanisme  Transport Na dan KMekanisme  Transport Na dan K
Mekanisme Transport Na dan Kawarisusanti
 
52320021 dosis-obat-farset-dasar
52320021 dosis-obat-farset-dasar52320021 dosis-obat-farset-dasar
52320021 dosis-obat-farset-dasarWong Polos
 
Praktikum uji makanan
Praktikum uji makananPraktikum uji makanan
Praktikum uji makananLia Sulistia
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakSyscha Lumempouw
 
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIRindang Abas
 
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratSimpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratArgo Dio
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKSurya Amal
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaDika Saja
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hatiandikabudiarto
 

What's hot (20)

Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Blood gas analyzer
Blood gas analyzerBlood gas analyzer
Blood gas analyzer
 
Mekanisme Transport Na dan K
Mekanisme  Transport Na dan KMekanisme  Transport Na dan K
Mekanisme Transport Na dan K
 
52320021 dosis-obat-farset-dasar
52320021 dosis-obat-farset-dasar52320021 dosis-obat-farset-dasar
52320021 dosis-obat-farset-dasar
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Makalah parasitologi
Makalah parasitologiMakalah parasitologi
Makalah parasitologi
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
 
Herbal untuk batuk
Herbal untuk batukHerbal untuk batuk
Herbal untuk batuk
 
Praktikum uji makanan
Praktikum uji makananPraktikum uji makanan
Praktikum uji makanan
 
Aterosklerosis
AterosklerosisAterosklerosis
Aterosklerosis
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Hormon kelenjar adrenalin
Hormon kelenjar adrenalinHormon kelenjar adrenalin
Hormon kelenjar adrenalin
 
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
 
Buku DOEN 2015
Buku DOEN 2015 Buku DOEN 2015
Buku DOEN 2015
 
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratSimpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 

Viewers also liked (20)

01 akupunktur-power-pont-terbaru
01 akupunktur-power-pont-terbaru01 akupunktur-power-pont-terbaru
01 akupunktur-power-pont-terbaru
 
Lokasi titik akupresur untuk gangguan kesehatan umum 2 2
Lokasi titik akupresur untuk gangguan kesehatan umum 2 2Lokasi titik akupresur untuk gangguan kesehatan umum 2 2
Lokasi titik akupresur untuk gangguan kesehatan umum 2 2
 
Sistem limfatik jadi
Sistem limfatik jadiSistem limfatik jadi
Sistem limfatik jadi
 
Kht Cibinong
Kht CibinongKht Cibinong
Kht Cibinong
 
Teori dasar akupresur
Teori dasar akupresurTeori dasar akupresur
Teori dasar akupresur
 
Analisa & Herbanya
Analisa & HerbanyaAnalisa & Herbanya
Analisa & Herbanya
 
Panduan bekam & titik bekam
Panduan bekam & titik bekamPanduan bekam & titik bekam
Panduan bekam & titik bekam
 
6 teknik diagnosa
6 teknik diagnosa6 teknik diagnosa
6 teknik diagnosa
 
Iridology
IridologyIridology
Iridology
 
Diagnosa penyakit
Diagnosa penyakitDiagnosa penyakit
Diagnosa penyakit
 
Fisioterapi
FisioterapiFisioterapi
Fisioterapi
 
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi) Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
 
Elbow : Fisioterapi
Elbow : FisioterapiElbow : Fisioterapi
Elbow : Fisioterapi
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Iridology
IridologyIridology
Iridology
 
HotSpot Gateway
HotSpot GatewayHotSpot Gateway
HotSpot Gateway
 
Wireless Hotspot: The Hackers Playground
Wireless Hotspot: The Hackers PlaygroundWireless Hotspot: The Hackers Playground
Wireless Hotspot: The Hackers Playground
 
Panduan singkat validasi pip dikmen
Panduan singkat validasi pip dikmenPanduan singkat validasi pip dikmen
Panduan singkat validasi pip dikmen
 
Hotspot presentation final
Hotspot presentation  finalHotspot presentation  final
Hotspot presentation final
 
Instalasi end note 9
Instalasi end note 9 Instalasi end note 9
Instalasi end note 9
 

Similar to AKUPUNTEK

akupuntur PPT.pptx
akupuntur PPT.pptxakupuntur PPT.pptx
akupuntur PPT.pptxNowoRetno
 
dokumen.tips_ppt-akupuntur.ppt
dokumen.tips_ppt-akupuntur.pptdokumen.tips_ppt-akupuntur.ppt
dokumen.tips_ppt-akupuntur.pptnurul603653
 
Askep akupuntur
Askep akupunturAskep akupuntur
Askep akupunturDayu Mas
 
Pengobatan dengan Al Qur'an
Pengobatan dengan Al Qur'anPengobatan dengan Al Qur'an
Pengobatan dengan Al Qur'anWiwit Laliyo
 
01 akupunktur-power-pont-terbaru 2
01 akupunktur-power-pont-terbaru 201 akupunktur-power-pont-terbaru 2
01 akupunktur-power-pont-terbaru 2Yabniel Lit Jingga
 
Terapi somatik dan terapi alternatif
Terapi somatik dan terapi alternatifTerapi somatik dan terapi alternatif
Terapi somatik dan terapi alternatifMuhammad Riduansyah
 
Kanker dan terapi komplementer reiki
Kanker dan terapi komplementer reikiKanker dan terapi komplementer reiki
Kanker dan terapi komplementer reikiMiftahul Mizan
 
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).doc
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).docTUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).doc
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).docMuhammad Shobirin
 
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakitYabniel Lit Jingga
 
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresur
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresurTugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresur
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresuryulnda
 

Similar to AKUPUNTEK (20)

Chapter i 2
Chapter i 2Chapter i 2
Chapter i 2
 
Chapter i 3
Chapter i 3Chapter i 3
Chapter i 3
 
akupuntur PPT.pptx
akupuntur PPT.pptxakupuntur PPT.pptx
akupuntur PPT.pptx
 
Sejarah akupuntur 2
Sejarah akupuntur 2Sejarah akupuntur 2
Sejarah akupuntur 2
 
Medical innovation (titas) final touch
Medical innovation (titas) final touchMedical innovation (titas) final touch
Medical innovation (titas) final touch
 
dokumen.tips_ppt-akupuntur.ppt
dokumen.tips_ppt-akupuntur.pptdokumen.tips_ppt-akupuntur.ppt
dokumen.tips_ppt-akupuntur.ppt
 
Temu bual akupunktur
Temu bual akupunkturTemu bual akupunktur
Temu bual akupunktur
 
Askep akupuntur
Askep akupunturAskep akupuntur
Askep akupuntur
 
Meditasi Pernafasan
Meditasi PernafasanMeditasi Pernafasan
Meditasi Pernafasan
 
Pengobatan dengan Al Qur'an
Pengobatan dengan Al Qur'anPengobatan dengan Al Qur'an
Pengobatan dengan Al Qur'an
 
01 akupunktur-power-pont-terbaru 2
01 akupunktur-power-pont-terbaru 201 akupunktur-power-pont-terbaru 2
01 akupunktur-power-pont-terbaru 2
 
Terapi somatik dan terapi alternatif
Terapi somatik dan terapi alternatifTerapi somatik dan terapi alternatif
Terapi somatik dan terapi alternatif
 
Kanker dan terapi komplementer reiki
Kanker dan terapi komplementer reikiKanker dan terapi komplementer reiki
Kanker dan terapi komplementer reiki
 
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).doc
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).docTUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).doc
TUGAS KELOMPOK ETNOMEDIKA. B1 (1).doc
 
0510156 chapter1
0510156 chapter10510156 chapter1
0510156 chapter1
 
0510156 chapter1 3
0510156 chapter1 30510156 chapter1 3
0510156 chapter1 3
 
0510156 chapter1 4
0510156 chapter1 40510156 chapter1 4
0510156 chapter1 4
 
0510156 chapter1 2
0510156 chapter1 20510156 chapter1 2
0510156 chapter1 2
 
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit
24 opini akupunktur dalam pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit
 
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresur
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresurTugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresur
Tugas kep jiwa sm makalah tentang terapi akupresur
 

More from Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 
Soleh 2078
Soleh 2078Soleh 2078
Soleh 2078
 

