Marhalah dakwah Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi empat fase, yaitu: (1) dakwah sirriyah selama tiga tahun, (2) dakwah jahriyah melalui lisan hingga hijrah, (3) membela umat Islam dari serangan, dan (4) memerangi penghalang dakwah. Pada fase pertama, Nabi saw berdakwah secara diam-diam kepada beberapa orang terdekat untuk menjadi tameng pergerakan Islam
1. Marhalah Dakwah Nabi Muhammad SAW Bag. 1
Ikhwati Fillah Rahimakumullah yang selama ini kita ketahui bahwa marhalah (fase) dakwah
Nabi Muhammad SAW hanya terbagi kepada dua marhalah, yaitu marhalah sirriyah
(sembunyi-sembunyi) dan jahriyah (terang-terangan). Menurut Dr. Raghib Syarjani marhalah
dakwah Nabi Muhammad SAW ada empat marhalah, dimana marhalah jahriyah bisa
dijabarkan lagi menjadi tiga poin:
1. Dakwah Sirriyah (sembunyi-sembunyi), dan fase ini berjalan selama tiga tahun
perjalanan dakwah beliau.
2. Dakwah Jahriyah dengan lisan (himbauan dari mulut kemulut), fase ini berjalan sampai
Nabi Saw hijrah ke Medinah.
3. Dakwah Jahriyah dengan membalasi serangan orang-orang yang memerangi Islam dan
menyakiti kaum Muslimin.
4. Dakwah Jahriyah dengan memerangi setiap kalangan yang mencoba menghentikan
berjalannya dakwah ini atau kalangan yang menghalangi orang lain untuk memeluk
Islam.
Pada postingan yang pertama ini saya akan jabarkan sedikit tentang marhalah dakwah Nabi
SAW yang pertama, yaitu marhalah sirriyah.
Pada marhalah ini Rasulullah Saw tidak menjadikan beberapa kalangan sebagai objek
dakwah beliau, diantaranya:
1. Majelis-majelis umum bangsa Quraish
2. Individu yang mana dia memiliki fanatisme atau tasyadud dengan Quraish.
3. Orang yang memahami betul seluk beluk histories dan kebesaran bangsa Quraysh.
Adapun yang menjadi target dakwah Baginda Nabi Saw adalah orang-orang yang Beliau
yakini akan menirima dakwah dan langsung masuk Islam, diantaranya adalah:
1. Istri tercinta Beliau Khadijah Binti Khuwailid
2. Sepupu Beliau Ali bin Abi Thalib (pada usia 10 tahun)
3. Anak angkat Beliau Zaid bin Haritsah
2. 4. Teman atau sahabat sejati Beliau Abu Bakar As-Sidiq
Dr. Raghib Syarjani mengatakan : Abu Bakar As-Sidiq sangat memberi pengaruh signifikan
dalam Marhalah Dakwah Sirriyah ini, karna berkat kegigihan dan keteguhan imannya, Beliau
berhasil mengajak beberapa punggawa-punggawa dakwah yang lain, seperti:
Utsman bin affan
Zubair bin Awwam
Abdurrahman bin Auf
Sa’ad bin Abi Waqas
Thalhah bin Ubaidillah, Radhiyallahu Anhum Jami’an.
Mereka semua bertemu dengan Baginda Nabi Saw dengan cara sembunyi-sembunyi, apabila
mereka ingin belajar dan bertanya tentang syari’at Islam, mereka harus pergi ke pelosok-
pelosok kota Mekah, menghindari perhatian Bangsa Quraisyh.
Ketika jumlah kaum muslimin mencapai labih dari 30 orang, Baginda Nabi SAW menunjuk
rumah Arqam bin Arqam sebagai tempat bertemu dan berkumpul, untuk belajar dan
menyampaikan petunjuk dan Wahyu.
Hasil dari dakwah pada marhalah ini lebih dari 40 orang dari laki-laki dan perempuan
memeluk Islam, pada umumnya mereka adalah orang-orang fakir dan du’afa’ (lemah),
namun berkepribadian mulia dan santun, dan mereka tidak memiliki kaitan langsung dengan
Bangsa Quraiysh.
