SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/id/kacang-tanah/blog-2

Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Spaeoisariopsis personata, dan penyakit
karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis mulai menyerang tanaman
kacang tanah saat tanaman berumur sekitar 50–60 hari hingga panen. Karena serangan terjadi
pada pertengahan menjelang akhir pertumbuhan tanaman, serangan penyakit tersebut seringkali
dianggap sebagai pertanda bahwa tanaman telah tua dan siap panen.

Telah diperoleh delapan galur kacang tanah yang memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap
penyakit karat dan bercak daun masing-masing dengan skor 2,5-3 dan 3-4 pada 100 hari setelah
tanam. Hasil polong kering berkisar antara 2,4 hingga 2,7 t/ha. Hampir seluruh galur terpilih
bertipe Spanish, dengan ukuran biji mulai sedang hingga agak besar. Warna kulit biji merah
muda cerah merupakan salah satu karakter unggul yang membedakan terhadap varietas lain.
Warna yang cerah mendekati putih diminati oleh sebagian konsumen, khususnya industri
makanan olahan.

Bercak daun Cercospora spp. dan karat (Puccinia arachidis) merupakan penyakit yang dominan
pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah.

Bercak daun Cercospora spp. dan karat (Puccinia arachidis) merupakan penyakit yang dominan
pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah. Di Kabupaten Banjarnegara,
penyemprotan fungisida Bitertanol 300 g/l pada umur 7, 9 dan 11 minggu cukup efektif menekan
serangan penyakit bercak daun dan karat, sehingga dapat menghasilkan jumlah daun saat panen
lebih besar dibanding perlakuan tanpa penyemprotan fungisida. Pengendalian penyakit daun
selain menekan kehilangan hasil polong 8,5–7,4%, juga dapat menekan kerontokkan daun,
sehingga hasil biomassa untuk pakan ternak semakin banyak.



Intensitas serangan penyakit daun dan hasil polong kering kacang tanah
tanpa dan dengan fungisida Banjarnegara, MT 2006.

                                   Intensitas serangan
                                                            Hasil polong
   Perlakuan                 Bercak daun      Karat daun kering (t/ha)
                            pada 85 hst (%) pada 85 hst (%)

   Tanpa fungisida                49,3            47,2            2,16
   Dengan fungisida               38,9            33,9            2,36
   Petani *)                      54,3            53,7            1,95

*) varietas lokal, tanpa seed treatment fungisida Captan, tanpa saluran drainase,
   tanpa fungisida kimia.

http://berbagiilmukehutanan.blogspot.com/2011/03/penerapan-postulat-koch-dalam.html
Postulat Koch
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada
1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi
untuk     menentukan     hubungan     sebab-musabab       antara   parasit   dan     penyakit.    Ia
menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya
telah dierapkan pada penyakit lain.
Isi postulat Koch adalah:

    •   Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
    •   Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
    •   Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.
    •   Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut

Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa Koch mengabaikan bagian kedua dari postulat
pertama (organisme penyakit tidak ditemukan pada hewan sehat), ketika ia menembukan karier
asimtomatik atau tak bertanda pada kolera. Kemudian karier asimtomatik bertambah seiiring
ditemukannya virus seperti polio, herpes simpleks, HIV dan hepatitis C. Postulat ketiganya pun
tidak selalu terjadi.



Sejarah
Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi
patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu.[1] Walaupun dalam masa Koch, dikenal
beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak
memenuhi semua postulatnya.[2] Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum
dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi.[3][4]
Kini, beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi
semua isi postulat.[5] Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak
diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.


Aplikasi Postulat Koch Pada Lahan Pertanaman Agroforestri
Pada pertanaman agroforestri terdapat kompetisi yang konstan untuk mendapatkan sumberdaya
terutama yang tersedia terbatas terutama dalam hal cahaya, air serta makro dan mikro nutrien
esensial. Dalam rangka persaingan unsur hara ini, banyak tanaman telah mengadopsikan stategi
penggunaan bahan kimia untuk mendapatkan pemenuhan sumberdaya tersedi dalam proporsi
yang lebih besar.
Pada pertanaman agroforestry dimana tanaman dari berbagai jenis diusahakan pada lahan yang
sama dengan pengaturan waktu tertentu sehingga kehadiran allelopati dari beberapa jenis dapat
mempengaruhi pertumbuhan jenis yang lain, sehingga pengelola harus mengetahui akibat dari
adaya allelopati ini dalam rangka perencanaan kedepan (Anonim, 2008).
Metode interaksi penyebaran allelopati dari aksi kompetitif secara alami dapat dijelaskan dengan
menerapkan penelitian menggunakan prinsip postulat Koch. Dalam tujuan menghadirkan
allelopati dengan baik, maka harus dihadirkan dengan cara mengambilnya dari tanaman yang
terkena pengaruh, kemudian mengamatinya untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan (Carroll,
1994).
Postulat Koch juga dapat digunakan ketika terdapat serangan oleh pathogen (Anonim, 2008)
pada pertanaman agroforestry, hal ini dimungkinkan misalnya pada agroforestry berbasis buah
ataupun agroforestry berbasis tanaman pertanian.




Penerapan Postulat Koch pada Pertanaman Manggis
Permasalahan yang dihadapi petani dan pelaku bisnis manggis di Indonesia adalah rendahnya
produktivitas dan kualitas manggis yang diproduksi. Pada tahun 2001, dari total produksi
nasional hanya 18,86% manggis yang memiliki kualitas layak ekspor. Hal ini terkait dengan
sistem produksi manggis yang sebagian besar berasal dari tanaman manggis rakyat yang
berada dalam kebun campuran maupun
pekarangan yang tidak dipelihara secara optimal. Sampai tahun 2004 ini, dari studi kasus
yang dilakukan oleh PKBT IPB dalam kegiatan pendampingan konversi hutan manggis
menjadi kebun manggis telah berhasil meningkatkan produktivitas dan kualitas buah ekspor.
Peningkatan produktivitas mencapai 45 – 80 kg/pohon dari semula hanya 5 – 20 kg/pohon dan
kualitas buah ekspor yang dihasilkan mencapai 40%. Oleh karena itu, perbaikan sistem
produksi manggis perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya meningkatkan
agribisnis manggis (Anonim, 2004).
Salah satu penyebab rendahnya mutu manggis adalah penyakit getah kuning yang menyebabkan
     rasanya menjadi pahit dan burik di kulit buah yang membuat warna kulit buah menjadi kusam
     dan tidak menarik. Penyakit getah kuning dan burik tidak hanya terdapat pada buah yang
     matang, tetapi juga sudah menyerang buah yang umur 9 minggu setelah bunga mekar
     (minggu setelah anthesis). Pengendalian hama dan penyakit dapat meningkatkan kualitas
     buah (Anonim, 2004).
     Penyebab getah kuning belum diketahui dengan pasti sehingga perlu dilakukan identifikasi
     penyebab penyakit untuk menetapkan metode pengendalian yang efektif. Sebagian ahli
     menduga, getah kuning merupakan penyakit fisiologis yang terjadi karena pecahnya sel-sel
     kulit buah akibat perubahan potensial air saat pergantian musim hujan ke musim
     kemarau. Pendapat lain mengatakan getah kuning disebabkan karena pelukaan kulit buah
     bagian dalam akibat benturan antar buah. Identifikasi awal terhadap mikroorganisme yang
     berasosiasi dengan getah kuning mendapatkan lima isolat bakteri patogen. Verifikasi
     apakah bakteri tersebut adalah penyebab primer atau sekunder dilakukan dengan pengujian
     Postulat Koch (Anonim,2009).




