SlideShare a Scribd company logo
1
USHUL FIQHI
AL-MASLAHAH AL-MURSALAH
Disusun Oleh
Kelompok 7
SUHARNI 1012100012
HARDIANA UTARI 1012100040
SALMAWATI 1022100009
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2012-2013
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Maslahah Mursalah” dapat
terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk diajukan sebagai tugas kelompok yang
nantinya digunakan sebagai bahan presentasi dalam mata kuliah Ushul FIQH.
Kami mengetahui kalau dalam pembuatan makalah kami terdapat
kesalahan dari segi penulisan maupun penulisan karena maka kami sadar
bahwa kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Olehnya itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kelengkapan atau sempurnya makalah kami.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah kami
dapat bermanfaat bagi kita semua
Makassar, 26 Desember 2012
Kelompok 7
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………….. 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Maslahah Al-Mursalah ………………………………………………….. 2
B. Macam-Macam Maslahah Mursalah…............…………………………………………. 3
C. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah ...........…………………………………………………. 6
D. Kehujjahan Maslahah Mursalah ...........……………..……………………….………... 7
BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………………………...... 9
DAFTAR PUSTAKA
4
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan umat Islam di dunia ini setiap hari makin berkembang
dan kompleks. Keberadaan nash al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai referensi
utama semua 4iter hanya mencakup permasalahan-permasalahan yang sangat
global, sedangkan permasalahan manusia sangat beragam bentuknya. Para
ulama menggunakan berbagai metode ijtihad yang digunakan untuk menggali
4iter-hukum yang ada dalam 4iterature nash.
Metode ijtihad yang beragam itu ada yang disepakati oleh semua ulama
tentang kehujjahannya, namun ada pula yang masih diperselisihkan para
ulama dalam hal kehujjahannya. Salah satu metode ijtihad yang masih
diperselisihkan adalah al-Mashlahah al-Mursalah. Berikut ini beberapa
rumusan masalah sekaligus pembahasannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Maslahah Mursalah ?
2. Apa macam-macam Al-Maslahah Al-Mursalah ?
3. Apa syarat-syarat maslahah Mursalah ?
4. Bagaimana pendapat para ulama tentang Marsalah Mursalah ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Maslahah Al-Mursalah
Secara etimologi, maslahah sama dengan manfaat, baik dari segi lafal
maupun makna. Maslahah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang
mengandung manfaat. Secara terminologi, terdapat beberapa definisi
maslahah yang dikemukakan ulama ushul fiqh, tetapi seluruh definisi tersebut
mangandung esensi yang sama. Imam Al-Ghazali, mengemukakan bahwa
pada prinsipnya maslahah adalah “mengambil manfaat dan menolak
kemudaratan dalam rangkamemelihara tujuan-tujuan syara’.”
Tujuan syara’ yang harus dipelihara tersebut, menurut al-Ghazali, ada
lima bentuk yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk
memelihara kelima aspek tujuan syara’ di atas, maka dinamakan maslahah. Di
samping itu, upaya untuk menolak segala bentuk kemudaratan yang berkaitan
dengan kelima aspek tujuan syara’ tersebut, juga dinamakan maslahah.
Dengan demikian, al-Maslahah al-Mursalah adalah suatu kemaslahatan
yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalnya.
Sedangkan alasan dikatakan al-mursalah, karena syara’ memutlakannya
bahwa di dalamnya tidak terdapat kaidah syara’ menjadi penguatnya ataupun
pembatalnya.
B. Macam-Macam Maslahah Mursalah
Al-Mashlahat ditinjau dari kesesuaianya dengan kesaksian syariat Islam,
dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri, terbagi menjadi 3, yaitu1
1
Muhammad al-Jayzani, Ma’alim, 242-3
6
1. Al-Mashlahah al-Mu’tabarah ( ), yaitu mashlahat yang
diperhitungkan oleh syara’. Maksudnya adalah mashlahat yang didukung
oleh dalil syara’ untuk memeliharanya. Dalil syara’ tersebut bisa langsung
maupun tidak langsung dalam memberikan petunjuk. Dalam hal
tersebut,mashlahat terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
a) Al-Munaasib al-mu’atstsir ( ), yaitu mashlahat yang ada
petunjuk langsung dari Syaari’, baik berupa nash, ijma’ maupun qiyas.
Contohnya seperti mashlahat yang terdapat dalam larangan mendekati
perempuan yang sedang dalam keadaan menstruasi dengan alasan
menstruasi itu adalah penyakit. Kemaslahatan dari larangan tersebut
adalah menjauhkan diri dari kerusakan atau penyakit. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah bahwa haid itu
adalah penyakit; oleh karenanya jauhilah perempuan yang sedang
haid.”
b) Al-Munaasib al-mulaaim ( ), yaitu mashlahat yang tidak ada
dalil syara’ secara langsung yang menunjukkannya, baik berupa nash,
ijma’ atau qiyas. Namun ada dalil yang secara tidak langsung
menunjukkan kepadanya. Contohnya seperti
diperbolehkannya jama’shalat bagi orang yang muqim (penduduk
setempat) karena hujan. Keadaan hujan ini memang tidak pernah
