SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
NIAT
YANG BENAR
PENTINGNYA
APA ITU NIAT?
DEFINISI NIAT
Niat secara bahasa
artinya adalah al qashdu
(maksud) dan al iraadah
(keinginan) atau dengan
kata lain qashdul quluub
wa iraadatuhu (maksud
dan keinginan hati).
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir as Sa’di berkata,
“Niat adalah maksud
dalam beramal untuk
mendekatkan diri pada
Allah, mencari ridha dan
pahala-Nya.”
(Bahjah Quluubil Abraar wa Qurratu
‘Uyuunil Akhyaar Syarah Jawaami’ul
Akhbar hal. 5)
DEFINISI NIAT
DIMANA
TEMPATNYA
NIAT?
Tempat niat
adalah di dalam
hati, dan An
Nawawi
berkata, “Tidak
ada khilaf
dalam hal ini.”
Ibnu Taimiyah
rahimahullah mengatakan,
‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫م‬ ُ‫ة‬َّ‫ي‬ِّ‫الن‬ َ‫و‬
َ‫ف‬ِّ‫ات‬ِّ‫ب‬ ُ‫ب‬‫ل‬َ‫ق‬
ِّ‫اء‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ق‬‫ا‬
ِّ‫ب‬‫ل‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ‫ى‬ َ‫َو‬‫ن‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫؛‬
َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِّ‫ه‬
ِّ‫ه‬ِّ‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫ب‬ ‫م‬َّ‫ل‬
ِّ‫ب‬ ُ‫ة‬َّ‫ي‬ِّ‫الن‬ ُ‫ه‬‫ت‬َ‫أ‬َ‫ز‬‫ج‬َ‫أ‬
‫م‬ِّ‫ه‬ِِّ‫ا‬َ‫ف‬ِّ‫ات‬
“Niat itu letaknya di hati
berdasarkan kesepakatan
ulama. Jika seseorang
berniat di hatinya tanpa ia
lafazhkan dengan lisannya,
maka niatnya sudah
dianggap sah berdasarkan
kesepakatan para ulama.”
(Majmu’ah Al-Fatawa, 18:262)
TEMPAT
NIAT
FUNGSI NIAT (1)
• Membedakan antara satu
ibadah dengan ibadah
lainnya.
• Contoh ada ibadah yang
hukumnya fardhu ‘ain, ada
yang fardhu kifayah, ada yang
termasuk rawatib, ada yang
niatnya witir, ada yang niatnya
sekedar shalat sunnah saja
(shalat sunnah mutlak).
FUNGSI NIAT (2)
• Membedakan antara ibadah
dengan kebiasaan.
• Contoh puasa. Puasa berarti
meninggalkan makan, minum
dan pembatal lainnya.
• Namun terkadang seseorang
meninggalkan makan dan minum
karena kebiasaan, tanpa ada niat
mendekatkan diri pada Allah.
Terkadang pula maksudnya
adalah ibadah.
FUNGSI NIAT (3)
• Membedakan tujuan
seseorang dalam
beribadah.
• Jadi apakah seorang
beribadah karena
mengharap wajah Allah
ataukah ia beribadah
karena selain Allah, seperti
mengharapkan pujian
manusia.
NIAT KARENA
ALLAH
Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata,
‫ينفع‬ ‫ال‬ ‫له‬ ‫يكون‬ ‫ال‬ ‫وما‬
‫يدوم‬ ‫وال‬
“Segala sesuatu yang tidak
didasari ikhlas karena
Allah, pasti tidak
bermanfaat dan
tidak akan kekal.”
(Dar-ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql,
2: 188)
KEIKHLASAN IMAM
MALIK
Para ulama menyebutkan bahwa
Imam Ibnu Abi Dzi’bi yang semasa
dan senegeri dengan Imam Malik
pernah menulis kitab yang lebih
besar dari Muwatho’. Karena
demikian, Imam Malik pernah
ditanya, “Apa faedahnya engkau
menulis kitab yang sama seperti itu?”
Jawaban beliau, “Sesuatu yang
ikhlas karena Allah, pasti akan lebih
langgeng.”
(Ar Risalah Al Mustathrofah, hal. 9. Dinukil
dari Muwatho’ Imam Malik, 3: 521)
KEIKHLASAN IMAM
MALIK
• Kitab ini merupakan salah satu dari
Kutubut Tis'ah (9 kitab hadis ulama di
kalangan Sunni) dan menjadi rujukan
penting, khususnya di kalangan
pesantren dan ulama kontemporer.
• Semula, kitab ini memuat 10 ribu hadis.
Namun, lewat penelitian ulang, Imam
Malik hanya memasukkan 1.720 hadis.
• Imam Malik berkata, “Suatu ketika aku
mendemonstrasikan kitabku di hadapan
tujuh puluh para ulama fiqh Madinah
dan semuanya menyetujuiku
(watha’ani), maka akupun menamainya
dengan al-Muwaththa’”.
KEIKHLASAN IMAM
MALIK
• Imam Malik menyusun kitab ini menjadi 2
bagian:
• Pertama, mengenai perkataan dan
perbuatan Nabi Muhammad SAW
(sunnah) serta riwayat perkataan dan
perbuatan Nabi tersebut (hadis).
• Kedua, mengenai pendapat dan
keputusan resmi sahabat Nabi,
penerus mereka, dan beberapa ulama
kemudian.
• Kitab ini ditulis pada masa pemerintahan
Khalifah Al Mansur (754-775 M) dan baru
selesai di masa Khalifah Al Mahdi (775-785
M).
KEIKHLASAN
IMAM NAWAWI
• Nama lengkap beliau Yahya
bin Syaraf bin Hasan bin
Husain An-Nawawi Ad-
Dimasyqiy, Abu Zakaria.
• Beliau dilahirkan pada
bulan Muharram tahun