     Referensi
Anonim. 2004. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional 2004 Pengembangan Buah-buahan
     Unggulan Indonesia. www.google.com/search?.
Anonim.    2008.   Crop     Diversity   andthe   Food   Crisis.   http://www.spc.int/lrd/Publications/
     LRD_Newsletter/LRD%20news%20Vol%20no.2.pdf
Anonim. 2009. Budidaya Gaharu Sistem Bio Induksi, Hasil Kerja Keras Peneliti Balitbang Kehutanan
     Dephut. www.Baungcamp.com. Diunduh tanggal 12 April 2009.
Carroll, Matthew W. 1994. Allelopathic Interactions In A Temperate Forest Setting By Higher Woody
     Plants And Understory Components. Colorado State University.
postulat kouch
04 Mar

POSTULAT KOCH

I. Pendahuluan

Penyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami gangguan fungsi fisiologis
secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan tanda. Gangguan fisiologis ini
disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik
(suhu, kelembaban, unsur hara mineral) (Agrios, 1996). Percobaan Koch dan peneliti-peniliti
telah membuktikan bahwa jasad renik tertentu menyebabkan penyakit tertentu pula yang dikenal
dengan postulat Koch.

Dalam Postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab
penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu
berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat
diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada
tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit. Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama
dengan hasil isolasi yang pertama.

Postulat Koch ini dapat membuktikan bahwa hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada
tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit. Praktikum kali ini akan mengisolasi Colletotrichum capsici ke cabai yang masih sehat.



II. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi Postulat Koch pada cabe.



III. Hasil Pengamatan

Foto Colletotrichum capsici                Kontrol
Bagian yang
terserang
penyakit




               agrilands.net

Karena pada praktikum kali ini kelompok kami gagal, maka kami tidak menyertakan perhitungan
diameter.

IV. Pembahasan

Postulat Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab
penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu
berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat
diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada
tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit. Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama
dengan hasil isolasi yang pertama.

Berdasarkan kriteria diatas, pada praktikum ini dilakukan isolasi cendawan Colletotricum capsici
pada tanaman cabai. Cabai yang telah dimasuki inokulum Colletotricum capsici seharusnya
terinfeksi oleh cendawan tersebut. Akan tetepi ternyata percabaan yang kami lakukan gagal.
Terdapat polutan yang menyebabkan Colletotricum capsici tidak tumbuh pada cabai. Berdasrkan
postulat Koch ada dua hal yang dapat menyebabkan percobaan ini gagal yaitu biakan
mikroorganisme yang di isolasi ke cabai bukan merupakan biakan murni atau terkontaminasai
oleh mikroorganisme yang lain. Yang kedua adalah cabai yang digunakan merupakan cabai yang
tahan (tidak suseptibel) sehingga cendawan Colletotricum capsici tidak mampumenginfeksi
cabai tersebut. yang sehat.

V. Simpulan

Isolasi cenadawan Colletotricum capsici pada cabai memenuhi criteria organisme penyebab
penyakit. Namun inokulum yang di isolasi harus merupakan biakan murni agar percobaan
berhasil dan dilakukan secara aseptic agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisma lain.
VI. Daftar Pustaka

Agrios G N. 1996. Plant Pathology. Gainesville: Unyversity of Florida. (13 Desember 2010)

Pelezar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)
(13 Desember 2010)

Streets, R.B. 1972. Diagnosis of Plant Diseases. Tuscon:The University of Arizona Press




Robert Koch (1843-1910)




SALAH satu faktor utama penyebab timbulnya penyakit adalah kontaminasi mikroorganisme
berupa bakteri. Meskipun terdapat spesies bakteri tertentu yang menguntungkan bagi hewan dan
manusia, namun bakteri dapat pula menjadi penyebab timbulnya suatu penyakit yang sangat
merugikan. Salah satunya adalah penyakit antraks.

Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Bacillus anthracis yang
bersifat akut. Penyakit ini sering kali ditemui pada hewan-hewan ternak (farm animals), namun
dapat menular pula pada manusia (zoonosis). Antraks masih menjadi masalah khusus di
sejumlah negara, termasuk Indonesia. Keberadaannya sangat ditakuti oleh masyarakat dan
pelaku usaha pada bidang peternakan. Selain karena menyebabkan kerugian materi akibat
matinya ternak, antraks juga bisa menyebabkan nyawa manusia melayang.

Untungnya, manusia memiliki pengetahuan mengenai antraks, meski pengetahuan itu masih
terbatas. Pengetahuan manusia terhadap antraks tidak terlepas dari jasa para peneliti di masa lalu.
Antraks dapat diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri setelah melalui berbagai
macam percobaan dan penelitian. Pada saat ini, bakteri antraks dapat diidentifikasi dan
dikembangbiakkan dalam sebuah media tertentu. Hal tersebut dapat terwujud berkat hasil kerja
keras seorang bakteriologis berkebangsaan Jerman bernama Robert Koch (1843-1910).

Penelitian pada tikus

Robert Koch lahir pada tanggal 11 Desember 1843 di Clausthal-Zellerfeld, Hannover, Jerman
dengan nama Robert Heinrich Hermann Koch. Ayahnya adalah seorang ahli pertambangan
terkemuka. Koch menempuh pendidikan dasar di sekolah lokal yang terletak tidak jauh dari
tempat tinggalnya. Pada saat memasuki sekolah menengah atas, Koch menunjukkan
ketertarikannya yang sangat tinggi terhadap biologi.

Dalam biografi Robert Koch pada sebuah publikasi yang berjudul Nobel Lectures, Physiology or
Medicine 1901-1921 dijelaskan, Koch mempelajari ilmu kedokteran di University of Gottingen
pada tahun 1862. Kemudian, di tempat ini Koch mengenal seorang profesor dalam bidang
anatomi, Jacob Henle. Perkenalan tersebut tampaknya menjadi pengalaman yang bersejarah bagi
Koch.