AKUPUNTEK

  • 1.
  • 2. Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma Daftar Isi : 2. Editorial Artikel : Karya Sriwidodo 3. Akupunktur dan Perkembangannya 6. Sejarah Perkembangan Unit Akupunktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 8. Beberapa Alat Elektronik Yang Dipakai dalam Akupunktur 14. Pengobatan Vitiligo dengan Akupuntur 17. Pengaruh Akupunktur terhadap Nilai Gama Globulin 20. Efek Penusukan Titik San Yin Ciao (IV, 6) terhadap Hiperglikemia pada NIDDM 24. Efek Akupunktur pada Hiperlipoproteinemia 31. Akupunktur Analgesi pada Bedah Beku di Daerah Penis 35. Pengobatan Nyeri Kepala dengan Akupunktur 37. Sonopunktur Percobaan Awal Pembuatan Antibodi Monoklonal terhadap "Human Chorionic Gonadotropin" dengan Metoda Hibridoma 43. Imunmodulator 47. Gambaran Preskripsi Obat-obat Benzodiazepin pada Tiga Rumah Sakit Kelas C di Jawa 50. Dilema pada Hewan Percobaan untuk Pemeriksaan Produk Biologis 40. 53. Perkembangan : Aplikasi Ceretec pada Scanning Perfusi Serebral Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis 54. 56. 58. 59. 60. Hukum & Etika : Tepatkah Tindakan Saudara ? Humor Ilmu Kedokteran Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran Kalender Kegiatan Ilmiah Abstrak-abstrak
  • 3. Entah benar tidak, konon pada laman dahulu ada seorang prajurit yang kebetulan sedang sakit, terkena panah dalam suatu pertempuran. Yang aneh adalah, memang ia luka karena anak panah itu, tetapi penyakit yang sedang dideritanya malah sembuh. Maka, dimulailah era pengobatan akupunktur. Walaupun mekanisme kerja akupunktur itu sampai kini masih membingungkan, tapi mau tidak mau kita akan tercengang dan percaya, bahwa efek penyembuhan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum jarum halus pada titiktitik tertentu di kulit dengan kedalaman hanya beberapa milimeter - itu ada dan terbukti. Bahkan, indikasi penggunaannya demikian banyak dan luas, jauh melebihi yang dapat kita bayangkan semula! Ada sekian ratus titik pada tubuh kita, yang tercakup dalam 12 meridian umum, 12 meridian cabang, dan 8 meridian istimewa, ditambah lagi titik-titik "ah se", yaitu titik lokal di mana tempat nyeri berada; sehingga dalam menentukan titik-titik penusukan, seorang ahli akupunktur harus juga mempunyai jiwa seni. Walaupun memang ada patokan titik-titik tertentu untuk suatu penyakit, tetapi seorang ahli yang berpengalaman akan menentukan sendiri titik-titik pilihannya berdasarkan hasil. pemeriksaannya dan pengetahuannya mengenai ilmu akupunktur. Anehnva lagi, walaupun ilmu ini berasal dari dunia bagian Timur, namun nyatanya ia menjadi populer lewat dunia Barat. Ini mungkin sekali karena publikasi baik melalui tulisan atau cara-cara lain, dunia Timur tertinggal dari dunia Barat. Kini, bermacam peralatan canggih telah diciptakan, sehingga pengobatan secara akupunktur semakin canggih pula dan modern. Ada elektrostimulator, neurometer, dermatron, ultrasound, alat laser; sampai sampai kepada vulpen akupunktur yang menggunakan baterei dan dapat digunakan sendiri dengan hanya menempelkan pada kulit. Alat yang praktis dan sederhana ini, katanya akan dapat menggantikan kedudukan Aspirin, karena ia bebas dari efek samping! Redaksi 2 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987
  • 4. Artikel Akupunktur dan Perkembangannya Dr. Dharma K. Widya Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta PENDAHULUAN Istilah akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punctura yang berarti menusuk atau menembus. Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan dengan penusukan titik-titik tertentu di permukaan tubuh untuk mengobati suatu penyakit. Ia merupakan bagian dari Ilmu Pengobatan Cina dan telah dikenal sejak kira-kira empat-lima ribu tahun yang lalu. Hal itu diungkapkan dalam buku "The Yellow Emperors Classic of Internal Medicine", suatu ensiklopedi Ilmu Pengobatan Cina yang diterbitkan sekitar tahun 770—221 sebelum Masehi. Bahan jarum yang digunakan mula-mula adalah dari batu, kemudian berubah dengan digunakannya bahan dari bambu, tulang, perunggu, dan logam-logam lainnya. Pada saat ini telah dikembangkan berbagai teknik untuk perangsangan titik akupunktur sebagai pengganti jarum, seperti Ultrasound, Laser, dan lain-lain. Cara pengobatan ini berkembang ke Korea, Jepang dan negara-negara lain. Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC dalam bukunya mengenai rematik yang diterbitkannya di London pada tahun 1683 mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur. Engelbert Kampfer, seorang Jerman, di Jepang mempelajari Ilmu Akupunktur dan menulis tentang akupunktur dalam bukunya yang terbit pada tahun 1712. Di Perancis dan di Inggris akupunktur dikenal pula sejak abad XVIII. Pada abad XX ini akupunktur menarik minat kalangan medis di Amerika Serikat, walaupun sebelumnya telah dikenal dalam kalangan terbatas. Di Indonesia sendiri pada tahun 1963 dibentuk Team Riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur termasuk akupunktur atas instruksi Menteri Kesehatan saat itu, Prof. Dr. Satrio. Dan mulai saat itu pengobatan akupunktur diadakan secara resmi di Rumah Sakit Umum Pusat Jakarta. KONSEP DASAR Di dalam sejarah perkembangan akupunktur dikenal beberapa konsep dasar sebagai berikut: • Yin Yang Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat dibagi dan mempunyai dua aspek yang saling bertentangan tapi saling membentuk, bagaikan dua sisi mata uang yang paling bertolak belakang tetapi keduanya membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Yang melambangkan sesuatu yang positif, terang, atas, panas, siang, simpatis, ekstrovert, progresif, akut dan sejenisnya. Sedangkan Yin melambangkan sesuatu yang negatif, gelap, bawah, dingin, malam, parasimpatis, introvert, regresif, kronis dan sejenisnya. Panilaian Yin dan Yang tidaklah mutlak. Sesuatu yang bersifat Yang akan menjadi bersifat Yin bila dibandingkan dengan sesuatu yang lebih Yang, dan sebaliknya. Di dalam unsur Yin terdapat Yang, di dalam unsur Yang terdapat Yin, tiada sesuatu yang bersifat Yin mutlak atau Yang mutlak. Yin dan Yang membentuk keseimbangan. Hilangnya kesei mbangan antara Yin dan Yang akan menyebabkan timbulnya keadaan abnormal/patologis. • Lima Unsur/Lima Fase Teori ini berkembang dari Teori Yin Yang. Dengan menilai sifat-sifat khusus dari suatu benda dan kuat lemahnya unsur Yin dan Yang di dalamnya, maka digolongkanlah bendabenda dalam Lima Unsur atau Lima Fase. Disebut Lima Fase karena melambangkan proses alamiah yang dialami oleh sesuatu benda sejak awal terciptanya sampai termusnah. Kelima unsur/fase tersebut adalah: Kayu—Api—Tanah—Logam—Air. Kelimanya membentuk suatu siklus yang saling berhubungan satu sama lain dan tiap unsur mempunyai hubungan tertentu Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 3
  • 5. dengan unsur lainnya secara khusus. Penerapan teori ini dalam pengobatan merupakan suatu hal yang agak kompleks. • Ci dan Meridian Yang dimaksud dengan Ci (pada manusia) adalah energi yang terdapat dalam tubuh manusia yang memberikan "kehidupan" pada seluruh bagian tubuh tersebut. Selain itu dikenal pula adanya Ci yang terdapat dalam udara, makanan dan sebagainya. Ci mengalir dalam saluran tertentu dalam tubuh manusia yang tersusun teratur secara membujur dan melintang yang disebut meridian. Terdapat 12 meridian umum, 12 meridian cabang, 8 meridian istimewa dan sebagainya yang kesemuanya membentuk suatu sistem saluran tersendiri dalam tubuh bagaikan jala yang terjalin erat. Dengan adanya sistem meridian ini maka perangsangan titik akupunktur di permukaan tubuh dapat disalurkan ke tempat-tempat yang dituju. MEKANISME KERJA Di dalam il mu Akupunktur, keadaan sakit terjadi apabila timbul ketidakseimbangan antara Yin dan Yang dalam tubuh. Ketidakseimbangan itu dapat berupa suatu ekses (hiperfungsi, terlalu kuat) atau defisien (hipofungsi, terlalu lemah). Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai penyebab penyakit seperti keadaan cuaca/udara, gangguan emosi, kebiasaan makanminum yang salah, cara hidup yang keliru, trauma dan sebagainya. Dengan pemeriksaan akupunktur dapat ditentukan diagnosis, lokasi kelainan, penyebab penyakit dan dengan demikian dapat pula ditentukan titik-titik dan cara stimulasi yang diperlukan untuk memulihkan keseimbangan yang terganggu itu. Keadaan yang defisien harus diperkuat dengan stimulasi ringan dan keadaan yang ekses harus dilemahkan dengan stimulasi kuat. Terdapat berbagai titik akupunktur yang mempunyai indikasi khusus untuk maksud tersebut, selain dikenal pula titik simtomatik untuk menghilangkan keluhan tertentu. Berbagai penelitian telah dilakukan dalam kalangan kedokteran modern untuk menyelidiki akupunktur dalam berbagai aspeknya. Kini telah diketahui bahwa titik akupunktur mempunyai sifat - sifat yang berbeda dengan daerah kulit di sekitarnya, seperti potensial listrik lebih tinggi, tahanan listrik lebih rendah, daya hantar listrik lebih tinggi, daya hantar gelombang suara lebih tinggi, mempunyai hubungan dengan saraf otonom (titik akupunktur disebut pula zone of autonomic concentration) dan sebagainya. Adanya titik akupunktur dapat diperlihatkan dengan point detector dari alat akupunktur listrik. Namun sampai saat ini belum didapatkan keterangan yang memuaskan mengenai mekanisme kerja akupunktur secara menyeluruh. Berbagai teori telah dikemukakan untuk mencoba menjelaskan hal itu. Antara lain dikemukakan bahwa akupunktur bekerja melalui susunan saraf pusat, susunan saraf otonom, refleks kutaneoviseral/visero-kutaneal, mobilisi pertahanan dan regenerasi jaringan, pelepasan zat-zat neurohumoral, teori stres dan adaptasi, teori Gate Control dan lain-lain. Akhir-akhir ini dikemukakan pula teori adanya perangsangan pelepasan senyawa morfin endogen dalam tubuh sebagai akibat pe4 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 rangsangan titik akupunktur. Hal tersebut menyebabkan ambang rangsang nyeri meninggi dan menimbulkan efek analgesi . INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI Akupunktur telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, baik secara tersendiri ataupun bersama cara pengobatan lain. Laporan "The New York State Commision on Acupuncture" (1974) menyatakan bahwa akupunktur telah digunakan untuk analgesi dalam berbagai bidang pembedahan dan untuk mengobati berbagai penyakit. Dinyatakan pula bahwa akupunktur paling efektif untuk pengobatan spasme otot rangka, spasme otot visera seperti dismenore dan diare. Keadaan lain yang seringkali dapat diobati dengan akupunktur adalah neuralgia trigeminal, hipertensi, hipotensi, bronkitis kronis, asma bronkiale, gejala putus obat dari penderita ketagihan obat, sakit kepala (migraine dan tension), artritis (khususnya osteoartritis), insomnia, konstipasi, paralisis (pasca cardio-vascular accidents), kelainan dengan komponen fungsional yang menonjol, dan neuralgia post-herpetica, serta tuli neurogenik. Dikemukakan pula adanya berbagai efek akupunktur yang menarik. Misalnya peningkatan sel darah putih dalam sirkulasi darah, penurunan kadar kolesterol dan trigliserida, peningkatan gamma globulin, efek normalisasi pada tekanan darah dan denyut jantung, percepatan masa persalinan; yang kesemuanya memerlukan penelitian lebih lanjut. Selanjutnya laporan itu menyatakan pula bahwa apabila akupunktur dilakukan oleh seorang dokter atau akupunkturis yang terlatih dengan baik, dan menguasai anatomi dan neurologi, maka tindakan penusukan akupunktur adalah sangat aman. Terdapat titik-titik yang telarang untuk ditusuk atau harus ditusuk dengan sangat hati-hati. Masalah sterilisasi dan tindakan aseptik pun harus mendapat perhatian untuk mencegah bahaya infeksi. Efek samping yang umum adalah sincope, selain itu dapat terjadi pneumotoraks, hematom, kerusakan saraf, perangsangan saraf, tinitus, anestesi dan gangguan keseimbangan dan eksaserbasi gejala yang ada atau nyeri yang diobati. Yang terakhir ini biasanya mereda dalam satu atau dua hari dengan pengobatan tambahan. Namun ada pula efek samping yang menguntungkan. Tidak jarang seorang pasien wanita yang berobat untuk migraine melaporkan adanya perbaikan dalam kelainan menstruasinya, atau sebaliknya. Atau pasien yang diobati untuk nyeri pinggang bawah mendapat perbaikan dalam kebiasaan defekasi atau inkontinensia urin. Hal itu menunjukkan adanya efek normalisasi dari fungsi organ pada penusukan akupunktur. Kontra indikasi akupunktur adalah: kehamilan (dapat menyebabkan abortus pada kehamilan muda), keadaan di mana akupunktur diketahui tidak akan efektif, pasien yang belum diperiksa secara medis dengan teliti, keganasan, infeksi akut/aktif, keadaan yang memerlukan tindakan operatif. Di dalam majalah WHO Edisi Desember 1979, terdapat daftar dari penyakit-penyakit yang memungkinkan untuk diobati dengan akupunktur, diajukan oleh The WHO Inter-
