SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wawasan Nasional Indonesia merupakan wawasan yang dikembangkan
berdasarkan teori wawasan nasional secara universal. Wawasan tersebut dibentuk
dan dijiwai oleh paham kekuasaan bangsa Indonesia dan geopolitik Indonesia
(Sumarsono, dkk., 2006).
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut
paham tentang perang dan damai: “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih
cinta kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-
benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa
Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam
menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi
Indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar
bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-
tengah perkembangan dunia (Sumarsono, dkk., 2006).
Pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi geografi Indonesia. Negara Indonesia menganut paham negara kepulauan,
yaitu paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda
dengan pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Perbedaan
yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham Barat, laut
berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan menurut paham Indonesia laut
adalah “penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh
sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan (Sumarsono, dkk., 2006).
Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan nasionalnya,
bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan dari kondisi nyata yang terdapat
di lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai
oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila
dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran
kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia (Sumarsono, dkk., 2006).
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan tujuan wawasan nusantara?
2. Apa kaitan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional?
3. Apa yang melatar belakangi konsepsi nusantara?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai Wawasan Nusantara.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wawasan Nusantara
Cara bagaimana suatu bangsa memandang tahah air beserta lingkungannya
menghaslkan wawasan nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi
pandangan atau visi bangsa dalam menuju tujuannya namun tidak semua bangsa
memiliki wawasan nasional. Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki
wawasan nasional yang berbunyi “Britain rules the waves”. Ini berarti tanah Inggris
bukan hanya sebatas pulaunya, tapi juga lautnya. Adapun bangsa Indonesia
memiliki wawasan yaitu wawasan nusantara (Winarno, 2009).
Apakah wawasan nusantara itu? Secara konsepsional wawasan nusantara
(Wasantara) merupakan wawasan nasional bangsa Indonesia. Perumusan wawasan
nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disenut Wawasan Nusantara itu
merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia
(Winarno, 2009).
Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia
yang terdiri dari daratan, laut, dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup
(lebensraum) yang satu atau utuh. Wawasan Nusantara sebagi wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa.
Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat
tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara. Jadi, Wawasan
Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa indonesia (Winarno,
2009).
Pembahasan mengenai Wawasan Nusantara, tersaji dalam urutan sebagai
berikut (Winarno, 2009):
1. Pengertian, Hakikat, dan Kedudukan Wawasan Nusantara
2. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara
3. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
4. Perwujudan Wawasan Nusantara
5. Otonomi Daerah di Indonesia
4
Sebelumnya telah dinyatakan bahwa Wawasan Nusantara merupakan
wawasan nasional atau national outlook-nya bangsa Indonesia. Lebih jelasnya lagi
wawasan nasional yang dimaksud dijadikan sebagai wawasan dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional (Winarno,
2009).
Pengertian Wawasan Nusantara dapat diartikan secar etimologis dan
terminologis. Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan
dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas
yang berarti memandang, meninjau, atau melihat. Wawasan artinya pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indawi. Wawasan berati pula cara pandang, cara
melihat (Winarno, 2009).
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukan letak antara dua unsur. Nusantara
artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan
Australia dan dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan
pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti bahasa
Indonesia (Winarno, 2009).
Secara terminologis, wawasan nusantara menurut beberapa pendapat
sebagai berikut (Winarno, 2009):
A. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman
“Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.”
B. Pengertian Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatauan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelengaraa kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
C. Pengertian Wawasan Nusantara menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara
untuk diusulkan menjadi Tap. MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999,
sebagai berikut:
5
“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.”
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas secara sederhana wawasan nusantara
berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Diri yang
dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta nusantara sebagai lingkungan
tempat tinggalnya (Winarno, 2009).
2.2 Hakikat Wawasan Nusantara
Kita memndang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan satu
kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan
wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara adalah “persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah”. Bangsa Indonesia yang dari aspek sosial budaya
adalah beragam serta dari segi kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang
merupakan satu kesatuan yang utuh (Winarno, 2009).
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan
dengan mengatakan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, kepulauan
Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan sosial budaya, dan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan
keamanan (Winarno, 2009).
2.3 Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah
keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi
bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa
yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula (Winarno, 2009).
6
2.4 Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara
2.4.1 Segi Historis atau Sejarah
Berdasarkan (Winarno, 2009), dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia
menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh adalah
karena dua hal, yaitu:
a. kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah
b. kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah-pisah.
2.4.1 Segi Geografis dan Sosial Budaya
Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara bangsa
dengan wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan
wilayah dan heterogenitas bangsa menjadikan bangsa Indonesia perlu memiliki visi
untuk menjadi bangsa yang bersatu dan utuh (Winarno, 2009).
2.4.3 Segi Geopolitis dan Kepentingan Sosial
Untuk bangsa Indonesia, orang pertama yang mengkaitkan geopolitik
dengan bangsa Indonesia adalah Ir. Soekarno. Pada pidatonya di hadapan sidang
BUPKI tanggal 1 Juni 1945 (Winarno, 2009).
Berdasarkan pidato tersebut, berdasarkan geopolitik, wilayah Indonesia
adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang terletak antara dua
samudra dan dua benua. Kesatuan antara bangsa Indonesia dengan wilayah tanah
air itulah yang membentuk semangat dan wawasan kebangsaan, yaitu sebagai
bangsa bersatu. Rasa kebangsaan Indonesia dibentuk oleh adanya kesatuan nasib,
jiwa untuk bersatu dan kehendak untuk bersatu serta adanya kesatuan wilayah yang
sebelumnya bernama Nusantara (Winarno, 2009).
Prinsip geopolitik Indonesia sebagaimana tersebut di atas menandakan
bahwa dalam hal wilayah, bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas
wilayah sebagai ruang hidup (lebensraum). Kesepakatan para pendiri negara
Republik Indonesia adalah wilayah Indonesia merdeka hanyalah wilayah bekas
jajahan Belanda atau eks Hindia Belanda. Wilayah yang bangsanya memiliki “Le