Jacob Henle adalah orang pertama yang mempengaruhi Koch untuk mempelajari bakteriologi.
Hal itu dirasakan Koch ketika mengetahui pendapat Henle yang menyatakan, penyakit menular
disebabkan oleh organisme parasit hidup. Setelah itu, Koch pun lulus dan mendapat gelar M.D.
(medical doctor) pada tahun 1866. Koch kemudian menikah dengan Emmy Fraats yang
memberikannya seorang anak bernama Gertrud.

Penelitian Koch terhadap antraks dimulai ketika antraks menjadi penyakit hewan dengan
prevalensi paling tinggi pada masa itu. Dengan berbekal sebuah mikroskop sederhana dalam
laboratorium di ruangan rumahnya, Koch mencoba membuktikan secara ilmiah mengenai
bacillus yang menyebabkan antraks. Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus anthracis
ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch mendapatkan Bacillus anthracis tersebut dari limpa hewan
ternak yang mati karena antraks.

Hasilnya, semua tikus yang telah disuntik oleh Bacillus anthracis ditemukan dalam keadaan mati.
Sementara itu, tikus yang suntik oleh darah yang berasal dari limpa hewan sehat ditemukan
dalam keadaan masih hidup. Melalui percobaannya ini, Koch memperkuat hasil penelitian
ilmuwan lain yang menyatakan, penyakit ini dapat menular melalui darah dari hewan yang
menderita antraks.
Rasa keingintahuan Koch terhadap antraks semakin besar setelah berhasil melakukan percobaan
pertamanya. Casimir Davaine merupakan ilmuwan yang membuktikan penularan langsung
Bacillus anthracis di antara beberapa ekor sapi. Namun, Koch ingin mengetahui apakah Bacillus
anthracis yang tidak pernah kontak dengan segala jenis hewan dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Koch menemukan metode dalam pemurnian
bacillus dari sampel darah untuk kemudian dikembangbiakkan.

Melalui metode tersebut Koch mampu mengidentifikasi, mempelajari, dan mengambil gambar
bacillus yang sedang dikembangbiakkan. Setelah itu dapat disimpulkan, jika Bacillus anthracis
berada dalam lingkungan yang tidak disukainya dan berada di luar inang (host), bakteri tersebut
akan memproduksi spora untuk melawan lingkungan yang tidak cocok baginya. Kondisi seperti
ini dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ketika kondisi lingkungan telah kembali
cocok dan normal, spora akan memicu berkembangnya kembali bacillus. Jika spora tersebut
tertanam dalam tanah, maka akan menyebabkan penyebaran antraks secara spontan (spontaneous
outbreak).

Postulat Koch

Dari percobaan keduanya tersebut, Koch menyimpulkan, meskipun bacillus tidak kontak dengan
segala jenis hewan, namun mereka tetap dapat menyebabkan timbulnya antraks. Hasil penemuan
tersebut didemonstrasikan oleh Koch di hadapan dua orang profesor yang bernama Ferdinand
Cohn dan Cohnheim. Kedua orang profesor itu sangat terkesan dengan penemuan Koch.

Pada tahun 1876 Ferdinand Cohn mempublikasikan penemuan Koch dalam sebuah jurnal. Tidak
lama setelah itu, Koch menjadi cukup terkenal dan dirinya diberi penghargaan berupa sebuah
pekerjaan di Kantor Kesehatan Kekaisaran (Imperial Health Office) pada tahun 1880 di Berlin.

Popularitas dan penghargaan tidak membuat Koch cepat berpuas diri. Di tempat kerjanya yang
baru, Koch mendapat fasilitas berupa laboratorium yang lebih baik dari sebelumnya. Koch
kemudian menemukan metode penanaman kultur bakteri dalam media padat seperti kentang.
Koch pun mengembangkan metode baru dalam mengidentifikasi bakteri dengan zat warna
(staining) agar lebih mudah terlihat.

Berbagai metode yang ditemukan oleh Koch tersebut dapat membuat bakteri patogen lebih
mudah didapatkan dalam kultur murni (pure culture). Padahal sebelumnya, bakteri patogen
sangat sulit didapatkan karena tercampur dengan organisme lain yang dapat ikut teridentifikasi.
Dengan alasan tersebut, Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus
dipenuhi sebelum bakteri dianggap sebagai penyebab penyakit. Rumusan tersebut dikenal
dengan Postulat-postulat Koch (Koch’s Postulates).
Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab
penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat.

Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa. Kedua, telah diolah
dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original
infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat diperoleh
kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali.

Sempat ke Jawa

Penelitian-penelitian yang dilakukan Koch tidak terbatas pada antraks. Penyakit lain seperti TBC
(tuberculosis) dan kolera turut diteliti pula oleh Koch. Pada tahun 1883, Koch dikirim ke Mesir
sebagai pimpinan Komisi Kolera German (German Cholera Commission) untuk menginvestigasi
penyebaran kolera di negara tersebut. Meskipun Koch belum membuktikannya dalam berbagai
percobaan, Koch dapat mengidentifikasi bakteri bernama Vibrio bacterium sebagai penyebab
kolera.
Koch diangkat sebagai profesor dalam bidang ilmu kesehatan di Universitas Berlin pada tahun
1885. Selain itu, Koch pun mendapatkan gelar profesor kehormatan di fakultas kedokteran dan
menjabat sebagai pimpinan pada Lembaga Penyakit-penyakit Menular (Insitute for Infectious
Diseases). Koch telah berkeliling ke berbagai tempat di dunia untuk mempelajari berbagai
macam penyakit, termasuk ke Pulau Jawa.

Pada tahun 1905, Koch dianugerahi hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau kedokteran. Koch
mengabdikan hampir seluruh hidupnya dalam bidang bakteriologi yang berguna dalam
mempelajari berbagai macam penyakit. Robert Koch meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 1910
dan dikenang sebagai salah satu pendiri bidang ilmu bakteriologi.***

M. Ikhsan Shiddieqy
Kliping Cybermedia http://www.ilunifk83.com/t265-robert-koch. 2010



Latar Belakang


      Pada umumnya penyakit yang menyerang pertanaman kacang tanah di Indonesia adalah
penyakit layu bakteri, bercak daun awal, bercak daun lambat, dan karat yang masing-masing
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, Cercospora arachidicola, Cercosporidium personatum,
dan Puccinia arachidis. Penyakit karat daun Puccinia arachidis merupakan penyakit yang cukup
berbahaya pada pertanaman kacang tanah. Puccinia arachidis sendiri merupakan cendawan
parasit obligat yang tidak dapat hidup sebagai secara saprofit. Dalam membuktikan penyebab
suatu penyakit, diperlukan metode pembuktian. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah
metode postulat koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan
Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya
harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia
menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya
telah dierapkan pada penyakit lain. (Wikipedia).


       Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk
mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa
Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit
dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat
saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus
belum dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Kini, beberapa penyebab infektif diterima
sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam
penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.