Ada beberapa hikmah dan pelajaran yang bsia kita ambil dari marhalah dakwah ini,
diantaranya:
a. Pada marhalah yang berjalan selama 3 tahun ini Nabi Saw berdakwah dengan
sembunyi-sembunyi bukan karena Beliau takut terhadap bangsa Quraysh, dan juga
bukan karena Beliau cemas akan keselamatan diri Beliau.
b. Ketika turun Q.S: Al-Mudatsir Beliau sangat yakin seyakin-yakinya bahwa Allah
Swt-lah yang mengutus beliau, Dia-lah yang maha berkuasa atas segala sesuatu, tidak
ada yang perlu Beliau takutkan. Begitu juga hendaknya dengan kita para penerus
perjuangan Beliau.
3. c. Beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi karena ketaan Beliau kepada Allah
SWT, Allah-lah yang memerintah Beliau untuk berdakwah secara sembunyi-
sembunyi. Seandainya Allah Swt pada awal dakwah memerintahakan untuk
berdakwah secara terangan-terangan pada awal pengutusan Beliau pasti Beliau akan
melakukannya.
d. Akan tetapi Subhannallah, Allah Swt mengilhamkan kepada Baginda Nabi Saw untuk
berdakwah secara sembunyi-sembunyi pada awal fatrah (masa) kenabian, dan tidak
disampaikan dakwah kecuali kepada orang-orang yang menurut Beliau akan
membenarkan dakwah ini dan menjadi tameng pergerakan Islam selanjutnya, Ini
semua adalah ta’liman li du’ah mim ba’dihi. Petunjuk bagi kita selaku penerus risalah
Rasul untuk berhati-hati dan memperhatikan sebab-sebab atau keadaan yang tampak
di sekitar kita, tidak menafikan pemikiran dan strategi siyasah yang benar, dan tidak
hanya mengandalkan tawakal pada Allah saja untuk meraih gayatud dakwah wa
ahdafuha (tujuan dan target dakwah itu sendiri).
e. Jadi dari sini kita bisa mengambil suatu pelajaran berharga dari perjalanan dakwah
Baginda Nabi Saw, bahwa kita harus bersiyasah Islamiyah dalam berdakwah. Sesuai
qadiyah zuruf (keadaan) daerah masing-masing .
“Ambilah hati orang kau akan bisa memegang kepalanya.”
Contoh zahirnya: Rasulullah Saw tidak pernah mengadakan perjanjian-perjanjian kecuali
Islam lebih kuat, atau berada diatas kaum yang melakukan perjanjian.
Oleh sebab itu Jumhur Ulama sepakat dalam keadaan lemah (sedikit) kita harus
mendahulukan hifzu nafsi (menjaga keselamatan diri), karena kemungkinan akan adanya
penyiksaan atau pembunuhan, karena ini adalah maslahah muqabalah, yaitu Hifzu nafs dan
hifzud din (menjaga keselamatan agama). Bagaimana kita akan menyelamatkan agama ini
kalau kita sendiri tidak selamat. Jadi tidak bisa hanya bermodalkan semangat dan keberanian
yang menggebu-gebu, harus ada pertimbangan yang matang.
Khalasah Mutiara:
a. Wajib hukumnya dakwah sembunyi-sembunyi apabila dengan terangan-terangan atau
perperangan akan akan meberikan mudarat yang lebih besar.
b. Tidak boleh berdakwah secara sembunyi-sembunyi apabila telah memungkinkan dakwah
dengan terang-terangan.
4. c. Tidak boleh melakukan perdamian atau islah dengan orang yang zhalim atau kafir apabila
akan ada muncul potensi kekuatan kembali bagi mereka untuk memerangi Islam kembali.
Poin terakhir:
Mengapa dakwah ini disampaikan pada umumnya kepada orang-orang yang dalam kategori
tidak memiliki makanah muhimmah fi sulthani Quraish (kedudukan yang penting dalam
kaum Quraiys)? Sebagai bantahan bagi kalangan yang ingin memfitnah Islam, bahwa dakwah
ini murni menghimbau umat ini ke jalan yang benar, pengtauhidan Allah SWT, bukan
dikarenakan semata-mata mengharapkan kepemimpinan dan kekuasaan serta dunia yang fana
ini. Wallahu A’lam.