631 H di Nawa, sebuah
kampung di daerah
Dimasyq (Damaskus) yang
sekarang merupakan
ibukota Suriah.
• Beliau wafat pada tanggal
24 Rajab 676 H.
• Umurnya singkat, namun
ilmunya terus kekal dan
langgeng.
Jumlah karyanya sekitar 40 (empat puluh)
kitab, diantaranya:
• Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush
Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih
Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat
Sunan Al-Basyirin Nadzir.
• Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin,
Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’.
• Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’
wal Lughat.
• Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab
Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-
Adzkar.
KARYA IMAM NAWAWI
KEIKHLASAN
IMAM NAWAWI
• Itu semua dilakukan
beliau karena hanya
ingin meraih ridho
Allah.
• Bukan ingin disebut
orang paling cerdas,
bukan ingin pula meraih
gelar mentereng atau
ingin mendapat balasan
dunia semata.
BAHAYA SALAH NIAT (1):
MUJAHID MASUK NERAKA
Abu Hurairah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw
bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili
pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan
Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia
pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, ‘Amal apakah
yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia
menjawab, ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau
sehingga aku mati syahid.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta!
Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah
berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret
orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu
dilemparkan ke dalam neraka.’
“Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca
al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya, ‘Amal
apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab, ‘Aku
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku
membaca al-Qur-an hanyalah karena Engkau.’ Allah
berkata, ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar
dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau
membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’
(pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah
yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’
BAHAYA SALAH NIAT (2):
ORANG ‘ALIM DAN QARI MASUK NERAKA
“Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang
diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam
harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya, ‘Apa
yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat
itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan
shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai,
melainkan pasti aku melakukannya semata-mata
karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta!
Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan
seorang dermawan (murah hati) dan memang
begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya
ke dalam neraka’,” (HR. Muslim)
BAHAYA SALAH NIAT (3):
ORANG KAYA MASUK NERAKA
BAHAYA SALAH NIAT (4)
َ‫ج‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ َ‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫ن‬َ‫م‬
َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ َ‫ى‬ ِّ
ِ‫ا‬
َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬
ُّ‫س‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ َ‫ى‬ ِّ
ِ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫و‬َ‫أ‬
ِّ
ِ‫ص‬َ‫ي‬ ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ف‬
َ‫ف‬
‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ه‬‫و‬ُ‫ج‬ ُ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬
ُ َّ
‫اّلل‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫د‬َ‫أ‬ ِّ‫ه‬
َِ‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬
“Siapa menuntut ilmu untuk
menandingi para ulama, atau
mendebat orang-orang bodoh,
atau memalingkan pandangan-
pandangan manusia kepadanya,
maka Allâh akan memasukkannya
ke neraka.”
(HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb,
no. 106)