Tujuan


       Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman praktek Postulat koch dalam
identifikasi penyebab penyakit tanaman, agar kelak mahasiswa dapat menerapkan di lapangan
dan laboratorium.


bercak-bercak karat berwarna orange. Hal ini mungkin disebabkan karena tanaman kacang tanah masih terlalu

muda, sehingga masih relatif tahan terhadap penyakit. Selain itu, mungkin air yang digunakan dalam

pembuatan cairan inokulasi karat terlalu banyak, sehingga jumlah inokulum karat yang disemprotkan ke

tanaman terlalu sedikit. Akibatnya, gejala karat belum muncul dalam satu minggu.
Karena setelah satu minggu tanaman belum menunjukkan gejala karat, maka dilakukan inokulasi

ulang menggunakan agar air (water agar) yang ditempelkan pada permukaan bawah daun. Inokulum karat

diletakkan pada media

water agar yang berfungsi untuk melembabkan sehingga uredospora dapat
berkecambah dan menginfeksi tanaman.


         Setelah satu minggu dari reinokulasi, tanaman kacang tanah segera menunjukan gejala karat. Gejala

karat berupa bercak-bercak berwarna orange yang terlihat jelas pada permukaan bawah daun. Dari tiga pot

tanaman kacang tanah yang diinokulasi, total kejadian penyakitnya adalah 100%. Artinya, semua tanaman

dalam ketiga pot menunjukkan gejala penyakit karat. Pada ketiga pot tanaman kontrol tidak ditemukan gejala

karat.

Bercak karat ternyata tidak hanya muncul pada daun yang ditempeliwater
agar, tetapi juga pada daun lain yang tidak ditempeli water agar. Kemunculan


bercak pada daun lain ini diduga akibat inokulasi awal yang dilakukan dengan penyemprotan. Cendawan karat

tersebut baru tampak gejalanya setelah dua minggu dari waktu inokulasi. Berdasarkan pengamatan, ternyata

terdapat perbedaan waktu munculnya gejala antara inokulasi pertama (penyemprotan) dengan inokulasi kedua

(water agar). Hal ini terjadi akibat pengaruh kelembaban. Pada inokulasi menggunakan water agar,

kelembaban uredospora akan tetap terjaga sehingga cepat berkecambah. Sedangkan pada inokulasi semprot,

ada kemungkinan uredospora lambat berkecambah karena menempel di daun yang kurang lembab.

5




Gambar 1. Dari kiri: 1) Pustul karat pada permukaan bawah daun 2) Daun kacang
tanah yang terserang karat 3) Uredospora Puccinia arachidis
Postulat Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan oleh Robert Koch pada tahun 1884 dan diterbitkan

pada tahun 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara

parasit dan penyakit (en.wikipedia.org).

Isi Postulat Koch antara lain:
1.Organisme (parasit) harus ditemukan dalam tanaman yang sakit, tidak
pada yang sehat
2.Organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan dibiakkan dalam
kultur murni
3.Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada
tanaman yang sehat
4.Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari tanaman yang dicobakan
tersebut


         Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen

yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Kini, beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab

penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis

mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.

Puccinia arachidis merupakan cendawan penyebab penyakit karat pada


kacang tanah. Cendawan ini menurut klasifikasinya termasuk dalam filum Basidiomycota, kelas

Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili Pucciniaceae, dan genusPuccin ia.


         Penyakit karat dapat dikenali ketika pustul berwarna orange muncul di permukaan daun bagian

bawah dan pecah mengeluarkan uredospora yang berwarna coklat kemerah-merahan. Pustul muncul pertama

kali di permukaan bawah dan pada cultivar yang sangat rentan pustul awal tersebut dapat dikelilingi oleh

koloni pustul-pustul sekunder (www.ikisan.com). Bentuk pustul biasanya

6
bundar dengan diameter 0,5 – 1,4 mm. Gejala penyakit ini tampak seperti bercak- bercak coklat muda sampai

orange (warna karat) pada daun. Daun gugur sebelum waktunya. Produksi polong pun menurun akibat

serangan patogen ini, kandungan minyak pun akan menjadi lebih rendah. Pengendalian penyakit menggunakan

varietas tanaman yang resisten. Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Selain itu juga dengan

penyemprotan fungisida yang sesuai dengan kondisi setempat. (Perdana, 2009).

Gambar 1. Tanaman kacang tanah yang terserang karat (sebagai inokulum)
Gambar 2. Pustul penyakit karat dan uredospora cendawan Puccinia arachidis
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 3. Dari kiri atas: (a), (b), (c) dan (d) Tanaman kacang tanah hasil
pengujian Postulat Koch (Gejala karat dilingkari merah), (e) Tanaman kontrol
7
KESIMPULAN


         Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa Postulat Koch yang

dilakukan berhasil. Tanaman kacang tanah yang diinokulasi dengan cendawan karat Puccinia arachidis

menunjukkan gejala dan tanda penyakit yang sama dengan tahap asosiasi. Tahapan Postulat Koch yang

digunakan hanya meliputi asosiasi dan inokulasi sebab cendawan karat merupakan parasit obligat sehingga

tidak dapat diisolasi dalam media buatan.

8
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. Puccinia arachidis. http://en.wikipedia.org/wiki/Puccinia_
[Anonim]. Groundnut Disease. www.ikisan.com/links/ap_groundnutDisease (15



      Juni 2009)

[Anonim]. http://www.scielo.br/img/revistas/fb/v31n4/15f1f.jpg (15 Juni 2009)

[Anonim].http://www.viarural.com.ar/viarural.com.ar/agricultura/aa-

enfermedades/puccinia-arachidis-02-red.jpg (15 Juni 2009)
Adnan, Abdul Muin. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Bogor: Departemen
Proteksi Tanaman IPB.
Perdana,
Dimas
Aditya.
2009.
Budidaya
Kacang
Tanah.
http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/04/budidaya-kacang-
tanah.html (15 Juni 2009)
Sinaga, Meity Suradji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta:
Penebar Swadaya
KACANG TANAH] Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeMaedy Ripani
 
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)Dokter Tekno
 
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
metamorfosis akar, batang. daun
metamorfosis akar, batang. daunmetamorfosis akar, batang. daun
metamorfosis akar, batang. daunAulliya silfiana
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiJeanne Isbeanny LFH
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Interaksi antar-gen
Interaksi antar-genInteraksi antar-gen
Interaksi antar-genJeneng Omega
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram BungaPPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram BungaAgustin Dian Kartikasari
 

What's hot (20)

PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
 
Tata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhanTata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhan
 
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
 
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
 
Filotaksis daun
Filotaksis daunFilotaksis daun
Filotaksis daun
 
metamorfosis akar, batang. daun
metamorfosis akar, batang. daunmetamorfosis akar, batang. daun
metamorfosis akar, batang. daun
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Udara Tanah
Udara TanahUdara Tanah
Udara Tanah
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
 
