1. BIOLOGI
GONZAGA
DESKTOP MATERI - SOAL BIOLOGI SEKOLAH SD
- SMP - SMA - UNIVERSITAS DI INDONESIA
Sabtu, 21 Mei 2011
REPRODUKSI BAKTERI
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang
biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan
membelah diri ( Amitosis), namun juga sering terjadi pula
penyatuan materi gen secara parasexual
Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner
yaitu setiap sel membelah menjadi dua.
2. Pembelahan ini juga sering disebut pembelahan Amitosis
.
Apa maksudnya ? Pembelahan yang tidak melalui fase
fase seperti mitosis ( A) jadi sel membelah langsung
menjadi dua , Tidak ada Profase , Metafase , Anafase
maupun Telofase OK
Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran
materi genetik dengan bakteri lainnya.
Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau
rekombinasi DNA, setelah sukses mereka tetap
memperbanyaknya dengan membelah diri sevara biner /
Amitosis
Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi
genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke
sel bakteri yang lainnya.
2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu
sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan
organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri)
3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik
berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel
dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara
dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi
pada bakteri gram negatif.
Dalam pemahaman ini kalau kita Format otak kita Bakteri
membelah secara sexual menjadi dua yaitu
1. Kawin jarak dekat ( berarti ke dua bakteri
berdekatan bertukar materi genetik/Konjugasi)
2. Kawin jarak jauh ( berarti perlu perantara :
Transduksi dan Transformasi
3. DETAIL
Bakteri memiliki kekurangan unsur-unsur yang mengacu pada stuktur
komplek yang terlibat dalam pemisahan kromsom-kromosom eukariota
menjadi nukleid anak yang berbeda.
Replikasi dari DNA bakteri dimulai pada satu titik dan bergerak ke
semua arah.
Dalam prosesnya, dua pita lama DNA terpisah dan digunakan sebagai
model untuk mensistensiskan pita-pita baru (replikasi semikonservatif).
Strukur dimana dua pita terpisah dan sintesis baru terjadi disebut
sebagai percabangan replikasi.
Replikasi kromosom bakteri sangat terkontrol, dan kromosom tiap sel
yang tumbuh berkisar antara satu dan empat.
Beberapa plasmida bakteri bias memiliki sampai 30 tiruan dalam satu
sel bakteri
Dan mutasi yang menyebabkan control bebas dari relikasi plasmida
bahkan bias menghasilkan tirun yang lebih banyak.
Replikasi pita DNA ganda sirkular dimuli pada locus ori dan
membuuhkan interaksi dengan beberapa protein.
Dalam E coli, replikasi kromosom berakhir pada suatu tempat yang
disebut “ter“.
Dua kromosom anak terpisah, atau terpecah sebelum pembagian sel,
sehingga tiap-tiap keturunan memiliki satu DNA anak.
4. Hal ini dapat disempurnakan dengan bantuan topoisomerase atau
melakukan pengkombinasian.
Proses serupa yang mengacu pada replikasi DNA plasmida, kecuali
pada beberpa kasus, replikasinya adalah tidak terarah.
Rekombinasi Gen pada Bakteri
Rekombinasi gen ialah pembentukan suatu genotip baru melalui
pemilihan kembali gen-gen setelah terjadinya pertukaran bahan genetis
antara dua kromosom yang berbeda mempunyai gen-gen serupa pada
situssitus yang bersangkutan
Rekombinasi bisa dibentuk dengan secara generatif yang dikenal
dengan istilah ( Parasexual) meliputi 3 cara yaitu
1. Konjugasi
2. Transformasi
3. Transduksi
Konjugasi
Konjugasi ialah pemindahan gen antara sel-sel yang kontak satu dengan
yang lain secara fisik.
Konjugasi bakteri pertama kali dipertunjukkan o!eh Lederbeng dan
Tatuni pada tahun 1946.
Mereka menggabungkan dua galur mutan Eschericihia Coli yang
berbeda yang tidak mampu mensintesis satuatau lebih faktor tumbuh
esensiil dan memberinya kesempatan untuk kawin.
Kemudian mereka mencawankan biakan campuran tersebut pada
medium minimal yang hanya menunjang pertumbuhan galur-galur tipe liar.
Ketika mereka menemukan koloni-kotoni tipe liar, mereka tahu bahwa
mestinya koloni-koloni tersebut merupakan hasil rekombinasi genetik
melalui kunjugasi antara galur-galur mutan.
Konjugasi pada bakteri dapat dipahami dengan lebih jelas ketika
ditemukan bahwa ada diferensiasi seksual pada E.coli, dengan perkataan
lain, ada tipe-tipe perkawinan yang berbeda-beda pada bakteri tersebut
5. Transformasi
Transformasi ialah proses pemindahan DNA bebas sel atau “bugil”
yang mengandung sejumlah terbatas informasi DNA dari satu sel ke sel
yang lain.
DNA tersebut diperoleh dari sel donor melalui lisis sel alamiah atau
dengan cara ekstraksi kimiawi. Begitu DNA diambil oleh sel resipien,
maka terjadilah rekombinasi.