desir d’ĂȘtre ensemble dam Character-gemeinschaft”-menurut Soekano-itulah yang
harus kita satukan dan pertahankan. Upaya membangun kesadaran untuk
bersatunya bangsa dalam satu wilayah adalah dengan konsepsi Wawasan
Nusantara. Ciri nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tidak
7
chauvisnisme dan juga bukan kosmopolitanisme. Nasionalisme Indonesia tumbuh
dalam intemasionalisme, mengembangkan hubungan baik dengan bangsa lain
secara sederajat (Winarno, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas
geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan sendiri
mengenai wilayah yang dikaitkan dengan politik/kekuasaan. Wawasan Nusantara
sebagai Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan
geopolitik bangsa Indonesia (HAN, Sobana: 2005). Wawasan Nusantara dapat
dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia (Chaidir Basrie:
2002). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan
bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh (Winarno, 2009).
2.5 Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang
berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang
menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara
yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara faktor-faktor geografi, strategi, dan politik suatu negara, sedang untuk
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya
Suradinata, 2001). Berdasarkan hal ini maka kebijakan penyelenggaraan bernegara
didasarkan atas keadaan atau lingkungan tempat tinggal negara itu (Winarno,
2009).
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu
bumi politik (political geography), yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen
menjadi geographical politic, disingkat Geopolitik (Winarno, 2009).
Frederieh Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti
organisme yang hidup. Negara identik dengan ruang yang ditempati oleh
sekelompok masyarakat (bangsa). Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan mang hidup (lebensraumn) yang cukup agar dapat
tumbuh dengan subur. Makin luas ruang hidup maka negara akan semakin bertahan,
kuat, dan maju. Oleh karena itu, jika negara ingin tetap hidup dan berkembang
8
butuh ekspansi (perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai
teori organisme atau teori biologis (Winarno, 2009).
Rudolf Kjellen (1864-1922) melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori
organisme. Berbeda dengan Ratzel yang menyatakan negara seperti organisme
maka ia menyatakan dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan
hanya mirip. Negara adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang
meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato
politik. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu
mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi. Paham
ekspansionisme dikembangkan. Batas negara bersifat sementara karena bisa
diperluas. Strategi yang dilakukan adalah membangun kekuatan darat yang
dilanjutkan kekuatan laut (Winarno, 2009).
Berdasarkan (Winarno, 2009) Karl Haushofer (1896-1946) melanjutkan
pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham
ekspansionisme. Jika penduduk suatu wilayah semakin banyak sehingga tidak
sebanding lagi dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus berupaya
memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup (lebensraum) bagi warga Negara.
Untuk mencapai maksud tersebut, negara harus mengusahakan:
a. Autarki yaitu cita-cita untuk memenuhi kebuuhan sendiri tanpa bergantung pada
negara lain. Hal ini dimungkinkan apabila wilayah negara cukup luas sehingga
mampu memenuhi kebuuhan itu. Untuk itu politik ekspansi dijalankan.
Berdasarkan asumsi demikian, Karl Haushofer membagi dunia menjadi
beberapa wilayah (region) yang hanya dikasai oleh bangsa yang dikatakan
unggul seperti Amerika serikat, Jerman, Rusia, Inggris, dan Jepang. Dari
pendapat inilah, lahir:
b. Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu:
1. Pan Amerika sebagai “perserikatan wilayah” dengan Amerika Serikat sebagai
pemimpinnya.
2. Pan asia timur, mencakup bagian timur Benua Asia, Australia dan wilayah
kepulauan dimana Jepang sebagai penguasa.
3. Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa Timur, dan Rusia
yang dikuasai Rusia.
9
4. Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat - tidak termasuk Inggris dan Rusia
- dikuasai oleh Jerman.
Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman di bawah
pimpinan Hitler sehingga menimbulkan Perang Dunia II (Winarno, 2009).
Halford Mackinder (1861-1947) mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih
strategic, yaitu dengan penguasaaan daerah-daerah ‘jantung’ dunia, sehingga
pendapatnya dikenal dengan teori Daerah Jantung. Barang siapa menguasai “daerah
jantung” (Eropa timur dan Rusia) maka ia menguasai pulau dunia (Eropa, Asia, dan
Afrika) yang pada akhirnya akan menguasai dunia. Untuk menguasai dunia dengan
menguasai daerah jantung dibutuhkan kekuatan darat yang besar sebagai
prasyaratnya. Berdasarkan hal ini muncullah konsep wawasan benua atau konsep
kekuatan di darat (Winarno, 2009).
Alfred Thayer Mahan (1840-1914) mengembangkan lebih lanjut konsepsi
geopolitik dengan memperhatikan perlunya memanfaatkkan serta mempertahankan
sumber daya laut, termasuk akses ke laut. Sehingga, tidak hanya pembangunan
armada laut saja yang diperlukan, namun lebih luas juga membangun kekuatan
maritime. Berdasarkan hal tersebut, muncul konsep wawasan bahari atau konsep
kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai kekuatan dunia
(Winarno, 2009).
Guilio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1878-1939) mempunyai
pendapat lain dibandingkan dengan para pendahulunya. kekuatan dirgantara lebih
berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka
berkesimpulan bahwa membangun armada atau angkatan udara lebih
menguntungkan sebab angkatan udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa
dibantu oleh angkatan lainnya. Disamping itu, angkatan udara dapat
menghancurkan musuh di kandangnya musuh itu sendiri atau di garis belakang
medan peperangan. Berdasarkan hal ini maka muncullah konsepsi Wawasan
Dirgantara atau konsep kekuatan di udara (Winarno, 2009).
Nicholas J. Spijkman (1879-1936) terkenal dengan teori Daerah Batas.
Dalam teorinya, ia membagi dunia dalam empat wilayah atau area:
- Pivot area, mencakup wilayah daerah jantung.
- Offshore continent land, mencakup wilayah pantai benua Eropa-Asia.
10
- Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika Selatan.
- New World, mencakup wilayah Amerika.
Terhadap pembagian tersebut, Spijkman menyarankan pentingnya
penguasaan daerah pantai Eurasia, yaitu Rimland. Menurutnya, Pan Amerika
merupakan daerah yang ideal karena dibatasi oleh batas alamiah, dan Amerika
diperkirakan akan menjadi negara kuat. Atas pembagian dunia menjadi empat
wilayah ini, Spijkman memandang diperlukan kekuatan kombinasi dari Angkatan-
angkatan Perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah dimaksud. Pandangannya
ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan Wawasan
Kombinasi (Winarno, 2009).
2.6 Paham Geopolitk Bangsa Indonesia
Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan
Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam
mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan
nasionalnya. Untuk Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis negara
berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut (Winarno,
2009).
Secara geografis Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua samudra
(Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia), serta terletak di bawah
orbit Geostationary Satellite Orbit (GSO). Indonesia merupakan negara kepulauan
yang disebut Nusantara (nusa di antara air), sehingga bisa disebut sebagai Benua
Maritim Indonesia. Wilayah negara Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis
formal dalam Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV yang berbunyi “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang”. Atas dasar itulah Indonesia mengembangkan paham geopolitik
nasionalnya, yakni Wawasan Nusantara (Winarno, 2009).
Secara historis, wilayah Indonesia sebelumnya adalah wilayah bekas
jajahan Belanda yang dulunya disebut Hindia Belanda. Rakyat di wilayah Hindia
Belanda memiliki le desir d’ĂȘtre ensemble serta Character-gemeinschaft yang sama
11
akibat penjajahan Belanda. Oleh karena itu, mereka disebut satu bangsa. Wilayah
Hindia Belanda - yang sekarang dinamakan Indonesia - dari Sabang sampai