2. tumbuhan berkormus
2. tumbuhan berkormus2. tumbuhan berkormus
2. tumbuhan berkormus
 
5. Arsitektur Pohon
5. Arsitektur Pohon5. Arsitektur Pohon
5. Arsitektur Pohon
 
Interaksi antar-gen
Interaksi antar-genInteraksi antar-gen
Interaksi antar-gen
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram BungaPPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
 

Similar to KACANG TANAH] Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun

Postulat koch
Postulat kochPostulat koch
Postulat kochailuaan25
 
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxPPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxssuser018360
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Ekal Kurniawan
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...Repository Ipb
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Moh Masnur
 
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptxSinmaysinRaya
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optAndrew Hutabarat
 
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaLiana Susanti SMPN 248
 
Peranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismePeranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismeDendhy Nugraha
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Manfaat biologi dalam berbagai bidang
Manfaat biologi dalam berbagai bidangManfaat biologi dalam berbagai bidang
Manfaat biologi dalam berbagai bidangSeptian Muna Barakati
 

Similar to KACANG TANAH] Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun (20)

Lap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adzLap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adz
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
PENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.pptPENYAKIT-I.ppt
PENYAKIT-I.ppt
 
Postulat koch
Postulat kochPostulat koch
Postulat koch
 
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxPPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Cutis ProtoTheca
Cutis ProtoThecaCutis ProtoTheca
Cutis ProtoTheca
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
 
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
 
Peranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismePeranan mikroorganisme
Peranan mikroorganisme
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Manfaat biologi dalam berbagai bidang
Manfaat biologi dalam berbagai bidangManfaat biologi dalam berbagai bidang
Manfaat biologi dalam berbagai bidang
 

More from Dickdick Maulana

Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Dickdick Maulana
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Dickdick Maulana
 
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Dickdick Maulana
 
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaPmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaDickdick Maulana
 
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarMateri  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarDickdick Maulana
 
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi Dickdick Maulana
 
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganPengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganDickdick Maulana
 
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanPp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanDickdick Maulana
 
Sufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportSufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportDickdick Maulana
 
Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Dickdick Maulana
 
Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Dickdick Maulana
 
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Dickdick Maulana
 
Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Dickdick Maulana
 
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendiMetode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendiDickdick Maulana
 
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahSni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahDickdick Maulana
 

More from Dickdick Maulana (20)

Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
 
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
 
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaPmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
 
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarMateri  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
 
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
 
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan SampahPengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
 
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganPengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
 
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanPp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
 
Sufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportSufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies report
 
Kesling 2
Kesling 2 Kesling 2
Kesling 2
 
Water quality strategy
Water quality strategy Water quality strategy
Water quality strategy
 
Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water
 
Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
 
Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere)
 
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendiMetode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
 
Tetraethyl orthosilicate
Tetraethyl orthosilicateTetraethyl orthosilicate
Tetraethyl orthosilicate
 
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahSni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
 