Bakteri yang telah mewarisi penanda dan sel donor tersebut telah
tetransformasi, bakteri-bakteri tertentu,
Bila ditumbuhkan dengan diberi sel- sel mati, filtrat biakan, atau
ekstrak sesuatu galur yang berkerabat dekat, maka akan memperoleh dan
lalu memindah sebarkan ciri-ciri dari galur yang sekerabat tersebut. OK
6. Transduksi
Di samping melalui konjugasi dan transformasi, mikroorganisme juga
dapat melakukan rekombinasi gen dengan cara transduksi.
Transduksi ialah proses pemindahan gen dari satu bakteri ke bakteri
lain oleh bakteriofaga.
Beberapa bakteriofaga tenang (yang mempunyai siklustemperate), yang
biasanya tidak melisis sel inang, membawa DNA yang dapat berperilaku
sebagai episom di dalam bakteri.
PENGAYAAN
Untuk mempertahankan hidupnya organisme berkembang-biak dengan
cara kawin ataupun dengan cara tidak kawin.
Kawin merupakan cara pembiakan utama pada organisme tingkat
tinggi.
Pada organisme tingkat rendah, cara tidak kawin merupakan strategi
utamanya.
Nampaknya, arah perubahan evolutif bergerak dari strategi tidak
kawin menjadi strategi kawin [mengapa?].
Baik cara kawin atau tidak kawin, prinsipnya adalah menghasilkan
turunan berikutnya yang sama atau sedikit sama.
Jadi, setiap organisme yang berbiak harus memiliki sifat dan
kemampuan meng-kopy dirinya sendiri menjadi copy lainnya yang serupa.
Sel adalah unit dasar hidup.
7. Semua organisme hidup tersusun dari unit sel tunggal atau sel banyak.
Untuk mempertahankan hidupnya, sel memperbanyak dirinya dari satu
generasi ke generasi lain dengan cara meng-copy dirinya dari satu menjadi
dua, dari dua menjadi empat, dan seterusnya.
Bukan saja soal jumlah sel yang berlipat-ganda, volume sel pun
meningkat linier searah dengan peningkatan jumlah sel.
Karena komposisi dan jumlah zat-zat penyusun sel tunggal dari satu
generasi ke generasi selanjutnya relatif tetap, maka terjadi peningkatan
biomasa secara linier sesuai dengan jumlah sel.
Artinya bahwa seiring dengan peningkatan jumlah sel, berlangsung
biosintesis senyawa-senyawa penyusun tubuh sel terutama
1. karbohidrat
2. protein
3. asam-asam nukleat dan
4. lemak.
Mereka adalah bahan baku penyusun tubuh sel seperti dinding sel,
membrane, cairan sel, dan organela; atau menjadi mesin-mesin fungsional
bekerjanya aspek-aspek fisiologis sel seperti enzim, penghantaran dan alih-
ragam signal (signal transduction), sistem kekebalan tubuh, atau cadangan
energi kimia.
Keempat golongan senyawa penyusun utama tubuh sel diatas itu
disintesis dari senyawa-senyawa antara seperti
1. asam amino
2. nukleotida
3. gula
4. asam lemak maupun gliserol
Senyawa-senyawa antara ini disintesis dari unsur-unsur yang jauh lebih
sederhana lagi seperti glukosa, amonia, dan garam-garam anorganik.
Dalam hal ini, glukosa disintesis langsung oleh organisme berklorofil,
melalui proses fotokimia dan biokimia fiksasi CO2 dan konversi energi
radiasi matahari ke dalam ikatan-ikatan kimia karbon glukosa.
Organisme yang tidak berklorofil bergantung penyediaan energi dan
senyawa karbon dari organisme berklorofil.
8. Pertanyaannya ialah, “apa kiranya yang menyebabkan sel dan
organisme mampu memperbanyak dirinya sendiri dan mewariskan semua
informasi genetis yang terkandung kepada sel turunannya?”
Teori kromosom tentang pewarisan informasi menerangkan bahwa
selama proses mitosis satu sel membela menjadi dua sel. Namun sebelum
pembelahan sel berlangsung, jumlah kromosomnya berlipat-ganda.
Pada sel manusia dari 46 menjadi 92 sebelum kemudian dipilah
menjadi masing-masing 46 untuk sel-sel turunannya.
Dalam pembelahan meiosis, satu sel diploid menggandakan bahan
genetiknya sekali namun diikuti oleh pembelahan sel dua kali.
Sehingga, satu sel diploid menghasilkan empat sel haploid. Setiap sel
memiliki jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel induknya.
Dengan membandingkan jumlah DNA pada sel-sel diploid dan sel-sel
haploid diperoleh data bahwa jumlah DNA pada sel-sel diploid memiliki
jumlah DNA dua kali-lipat.
Seandainya satu sel diploid memiliki 9 pg (pico gram; 10-12
g) DNA
maka sel haploid memiliki 4.5 pg DNA.