  • 6. regional Seminar sebagai berikut : — Saluran pernapasan atas : sinusitis akut, rinitis akut, common cold, tonsilitis akut. — Sistem pernapasan: bronkitis akut, asma bronkiale (paling efektif pada anak-anak dan penderita tanpa komplikasi). — Kelainan mata: konjungtivitis akut, retinitis sentralis, miopia (pada anak-anak), katarak (tanpa komplikasi). — Kelainan mulut nyeri gigi, nyeri pasca pencabutan, gingivitis, faringitis akut dan kronis. — Kelainan gastro-intestinal spasme esofagus dan kardia, hiccough, gastroptosis, gastritis akut dan kronis, hiperasiditas gaster, ulkus duodenum kronis (penyembuhan nyeri), ulkus duodenum akut (tanpa komplikasi), kolitis akut dan kronis, disentri basiler akut, konstipasi, diare, ileus paralitik. — Kelainan neurologik dan muskulo-skeletal: nyeri kepala, migraine, neuralgia trigeminal, kelumpuhan muka (stadium awal, yaitu dalam tiga sampai enam bulan), paresis pasca stroke, neuropati perifer, sekuele poliomielitis (stadium awal, yaitu dalam enam bulan), penyakit Meniere, disfungsi kandung kemih neurogenik, enuresis nokturnal, neuralgia interkostal, sindroma servikobrakial,frozen shoulder, tennis elbow, skiatika, nyeri pinggang bawah,osteoartritis. PENUTUP Akupunktur yang dikenal sejak beberapa ribu tahun yang lalu ternyata merupakan salah satu cara pengobatan yang terbukti efektif sampai sekarang. Berbagai penemuan dan penelitian yang berhubungan dengan akupunktur telah dikembangkan. Pada sat ini terdapat berbagai teknik baru dan alatalat listrik yang membantu dalam diagnosis dan terapi, antara lain: — Akupunktur telinga, akupunktur kulit kepala, akupunktur muka, akupunktur hidung, akupunktur tangan, akupunktur kaki. — Aquapunktur (injeksi titik akupunktur dengan zat tertentu), elektroakupunktur rangsangan/getaran listrik pada jarum akupunktur/titik akupunktur), Sonopunktur (stimulasi titik akupunktur dengan ultrasound), Laserpunktur (stimulasi titik akupunktur dengan sinar Laser). — Ryodoraku (Nakatani): melihat kelainan pada meridian dengan pengukuran hantaran listrik pada titik tertentu di kulit, juga dapat untuk terapi dengan stimulasi listrik pada reactive electro-permeable point. — Akabane: pemeriksaan sensitivitas panas pada titik yang terdapat di ujung jari yang merupakan titik akhir meridian; ketidakseimbangan yang besar antara kiri dan kanan menyatakan adanya ketidakseimbangan meridian/organ yang bersangkutan. — Electro-acupuncture According to Voll (EAV): suatu alat untuk mengetahui kadaan patologis organ-organ dalam tubuh dengan pengukuran pada titik-titik tertentu dan dapat pula digunakan untuk terapi. — Fotografi Kirlian Kirlian : teknik fotografi yang memperlihatkan adanya emisi panas dari titik akupunktur/ meridian. Sebagai suatu cara pengobatan yang sederhana, murah dan efektif, akupunktur diharapkan dapat memberikan sumbangannya untuk peningkatan kesehatan masyarakat khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Dinyatakan dalam majalah WHO 1979, titik tolak masalahnya kini bukanlah: "Does acupuncture work?", tetapi ' How can acupuncture best applied to serve humanity?" Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 5
  • 7. Sejarah Perkembangan Unit Akupunktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Dr. Haryanto Budi Unit Akupunktur RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Akupunktur merupakan salah satu cabang Ilmu Kedokteran Timur yang telah lama dikenal di Indonesia, bersama dengan datangnya perantau Cina ke Indonesia. Namun suatu lembaga pengobatan akupunktur resmi di Indonesia baru muncul pada tahun 1963. Pada tahun itu oleh Menteri Kesehatan R.I. dibentuk team riset Ilmu Pengobatan Timur, dengan tujuan meneliti dan mengembangkan pengobatan Timur, antara lain tentang penggunaan jamu dan akupunktur sebagai sarana peningkatan kesehatan masyarakat. Ditetapkan Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta sebagai pilot proyek dalam bidang akupunktur. Beberapa dokter dari berbagai bidang keahlian di lingkungan FKUI/RSCM mengikuti pendidikan Ilmu Akupunktur di RSCM. Untuk pertama-kalinya pendidikan tersebut diberikan oleh team dokter dari Republik Rakyat Cina, di bawah pimpinan Dr. Huang Sien Ming yang datang ke Indonesia atas undangan Pemerintah R.I. Dalam pengamatan klinik telah dilihat manfaat pengobatan akupunktur dan ternyata sambutan masyarakat cukup besar. Klinik Akupunktur RSCM ini kemudian berkembang menjadi Sub-bagian Akupunktur dari bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Kepala Sub-bagian ini adalah Prof. Dr. Oei Eng Tie. Poliklinik pada saat itu bertempat di barak 2 RSCM dengan 3 tempat tidur untuk penderita rawat jalan. Pada tahun 1966, Direktur RSCM memberi kesempatan bagi calon dokter lulusan FKUI untuk melamar menjadi asisten ahli Akupunktur, di samping kesempatan untuk melamar sebagai asisten ahli Pulmonologi dan Kardiologi. Pada tahun 1967, Sub-bagian Akupunktur FKUI/RSCM berkembang menjadi Bagian Akupunktur RSCM dengan bertempat di sudut gedung Eykman di sayap kanan kompleks RSCM. Poliklinik Akupunktur saat itu memiliki 9 tempat tidur untuk penderita rawat jalan dan dikelola oleh 5 orang dokter. Sejak tahun 1969, pimpinan Bagian Akupunktur RSCM dipercayakan kepada Dr. Juliar Sihlman, setelah beliau mem6 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 perdalam Ilmu Akupunktur selama setahun lebih pada Ludwig Boltzmann Acupuncture Institute, Vienna. Beliau menyusun buku sederhana yang memberi petunjuk tentang titik-titik akupunktur, yang merupakan buku akupunktur pertama dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1970, untuk pertama kalinya Bagian Akupunktur RSCM memberikan keterangan keahlian dalam bidang Ilmu Akupunktur kepada beberapa dokter yang sudah cukup lama belajar dan bekerja di Bagian Akupunktur RSCM, antara lain kepada Dr. Tse Ching San, Dr. Erastus Wangsa Saputra, Dr. Stefanus Wiran dan Dr. Haryanto Budi yang sampai saat ini semua masih bertugas membina Unit Akupunktur RSCM; juga kepada Dr. Kiswojo yang kemudian pindah tugas ke ternpat lain. Menjelang akhir masa jabatan Dr. Juliar Sihlman, yaitu pada tahun 1971, pimpinan Bagian Akupunktur RSCM dipercayakan kepada Dr. Tse Ching San. Menyadari akan minat penderita untuk berobat akupunktur yang meningkat serta timbulnya minat para dokter untuk mempelajari Ilmu Akupunktur, Bagian Akupunktur menyiapkan diri dengan menyusun kurikulum pendidikan dokter ahli akupunktur, serta melengkapinya dengan buku-buku ilmiah tentang Ilmu Akupunktur. Pada tahun 1972, Ilmu Akupunktur menarik perhatian ilmu Kedokteran Barat setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat ke RRC. Pada tahun itu pula Bagian Akupunktur RSCM untuk pertama kalinya mendapat kepercayaan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang mengirimkan 3 orang dokter untuk dididik menjadi dokter ahli dalam bidang Ilmu Akupunktur. Sejak itu hampir setiap tahun Bagian Akupunktur RSCM menerima tugas dari Departemen Kesehatan RI untuk mendidik 3 — 4 orang dokter menjadi dokter ahli akupunktur. Pada tahun 1973, Bagian Akupunktur RSCM dengan bantuan Departemen Sosial menerbitkan buku tentang llmu Akupunktur yang pert ama di Indonesia. Juga dibuat peta akupunktur dalam tulisan latin dan disusun status poliklinik khusus
  • 8. pengobatan akupunktur. Pada tahun 1974 dan 1982 telah diilmiah kedokteran. Sebagai sarana penunjang, pada saat ini lakukan revisi kurikulum pendidikan dokter ahli akupunktur, tersedia lebih dari 200 judul buku ilmiah Ilmu Akupunktur dan dengan kurikulum ini masa pendidikan adalah 3 tahun. dalam bahasa lnggris , Jerman, Petancis dan Indonesia, serta Pada tahun 1976, Bagian Akupunktur RSCM pindah ke 80 jilid majalah akupunktur terbitan luar negeri. Pada tahun 1978 pendidikan keahlian dalam bidang akupunktur telah gedung poliklinik baru di lantai III sayap kanan dengan 11 diakui oleh Majelis Dokter Ahli Ikatan Dokter Indonesia tempat tidur untuk penderita rawat jalan. Pada saat ini Unit Akupunktur RSCM terus melengkapi (MDA IDI). diri dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baik dari Timur maupun dari Barat dalam bidang Ilmu Akupunktur. Perkembangan Unit Akupunktur RSCM sampai saat ini Sarana pelayanan masyarakat telah dilengkapi dengan alat- dimungkinkan dengan adanya bantuan, bimbingan serta pemalat mutakhir berupa berbagai jenis jarum akupunktur, ber- binaan dari Departemen Kesehatan, Direksi RSCM, FKUI, bagai stimulator listrik, Biolaser, Ultrasound, alat Voll dan MDA IDI, serta kerja sama dengan sejawat dari disiplin ilmu lain-lain. Sarana pelayanan telah pula melayani konsultasi kedokteran lainnya. Namun, sejauh ini dirasakan bahwa Ilmu sejawat dari disiplin keahlian lain di lingkungan FKUI/RSCM Akupunktur Kedokteran masih belum banyak dikenal oleh maupun dari luar RSCM. Berbagai kegiatan ilmiah dilakukan, kalangan dokter pada umumnya. Mengingat Akupunktur baik berupa penelitian di dalam unit sendiri, penelitian bermerupakan salah satu cara pengobatan yang berdaya-guna sama dengan sejawat disiplin ilmu kedokteran yang lain, dan berhasil-guna, kiranya perlu lebih ditingkatkan untuk memelalui keikutsertaan dalam seminar/simposium, ceramah, nunjang usaha kesehatan masyarakat sesuai dengan Sistem penataran, serta melalui penulisan dalam majalah-majalah Kesehatan Nasional. Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 7
  • 9. Beberapa Alat Elektronik Yang Dipakai dalam Akupunktur Dr. Shinta S Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta PENDAHULUAN lstilah akupunktur berasal dari kata acus dan punctura yang berarti jarum dan tusuk l ' 2 , jadi pada dasarnya alat yang dipakai terutama adalah jarum. Jarum dipakai untuk perangsangan titik-titik akupunktur. Selain itu, pada masa sekarang ini perangsangan dapat pula diberikan secara efektif dengan berbagai alat seperti Ultrasound (Sonopunktur), Laser, atau dengan arus listrik (elektroakupunktur). Perkembangan alat-alat elektronik dalam akupunktur dimulai sejak tahun 1816 di Perancis oleh Louis Berlioz. Pada tahun 1825, di Perancis elektroakupunktur dipakai untuk pengobatan gout, rematik dan lain-lain. L.H. Cohen (1875) mulai memakai elektroakupunktur untuk anestesi operasi tumor kelenjar di Amerika. Nakatani (1950) menemukan alat Neurometer yang digunakan untuk mencari lokasi titik akupunktur dan untuk terapi. Pada tahun 1953 Reinholdt Voll mengembangkan alat yang disebut EAV (Electroacupuncture According to Voll) yang berguna untuk diagnosis dan terapi 3,4,5 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bagian ini mempunyai prinsip yang sama dengan Ohmmeter atau Ampermeter, sehingga dapat menentukan letak titik akupunktur secara tepat, sekaligus mengukur besar tahanan listrik dan kekuatan arus listriknya4,6 . Prinsip kerja Ohmmeter : Telah diketahui bahwa tahanan arus listrik suatu benda baru dapat diukur bila dialirkan arus listrik ke benda tersebut. Pada Ohmmeter prinsipnya adalah benda dialiri listrik dan diukur tahanan listriknya (Gambar 1). Sedangkan pada Ampermeter, yang mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan sumber arus listrik karena sumbernya adalah benda yang diukur tersebut. ELEKTROAKUPUNKTUR Definisi : Penggunaan arus listrik untuk menstimulasi jarum akupunktur4,6 • STIMULATOR LISTRIK ("ELECTRICAL ACUPUNCTURE APPARATUS") Pada dasarnya alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu : Acupoint Detector (untuk mencari lokasi titik akupunktur) dan Stimulator (untuk perangsangan). Acupoint Detector Oleh Volt, Niboyet dan Nogier telah didapatkan bahwa titik akupunktur mempunyai tahanan listrik yang lebih rendah daripada tempat lainnya di kulit. Nakatani menyatakan, titik akupunktur merupakan tempat terbaik untuk menghantarkan arus listrik oleh karena mempunyai sifat konduksi yang baik7,8 . 8 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 Gambar 1. Ohmmeter Prinsip pengukuraan titik akupunktur : Titik akupunktur mempunyai tahanan listrik kulit yang lebih rendah dibanding jaringan sekitarnya 3 ' 6 ' 8 . Jadi bila titik akupunktur dialiri listrik, akan terjadi penyimpangan pada skala Ohmmeter yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penyimpangan yang ditimbulkan oleh jaringan yang bukan titik akupunktur. Perlu dikemukakan, untuk menentukan tahanan listrik suatu benda diperlukan kuat arus listrik tertentu. Di sini untuk membedakan titik akupunktur dengan jaringan sekitarnya diperlukan kuat arus tertentu yang mampu menembus tahanan listrik keduanya, akan tetapi tidak terlalu besar. Menurut Nakatani, kuat arus listrik yang dialirkan untuk
  • 10. mencari titik akupunktur tidak boleh lebih dari 200 U Amper, karena bila lebih besar akan merusak jaringan 9 . suatu lempengan elektroda yang berbeda-beda diameternya tergantung kebutuhan. Stimulator Indikasi Elektroakupunktur 4 1) Untuk menghasilkan analgesia untuk operasi 2) Pengobatan kelumpuhan 3) Pengobatan kerusakan saraf karena berbagai sebab 4) Pengobatan pada keadaan-keadaan lain seperti ketergantungan obat dan sebagainya. Bagian ini digunakan untuk perangsangan titik akupunktur dan dapat diatur kekuatan, frekuensi serta lama perangsangannya. Arus listrik yang digunakan dapat arus searah (D.C.) atau arus bolak-balik (A.C.). Arus searah dapat dibedakan menjadi arus searah tetap (Smooth D.C.) atau arus searah pulsasi (Pulsating D.C.). Arus bolak-balik merupakan arus yang berpulsasi dan memiliki gelombang positif dan negatif 4 ' 6 . Pada arus searah pulsasi dan arus bolak-balik dikenal adanya pembagian jenis gelombang listrik seperti gelombang siku (square wave), gelombang segi (Spike wave), gelombang sinusoid dan lain-lain. Dalam pengobatan akupunktur dianjurkan untuk memakai gelombang siku dan gelombang segi. Gelombang sinusoid kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan panas di jaringan sehingga membakar daerah hersangkutan 8 . Kontra Indikasi Elektroakupunktur 4, 6 1) Terutama penderita gangguan impuls jantung karena di sini kepekaan jantung terhadap rangsang meninggi, sehingga kemungkinan timbulnya fibrilasi jantung akan meninggi bila diberikan rangsang listrik. 2) Kehamilan trimester pertama, kusus pada titik-titik tertentu oleh karena dapat mengakibatkan abortus. • NEUROMETER ("RYODORAKU NAKATANI") Ryodoraku merupakan fenomena patologis. Menurut Gambar 2. Elektrostimlator type DZ--22 Secara garis besar dapat dikatakan, arus searah tetap (D.C.) hanya dirasakan pasien pada waktu arus masuk dan keluar tubuh saja. Selama perangsangan pasien tidak akan merasa apa-apa. Hal ini disebabkan karena sebagian energi arus diubah menjadi panas 6 ' 8 ' 9 . Arus bolak-balik dan arus searah pulsasi ternyata memberikan rangsangan yang cukup dalam tubuh manusia sehingga jenis arus ini sering dipakai untuk dalam elektroakupunktur. Dalam penggunaannya dikenal bentuk rangsang kontinyu, rangsang dense disperse dan rangsang diskontinyu. Frekuensi yang digunakan berkisar antara beberapa Herts (Hz) sampai dengan 10 Khz, disesuaikan dengan maksud perangsangan. Cara merangsang titik akupunktur dapat dilakukan melalui elektroda atau dengan melalui jarum. Bila melalui jarum, harus diperhatikan mana jarum yang dihubungkan dengan elektroda positif dan mana yang dengan elektroda negatif. Bila tidak digunakan jarum, biasanya digunakan Nakatani mekanismenya dapat diterangkan dengan simpatikoviserokutaneo refleks. Dengan alat ini keadaan abnormal pada tiap meridian (=ryodoraku) dapat diketahui secara obyektif dengan pengukuran hantaran listrik pada titik-titik di kulit. Bila diberikan stimulasi yang cukup (biasanya dipakai arus sebesar 200mAmp dan tegangan sebesar 21 Volt) pada titiktitik ukur (REPP = Reactive electro -permeable point), terdapat impuls aferen melalui saraf simpatis dan terjadilah regulasi saraf otonom dari visera. Dengan demikian terjadilah penyembuhan. Dalam teori Ryodoraku, Ryodoraku abnormal bila terdapat peninggian/penurunan hantaran listrik dibandingkan nilai ratarata dari ke-24 Ryodoraku. Pada keadaan normal nilai dari hantaran listrik kanan dan kiri kurang lebih sama. Adanya perbedaan yang bermakna menandakan adanya keadaan abnormal yaitu adanya keadaan sakit sesuai dengan teori Yin Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 9