KACANG TANAH] Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun

  • 1. Galur Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan Bercak Daun http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/id/kacang-tanah/blog-2 Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Spaeoisariopsis personata, dan penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis mulai menyerang tanaman kacang tanah saat tanaman berumur sekitar 50–60 hari hingga panen. Karena serangan terjadi pada pertengahan menjelang akhir pertumbuhan tanaman, serangan penyakit tersebut seringkali dianggap sebagai pertanda bahwa tanaman telah tua dan siap panen. Telah diperoleh delapan galur kacang tanah yang memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap penyakit karat dan bercak daun masing-masing dengan skor 2,5-3 dan 3-4 pada 100 hari setelah tanam. Hasil polong kering berkisar antara 2,4 hingga 2,7 t/ha. Hampir seluruh galur terpilih bertipe Spanish, dengan ukuran biji mulai sedang hingga agak besar. Warna kulit biji merah muda cerah merupakan salah satu karakter unggul yang membedakan terhadap varietas lain. Warna yang cerah mendekati putih diminati oleh sebagian konsumen, khususnya industri makanan olahan. Bercak daun Cercospora spp. dan karat (Puccinia arachidis) merupakan penyakit yang dominan pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah. Bercak daun Cercospora spp. dan karat (Puccinia arachidis) merupakan penyakit yang dominan pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah. Di Kabupaten Banjarnegara, penyemprotan fungisida Bitertanol 300 g/l pada umur 7, 9 dan 11 minggu cukup efektif menekan serangan penyakit bercak daun dan karat, sehingga dapat menghasilkan jumlah daun saat panen lebih besar dibanding perlakuan tanpa penyemprotan fungisida. Pengendalian penyakit daun selain menekan kehilangan hasil polong 8,5–7,4%, juga dapat menekan kerontokkan daun, sehingga hasil biomassa untuk pakan ternak semakin banyak. Intensitas serangan penyakit daun dan hasil polong kering kacang tanah tanpa dan dengan fungisida Banjarnegara, MT 2006. Intensitas serangan Hasil polong Perlakuan Bercak daun Karat daun kering (t/ha) pada 85 hst (%) pada 85 hst (%) Tanpa fungisida 49,3 47,2 2,16 Dengan fungisida 38,9 33,9 2,36 Petani *) 54,3 53,7 1,95 *) varietas lokal, tanpa seed treatment fungisida Captan, tanpa saluran drainase, tanpa fungisida kimia. http://berbagiilmukehutanan.blogspot.com/2011/03/penerapan-postulat-koch-dalam.html
  • 2. Postulat Koch Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya telah dierapkan pada penyakit lain. Isi postulat Koch adalah: • Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat. • Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni. • Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat. • Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa Koch mengabaikan bagian kedua dari postulat pertama (organisme penyakit tidak ditemukan pada hewan sehat), ketika ia menembukan karier asimtomatik atau tak bertanda pada kolera. Kemudian karier asimtomatik bertambah seiiring ditemukannya virus seperti polio, herpes simpleks, HIV dan hepatitis C. Postulat ketiganya pun tidak selalu terjadi. Sejarah Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu.[1] Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya.[2] Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi.[3][4] Kini, beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat.[5] Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat. Aplikasi Postulat Koch Pada Lahan Pertanaman Agroforestri Pada pertanaman agroforestri terdapat kompetisi yang konstan untuk mendapatkan sumberdaya terutama yang tersedia terbatas terutama dalam hal cahaya, air serta makro dan mikro nutrien
  • 3. esensial. Dalam rangka persaingan unsur hara ini, banyak tanaman telah mengadopsikan stategi penggunaan bahan kimia untuk mendapatkan pemenuhan sumberdaya tersedi dalam proporsi yang lebih besar. Pada pertanaman agroforestry dimana tanaman dari berbagai jenis diusahakan pada lahan yang sama dengan pengaturan waktu tertentu sehingga kehadiran allelopati dari beberapa jenis dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis yang lain, sehingga pengelola harus mengetahui akibat dari adaya allelopati ini dalam rangka perencanaan kedepan (Anonim, 2008). Metode interaksi penyebaran allelopati dari aksi kompetitif secara alami dapat dijelaskan dengan menerapkan penelitian menggunakan prinsip postulat Koch. Dalam tujuan menghadirkan allelopati dengan baik, maka harus dihadirkan dengan cara mengambilnya dari tanaman yang terkena pengaruh, kemudian mengamatinya untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan (Carroll, 1994). Postulat Koch juga dapat digunakan ketika terdapat serangan oleh pathogen (Anonim, 2008) pada pertanaman agroforestry, hal ini dimungkinkan misalnya pada agroforestry berbasis buah ataupun agroforestry berbasis tanaman pertanian. Penerapan Postulat Koch pada Pertanaman Manggis Permasalahan yang dihadapi petani dan pelaku bisnis manggis di Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan kualitas manggis yang diproduksi. Pada tahun 2001, dari total produksi nasional hanya 18,86% manggis yang memiliki kualitas layak ekspor. Hal ini terkait dengan sistem produksi manggis yang sebagian besar berasal dari tanaman manggis rakyat yang berada dalam kebun campuran maupun pekarangan yang tidak dipelihara secara optimal. Sampai tahun 2004 ini, dari studi kasus yang dilakukan oleh PKBT IPB dalam kegiatan pendampingan konversi hutan manggis menjadi kebun manggis telah berhasil meningkatkan produktivitas dan kualitas buah ekspor. Peningkatan produktivitas mencapai 45 – 80 kg/pohon dari semula hanya 5 – 20 kg/pohon dan kualitas buah ekspor yang dihasilkan mencapai 40%. Oleh karena itu, perbaikan sistem produksi manggis perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya meningkatkan agribisnis manggis (Anonim, 2004).
  • 4. Salah satu penyebab rendahnya mutu manggis adalah penyakit getah kuning yang menyebabkan rasanya menjadi pahit dan burik di kulit buah yang membuat warna kulit buah menjadi kusam dan tidak menarik. Penyakit getah kuning dan burik tidak hanya terdapat pada buah yang matang, tetapi juga sudah menyerang buah yang umur 9 minggu setelah bunga mekar (minggu setelah anthesis). Pengendalian hama dan penyakit dapat meningkatkan kualitas buah (Anonim, 2004). Penyebab getah kuning belum diketahui dengan pasti sehingga perlu dilakukan identifikasi penyebab penyakit untuk menetapkan metode pengendalian yang efektif. Sebagian ahli menduga, getah kuning merupakan penyakit fisiologis yang terjadi karena pecahnya sel-sel kulit buah akibat perubahan potensial air saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Pendapat lain mengatakan getah kuning disebabkan karena pelukaan kulit buah bagian dalam akibat benturan antar buah. Identifikasi awal terhadap mikroorganisme yang berasosiasi dengan getah kuning mendapatkan lima isolat bakteri patogen. Verifikasi apakah bakteri tersebut adalah penyebab primer atau sekunder dilakukan dengan pengujian Postulat Koch (Anonim,2009). Referensi Anonim. 2004. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional 2004 Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. www.google.com/search?. Anonim. 2008. Crop Diversity andthe Food Crisis. http://www.spc.int/lrd/Publications/ LRD_Newsletter/LRD%20news%20Vol%20no.2.pdf Anonim. 2009. Budidaya Gaharu Sistem Bio Induksi, Hasil Kerja Keras Peneliti Balitbang Kehutanan Dephut. www.Baungcamp.com. Diunduh tanggal 12 April 2009. Carroll, Matthew W. 1994. Allelopathic Interactions In A Temperate Forest Setting By Higher Woody Plants And Understory Components. Colorado State University.