Dalam hal ini, jumlah kelipatan DNA selaras dengan jumlah kelipatan
kromosom.
Dengan demikian, setiap sekali pembelahan sel mitosis jumlah DNA-
nya pun bertambah dua dua kali.
1. Visualisasi replikasi DNA berselaras dengan replikasi kromosom
selama proses pembelahan sel mitosis didemonstrasikan oleh Herber
Taylor (1958).
2. Ia memberi makan tanaman keluarga lili dengan thimin
radioaktif, setelah sel-selnya membelah.
3. Tanaman-tanaman tersebut kemudian dipindahkan ke dalam
media tanpa radioisotop.
4. Preparat kromosom yang berasal baik sebelum, selama dan
setelah perlakuan isotop disiapkan dipermukaan slide kaca, dan
disingkap kepermukaan film fotograf.
Hasilnya bahwa sebelum kromosom itu diperlakukan dengan isotop
thimin, kromosomnya tidak menghasilkan "pengenal" dalam kromosom
berupa warna "hitam hangus" di permukaan film.
9. Kromosom yang langsung dipersiapkan dari perlakuan thimin
menghasilkan "pengenal" pada kedua pasang kromosom dipermukaan film.
Menariknya, kromosom yang dipersiapkan dari tanaman yang telah
dipindahkan ke media tanpa thimin isotop yang sebelumnya diperlakukan
dengan radioisotop, terdapat kromosom yang satu dari pasangannya tidak
ditemui pengenal (kecuali di daerah pindah-silang).
Eksperimen ini membuktikan bahwa Sintesis DNA berselaras dengan
replikasi DNA dan bersifat linear terhadap struktur kromosom, dan terjadi
sekali untuk setiap kali pembelahan sel.
Sifat memperbanyak diri secara vegetatif demikian tidak hanya dimiliki
oleh bahan genetik dalam kromosom. DNA sirkuler yang disebut plasmid
atau DNA batangan pada virus berkemampuan memperbanyak diri dengan
cara mengkopi molekul DNA tunggal menjadi sepasang ikatan DNA
ganda.
Proses mengkopi diri sendiri dari polimer DNA menjadi jiplakan-
jiplakan DNA identik disebut replikasi DNA.
REPLIKASI DNA
Selang beberapa saat setelah publikasi Crick dan Watson mengenai struktur rantai ganda
DNA, mereka kemudian mengemukakan implikasi struktur rantai ganda ini kepada
mekanisme cetak-kopi informasi.
Baik penelitian E. Chargaff dan Herbert Taylor membuktikan bahwa DNA bereplikasi
semikoservatif.
10. Artinya bahwa dalam sintesis DNA, dengan bahan awal DNA yang mampu
memperbanyak diri, replicon, seperti plasmids dan kromosom, setiap rantai tunggal DNA
berfungsi sebagai cetakan bagi sintesis rantai DNA baru pasangannya.
Pertanyaannya ialah, “bagaimana mekanisme biosintesis DNA sesungguhnya terjadi di
dalam sel?” Arthur Kornberg menjawab pertanyaan ini dengan mendekatinya melalui
pendekatan ensimatik.
Ia berpendapat: "replikasi rantai nukleotida pasti dikatalisis oleh suatu enzim".
Atas dasar pandangan tersebut, ia berusaha mengisolasi enzim yang bertanggungjawab
pada biosintesis DNA dan mempelajari mekanisme aksi ensimnya.
Ia membuat ekstrak protein dari bakteri E. coli dan menambahkannya ke dalam suatu
campuran reaksi dengan sejumlah komponen berikut: deoksinukleosida trifosfat dimana atom
P dan C-nya menggunakan 32P atau 14C dan deoksinukleosidanya mengandung keempat basa
nitrogen A, T, G, C; Mg++, serta DNA sebagai cetakan.
Dengan campuran ini dalam tabung reaksi, diharapkan akan terbentuk polinukleotida
dengan berat molekul yang lebih tinggi.
Usahanya berhasil, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa bahwa polimerisasi dimaksud
menunjuk kepada biosintesis DNA. Ia mendemonstrasikan bahwa polimerisasi DNA hanya
dapat berhasil jika keempat deoksinukleosida trifosfat dan cetakan ada dalam komponen
reaksi.
Selanjutnya, dengan adanya alat uji (bioassay) aktifitas enzim yang mensintesis DNA,
memungkinkan diisolasinya enzim yang bertanggung-jawab pada reaksi tersebut.
Kornberg menamai enzim tersebut DNA polimerase.
Reaksi kimia yang dipercepat oleh DNA polimerase adalah mensintesis polinukleotida
sambil melepaskan satu molekul pirofosfat (P-P) untuk setiap penambahan satu nukleosida
trifosfat ke dalam rantai baru.
Bukti yang paling kuat mendukung bahwa reaksi in vitro dipercepat oleh DNA
polimerase bukan sekedar polimerisasi acak nukleotida, tetapi terlibat dalam replikasi DNA,
adalah bahwa DNA cetakan yang ditambahkan ke dalam campuran reaksi tidak hanya
diperlukan agar polimerisasi berlangsung, tetapi juga sebenarnya menentukan ciri dari
polinukleotida yang di bentuk.