BAHAYA SALAH NIAT (5)
‫ن‬َ‫م‬
ِّ‫ب‬ ‫ي‬ِّ‫ه‬‫ا‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ َ‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬
‫و‬َ‫أ‬ ، َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ه‬
‫و‬َ‫أ‬ ، َ‫ء‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ف‬ُّ‫س‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ي‬ ِّ
ِ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ي‬
َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ع‬َ‫أ‬ ُ‫ف‬ ِّ
ِ‫ص‬َ‫ي‬
َ‫م‬ َ‫أ‬ َّ‫و‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ، ِّ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬
ِّ
ِ‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫د‬َ‫ع‬‫ق‬
“Barangsiapa menuntut ilmu
hanya ingin digelari ulama, untuk
berdebat dengan orang bodoh,
supaya dipandang manusia, maka
silakan ia mengambil tempat
duduknya di neraka.”
(HR. Hakim dalam Mustadroknya)
NIAT ITU SEPERTI
SURAT.
SALAH TULIS
ALAMAT AKAN
SAMPAI DI SALAH
TEMPAT.
MENUNTUT ILMU
HARUS KARENA ALLAH
‫ن‬َ‫م‬
َ‫غ‬َ‫ت‬‫ب‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِّ‫م‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬
َ‫و‬ َّ‫ز‬َ‫ع‬ ِّ َّ
‫اّلل‬ ُ‫ه‬‫ج‬ َ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ى‬
َّ‫ل‬َ‫ج‬
َ‫ال‬
ِّ‫ب‬ َ‫يب‬ ِّ
‫ص‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ َّ‫ال‬ِّ‫إ‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬
‫ا‬َ‫ي‬‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬ًًََِ‫ع‬ ِّ‫ه‬
‫م‬َ‫ل‬
‫ا‬ َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬ ِّ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫ف‬َِ‫ع‬ ‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬
ِّ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ق‬‫ل‬
“Siapa menuntut ilmu yang seharusnya
ditujukan hanya mengharap wajah Allâh
‘Azza Wa Jalla, namun ternyata ia tidak
menuntut ilmu kecuali untuk mendapatkan
sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia
tidak akan mencium bau surga
pada hari Kiamat.
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban,
Shahîh ath-Targhib, no. 105)
BELAJAR UNTUK
IBADAH DAN
MENGAJAR
Imam Ahmad ditanya
mengenai apa niat yang
benar dalam belajar agama.
Beliau menjawab, “Niat
yang benar dalam belajar
adalah apabila belajar
tersebut diniatkan untuk
dapat beribadah pada Allah
dengan benar dan untuk
mengajari yang lainnya.”
IKHLAS SEBAB
DERAJAT TINGGI
Syaikh Sholih Al-Ushoimi –
hafidzahullah- menasehatkan:
Tidaklah para salafussholih itu
unggul dan sampai pada
derajat ilmu (yang tinggi),
melainkan karena sebab
ikhlasnya mereka saat
menuntut ilmu, karena
mengharap pahala Allah tuhan
semesta alam.
(Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)
JATAH ILMU
SEBANYAK KADAR IKHLAS
Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi juga mengatakan:
‫وانما‬
‫اخالصه‬ ِ‫ِد‬ ‫على‬ ‫العلم‬ ‫المِء‬ ‫ينال‬
“Seorang itu mendapatkan jatah ilmu,
sebanyak kadar ikhlasnya.”
(Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)
TIDAK CUKUP NIAT IKHLAS, NAMUN
JUGA HARUS ITTIBA’
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan,
“Yang namanya amalan jika niatannya ikhlas namun tidak
benar, maka tidak diterima. Sama halnya jika amalan tersebut
benar namun tidak ikhlas, juga tidak diterima. Amalan tersebut
barulah diterima jika ikhlas dan benar. Yang namanya ikhlas,
berarti niatannya untuk menggapai ridha Allah saja. Sedangkan
disebut benar jika sesuai dengan petunjuk Rasul saw.”
(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:72)
KRITERIA AMAL SHOLEH
AMAL IKHLAS ITTIBA’
AMAL
SHOLEH
A  × ×
B ×  ×
C   
KESIMPULAN
1. Niat adalah maksud dalam beramal
untuk mendekatkan diri pada Allah,
mencari ridha dan pahala-Nya.
2. Tempat niat itu di hati.
3. Fungsi niat:
 Membedakan antara satu ibadah
dengan ibadah lainnya.
 Membedakan antara ibadah dengan
kebiasaan.
 Membedakan tujuan seseorang
dalam beribadah.
4. Salah niat, berujung siksa neraka.
5. Niat belajar untuk ibadah yang benar dan
mengajar orang lain.
6. Ikhlas menuntut ilmu menjadikan unggul
dan meraih derajat tinggi.
7. Semakin ikhlas, semakin banyak ilmu
yang diperoleh.