dijadikan alasan untuk hukumjama’ shalat, namun syara’
melalui ijma’ menetapkan keadaan yang sejenis dengan hujan, yaitu
“dalam perjalanan” menjadi alasan untuk bolehnya jama’ shalat.
7
2. Al-Mashlahah al-Mulghah ( ), yaitu mashlahat yang diabaikan.
Maksudnya adalah mashlahat yang dianggap baik oleh akal namun tidak
ada dalil syara’ yang memperhatikannya bahkan ada dalil yang
menolaknya. Contohnya pada masa kini masyarakat telah mengakui
adanya emansipasi wanita untuk menyamakan kedudukan derajatnya
dengan laki-laki. Akal menganggap adanya mashlahat dengan
menyamakan hak wanita dengan hak laki-laki dalam hal warisan. Hal
inipun dianggap sejalan dengan tujuan ditetapkannya hukum waris oleh
Allah SWT. Padahal hukum Allah telah jelas yaitu hak waris anak laki-laki
itu sama dengan dua kali lipatnya hak waris anak perempuan, dan hal ini
ternyata berbeda dengan apa yang dianggap oleh akal tersebut.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an:
“Allah mensyariatkan pada kalian semua (tentang bagian warisan) untuk
anak-anak kalian, yaitu untuk laki-laki dua kali bagian perempuan.”
3. Al-Mashlahah al-Maskuut ‘anha ( ), yaitumashlahat yang
dianggap baik oleh akal serta tidak didukung maupun tidak ditentang oleh
dalil syara’ yang khusus, akan tetapi kemaslahan tersebut sejalan dengan
dalil ‘aam kulliy. Sehingga mashlahat tersebut tidak didasarkan pada
dalil khash tertentu tapi didasarkan padamaqaashid asy-
syarii’ah. Mashlahat ini disebut dengan al-Mashlahah al-Mursalah.
Sedangkan mashlahat dipandang dari segi kekuatannya untuk dijaga itu terbagi
menjadi tiga, yaitu:
1. , yang disebut dengan Dar’ al-mafaasid (mencegah
kerusakan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan primer yang menempati
8
posisi darurat, sekiranya kemaslahatan ini tidak ada maka salah satu atau
keseluruhan lima prinsip dasar di atas juga rusak. Mashlahat ini menempati
posisi teratas untuk dijaga. Sehingga segala usaha yang secara langsung
menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip dasar tersebut
adalah mashlahat pada tingkat dlaruuri. Contohnya Allah melarang murtad
untuk memelihara agama; melarang membunuh untuk memelihara jiwa;
melarang minum minuman keras untuk memelihara akal; melarang berzina
untuk memelihara keturunan; melarang mencuri untuk memelihara harta.
2. , yang disebut dengan Jalb al-mashaalih (menarik
kemanfaatan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan sekunder yang
menempati posisi kebutuhan (hajat), dan tidak sampai pada posisi darurat.
Apabila kemaslahatan ini terpenuhi maka akan menghasilkan kemudahan
dan kemanfaatan. Bentuk kemaslahatannya tidak langsung bagi
pemenuhan kelima prinsip dasar agama, tetapi hanya secara tidak langsung
menuju ke sana seperti dalam hal-hal yang memberi kemudahan bagi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Seperti menuntut ilmu agama
untuk tegaknya agama, melakukan akad jual beli untuk mendapatkan harta,
dan lain sebagainya.
3. , yang disebut dengan penyempurna. Mashlahat ini tidak
barada pada posisi darurat maupun hajat, hanya sebatas kemaslahatan
tertier yang perlu untuk dipenuhi guna menyempurnakan akhlak dan
mengikuti jalan terbaik. Hal ini untuk menyempurnakan dan memperindah
hidup manusia.Contohnya seperti larangan memakan makanan yang najis.
C. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah
Uama’-ulama’ yang mengambil “maslahah mursalah” sebagai sumber
hukum terutamanya ulamak Mazhab Maliki tidaklah sewenang-wenang
menganggap setiap sesuatu itu sebagai “maslahah mursalah”. Bahkan mereka
9
telah meletakkan beberapa syarat dalam mengambil “maslahah mursalah”
sebagai sumber hukum agar tidak terjadi penetapan hukum yang berdasarkan
nafsu. Syarat- syarat tersebut adalah:
1. Bentuk mashlahah tersebut harus selaras dengan tujuan-tujuan syari’at,
yakni bahwa kemaslahatan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip dasarnya, dan juga tidak menabrak garis ketentuan nash atau dalil-
dalil yang qath’i. dengan kata lain bahwa kemashlahatan tersebut sesuai
dengan tujuan-tujuan syari’at, merupakan bagian keumumannya, bukan
termasuk
kemashlahatan yang gharib, kendati tidak terdapat dalil yang secara spesifik
mengukuhkannya.
2. Kemashlahatan tersebut adalah kemashlatan yang rasional, maksudnya
secara rasional terdapat peruntutan wujud kemashlahatan terhadap
penerapan hukum. Misalnya pencatatan administrasi dalam berbagai
transaksi akan menetralisir persengketaan atau persaksiaan palsu. Dalam
kaitannya dengan konteks syariat hal semacam ini selayaknya diterima.
Beda halnya dengan pencabutan hak talak dari suami dan menyerahkan
kewenangan pada qadli (hakim), keputusan kontropersialsemacam ini
tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan garis ketentuan syariat.
3. Mashlahah yang menjadi acuan penetapan hukum haruslah bersukup
universal, bukan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Karena
hukum-hukum syariat diberlakukan untuk semua manusia. Karenanya
penetapan hukum tidak selayaknya mengacu secara khusus pada
kepentingan-kepentingab pejabat, penguasa atau bermotif nepotisme
misalnya.
D. Kehujjahan Maslahah Mursalah
10
Mencegah kerusakan dan menarik kemanfaatan merupakan dasar dari
tujuan syariat Islam yang disepakati oleh para ulama. Tetapi para ulama
berbeda pendapat dalam penggunaan al-Mashlahah al-Mursalah sebagai
hujjah. Para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al-
Mursalahmerupakan bagian dari pencegahan kerusakan dan penarikan
kemanfaatan maka menganggapnya sebagai dalil dan bisa dijadikan hujjah.
Sedangkan para ulama yang tidak berpendapat demikian bahkan berpendapat
bahwa al-Mashlahah al-Mursalah termasuk membuat syariat berdasarkan
pada nalar dan pembuatan hukum berdasarkan akal dan hawa nafsu
menganggapnya bukan termasuk dalil syara’ dan bisa digunakan sebagai
hujjah.
Imam Malik beserta para pengikutnya adalah kelompok yang secara jelas
menggunakan al-Mashlahah al-Mursalah sebagai metode ijtihad. Sedangkan
pandangan ulama Hanafiyyah terhadap al-Mashlahah al-Mursalah ini terdapat
penukilan yang berbeda. Menurut al-Amidi, banyak ulama yang beranggapan
bahwa ulama Hanafiyyah tidak mengamalkannya. Namun menurut Ibnu
Quddamah, sebagian ulama Hanafiyyah menggunakan al-Mashlahah al-
Mursalah. Tampaknya ulama yang berpendapat bahwa sebagian ulama
Hanafiyyah menggunakan metode ini lebih tepat, karena kedekatan metode
ini dengan al-Istihsanyang populer di kalangan ulama Hanafiyyah.
Ulama Syafi’iyyah tampaknya tidak menggunakan al-Mashlahah al-
Mursalah dalam berijtihad. Pendapat ini didukung oleh al-Amidi dan Ibn al-
Haajib. Imam Syafi’i sendiri tidak menyinggung metode ini dalam kitab
standarnya, ar-Risaalah. Namun Imam al-Ghazali sebagai pengikut Imam
Syafi’i dalam dua kitabnya (al-Madkhul dan al-Musytasfa) secara tegas
menyatakan bahwa beliau menerima penggunaan al-Mashlahah al-
Mursalah dengan syarat al-Mashlahah al-Mursalah itu
bersifat dlaruuri(menyangkut kebutuhan pokok dalam
11
kehidupan), qath’i (pasti), dan kulli(menyeluruh). Sedangkan ulama Hanabilah
menurut pendapat yang shahih mengatakan bahwasanya al-Mashlahah al-
Mursalah tidak memiliki kekuatan hujjah dan tidak boleh melakukan ijtihad
dengan menggunakan metode ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Al-Mashlahah al-Mursalah adalah maslahat atau manfa’at yang tidak
disyariatkan oleh Syaari’ dalam wujud hukum dalam rangka menciptakan
kemaslahatan, bersamaan dengan tidak adanya dalil khusus yang
membenarkan ataupun menyalahkannya.
2. Al-Mashlahat ditinjau dari kesesuaianya dengan kesaksian syariat
Islam, dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri, terbagi menjadi 3, yaitu:
Ø Al-Mashlahah al-Mu’tabarah ( ).
Ø Al-Mashlahah al-Mulghah ( ).
Ø Al-Mashlahah al-Maskuut ‘anha ( ), yang disebut
dengan al-Mashlahah al-Mursalah.
Sedangkan mashlahat dipandang dari segi kekuatannya untuk dijaga itu
terbagi menjagi tiga, yaitu:
Ø , yang disebut dengan Dar’ al-mafaasid (mencegah
kerusakan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan primer.
Ø , yang disebut dengan Jalb al-mashaalih (menarik
kemanfaatan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan sekunder.
Ø , yang disebut dengan penyempurna. Mashlahat ini
adalah kemaslahatan tertier.
3. Para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al-
Mursalahmerupakan bagian dari pencegahan kerusakan dan penarikan
kemanfaatan maka menganggapnya sebagai dalil dan bisa dijadikan
hujjah. Sedangkan para ulama yang tidak berpendapat demikian bahkan
13
berpendapat bahwa al-Mashlahah al-Mursalah termasuk membuat
syariat berdasarkan pada nalar dan pembuatan hukum berdasarkan akal
dan hawa nafsu menganggapnya bukan termasuk dalil syara’ dan bisa
digunakan sebagai hujjah.
4. Argumentasi para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al-
Mursalah merupakan hujjah dan bisa dijadikan sebagai metode ijtihad
adalah adanya pengakuan Rasulullah SAW. atas penjelasan sahabat
Mu’adz ibn Jabal, adanya praktek al-Mashlahah al-Mursalah yang meluas
dikalangan para sahabat Nabi pada kejadian-kejadian yang masyhur, dan
lain sebagainya.
5. Syarat- syara penggunaanal-Mashlahah al-
Mursalahadalahmashlahatnya hakiki dan bersifat
umum, mashlahat tersebut tidak berbenturan dengan dalil nash,
ijmaa’ maupun qiyas, mashlahat tersebut sejalan dengan tujuan syariat
Islam dalam menetapkan setiap hukum, al-Mashlahah al-Mursalah itu
diamalkan dalam kondisi yang memerlukan,
bersifat dlaruri, mashlahat tersebut tidak bertentangan
denganmashlahat lain yang lebih unggul atau setidaknya sama
dengan mashlahattersebut.
B. Kritik dan saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat membutuhkan kirik dan saran
14
dari para pembaca yang bersifat membangun untuk melengkapi materi
dalam makalah ini. Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/17/al-mashlahah_al-mursalah/
15
http://elmisbah.wordpress.com
http://m-herry.blogspot.com/2012/09/pengertian-syarat-syarat-macam-
macam.html

More Related Content

What's hot

69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilahAgus Setiawan
 
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujudSindi Setiyadi
 
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
Imran
 
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
Imran
 
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesitالمعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
R. Gesit Prasasti Alam, PSM®
 
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ahPrinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Anas Abdillah Al Cilacapi Cilacapi
 
Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
Imran
 
Presentasi Fiqh Siyasah 6
Presentasi Fiqh Siyasah 6Presentasi Fiqh Siyasah 6
Presentasi Fiqh Siyasah 6Marhamah Saleh
 
Sejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamSejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamabdullahtamlikha
 
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashr
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashrTafsir surat al maa’uun dan al 'ashr
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashrRizal Fuadi Muhammad
 
Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2
Amiruddin Ahmad
 
Aliran murjiah
Aliran murjiahAliran murjiah
Aliran murjiah
Rahmad Alfianto
 
Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1
Amiruddin Ahmad
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 3
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 3Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 3
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 3
Amiruddin Ahmad
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwaljuniska efendi
 
Aliran Asy'ariah
Aliran Asy'ariahAliran Asy'ariah
Aliran Asy'ariah
abda Harahap
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 4
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 4Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 4
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 4
Amiruddin Ahmad
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
Amiruddin Ahmad
 

What's hot (20)

69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah69011339 makalah-mu-tazilah
69011339 makalah-mu-tazilah
 
Usul 20-hassan al-banna..
Usul 20-hassan al-banna..Usul 20-hassan al-banna..
Usul 20-hassan al-banna..
 
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
59475034 aku-dan-wihdatul-wujud
 
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
Syarah Pendek Usul 20 - Imam Hassan al Banna (IHAB)
 
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
Mustapha Masyur - Dakwah Fardiah (Dakwah Individu)
 
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesitالمعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
المعتزلة (Mu'tazilah) - @rgesit
 
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ahPrinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
 
Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Al Mutazilah
 
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
Himpunan risalah Hassan al Banna (Majmuah Ar-Rasail)
 
Presentasi Fiqh Siyasah 6
Presentasi Fiqh Siyasah 6Presentasi Fiqh Siyasah 6
Presentasi Fiqh Siyasah 6
 
Sejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamSejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalam
 
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashr
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashrTafsir surat al maa’uun dan al 'ashr
Tafsir surat al maa’uun dan al 'ashr
 
Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2
 
Aliran murjiah
Aliran murjiahAliran murjiah
Aliran murjiah
 
Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 3
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 3Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 3
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 3
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwal
 
Aliran Asy'ariah
Aliran Asy'ariahAliran Asy'ariah
Aliran Asy'ariah
 
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 4
Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 4Keluasan dan keperluan dakwah   amal jamai pt 4
Keluasan dan keperluan dakwah amal jamai pt 4
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
 

Viewers also liked

Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-YayasanPinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
Wallace Goh
 
Strengthen your strengths (shared using VisualBee)
Strengthen your strengths  
(shared using VisualBee)Strengthen your strengths  
(shared using VisualBee)
Strengthen your strengths (shared using VisualBee)Hyun-soo Moon
 
Star4
Star4Star4
Star4
Yael Cohen
 
Seguridad en internet
Seguridad en internetSeguridad en internet
Seguridad en internetgarcichale
 
Questionairre tables
Questionairre tablesQuestionairre tables
Questionairre tableskieransmith10
 
Metode pengajaran agama islam
Metode pengajaran agama islamMetode pengajaran agama islam
Metode pengajaran agama islamPhujie FaHrani
 
Project Risk Management
Project Risk ManagementProject Risk Management
Project Risk ManagementNimat Khattak
 
Power point pedoman supervisi
Power point pedoman supervisiPower point pedoman supervisi
Power point pedoman supervisiPhujie FaHrani
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Phujie FaHrani
 
Atc patel anishkapoor
Atc patel anishkapoorAtc patel anishkapoor
Atc patel anishkapoormaunil1997
 
Landgenoten via sociale media
Landgenoten via sociale mediaLandgenoten via sociale media
Landgenoten via sociale mediaMichOpgenhaffen
 
EEDI formula
EEDI formulaEEDI formula
EEDI formula
Hyun-soo Moon
 

Viewers also liked (14)

Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-YayasanPinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
Pinjaman Koperasi Terbaru:RCE-Yayasan
 
Strengthen your strengths (shared using VisualBee)
Strengthen your strengths  
(shared using VisualBee)Strengthen your strengths  
(shared using VisualBee)
Strengthen your strengths (shared using VisualBee)
 
Star4
Star4Star4
Star4
 
Seguridad en internet
Seguridad en internetSeguridad en internet
Seguridad en internet
 
Questionairre tables
Questionairre tablesQuestionairre tables
Questionairre tables
 
Lab
LabLab
Lab
 
Metode pengajaran agama islam
Metode pengajaran agama islamMetode pengajaran agama islam
Metode pengajaran agama islam
 
Project Risk Management
Project Risk ManagementProject Risk Management
Project Risk Management
 
NoSql Databases
NoSql DatabasesNoSql Databases
NoSql Databases
 
Power point pedoman supervisi
Power point pedoman supervisiPower point pedoman supervisi
Power point pedoman supervisi
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan
 
Atc patel anishkapoor
Atc patel anishkapoorAtc patel anishkapoor
Atc patel anishkapoor
 
Landgenoten via sociale media
Landgenoten via sociale mediaLandgenoten via sociale media
Landgenoten via sociale media
 
EEDI formula
EEDI formulaEEDI formula
EEDI formula
 

Similar to Ushul fiqhi

USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docxUSHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
IsmanLeandro
 
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
MuhibbatFasyeh
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptxPembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
nimalfaiz1
 
perkembangan maslalahah.pdf
perkembangan maslalahah.pdfperkembangan maslalahah.pdf
perkembangan maslalahah.pdf
EkoPriyojadmiko
 
Maqasid syarak
Maqasid syarakMaqasid syarak
Maqasid syarak
Amiruddin Ahmad
 
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.docKE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
Manzilul Ulum Kudus
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Yugo Fandita
 
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...Ra Hardianto
 
Metode ijtihad mui
Metode ijtihad muiMetode ijtihad mui
Metode ijtihad mui
Adilah126
 
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
Amiruddin Ahmad
 
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptxSYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
AyubSantoso
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurRa Hardianto
 
Kaedah fiqh
Kaedah fiqhKaedah fiqh
Kaedah fiqhcikmelly
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
pjj_kemenkes
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
guest4d5c082
 

Similar to Ushul fiqhi (20)

USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docxUSHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
USHUL FIQIH NIA RAMADHANI edit word (1).docx
 
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
Maqashid Syariyah (4 Imam Madzhab, Era Pertengahan, dan Era Ilmuwan Ushul Fiq...
 
Masolih
MasolihMasolih
Masolih
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptxPembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
Pembaharuan_Ushul_Fiqh_Melalui_Talil_al.pptx
 
perkembangan maslalahah.pdf
perkembangan maslalahah.pdfperkembangan maslalahah.pdf
perkembangan maslalahah.pdf
 
Maqasid syarak
Maqasid syarakMaqasid syarak
Maqasid syarak
 
Kuliah usul fiqh sb
Kuliah usul fiqh sbKuliah usul fiqh sb
Kuliah usul fiqh sb
 
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.docKE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
KE_NU_AN_Manzilul_Ulum.doc
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
 
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...
Pendapat yang-wasath-tepat-benar-perihal-fiqhul-waqi-serta-kewajiban-saling-c...
 
Metode ijtihad mui
Metode ijtihad muiMetode ijtihad mui
Metode ijtihad mui
 
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
 
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptxSYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
 
Kaedahfiqh
Kaedahfiqh Kaedahfiqh
Kaedahfiqh
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
 
Kaedah fiqh
Kaedah fiqhKaedah fiqh
Kaedah fiqh
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 

Ushul fiqhi

  • 1. 1 USHUL FIQHI AL-MASLAHAH AL-MURSALAH Disusun Oleh Kelompok 7 SUHARNI 1012100012 HARDIANA UTARI 1012100040 SALMAWATI 1022100009 JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2012-2013
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Maslahah Mursalah” dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini kami buat untuk diajukan sebagai tugas kelompok yang nantinya digunakan sebagai bahan presentasi dalam mata kuliah Ushul FIQH. Kami mengetahui kalau dalam pembuatan makalah kami terdapat kesalahan dari segi penulisan maupun penulisan karena maka kami sadar bahwa kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Olehnya itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelengkapan atau sempurnya makalah kami. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi kita semua Makassar, 26 Desember 2012 Kelompok 7
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………….. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………….. 1 BAB II. PEMBAHASAN A. Pengertian Al-Maslahah Al-Mursalah ………………………………………………….. 2 B. Macam-Macam Maslahah Mursalah…............…………………………………………. 3 C. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah ...........…………………………………………………. 6 D. Kehujjahan Maslahah Mursalah ...........……………..……………………….………... 7 BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………………………...... 9 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 4 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan umat Islam di dunia ini setiap hari makin berkembang dan kompleks. Keberadaan nash al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai referensi utama semua 4iter hanya mencakup permasalahan-permasalahan yang sangat global, sedangkan permasalahan manusia sangat beragam bentuknya. Para ulama menggunakan berbagai metode ijtihad yang digunakan untuk menggali 4iter-hukum yang ada dalam 4iterature nash. Metode ijtihad yang beragam itu ada yang disepakati oleh semua ulama tentang kehujjahannya, namun ada pula yang masih diperselisihkan para ulama dalam hal kehujjahannya. Salah satu metode ijtihad yang masih diperselisihkan adalah al-Mashlahah al-Mursalah. Berikut ini beberapa rumusan masalah sekaligus pembahasannya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Maslahah Mursalah ? 2. Apa macam-macam Al-Maslahah Al-Mursalah ? 3. Apa syarat-syarat maslahah Mursalah ? 4. Bagaimana pendapat para ulama tentang Marsalah Mursalah ?
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Al-Maslahah Al-Mursalah Secara etimologi, maslahah sama dengan manfaat, baik dari segi lafal maupun makna. Maslahah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung manfaat. Secara terminologi, terdapat beberapa definisi maslahah yang dikemukakan ulama ushul fiqh, tetapi seluruh definisi tersebut mangandung esensi yang sama. Imam Al-Ghazali, mengemukakan bahwa pada prinsipnya maslahah adalah “mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangkamemelihara tujuan-tujuan syara’.” Tujuan syara’ yang harus dipelihara tersebut, menurut al-Ghazali, ada lima bentuk yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara’ di atas, maka dinamakan maslahah. Di samping itu, upaya untuk menolak segala bentuk kemudaratan yang berkaitan dengan kelima aspek tujuan syara’ tersebut, juga dinamakan maslahah. Dengan demikian, al-Maslahah al-Mursalah adalah suatu kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalnya. Sedangkan alasan dikatakan al-mursalah, karena syara’ memutlakannya bahwa di dalamnya tidak terdapat kaidah syara’ menjadi penguatnya ataupun pembatalnya. B. Macam-Macam Maslahah Mursalah Al-Mashlahat ditinjau dari kesesuaianya dengan kesaksian syariat Islam, dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri, terbagi menjadi 3, yaitu1 1 Muhammad al-Jayzani, Ma’alim, 242-3
  • 6. 6 1. Al-Mashlahah al-Mu’tabarah ( ), yaitu mashlahat yang diperhitungkan oleh syara’. Maksudnya adalah mashlahat yang didukung oleh dalil syara’ untuk memeliharanya. Dalil syara’ tersebut bisa langsung maupun tidak langsung dalam memberikan petunjuk. Dalam hal tersebut,mashlahat terbagi lagi menjadi dua, yaitu: a) Al-Munaasib al-mu’atstsir ( ), yaitu mashlahat yang ada petunjuk langsung dari Syaari’, baik berupa nash, ijma’ maupun qiyas. Contohnya seperti mashlahat yang terdapat dalam larangan mendekati perempuan yang sedang dalam keadaan menstruasi dengan alasan menstruasi itu adalah penyakit. Kemaslahatan dari larangan tersebut adalah menjauhkan diri dari kerusakan atau penyakit. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah bahwa haid itu adalah penyakit; oleh karenanya jauhilah perempuan yang sedang haid.” b) Al-Munaasib al-mulaaim ( ), yaitu mashlahat yang tidak ada dalil syara’ secara langsung yang menunjukkannya, baik berupa nash, ijma’ atau qiyas. Namun ada dalil yang secara tidak langsung menunjukkan kepadanya. Contohnya seperti diperbolehkannya jama’shalat bagi orang yang muqim (penduduk setempat) karena hujan. Keadaan hujan ini memang tidak pernah dijadikan alasan untuk hukumjama’ shalat, namun syara’ melalui ijma’ menetapkan keadaan yang sejenis dengan hujan, yaitu “dalam perjalanan” menjadi alasan untuk bolehnya jama’ shalat.
  • 7. 7 2. Al-Mashlahah al-Mulghah ( ), yaitu mashlahat yang diabaikan. Maksudnya adalah mashlahat yang dianggap baik oleh akal namun tidak ada dalil syara’ yang memperhatikannya bahkan ada dalil yang menolaknya. Contohnya pada masa kini masyarakat telah mengakui adanya emansipasi wanita untuk menyamakan kedudukan derajatnya dengan laki-laki. Akal menganggap adanya mashlahat dengan menyamakan hak wanita dengan hak laki-laki dalam hal warisan. Hal inipun dianggap sejalan dengan tujuan ditetapkannya hukum waris oleh Allah SWT. Padahal hukum Allah telah jelas yaitu hak waris anak laki-laki itu sama dengan dua kali lipatnya hak waris anak perempuan, dan hal ini ternyata berbeda dengan apa yang dianggap oleh akal tersebut. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an: “Allah mensyariatkan pada kalian semua (tentang bagian warisan) untuk anak-anak kalian, yaitu untuk laki-laki dua kali bagian perempuan.” 3. Al-Mashlahah al-Maskuut ‘anha ( ), yaitumashlahat yang dianggap baik oleh akal serta tidak didukung maupun tidak ditentang oleh dalil syara’ yang khusus, akan tetapi kemaslahan tersebut sejalan dengan dalil ‘aam kulliy. Sehingga mashlahat tersebut tidak didasarkan pada dalil khash tertentu tapi didasarkan padamaqaashid asy- syarii’ah. Mashlahat ini disebut dengan al-Mashlahah al-Mursalah. Sedangkan mashlahat dipandang dari segi kekuatannya untuk dijaga itu terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. , yang disebut dengan Dar’ al-mafaasid (mencegah kerusakan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan primer yang menempati
  • 8. 8 posisi darurat, sekiranya kemaslahatan ini tidak ada maka salah satu atau keseluruhan lima prinsip dasar di atas juga rusak. Mashlahat ini menempati posisi teratas untuk dijaga. Sehingga segala usaha yang secara langsung menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip dasar tersebut adalah mashlahat pada tingkat dlaruuri. Contohnya Allah melarang murtad untuk memelihara agama; melarang membunuh untuk memelihara jiwa; melarang minum minuman keras untuk memelihara akal; melarang berzina untuk memelihara keturunan; melarang mencuri untuk memelihara harta. 2. , yang disebut dengan Jalb al-mashaalih (menarik kemanfaatan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan sekunder yang menempati posisi kebutuhan (hajat), dan tidak sampai pada posisi darurat. Apabila kemaslahatan ini terpenuhi maka akan menghasilkan kemudahan dan kemanfaatan. Bentuk kemaslahatannya tidak langsung bagi pemenuhan kelima prinsip dasar agama, tetapi hanya secara tidak langsung menuju ke sana seperti dalam hal-hal yang memberi kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Seperti menuntut ilmu agama untuk tegaknya agama, melakukan akad jual beli untuk mendapatkan harta, dan lain sebagainya. 3. , yang disebut dengan penyempurna. Mashlahat ini tidak barada pada posisi darurat maupun hajat, hanya sebatas kemaslahatan tertier yang perlu untuk dipenuhi guna menyempurnakan akhlak dan mengikuti jalan terbaik. Hal ini untuk menyempurnakan dan memperindah hidup manusia.Contohnya seperti larangan memakan makanan yang najis. C. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah Uama’-ulama’ yang mengambil “maslahah mursalah” sebagai sumber hukum terutamanya ulamak Mazhab Maliki tidaklah sewenang-wenang menganggap setiap sesuatu itu sebagai “maslahah mursalah”. Bahkan mereka
  • 9. 9 telah meletakkan beberapa syarat dalam mengambil “maslahah mursalah” sebagai sumber hukum agar tidak terjadi penetapan hukum yang berdasarkan nafsu. Syarat- syarat tersebut adalah: 1. Bentuk mashlahah tersebut harus selaras dengan tujuan-tujuan syari’at, yakni bahwa kemaslahatan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip dasarnya, dan juga tidak menabrak garis ketentuan nash atau dalil- dalil yang qath’i. dengan kata lain bahwa kemashlahatan tersebut sesuai dengan tujuan-tujuan syari’at, merupakan bagian keumumannya, bukan termasuk kemashlahatan yang gharib, kendati tidak terdapat dalil yang secara spesifik mengukuhkannya. 2. Kemashlahatan tersebut adalah kemashlatan yang rasional, maksudnya secara rasional terdapat peruntutan wujud kemashlahatan terhadap penerapan hukum. Misalnya pencatatan administrasi dalam berbagai transaksi akan menetralisir persengketaan atau persaksiaan palsu. Dalam kaitannya dengan konteks syariat hal semacam ini selayaknya diterima. Beda halnya dengan pencabutan hak talak dari suami dan menyerahkan kewenangan pada qadli (hakim), keputusan kontropersialsemacam ini tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan garis ketentuan syariat. 3. Mashlahah yang menjadi acuan penetapan hukum haruslah bersukup universal, bukan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Karena hukum-hukum syariat diberlakukan untuk semua manusia. Karenanya penetapan hukum tidak selayaknya mengacu secara khusus pada kepentingan-kepentingab pejabat, penguasa atau bermotif nepotisme misalnya. D. Kehujjahan Maslahah Mursalah
  • 10. 10 Mencegah kerusakan dan menarik kemanfaatan merupakan dasar dari tujuan syariat Islam yang disepakati oleh para ulama. Tetapi para ulama berbeda pendapat dalam penggunaan al-Mashlahah al-Mursalah sebagai hujjah. Para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al- Mursalahmerupakan bagian dari pencegahan kerusakan dan penarikan kemanfaatan maka menganggapnya sebagai dalil dan bisa dijadikan hujjah. Sedangkan para ulama yang tidak berpendapat demikian bahkan berpendapat bahwa al-Mashlahah al-Mursalah termasuk membuat syariat berdasarkan pada nalar dan pembuatan hukum berdasarkan akal dan hawa nafsu menganggapnya bukan termasuk dalil syara’ dan bisa digunakan sebagai hujjah. Imam Malik beserta para pengikutnya adalah kelompok yang secara jelas menggunakan al-Mashlahah al-Mursalah sebagai metode ijtihad. Sedangkan pandangan ulama Hanafiyyah terhadap al-Mashlahah al-Mursalah ini terdapat penukilan yang berbeda. Menurut al-Amidi, banyak ulama yang beranggapan bahwa ulama Hanafiyyah tidak mengamalkannya. Namun menurut Ibnu Quddamah, sebagian ulama Hanafiyyah menggunakan al-Mashlahah al- Mursalah. Tampaknya ulama yang berpendapat bahwa sebagian ulama Hanafiyyah menggunakan metode ini lebih tepat, karena kedekatan metode ini dengan al-Istihsanyang populer di kalangan ulama Hanafiyyah. Ulama Syafi’iyyah tampaknya tidak menggunakan al-Mashlahah al- Mursalah dalam berijtihad. Pendapat ini didukung oleh al-Amidi dan Ibn al- Haajib. Imam Syafi’i sendiri tidak menyinggung metode ini dalam kitab standarnya, ar-Risaalah. Namun Imam al-Ghazali sebagai pengikut Imam Syafi’i dalam dua kitabnya (al-Madkhul dan al-Musytasfa) secara tegas menyatakan bahwa beliau menerima penggunaan al-Mashlahah al- Mursalah dengan syarat al-Mashlahah al-Mursalah itu bersifat dlaruuri(menyangkut kebutuhan pokok dalam
  • 11. 11 kehidupan), qath’i (pasti), dan kulli(menyeluruh). Sedangkan ulama Hanabilah menurut pendapat yang shahih mengatakan bahwasanya al-Mashlahah al- Mursalah tidak memiliki kekuatan hujjah dan tidak boleh melakukan ijtihad dengan menggunakan metode ini. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
  • 12. 12 Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Al-Mashlahah al-Mursalah adalah maslahat atau manfa’at yang tidak disyariatkan oleh Syaari’ dalam wujud hukum dalam rangka menciptakan kemaslahatan, bersamaan dengan tidak adanya dalil khusus yang membenarkan ataupun menyalahkannya. 2. Al-Mashlahat ditinjau dari kesesuaianya dengan kesaksian syariat Islam, dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri, terbagi menjadi 3, yaitu: Ø Al-Mashlahah al-Mu’tabarah ( ). Ø Al-Mashlahah al-Mulghah ( ). Ø Al-Mashlahah al-Maskuut ‘anha ( ), yang disebut dengan al-Mashlahah al-Mursalah. Sedangkan mashlahat dipandang dari segi kekuatannya untuk dijaga itu terbagi menjagi tiga, yaitu: Ø , yang disebut dengan Dar’ al-mafaasid (mencegah kerusakan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan primer. Ø , yang disebut dengan Jalb al-mashaalih (menarik kemanfaatan). Mashlahat ini adalah kemaslahatan sekunder. Ø , yang disebut dengan penyempurna. Mashlahat ini adalah kemaslahatan tertier. 3. Para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al- Mursalahmerupakan bagian dari pencegahan kerusakan dan penarikan kemanfaatan maka menganggapnya sebagai dalil dan bisa dijadikan hujjah. Sedangkan para ulama yang tidak berpendapat demikian bahkan
  • 13. 13 berpendapat bahwa al-Mashlahah al-Mursalah termasuk membuat syariat berdasarkan pada nalar dan pembuatan hukum berdasarkan akal dan hawa nafsu menganggapnya bukan termasuk dalil syara’ dan bisa digunakan sebagai hujjah. 4. Argumentasi para ulama yang berpendapat bahwa al-Mashlahah al- Mursalah merupakan hujjah dan bisa dijadikan sebagai metode ijtihad adalah adanya pengakuan Rasulullah SAW. atas penjelasan sahabat Mu’adz ibn Jabal, adanya praktek al-Mashlahah al-Mursalah yang meluas dikalangan para sahabat Nabi pada kejadian-kejadian yang masyhur, dan lain sebagainya. 5. Syarat- syara penggunaanal-Mashlahah al- Mursalahadalahmashlahatnya hakiki dan bersifat umum, mashlahat tersebut tidak berbenturan dengan dalil nash, ijmaa’ maupun qiyas, mashlahat tersebut sejalan dengan tujuan syariat Islam dalam menetapkan setiap hukum, al-Mashlahah al-Mursalah itu diamalkan dalam kondisi yang memerlukan, bersifat dlaruri, mashlahat tersebut tidak bertentangan denganmashlahat lain yang lebih unggul atau setidaknya sama dengan mashlahattersebut. B. Kritik dan saran Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat membutuhkan kirik dan saran
  • 14. 14 dari para pembaca yang bersifat membangun untuk melengkapi materi dalam makalah ini. Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/17/al-mashlahah_al-mursalah/