  • 11. Gambar 3. Neurometer Yang. Bila suatu titik lemah (hantaran menurun) maka dapat diperkuat dan demikian sebaliknya sehingga terjadi kesei mbangan kembali antara kiri dan kanan. Dengan demikian alat ini dapat dipergunakan untuk diagnosis dan terapi. • ELECTROACUPUNCTURE ACCORDING TO VOLL (EAV) Alat ini mungkin merupakan perkembangan yang terbaru dalam akupunktur. Di antara semua alat-alat akupunktur, EAV merupakan alat yang mempunyai ketepatan tertinggi 3,4,10 Pengukuran dasarnya adalah parameter listrik pada titik akupunktur yang dikaitkan dengan diagnosis dan terapi. Alat ini merupakan sistem diagnostik dan terapi yang kompleks. Alat ini dikembangkan oleh Reinholdt Voll, dan dasar-dasar pemikiran metode ini dibuat pada tahun 1953. Pada tahun 1955 dengan kerjasamanya dengan Dr. Fritz Werner (seorang insinyur), dibuat alat yang disebut Diatherapuncture. Alat ini merupakan tabung hampa udara yang mempergunakan arus searah (D.C.) yang kecil ± 1 Volt pada titik akupunktur yang diukur. Pada dasarnya kerja alat ini sama dengan potensiometer dan dapat juga memberikan arus searah yang khas pada titik akupunktur. Kemudian dibuat alat yang lebih kompak oleh Pitterling Electronic di Munich yang disebut sebagai Dermatron. Alat ini terdiri atas dua bagian, bagian yang pertama merupakan bagian untuk diagnosis dan bagian yang kedua untuk pengobatan4,5,10 Prinsip dasar 1) Titik-titik tertentu pada meridian tertentu mewakili organorgan tertentu yang sesuai dengan meridian tersebut. 2) Titik akupunktur sedapat mungkin diukur secara langsung, dengan arus searah 8—10 U Amper dan tegangan ± 1 Volt; kemampuan titik tersebut menahan arus inilah yang diukur. Prinsip umum Tubuh manusia pada umumnya berlaku seperti resistor (alat tahanan listrik) yang dihubungkan secara paralel pada sebuah kapasitor (sumber tenaga yaitu organ dalam tubuh). Di sin yang bertindak sebagai tahanan adalah kulit manusia. Kapasitor merupakan alat listrik untuk menyimpan muatan dan mempunyai banyak jalan, sehingga kerjanya seperti baterai. Titik akupunktur dapat dianggap diwakili oleh kapasitor pada diagram dan bila titik akupunktur dialiri listrik, keadaan ini sangat mirip dengan baterai (Gambar 4). 10 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 Dikatakan baterai abnormal bila muatannya berlebihan atau kurang. Pada titik akupunktur hal ini dapat juga terjadi, hanya ada hal yang menghalangi yaitu tahanan kulit. Menurut Becker, dengan meminjam istilah potensial, titik akupunktur merupakan titik di mana muatan listriknya lebih negatif dibanding kulit dan keadaan sekitarnya dalam tubuh. Berdasarkan hal ini alat pengukur dari Dermatron dihubungkan dengan kutub positif dari alat dan aliran listrik untuk pengukuran berlawanan polaritasnya dengan titik akupunktur. Kekuatan arus (Watt = Amp X Volt) diatur sedemikian rupa sehingga titik akupunktur yang normal dapat menahan arus ini dan mempertahankan voltase yang berlawanan (negatif) terhadap arus kapasitor berhubungan secara paralel resistor berhubungan secara seri Gambar 4. Diagram yang diberikan (positif). Hal ini penting diperhatikan karena bila arus terlalu rendah, titik yang patologis pun menunjukkan angka yang stabil. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi, semua titik akupunktur akan menunjukkan angka yang patologis, sehingga terjadi Indicator Drop. Pada titik akupunktur yang normal akan didapatkan deviasi indikator 50 yang kurang lebih sama dengan energi titik akupunktur (± 0,87 Volt). Hal ini didapatkan bila ada tahanan antara alat pengukur dan elektrode tanah (arde) ± 95 K Ohm. Pada percobaan-percobaan selanjutnya, disimpulkan bahwa daerah anatomis yang diwakili oleh titik akupunktur dihubungkan oleh meridian ke titik akupunktur yang diukur dan meridian di sini bertindak sebagai kabel yang mengandung listrik4,5,10 Penggunaan 1) Diagnosis Dibuat berdasarkan :
  • 12. Gambar 5. EAV - Dermatron a. Jarak dan ketetapan pembacaan b. Kecepatan dan arah dari Indicator Drop Menurut Voll tiap faktor ini berhubungan dengan keadaan patologis yang spesifik. Selanjutnya Voll mengklasifikasikan faktor-faktor ini ke dalam sub unit, yang masing-masing berhubungan pada gejala tertentu, yaitu : nilai antara 100 — 90 : terdapat peradangan total 50 : keadaan normal 28 — 20 : terdapat degenerasi yang kuat Bila angka mula-mula 80 kemudian drop sampai 30 : kemungkinan ada keganasan 3 '4 . 2) Terapi Frekuensi rendah 0,8—10 Hz selama ± 1 menit dapat digunakan untuk men-charge titik akupunktur, misalnya dengan a. Gelombang alternating (Alternating relaxation impulse + diikuti —) b. Negative saw tooth (spike —) c. Juga dapat digunakan untuk discharging. Di sini biasanya dipakai gelombang spike + (Positive saw tooth) 4 ALAT ULTRASOUND (MINISOUND LINDQUIST) Alat ini terdiri atas : - Sumber ultrasound - Stimulator - Soundhead yang dapat diganti ukurannya sesuai dengan daerah yang diobati Prinsip sumber "ultrasound" Pengobatan dengan ultrasound berdasarkan sifat khas dari energi yang penetratif. Energi ini merupakan energi mekanis yang terdiri atas suara frekuensi tinggi yang tidak dapat dideteksi dengan telinga (frekuensi 1 juta Siklus/detik). Dalam alat ini energi suara ini dibuat sebagai pulsa intermittent 60 X/ detik dengan masa istirahat dan pulsasi yang kira-kira sama. Hal ini berdasarkan bahwa pengobatan dengan pulsa intermittent dapat dilakukan lebih lama tanpa mengganggu pasien meskipun timbul panas. Penggunaannya harus memakai media, sebab ultrasound tidak dapat menembus udara/hampa udara tetapi dapat melalui benda padat/cair. Dosis yang dipakai sebaiknya dosis rendah. Lebih baik memakai dosis rendah dengan waktu terapi yang lebih lama daripada sebaliknya. Stimulator Menghasilkan aliran kontraktil yang tidak berpolarisasi untuk menstimulasi otot-otot dengan persarafan normal. Pulsa yang dipakai adalah pulsa bifasik dengan lama U detik dengan frekuensi 1—100 Hz. Cara Pemakaian Soundhead diletakkan pada daerah yang dituju, secara stationer atau bergerak. Bila dilakukan secara bergerak, soundhead digerakkan perlahan membentuk lingkaran - lingkaran kecil setiap dua detik. Untuk daerah yang luas, soundhead digerakkan sepanjang daerah yang diobati, dan pengulangan gerakan dilakukan setiap 60 detik. Lama tiap terapi berkisar antara 6 - 10 menit disesuaikan dengan keadaan pasien. Untuk tiap titik dilakukan pengobatan selama 15 detik sampai 60 detik. Dosis dihitung berdasarkan Watt dan waktu. Pada waktu terapi pasien tidak boleh merasa sakit, bila terdapat perasaan sakit/tidak enak berarti intensitas yang diberikan terlalu tinggi. Pada keadaan akut diperlukan ± 5 kali terapi dengan frekuensi 1—2 X/hari. Sedangkan pada keadaan kronis diperlukan 10—15 kali terapi dengan frekuensi 1—2 hari sekali, dilanjutkan dengan 2—3 minggu kemudian bila terapi berhasil. Indikasi Terutama untuk nyeri dan pegal yang berhubungan dengan : 1) Bursitis non spesifik, periartritis, fibrositis, tenosinovitis, miofasitis dan miositis. 2) Rematoid artritis dan osteoartritis. 3) Neuritis jenis non paralitik seperti brakial neuralgia, skiatika dan nyeri pasca amputasi. Kontra Indikasi 1) Proses infeksi akut Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 11
  • 13. 11,12 2) Lesi ganas 3) Sirkulasi yang kurang baik Sifat Sinar Laser 1) Monokromatis : suatu sinar dengan panjang gelombang tunggal sehingga memberi warna murni dan hal ini tidak didapatkan pada sumber sinar lain. 2) Koheren : terdapat hubungan fase gelombang yang tetap antara bagian-bagiannya sehingga sangat tahan terhadap gangguan. 3) Paralel : titik sumber sinar kecil dan sinarnya sangat paralel. 11 Jenis Sinar Laser Berdasarkan jenis zat antara yang digunakan, terbagi atas : 1) Laser padat : Laser mirah dan Laser Nd : mempunyai sifat yang kompak dan efisiensi yang tinggi. 2) Laser cair : sebagian besar menggunakan cairan berwarna. 3) Laser gas : Laser HeNe, Laser Argon, Laser Krypton. Gambar 6. Minisound ALAT LASER Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Radiation (penguatan sinar oleh emisi radiasi yang distimulasi). 11 Sinar ini pada masa sekarang sudah digunakan dalam berbagai bidang klinik seperti oftalmologi, dermatologi, otorinolaringologi, bedah, obstetri, neurologi, psikiatri, interna dan terapi akupunktur. Penggunaan dalam terapi akupunktur dengan output 11,12 rendah telah diperdalam di Eropa sejak 15 tahun terakhir ini Efek terhadap manusia Bila radiasi Laser menyentuh permukaan kulit, terjadilah fenomena fisika yang umum, antara lain : pemantulan, penyerapan, dan pemancaran. Pada manusia, 99% dari radiasi Laser ini diabsorbsi kulit. Diketahui bahwa Laser HeNe menembus jaringan secara langsung sedalam 0,8 mm dan tak langsung 8—10 mm. Sebagian besar radiasi Laser setelah diabsorbsi diubah menjadi getaran panas. Efek radiasi ini terhadap jaringan dapat dibagi dalam beberapa tingkat : 1) Tingkat I dan II : bersifat reversibel, terdiri atas pemanasan lokal dan dehidrasi jaringan. 2) Tingkat berikutnya : bersifat irreversibel yaitu berupa penggumpalan protein, termolisis dan penguapan. Pemakaian Laser HeNe 1 mW untuk terapi selama 15—20 detik hanya akan menyebabkan pemanasan saja. 3) Penghambatan atau perangsangan lokal maupun sistemis. Hal ini berhubungan dengan hukum biologi Arndt — Schulz, yaitu : — — — — perangsangan lemah akan memacu aktifitas fisiologi perangsangan sedang membawa efek yang menguntungkan perangsangan kuat akan menghambat aktifitas fisiologis perangsangan kuat akan menghentikan aktifitas tersebut. Gambar 7. Marah Biolaser 12 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987
  • 14. Penggunaan Laser dalam akupunktur terutama untuk mengurangi nyeri, karena dapat mengurangi spasme. Hal ini mungkin berhubungan dengan11: a. Depolarisasi dan repolarisasi serabut-serabut otot yang berkontraksi abnormal. b. Berkurangnya spasme otot arteriole pada daerah yang diradiasi sehingga terjadi vasodilatasi. c. Perangsangan elektron pada membrana mitokondria sehingga mempengaruhi proses metabolisme dan transportasi. Menurut penelitian, umumnya penderita sudah merasakan adanya perbaikan pada 3x pengobatan yang pertama. Pengobatan dengan Laser maksimal sebanyak 8—10 kali. Pada 2% penderita ditemui rasa pusing dan mual sesudah pengobatan. Bila keadaan menetap selama 5—10 menit, pengobatan harus dihentikan. KEPUSTAKAAN 1. Beijing College of Traditional Chinese Medicine etc. Essentials of Chinese Acupuncture. 1st ed. Beijing: Foreign Language Press, 1980;p5. 2. Kusuma A dan Kiswoyo. Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur. Jakarta: PT Gramedia 1978, hal 1. 3. Kao FF and Kao JJ. Recent Advances in Acupuncture Research. New York: Institute for Advanced Research in Asian Science and Medicine, 1979;p 63-5. 4. Kenyon JN. Modern Techniques of Acupuncture, A Practical Scientific Guide to Electro Acupuncture. vol 1, 1st ed. New York: Thornsons Publishers Inc, 1983; pp 17—61. 5. Leonhardt H and Schuldt H. An Introduction to Electro Acupuncture According to Voll. Mediainisch Literarische Verlagsgesellschaft mbH—Helzen, 1976; pp 8—15. 6. Lee JF and Cheung CS. Current Acupuncture Therapy 1st ed. Hongkong: Medical Interflow Publishing House, 1978; pp 41-56. 7. OConnor J and Bensku D. Acupuncture, A Comprehensive Text. Chicago: Eastland Press, 1981; pp 431—3. 8. Tanny M. Electrical Stimulation Acupuncture Therapy. Am J Acupunct. 1977; 4: 5-12. 9. Makatani Y and Yamashita K. Ryodoraku Acupuncture 1st ed. Tokyo—Osaka: Ryodoraku Research Institute, 1977. 10. Wernwe FM. Electro Acupuncture Primer on Electro Acupuncture According to Voll. 1st ed. English. Medizinisch Literarische Verlagsgesellschaft mbH. Ueizen, 1979. 11. Caspers KH. Stimulation Therapy with Laser Beam. Translated from Physikalische Medizin and Rehabilitation. 1977; 18: 42645. 12. Kleinkort JA and Foley RA. Laser Acupuncture: Its Use in Physical Therapy. Am J Acupunc, 1984; 12: 51-6. 13. Minisound Instruction Manual, Lindquist Minisound. Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 13
  • 15. Pengobatan Vitiligo dengan Akupunktur Dr. Firdaus Slamat *) Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ABSTRAK Telah dilakukan pengobatan akupunktur pada 20 kasus vitiligo dari berbagai jenis lesi, umur dan lama menderita sakit. Akupunktur dilakukan dengan jarum yang diberi rangsang listrik dengan jenis gelombang bifasik siku, frekuensi 2 Hertz, selama 20 menit. Penilaian hasil dilakukan setelah penusukan ke 6, 12, 18 dan 24, terhadap perubahan warna, timbulnya pulau-pulau repigmentasi dan pengecilan tepi bercak. Hasil yang didapat adalah perbaikan 90% dan gagal 10%. PENDAHULUAN Vitiligo merupakan kelainan kulit yang sudah dikenal sejak 1500 tahun sebelum masehi l . Mosher dan kawan-kawan mengatakan, vitiligo merupakan penyakit kulit yang tergolong pada kelompok hipomelanosis, dan sering merupakan penyakit keturunan yang bersifat Autosomal Dominant, yang ditandai dengan adanya bercak putih berbatas tegas yang meluas secara sentrifugal 2 . Hipotesis terjadinya vitiligo adalah 3-5 1) Hipotesis autodestruktif, yang mengatakan bahwa bahan atau hasil sampingan pada waktu pembentukan melanin dapat merusak atau menyebabkan sel melanosit tidak dapat berfungsi. 2) Hipotesis imun, menduga telah terjadi kehilangan pengawasan terhadap sistem imun, sehingga mengakibatkan kerusakan sel melanosit, disfungsi melanosit atau kedua proses tersebut terjadi bersama-sama. 3) Hipotesis neural, diduga terdapat suatu mediator saraf yang dapat merusak melanosit atau menghambat produksi melanin. KLASIFIKASI VITILIGO 1. Menurut etiopatologi dan pemeriksaan imunologis 2 : a. Autoimun atau vitiligo progresif b. Segmental (dermatomal) c. Kemikal (kontak) *) Penulis saat ini bertugas di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. 14 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 2. Menurut Koga 3 : a. Tipe A yang penyebarannya non dermatomal dan ada kemungkinan penyembuhan dengan pengobatan kortikosteroid. b. Tipe B yang penyebarannya dermatomal dengan kemungkinan faktor simpatis memegang peranan penting. Tipe ini memberi respon terhadap inhibitor monoamin oksidase. 3. Menurut lokalisasi : a. Lokalisata b. Generalisata Dunia kedokteran Barat telah berusaha mencari pengobatan yang tepat untuk menyembuhkan penyakit ini, namun hasilnya sampai saat ini belum memuaskan. Obat yang biasa diberikan adalah derivat metoksi psoralen. Salah satu penelitian tentang efek akupunktur terhadap vitiligo dilakukan pada tahun 1980 oleh Premaratne dengan hasil yang memuaskan 6 . Dikemukakan bahwa dengan akupunktur akan terjadi pelepasan beberapa zat, antara lain serotonin, histamin, Bradykinin Slow Reacting Substances (SRS) dan mungkin zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini merangsang pelepasan faktor kortikotropin (Corticotropin Releasing Factor = CRF) dan mungkin lain-lain Hypophysis Releasing Factor. CRF dan zat-zat lain itu dialirkan melalui pembuluh darah balik ke adenohipofisis . CRF ini selanjutnya akan merangsang dibentuknya ACTH dan kortikosteroid lainnya7,8 . Hipotesis yang mengatakan bahwa akupunktur dapat merangsang pelepasan kortikosteroid ini sesuai untuk menanggulangi salah satu jenis vitiligo yang memberi respon terhadap kortikosteroid, seperti diajukan oleh Koga. Penelitian lain melaporkan bahwa pada keadaan sistem imunologis yang terganggu, penusukan akupunktur dapat mempengaruhi susunan sel limfosit B dan T dari susunan yang tidak seimbang menjadi seimbang 9-11 Mengingat salah satu hipotesis vitiligo berhubungan dengan gangguan sistem imunologik, kiranya dapat dijelaskan efek pengobatan vitiligo dengan akupunktur.