More Related Content

What's hot

Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)
Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)
Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)Mush'ab Abdurrahman
 
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro Triono
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro TrionoMeraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro Triono
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro TrionoKafi Hidonis
 
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti Tawakal
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti TawakalMakna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti Tawakal
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti TawakalAnas Wibowo
 
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?Erwin Wahyu
 
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanMateri Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanErwin Wahyu
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiErwin Wahyu
 
Melejitkan kepribadian Islam
Melejitkan kepribadian IslamMelejitkan kepribadian Islam
Melejitkan kepribadian IslamSefti Rinanda
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanUmi Sa'adah
 
Keterikatan terhadap hukum syara'
Keterikatan terhadap hukum syara'Keterikatan terhadap hukum syara'
Keterikatan terhadap hukum syara'Nur Rohim
 
Menjadi SuperMuslim sejati
Menjadi SuperMuslim sejatiMenjadi SuperMuslim sejati
Menjadi SuperMuslim sejatiErwin Wahyu
 
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusia
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusiaMateri ibc 21 penilaian standar perbuatan manusia
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusiarendra visual
 
Uqdatul kubro
Uqdatul kubroUqdatul kubro
Uqdatul kubroel-hafiy
 

What's hot (20)

Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)
Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)
Taqwa taat pada syariah kaffah (refleksi idul fitri 1437 h)
 
Hukum syara
Hukum syaraHukum syara
Hukum syara
 
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro Triono
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro TrionoMeraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro Triono
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro Triono
 
Demi waktu
Demi waktuDemi waktu
Demi waktu
 
Syakhshiyah Islam (Kepribadian Islam)
Syakhshiyah Islam (Kepribadian Islam)Syakhshiyah Islam (Kepribadian Islam)
Syakhshiyah Islam (Kepribadian Islam)
 
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti Tawakal
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti TawakalMakna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti Tawakal
Makna Tawakkal - Materi Pemahaman Arti Tawakal
 
Problematika Umat
Problematika UmatProblematika Umat
Problematika Umat
 
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
 
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanMateri Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
 
Melejitkan kepribadian Islam
Melejitkan kepribadian IslamMelejitkan kepribadian Islam
Melejitkan kepribadian Islam
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
 
Keterikatan terhadap hukum syara'
Keterikatan terhadap hukum syara'Keterikatan terhadap hukum syara'
Keterikatan terhadap hukum syara'
 
Menjadi SuperMuslim sejati
Menjadi SuperMuslim sejatiMenjadi SuperMuslim sejati
Menjadi SuperMuslim sejati
 
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusia
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusiaMateri ibc 21 penilaian standar perbuatan manusia
Materi ibc 21 penilaian standar perbuatan manusia
 
Istiqomah di dalam ketaatan
Istiqomah di dalam ketaatanIstiqomah di dalam ketaatan
Istiqomah di dalam ketaatan
 
01 - Membeli Syurga
01 - Membeli Syurga01 - Membeli Syurga
01 - Membeli Syurga
 
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
 
HIDAYAH DAN KESASATAN
HIDAYAH DAN KESASATANHIDAYAH DAN KESASATAN
HIDAYAH DAN KESASATAN
 
Uqdatul kubro
Uqdatul kubroUqdatul kubro
Uqdatul kubro
 

Similar to 01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz

Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxAgussoleh17
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdfKataBagus
 