Merauke yang merupakan ruang hidup (lebensraum) bangsa Indonesia yang harus
disatukan dan dipertahankan (Winarno, 2009).
Tidak ada keinginan bangsa Indonesia untuk memperluas wilayah sebagai:
ruang hidupnya. Jadi, bangsa Indonesia tidak mengembangkan paham
ekspansionisme sebagaimana teori-teori geopolitik Ratzel, Kejllen, dan Houshofer
(Winarno, 2009).
Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah Indonesia beserta
apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau
wawasan nasional Indonesia ini dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan
Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia (Winarno, 2009).
2.7 Perumusan Wawasan Nusantara
Berdasarkan (Winarno, 2009), konsepsi wawasan nusantara dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai
GBHN. Secara berturut-turut ketentuan tersebut adalah:
1. Tap MPR No.IV/MPR/1973
2. Tap MPR No.IV/MPR/1978
3. Tap MPR No.II/MPR/1983
4. Tap MPR No.II/MPR/1988
5. Tap MPR No.II/MPR/1993
6. Tap MPR No.II/MPR/1998
Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa Wawasan dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan Pembangunan
Nasional adalah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah wawasan
nasioanl yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara adalah
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara (Winarno,
2009).
12
Berdasarkan (Winarno, 2009), hakikat dari Wawasan Nusantara adalah
kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia
tersebut mencakup:
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
a. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan mitra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah, memeluk, dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib,
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad di
dalam mencapai cita-cita bangsa.
d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara, yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya,
e. Bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan kesatuan hukum, dalam arti
bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidupsehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembanganekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam
mengembangkan ekonominya.
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu; perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.
13
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi
modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-
hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan
a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
bagi seluruh bangsa dan negara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di
dalam pembelaan negara.
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai
Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pertahanan Keamanan
(POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam GBHN (Winarno, 2009).
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, meliputi
masalah-masalah:
1) Kewilayahan nasional;
2) Persatuan dan kesatuan bangsa dalam mencapai cita-cita nasional;
3) Kesatuan falsafah dan ideologi negara;
4) Kesatuan hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi meliputi
masalah-masalah:
1) Kepemilikan bersama kekayaan efektif maupun potensial wilayah nusantara;
2) Pemerataan hasil pemanfaatan kekayaan wilayah nusantara;
3) Keserasian dan keseimbangan tingkat pengembangan ekonomi di seluruh
daerah dengan tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah
dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Kesatuan Sosial Budaya, melip uti
masalah-masalah:
1) Pemerataan, keseimbangan, dan persamaan dalam kemajuan masyarakat,
serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan Bangsa.
2) Mempersatukan corak ragam budaya yang ada sebagai kekayaan nasional
Budaya Bangsa.
14
d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Kesatuan Pertahanan dan Keamanan,
meliputi masalah-masalah:
1) Persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara dalam rangka membela
Negara dan Bangsa;
2) Ancaman terhadap satu pulau atau daerah dianggap sebagai ancaman terhadap
seluruh bangsa dan negara.
Wawasan Nusantara mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sitem
ekonomi, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem pertahanan-keamanan dalam
lingkup negara nasional Indonesia. Atas dasar itu dapat disimpulkan,sumber alam
gas di Aceh bukan hanya milikpenduduk Aceh, tetapi milik seluruh bangsa
Indonesia. Sebaliknya, kemiskinan di Nusa Tenggara Timur harus dipandang
sebagai kemiskinan bangsa Indonesia (Winarno, 2009).
Namun, menurut Sayidiman Suryohadiprojo (mantan gubernur Lemhanas)
untuk masa sekarang perlu interpretasi yang tepat mengenai ajaran itu. Kesimpulan
yang hanya sampai seperti itu telah mengakibatkan penguasaan oleh pemerintah
pusat atas kekayaan sumber daya alam di daerah menjadi berlebihan sehingga
menimbulkan ketidakpuasan daerah, baik Aceh, Papua, Riau dan lainnya. Dengan
mengajarkan bahwa gas di Aceh bukan hanya milik penduduk Aceh tetapi menjadi
milik seluruh bangsa Indonesia, dalam kenyataan dikuasai sepenuhnya oleh
pemerintah pusat sebagai pemerintahnya seluruh bangsa Indonesia. Kalau dalam
penguasaan oleh pemerintah pusat itu diadakan pengaturan agar daerah tempat
sumber daya alam itu memperoleh bagian yang wajar dan adil dari hasil
pengolahannya, sehingga dapat dimanfaatkan rakyat daerah itu untuk membangun
wilayahnya dalam berbagai aspek kehidupan, pasti tidak timbul ketidakpuasan.
Akan tetapi, dalam kenyataan, sejak pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto,
pemerintah pusat tampak mengabaikan pengaturan yang adil itu (Winarno, 2009).
Oleh karena itu, interpretasi Wawasan Nusantara harus disertai catatan
bahwa konsep kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam memerlukan
harmoni antara kepentingan pusat dan daerah serta antardaerah. Tanpa itu konsep
kesatuan akan sukar terwujud, kecuali bila dipaksakan melalui kekuatan. Namun,
itu hanya merupakan kesatuan yang semu dan mengandung kerawanan bagi
15
eksistensi Negara Kesatuan RI. Kata kunci yang tepat adalah dengan keadilan,
bukan dengan kekuatan (Winarno, 2009).
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara
adalah GBHN 1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1998. Pada GBHN
1999 sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 tidak lagi
ditemukan rumusan mengenai Wawasan Nusantara (Winarno, 2009).
Pada masa sekarang ini dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan
Wawasan Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian, sebagai konsepsi politik
ketatanegaraan Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri nusantara
kiranya tetap dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25 A UUD 1945
Amandemen IV yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang” Undang-undang yang
mengatur hal ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia (Winarno, 2009).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta
nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya. Wawasan Nusantara dijadikan
sebagai wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk
mencapai tujuan nasional.
2. Wawasan Nusantara berkaitan dengan Pancasila dan UUD 1945 yang berfungsi
menjadi pedoman pokok berkehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Selain itu, Wawasan Nusantara juga berkaitan dengan ketahanan
nasional yang berfungsi sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan nasional.
3. Ada beberapa aspek yang melatar belakangi konsepsi nusantara diantaranya
aspek historis, aspek geografis dan sosial budaya, serta aspek geopolitis dan
kepentingan nasional. Posisi silang Indonesia merupakan posisi negara
merupakan posisi negara Indonesia yang terletak diantara dua samudra dan dua
benua yang membawa keuntungan dan kerugian tertentu dalam aspek
kehidupan. Implementasi wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa
daripada kepentingan pribadi.
3.2 Saran
Wawasan nusantara hendaknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
selalu digunakan sebagai pedoman menjalankan kehidupan karena kebhinekaan
negara Indonesia yang begitu besar dapat memunculkan perpecahan bangsa.
Wawasan nusantara dapat dijadikan dasar hukum yang kuat mengenai batas
kedaulatan negara Indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno. (2009). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan
Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

More Related Content

What's hot

Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantaraPendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
Siti Sholekah
 
Wawasan nusantara kelompok 3
Wawasan nusantara kelompok 3Wawasan nusantara kelompok 3
Wawasan nusantara kelompok 3
topan hasibuan
 
Bab viii dinamika historis ii
Bab viii dinamika historis iiBab viii dinamika historis ii
Bab viii dinamika historis ii
Syaiful Ahdan
 
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARATUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
Hilanglah Harapanku
 
Wawasan nusantara dalam konteks nkri
Wawasan nusantara dalam konteks nkriWawasan nusantara dalam konteks nkri
Wawasan nusantara dalam konteks nkri
Bagus Purwoaji
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantaraAtik M
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIAWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
Mawarda Nurodanika
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
yadimps
 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanadithpwg
 
9 wasantara
9 wasantara9 wasantara
9 wasantaraRodo Pekok
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantaraAnita DianaS
 
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik IndonesiaWawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Maulana Sakti
 
Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
Gozali Ghozi
 
Geopolitikfix2
Geopolitikfix2Geopolitikfix2
Geopolitikfix2
Dedep Tohpati
 

What's hot (19)

Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
 
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantaraPendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
Pendidikan kewarganegaraan wawasan nusantara
 
Paper kel 3
Paper kel 3Paper kel 3
Paper kel 3
 
Wawasan nusantara kelompok 3
Wawasan nusantara kelompok 3Wawasan nusantara kelompok 3
Wawasan nusantara kelompok 3
 
Bab viii dinamika historis ii
Bab viii dinamika historis iiBab viii dinamika historis ii
Bab viii dinamika historis ii
 
Wawasan nusantara-bagian-2
Wawasan nusantara-bagian-2Wawasan nusantara-bagian-2
Wawasan nusantara-bagian-2
 
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARATUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
TUGAS PKN WAWASAN NUSANTARA
 
Wawasan nusantara dalam konteks nkri
Wawasan nusantara dalam konteks nkriWawasan nusantara dalam konteks nkri
Wawasan nusantara dalam konteks nkri
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIAWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan
 
9 wasantara
9 wasantara9 wasantara
9 wasantara
 
geopolitik
 geopolitik geopolitik
geopolitik
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik IndonesiaWawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
 
Geopolitikfix2
Geopolitikfix2Geopolitikfix2
Geopolitikfix2
 

Similar to Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalPendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Rhesa Theodore
 
KEL 7_PKN.pdf
KEL 7_PKN.pdfKEL 7_PKN.pdf
KEL 7_PKN.pdf
aidajulia
 
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptxTugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
haryo7
 
Wawasan nusantara 2
Wawasan nusantara 2Wawasan nusantara 2
Wawasan nusantara 2
Handariyatul Masruroh
 
BAB 8.pptx
BAB 8.pptxBAB 8.pptx
BAB 8.pptx
Raihan488576
 
Ppt pkn geopolitik indonesia
Ppt pkn geopolitik indonesiaPpt pkn geopolitik indonesia
Ppt pkn geopolitik indonesia
Tia Widianti
 
Slide 8 wawasan nusantara
Slide 8 wawasan nusantaraSlide 8 wawasan nusantara
Slide 8 wawasan nusantaraFadzilul idqham
 
PPT MPSB KEL 8.pptx
PPT MPSB KEL 8.pptxPPT MPSB KEL 8.pptx
PPT MPSB KEL 8.pptx
DellaPuspita63
 
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptxWawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
muhammadnurulfahmi3
 
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docxPeran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
Zukét Printing
 
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdfPeran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
Zukét Printing
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantaraAlfi Nugraha
 
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
AnisaRisma3
 
Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2ahmad akhyar
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Risky Saputra
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2   Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2 Risky Saputra
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
Robet Saputra
 
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIAPRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
sri Siti
 
Bab ii 1-3 wawasan nusantara
Bab ii  1-3 wawasan nusantaraBab ii  1-3 wawasan nusantara
Bab ii 1-3 wawasan nusantaranatal kristiono
 

Similar to Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (20)

Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalPendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
 
KEL 7_PKN.pdf
KEL 7_PKN.pdfKEL 7_PKN.pdf
KEL 7_PKN.pdf
 
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptxTugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
Tugas KWN Kelompok 7 SI-302.pptx
 
Wawasan nusantara 2
Wawasan nusantara 2Wawasan nusantara 2
Wawasan nusantara 2
 
BAB 8.pptx
BAB 8.pptxBAB 8.pptx
BAB 8.pptx
 
Ppt pkn geopolitik indonesia
Ppt pkn geopolitik indonesiaPpt pkn geopolitik indonesia
Ppt pkn geopolitik indonesia
 
Slide 8 wawasan nusantara
Slide 8 wawasan nusantaraSlide 8 wawasan nusantara
Slide 8 wawasan nusantara
 
PPT MPSB KEL 8.pptx
PPT MPSB KEL 8.pptxPPT MPSB KEL 8.pptx
PPT MPSB KEL 8.pptx
 
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptxWawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
Wawasan Nusantara PPKn X Sem Genap Sub Bab 7 Sub 1.pptx
 
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docxPeran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.docx
 
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdfPeran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
Peran dan Implementasi Wawasan Nusantara Pada Mahasiswa di Era Globalisasi.pdf
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
kelompok-12-PKN-Pemahaman Konsep Wawasan Nusantara terhadap sikap nasionalism...
 
Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2
 
geopolitik
geopolitikgeopolitik
geopolitik
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2   Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
Tugas pendidikan kewarganegaraan 2
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIAPRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
 
Bab ii 1-3 wawasan nusantara
Bab ii  1-3 wawasan nusantaraBab ii  1-3 wawasan nusantara
Bab ii 1-3 wawasan nusantara
 

More from Maulana Sakti

Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Maulana Sakti
 
Laporan PKPA Apotek
Laporan PKPA ApotekLaporan PKPA Apotek
Laporan PKPA Apotek
Maulana Sakti
 
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan AnemiaKasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Maulana Sakti
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Maulana Sakti
 
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping KemoterapiKemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Maulana Sakti
 
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IVRingkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Maulana Sakti
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Maulana Sakti
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Maulana Sakti
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
Maulana Sakti
 
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline CourseSummary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Maulana Sakti
 
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Maulana Sakti
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apoteker
Maulana Sakti
 
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat LukaSuspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Maulana Sakti
 
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal DeliveryOral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Maulana Sakti
 
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan HerbisidaFormulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Maulana Sakti
 
Microencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic ApplicationMicroencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic Application
Maulana Sakti
 
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida AromatisReaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Maulana Sakti
 
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan BenzimidazolePresentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Maulana Sakti
 
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined ReleasePemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Maulana Sakti
 
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan KorupsiRingkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
Maulana Sakti
 

More from Maulana Sakti (20)

Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
 
Laporan PKPA Apotek
Laporan PKPA ApotekLaporan PKPA Apotek
Laporan PKPA Apotek
 
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan AnemiaKasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
 
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping KemoterapiKemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
 
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IVRingkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
 
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline CourseSummary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
 
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apoteker
 
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat LukaSuspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
 
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal DeliveryOral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
 
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan HerbisidaFormulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
 
Microencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic ApplicationMicroencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic Application
 
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida AromatisReaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
 
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan BenzimidazolePresentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
 
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined ReleasePemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
 
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan KorupsiRingkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
Ringkasan Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi
 

Recently uploaded

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 

Recently uploaded (20)

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wawasan Nasional Indonesia merupakan wawasan yang dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan bangsa Indonesia dan geopolitik Indonesia (Sumarsono, dkk., 2006). Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang perang dan damai: “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih- benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya di tengah- tengah perkembangan dunia (Sumarsono, dkk., 2006). Pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan kondisi geografi Indonesia. Negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan (Sumarsono, dkk., 2006). Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan nasionalnya, bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia (Sumarsono, dkk., 2006).
  • 2. 2 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dan tujuan wawasan nusantara? 2. Apa kaitan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional? 3. Apa yang melatar belakangi konsepsi nusantara? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai Wawasan Nusantara.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Wawasan Nusantara Cara bagaimana suatu bangsa memandang tahah air beserta lingkungannya menghaslkan wawasan nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau visi bangsa dalam menuju tujuannya namun tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional. Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki wawasan nasional yang berbunyi “Britain rules the waves”. Ini berarti tanah Inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tapi juga lautnya. Adapun bangsa Indonesia memiliki wawasan yaitu wawasan nusantara (Winarno, 2009). Apakah wawasan nusantara itu? Secara konsepsional wawasan nusantara (Wasantara) merupakan wawasan nasional bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang selanjutnya disenut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia (Winarno, 2009). Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang terdiri dari daratan, laut, dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup (lebensraum) yang satu atau utuh. Wawasan Nusantara sebagi wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara. Jadi, Wawasan Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa indonesia (Winarno, 2009). Pembahasan mengenai Wawasan Nusantara, tersaji dalam urutan sebagai berikut (Winarno, 2009): 1. Pengertian, Hakikat, dan Kedudukan Wawasan Nusantara 2. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara 3. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia 4. Perwujudan Wawasan Nusantara 5. Otonomi Daerah di Indonesia
  • 4. 4 Sebelumnya telah dinyatakan bahwa Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional atau national outlook-nya bangsa Indonesia. Lebih jelasnya lagi wawasan nasional yang dimaksud dijadikan sebagai wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional (Winarno, 2009). Pengertian Wawasan Nusantara dapat diartikan secar etimologis dan terminologis. Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau, atau melihat. Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indawi. Wawasan berati pula cara pandang, cara melihat (Winarno, 2009). Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukan letak antara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti bahasa Indonesia (Winarno, 2009). Secara terminologis, wawasan nusantara menurut beberapa pendapat sebagai berikut (Winarno, 2009): A. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.” B. Pengertian Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998 Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatauan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelengaraa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. C. Pengertian Wawasan Nusantara menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi Tap. MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, sebagai berikut:
  • 5. 5 “Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.” Berdasarkan pendapat-pendapat diatas secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya (Winarno, 2009). 2.2 Hakikat Wawasan Nusantara Kita memndang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah”. Bangsa Indonesia yang dari aspek sosial budaya adalah beragam serta dari segi kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu kesatuan yang utuh (Winarno, 2009). Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan dengan mengatakan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya, dan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan (Winarno, 2009). 2.3 Kedudukan Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula (Winarno, 2009).
  • 6. 6 2.4 Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara 2.4.1 Segi Historis atau Sejarah Berdasarkan (Winarno, 2009), dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal, yaitu: a. kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah b. kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah-pisah. 2.4.1 Segi Geografis dan Sosial Budaya Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara bangsa dengan wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa menjadikan bangsa Indonesia perlu memiliki visi untuk menjadi bangsa yang bersatu dan utuh (Winarno, 2009). 2.4.3 Segi Geopolitis dan Kepentingan Sosial Untuk bangsa Indonesia, orang pertama yang mengkaitkan geopolitik dengan bangsa Indonesia adalah Ir. Soekarno. Pada pidatonya di hadapan sidang BUPKI tanggal 1 Juni 1945 (Winarno, 2009). Berdasarkan pidato tersebut, berdasarkan geopolitik, wilayah Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang terletak antara dua samudra dan dua benua. Kesatuan antara bangsa Indonesia dengan wilayah tanah air itulah yang membentuk semangat dan wawasan kebangsaan, yaitu sebagai bangsa bersatu. Rasa kebangsaan Indonesia dibentuk oleh adanya kesatuan nasib, jiwa untuk bersatu dan kehendak untuk bersatu serta adanya kesatuan wilayah yang sebelumnya bernama Nusantara (Winarno, 2009). Prinsip geopolitik Indonesia sebagaimana tersebut di atas menandakan bahwa dalam hal wilayah, bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup (lebensraum). Kesepakatan para pendiri negara Republik Indonesia adalah wilayah Indonesia merdeka hanyalah wilayah bekas jajahan Belanda atau eks Hindia Belanda. Wilayah yang bangsanya memiliki “Le desir d’ĂȘtre ensemble dam Character-gemeinschaft”-menurut Soekano-itulah yang harus kita satukan dan pertahankan. Upaya membangun kesadaran untuk bersatunya bangsa dalam satu wilayah adalah dengan konsepsi Wawasan Nusantara. Ciri nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tidak
  • 7. 7 chauvisnisme dan juga bukan kosmopolitanisme. Nasionalisme Indonesia tumbuh dalam intemasionalisme, mengembangkan hubungan baik dengan bangsa lain secara sederajat (Winarno, 2009). Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan sendiri mengenai wilayah yang dikaitkan dengan politik/kekuasaan. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia (HAN, Sobana: 2005). Wawasan Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia (Chaidir Basrie: 2002). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh (Winarno, 2009). 2.5 Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor geografi, strategi, dan politik suatu negara, sedang untuk impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya Suradinata, 2001). Berdasarkan hal ini maka kebijakan penyelenggaraan bernegara didasarkan atas keadaan atau lingkungan tempat tinggal negara itu (Winarno, 2009). Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geography), yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical politic, disingkat Geopolitik (Winarno, 2009). Frederieh Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang hidup. Negara identik dengan ruang yang ditempati oleh sekelompok masyarakat (bangsa). Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan mang hidup (lebensraumn) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Makin luas ruang hidup maka negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Oleh karena itu, jika negara ingin tetap hidup dan berkembang
  • 8. 8 butuh ekspansi (perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis (Winarno, 2009). Rudolf Kjellen (1864-1922) melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Berbeda dengan Ratzel yang menyatakan negara seperti organisme maka ia menyatakan dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan hanya mirip. Negara adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato politik. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi. Paham ekspansionisme dikembangkan. Batas negara bersifat sementara karena bisa diperluas. Strategi yang dilakukan adalah membangun kekuatan darat yang dilanjutkan kekuatan laut (Winarno, 2009). Berdasarkan (Winarno, 2009) Karl Haushofer (1896-1946) melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika penduduk suatu wilayah semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup (lebensraum) bagi warga Negara. Untuk mencapai maksud tersebut, negara harus mengusahakan: a. Autarki yaitu cita-cita untuk memenuhi kebuuhan sendiri tanpa bergantung pada negara lain. Hal ini dimungkinkan apabila wilayah negara cukup luas sehingga mampu memenuhi kebuuhan itu. Untuk itu politik ekspansi dijalankan. Berdasarkan asumsi demikian, Karl Haushofer membagi dunia menjadi beberapa wilayah (region) yang hanya dikasai oleh bangsa yang dikatakan unggul seperti Amerika serikat, Jerman, Rusia, Inggris, dan Jepang. Dari pendapat inilah, lahir: b. Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu: 1. Pan Amerika sebagai “perserikatan wilayah” dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya. 2. Pan asia timur, mencakup bagian timur Benua Asia, Australia dan wilayah kepulauan dimana Jepang sebagai penguasa. 3. Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa Timur, dan Rusia yang dikuasai Rusia.
  • 9. 9 4. Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat - tidak termasuk Inggris dan Rusia - dikuasai oleh Jerman. Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman di bawah pimpinan Hitler sehingga menimbulkan Perang Dunia II (Winarno, 2009). Halford Mackinder (1861-1947) mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih strategic, yaitu dengan penguasaaan daerah-daerah ‘jantung’ dunia, sehingga pendapatnya dikenal dengan teori Daerah Jantung. Barang siapa menguasai “daerah jantung” (Eropa timur dan Rusia) maka ia menguasai pulau dunia (Eropa, Asia, dan Afrika) yang pada akhirnya akan menguasai dunia. Untuk menguasai dunia dengan menguasai daerah jantung dibutuhkan kekuatan darat yang besar sebagai prasyaratnya. Berdasarkan hal ini muncullah konsep wawasan benua atau konsep kekuatan di darat (Winarno, 2009). Alfred Thayer Mahan (1840-1914) mengembangkan lebih lanjut konsepsi geopolitik dengan memperhatikan perlunya memanfaatkkan serta mempertahankan sumber daya laut, termasuk akses ke laut. Sehingga, tidak hanya pembangunan armada laut saja yang diperlukan, namun lebih luas juga membangun kekuatan maritime. Berdasarkan hal tersebut, muncul konsep wawasan bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai kekuatan dunia (Winarno, 2009). Guilio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1878-1939) mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan para pendahulunya. kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa membangun armada atau angkatan udara lebih menguntungkan sebab angkatan udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa dibantu oleh angkatan lainnya. Disamping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh di kandangnya musuh itu sendiri atau di garis belakang medan peperangan. Berdasarkan hal ini maka muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan di udara (Winarno, 2009). Nicholas J. Spijkman (1879-1936) terkenal dengan teori Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia dalam empat wilayah atau area: - Pivot area, mencakup wilayah daerah jantung. - Offshore continent land, mencakup wilayah pantai benua Eropa-Asia.
  • 10. 10 - Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika Selatan. - New World, mencakup wilayah Amerika. Terhadap pembagian tersebut, Spijkman menyarankan pentingnya penguasaan daerah pantai Eurasia, yaitu Rimland. Menurutnya, Pan Amerika merupakan daerah yang ideal karena dibatasi oleh batas alamiah, dan Amerika diperkirakan akan menjadi negara kuat. Atas pembagian dunia menjadi empat wilayah ini, Spijkman memandang diperlukan kekuatan kombinasi dari Angkatan- angkatan Perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah dimaksud. Pandangannya ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan Wawasan Kombinasi (Winarno, 2009). 2.6 Paham Geopolitk Bangsa Indonesia Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Untuk Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis negara berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut (Winarno, 2009). Secara geografis Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia), serta terletak di bawah orbit Geostationary Satellite Orbit (GSO). Indonesia merupakan negara kepulauan yang disebut Nusantara (nusa di antara air), sehingga bisa disebut sebagai Benua Maritim Indonesia. Wilayah negara Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis formal dalam Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Atas dasar itulah Indonesia mengembangkan paham geopolitik nasionalnya, yakni Wawasan Nusantara (Winarno, 2009). Secara historis, wilayah Indonesia sebelumnya adalah wilayah bekas jajahan Belanda yang dulunya disebut Hindia Belanda. Rakyat di wilayah Hindia Belanda memiliki le desir d’ĂȘtre ensemble serta Character-gemeinschaft yang sama
  • 11. 11 akibat penjajahan Belanda. Oleh karena itu, mereka disebut satu bangsa. Wilayah Hindia Belanda - yang sekarang dinamakan Indonesia - dari Sabang sampai Merauke yang merupakan ruang hidup (lebensraum) bangsa Indonesia yang harus disatukan dan dipertahankan (Winarno, 2009). Tidak ada keinginan bangsa Indonesia untuk memperluas wilayah sebagai: ruang hidupnya. Jadi, bangsa Indonesia tidak mengembangkan paham ekspansionisme sebagaimana teori-teori geopolitik Ratzel, Kejllen, dan Houshofer (Winarno, 2009). Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah Indonesia beserta apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau wawasan nasional Indonesia ini dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia (Winarno, 2009). 2.7 Perumusan Wawasan Nusantara Berdasarkan (Winarno, 2009), konsepsi wawasan nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berturut-turut ketentuan tersebut adalah: 1. Tap MPR No.IV/MPR/1973 2. Tap MPR No.IV/MPR/1978 3. Tap MPR No.II/MPR/1983 4. Tap MPR No.II/MPR/1988 5. Tap MPR No.II/MPR/1993 6. Tap MPR No.II/MPR/1998 Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa Wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah wawasan nasioanl yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara (Winarno, 2009).
  • 12. 12 Berdasarkan (Winarno, 2009), hakikat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup: 1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik a. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan mitra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa. b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memeluk, dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya. c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib, sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad di dalam mencapai cita-cita bangsa. d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara, yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya, e. Bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan kesatuan hukum, dalam arti bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional. 2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidupsehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air. b. Tingkat perkembanganekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam mengembangkan ekonominya. 3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu; perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata, dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.
  • 13. 13 b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil- hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. 4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan negara. b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam pembelaan negara. Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pertahanan Keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam GBHN (Winarno, 2009). a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, meliputi masalah-masalah: 1) Kewilayahan nasional; 2) Persatuan dan kesatuan bangsa dalam mencapai cita-cita nasional; 3) Kesatuan falsafah dan ideologi negara; 4) Kesatuan hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional. b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi meliputi masalah-masalah: 1) Kepemilikan bersama kekayaan efektif maupun potensial wilayah nusantara; 2) Pemerataan hasil pemanfaatan kekayaan wilayah nusantara; 3) Keserasian dan keseimbangan tingkat pengembangan ekonomi di seluruh daerah dengan tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya. c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Kesatuan Sosial Budaya, melip uti masalah-masalah: 1) Pemerataan, keseimbangan, dan persamaan dalam kemajuan masyarakat, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan Bangsa. 2) Mempersatukan corak ragam budaya yang ada sebagai kekayaan nasional Budaya Bangsa.
  • 14. 14 d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Kesatuan Pertahanan dan Keamanan, meliputi masalah-masalah: 1) Persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara dalam rangka membela Negara dan Bangsa; 2) Ancaman terhadap satu pulau atau daerah dianggap sebagai ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara. Wawasan Nusantara mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sitem ekonomi, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem pertahanan-keamanan dalam lingkup negara nasional Indonesia. Atas dasar itu dapat disimpulkan,sumber alam gas di Aceh bukan hanya milikpenduduk Aceh, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia. Sebaliknya, kemiskinan di Nusa Tenggara Timur harus dipandang sebagai kemiskinan bangsa Indonesia (Winarno, 2009). Namun, menurut Sayidiman Suryohadiprojo (mantan gubernur Lemhanas) untuk masa sekarang perlu interpretasi yang tepat mengenai ajaran itu. Kesimpulan yang hanya sampai seperti itu telah mengakibatkan penguasaan oleh pemerintah pusat atas kekayaan sumber daya alam di daerah menjadi berlebihan sehingga menimbulkan ketidakpuasan daerah, baik Aceh, Papua, Riau dan lainnya. Dengan mengajarkan bahwa gas di Aceh bukan hanya milik penduduk Aceh tetapi menjadi milik seluruh bangsa Indonesia, dalam kenyataan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat sebagai pemerintahnya seluruh bangsa Indonesia. Kalau dalam penguasaan oleh pemerintah pusat itu diadakan pengaturan agar daerah tempat sumber daya alam itu memperoleh bagian yang wajar dan adil dari hasil pengolahannya, sehingga dapat dimanfaatkan rakyat daerah itu untuk membangun wilayahnya dalam berbagai aspek kehidupan, pasti tidak timbul ketidakpuasan. Akan tetapi, dalam kenyataan, sejak pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto, pemerintah pusat tampak mengabaikan pengaturan yang adil itu (Winarno, 2009). Oleh karena itu, interpretasi Wawasan Nusantara harus disertai catatan bahwa konsep kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam memerlukan harmoni antara kepentingan pusat dan daerah serta antardaerah. Tanpa itu konsep kesatuan akan sukar terwujud, kecuali bila dipaksakan melalui kekuatan. Namun, itu hanya merupakan kesatuan yang semu dan mengandung kerawanan bagi
  • 15. 15 eksistensi Negara Kesatuan RI. Kata kunci yang tepat adalah dengan keadilan, bukan dengan kekuatan (Winarno, 2009). GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara adalah GBHN 1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1998. Pada GBHN 1999 sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 tidak lagi ditemukan rumusan mengenai Wawasan Nusantara (Winarno, 2009). Pada masa sekarang ini dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan Wawasan Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian, sebagai konsepsi politik ketatanegaraan Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri nusantara kiranya tetap dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25 A UUD 1945 Amandemen IV yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang” Undang-undang yang mengatur hal ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Winarno, 2009).
  • 16. 16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya. Wawasan Nusantara dijadikan sebagai wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional. 2. Wawasan Nusantara berkaitan dengan Pancasila dan UUD 1945 yang berfungsi menjadi pedoman pokok berkehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Selain itu, Wawasan Nusantara juga berkaitan dengan ketahanan nasional yang berfungsi sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan nasional. 3. Ada beberapa aspek yang melatar belakangi konsepsi nusantara diantaranya aspek historis, aspek geografis dan sosial budaya, serta aspek geopolitis dan kepentingan nasional. Posisi silang Indonesia merupakan posisi negara merupakan posisi negara Indonesia yang terletak diantara dua samudra dan dua benua yang membawa keuntungan dan kerugian tertentu dalam aspek kehidupan. Implementasi wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi. 3.2 Saran Wawasan nusantara hendaknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu digunakan sebagai pedoman menjalankan kehidupan karena kebhinekaan negara Indonesia yang begitu besar dapat memunculkan perpecahan bangsa. Wawasan nusantara dapat dijadikan dasar hukum yang kuat mengenai batas kedaulatan negara Indonesia.
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Sumarsono, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Winarno. (2009). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.