  • 16. BAHAN DAN CARA Penelitian terhadap penderita vitiligo ini dilakukan di Unit Akupunktur RSCM Jakarta. Masa penelitian adalah 2 tahun terhitung sejak Januari 1982. Pada awal penelitian jumlah penderita 40 orang. Yang dimasukkan dalam penelitian adalah 20 orang, sisanya tidak menyelesaikan seri terapi yang telah ditentukan, atau tidak menjalani pengobatan secara teratur. Penderita dikirim dari Bagian Kulit FKUI/RSCM dengan diagnosis vitiligo. Penderita sudah atau belum pernah diobati dengan tipe vitiligo generalisata atau lokalisata. Lamanya penyakit diderita bervariasi. Alat yang digunakan adalah : — Jarum akupunktur dari baja tahan karat no. 32 dengan panjang 1 inci. — Stimulator listrik tipe 71.1 buatan Cina. Penderita dibaringkan dengan posisi terlentang, dan dilakukan penusukan dengan jarum akupunktur pada titik-titik akupunktur yang telah ditentukan. Jarum ditusukkan tegak lurus, lalu dimanipulasi sampai penderita merasa te ci (sensasi penjaruman). Jarum kemudian dihubungkan dengan elektroda dari stimulator listrik selama 20 menit. Jenis gelombang listrik adalah bifasik siku, dengan frekuensi 2 Hertz dan intensitas sekecil mungkin yang masih dapat dirasa oleh penderita. Titik-titik akupunktur yang dipergunakan sesuai dengan penelitian Premaratne yaitu 6 : — He Ku (II.4) — Ci Ce (II.11) — Sing Cien (XII.2) — San Yin Ciao (IV.6) Sepasang elektroda dihubungkan dengan titik He Ku (II.4) dan Ci Ce (II.11) pada sisi tubuh yang sama. Elektroda yang lain dihubungkan dengan titik Sing Cien (XII.2) dan San Yin Ciao (IV.6). Penusukan dilakukan sebanyak 2 seri. Masing-masing seri pengobatan terdiri dari 12 kali kunjungan, dengan jadwal 3 kali seminggu. Setelah seri pengobatan pertama, penderita diistirahatkan selama 2 minggu untuk kemudian dimulai dengan seri kedua. Selama penelitian kepada penderita tidak diberikan obat-obatan baik per oral, topikal maupun parenteral. HASIL Tabel I. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 10th - 19th 20 th - 39 th 40th - 49th 50th - 59th 60 th - 69 th 1 3 1 - 4 3 3 3 2 5 6 4 3 2 Jumlah 5 15 20 Penderita perempuan adalah 15 orang yang merupakan 75% dari seluruh penderita. Tabel II. Lamanya Penyakit diderita Sebelum Pengobatan Lamanya sakit 1 5 10 15 1 - 5 - 10 - 15 Jumlah Jumlah th 4 th th th th 17 7 5 7 40 4 penderita yaitu 10% menderita sakit kurang dari 1 tahun sedangkan selebihnya yaitu 36 penderita (90%) menderita sakit antara 1 tahun sampai lebih dari 15 tahun. Tabel III. Hubungan Antara Jenis Vitiligo dengan Hasil Jenis Vitiligo Baik Perbaikan Gagal Jumlah Lokalisata Generalisata — — 7 11 — 2 7 13 Jumlah — 18 2 20 Dari 7 penderita Vitiligo Lokalisata, semua mengalami perbaikan. Sedangkan dari 13 penderita Vitiligo Generalisata, 11 orang mengalami perbaikan. KRITERIA PENILAIAN HASIL Penilaian dilakukan 4 kali, yaitu setelah penusukan ke 6, 12, 18 dan 24, dengan kriteria sebagai berikut : — Baik : Bila tidak terdapat lagi bercak vitiligo. — Perbaikan : Bila pada bercak-bercak vitiligo terjadi perubahan warna atau timbulnya pulau-pulau repigmentasi atau terdapat pengecilan dari tepi bercak. — Gagal : Bila tidak terdapat perubahan sama sekali atau bercak-bercak bertambah dalam jumlah maupun luasnya. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Chart. Untuk menilai kemaknaan dari pada perubahan-perubahan setelah penusukan yang ke 24. Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 15
  • 17. Tabel IV. Hubungan antara Jenis Vitiligo dengan Jenis Perbaikan yang Terjadi. Perubahan warna Timbul pulau Lokalisata Generalisata 7 11 5 6 Jumlah 18 11 3 Pengecilan Tepi bercak Pr Pr L Jm1 5 2 1 Jenis Vitiligo 19 20 G 15 7 + + – _ – 13 18 11 3 Perubahan warna + : artinya ada perubahan warna. Timbulnya pulau-pulau : + 1 artinya timbul pulau repigmentasi baru sebanyak 1 buah, + 2 adalah 2 buah, dan + 3 adalah 3 buah. Pengecilan tepi bercak : dihitung penambahan pigmentasi pada jarak terpendek bercak vitiligo. Tabel V. Hubungan Antara Jumlah Penusukan Dengan Hasil DISKUSI Jumlah penusukan Hasil 6x (%) 12x (%) Baltic Perbaikan Gagal 2 18 – ( 10%) ( 90%) 14 6 – ( 70%) ( 30%) – 17 ( 85%) 3 ( 15%) Jumlah 20 (100%) 20 (100%) 20 18x (%) 24x (%) ( 90%) ( 10%) 20 (100%) – 18 2 (100%) Pada penusukan ke 24 hasil lebih nyata, yaitu berupa perbaikan sebanyak 90% dan kegagalan sebanyak 10%. Tabel VI. Hubungan Antara Jenis Perbaikan Dibandingkan Jumlah Penusukan Jumlah penusukan Jenis Perbaikan (%) Perubahan warna Timbul pulau-pulau Pengecilan tepi bercak 2 12x (%) (10%) 6x 14 3 – 18x (%) (70%) 17 (15%) 8 – 1 24x (%) (85%) 18 (40%) 11 ( 5%) 3 (90%) (55%) (15%) Pada penusukan ke 24 terlihat hasil perbaikan yang berupa perubahan warna, timbul pulau-pulau repigmentasi maupun pengecilan tepi bercak, lebih nyata. Perubahan warna : 77 <M <1,03; P <0,05 Timbulnya pulau repigmentasi baru : 33 <M <77; P <0,05 Pengecilan tepi bercak: – 0,006 <M<0,306; P>0,05 Pada penelitian ini ternyata perubahan dalam wama dan timbulnya pulau repigmentasi baru adalah bermakna (P <0,05), tidak bermakna (P > 0, 005). Sedangkan perubahan yang berbentuk pengecilan tepi bercak, tidak bermakna (P > 0,05). Tabel VIII. Distribusi Jenis Kelamin, Jenis Vitiligo dan Perbaikan Jenis kelamin Jenis vitiligo Lk Pr L G 1 2 3 4 5 Lk 6Lk 7 8 9 Lk 10 11 Lk 12 13 14 Lk 15 16 17 18 Pr Pr Pr Pr G G Perbaikan No. 16 Pr Pr Pr Pr Pr Pr Pr Pr Pr L G L L L L L G G G G G G G G G Perubahan warna Timbulnya pulau + + + + + + + + + + + – + + + + + – + 3 +2 – +2 +3 +2 +2 +3 +3 – +1 +2 – +2 – – Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 Pengecilan tepi bercak – _ +2mm +6mm – – – +2mm – _ – – – – Dari penelitian didapat bahwa perbaikan yang terjadi baik pada vitiligo lokalisata maupun generalisata, bertambah sesuai dengan meningkatnya jumlah penusukan yang dialami penderita. Pada penelitian ini evaluasi dilakukan sampai penusukan ke-24 (2 seri terapi). Sehubungan dengan hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut apakah penambahan seri akan juga memperbaiki hasil pengobatan. Meskipun dalam penelitian ini pengobatan akupunktur belum dapat memberikan penyembuhan sempurna, namun adanya perbaikan yang terlihat menunjukkan harapan kemungkinan kesembuhan. Mengingat cara pengobatan konvensional pun tidak dapat mengobati vitiligo dengan memuaskan, maka akupunktur dapat dipikirkan sebagai suatu cara pengobatan alternatif KESIMPULAN Pengobatan akupunktur pada vitiligo sebanyak 24 kali memberi perbaikan berupa perubahan warna dan timbulnya pulau-pulau yang bermakna (P < 0,05), sedangkan perbaikan yang berupa pengecilan tepi bercak tidak bermakna (P > 0,05). KEPUSTAKAAN 1. Fitzpatrick TB. Abnormalities of the melanin pigmentary system. In: Fitzpatrick, Dermatologi in General Medicine, New York : M.C. Graw Hill Book Co, 1971; 1591 - 1637. 2. Mosher DB, Fitzpatrick TB, Artone JP. Disorders of melanocyter; in: Dermatology in general medicine , New York : Mc Graw Hill Book Company, 1979; pp. 568 - 620. 3. Koga M. Vitiligo a new classification and therapy. Br J Dermatol. 1977; 97 : 255 - 261. 4. Lerner A, Nordlus J. Vitiligo what is it? Is it important? JAMA, 1978; 239: 1183. 5. Morohashi M, Hashimoto K, Newton DE, Ristoivo. Ultrastructural, studies of vitiligo, Vogt Koyanagi Syndrome and incontinentia pigmenti achromias. Arch Dermatol. 1977; 113 : 765 - 766. 6. Premaratne ADV. Acupuncture therapy in the treatment of leukoderma. Am J Acup. 1980; 8 : 251 - 231. 7. Kim SS. Acupuncture mode of action in migraine headache. Am J Acup. 1975; 3 : 110 - 111. 8. Platt HV. Acupuncture a new national defence mobilization and tissue regeneration and tissue regeneration theory. Am.J Acup. 1974;2:167-174. 9. Sablovic D, Michon C. Effect of acupuncture on human peripheral T and B lymphocytes. Acupuncture and electro-therapeut. Res Int J. 1978; 3 : 97 - 107. 10. Chao JZ, Wang ZH, Chao R. Experiment study of effects of electro acupuncture on cell mediated immune respone of rabbits. In: Advances in acupuncture and acupuncture anaesthesia. Beijing: 1979;512. 11. Ma ZY, Chong H, Jan ZX. Experimental observation of cellular immunological function under the influence of acupuncture. In: Advances in acupuncture and acupuncture anaesthesia, Beijing: 1979; 511.
  • 18. Pengaruh Akupunktur Terhadap Nilai Gamaglobulin Dr. Srikandi Dja'far Said * Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada 24 kasus mengenai pengaruh akupunktur terhadap nilai gamaglobulin. Akupunktur dilakukan dengan stimulasi listrik pada titik He Ku (II.4) dan Cu San Li (III.36) dengan frekuensi 15 Hertz, tegangan 0,3 — 0,5 Volt selama 15 menit. Dari hasil penelitian, didapat bahwa akupunktur meninggikan nilai gamaglobulin secara bermakna (P < 0,05), yaitu 27.68% setelah 6 kali penjaruman dan 44.64% setelah 12 kali penjaruman. PENDAHULUAN Gamaglobulin adalah bagian dari sistem protein yang terdapat di dalam Imunoglobulin dalam sistem imunitas tubuh1,2,3 Fungsi imunologik di dalam tubuh diperankan oleh kelompok sel yang mempunyai kemampuan untuk : 1) mengenal antigen 2) memberi respon yang spesifik terhadap antigen 3) membentuk Immunological Memory yang mampu memberi respon yang cepat, kuat dan tepat terhadap antigen berikutnya. Kelompok sel tersebut terdiri dari sel limfoid dan sel pembantu, yang satu dengan lain bekerja sama. Ada lima tipe imunoglobulin tubuh manusia yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh, yaitu Ig A, Ig D, Ig E, Ig G, dan Ig M. Secara umum, imunoglobulin terbentuk dari variasi empat rantai dasar polipeptida yang masing-masing mengandung ikatan disulfida. * Penulis saat ini bertugas di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Tabel 1. Pola Dasar Molekul Imunoglobulin Dan Ganong WF, hal 382 4 Empat rantai polipeptida terdiri dari sepasang rantai H (heavy) dan sepasang rantai L (light). Rantai H untuk tiap-tiap kelas berbeda dan menentukan karakteristik masing-masing kelas. Rantai L sendiri dari komponen kappa (K) dan lamda (X), yang sama pada semua kelas imunoglobulin. (Lihat Tabel II) Ig G sering disebut sebagai Gamaglobulin. Ig G merupakan I munoglobulin yang dominan di dalam tubuh, jumlahnya 80% dari total imunoglobulin. Kadar dalam serum adalah 0,6 g% — 1,6 g%, terutama diproduksi oleh jaringan limfoid di timus, traktus gastro intestinal, traktus respiratorius dan Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 17
  • 19. Tabel II. Sifat Fisik dan Biologi dari Jenis Imunoglobulin Manusia Jenis Ig G Rata-rata konsentrasi dalam serum (mg/100 ml) 1240 RataBerat S Molekul 20, w 150,000 rata survival T/2 (hari) 7 23 Fungsi biologis — ikatan komplemen Rantai Jumlah H subjenis γ 4 α 2 л 2 melalui plasenta antibodi heterocytotropic Ig A Ig M 280 120 170,000 7, 10, 14 890,000 19 6 — antibodi dan sekresi 5 — ikatan komplemen aglutinasi yang 150,000 196,000 2,8 1,5 — tak diketahui eksternal efisien Ig D Ig E 3 0,03 7 8 — antibodi reagenik — antibodi homocytotropic δ ε — — dari Bellanti JA, hal. 102 1 traktus urinarius. Ig G dapat melalui plasenta dan mempunyai kemampuan untuk mengikat komplemen. Ig G berperan dalam i munitas terhadap sebagian besar organisme yang dapat menimbulkan infeksi termasuk bakteri, virus, parasit dan fungus1,2 PENGARUH AKUPUNKTUR TERHADAP SISTEM IMUN Omura berdasarkan penelitiannya- mendapatkan bahwa penusukan pada titik He Ku (II.4) Cu San Li (1II.36) dapat meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi, melalui peningkatan nilai gamaglobulin5 . Peneliti lain, yaitu Rogora juga mendapatkan peningkatan nilai gamaglobulin yang bermakna dengan akupunktur yang menggunakan rangsang listrik pada titik yang sama. Namun mekanisine terjadinya peningkatan nilai gamaglobulin dengan 6 akupunktur belum dapat dijelaskan . Sablovic dan Michon mendapatkan, pada akupunktur dengan atau tanpa perangsangan listrik dapat mempengaruhi komposisi sel limfoid B dan T dari komposisi yang tidak normal menjadi normal. Pada saat yang sama juga terjadi perbaikan gejala klinis 7 . BAHAN DAN CARA Telah dilakukan penelitian selama 6 bulan terhitung tanggal 1 Februari 1983 di Poliklinik Pertamina Jasa-Jasa Jakarta. Kasus adalah penderita yang dikirim oleh dokter poliklinik setempat dengan gejala daya tahan tubuh melemah, di antaranya penderita rinitis alergika, asma bronkial, urtikaria alergika. Penderita yang diteliti adalah penderita dewasa yang pada awal pemeriksaan nilai gamaglobulinnya tidak di atas nilai normal. Penderita pada awal penelitian 50 orang. Yang dimasukkan penilaian sebanyak 24 orang, sisanya tidak dinilai karena nilai awal gamaglobulin sudah tinggi, atau selama penelitian penderita minum obat atau tidak mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditentukan. Penderita datang dalam keadaan puasa. Sebelum diakupunktur dilakukan pengambilan darah sebanyak 5 cc di labo18 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 ratorium. Darah dikirim dan diperiksa di laboratorium Mikrobiologi FKUI. Kemudian dalam keadaan berbaring dilakukan penusukan dengan jarum baja tahan karat pada titik He Ku (1L4) dan Cu San Li (1II.36). Pada titik He Ku (II.4) dipakai jarum buatan Cina no. 32 dengan panjang 1 inci dan titik Cu San Li (1II.36) dipakai jarum no. 32 sepanjang 1 h inci. Penusukan dilakukan sampai terasa sensasi penjaruman (te ci). Kemudian diberikan rangsang listrik dengan stimulator tipe 711 dengan frekuensi 15 Hertz dan tegangan 0,3 — 0,5 V selama 15 menit. Akupunktur dilakukan sebanyak dua belas kali, dengan jadwal kunjungan dua hari sekali. Pengambilan darah diulang setelah kunjungan ke enam dan ke duabelas. Selama pengobatan dengan akupunktur penderita dilarang minum obat/vitamin. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus t dari Fisher, untuk melihat pengaruh akupunktur terhadap peningkatan nilai gamaglobulin.