Bunga Dakwah.pptx
Bunga Dakwah.pptxBunga Dakwah.pptx
Bunga Dakwah.pptxIwanSopian6
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMuhsin Hariyanto
 
3 landasan utama
3 landasan utama3 landasan utama
3 landasan utamaHelmon Chan
 
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptx
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptxMateri Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptx
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptxSitiJubaidah16
 
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdfBekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdfwahyudibromo1
 
Pentingnya Ngaji.pptx
Pentingnya Ngaji.pptxPentingnya Ngaji.pptx
Pentingnya Ngaji.pptxAgussoleh17
 
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdf
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdfBacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdf
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdfSartikaAP1
 
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptxParminParmin4
 
Hadits arbain nawawi
Hadits arbain nawawiHadits arbain nawawi
Hadits arbain nawawiAsep Hidayat
 
Terjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-NawawiyahTerjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-NawawiyahWandi Budiman
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)BahRum Subagia
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirNurulAfifah133
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiAshareif Actbar
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiAris Munandar
 

Similar to 01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz (20)

Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
 
Bunga Dakwah.pptx
Bunga Dakwah.pptxBunga Dakwah.pptx
Bunga Dakwah.pptx
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
 
3 landasan utama
3 landasan utama3 landasan utama
3 landasan utama
 
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptx
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptxMateri Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptx
Materi Pemikat Menuju IM (YukNgaji Islam Kaffah).pptx
 
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdfBekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
 
Pentingnya Ngaji.pptx
Pentingnya Ngaji.pptxPentingnya Ngaji.pptx
Pentingnya Ngaji.pptx
 
Adab Sebelum Ilmu.pptx
Adab Sebelum Ilmu.pptxAdab Sebelum Ilmu.pptx
Adab Sebelum Ilmu.pptx
 
Ayat dakwah
Ayat dakwahAyat dakwah
Ayat dakwah
 
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdf
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdfBacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdf
Bacaan Dzikir Petang sughro ppt Slide.pdf
 
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx
02 Pentingnya Ngaji - Nasihat Ustadz.pptx
 
Hadits arbain nawawi
Hadits arbain nawawiHadits arbain nawawi
Hadits arbain nawawi
 
Terjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-NawawiyahTerjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikir
 
Himpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihanHimpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihan
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
Hadith 40 susunan imam an nawawi
Hadith 40 susunan imam an nawawiHadith 40 susunan imam an nawawi
Hadith 40 susunan imam an nawawi
 

