2. Pemasaran menjadi akhir sebuah kegiatan Usaha. Termasuk
juga dalam kegiatan Usaha Tani (Agribisnis). Sayangnya,
kemampuan pemasaran sebagian besar para pelaku utama dan
pelaku usaha Agribisnis hingga kini masih relatif rendah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama,
lemahnya jiwa kewirausahaan (entrepreunership) para pelaku
utama dan pelaku usaha. Kedua, kurangnya sarana prasarana yang
mendukung pemasaran. Ketiga, belum adanya program atau
kegiatan yang sungguh – sungguh, fokus dan berkelanjutan
memfasilitasi pemberdayaan Petani dalam pemasaran.
Kondisi tersebut diperlemah dengan produk yang kurang
mempunyai daya saing dan kompetitif. Hal tersebut dapat
menjadi lebih parah manakala para pelaku utama dan pelaku
usaha tidak mau berubah, termasuk juga tidak mau menerapkan
teknologi yang tepat.
3. Outlet Agribisnis KelompokTaruna Tani (KTNA Desa)
Peran Pemerintah Daerah nantinya dituntut untuk membina Kelompok
Taruna Tani agar memiliki outlet pemasaran (Outlet Agribisnis). Hal ini untuk
mempromosikan produk Agribisnis yang dimiliki Kelompok Tani, Kelompok
Wanita Tani (KWT), Kelompok Taruna Tani dan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) dibawah naungan KTNA Desa.
Outlet Agribisnis ini sekaligus dapat menjadi satu indikator kemajuan
kelompok. Kelompokyang mendirikan Outlet Agribisnis berarti memperhatikan
aspekpemasaran.
Selama ini pemasaran menjadi faktor pembatas yang cukup serius dalam
pengembangan Agribisnis di Kelompoktani. Banyak produk Agribisnis tidak
berkembang, bahkan tidak berjalan akibat penanganan pemasaran tidak
ditangani dengan baik.
4. Dengan Outlet Agribisnis ini diharapkan menjadi suatu tempat yang menarik
bagi konsumen untuk menjajakan berbagai produk Agribisnis yang
dibutuhkan. Di Outlet Agribisnis akan terjadi transaksi yang menguntungkan
bagi kelompok dan konsumen. Adanya transaksi ini tentu berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan petani/kelompok.
Lebih jauhnya Outlet Agribisnis ini berpengaruh pada percepatan
pertumbuhan ekonomi dipedesaan. Disamping itu akan ada lapangan kerja
seperti tenaga pemasaran, tenaga angkut, pengrajin olahan, dll.
Untuk mendirikan Outlet Agribisnis harus dipersiapkan beberapa hal,
diantaranya :
Pertama, tempat atau lokasi. Tempat/lokasi untuk Outlet Agribisnis dipilih
yang strategis, mudah diakses transportasi dan padat penduduk. Untuk
mendapatkan tempat dapat melalui sistem pinjam (milik salah satu anggota
kelompok) atau sewa/kontraktempat.
5. Kedua, kelembagaan sebagai pengelola. Kelembagaan/pengelola sangat
penting bagi keberlangsungan Outlet Agribisnis, sehingga harus sejak awal
dibentuk. Pengelola dapat langsung dipimpin oleh pimpinan
kelembagaan/kelompok atau membentuk pengelola khusus Outlet Agribisnis
sebagai unit kegiatan kelompok.
Ketiga, sistem/aturan pengelolaan. Sistem pengelolaan harus segera
ditentukan dan disepakati sejak awal oleh seluruh anggota kelompok. Sistem
yang dibuat antara lain meliputi Syarat Pengurus dan Anggota, masa kerja
pengelola, hak dan kewajiban pengelola, sistem pengambilan keputusan serta
harga pengadaan dan penjualan.
Keempat, sarana prasarana. Sarana dan prasarana yang perlu disiapkan
antara lain bangunan Outlet Agribisnis, rak, meja kursi, komputer, timbangan,
showcase, alat pendingin, alat pengeringan, alat pengemasan dan alat
penghitung
6. Kelima, produk yang dipromosikan di Outlet Agribisnis harus benar – benar
disiapkan dari jenis, kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas. Jenis produk dan
komoditas yang dopromosikan juga harus disiapkan. Jenis produk dapat
meliputi produksegarmaupun produkolahan.
Keenamn. Permodalan untukoperasional Outlet Agribisnis.
Ketujuh, promosi atau jaringan, promosi harus terus dilaksanakan baik
diawal, pertengahan dan seterusnya. Promosi sangat diperlukan untuk
keberlangsungan dan eksistensi Outlet Agribisnis.
Lokasi Outlet Agribisnis
Lokasi Outlet Agribisnis di setiap Desa (93 Desa) yang dikelola oleh Forum
Entrepreuner Taruna Tani (FETT) dibawah naungan KTNA Desa. Kerjasama
KTNA Desa , KelompokTaruna Tani dan BUMDes.
Warino (Ketua KTNA Kabupaten Pangandaran)