  • 20. HASIL Tabel IV. Peningkatan Nilai Gamaglobulin sebelum dan sesudah penusukan titik He Ku (II.4) dan Cu San Li (III.36) sebanyak 6 dan 12 kali Tabel III. Nilai Gamaglobulin sebelum dan sesudah penusukan titik He Ku (II.4) dan Cu San Li (III.36) sebanyak 6 dan 12 kali No. P/L Umur Sebelum (th) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 P L L L P P P P P L L P L P L L L L P P P L L P Jumlah 16 40 35 37 28 18 58 40 45 50 19 18 60 45 38 22 20 62 38 20 43 37 35 25 Akupunktur (g%) Sesudah 6 kali Akupunktur (g%) 1,26 0,74 1,59 1,34 1,38 0,97 0,77 1,59 1,31 1,00 1,11 1,31 1,49 0,91 1,39 1,20 1,12 1,04 1,24 1,36 1,28 1,25 1,17 1,51 1,37 1,10 1,35 1,37 1,39 1,26 1,45 1,20 1,68 1,67 1,60 1,56 1,60 1,28 1,68 1,35 1,42 1,17 1,46 1,42 1,48 1,60 1,62 1,68 Y29,33 Y 1,22 Q34,76 Q 1,45 Sesudah 12 kali Akupunktur (g%) 1,68 1,45 1,06 1,37 1,39 1,39 1,60 1,07 2,02 1,85 1,80 1,56 1,68 1,49 2,39 1,35 1,72 1,30 1,68 1,51 1,68 2,05 1,86 1,75 X38,67 X 1,61 No P/L Umur Sebelum di (th) Akupunktur (g%) Nilai Naik Turun + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 22 + P L L P P P P P L P L P L L L L P P P L L P 16 40 37 28 18 58 45 50 19 18 60 45 38 22 20 62 30 20 43 35 35 25 Jumlah 2 kasus, 22 kasus nilai gamaglobulin naik, dan 2 kasus nilai gamaglobulin turun. Kenaikan nilai gamaglobulin : Untuk tingkat kepastian 95%; t = 4,421; db = 23; P < 0,05. (Lihat Tabel I V) Dari 24 tabel di atas, tampak kenaikan nilai gamaglobulin sesudah tusukan ke enam adalah 0,30 gr% yaitu 25,64% dan setelah tusukan ke duabelas kali kenaikan nilai gamaglobulin adalah 0,49 gr% = 41,88%. Dari KESIMPULAN • Akupunktur pada titik He Ku (I1.4) dan Cu San Li (III.36) dapat meningkatkan nilai gamaglobulin secara bermakna (P < 0,05). Peningkatan tersebut adalah 25,64% setelah 6 kali penusukan dan 41,88% setelah 12 kali penusukan. • Pada evaluasi terlihat perbaikan daripada keluhan subyektif maupun gejala -gejala klinis, meskipun pada penelitian ini belum dilakukan pengamatan khusus terhadap hal-hal tersebut. • Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana akupunktur dapat mempengaruhi sistem imunologik tersebut, serta meninjau kemungkinan mekanisme kerja akupunktur pada sistem imun tubuh. 1,26 0,74 1,34 1,38 0,97 0,77 1,31 1,00 1,11 1,31 1,49 0,91 1,39 1,20 1,12 1,04 1,24 1,36 1,28 1,25 1,17 1,51 Σ = 1,17 Sesudah 12 kali Akupunktur gr% g% % g% 1,37 1,10 1,37 1,39 1,26 1,45 1,68 1,67 1,60 1,56 1,60 1,28 1,68 1,35 1,42 1,17 1,46 1,42 1,48 1,60 1,62 1,68 Gamaglobulin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Sesudah 6 kali Akupunktur 9 5 3 1 30 89 30 67 45 20 8 45 28 13 27 13 20 5 16 30 40 12 1,68 1,45 1,37 1,39 1,36 1,60 2,02 1,85 1,80 1,56 1,68 1,49 2,39 1,35 1,72 1,30 1,68 1,51 1,68 2,05 1,86 1,75 Σ = 1.4T= 25.64% % 33 95 3 1 40 108 55 85 70 20 14 64 72 13 45 25 35 18 33 64 60 17 Σ = 1,66 = 41.88% KEPUSTAKAAN 1. Bellanti JA. Immunology; Asian ed. Tokyo: Igaku Shoin Ltd. 1971; pp 55-119. 2. Aloisi RM. Principle of Imunodiagnostic. London: The CV Mosby CO, 1979; pp 21-46. 3. Barrett JT. Basic Imunology and Its Medical Application. London: The CV Mosby Co, 1980; pp 1-27. 4. Ganong WE. Review of Medical Physiology, 7 th ed. California, Los Altos: Lange Medical Publ. 1975; pp 380-3. 5. Omura Y. Hitorical Aspect of Acupuncture. Acupuncture Electro-therapeutics Res, Int J 1976;1 : 51-141. 6. Rogora GA et at. Congress Proceedings. Acupuncture Institute, Viena. 1975;pp 111-4. 7. Sabolovic D Michon C. Effect of Acupuncture on Human Peripheral T and B Lymphocytes. Acupuncture Electro-therapeutics research, Int J. 1978; 3 : 97-107. Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat : Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran P.O.. Box 3105 Jakarta 10002 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 19
  • 21. Efek Penusukan Titik San Yin Ciao (IV,6) terhadap Hiperglikemia pada NIDDM Dr. Ratnawati Latief Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada 20 kasus mengenai pengaruh akupunktur terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita NIDDM. Akupunktur dilakukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol, dengan manipulasi manual sampai didapatkan sensasi penjaruman; titik ditinggal selama 30 menit dan dimanipulasi setiap 5 menit. Dari hasil penelitian didapatkan, akupunktur pada titik San Yin Ciao (IV.6) dapat menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p < 0,001) yaitu 19,20%; sedangkan akupunktur pada titik kontrol tidak menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p > 0,05) yaitu 4,90%. PENDAHULUAN Diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun, dan ser,2 . nantiasa merupakan suatu problema kesehatan yang besar Seperti diketahui, diabetes melitus menurut WHO dibagi menjadi : — Tipe I : "Insulin Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) — Tipe II : "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) — Tipe lain: — Penyakit pankreas — Penyakit hormon — Karena obat/kimia — Kelainan reseptor insulin — Sindrom genetik — Lain-lain Dari beberapa penelitian di luar negeri, ternyata akupunktur juga berkhasiat mengobati diabetes; salah satu penelitian yang menarik adalah yang dilakukan oleh C. Ionescu Tirgoviste dan kawan-kawan, bahwa terdapat perbedaan efek akupunktur pada penderita "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus" dengan penderita "Insulin Dependent Diabetes Mellitus". Dalam penelitiannya dilakukan penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) pada penderita NIDDM dan IDDM. Didapatkan bahwa pada penderita NIDDM penurunan kadar gula darah 20 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 2 jam sesudah penusukan > 10% dari kadar gula darah inisial, dengan angka keberhasilan 94% dari 47 kasus (penurunan kadar gula darah sebesar 22,9% yaitu dari 201,2 mg% menjadi 150,5 mg%). Sedangkan pada penderita IDDM penurunan kadar gula darah < 10%/menetap/meninggi pada 83% dari 30 kasus. Dari 47 kasus NIDDM didapatkan penurunan kadar gula darah > 20% pada 26 kasus, 15—20% pada 15 kasus, > 10% pada 5 kasus, < 10%/naik pada 1 kasus. Dijelaskan, penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) menyebabkan dilepaskannya suatu substansi yang merangsang sekresi insulin, yaitu serotonin; dan mengaktifkan serabut saraf otonom tertentu. Walaupun dijelaskan pula bahwa serotonin yang dihasilkan tidak khusus hanya pada penusukan San Yin Ciao (IV.6), karena terjadi pula pada penusukan titik akupunktur lain, selain itu serotonin yang dihasilkan tidak cukup untuk merangsang sekresi insulin. Diduga bahwa penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) akan mengaktifkan serabut saraf otonom tertentu dalam sel B pankreas yang menimbulkan suatu refleks otonom; di mama i mpuls melalui serabut aferen ke pusat susunan saraf pusat yang mungkin terletak di nuklei hipotalamus atau korteks serebri, kemudian melalui serabut eferen otonom menghambat tonus alfa adrenergik dan merangsang tonus ß adrenergik sehingga menimbulkan sekresi insulin 3 . (Lihat lampiran) Dijelaskan juga bahwa titik San Yin Ciao (IV.6) pada penelitian ini karena San Yin Ciao terletak pada Meridian Limpapankreas, dan sering digunakan untuk penyakit dengan kelainan pankreas, dan juga merupakan titik yang berfungsi di bidang endokrin. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian tentang efek pengobatan akupunktur pada penderita diabetes pada umumnya, maupun penelitian mengenai efek titik San Yin Ciao (IV.6) terhadap hiperglikemia pada penderita "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus" pada khususnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya efek penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) terhadap
  • 22. hiperglikemia pada penderita "Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus", dan apakah penurunan kadar gula darah pada kelompok yang diteliti bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. BAHAN DAN CARA KERJA Bahan Penelitian dilakukan di Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Masa penelitian adalah dari bulan April 1985 sampai dengan Oktober 1985. • Kriteria Penderita a. Kriteria Penerimaan — Jumlah sampel 20 orang — Diperkirakan putus uji klinik 35%, jumlah semua 20 + 35% X 20 = 27 orang — Asal sampel : penderita dikirim oleh Bagian Penyakit Dalam FKUI/RSCM dengan diagnosis NIDDM — Penderita dengan kadar gula darah puasa I ≥ 140 mg% — Umur penderita di atas 40 tahun — Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan — Penderita tidak ada keluhan penyakit lain, dan tekanan darah normal — Penderita tidak makan obat antidiabetik paling sedikit 36 jam atau belum diobati dengan obat antidiabetik b. Kriteria Penolakan — Penderita perlu pengobatan dengan insulin — Penderita dengan komplikasi, infeksi atau gangren — Penderita dengan kadar gula darah puasa > 400 mg% c. Kriteria Putus Uji Klinik — Bila hasil kadar gula darah puasa I < 140 mg% — Bila penderita tidak menyelesaikan program penusukan untuk titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol — Penderita tidak mematuhi aturan persiapan yang dianjurkan • Alat a. Jarum akupunktur dari baja tahan karat nomor 32, panjang 1,5 inci, buatan Cina. b. Multipurpose Electro-acupuncture Apparatus tipe DZ-22 buatan Cina. c. Timer merek Memetic Straigner • Titik yang dipilih a. Titik San Yin Ciao (IV.6) Titik San Yin Ciao (IV.6) merupakan titik nomor 6 pada Meridian Limpa-pankreas 3,4,5 merupakan perpotongan dari 3 Meridian Yin Kaki (Limpa, Ginjal dan Hati). Terletak pada 4 jari atau 3 inci di atas maleolus internus, antara tepi posterior tibia dan m. soleus dan bagian dalamnya berada di m. fleksor digitorum longus pedis; diperdarahi oleh a. dan v. tibialis posterior dan v. safena magna; dan dipersarafi di bagian permukaan oleh n. kutaneus kruris medialis dan di sebelah dalam pada bagian posterior oleh n. tibialis. Cara penusukan tegak lurus sedalam 0,5—0,9 Cun, sebaiknya arah jarum menuju ke tibia 6,7 . b. Titik Kontrol — Titik, bukan titik akupunktur; terletak 1 inci ke atas dan lateral dari titik San Yin Ciao (IV.6) Gambar lokasi titik San Yin Ciao (IV.6) dan Titik Kontrol. (Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture) Cara Kerja Sehari sebelum dilakukan penusukan, penderita makan terakhir pukul 22.00 dengan porsi yang biasa dimakan. Keesokan harinya penderita hanya boleh minum air putih satu gelas, pukul 08.00 dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa pertama; kemudian dilakukan penusukan pada penderita yang masih dalam keadaan puasa. Dua jam sesudah penusukan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa kedua. Pada kunjungan pertama dilakukan penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6), sedangkan pada kunjungan kedua dilakukan penusukan pada titik kontrol. Jarak waktu penusukan pertama dan kedua 7 hari; lama penusukan 30 menit dan dilakukan manipulasi setiap 5 menit. HASIL Pada penelitian ini telah dilakukan penusukan pada 27 penderita diabetes melitus dari Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Dari jumlah tersebut, yang dimasukkan dalam penelitian berjumlah 7 orang disebabkan 2 penderita tidak kembali untuk tindakan pada titik kontrol, 4 penderita hasil kadar gula darah puasa I pada titik San Yin Ciao (IV.6) < 140 mg%, 1 penderita dengan kadar gula darah puasa I pada titik kontrol <140mg%. (Lihat Tabel I, II, III dan IV). DISKUSI Di dalam Ilmu Kedokteran Cina pada umumnya dan Ilmu Akupunktur pada khususnya, diabetes melitus disebut sebagai "Siao He", dengan gejalanya diterangkan sebagai suatu keadaan di mana San Ciao terserang oleh panas dalam; adanya panas dalam menimbulkan gangguan keseimbangan cairan. Pada umumnya pengobatan dilakukan dengan pemulihan fungsi organ paru-paru, limpa dan ginjal. C. Ionescu Tirgoviste dan kawan-kawan, dalam penelitiannya melakukan penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) pada NIDDM dan IDDM; ternyata penurunan kadar gula darah seCermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 21