01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz

  • 3. DEFINISI NIAT Niat secara bahasa artinya adalah al qashdu (maksud) dan al iraadah (keinginan) atau dengan kata lain qashdul quluub wa iraadatuhu (maksud dan keinginan hati).
  • 4. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata, “Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri pada Allah, mencari ridha dan pahala-Nya.” (Bahjah Quluubil Abraar wa Qurratu ‘Uyuunil Akhyaar Syarah Jawaami’ul Akhbar hal. 5) DEFINISI NIAT
  • 6. Tempat niat adalah di dalam hati, dan An Nawawi berkata, “Tidak ada khilaf dalam hal ini.”
  • 7. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫م‬ ُ‫ة‬َّ‫ي‬ِّ‫الن‬ َ‫و‬ َ‫ف‬ِّ‫ات‬ِّ‫ب‬ ُ‫ب‬‫ل‬َ‫ق‬ ِّ‫اء‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ق‬‫ا‬ ِّ‫ب‬‫ل‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ‫ى‬ َ‫َو‬‫ن‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫؛‬ َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِّ‫ه‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫ب‬ ‫م‬َّ‫ل‬ ِّ‫ب‬ ُ‫ة‬َّ‫ي‬ِّ‫الن‬ ُ‫ه‬‫ت‬َ‫أ‬َ‫ز‬‫ج‬َ‫أ‬ ‫م‬ِّ‫ه‬ِِّ‫ا‬َ‫ف‬ِّ‫ات‬ “Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 18:262) TEMPAT NIAT
  • 8. FUNGSI NIAT (1) • Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. • Contoh ada ibadah yang hukumnya fardhu ‘ain, ada yang fardhu kifayah, ada yang termasuk rawatib, ada yang niatnya witir, ada yang niatnya sekedar shalat sunnah saja (shalat sunnah mutlak).
  • 9. FUNGSI NIAT (2) • Membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. • Contoh puasa. Puasa berarti meninggalkan makan, minum dan pembatal lainnya. • Namun terkadang seseorang meninggalkan makan dan minum karena kebiasaan, tanpa ada niat mendekatkan diri pada Allah. Terkadang pula maksudnya adalah ibadah.
  • 10. FUNGSI NIAT (3) • Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. • Jadi apakah seorang beribadah karena mengharap wajah Allah ataukah ia beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.
  • 11. NIAT KARENA ALLAH Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ‫ينفع‬ ‫ال‬ ‫له‬ ‫يكون‬ ‫ال‬ ‫وما‬ ‫يدوم‬ ‫وال‬ “Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar-ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql, 2: 188)
  • 12. KEIKHLASAN IMAM MALIK Para ulama menyebutkan bahwa Imam Ibnu Abi Dzi’bi yang semasa dan senegeri dengan Imam Malik pernah menulis kitab yang lebih besar dari Muwatho’. Karena demikian, Imam Malik pernah ditanya, “Apa faedahnya engkau menulis kitab yang sama seperti itu?” Jawaban beliau, “Sesuatu yang ikhlas karena Allah, pasti akan lebih langgeng.” (Ar Risalah Al Mustathrofah, hal. 9. Dinukil dari Muwatho’ Imam Malik, 3: 521)
  • 13. KEIKHLASAN IMAM MALIK • Kitab ini merupakan salah satu dari Kutubut Tis'ah (9 kitab hadis ulama di kalangan Sunni) dan menjadi rujukan penting, khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. • Semula, kitab ini memuat 10 ribu hadis. Namun, lewat penelitian ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadis. • Imam Malik berkata, “Suatu ketika aku mendemonstrasikan kitabku di hadapan tujuh puluh para ulama fiqh Madinah dan semuanya menyetujuiku (watha’ani), maka akupun menamainya dengan al-Muwaththa’”.
  • 14. KEIKHLASAN IMAM MALIK • Imam Malik menyusun kitab ini menjadi 2 bagian: • Pertama, mengenai perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW (sunnah) serta riwayat perkataan dan perbuatan Nabi tersebut (hadis). • Kedua, mengenai pendapat dan keputusan resmi sahabat Nabi, penerus mereka, dan beberapa ulama kemudian. • Kitab ini ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Al Mansur (754-775 M) dan baru selesai di masa Khalifah Al Mahdi (775-785 M).
  • 15. KEIKHLASAN IMAM NAWAWI • Nama lengkap beliau Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad- Dimasyqiy, Abu Zakaria. • Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damaskus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. • Beliau wafat pada tanggal 24 Rajab 676 H. • Umurnya singkat, namun ilmunya terus kekal dan langgeng.
  • 16. Jumlah karyanya sekitar 40 (empat puluh) kitab, diantaranya: • Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. • Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’. • Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat. • Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al- Adzkar. KARYA IMAM NAWAWI
  • 17. KEIKHLASAN IMAM NAWAWI • Itu semua dilakukan beliau karena hanya ingin meraih ridho Allah. • Bukan ingin disebut orang paling cerdas, bukan ingin pula meraih gelar mentereng atau ingin mendapat balasan dunia semata.
  • 18. BAHAYA SALAH NIAT (1): MUJAHID MASUK NERAKA Abu Hurairah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.’
  • 19. “Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya, ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab, ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’ BAHAYA SALAH NIAT (2): ORANG ‘ALIM DAN QARI MASUK NERAKA
  • 20. “Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya, ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka’,” (HR. Muslim) BAHAYA SALAH NIAT (3): ORANG KAYA MASUK NERAKA
