SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SOSIALISASI
PENATAAN
DESA/NAGARI
menurut
UU 6 Tahun 2014
tentang Desa &
Peraturan
Pelaksanaannya
AP
BDe
sSwa
daya
PENATAANDESA/NAGARI
(Pasal7UU6/2014)
1. Dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Tujuan :
a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan
e. meningkatkan daya saing Desa.
3. Bentuk Penataan :
a. pembentukan;
b. penghapusan;
c. penggabungan;
d. perubahan status; dan
e. penetapan Desa.
Pembentukan Nagari Oleh Pemerintah Daerah
Pasal 6 s/d pasal 15 PP 43 Tahun 2014
1. Didasarkanpada hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan
Nagari dan harus mempertimbangkan :
a. prakarsa masyarakat Nagari,
b. asal usul,
c. adat istiadat,
d. kondisi sosial budaya masyarakat Nagari, serta
e. kemampuan dan potensi Nagari
2. Pembentukan nagari berupa :
a. Pemekaran dari 1 (satu) nagari menjadi 2 (dua) nagari atau lebih
b. Penggabungan bagian nagari dari nagari yang bersanding
menjadi 1 (satu) nagari atau beberapa nagari menjadi satu nagari
baru
3. Syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan Nagari :
a. Batas usia Nagari induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak
pembentukan;
b. Jumlah penduduk paling sedikit 4.000 (empat ribu) atau 800 (delapan
ratus) kepala keluarga;
c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
sesuai dengan adat istiadat Nagari;
e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
f. Batas wilayah Nagari yang dinyatakan dalam bentuk peta Nagari yang
telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Nagari dan pelayanan publik;
dan
h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan
lainnya bagi perangkat Pemerintah Nagari sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Potensi Pembentukan Nagari di Kabupaten Agam
Berdasarkan Jumlah Penduduk atau Kepala Keluarga
No. Kecamatan Nagari Jumlah Jorong Jumlah Penduduk
Jiwa KK
I. Lubuk Basung 1. Manggopoh 9 21.719 5.410
2. Lubuk Basung 7 42.644 11.637
3. Garagahan 4 7.535 2.128
II. Tanjung Raya 4. Tanjung Sani 11 7.835 2.137
III. Tilatang Kamang 5. Koto Tangah 28 17.740 5.157
6. Gadut 5 15.277 4.183
IV. Palembayan 7. Salareh Aia 11 16.614 3.891
8. Tigo Koto Silungkang 4 8.208 2.053
V. Tanjung Mutiara 9. Tiku Selatan 7 14.198 3.370
10. Tiku Utara 4 10.897 2.659
11. Tiku V Jorong 7 9.681 2.379
VI. Ampek Nagari 12. Bawan 5 20.123 4.487
VII. Sungai Pua 13. Sungai Pua 5 14.136 3.530
VIII. Ampek Angkek 14. Ampang Gadang 5 8.979 2.336
15. Biaro Gadang 6 7.831 2.138
16. Panampung 7 7.457 2.076
IX. Candung 17. Bukik Batabuah 4 9.121 2.419
18. Canduang Koto Laweh 11 9.414 2.715
X Baso 19. Tabek Panjang 4 9.674 2.761
20. Koto Tinggi 6 8.629 2.603
21. Padang Tarok 7 8.093 2.215
XI Kamang Magek 22. Kamang Mudiak 8 11.738 3.240
XII Banuhampu 23. Kubang Putiah 14 8.206 2.248
DATA DESA
PERMENDAGRI NO. 56 TAHUN 2015
TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADM PEMERINTAHAN
Provinsi
(34)
Kabupaten
(416)
Kota (98)
Kecamatan
(7.160)
Desa (74.754)
Kelurahan
(8.430)
6
Tahapan Kegiatan
Kegiatan I ( di Kabupaten )
1. Memprakarsai pembentukan nagari berdasarkan
atas hasil evaluasi tingkat perkembangan
pemerintahan nagari
2. Harus mempertimbangkan prakarsa masyarakat
nagari, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya
masyarakat nagari serta kemampuan dan potensi
nagari
3. Mensosialisasikan rencana pemekaran nagari
kepada pemerintah nagari induk dan masyarakat
nagari yang bersangkutan
Kegiatan II ( di Nagari )
1. Bamus nagari induk melakukan musyawarah
untuk mendapatkan kesepakatan
2. Hasil kesepakatan musyawarah nagari
disampaikan secara tertulis kepada bupati
3. Hasil kesepakatan musyawarah menjadi
bahan pertimbangan dan masukan bagi
bupati dalam melakukan pemekaran nagari
Kegiatan III ( di Kabupaten )
1. Setelah menerima hasil kesepakatan
musyawarah nagari, bupati membentuk tim
pembentukan nagari persiapan dengan tugas
melakukan verifikasi persyaratan
2. Hasil tim pembentukan nagari persiapan
dituangkan dalam bentuk rekomendasi yang
menyatakan layak-tidaknya dibentuk nagari
persiapan
3. Jika rekomendasi nagari persiapan layak, bupati
menetapkan peraturan bupati tentang
pembentukan nagari persiapan
Kegiatan IV ( di Kabupaten dan Provinsi )
• Bupati menyampaikan Perbup pada Gubernur
• Gubernur menerbitkan surat yang memuat
kode register nagari persiapan
• Surat Gubernur dijadikan sebagai dasar bagi
bupati untuk mengangkat Penjabat Walinagari
persiapan yang berasal dari unsur PNS
Pemerintah Daerah
Penjabat Walinagari Mempunyai Tugas
Melaksanakan Pembentukan Nagari Persiapan
Meliputi :
1. Penetapan batas wilayah nagari sesuai dengan
kaidah kartografis
2. Pengelolaan anggaran operasional nagari
persiapan yang berasal dari APB Nagari induk
3. Pembentukan Struktur organisasi
4. Penetapan perangkat nagari
5. Penyiapan Fasilitas dasar bagi penduduk nagari
6. Pembangunan sarana dan prasarana
pemerintahan nagari
7. Pendataan bidang kependudukan, potensi
ekonomi, inventarisasi pertanahan serta
pengembangan sarana ekonomi, pendidikan dan
kesehatan
8. Pembukaan akses perhubungan antar nagari
Kegiatan V
1. Penjabat Walinagari melaporkan perkembangan
kepada Walinagari induk dan Bupati setiap 6 (enam)
bulan
2. Hasil laporan Penjabat Walinagari dikaji dan
diverifikasi oleh tim
3. Apabila Hasil kajian dan verifikasi dinyatakan layak,
Bupati menyusun Ranperda dan dibahas bersama
dengan DPRD
4. Apabila Ranperda disetujui DPRD disampaikan kepada
Gubernur untuk di evaluasi
5. Perda diundangkan setelah mendapatkan nomor
registrasi dari Gubernur dan Kode Nagari dari Menteri
Dalam Negeri
6. Perda dimaksud disertai lampiran peta batas wilayah
nagari
7. Nagari persiapan dapat ditingkatkan
statusnya menjadi Nagari dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun.
8. Apabila hasil kajian dan verifikasi Tim
menyatakan Nagari persiapan tersebut tidak
layak menjadi Nagari, Nagari persiapan
dihapus dan wilayahnya kembali ke Nagari
induk.
9. Penghapusan dan pengembalian Nagari
persiapan ke Nagari induk ditetapkan dengan
peraturan bupati.
CATATAN
Berpedoman pada Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Nagari,
bahwa “Disamping memenuhi syarat-syarat (yang diatur pada ketentuan yang
berlaku), untuk mencapai kehidupan bernagari berdasarkan falsafah adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah, pembentukan harus memenuhi faktor-faktor
sebagai berikut :
a. babalai-bamusajik;
b. balabuah-batapian;
c. basawah-baladang;
d. babanda-babatuan;
e. batanam nan bapucuak;
f. mamaliaro nan banyao;
g. basuku-basako;
h. ninik-mamak nan ampek suku;
i. baadat-balimbago;
j. bapandam pakuburan;
k. bapamedanan;
l. kantua nagari.
perlu kita kaji kembali
16

More Related Content

What's hot

Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik
76meonk
 
Permasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesiaPermasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesia
Election Commision
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Raja Matridi Aeksalo
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
promkesseyegan
 

What's hot (20)

Kak mmd 1.docx
Kak mmd 1.docxKak mmd 1.docx
Kak mmd 1.docx
 
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatanPemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik
 
Permasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesiaPermasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesia
 
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif KebijakanModul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
 
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
 
Makalah puskesmas
Makalah  puskesmasMakalah  puskesmas
Makalah puskesmas
 
DESA DIGITAL.pptx
DESA DIGITAL.pptxDESA DIGITAL.pptx
DESA DIGITAL.pptx
 
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASNPolicy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
Policy Brief Optimalisasi Pengawasan Netralitas ASN
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
 
Pergeseran paradigma pelayanan publik
Pergeseran paradigma pelayanan publikPergeseran paradigma pelayanan publik
Pergeseran paradigma pelayanan publik
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
 
EGov Application in Indonesia
EGov Application in IndonesiaEGov Application in Indonesia
EGov Application in Indonesia
 
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanPenyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan KeluargaPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
 
New public Service
New public ServiceNew public Service
New public Service
 
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis KebijakanModul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
 
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdfPERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
 

Similar to Pembentukan atau pemekaran nagari

8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
WidyaKurniatiMohi
 
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
erisugiartoeri
 
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptxPAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
Yulia Ananda
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
Arya Biase
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
yuleetaemins
 
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
jaelanijaelani10
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
udin251181
 
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdfPERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
CHAIRUDIN2
 

Similar to Pembentukan atau pemekaran nagari (20)

Sosialisai Musrenbangdes 2019
Sosialisai Musrenbangdes 2019Sosialisai Musrenbangdes 2019
Sosialisai Musrenbangdes 2019
 
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
 
2. draft contoh naskah rkp des
2. draft contoh naskah rkp des2. draft contoh naskah rkp des
2. draft contoh naskah rkp des
 
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
2. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN DOKUMEN RKP DESA 2022.docx
 
Keterkaitan rpjmd dengan kinerja disduk kabupaten garut tahun 2017
Keterkaitan rpjmd dengan kinerja disduk kabupaten garut tahun 2017Keterkaitan rpjmd dengan kinerja disduk kabupaten garut tahun 2017
Keterkaitan rpjmd dengan kinerja disduk kabupaten garut tahun 2017
 
inspektorat.pptx
inspektorat.pptxinspektorat.pptx
inspektorat.pptx
 
Peraturan Desa Pencil Nomor 2 Tahun 2017
Peraturan Desa Pencil Nomor 2 Tahun 2017Peraturan Desa Pencil Nomor 2 Tahun 2017
Peraturan Desa Pencil Nomor 2 Tahun 2017
 
1. perdes rkp des
1. perdes rkp des1. perdes rkp des
1. perdes rkp des
 
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptxPAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
PAPARAN PERENCANAAN DESA.pptx
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
 
Surat Edaran Musrebang RKP Desa 2020
Surat Edaran Musrebang RKP Desa 2020Surat Edaran Musrebang RKP Desa 2020
Surat Edaran Musrebang RKP Desa 2020
 
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi (1).ppt
 
1-Konsep Desa dalam Regulasi konsep desa.ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi konsep desa.ppt1-Konsep Desa dalam Regulasi konsep desa.ppt
1-Konsep Desa dalam Regulasi konsep desa.ppt
 
Perdes no.6 th 2016 review rpjm des
Perdes no.6 th 2016 review rpjm desPerdes no.6 th 2016 review rpjm des
Perdes no.6 th 2016 review rpjm des
 
00. dokumen rpjm desa tokelan
00. dokumen rpjm desa tokelan00. dokumen rpjm desa tokelan
00. dokumen rpjm desa tokelan
 
PPD Sragen-1.ppt
PPD Sragen-1.pptPPD Sragen-1.ppt
PPD Sragen-1.ppt
 
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptxpengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
pengawasan-pengelolaan-keuangan-desa-bina-desainspektorat.pptx
 
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdfPERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
PERDA NOMOR 2 TAHUN 2019.pdf
 
Peningkatan kapasitas aparatur desa
Peningkatan kapasitas aparatur desaPeningkatan kapasitas aparatur desa
Peningkatan kapasitas aparatur desa
 

Pembentukan atau pemekaran nagari

  • 1. SOSIALISASI PENATAAN DESA/NAGARI menurut UU 6 Tahun 2014 tentang Desa & Peraturan Pelaksanaannya AP BDe sSwa daya
  • 2. PENATAANDESA/NAGARI (Pasal7UU6/2014) 1. Dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tujuan : a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa; c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan e. meningkatkan daya saing Desa. 3. Bentuk Penataan : a. pembentukan; b. penghapusan; c. penggabungan; d. perubahan status; dan e. penetapan Desa.
  • 3. Pembentukan Nagari Oleh Pemerintah Daerah Pasal 6 s/d pasal 15 PP 43 Tahun 2014 1. Didasarkanpada hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan Nagari dan harus mempertimbangkan : a. prakarsa masyarakat Nagari, b. asal usul, c. adat istiadat, d. kondisi sosial budaya masyarakat Nagari, serta e. kemampuan dan potensi Nagari 2. Pembentukan nagari berupa : a. Pemekaran dari 1 (satu) nagari menjadi 2 (dua) nagari atau lebih b. Penggabungan bagian nagari dari nagari yang bersanding menjadi 1 (satu) nagari atau beberapa nagari menjadi satu nagari baru
  • 4. 3. Syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan Nagari : a. Batas usia Nagari induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan; b. Jumlah penduduk paling sedikit 4.000 (empat ribu) atau 800 (delapan ratus) kepala keluarga; c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah; d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Nagari; e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung; f. Batas wilayah Nagari yang dinyatakan dalam bentuk peta Nagari yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota; g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Nagari dan pelayanan publik; dan h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Nagari sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 5. Potensi Pembentukan Nagari di Kabupaten Agam Berdasarkan Jumlah Penduduk atau Kepala Keluarga No. Kecamatan Nagari Jumlah Jorong Jumlah Penduduk Jiwa KK I. Lubuk Basung 1. Manggopoh 9 21.719 5.410 2. Lubuk Basung 7 42.644 11.637 3. Garagahan 4 7.535 2.128 II. Tanjung Raya 4. Tanjung Sani 11 7.835 2.137 III. Tilatang Kamang 5. Koto Tangah 28 17.740 5.157 6. Gadut 5 15.277 4.183 IV. Palembayan 7. Salareh Aia 11 16.614 3.891 8. Tigo Koto Silungkang 4 8.208 2.053 V. Tanjung Mutiara 9. Tiku Selatan 7 14.198 3.370 10. Tiku Utara 4 10.897 2.659 11. Tiku V Jorong 7 9.681 2.379 VI. Ampek Nagari 12. Bawan 5 20.123 4.487 VII. Sungai Pua 13. Sungai Pua 5 14.136 3.530 VIII. Ampek Angkek 14. Ampang Gadang 5 8.979 2.336 15. Biaro Gadang 6 7.831 2.138 16. Panampung 7 7.457 2.076 IX. Candung 17. Bukik Batabuah 4 9.121 2.419 18. Canduang Koto Laweh 11 9.414 2.715 X Baso 19. Tabek Panjang 4 9.674 2.761 20. Koto Tinggi 6 8.629 2.603 21. Padang Tarok 7 8.093 2.215 XI Kamang Magek 22. Kamang Mudiak 8 11.738 3.240 XII Banuhampu 23. Kubang Putiah 14 8.206 2.248
  • 6. DATA DESA PERMENDAGRI NO. 56 TAHUN 2015 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADM PEMERINTAHAN Provinsi (34) Kabupaten (416) Kota (98) Kecamatan (7.160) Desa (74.754) Kelurahan (8.430) 6
  • 7. Tahapan Kegiatan Kegiatan I ( di Kabupaten ) 1. Memprakarsai pembentukan nagari berdasarkan atas hasil evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan nagari 2. Harus mempertimbangkan prakarsa masyarakat nagari, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat nagari serta kemampuan dan potensi nagari 3. Mensosialisasikan rencana pemekaran nagari kepada pemerintah nagari induk dan masyarakat nagari yang bersangkutan
  • 8. Kegiatan II ( di Nagari ) 1. Bamus nagari induk melakukan musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan 2. Hasil kesepakatan musyawarah nagari disampaikan secara tertulis kepada bupati 3. Hasil kesepakatan musyawarah menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi bupati dalam melakukan pemekaran nagari
  • 9. Kegiatan III ( di Kabupaten ) 1. Setelah menerima hasil kesepakatan musyawarah nagari, bupati membentuk tim pembentukan nagari persiapan dengan tugas melakukan verifikasi persyaratan 2. Hasil tim pembentukan nagari persiapan dituangkan dalam bentuk rekomendasi yang menyatakan layak-tidaknya dibentuk nagari persiapan 3. Jika rekomendasi nagari persiapan layak, bupati menetapkan peraturan bupati tentang pembentukan nagari persiapan
  • 10. Kegiatan IV ( di Kabupaten dan Provinsi ) • Bupati menyampaikan Perbup pada Gubernur • Gubernur menerbitkan surat yang memuat kode register nagari persiapan • Surat Gubernur dijadikan sebagai dasar bagi bupati untuk mengangkat Penjabat Walinagari persiapan yang berasal dari unsur PNS Pemerintah Daerah
  • 11. Penjabat Walinagari Mempunyai Tugas Melaksanakan Pembentukan Nagari Persiapan Meliputi : 1. Penetapan batas wilayah nagari sesuai dengan kaidah kartografis 2. Pengelolaan anggaran operasional nagari persiapan yang berasal dari APB Nagari induk 3. Pembentukan Struktur organisasi 4. Penetapan perangkat nagari 5. Penyiapan Fasilitas dasar bagi penduduk nagari 6. Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan nagari
  • 12. 7. Pendataan bidang kependudukan, potensi ekonomi, inventarisasi pertanahan serta pengembangan sarana ekonomi, pendidikan dan kesehatan 8. Pembukaan akses perhubungan antar nagari
  • 13. Kegiatan V 1. Penjabat Walinagari melaporkan perkembangan kepada Walinagari induk dan Bupati setiap 6 (enam) bulan 2. Hasil laporan Penjabat Walinagari dikaji dan diverifikasi oleh tim 3. Apabila Hasil kajian dan verifikasi dinyatakan layak, Bupati menyusun Ranperda dan dibahas bersama dengan DPRD 4. Apabila Ranperda disetujui DPRD disampaikan kepada Gubernur untuk di evaluasi 5. Perda diundangkan setelah mendapatkan nomor registrasi dari Gubernur dan Kode Nagari dari Menteri Dalam Negeri 6. Perda dimaksud disertai lampiran peta batas wilayah nagari
  • 14. 7. Nagari persiapan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Nagari dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun. 8. Apabila hasil kajian dan verifikasi Tim menyatakan Nagari persiapan tersebut tidak layak menjadi Nagari, Nagari persiapan dihapus dan wilayahnya kembali ke Nagari induk. 9. Penghapusan dan pengembalian Nagari persiapan ke Nagari induk ditetapkan dengan peraturan bupati.
  • 15. CATATAN Berpedoman pada Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari, bahwa “Disamping memenuhi syarat-syarat (yang diatur pada ketentuan yang berlaku), untuk mencapai kehidupan bernagari berdasarkan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, pembentukan harus memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : a. babalai-bamusajik; b. balabuah-batapian; c. basawah-baladang; d. babanda-babatuan; e. batanam nan bapucuak; f. mamaliaro nan banyao; g. basuku-basako; h. ninik-mamak nan ampek suku; i. baadat-balimbago; j. bapandam pakuburan; k. bapamedanan; l. kantua nagari. perlu kita kaji kembali
  • 16. 16