Melalui analisis komposisi basa nukleotida yang terbentuk setelah reaksi enzimatis dari
berbagai macam DNA cetakan, Arthur Kornberg berhasil menunjukan bahwa DNA yang
disintesis mengikuti ciri komposisi basa cetakan DNA-nya.
Penelitian lanjut membuktikan bahwa DNA cetakan mengarahkan tidak hanya komposisi
keseluruhan basa yang terbentuk, tetapi frekuensi relatif dari basa-basa yang terbentuk.
Berdasarkan studi sintesis DNA secara in vitro, dapat dikatakan bahwa DNA bertindak
langsung sebagai cetakan dalam proses kopolimerisasi teratur replika-replika yang terbentuk
tanpa membutuhkan sintesis senyawa antara bukan DNA.
Dalam perkembangan studi biokimia, kemudian dapat dirancang bangunan yang lebih
detil replikasi DNA, serta berbagai enzim yang terlibat.
Mekanisme pembelahan sel
Pertanyaan lanjut ialah, bagaimana sesungguhnya sel menggandakan DNA nya sendiri
dan kemudian mendistribusikannya secara meraka kepada sel turunannya secara sama?
11. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sel berhadapan dengan persoalan koordinasi antar
bagian dan proses, yaitu bahwa karena replikasi DNA hanya berlangsung sekali untuk setiap
sekali pembelahan sel, replikasi DNA harus terpadu dengan pembelahan sel.
Replikasi DNA harus mendahului pembelahan sel agar sebelum pembelahan sel
berlangsung, telah tersedia bahan genetik untuk diagihkan kepada masing-masing sel turunan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka replikasi DNA merupakan bagian
keseluruhan dari pembelahan sel, dan merupakan proses awal bagi sel berkomitmen
meneruskan proses pembelahan sel.
Sekali pembelahan sel diawali ia tidak bisa kembali lagi ketahap semula, dan harus
menyelesaikan proses sintesis DNA sebelum pembelahan sel berlangsung.
Pembelahan sel tidak boleh terjadi jika replikasi DNA belum selesai.
Di dalam kenyataannya, selesainya proses replikasi merupakan pemicu bagi terjadinya
pembelahan sel.
Jika aturan ini dilanggar, maka transmisi informasi akan mengalami kegalauan.
Pada prokarion, replikasi DNA berawal di suatu tempat yang amung yang disebut daerah
“pengawalan” (origin).
Sebaliknya pada eukarion, replikasi DNA dimulai di awal fase S, yaitu fase yang
memiliki periode yang panjang dalam pembelahan sel, yang dalam periode tersebut sintesis
DNA berlangsung, bahkan berlangsung di banyak titik-titik pengawalan di dalam
SOAL
"Dalam 1 liter kultur bakteri pada medium pengaya terdapat
16.000 bakteri. Fase lag 1 jam, pergantian generasi 20
menit. Berapa jumlah bakteri awal 2 jam sebelumnya ?"
A. 1000/liter
B. 2000/liter
C. 4000/liter
D. 6000/liter
E. 8000/liter
JAWAB B
rumusnya gini :
jumlah bakteri mula" x 2 pangkat n = jmlh bakteri sekarang
*n = jumlah regenerasi yg terjadi
jmlh bakteri mula" x 2 pangkat 3 = 16.000
jmlh bakteri mula" x 8 = 16.000
12. jmlh bakteri mula" = 16.000/8
jmlh bakteri mula" = 2000
Diposkan oleh BIOLOGI ITU MUDAH di 16.27
Label: REPRODUKSI BAKTERI
Kultivasi Mikroba
2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba
Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad
osmotrof dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya
bakteri dan fungi, sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna di
dalam vakuola makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk
memecah molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase
untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya asam amino, gula, asam lemak, dan gliserol diserap ke dalam sel untuk digunakan.
Nutrisi yang dierlukan mikroba
Mikroba memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energy untuk menyusun komponen
sel seerti genom, membrane plasma dan dinding sel. Bentuk nutrient yang diperlukan bermacam-
macam, tergantung jenis mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon untuk jasad fotoautotrof dalam
bentuk CO2, sedangkan bagi jasad kemoorganotrof dalam bentuk bahan organik. Dengan
mengetahuia keperluan nutrien mikroba para ilmuwan dapat melakukan penelitian untuk
menentukan peranan mikroba di alam dan kegunaannya dalam kehidupan manusia. Uraian
berikut akan membahas mengenai tipe nutrisi yang dijumpai diantara mikroba.
1. Kegiatan sel seperti biosintesis komponen sel, transport nutrient ke dalam sel dan
motilitas memerlukan energy. Berdasarkan sumber energy, mikroba dibagi atas jasad fototrof
yang menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Dan jasad kemotrof yang
menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Terleas dari sumber energy yang
digumakan, mikroba akan mengubah energy yang diperoleh menjadi senyawa pembawa energy
yaitu ATP yang dapat dipakai untuk kegiatan sel. Ada 2 kelompok bakteri fototrof yaitu
sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua kelompok ini mengubah energy cahaya menjadi
ATP melalui proses fotosintesis. Mikroba khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti
glukosa atau ammonium, kemudian energy yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam proses
fermentasi atau respirasi.
2. Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsurmkarbon terdapat dalam semua
mikromolekul penyusun sel seperti rotein, karbohidrat, asam nukleat dan lipid. Berdasarkan
sumber karbon, mikroba dapat digolongkan atas jasad heterotrof dan autotrof. Jasad autotrof bila
menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh energinya
13. dari cahaya disebut fotoautotrof, dan bila jasad tersebutmemperoleh energinya dengan cara
mengoksidasi senyawa kimia maka disebut kemoautotrof. Jasad heterotrof menggunakan bahan
organic sebagai sumber karbon.
3. Semua jasad hidu memerlukan sulfur (blerang) dan fosfor. Sulfur dipergunakan
untuk membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim. Mikroba memperoleh sulfur
dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur, thiosulfat atau dalam bentuk bahan organic
(sistein dan metionin). Fosfor dipergunakan membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim.
Mikroba dapat mengambil fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang
paling sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai nukleotida.
4. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen dipergunakan untuk mensintesis
asam amino, nukleotida dan vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai
bentuk seperti protein atau polipeptida, garam nitrat atau amonium bahkan ada mikroba yang
dapat mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5. Semua jasad hidup memerlukan beberapa unsure logam, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk pertumbuhannya yang normal.
Mineral ini diperlukan untuk aktivitas enzim dan molekul yang lain misalnya Mg sebagai
penyusun klorofil, Co untuk aktivitas enzim nitrogenase, dan Fe merupakan komponen sitokrom.
6. Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting untuk
pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi
enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang
normal, beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari senyawa-senyawa lain
di dalam medium. Yang lain tidak akan tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin
ke dalam mediumnya, seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa
asam amino dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam mediumnya.
7. Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam amino,
nukleotida, gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi bersamaan dangan
masuknya nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam bentuk O2 juga
diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
8. Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas metabolism
terjadi dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan dalam mikroba sering
dinyatakan dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung dengan
menentukan kelembaban relatifnya (RH). Untuk bakteri, semua nutrient harus ada dalam bentuk
larutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
Kondisi fisik yang dierlukan untuk pertumbuhan
Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan kondisi
fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di
lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta
lingkungan fisik yang sesuai. Ada 5 arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan
14. dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan
osmosis.
Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dank arena laju reaksi-
reaksi ini dipengaruhi oleh temperature, maka pola pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi
oleh temperature. Temperature juga mem pengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan jumlah
sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolic serta morfologi sel. Setiap
mikroba tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang
bersifat psikrofilik yang tumbuh pada 00
dampai 200
C, mesofilik yang tumbuh pada 200
sampai
450
C dan termofilik yang tumbuh pada temperature 450
sampai 800
C. Temperature inkubasi
yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24
jam) dikenal sebagai temperature pertumbuhan optimum.
Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas
dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan oksigen),
anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif (tumbuh pada keadaan aerobic
dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila ada sedikit oksigen atmosferik). Beberapa
mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan terbunuh, oleh karena itu untuk
menumbuhkan mikroba anaerobic diperlukan teknik khusus agar tercapai keadaan anaerob.
Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi dengan menggunakan alat yang
disebut anaerobic jar.
Konsentrasi ion hydrogen (pH)
pH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan
mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh pH karena nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikoba di
kultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula pH-nya 7 maka kemungkinan pH ini akan
berubah. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan.
Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga atau bufer dalam medium.
Bufer merupakan senyawa yang dapat menahan perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4.
Beberapa bahan nutrisi medium seperti pepton mempunyai kapasitas bufer. Perlu atau tidaknya
suatu medium diberi bufer tergantung kepada maksud penggunaannya dan dibatasi oleh
kapasitas bufer yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.
Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah besarnya tekanan minimum yang dierlukan untuk mencegah aliran
air yang menyebrangi membrane di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 % sukrosa di
dalam kantong membrane dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka molekul air yang ada
dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk
mencegah aliran molekul air dalam gelas ke dalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan
osmosis larutan sukrosa tersebut. Berdasarkan tekanan osmosanya maka larutan tempat
pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis dan larutan hipertonois.
15. Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air akan mengalir
dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengembang kaku. Adanya dinding sel
dapat mencegah pecahnya sel mikroba.
2.2 Media pertumbuhan dan penggunaannya di laboratorium
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang
disebut media. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi di antara mikroba diimbangi oleh
tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasi. Agar mikroba dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu,yaitu:
a. Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba.
b. Media mempunyai tekanan osmosa , dan PH yang sesuai untuk mikroba.
c. Media harus dalam keadaan steril.
Bentuk, susunan, dan sifat media
Bentuk media
Bentuk media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar,
gelatin. Berdasarkan bentuk dikenal tiga jenis media :
1. Media Padat
Yaitu media berbentuk padat yang mengandung agar 1-1.5%, misalnya nutrien
agar.Kalau ke dalam media ditambahkan agar. Jumlah agar yang ditambahkan tergantung
kepada jenis atau kelompok mikroba yang ditumbuhkan. Ada yang memerlukan kadar air tinggi
sehingga penambahan agar harus sedikit tetapi ada pula yang memerlukan kandungan air rendah
sehingga penambahan agar harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk
menumbuhkan bakteri, jamur, dan kadang-kadang mikroalga terutama dalam peremajaan dan
pemeliharaan kultur murni dalam bentuk agar miring.
2. Media Cair
Yaitu media berbentuk cair yang tidak mengandung agar, misalnya nutrien
broth.Umumnya media cair digunakan untuk menambah biomassa sel . Kalau ke dalam media
tidak ditambahkan zat pemadat. Media cair dipergunakan untuk penumbuhan bakteri, ragi dan
mikroalga.
3. Media Semi Padat
Yaitu media yang berbentuk padat pada suhu dingin, dan berbentuk cir bila suhu panas,
misalnya media SIM (media yang digunakan untuk uji produksi sulfur, indol, motilitas)
Kalau penambahan zat pemadat hanya setengah atau kurang dari seharusnya. Ini
umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan
hidup anaerobic atau fakultatif untuk menambah biomassa sel.
Susunan media
Media dapat berbentuk :
1. Media alami yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, telur,
daging. Pada saat ini media alami yang banyak digunakan adalah dalam bentuk kultur jaringan
16. tanaman atau hewan. Contoh penggunaan media alami adalah telur yang digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan virus.
2. Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia. Misalnya media untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakkan Clostridium.
3. Media semi sintetis yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan
bahan-bahan sintesis. Misalnya kaldu nutrisi, wortel agar.
Sifat media
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba
tetapi juga untuk tujuan isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi. Sehingga tiap media
mempunyai spesifikasi sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan sifatnya, media dibedakan
menjadi :
1. Media umum : media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan
satu atau lebih kelompok mikroba secara umum misalnya : agar kaldu nutrisi untuk bakteri, agar
kentang dekstrosa untuk jamur.
2. Media pengaya : media dimana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada di dalam satu media. Misalnya
: kaldu selenit atau kaldu tetrationat untuk memisahkan Salmonella typhi dari mikroba lain yang
ada dalam feses.
3. Media selektif : media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan jenis-jenis lainnya. Misalnya : media SS (
Salmonella-Shigella ) agar untuk menumbuhkan Salmonella dan Shigella.
4. Media diferensial : media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penentuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan bakteri hemolitik.
5. Media Penguji : media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotika, residu pestisida.
2.3 Sterilisasi
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dibidang mikrobiologi harus dalam keadaan
steril artinya bahan atau peralatan tersebut bebas dari mikroba baik yang akan mengganggu
media atau menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.
Sterilisasi yang umum dilakukan adalah :
Sterilisasi secara fisik : dengan menggunakan udara panas atau uap air panas dengan
tekanan tinggi. Misalnya dengan penggunaan autoklap dengan temperatur 121˚C dengan tekanan
15 lbs. Waktu yang diperlukan tergantung banyak sedikitnya bahan atau medium yang
disterilkan, umumnya berkisar antara 15 sampai 20 menit.
Sterilisasi secara kimia : senyawa kimia yang banyak digunakan adalah larutan CuSO4,
AgNO3, HgCI2, dan ZnO serta alkohol dengan kadar antara 50 – 75% karena cepat
menyebabkan koagulasi protein mikroba. Larutan garam seperti NaCI (9%), KCI (11%) dan
KNO3 (10%) dapat digunakan karena tekanan osmotiknya yaitu dehidrasi protein pada substrat.
17. Sedang asam kuat dan basa kuat dapat digunakan karena dapat menghidrolisis isi sel mikroba.
Larutan KmnO4 (10%) dan HCI (1,1%) dapat mengoksidasi substrat. Sedang larutan CuSO4
digunakan untuk algisida. Khlor dan senyawa khlor digunakan sebagai desinfektan terutama
pada tempat penyimpanan air. Juga larutan formalin atau formaldehida dengan kadar antara 4 -
20%.
Sterilisasi secara mekanik.
Untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi ataupun tekanan tinggi mengalami
perubahan atau penguraian, sterilisasi dilakukan secara mekanik yaitu dengan saringan.
Penyaringan yang digunakan dengan penggunaan filter seperti filter Berkefeld, Chamberland dan
Seitz juga filter glukosa, gelas atau porselen. Jenis filter mana yang akan digunakan tergantung
kepada tujuan penyaringan dan bahan yang akan disaring.
2. 4 Metode Kultivasi Mikroba
Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi yang kompleks
dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan penelitian mengenai mikroorganisme
dalam berbagai habitat menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik
untuk memisahkan populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai
biakan murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel induk.
Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan teknik aseptik .