  • 21. BAHAYA SALAH NIAT (4) َ‫ج‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ َ‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ َ‫ى‬ ِّ ِ‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫س‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ َ‫ى‬ ِّ ِ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫و‬َ‫أ‬ ِّ ِ‫ص‬َ‫ي‬ ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ف‬ َ‫ف‬ ‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ه‬‫و‬ُ‫ج‬ ُ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ُ َّ ‫اّلل‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫د‬َ‫أ‬ ِّ‫ه‬ َِ‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬ “Siapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan- pandangan manusia kepadanya, maka Allâh akan memasukkannya ke neraka.” (HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb, no. 106)
  • 22. BAHAYA SALAH NIAT (5) ‫ن‬َ‫م‬ ِّ‫ب‬ ‫ي‬ِّ‫ه‬‫ا‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ َ‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬‫ال‬ َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫و‬َ‫أ‬ ، َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ ‫و‬َ‫أ‬ ، َ‫ء‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ف‬ُّ‫س‬‫ال‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ي‬ ِّ ِ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ي‬ َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ع‬َ‫أ‬ ُ‫ف‬ ِّ ِ‫ص‬َ‫ي‬ َ‫م‬ َ‫أ‬ َّ‫و‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ، ِّ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِّ ِ‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫د‬َ‫ع‬‫ق‬ “Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)
  • 23. NIAT ITU SEPERTI SURAT. SALAH TULIS ALAMAT AKAN SAMPAI DI SALAH TEMPAT.
  • 24. MENUNTUT ILMU HARUS KARENA ALLAH ‫ن‬َ‫م‬ َ‫غ‬َ‫ت‬‫ب‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِّ‫م‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ل‬ِّ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ َ‫و‬ َّ‫ز‬َ‫ع‬ ِّ َّ ‫اّلل‬ ُ‫ه‬‫ج‬ َ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ى‬ َّ‫ل‬َ‫ج‬ َ‫ال‬ ِّ‫ب‬ َ‫يب‬ ِّ ‫ص‬ُ‫ي‬ِّ‫ل‬ َّ‫ال‬ِّ‫إ‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ي‬‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬ًًََِ‫ع‬ ِّ‫ه‬ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬ َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬ ِّ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫ف‬َِ‫ع‬ ‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬ ِّ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ق‬‫ل‬ “Siapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan hanya mengharap wajah Allâh ‘Azza Wa Jalla, namun ternyata ia tidak menuntut ilmu kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari Kiamat. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Shahîh ath-Targhib, no. 105)
  • 25. BELAJAR UNTUK IBADAH DAN MENGAJAR Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar dalam belajar agama. Beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan benar dan untuk mengajari yang lainnya.”
  • 26. IKHLAS SEBAB DERAJAT TINGGI Syaikh Sholih Al-Ushoimi – hafidzahullah- menasehatkan: Tidaklah para salafussholih itu unggul dan sampai pada derajat ilmu (yang tinggi), melainkan karena sebab ikhlasnya mereka saat menuntut ilmu, karena mengharap pahala Allah tuhan semesta alam. (Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)
  • 27. JATAH ILMU SEBANYAK KADAR IKHLAS Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi juga mengatakan: ‫وانما‬ ‫اخالصه‬ ِ‫ِد‬ ‫على‬ ‫العلم‬ ‫المِء‬ ‫ينال‬ “Seorang itu mendapatkan jatah ilmu, sebanyak kadar ikhlasnya.” (Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)
  • 28. TIDAK CUKUP NIAT IKHLAS, NAMUN JUGA HARUS ITTIBA’ Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Yang namanya amalan jika niatannya ikhlas namun tidak benar, maka tidak diterima. Sama halnya jika amalan tersebut benar namun tidak ikhlas, juga tidak diterima. Amalan tersebut barulah diterima jika ikhlas dan benar. Yang namanya ikhlas, berarti niatannya untuk menggapai ridha Allah saja. Sedangkan disebut benar jika sesuai dengan petunjuk Rasul saw.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:72)
  • 29. KRITERIA AMAL SHOLEH AMAL IKHLAS ITTIBA’ AMAL SHOLEH A  × × B ×  × C   
  • 30. KESIMPULAN 1. Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri pada Allah, mencari ridha dan pahala-Nya. 2. Tempat niat itu di hati. 3. Fungsi niat:  Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya.  Membedakan antara ibadah dengan kebiasaan.  Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. 4. Salah niat, berujung siksa neraka. 5. Niat belajar untuk ibadah yang benar dan mengajar orang lain. 6. Ikhlas menuntut ilmu menjadikan unggul dan meraih derajat tinggi. 7. Semakin ikhlas, semakin banyak ilmu yang diperoleh.

Editor's Notes

  1. Riyadhush Shalihin (taman orang-orang shalih) terdiri dari 17 kitab, 265 bab dan 1897 hadits