  • 5. postulat kouch 04 Mar POSTULAT KOCH I. Pendahuluan Penyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan tanda. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, unsur hara mineral) (Agrios, 1996). Percobaan Koch dan peneliti-peniliti telah membuktikan bahwa jasad renik tertentu menyebabkan penyakit tertentu pula yang dikenal dengan postulat Koch. Dalam Postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi yang pertama. Postulat Koch ini dapat membuktikan bahwa hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Praktikum kali ini akan mengisolasi Colletotrichum capsici ke cabai yang masih sehat. II. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi Postulat Koch pada cabe. III. Hasil Pengamatan Foto Colletotrichum capsici Kontrol
  • 6. Bagian yang terserang penyakit agrilands.net Karena pada praktikum kali ini kelompok kami gagal, maka kami tidak menyertakan perhitungan diameter. IV. Pembahasan Postulat Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi yang pertama. Berdasarkan kriteria diatas, pada praktikum ini dilakukan isolasi cendawan Colletotricum capsici pada tanaman cabai. Cabai yang telah dimasuki inokulum Colletotricum capsici seharusnya terinfeksi oleh cendawan tersebut. Akan tetepi ternyata percabaan yang kami lakukan gagal. Terdapat polutan yang menyebabkan Colletotricum capsici tidak tumbuh pada cabai. Berdasrkan postulat Koch ada dua hal yang dapat menyebabkan percobaan ini gagal yaitu biakan mikroorganisme yang di isolasi ke cabai bukan merupakan biakan murni atau terkontaminasai oleh mikroorganisme yang lain. Yang kedua adalah cabai yang digunakan merupakan cabai yang tahan (tidak suseptibel) sehingga cendawan Colletotricum capsici tidak mampumenginfeksi cabai tersebut. yang sehat. V. Simpulan Isolasi cenadawan Colletotricum capsici pada cabai memenuhi criteria organisme penyebab penyakit. Namun inokulum yang di isolasi harus merupakan biakan murni agar percobaan berhasil dan dilakukan secara aseptic agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisma lain.
  • 7. VI. Daftar Pustaka Agrios G N. 1996. Plant Pathology. Gainesville: Unyversity of Florida. (13 Desember 2010) Pelezar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press) (13 Desember 2010) Streets, R.B. 1972. Diagnosis of Plant Diseases. Tuscon:The University of Arizona Press Robert Koch (1843-1910) SALAH satu faktor utama penyebab timbulnya penyakit adalah kontaminasi mikroorganisme berupa bakteri. Meskipun terdapat spesies bakteri tertentu yang menguntungkan bagi hewan dan manusia, namun bakteri dapat pula menjadi penyebab timbulnya suatu penyakit yang sangat merugikan. Salah satunya adalah penyakit antraks. Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Bacillus anthracis yang bersifat akut. Penyakit ini sering kali ditemui pada hewan-hewan ternak (farm animals), namun dapat menular pula pada manusia (zoonosis). Antraks masih menjadi masalah khusus di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Keberadaannya sangat ditakuti oleh masyarakat dan pelaku usaha pada bidang peternakan. Selain karena menyebabkan kerugian materi akibat
  • 8. matinya ternak, antraks juga bisa menyebabkan nyawa manusia melayang. Untungnya, manusia memiliki pengetahuan mengenai antraks, meski pengetahuan itu masih terbatas. Pengetahuan manusia terhadap antraks tidak terlepas dari jasa para peneliti di masa lalu. Antraks dapat diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri setelah melalui berbagai macam percobaan dan penelitian. Pada saat ini, bakteri antraks dapat diidentifikasi dan dikembangbiakkan dalam sebuah media tertentu. Hal tersebut dapat terwujud berkat hasil kerja keras seorang bakteriologis berkebangsaan Jerman bernama Robert Koch (1843-1910). Penelitian pada tikus Robert Koch lahir pada tanggal 11 Desember 1843 di Clausthal-Zellerfeld, Hannover, Jerman dengan nama Robert Heinrich Hermann Koch. Ayahnya adalah seorang ahli pertambangan terkemuka. Koch menempuh pendidikan dasar di sekolah lokal yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada saat memasuki sekolah menengah atas, Koch menunjukkan ketertarikannya yang sangat tinggi terhadap biologi. Dalam biografi Robert Koch pada sebuah publikasi yang berjudul Nobel Lectures, Physiology or Medicine 1901-1921 dijelaskan, Koch mempelajari ilmu kedokteran di University of Gottingen pada tahun 1862. Kemudian, di tempat ini Koch mengenal seorang profesor dalam bidang anatomi, Jacob Henle. Perkenalan tersebut tampaknya menjadi pengalaman yang bersejarah bagi Koch. Jacob Henle adalah orang pertama yang mempengaruhi Koch untuk mempelajari bakteriologi. Hal itu dirasakan Koch ketika mengetahui pendapat Henle yang menyatakan, penyakit menular disebabkan oleh organisme parasit hidup. Setelah itu, Koch pun lulus dan mendapat gelar M.D. (medical doctor) pada tahun 1866. Koch kemudian menikah dengan Emmy Fraats yang memberikannya seorang anak bernama Gertrud. Penelitian Koch terhadap antraks dimulai ketika antraks menjadi penyakit hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Dengan berbekal sebuah mikroskop sederhana dalam laboratorium di ruangan rumahnya, Koch mencoba membuktikan secara ilmiah mengenai bacillus yang menyebabkan antraks. Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch mendapatkan Bacillus anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks. Hasilnya, semua tikus yang telah disuntik oleh Bacillus anthracis ditemukan dalam keadaan mati. Sementara itu, tikus yang suntik oleh darah yang berasal dari limpa hewan sehat ditemukan dalam keadaan masih hidup. Melalui percobaannya ini, Koch memperkuat hasil penelitian ilmuwan lain yang menyatakan, penyakit ini dapat menular melalui darah dari hewan yang menderita antraks.
  • 9. Rasa keingintahuan Koch terhadap antraks semakin besar setelah berhasil melakukan percobaan pertamanya. Casimir Davaine merupakan ilmuwan yang membuktikan penularan langsung Bacillus anthracis di antara beberapa ekor sapi. Namun, Koch ingin mengetahui apakah Bacillus anthracis yang tidak pernah kontak dengan segala jenis hewan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Koch menemukan metode dalam pemurnian bacillus dari sampel darah untuk kemudian dikembangbiakkan. Melalui metode tersebut Koch mampu mengidentifikasi, mempelajari, dan mengambil gambar bacillus yang sedang dikembangbiakkan. Setelah itu dapat disimpulkan, jika Bacillus anthracis berada dalam lingkungan yang tidak disukainya dan berada di luar inang (host), bakteri tersebut akan memproduksi spora untuk melawan lingkungan yang tidak cocok baginya. Kondisi seperti ini dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ketika kondisi lingkungan telah kembali cocok dan normal, spora akan memicu berkembangnya kembali bacillus. Jika spora tersebut tertanam dalam tanah, maka akan menyebabkan penyebaran antraks secara spontan (spontaneous outbreak). Postulat Koch Dari percobaan keduanya tersebut, Koch menyimpulkan, meskipun bacillus tidak kontak dengan segala jenis hewan, namun mereka tetap dapat menyebabkan timbulnya antraks. Hasil penemuan tersebut didemonstrasikan oleh Koch di hadapan dua orang profesor yang bernama Ferdinand Cohn dan Cohnheim. Kedua orang profesor itu sangat terkesan dengan penemuan Koch. Pada tahun 1876 Ferdinand Cohn mempublikasikan penemuan Koch dalam sebuah jurnal. Tidak lama setelah itu, Koch menjadi cukup terkenal dan dirinya diberi penghargaan berupa sebuah pekerjaan di Kantor Kesehatan Kekaisaran (Imperial Health Office) pada tahun 1880 di Berlin. Popularitas dan penghargaan tidak membuat Koch cepat berpuas diri. Di tempat kerjanya yang baru, Koch mendapat fasilitas berupa laboratorium yang lebih baik dari sebelumnya. Koch kemudian menemukan metode penanaman kultur bakteri dalam media padat seperti kentang. Koch pun mengembangkan metode baru dalam mengidentifikasi bakteri dengan zat warna (staining) agar lebih mudah terlihat. Berbagai metode yang ditemukan oleh Koch tersebut dapat membuat bakteri patogen lebih mudah didapatkan dalam kultur murni (pure culture). Padahal sebelumnya, bakteri patogen sangat sulit didapatkan karena tercampur dengan organisme lain yang dapat ikut teridentifikasi. Dengan alasan tersebut, Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum bakteri dianggap sebagai penyebab penyakit. Rumusan tersebut dikenal dengan Postulat-postulat Koch (Koch’s Postulates).
  • 10. Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali. Sempat ke Jawa Penelitian-penelitian yang dilakukan Koch tidak terbatas pada antraks. Penyakit lain seperti TBC (tuberculosis) dan kolera turut diteliti pula oleh Koch. Pada tahun 1883, Koch dikirim ke Mesir sebagai pimpinan Komisi Kolera German (German Cholera Commission) untuk menginvestigasi penyebaran kolera di negara tersebut. Meskipun Koch belum membuktikannya dalam berbagai percobaan, Koch dapat mengidentifikasi bakteri bernama Vibrio bacterium sebagai penyebab kolera. Koch diangkat sebagai profesor dalam bidang ilmu kesehatan di Universitas Berlin pada tahun 1885. Selain itu, Koch pun mendapatkan gelar profesor kehormatan di fakultas kedokteran dan menjabat sebagai pimpinan pada Lembaga Penyakit-penyakit Menular (Insitute for Infectious Diseases). Koch telah berkeliling ke berbagai tempat di dunia untuk mempelajari berbagai macam penyakit, termasuk ke Pulau Jawa. Pada tahun 1905, Koch dianugerahi hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau kedokteran. Koch mengabdikan hampir seluruh hidupnya dalam bidang bakteriologi yang berguna dalam mempelajari berbagai macam penyakit. Robert Koch meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 1910 dan dikenang sebagai salah satu pendiri bidang ilmu bakteriologi.*** M. Ikhsan Shiddieqy Kliping Cybermedia http://www.ilunifk83.com/t265-robert-koch. 2010 Latar Belakang Pada umumnya penyakit yang menyerang pertanaman kacang tanah di Indonesia adalah penyakit layu bakteri, bercak daun awal, bercak daun lambat, dan karat yang masing-masing disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, Cercospora arachidicola, Cercosporidium personatum, dan Puccinia arachidis. Penyakit karat daun Puccinia arachidis merupakan penyakit yang cukup berbahaya pada pertanaman kacang tanah. Puccinia arachidis sendiri merupakan cendawan
  • 11. parasit obligat yang tidak dapat hidup sebagai secara saprofit. Dalam membuktikan penyebab suatu penyakit, diperlukan metode pembuktian. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode postulat koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya telah dierapkan pada penyakit lain. (Wikipedia). Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Kini, beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman praktek Postulat koch dalam identifikasi penyebab penyakit tanaman, agar kelak mahasiswa dapat menerapkan di lapangan dan laboratorium. bercak-bercak karat berwarna orange. Hal ini mungkin disebabkan karena tanaman kacang tanah masih terlalu muda, sehingga masih relatif tahan terhadap penyakit. Selain itu, mungkin air yang digunakan dalam pembuatan cairan inokulasi karat terlalu banyak, sehingga jumlah inokulum karat yang disemprotkan ke tanaman terlalu sedikit. Akibatnya, gejala karat belum muncul dalam satu minggu.
  • 12. Karena setelah satu minggu tanaman belum menunjukkan gejala karat, maka dilakukan inokulasi ulang menggunakan agar air (water agar) yang ditempelkan pada permukaan bawah daun. Inokulum karat diletakkan pada media water agar yang berfungsi untuk melembabkan sehingga uredospora dapat berkecambah dan menginfeksi tanaman. Setelah satu minggu dari reinokulasi, tanaman kacang tanah segera menunjukan gejala karat. Gejala karat berupa bercak-bercak berwarna orange yang terlihat jelas pada permukaan bawah daun. Dari tiga pot tanaman kacang tanah yang diinokulasi, total kejadian penyakitnya adalah 100%. Artinya, semua tanaman dalam ketiga pot menunjukkan gejala penyakit karat. Pada ketiga pot tanaman kontrol tidak ditemukan gejala karat. Bercak karat ternyata tidak hanya muncul pada daun yang ditempeliwater agar, tetapi juga pada daun lain yang tidak ditempeli water agar. Kemunculan bercak pada daun lain ini diduga akibat inokulasi awal yang dilakukan dengan penyemprotan. Cendawan karat tersebut baru tampak gejalanya setelah dua minggu dari waktu inokulasi. Berdasarkan pengamatan, ternyata terdapat perbedaan waktu munculnya gejala antara inokulasi pertama (penyemprotan) dengan inokulasi kedua (water agar). Hal ini terjadi akibat pengaruh kelembaban. Pada inokulasi menggunakan water agar, kelembaban uredospora akan tetap terjaga sehingga cepat berkecambah. Sedangkan pada inokulasi semprot, ada kemungkinan uredospora lambat berkecambah karena menempel di daun yang kurang lembab. 5 Gambar 1. Dari kiri: 1) Pustul karat pada permukaan bawah daun 2) Daun kacang tanah yang terserang karat 3) Uredospora Puccinia arachidis
  • 13. Postulat Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan oleh Robert Koch pada tahun 1884 dan diterbitkan pada tahun 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara parasit dan penyakit (en.wikipedia.org). Isi Postulat Koch antara lain: 1.Organisme (parasit) harus ditemukan dalam tanaman yang sakit, tidak pada yang sehat 2.Organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan dibiakkan dalam kultur murni 3.Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada tanaman yang sehat 4.Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari tanaman yang dicobakan tersebut Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Kini, beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat. Puccinia arachidis merupakan cendawan penyebab penyakit karat pada kacang tanah. Cendawan ini menurut klasifikasinya termasuk dalam filum Basidiomycota, kelas Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili Pucciniaceae, dan genusPuccin ia. Penyakit karat dapat dikenali ketika pustul berwarna orange muncul di permukaan daun bagian bawah dan pecah mengeluarkan uredospora yang berwarna coklat kemerah-merahan. Pustul muncul pertama kali di permukaan bawah dan pada cultivar yang sangat rentan pustul awal tersebut dapat dikelilingi oleh koloni pustul-pustul sekunder (www.ikisan.com). Bentuk pustul biasanya 6
  • 14.
  • 15.
  • 16. bundar dengan diameter 0,5 – 1,4 mm. Gejala penyakit ini tampak seperti bercak- bercak coklat muda sampai orange (warna karat) pada daun. Daun gugur sebelum waktunya. Produksi polong pun menurun akibat serangan patogen ini, kandungan minyak pun akan menjadi lebih rendah. Pengendalian penyakit menggunakan varietas tanaman yang resisten. Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Selain itu juga dengan penyemprotan fungisida yang sesuai dengan kondisi setempat. (Perdana, 2009). Gambar 1. Tanaman kacang tanah yang terserang karat (sebagai inokulum) Gambar 2. Pustul penyakit karat dan uredospora cendawan Puccinia arachidis (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3. Dari kiri atas: (a), (b), (c) dan (d) Tanaman kacang tanah hasil pengujian Postulat Koch (Gejala karat dilingkari merah), (e) Tanaman kontrol 7 KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa Postulat Koch yang dilakukan berhasil. Tanaman kacang tanah yang diinokulasi dengan cendawan karat Puccinia arachidis menunjukkan gejala dan tanda penyakit yang sama dengan tahap asosiasi. Tahapan Postulat Koch yang digunakan hanya meliputi asosiasi dan inokulasi sebab cendawan karat merupakan parasit obligat sehingga tidak dapat diisolasi dalam media buatan. 8
  • 17. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2009. Puccinia arachidis. http://en.wikipedia.org/wiki/Puccinia_ [Anonim]. Groundnut Disease. www.ikisan.com/links/ap_groundnutDisease (15 Juni 2009) [Anonim]. http://www.scielo.br/img/revistas/fb/v31n4/15f1f.jpg (15 Juni 2009) [Anonim].http://www.viarural.com.ar/viarural.com.ar/agricultura/aa- enfermedades/puccinia-arachidis-02-red.jpg (15 Juni 2009) Adnan, Abdul Muin. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman IPB. Perdana, Dimas Aditya. 2009. Budidaya Kacang Tanah. http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/04/budidaya-kacang- tanah.html (15 Juni 2009) Sinaga, Meity Suradji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya