2. Definisi
• Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter
Inggris yang bernama James Parkinson.
• Penyakit Parkinson adalah penyakit
neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat
luas sehingga baik langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kualitas hidup
penderita maupun keluarga.
3. Patofisiologi
• Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang masif
akibat kematian neuron di substansia nigra pars kompakta.
• Respon motorik yang abnormal disebabkan oleh karena penurunan yang
sifatnya progesif dari neurotransmiter dopamin. Kerusakan progresif lebih
dari 60% pada neuron dopaminergik substansia nigra merupakan faktor dasar
munculnya penyakit Parkinson.
• Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar dopamin maka nukleus
subtalamikus akan overstimulasi terhadap globus palidus internus (GPi).
Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan terhadap
thalamus. Kedua hal tersebut diatas menyebabkan under-stimulation korteks
motorik.
4.
5. Etiologi
Etiologi penyakit Parkinson saat ini masih
belum diketahui, namun belakangan diyakini
bahwa penyakit Parkinson dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan dan
faktor genetik. Faktor lingkungan tersebut
termasuk usia, jenis kelamin, penggunaan
NSAID, trauma kepala, gangguan kecemasan,
paparan timbal, besi, tembaga, paparan
pestisida, hal-hal tersebut dapat menjadi
faktor resiko penting bagi penyakit Parkinson.
7. Faktor Risiko
1
2
3
4
Usia
Onset
Jenis Kelamin
Trauma Kepala
Gejala penyakit Parkinson sekitar
5-10% pada awalnya muncul
sebelum usia 40 tahun, akan
tetapi rata-rata menyerang
penderita dengan usia 65 tahun,
Late onset : setelah usia 50 th
early onset : gejala dimulai
sebelum 50 th
Prevalensi penderita Parkinson
antara laki-laki dan perempuan
didapatkan 3:2 ,
Trauma kepala yang berat dan
berulang dapat meningkatkan resiko
kerusakan pada sel-sel neuron atau
kerusakan pada bagian subtantia
nigra yang menghasilkan dopamin
9. Pemeriksaan Khusus
1. Time up and go test (TUGT)
Bertujuan untuk menilai status fungsional seperti mobilitas,
keseimbangan, kemampuan berjalan, dan risiko jatuh pada lanjut
usia.
2. Functional Reach Test
Pengukuran keseimbangan dengan mengukur jarak maksimal
seseorang dapat mencapai maju melampaui lengan panjang sambil
mempertahankan kaki dalam posisi berdiri.
10. Pemeriksaan Khusus
3. Berg balance scale
Dikembangkan untuk mengukur keseimbangan dan kemampuan
para lansia dengan gangguan fungsi 21 keseimbangan secara
objektif melalui penilaian kinerja dari aktivitas fungsional (seperti
duduk, berdiri, berpindah tempat).
4. MMSE
Mini mental State Examination atau MMSE adalah sebuah tes yang
digunakan untuk mengukur gangguan kognitif pada orang dewasa
yang lebih tua.
11. Pemeriksaan Khusus
5. Finger to Nose Test
Dismetria berarti hilangnya kemampuan untuk memulai atau
menghentikan suatu gerak motorik halus. Untuk menguji adanya
suatu dismetria salah satunya dengan dilakukan finger to nose test.
6. Pemeriksaan Bradikinesia
Bradikinesia adalah penurunan progresif kecepatan dan amplitude
gerakan pada aktivitas repetitif. Bradikinesia tidak sekedar
kelambatan gerakan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan
gerakan mengulang-ulang seperti fist open close dan finger tapping.
12. Intervensi Fisioterapi pada
Penyakit Parkinson
Strengthening Exercise
Latihan penguatan merupakan bentuk dari latihan aktif dimana suatu kontraksi
dinamik maupun statis melawan suatu tenaga/kekuatan dari luar. Tujuan dari
strengthening exercise yaitu; meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan
ketahanan otot (endurance), dan meningkatkan tenaga (power).
13. Intervensi Fisioterapi pada
Penyakit Parkinson
Balance Exercise
Latihan keseimbangan dapat dilakukan dengan posisi berdiri dengan lebar
tumpuan 10 cm, diberikan fiksasi pada pelvis pasien, lalu fisioterapis
memindahkan tumpuan atau menggerakkan ke depan, belakang, samping kanan
dan samping kiri dan pasien diminta agar menjaga keseimbangan agar tidak
jatuh.
14. Intervensi Fisioterapi pada
Penyakit Parkinson
Frenkel Exercise
Merupakan suatu bentuk latihan gerak untuk perbaikan koordinasi dengan
menggunakan indra yang lain (visual, pendengaran, reseptor). Program ini terdiri
seri latihan yang sudah terencana yang didesain untuk membantu
mengkompensasi ketidakmampuan dari lengan dan tungkai untuk melakukan
gerakan yang terkoordinasi.
15. Gerakan dalam Frenkel's exercise antara lain :
• Finemotor, Gerakan halus yang memerlukan keterampilan dan
koordinasi visual yang prima serta melibatkan extremitas
superior
• Gross motor, gerakan kasar yang melibatkan aktivitas tungkai
atau extremitas inferior.
Frenkel exercise dapat dilakukan pada posisi berbaring, duduk,
berdiri, hingga berjalan.