  • 23. Tabel I. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan pada titik San Yin Ciao Kadar gula darah puasa Sesudah diakupunktur (mg%) No. Sebelum diakupunktur 170 180 235 165 130 205 240 140 200 250 155 230 235 275 210 250 255 120 110 150 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1l. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. X1 = 4845 Jml X2 = 3905 — X 1 = 245,25 X2 — = 1 95,25 Kadar gula darah puasa I (mg%) + + + + + + + + + + + + — — — — — — 20,93 21,74 14,55 10,81 27,77 14,58 11,11 22,22 23,08 28,57 27,91 17,80 — 0,82 1,85 16,00 28,57 23,88 14,29 31,25 37,50 2 19,20 — — — — — + + -- — + + + + + + 18 Dan tabel di atas tampak kadar gula darah sebelum penusukan dan sesudah penusukan turun pada 18 kasus (90%), dan naik pada 2 kasus (10%). Nilai rata-rata kadargula darah sebelum penusukan 242,25 mg% dan kadar gula darah sesudah penusukan 195,25 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan sebesar 19,20%. Tabel II. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan pada titik kontrol Kadar gula darah puasa Sebelum diakupunktur Sesudah diakupunktur (mg%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 200 150 255 190 160 170 260 160 260 230 150 205 140 210 240 170 175 150 145 210 190 200 250 160 130 100 305 125 260 205 160 230 165 190 210 150 135 135 130 225 Jml Y1 = 3830 — Y1 = 191,50 Nilai gula darah Y2 — Y2 = = 3655 182,75 Turun Naik + Persentase penurunan (mg%) No. + — + + — + 5 — 33,33 1,96 15,79 18,75 41,18 — 17,31 21,88 0,00 10,87 — 6,67 — 12,20 — 17,86 9,52 12,50 11,70 22,86 10,00 10,34 — 7,14 — + — ++ — — + — + — — + + + ++ — + + + + + — — — + 13 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 No. 6 4,9 Tetap = 1 d2 d Titik San Yin Ciao Titik kontrol 215 230 275 185 180 240 270 180 260 350 215 280 220 270 250 350 335 140 160 240 200 150 255 190 160 170 260 160 260 230 150 205 140 210 240 170 175 150 145 210 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Σd 15 80 20 5 20 70 10 20 0 120 65 75 80 60 10 180 160 10 15 30 = 1015 225 6400 400 25 400 4900 100 400 0 14400 4225 5625 6400 3600 100 32400 25600 100 225 900 d2 = 106425 Tabel IV. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan pada titik San Yin Ciao dan titik kontrol Persentase penurunan kadar gula darah Titik >20% San Yin Ciao Kontrol Dan tabel di atas tampak kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan turun pada 13 kasus (65%), naik pada 6 kasus (30%), tetap pada 1 kasus (5%). Nilai rata-rata kadar gula darah sebelum penusukan 22 Tabel III. Perbedaan kadar gula darah puasa sebelum penusukan pada titik San Yin Ciao dan kontrol (mg%) 215 230 275 189 180 240 270 180 260 350 215 280 220 270 250 350 335 140 160 240 Persentase penurunan Nilai gula darah Turun Naik 191,50 mg%, dan sesudah penusukan 182,75 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan pada titik kontrol sebesar 4,9%. 11 kasus 3 kasus 15—20% 2 kasus 2 kasus > 10% 5 kasus 4 kasus Naik/ <10% 2 kasus 11 kasus Dari tabel di atas tampak bahwa : — Pada penusukan titik San Yin Ciao dengan penurunan kadar gula darah > 20% pada 11 kasus, <10% atau naik pada 2 kasus. sudah penusukan titik tersebut pada NIDDM lebih dari 10%, sedangkan pada IDDM penurunan kadar gula darah kurang dari 10% atau naik. Pada penelitian ini dilakukan penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dan kontrol (1 inci ke atas dan lateral dari titik San Yin Ciao) pada penderita NIDDM. Alasan dipilihnya titik San Yin Ciao adalah : — Terletak pada meridian limpa-pankreas — Banyak digunakan dalam bidang endokrin — Merupakan titik perpotongan dari 3 Meridian Yin Kaki yaitu limpa, ginjal dan hati — Pada penelitian Tirgoviste penusukan pada titik ini berhasil menurunkan kadar gula darah Pada penelitian ini jarum yang dipakai adalah jarum baja tahan karat nomor 32 ukuran 1 inci, dengan maksud penusukan cukup dalam. Sesudah didapatkan sensasi penjaruman (te-ci), jarum ditinggal selama 30 menit dan dimanipulasi setiap 5 menit untuk mempertahankan rasa sensasi penjaruman agar didapatkan rangsangan sedang sampai kuat, karena
  • 24. � pada penderita diabetes melitus limpa dalam keadaan Se. Pada penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dalam penelitian ini didapatkan penurunan kadar gula darah lebih dari 10% pada 90% dari 20 kasus, dan pada penusukan titik kontrol didapatkan penurunan kadar gula darah lebih dari 10% pada 45% dari 20 kasus; sedangkan Tirgoviste mendapatkan bahwa penusukan titik San Yin Ciao dapat menurunkan kadar gula darah lebih dari 10% pada 94% dari 47 kasus. Dari Tabel I. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan titik San Yin Ciao; tampak kadar gula darah rata-rata sebelum penusukan 245,25 mg% dan sesudah penusukan 195,25 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah adalah 19,20% dan didapatkan penurunan kadar gula darah secara bermakna (P < 0,001). Dari Tabel II. Gambaran kadar gula darah sebelum dan sesudah penusukan titik kontrol; tampak kadar gula darah ratarata setelah penusukan 191,50 mg% dan sesudah penusukan 182,75 mg%. Persentase penurunan kadar gula darah adalah 4,9% dan didapatkan penurunan kadar gula darah secara tidak bertnakna (P > 0,05). Tabel III. Perbandingan kadar gula darah puasa sebelum penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dan kontrol, ternyata didapatkan perbedaan secara bermakna (P > 0,001). Maka kemaknaan penurunan kadar gula darah pada titik San Yin Ciao (IV.6) tidak dapat dibandingkan dengan kemaknaan penurunan kadar gula darah pada titik kontrol. Jadi pada penelitian ini hanya dapat dinilai bahwa : penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) dapat menurunkan kadar gula darah secara sangat bermakna (P < 0,001) dan penurunan kadar gula darah pada titik keontrol tidak dapat menurunkan kadar gula darah secara bermakna (P > 0,05). Terdapatnya perbedaan kadar gula darah puasa sebelum penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol dapat disebabkan karena : kadar gula darah sendiri sudah tidak stabil, maka pada penelitian ini dilakukan disain bersilang, di mana kasus penelitian dan kontrol adalah sama. Tapi ternyata masih didapatkan perbedaan kadar gula.darah yang menyolok. Kemungkinan lain perbedaan kadar gula puasa pada penderita penelitian dan kontrol karena terdapat jarak waktu antara penusukan I dan II selama 1 minggu dan penderita sudah mendapat diet. Tabel IV. Persentase penurunan kadar gula darah sesudah penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dan titik kontrol, tampak : • pada penusukan titik San Yin Ciao (IV.6) : — penurunan kadar gula darah > 20% pada 11 kasus — penurunan kadar gula darah < 10%/naik pada 2 kasus • pada penusukan titik kontrol : — penurunan kadar gula darah > 20% pada 3 kasus — penurunan kadar gula darah < 10%/naik pada 11 kasus. KESIMPULAN • Penusukan pada titik San Yin Ciao (IV.6) dapat menurunkan kadar gula darah secara bermakna (p < 0,001). Sedangkan penusukan pada titik kontrol yang terletak 1 inci ke atas dan ke samping dari titik San Yin Ciao (IV.6) penurunan kadar gula darahnya tidak bermakna. • Besarnya penurunan kadar gula darah tersebut adalah : pada titik San Yin Ciao (IV.6) sebesar 19,20%, sedangkan pada titik kontrol sebesar 4,90%. Nilai rata-rata kadar gula darah pada titik San Yin Ciao (IV.6) sebelum penusukan 245,25 mg% dan sesudah penusukan 195,25 mg%. Sedangkan kadar gula darah pada titik kontrol sebelum penusukan 191,50 mg% dan sesudah penusukan 182,75 mg%. • Persentase penurunan kadar gula darah pada titik : San Yin Ciao (IV.6) : > 20% pada 11 kasus 15—20% pada 2 kasus > 10% pada 5 kasus naik/ < 10% pada 2 kasus Kontrol : > 20% pada 3 kasus 15—20% pada 2 kasus > 10% pada 4 kasus naik/ < 10% pada 11 kasus KEPUSTAKAAN 1. Utoyo Sukaton. Penanggulangan Diabetes Melitus sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Dalam : Simposium Berkala Diabetes Melitus Bagian/Unit Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta 1981, 1 - 5. 2. Supartondo. Kriteria Diagnostik Baru untuk Diabetes Melitus. Dalam : Simposium Berkala Diabetes Melitus Bagian/Unit Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta 1981, 6 - 18. 3. Ionescu-Tirgoviste C, Mincu I. Testing the Pancreatic Reserve by Acupuncture. Am J Acup 1974; 2 : 95 - 101. 4. Ionescu-Tirgoviste C, Mihalache NE, Sumionescu L, Mincu. The Hypoglycemia Mechanism of the Acupuncture Point Spleen-Pancreas 6. Am J Acup 1975; 3 : 18- 23. 5. Omura Y. Acupuncture Medicine Its Historical and Clinical Background. Japan Publication Inc. 1982. 6. Anonim. Anatomical Atlas of Chinese Acupuncture Points. Junan, China: Shandong Science and Technology Press. 1982, 227. 7. Anonim. Essentials of Chinese Acupuncture. 1st. ed. Beijing Foreign Language Press, 1980, 153. Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 23
  • 25. Efek Akupunktur pada Hiperlipoproteinemia Dr. Syartina Sofyan Iskandar Unit Akupunktur RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini penelitian-penelitian mengenai komponen lipid sangat menonjol, karena dihubungkan dengan korelasinya terhadap penyakit jantung koroner dan penyumbatan pembuluh darah perifer. Hiperlipoproteinemia dijumpai pada 10% — 20% masyarakat industri dan masyarakat westernized di kota-kota besar . Faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner yang terutama adalah hiperlipoproteinemia, hipertensi, laki-laki, merokok dan Diabetes 2 Mellitus . Berdasarkan faktor risiko di atas, tampak bahwa pengenalan lebih awal akan adanya suatu hiperlipoproteinemia sangat penting untuk mencegah dan menghambat sklerosis 3 ' ' pembuluh jantung dan perifer Menurut penelitian, penurunan kadar serum kolesterol sebanyak 15% — 20% dapat menurunkan risiko penyakit jantung iskemik sebanyak 35% — 60% 5 . Banyak usaha dilakukan untuk menurunkan kadar lemak darah, antara lain melalui pemberian obat-obatan, diet maupun dengan meningkatkan latihan jasmani. Dari beberapa penelitian di luar negeri, ternyata akupunktur juga berkhasiat menurunkan beberapa fraksi lemak secara bermakna5 . Beberapa keuntungan pengobatan secara akupunktur yaitu mudah, murah dan tanpa efek samping. Danciu dkk. melakukan akupunktur tanpa diet spesifik ataupun pengobatan hipolipemik 6 . Pemberian obat-obatan biasanya membutuhkan waktu cukup lama, harganya mahal dan efisiensinya pun masih diperdebatkan . Diet dan latihan jasmani membutuhkan disiplin diri yang cukup berat. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian tentang efek akupunktur pada hiperlipoproteinemia. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya efek akupunktur terhadap penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah, sedangkan tujuan penelitian khusus adalah untuk mengetahui berapa besar penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah tersebut serta melihat 24 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 besarnya keberhasilan akupunktur pada keadaan hiperlipoproteinemia. HIPERLIPIDEMIA DAN HIPERLIPOPROTEINEMIA Hiperlipidemia adalah peninggian kadar lemak di dalam plasma. Terdapatnya hiperlipidemia, hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia tidak dapat memastikan suatu penyakit tertentu. Hiperlipidemia, seperti halnya demam, hanya merupakan suatu gejala dari kelainan yang dapat berbeda-beda mekanisme dasar, manifestasi klinik, prognosis dan respons terhadap pengobatan. Untuk kepentingan diagnosis dan terapi, keadaan hiperlipidemia harus diterjemahkan sebagai hiperlipoproteinemia 7 . ` Nilai lemak plasma dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, antara lain : suku bangsa, umur, faktor metabolik dan genetik. Frederickson membuat definisi hiperlipidemia bila kadar kolesterol 250 mg/dl dan trigliserida 200 mg/dl . Untuk pedoman kerja dapat dipakai nilai berdasarkan umur, di mana disebut hiperlipidemia jika individu berumur < 20 tahun dengan kadar kolesterol total > 200 mg/dl, atau trigliserida > 140 mg/dl, dan pada umur > 20 tahun dengan kadar kolesterol total > 240 mg/dl atau trigliserida > 200 mg/dl 8 . PENATALAKSANAAN HIPERLIPOPROTEINEMIA Karena merupakan salah satu usaha menanggulangi faktor risiko penyakit jantung koroner, harus dilaksanakan serempak dengan penanggulangan faktor-faktor risiko yang lain. Keberhasilan sangat tergantung pada kerja sama yang baik antara dokter, ahli gizi dan penderita. Bila hiperlipoproteinemia terjadi sekunder akibat penyakit lain, tindakan utama adalah pengobatan penyakit tersebut. Sedangkan pada hiperlipoproteinemia primer, terdapat 2 indikasi utama untuk ikut sertanya suatu pengobatan, yaitu : • Pengobatan akan memperlambat timbulnya aterosklerosis dan mengurangi komplikasi, misal : infark miokard.
  • 26. • Indikasi lain yang agak jarang yaitu menghilangkan komplikasi hipertrigliseridemia yang berat, erupsi santoma primer, nyeri perut, kadang-kadang bersama pankreatitis dan hepatosplenomegali. Pengobatan perlu diberikan bila kadar kolesterol dan atau trigliserida lebih dari normal berdasarkan umur 9 . Diet7,10 Karena lipoprotein plasma secara langsung maupun tak langsung berasal dari apa yang kita makan, tidaklah mengherankan bila diet akan sangat mempengaruhi kadar lipoprotein. Diet adalah pengobatan yang terpenting pada hiperlipiproteinemia primer. Pada dasarnya sasaran diet adalah menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk, dan mempertahankannya dalam berat badan ideal, serta menurunkan kadar lemak darah dan mempertahankannya agar tetap dalam batas-batas normal. Diet harus dijalankan terlebih dahulu sebelum dipergunakan obat-obat. Bila obat-obat perlu diberikan, diet harus tetap dilaksanakan. Obat-obatan11 • Nicotinic acid Dapat menurunkan kadar kolesterol 8—16% dan trigliserida 20—30%. Efek samping banyak, antara lain : gatal-gatal, kemerahan kulit, anoreksia, nausea, vomitus, diare, tukak lambung, hiperurikemia, intoleransi glukosa dan fungsi hati terganggu. • Clofibrate Dapat menurunkan kolesterol 5—15% dan trigliserida 30—40%. Salah satu efek sampingnya adalah meningkatkan jumlah sterol fekal yang berhubungan dengan kolelitiasis dan penyakit traktus biliaris. • Bile acid sequestrants (Cholestyramine, Colestipol) Menurunkan kolesterol sebanyak 20—30% dan meningkatkan trigliserida. Efek sampingnya antara lain adalah konstipasi. lipoproteinemia yang banyak dijumpai_ (90% dari ke-5 jenis hiperlipoproteinemia). Akupunktur menormalkan kadar lemak plasma pada 4 kasus (33,3%), sedangkan pada kasus-kasus lainnya terdapat penurunan kadar kolesterol dan trigliserida yang juga bermakna walaupun tetap di atas nilai normal. Pada 4 kasus tampak penurunan kadar kolesterol sedangkan trigliserida meningkat. Hal ini mungkin disebabkan karena penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah ini tidak saling berhubungan yang dapat disebabkan karena efek masing-masing titik akupunktur yang berlainan. Ionescu-Tirgoviste dkk. 5 melanjutkan penelitian Danciu dkk. pada 86 penderita (69 hiperlipoproteinemia primer, 17 sekunder karena Diabeies Mellitus). Penderita-penderita ini telah mendapatkan diet khusus selama kurang lebih setahun untuk masing-masing jenis hiperlipoproteinemia (32 tipe IIa, 18 tipe IIb, 4 tipe III, 2 tipe V). Titik-titik yang dipakai sama, pada 71 kasus dilakukan akupunktur biasa dan pada 15 kasus dilakukan elektroakupunktur selama 15 menit (frekuensi 8—10 Hz, arus bolak balik). Interval 3—4 hari sebanyak 8—10 kali penusukan. Diet tetap seperti semula dan tidak diberi obat-obatan. Mereka mendapatkan hasil sebagai berikut : sangat baik (kadar lipid normal) 22,09%, baik (penurunan kadar kolesterol dan atau trigliserida yang bermakna (34,88%) dan gagal (tanpa perubahan atau penurunan kadar kolesterol dengan peningkatan kadar trigliserida atau sebaliknya) 43,02%. Tidak jelas perbedaan hasil yang diberikan oleh akupunktur biasa atau elektroakupunktur. Mereka memakai kelompok lain (11 kasus), di mana jumlah jarum dan cara penusukan sama, tapi pada titik-titik yang berbeda (pseudoakupunktur). Hasil yang didapat adalah juga penurunan kadar kolesterol dan atau trigliserida darah, tapi tidak bermakna. Mereka juga melakukan pemeriksaan ulangan setelah 6—18 bulan akupunktur pada 19 kasus, pada 17 kasus hasilnya dapat dipertahankan. • Probucol Menurunkan kadar kolesterol sebesar 10—15% dan pengaruh pada trigliserida bervariasi. Efek samping antara lain : diare, kembung dan peninggian trigliserida. • Neomycin Dapat menurunkan kadar plasma kolesterol sebesar 20—30%. Efek samping berupa diare dan kejang perut. BEBERAPA PENELITIAN AKUPUNKTUR DALAM PENGOBATAN HIPERLIPOPROTEINEMIA Karena efisiensi pengobatan hiperlipoproteinemia masih diperdebatkan, alternatif praktis hanyalah diet. Pada saat ini dapat ditambahkan akupunktur sehingga hasilnya akan lebih 4 nyata dibandingkan hanya diet saja . 5 melakukan penelitian efek akupunktur pada Danciu dkk. 12 kasus hiperlipoproteinemia (6 sekunder karena Diabetes Mellitus, 4 berhubungan dengan obesitas, 2 hiperlipoproteinemia primer) dengan menusuk titik-titik : Ci Cuen (XII.8), San Yin Ciao (IV.6), Kung Sun (IV.4) dan Cung Wan (XIII.12). Jarum ditinggal selama 15 menit setelah memperoleh sensasi penjaruman te-ci. Akupunktur diberikan sebanyak 3—5 kali dengan interval 3—7 hari, tanpa anjuran diet khusus ataupun obat-obat hipolipemik. Jenis hiperlipoproteinemia terdiri dari 6 tipe IIa, 3 tipe IIb, 3 tipe IV; yang merupakan kasus hiper- Gambar 2. Kemungkinan mekanisme penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah dengan penusukan titik-titik akupunktur yang digunakan. (diambil dari Danciu A. Am J Acupunct 1976; 4 : 337 343). Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 25
  • 27. Mekanisme penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah dengan akupunktur masih merupakan hipotesis5,6 . Titik Ci Cuen (XII.8) yang dikenal sebagai regulator fungsi hati, akan mempengaruhi sintesis kolesterol dan trigliserida endogen di hati. Hal ini terjadi sebagian dengan perantaraan stimulasi sekresi pankreas akibat penusukan titik Kung Sun (IV.4) dan San Yin Ciao (IV.6). Titik San Yin Ciao (IV.6) bersama-sama dengan titik Cung Wan (XIII.12) mempengaruhi digesti, absorbsi dan eliminasi lemak dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Mekanisme ini diduga mungkin berpengaruh pada hiperlipoproteinemia tipe IIa, di mana tampak hasil yang cukup memuaskan, sedangkan tipe ini paling resisten terhadap cara penanggulangan yang lain. Penurunan sintesis trigliserida endogen mungkin berhubungan dengan titik San Yin Ciao (IV.6) yang diketahui berpengaruh pada sekresi insulin. Penurunan sekresi insulin terutama pada penderita obesitas dapat menyebabkan penurunan sintesis trigliserida endogen sehingga terjadi penurunan kadarnya dalam plasma. Keadaan ini dapat menjelaskan hasil akupunktur yang baik pada hiperlipoproteinemia tipe IIb, III dan IV. Efek seimbang didapati pada kira-kira 25% kasus, di mana penurunan kolesterol diikuti peningkatan trigliserida atau sebaliknya. Ini menunjukkan penghambatan pada sintesis kolesterol akan meningkatkan sintesis trigliserida atau sebaliknya. Titik Kung Sun (IV.4) dalam "Electroacupuncture according to Voll" disebut sebagai titik ukur pankreas atau titik li mpa-pankreas, dipakai untuk menguji produksi ensim-ensim untuk metabolisme lemak (esterase dan lipase) 12 . Zhao Hexi dkk. 13 melakukan penelitian pada 72 kasus hiperlipoproteinemia dengan memakai satu titik yaitu Nei Kuan (IX.6). Dari 72 kasus tersebut, 52 kasus dengan peningkatan kolesterol berhasil pada 75,47%, 65 kasus dengan peningkatan trigliserida berhasil pada 76,92% dan 63 kasus dengan peningkatan beta-lipoprotein berhasil 70,59%. Penurunan tersebut bermakna (P < 0,001). Batasan hiperlipoproteinemia ditetapkan bila kadar kolesterol ≥ 200 mg%, trigliserida , ≥ 110 mg% dan beta-lipoproteinemia ≥ 530 mg%. Pada setiap kasus, minimal satu dari fraksi tersebut yang meningkat. Penusukan kedua titik Nei Kuan (IX.6) dilakukan setiap 2 hari sampai 10 kali, lalu istirahat 3—5 hari, kemudian dilanjutkan 10 kali penusukan lagi. Manipulasi dilakukan sebagai berikut : setelah jarum ditusukkan, jarum diangkat, dan diputar selama 2 menit. Lama penusukan 20 menit, dilakukan manipulasi yang sama 2 kali. Menurut para peneliti ini, mekanisme kerja akupunktur di sini mungkin meregulasi fungsi endokrin dan berbagai jenis ensim. Penjaruman ini juga akan mempengaruhi sintesis, absorpsi dan ekskresi kolesterol dan trigliserida di hati dan saluran pencernaan sehingga menurunkan kadar lemak darah tersebut. Omura 14 juga meneliti efek akupunktur pada kadar kolesterol, trigliserida dan fosfolipid, dengan menusuk titik Cu San Li (III.36) pada 206 penderita. Didapatkan penurunan kadar lemak darah yang terutama bermakna pada trigliserida dan fosfolipid, yaitu sebesar 30—60%. BAHAN DAN CARA KERJA Bahan Penelitian dilakukan di Unit Akupunktur RS Dr. Cipto Mangunkusumo atas kerja sama dengan Bagian Kardiologi FKUI/ 26 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 RSCM. Masa penelitian adalah dari bulan Maret 1985 sampai dengan Oktober 1985. Kriteria penderita yang diteliti : — Penderita dikirim oleh Bagian Kardiologi FKUI/RSCM dengan diagnosis hiperlipoproteinemia (kadar kolesterol total lebih dari 240 mg/dl dan atau kadar trigliserida lebih dari 200 mg/dl). — Penderita adalah dewasa laki-laki atau perempuan (lebih dari 20 tahun), tanpa kelainan kardiologis atau dengan kelainan kardiologis ringan, tidak menderita penyakit-penyakit antara lain : metabolisme, ginjal, hati dan lain-lain yang berhubungan dengan terjadinya keadaan hiperlipoproteinemia. — Selama penelitian dan sebulan sebelumnya tidak memakan obat-obatan hipolipemik, kontrasepsi, kortikosteroid, alkohol dan rokok. — Penderita harus menyelesaikan 10 kali kunjungan. — Dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida darah sebelum dan sesudah akupunktur. Jumlah penderita yang dikirim untuk penelitian adalah 17 orang, yang memenuhi persyaratan penelitian 16 orang, 1 orang hanya datang 1 kali saja karena penderita sangat takut dan menolak diakupunktur. Pada 8 kasus dilakukan akupunktur dan pada 8 kasus lagi dilakukan akupunktur dan diet. Alokasi penderita dilakukan secara acak dengan block simple random sampling. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan rumus t dari Fisher untuk melihat penurunan kadar lipoprotein darah. Cara kerja 1) Pemeriksaan Sebelum akupunktur dimulai, dibuat catatan data biokimiawi kadar kolesterol total dan trigliserida darah. Pemeriksaan lemak darah penderita dilakukan setelah puasa selama 12—16 jam. Kadar kolesterol diukur dengan metoda Chod-Pap dan trigliserida dengan metoda fully -enzymatic. 2) Alat yang dipakai Jarum akupunktur yang terbuat dari baja tahan karat nomor 32 ukuran 1 cun (inci) buatan Cina. 3) Cara penusukan Penderita berbaring dalam keadaan terlentang. Daerah di sekitar titik akupunktur yang ditentukan dibersihkan dengan kapas alkohol, lalu dilakukan penusukan dengan jarum akupunktur steril pada titik-titik tersebut. Jarum ditusukkan perpendikular sampai mendapat te-ci (sensasi penjaruman), kemudian jarum ditinggal selama 15 menit. Penusukan diberikan 2 kali seminggu sampai mencapai 1 seri (10 kali kunjungan). Penderita yang termasuk kelompok akupunktur dan diet dikirim ke Bagian Gizi RSCM untuk memperoleh penerangan mengenai diet yang harus dilakukan. 4) Titik-titik yang dipilih • Cung Wan (XIII.12) : Terletak di garis tengah perut, di pertengahan fara prosesus xifoideus dan umbilikus. Vaskularisasi oleh arteri dan vena epigastrika superior. Inervasi oleh nervus interkostalis VII cabang kutaneus anterior. • Kung Sun (IV.4) : Terletak di tepi medial kaki pada lekuk anterior dan inferior dari basis os metatarsal I di kulit pada batas warna merah dan putih. Vaskularisasi oleh arteri tarsalis medialis dan jala vena dorsalis kaki. Inervasi oleh nervus sa-
  • 28. fenus dan cabang nervus peroneus superfisialis. • San Yin Ciao (IV.6) : Terletak 3 cun tepat di atas puncak maleolus medialis, di antara tepi posterior tibia dan m. soleus, bagian yang lebih dalam terletak pada m. fleksor digitorum longus. Vaskularisasi oleh vena safena magna, arteri dan vena tibialis posterior. Inervasi di bagian permukaan oleh nervus kutaneus kruris medialis dan di sebelah dalam pada bagian posterior oleh nervus tibialis. • Ci Cuen (XII.8) : Terletak di bagian medial sendi lutut. Bila lutut dalam keadaan fleksi, titik ini terletak di ujung lekuk transversal poplitea, pada tepi posterior kondilus medialis tibia dan pada tepi anterior insersio muskulus semimembranosus dan muskulus semitendinosus. Vaskularisasi oleh vena safena magna di bagian anterior, dalam perjalanan arteri genu suprema. Inervasi oleh cabang nervus safenus. Gambar 1. Lokasi titik Cung Wan (XIII.12) (Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture). Gambar 4. Gambar 2. Lokasi titik Kung Sun (IV.4) (Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture). Gambar 3. Lokasi titik San Yin Ciao (IV.6) (Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture). Lokasi titik di Cuen (XII.8) (Diambil dari Essentials of Chinese Acupuncture). 5) Evaluasi Pada akhir penelitian diadakan evaluasi dengan pemeriksaan kimia darah kembali dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Evaluasi dilakukan terhadap : a. Lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Hasil penelitian • sangat baik terdapat penurunan kadar kolesterol dan trigliserida sampai nilai normal (di bawah batas maksimum). • baik : terdapat penurunan kadar kolesterol dan trigliserida tapi masih di atas nilai normal. • gagal : tidak terdapat penurunan yang berarti (tetap) atau terdapat peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, kolesterol menurun dan trigliserida meningkat, trigliserida menurun dan kolesterol meningkat. b. Kolesterol saja. Hasil penelitian • sangat baik : terdapat penurunan kadar kolesterol sampai nilai normal (di bawah batas maksimum). • baik : terdapat penurunan kadar kolesterol tapi masih di atas nilai normal. • gagal : tidak terdapat penurunan atau terdapat peningkatan kadar kolesterol. c. Trigliserida saja. Hasil penelitian • sangat baik : terdapat penurunan kadar trigliserida Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 27
  • 29. sampai nilai normal (di bawah batas maksimum). • baik : terdapat penurunan kadar trigliserida tapi masih di atas nilai normal. • gagal : tidak terdapat penurunan atau terdapat pening- katan kadar trigliserida. Penelitian dianggap berhasil bila penderita termasuk dalam penilaian sangat baik dan baik. Juga dilakukan perhitungan statistik dengan rumus t Fisher untuk melihat efek akupunktur terhadap kadar kolesterol dan trigliserida. HASIL PENELITIAN Tabel I. Gambaran kadar kolesterol total dan trigliserida sebelum dan sesudah akupunktur serta hasil evaluasi penelitian Kolesterol total ( mg/dl) No. sebelum akp. 4. 5. 6. 7. 8. sesudah akp. 307 290 327 72 280 268 322 284 1. 2. 3. Trigliserida (mg/dl) sebelum sesudah akp. akp. 243 197 267 248 177 235 234 196 356 165 214 172 224 178 236 220 Hasil evaluasi penelitian 274 104 270 152 145 112 182 300 baik sangat baik gagal baik sangat baik sangat baik sangat baik gagal Dari tabel di atas tam pak penurunan kadar kolesterol pada 8 kasus, pada 5 kasus sampai nilai normal, pada 3 kasus masih di atas nilai normal. Trigliserida meningkat pada 5 kasus, 1 masih di atas nilai normal dan pada 2 kasus terjadi peningkatan. Hasil evaluasi penelitian : sangat baik pada 4 kasus, baik pada 2 kasus dan gagal 2 kasus. Tabel II. Gambaran kadar kolesterol dan trigliserida sebelum dan sesudah akupunktur dan diet serta hasil evaluasi penelitian No. Kolesterol total ( mg/dl) Trigliserida ( mg/dl) sebelum sesudah sebelum akp + diet akp + diet akp + diet 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 274 308 270 278 300 273 337 276 218 230 268 198 268 250 232 254 Hasil evaluasi sesudah akp + diet 164 180 214 105 237 128 240 168 162 165 197 87 199 124 194 162 sangat baik sangat baik gagal sangat baik baik baik sangat baik baik Dari tabel di atas tampak penurunan kadar kolesterol yang meningkat pada 7 kasus, pada 1 kasus tetap (4 sampai nilai normal, 3 masih di atas normal). Pada 3 kasus dengan trigliserida yang meningkat, terdapat penurunan sampai nilai normal. Hasil evaluasi penelitian adalah sangat baik pada 4 kasus, baik pada 3 kasus, gagal 1 kasus. Tabel III. Hasil penelitian menurut jenis lipoprotein yang meningkat pada masing-masing kasus No. Jenis lipoprotein yang meningkat Jumlah kasus Hasil penelitian sangat baik 1. 2. kolesterol & trigliserida kolesterol Jumlah 28 baik gagal 8 3 (37,5%) 2 (25%) 8 5 (62,5%) 3 (37,5%) 0 (0%) 8 (50%) 5 (31,25%) 3 (18,75%) 16 Cermin Dunia Kedokteran No. 44, 1987 3 (37,5%) Dari tabel di atas tampak penelitian berhasil pada 81,25% dari 16 kasus hiperlipoproteinemia dengan perincian sebagai berikut : sangat baik 50% (8 kasus), baik 31,25% (5 kasus) dan gagal 18,75% (3 kasus). Tabel IV. Efek akupunktur pada kadar kolesterol yang meningkat dengan hasil evaluasirya No. Sebelum akupunktur ( mg/dl) Sesudah akupunktur (mg/dl) Hasil evaluasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 274 307 290 327 308 270 278 272 300 273 280 337 268 276 322 284 218 243 197 267 230 268 198 248 268 250 224 232 235 254 234 196 sangat baik baik sangat baik baik sangat baik gagal sangat baik baik baik baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik sangat baik Dari tabel di atas tampak akupunktur berhasil menurunkan kadar kolesterol pada 15 kasus dan pada 1 kasus tetap, dengan evaluasi sangat baik pada 9 kasus (56,25%), baik pada 6 kasus (37,5%) dan gagal pada 1 kasus (6,25%). Tabel V. Efek akupunktur pada kadar trigliserida yang meningkat dan hasil evaluasinya No. Sebelum akupunktur (mg/dl) Sesudah akupunktur (mg/dl) Hasil evaluasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 356 214 214 237 224 240 236 220 274 270 197 199 145 194 182 300 baik gagal sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik gagal Dan tabel di atas tampak akupunktur berhasil menurunkan kadar trigliserida pada 6 kasus, dengan evaluasi sangat baik pada 5 kasus (62,5%), baik pada 1 kasus (12,5%) dan gagal pada 2 kasus (25%).