Oleh karena itu, sebelum mengkultur suatu mikroba harus dilakukan suatu proses sterilisasi.
2.4 Teknik Kultivasi Mikroba
Setelah semua bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses kultivasi disterilkan,
maka dimulailah proses isolasi untuk mendapatkan biakan murni.Bahan yang diinokulasikan
pada medium disebut inokulum. Di bawah ini ada beberapa teknik inokulasi yang umum
dilakukan di laboratorium mikrobiologi.
a. Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate adalah teknik langsung
dan mudah untuk mendapatkan suatu biakan murni. Di bawah ini adalah gambar saat
menginokulasi mikroba dengan menggunakan teknik Spread-Plate.
Campuran dari beberapa spesies bakteri disebarkan di permukaan medium agar, sehingga
setiap sel akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah sempurna dan dapat dilihat secara
makroskopis berupa kumpulan mikroba di atas medium padat. Setiap koloni yang terbentuk
merupakan biakan murni. Di bawah ini adalah gambar dari biakan murni yang diperoleh dengan
menggunakan teknik Spread-Plate.
b. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan ( Streak-Plate Technique ).
Inokulum digoreskan di atas medium dengan memakai ose menurut pola tertentu, yaitu:
Goresan T
18. Untuk membuat biakan murni dangan teknik goresan T, ada beberapa langkah yang harus
diikuti, yaitu :
Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan hutuf T pada bagian luar dasar cawan petri.
Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.
Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.
Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.
Prosedur diatas diulang untuk daerah III
- Goresan Kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi empat.
- Goresan Radian
Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan.
Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
Pijarkan ose.
- Goresan Sinambung
Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.
Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada
sisa permukaan lempengan agar. Pola goresan sinambung dapat dilihat pada gambar di bawah ini
:
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam akan
terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini adalah biakan murni.
Di bawah ini adalah hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh dengan teknik goresan.
c. Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique )
Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair
dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media
agar. Kultivasi mikroba dengan teknik ini dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang
telah ada dengan aquades. Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar tabung reaksi
dengan telapak tangan selama beberapa kali. Larutan dilusi tadi sebanyak + 1 ml dituang ke
dalam cawan petri. Cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk
mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada
kondisi yang sesuai. Tahapan di atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mudah
sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan
19. murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah
atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya mutasi, yaitu :
- Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya pemindahan dilakukan
pada fase log.
- Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.
Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis susu kering bercampur
CO2kemudian disimpan pada tempat bersuhu rendah.
Karakteristik Biakan Mikroba
Karakteristik pertumbuhan mikroba dalam medium pertumbuhan menunjukkan
morfologi, mekanisme pembelahan, dan aktivitas metabolismenya. Pertumbuhan antara medium
cair dan medium padat memberikan bentuk dan karakteristik yang berbeda.
Pada biakan di medium cair, karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan mikroba,
yaitu :
a. Terbentuk endapan
Terbentuknya endapan menunjukkan sel mikroba membentuk agregat sehingga berat dan
mengendap, misalnya Staphylococcus aureus.
b. Terbentuk pelikel
Terbentuknya pelikel disebabkan karena mikroba memiliki pili atau glikokaliks yang
menyebabkan sel yang satu melekat dengan yang lain, misalnya Mycobacterium phlei
c. Terlihat keruh
Terlihatnya kekeruhan menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh tersebar merata dan biasanya
mikrobanya bersifat motil.
Pada biakan di medium padat, karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan mikroba
adalah dengan terbentuknya suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-
beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
Pengamatan mikroba dapat dilakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok
dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui melalui koloni yang tumbuh di medium
permukaannya. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe
pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk
koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni.
Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang
benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam
tabung reaksi.
Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari
satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakerisasi berdasarkan tipe
pertumbuhannya pada media agar miring.
Kultivasi, reproduksi dan pertumbuhan bakteri
01/12/2011 — Ketut Supeksa
20. 4 Votes
A. Kultivasi
Untuk memperoleh bakteri di laboratorium kita harus dapat melakukan kultivasi (
menumbuhkan bakteri dalam biakan murni ). Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe bakteri diperlukan suatu kombinasi nutrien serta
lingkungan fisik yang sesuai. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan meliputi :
suhu, atmosfer gas, dan keasaman atau kebasaan.
1. Suhu
Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar itu bakteri
dapat dikelompokkan menjadi :
- psikrofil yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 0 celcius sampai 30 celcius
- mesofil yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 25 celcius sampai 40 celcius dan
- termofil yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 50 cercius atau lebih.
2. Atmosfer gas
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbon
dioksida. Bakteri menunjukkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen
bebas, dan atas dasar ini bakteri
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Aerobik = organisme yang memerlukan oksigen
b. Anaerobik = tumbuh tanpa oksigen
21. c. Anaerobik fakultatif = tumbuh dalam keadaan aerobik dan anaerobik
d. Mikroaerofilik = tumbuh baik bila ada sedikit oksigen atmosferik.
B. Reproduksi bakteri
Proses reproduksi paling umum di dalam daur pertumbuhan yang biasa pada populasi
bakteri adalah pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang adalah suatu
proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan dinding sel melintang maka satu sel
tunggal membelah menjadi dua sel, dan disebut sel anak.
C. Pertumbuhan bakteri
1. Konsep pertumbuhan bakteri
Istilah pertumbuhan TEKNIK MEMBUAT BIAKAN MURNI
Posted January 14, 2011 by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM. Leave a Comment
vIsolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara
sebar (spread plate), dan mikromanipulator ( Buckle,1998).
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk
pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama
adalah habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang dijumpai di dalam pencernaan dapat
diisolasi dari limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi
bahan sumbernya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams,
2000).
Pengembangan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu:
Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain,
sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri.
Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian menggoreskan ose
tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk
garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose
tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini
dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
Teknik Dilusi (Pengenceran)
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam
air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
22. dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
TPC (Total Plate Counter). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi), yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
2. Pemindahan dengan pipet
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin
dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan
agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil
1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh
berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini
terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah
dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
2.3 Teknik Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni
mikroorganisme yaitu :
2.3.1 Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media
agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni
(Winarni, 1997).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan
dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada
masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak
mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni:
Teknik Gores T
23. Teknik Gores Kuadran
teknik Gores Sinambung
Teknik Gores Radian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008.www. go ogl e. com. image s diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul
13.40 WIB
Anonim, 2008.www. wikipe dia .c om diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul 13.40
WIB
Buckle,K.ADwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabay
24. TEKNIK MEMBUAT BIAKAN MURNI
Posted January 14, 2011 by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM. Leave a Comment
vIsolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara
sebar (spread plate), dan mikromanipulator ( Buckle,1998).
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk
pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama
adalah habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang dijumpai di dalam pencernaan dapat
diisolasi dari limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi
bahan sumbernya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams,
2000).
Pengembangan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu:
Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain,
sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri.
Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian menggoreskan ose
tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk
garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose
tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini
dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
Teknik Dilusi (Pengenceran)
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam
air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
TPC (Total Plate Counter). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi), yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
2. Pemindahan dengan pipet
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin
dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan
agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil
1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
25. Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh
berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini
terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah
dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
2.3 Teknik Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni
mikroorganisme yaitu :
2.3.1 Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media
agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni
(Winarni, 1997).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan
dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada
masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak
mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni:
Teknik Gores T
Teknik Gores Kuadran
teknik Gores Sinambung
26. Teknik Gores Radian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008.www. go ogl e. com. image s diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul
13.40 WIB
Anonim, 2008.www. wikipe dia .c om diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul 13.40
WIB
Buckle,K.ADwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabay
vumum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain biasanya mengacu pada
perubahan didalam hasil panen sel ( pertambahan total masa sel ) dan bukan perubahan
individu organisme. Inokulum hampir selalu mengandung ribuan organisme ; pertumbuhan
menyatakan pertambahan jumlah dan atau massa melebihi yang ada di dalam inokulum
asalnya.
2. Daur pertumbuhan normal
27. Bila kita menginokulasikan sejumlah tertentu sel pada suatu medium yang segar, lalu
mementukan populasi bakteri tersebv pada waktu-waktu tertentu selama periode inkubasi
24 jam, dan memetakan logaritme jumlah sel terhadap waktu, maka kita akan memperoleh
gambaran sebagai berikut :
a. Periode awal yang tampaknya tanpa pertumbuhan ( fase log )
b. Periode pertumbuhan yang cepat ( fase ekponential )
c. Kemudian kecepatan pertumbuhan mendatar alias tetap ( fase statis atau stationer )
d. Penurunan populasi sel-sel hidup ( fase kematian ).
TEKNIK MEMBUAT BIAKAN MURNI
Posted January 14, 2011 by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM. Leave a Comment
vIsolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara
sebar (spread plate), dan mikromanipulator ( Buckle,1998).
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk
pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama
adalah habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang dijumpai di dalam pencernaan dapat
diisolasi dari limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi
bahan sumbernya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams,
2000).
Pengembangan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu:
Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain,
sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri.
Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian menggoreskan ose
tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk
garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose
tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini
dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
Teknik Dilusi (Pengenceran)
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam
air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
28. TPC (Total Plate Counter). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi), yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
2. Pemindahan dengan pipet
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin
dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan
agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil
1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh
berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini
terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah
dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
2.3 Teknik Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni
mikroorganisme yaitu :
2.3.1 Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media
agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni
(Winarni, 1997).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan
dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada
masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak
mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni:
Teknik Gores T
Teknik Gores Kuadran
29. teknik Gores Sinambung
Teknik Gores Radian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008.www. go ogl e. com. image s diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul
13.40 WIB
Anonim, 2008.www. wikipe dia .c om diakses pada tanggal 8 Januari 2011 pukul 13.40
WIB
Buckle,K.ADwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabay