1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan media pengajaran agama yang digunakan sesuai atau cocok dengan
karakteristik materi yang disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Materi yang
disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Disamping itu yang lebih penting lagi
apakah media yang akan digunakan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan
syari’at agama atau tidak melanggar etika agama. Bilamana hal tersebut dapat terpenuhi
maka tugas selanjutnya adalah meneliti lebih cermat apakah media yang akan digunakan
tersebut dapat terjangkau oleh biyaya dan dana yang ada dan apakah tidak alternative
media lain yang sekiranya lebih mudah diapat dilingkungan sekolah.
Pertimbangan selanjutnya, apakah media tersebut telah dipertimbangkan betul-
betul akan keefektifan dan keefesienannya. Juga apakah bentuk media yang akan
digunakan berupa media jadi atau perlu dirancang, bila bentuk media tersebut perlu
dirancang matang, baik dalam pengembangannya maupun dalam manfaatnya.
Arif S. Sukandi (1986 :83), mengemukakan bahwa media pengajaran ditinjau dari
segi kesiapan pangadaanya dapat dikelompokan kepada 2 jenis yaitu, 1) media jadi 2)
media rancangan. Disebut media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan
terdapat di pasar dan dijual secara bebas dan keadaan siap pakai . sedangkan media
rancangan karena perku didesain dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau
tujuan pembelajaran tertentu.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran ?
b. Bagaimana memilih dalam media pembelajaran ?
C. Tujuan
a. Mengetahui dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran
b. Mengetahui memilih dalam media pembelajaran
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajran
Kelemahan-kelemahan yang Nampak menggejala dalam pemakain media
merupakan bagian yang diperhitungkan dalam proses belajar mengajar bukan didasarkan
pada pemikiran logis dan ilmiah, melainkan sekedar memenuhi perkembangan
dilingkungan sekolah. Seorang pengajar membiasakan untuk memakai media pengajaran
yang telah disediakan oleh suatu sekolah untuk membantu dalam mepermudah
penyampain pesan pembelajaran, sehingga pemakain media tersebut tidak didasrkan
pertimbangan pada kebtuhan dan karakteristik siswa atau kesesuain dengan materi yang
akan disajikan dan tujuan yang akan dicapai. Sebagai contoh seorang pengajaran yeng
terbiasa memakai overhead projector (OHP) karena mungkin dilingkungan sekolahnya
telah tersedia media tersebut, sehingga ia cenderung untuk mengguanakannya dengan
pertimbangan yang sederhana bahawa media tersebut sangat membantu guru atau dosen
yang bersangkuatn dalam menyampaikan pesan pembelajaran yang mungkin tanpa media
OHP tersebut akan memeras tenaga guru/dosen tersebut.
Dengan mengguanakan media tersebut seolah-olah pengajaran yang diberikan
dapat mempunyai nilai lebih disbanding hanya berceramah melulu. Pertimbangan
semacam ini mungkin ada benarnya, namun tidak didasari pertimbangan pada criteria-.
kriteria pemilihan media yang logis dan benar. Kemungkinan-kemungkinan penggunaan
pembelajran semacam ini besar resiko kesalahannya atau mungkin tidak mencapai
sasaran yang diharapkan.
Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan penggunaan
media dalam pembelajran, seperti halnya yang berkenaan dengan ; tujuan intruksional
yang ingin dicapai,karakteristik siswa atau sasaran, atau visual saja atau kedua-duany,
keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya jangkauan yang ingin
dilayani. Factor-faktor tersebut harus di pertimbangkan dalam aturan-aturan dan criteria
keputusan pemilihan media.
3. 3
a. Alasan Teoritis
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep
pembelajaran sebagai sebuah system yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang
terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Jika
kita lihat dari prosedur pengembangan desain instruksional maka diawali dengan
perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan umum,
kemudian dilanjutkan dengan menentukan materi pembelajaran yang menunjang
ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai
dengan materi, strategi yang digunakan , dan karakteristik siswa. Untuk mengetahui
hasil belajar, maka selanjutnya guru menetukan evaluasi yang tepat, sesuai tujuan dan
materi.
Penyebab rendahnya hasil belajar dapat meninjau ketepatan seluruh komponen
diantaranya: mungkin keberhasilan ini disebabkan karena rumusan tujuan tidak sesuai
dengan row input dan kemampuan awal siswa “entery behavior level” siswa, bisa jadi
tujuan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam kata lain
terlalu tinggi. Penyebab yang lain bisa dari materi kurang sesuai dengan tujuan,
terlalu kompleks, terlalu sulit sehingga tidak dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Strategi bias jadi tidak tepat, membuat siswa tidak aktif, menjenuhkan,
membosankan, tidak merangsang siswa untuk aktif sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajarnya. Jika media dan strategi sudah tepat, maka perlu diuji evaluasi yang
digunakan apakah sudah tepat baik bentuknya, jenis, instrument evaluasi dan
prosedur evaluasinya. Dengan demikian pemilihan media penting artinya dan ini
menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.
Pentingnya pemilihan media dengan melihat kedudukan media dalam
pembelajaran yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly (Rudi Susilana 2011:63),
sebagai berikut:
Prosedur pengembangan pembelajaran menurut Gerlach dan Elly dengan
menggunakan pendekatan system dapat dijelaskan bahwa perumusan tujuan
instruksional merupakan langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran sebagai
rumusan tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti
4. 4
pembelajaran. Langkah kedua adalah merinci materi pembelajaran yang diharapkan
dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perlu juga dilakukan tes
“entering behavoiur level” yaitu untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar untuk menentukan dari
mana guru harus mengawali pembelajaran. Tujuan, isi dan entery behavior level
menjadi dasar untuk menetapkan komponen pembelajaran yang lainnya, yaitu:
menentukan strategi yang harus sesuai dengan karakteristik tujuan maupun materi
yang diberikan juga termasuk mengatur dan mengelompokan siswa. Menentukan
media yang cocok digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan tujuan,
strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas pendukung lainnya. Secara teoritis menjadi
dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan terhadap media, agar memiliki
kesesuaian dengan tujuan (specification of objective), kesesuaian dengan isi
(specification of content), strategi pembelajaran (deternamination of strategy), dan
waktu yang tersedia (allocation of time).
b. Alasan Praktis
1. Demonstration
Media berfungsi sabagai alat peraga pembelajaran, misalnya seorang
dosen sedang menerangkan teknik mengoperasikan Overhead Projector (OHP),
pada saat menjelaskannya menggunakan alat peraga berupa OHP, dengan cara
mendemonstrasikan dosen tersebut menjelaskan, menunjukan dan
memperlihatkan cara-cara mengoperasikan OHP. Contoh lain, seorang guru
Biologi akan membelajarkan siswa tentang bentuk dan struktur sel dengan
menggunakan Mikroskop, maka sebelum pratikum dimulai, sebelum siswa
meletakan objek pada mikroskop untuk diamati maka guru tersebut menunjukan
cara kerja Mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar, ini akan memperlancar
proses balajar dan menghindari resiko kerusakan pada alat pratikum yang
digunakan. Beberapa alasan tersebut sering melandasi pengguna dalam
menggunakan media yaitu bertujuan untuk mendemonstrasikan atau
memperagakan sesuatu.
5. 5
2. Familiarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia
menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut,
merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum
tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya,
sehingga secara terus menerus ia menggunakan media yang sama. Misalnya
seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan media Over Head Projector
(OHP) dan Over Head Transparancy (OHT). Media yang baik adalah bersifat
konstektual sesuai dengan realitas kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Media
OHP lebih tepat untuk mengajarkan konsep dan aspek-aspek kognitif, dapat
digunakan dalam jumlah siswa maksimal 50 orang dengan ruangan yang tidak
terlalu besar dan siswa cenderung pasif tidak dapat melibatkan secara optimal
potensi mental, emosiaonal dan motor skill, karena control pembalajaran ada pada
guru. OHP kurang tepat untuk mengajarakan keterampilan yang menuntut
demonstrasi, praktek langsung yang lebih membuat siswa aktif secara fisik dan
mental. Alasan familiarity tidak selamanya tepat , jika tidak memperhatikan
tujuannya.
3. Clarity
Mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan
pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit. Pada praktek
pembelajaran, masih banyak guru tidak menggunkan media atau tanpa media,
metode yang digunakan dengan ceramah (ekspository), cara seperti ini memang
tidak merepotkan guru untuk menyiapkan media, cukup dengan menguasai
materi, maka pembelajaran dapat berlangsung. Namun cara pembelajaran seperti
ini cenderung akan mengakibatkan verbalitas, yaitu pesan yang disampaikan guru
tidak sama dengan persepsi siswa. Disinilah banyak pengguna media, memiliki
alasan bahwa menggunakan media adalah unutuk membuat informasi lebih jelas
dan konkrit sesuai kenyataanya.
6. 6
4. Active Learning
Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran
adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional.
Seperti pendapat Lesle J. Briggs (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran
sebagai “the physical means of conveying instructional book, films, videotapes,
etc. lebih jauh Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang
bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas
media, Brown (1970) dengan cara menggaris bawahi bahwa media yang
digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas program
belajar mengajar. Contoh dilihat pada pelatihan Emotional Spiritual Question
(ESQ), salah satu tujuan pelatihan ini adalah menumbuhkan seoptimal mungkin
motivasi peserta untuk berbuat positif dengan spirit yang besar dan optiomalisasi
potensi individu, diantaranya dengan cara mengkaji proses dan kejadian serta
fenomena alam (ayat qauniyyah), untuk mewujudkan tujuan ini digunakan banyak
visualisasi (media video) untuk memperlihatkan tayangan-tayangan yang mampu
meningkatkan motivasi peserta, dan hasilnya secara empirik terbukti mampu
meningkatkan motivasi peserta.
B. Kriteria dalam Memilih Media Pembelajaran
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemilihan media disamping
factor-faktor yang dikemukakan diatas.
Ada 4 kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan dalam seyang lama bagaimana yang
dikemukakan oleh Dick dan Carey :
1. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat
pada sumber-sember yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
2. Apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana, tenaga, dan
fasilitasnya.
3. Factor yang menyangkut keluwasan, dan ketahanan media yang digunakan untuk
jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja untuk peralatan yang ada
disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable).
7. 7
4. Efektivitas dan efesiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekalipun
nampaknya mahal namun mungkin lebih murah disbanding media lainnya yang hanya
dapat digunakan sekali pakai.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief S Sadiman (1986:86), ada 3 model yang
dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni :
1. Model flowchart, model ini menggunakan sistem pengguguran (eliminasi), dalam
pengambilan keputusan pemilihan.
2. Model matrik, berupa penangguahan proses pengambilan keputusan pemilihan
sampai seluruh criteria pemilihannya diidentifikasi.
3. Model checklist, yang mengguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya di
pertimbangkan.
Diantara model-model pemilihan media tersebut yang lebih popular digunakan dalam
media jadi (by utilization) adalah model checklist. Untuk model matriks lebih sesuai
digunakan dalam menentukan media rancangan (by design). Sedangkan model
flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi
maupun media rancangan.
Anderson lebih menitik bertakan pemilhan media yang didasaraka sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pengembangan intruksional. Dia membagi menjadi 10
kelompok :
1. Media audio
2. Media cetak
3. Media cetak plus suara
4. Media proyeksi visual diam
5. Media proyeksi visual diam plus suara
6. Media visual gerak
7. Media audio visual gerak
8. Objek
9. Sumber manusia dan lingkungan
10. Media computer
8. 8
Prosedur pemilihannya dimulai dari informasi atau pesan yang akan disampaikan
bersifat intruksional apakah akan berfungsi sebagia sarana belajar (media) atau sarana
mengajar (peraga) selanjutnya menentukan strategi intruksional, apakah ingin
memberikan pengalaman belajar sikap, keterampilan fisik, atau kognitif.
Prosedur lainnya dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1977) yang lebih menitik
beratkan pada kesesuaian media yang akan digunakan dengan tingkat kesulitan
pengendaliannya oleh sipemakai. Kemudia model chhramm ini diadaptasi dan
dimodifikasi oleh Yusuf Hadi Miaraso, dkk.
a. Kriteria umum
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan dalam pemilihan media
adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Mc. M.
Connel (1974) dengan tegas mengatakan “if the medium fits use it” artinya jika media
sesuai gunakanlah. Diperlukan analisis terhadap factor-faktor yang mempengaruhi
kesesuaian media, diantaranya : tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas
belajar siswa (auditif, visual dan kinestetik), lingkungan, ketersediaan fasilitas
pendukung, dan lain-lain. Secara teoritik setiap media memiliki kelebihan dan
kelemahan yang akan memberikan pengaruh terhadap afektifitas program
pembelajaran.
b. Kriteria khusus
Erickson (Hidayat:2011) member saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan
media dalam bentuk chek list sebagai berikut:
Sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih media pembelajaran yang tepat
dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost,
technology, interactivity, organization, dan novelty.
1. Acces
Media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan siswa
9. 9
2. Cost
Media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat dijangkau.
3. Technology
Media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan mudah
menggunakannya.
4. Interactivity
Media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik, intelektual dan
mental.
5. Organization
Dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara organisatoris mendapatkan
dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi seperti pusat sumber belajar
yang mengelola).
6. Novelty
Media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga memiliki daya tarik
bagi siswa yang belajar.
10. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media untuk menunjang
pembelajaran itu sangat penting karena Media merupakan bagian integral dalam
pembelajaran, sebagai salah satu komponen dari beberapa komponen dalam sistem
pembelajaran, dengan demikian prosedur pemilihan media hendaklah mengacu pada
keterkaitan dengan komponen lainnya. Hal inilah yang mendasari Anderson (1976)
untuk membuat satu model pemilihan media yang mengacu pada keterkaitannya
dengan komponen lain.
Komponen yang menjadi fokus perhatian adalah tujuan, metode dan karakteristik
media itu sendiri. Tujuan berkaitan dengan efektivitas media yang dibuat, artinya baik
atau tidaknya sebuah media yang dipiilih dapat dilihat dari ketercapaian tujuannya,
semakin banyak tujuan pembelajaran tercapai maka semakin baik media tersebut, begitu
juga sebaliknya.