1. 1
Metode Pengajaran Agama Islam
“ Metode untuk Pengajaran Keimanan”
Disusun Oleh:
Siti Nurbaya 1012100007
Hafsa 1012100010
Hardiana Utari 1012100040
Putri Khas Syarifah 1012100042
UNIFERSITAS MUSLIM INDONESIA
Fakultas Agama Islam
2. 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Metode untuk Pengajaran Keimanan”dapat
terselesaikan tepat waktu.
Dan tak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak yang telah memimbing
kami dalam memotivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami.
Apabila pemabaca mendapatkan kekurangan dalam makalah kami ini maka kami
sadar bahwa kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Olehnya itu kami
mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kelengkapan atau sempurnanya
makalah kami.
Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 27Mei 2013
Kelompok 2
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………. 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Keimanan ……………………………..………………………………………… 2
B. Dalil- dalil tentang keimanan …………………………..………………………………..………… 2
C. Metode Pengajaran Keimanan ……………. ……....…………………………………… 4
BAB III. PENUTUP …………………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4. 4
Beriman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan
dengan perbuatan. Maka, Tidaklah mudah mengatakan seseorang beriman apabila hanya
dilihat dari lahiriahnya saja. Karena iman tersebut tertanam dalam hati, oleh karena itu
Aqidah atau keimanan merupakan unsur terpenting bagi manusia agar memiliki pegangan
atau dasar dalam hidup, maka dengan keyakinan yang dimiliki oleh manusia perlu diajarkan
dan ditanamkan pada diri manusia sejak dini.
Sulit sekali manusia dapat membaca bahkan menebak apa yang ada di hati manusia.
Hanya Allah SWT yang mengetahui seberapa tinggi tingkatan iman seseorang.
Iman yang terdapat dalam hati dapat dipupuk sehingga tumbuh subur dan orang tersebut
benar-benar melaksanakan apa yang diperintah Allah SWT. Iman dapat ditanamkan dalam
hati seseorang melalui pengajaran. Tetapi pengajaran keimanan yang dimaksudkan tidak
sekedar pengajaran yang menambah wawasan pengetahuan saja atau hanya sekedar
menyentuh aspek kognitif saja. Pengajaran iman harus menyeluruh mulai dari pemahaman
sampai dengan aplikasinya dalam kehidupan.
Seorang guru agama Islam harus mempunyai dasar mengajar keimanan. Karena inti dari
pengajaran agama Islam adalah penanaman keimanan. Pendekatan dan metode yang
diterapkan guru harus sesuai dengan apa yang dipelajari dan merujuk pada apa yang telah
dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dengan penerapan metode yang tepat diharapkan,
anak didik dapat menumbuhkembangkan iman yang sudah ada dalam hati.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Pengertian Imam?
2. Mengetahui dalil-dalil tentang keimanan?
3. Metode pengajaran keimanan?
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imam
Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan
menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap
dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan.
Menurut hanafi (2001), Imam mempunyai dua pengertian :
1. Iman dalam arti luas yakni keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati,diikrarkan oleh
lidah,dan diwujudkan dalam perbuatan,tingkah laku didalam aspek kehidupan
2. Iman dalam arti khas adalah arkanul iman atau rukun iman yang jumlahnya enam
Menurut Heri Jauhari Muchtar (2005), Iman adalah meyakini keberadaan Allah beserta sifat-
sifat yang dimilikinya. Artinya kita harus yakin bahwa Allah itu ada dan memiliki sifat-sifat
yang mulia atau Asmaul Husna. Beriman kepada Allah merupakan dasar utama keimanan,
dari sinilah melahirkan ketaatan terhadap yang lainnya. Hanya ketaatan yang berdasarkan
keimanan pada Allah sajalah yang benar dan akan diterima.
B. Dalil- dalil tentang keimanan :
Dalam Al- quran dijelaskan tentang keimanan pada :
1. Surah An- Nisa : 136
----–
136. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-
Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu
Telah sesat sejauh-jauhnya.
6. 6
2. Surah Al Baqarah : 255
255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
3. Firman Allah SWT surah Al- Hasyr : 22- 24
7. 7
Artinya :
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Dialah Allah yang tiada Tuhan
selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan,
yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala
Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna.
bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
C. Metode Pengajaran Keimanan
Dalam rangka menumbuhkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah SWT, seorang guru
dapat menggunakan metode yang telah diterapkan Nabi Muhammad SAW seperti berikut
ini :
1. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti
dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah Qur’ani dan
Nabawi mempunyai beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak
psikologi dan edukatif yang sempurna. (Binti Maunah, 2009 : 71).
Kisah Qur’ani dan Nabawi dapat digunakan dalam pengajaran keimanan. Pemberian
kisah-kisah yang diambil dari Al Qur’an maupun kisah para Nabi dan Sahabat dapat
mendidik perasaan keimanan dengan cara :
a. Membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, rida, dan cinta.
b. Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak yaitu kesimpulan
kisah.
c. Melibatkan pembaca atau pendengarnya ke dalam kisah itu sehingga secara emosional ia
terlibat.
8. 8
Kisah-kisah yang terdapat dalam AlQur’an merupakan salah satu cara untuk
mendidik umat Islam agar beriman kepada Allah SWT. Tujuan dari Qur’ani itu sendiri adalah
sebagai berikut :
a. Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah, mewujudkan rasa mantap dalam
menerima Qur’an dan keutusan Rasul-Nya. Kisah-kisah ini menjadi bukti kebenaran wahyu
dan kebenaran Rasul SAW.
b. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al-Din itu datangnya dari Allah.
c. Menjelaskan bahwa Allah datang menolong dan mencintai Rasul-Nya, menjelaskan bahwa
kaum mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah Rabb mereka.
d. Kisah-kisah itu bertujuan untuk menguatkan keimanan kaum muslim, menghibur mereka
dari kesedihan atas musibah yang menimpa.
e. Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah syetan, menunjukkan permusuhan
abadi tersebut akan lebih tampak jelas melalui kisah.
2. Metode Amtsal.
Metode Amtsal atau perumpamaan dalam cara penyampaiannya sama dengan
metode kisah, yaitu menggunakan metode ceramah. Metode ini mirip dengan metode kisah
Qur’ani dan Nabawi karena dalam menggunakan perumpamaan mengambil dari AlQur’an.
Penggunaan perumpamaan dalam pengajaran dapat merangsang kesan terhadap makna
yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
Sebagai contoh dalam Q. S Al Ankabut ayat 41,
Artinya :
9. 9
“ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.”
Dari perumpamaan diatas, anak dapat memahami bahwa menyembah selain kepada
Allah ibarat berlindung pada sesuatu yang lemah dan tidak berdaya. Anak akan menyadari
bahwa tidak ada kekuasan yang lebih besar dari kekuasaan Allah SWT. Sehingga dalam diri
anak akan tertanam rasa keimanan yang tinggi dan pengakuan yang besar terhadap ke-
esaan Allah SWT.
Penggunaan perumpaman dalam pendidikan haruslah logis, dan mudah dipahami.
Perumpamaan harus memperjelas konsep bukan malah mengaburkan penjelasan. Dengan
perumpamaan anak dapat memahami konsep yang abstrak karena perumpamaan
menggunakan benda-benda yang konkrit. Dalam Al Qur’an, kesimpulan perumpamaan yang
ada kebanyakan harus ditebak sendiri oleh pendengar atau pembacanya sendiri karena
Allah tahu manusia dapat menebaknya.
3. Metode Ibrah dan Mauizah.
Metode ibrah adalah suatu cara yang dapat membuat kondisi psikis seseorang
(siswa) mengetahui intisari perkara yang mempengaruhi perasaannya, yang diambil dari
pengalaman-pengalaman orang lain atau pengalaman hidupnya sendiri. Sedangkan metode
mauizah adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang berisi
nasihat-nasihat dan peringatan tentang baik buruknya sesuatu. (Heri Jauhari Muchtar, 2005
: 220).
Metode ibrah sangat diperhatikan dalam pendidikan Islam. Hal ini dilakukan agar
anak didik dapat mengambil intisari atau pelajaran dari kisah-kisah Al Qur’an atau
pengalaman-pengalaman yang diceritakan. Demikian pula dengan metode mauizah.
Seorang pendidik hendaknya memberi nasehat secara berulang-ulang agar nasehat tersebut
dapat meninggalkan kesan sehingga anak didiknya tergerak untuk mengikuti nasehat itu.
Metode ibrah dan mauizah apabila digunakan bersama-sama dalam pendidikan
Islam memang tidak mudah. Penerapan metode ini membutuhkan keikhlasan dan berulang-
ulang sehingga nasehat tersebut menyentuh kalbu pendengarnya. Nasehat yang dapat
10. 10
menimbulkan kesan yang mendalam menyebabkan nasehat tersebut tidak hanya tertanam
dalam hati saja yang dapat menebalkan iman tetapi anak juga melaksanakan nasehat
tersebut.
4. Metode Targhib dan Tarhib.
Metode ini berhubungan dengan pujian dan penghargaan. Imbalan atau tanggapan
terhadap orang lain itu terdiri dari dua, yaitu penghargaan (reward/ targhib) dan hukuman
(punishment/tarhib). Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Sedangkan
tarhib bertujuan agar orang menjauhi kejahatan. Metode ini didasarkan atas fitrah manusia
yaitu sifat kesenangan, keselamatan dan tidak menginginkan kepedihan dan kesengsaraan.
(Binti Maunah, 2009 : 76).
Metode ini dapat menumbuhkan rasa keimanan dalam diri anak didik. Dengan
proses pemberian ganjaran dan hukuman tersebut, anak akan belajar mana yang boleh
dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Proses tersebut akan kuat tertanam dalam diri
anak karena apabila anak diberi suatu hadiah atau penghargaan tatkala dia melakukan
sesuatu yang terpuji, anak tersebut akan cenderung mengulanginya dan mencoba
menemukan sesuatu yang baik lainnya yang menyebabkan dirinya diberi penghargaan.
Sebaliknya, apabila anak diberi hukuman tatkala melakukan sesuatu, tentu anak akan
berpikir bahwa yang dilakukannya salah dan tidak akan mengulanginya lagi karena hukuman
yang dia rasakan. Dengan ini maka anak akan menghindari hal-hal yang menyebabkan dia
dihukum. Anak akan lebih patuh dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Allah.
Agama Islam memberi arahan dalam memberi hukuman (terhadap anak/peserta
didik) hendaknya memperhatikan hal-hal sebagi berikut :
a. Jangan menghukum keika marah. Karena pemberian hukuman ketika marah akan
lebih besifat emosional yang dipengaruhi nafsu syaithaniyah.
b. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang yang kita
hukum.
c. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang bersangkutan, misalnya
dengan menghina atau mencaci maki didepan orang lain.
11. 11
d. Jangan menyakiti secara fisik, misalnya menampar mukanya atau menarik kerah
bajunya dan sebagainya.
e. Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang/tidak baik. Kita menghukum
karenaanak /peserta didik berperilaku tidak baik.Karena itu yang patut kita benci adalah
perilakunya, bukan orangnya. Apabila anak/orang yang kita hukum sudah memeperbaiki
perilakunya, maka tidak ada alasan kita untuk tetap membencinya. Anak perlu diberikan
penghargaan karena telah memperbaiki perilakunya. Dalam penerapan merode ini
diupayakan bahwa intensitas pemberian hukuman tidak sebesar pemberian hadiah. Dengan
pemberian penghargaan yang lebih besar persentasenya, anak akan termotivasi untuk lebih
berusaha berbuat kebaikan.
5. Metode Pembiasaan.
Untuk melaksanakan tugas atau kewajiban secara benar dan rutin terhadap anak
atau peserta didik diperlukan pembiasaan. Misalnya, agar anak atau peserta didik dapat
melaksanakan sholat secara benar dan rutin maka mereka perlu dibiasakan sholat sejak
masih kecil, dari waktu kewaktu. Itulah sebabnya kita perlu mendidik mereka sejak dini atau
kecil agar mereka terbiasa dan tidak merasa berat untuk melaksanaknnya ketika mereka
sudah dewasa.
Sehubungan itu tepatlah pesan rosulullah kepada kita agar melatih atau
membiasakan anak untuk melaksanakan sholat ketika mereka berusia 7 tahun dan
memukulnya (tanpa cidera atau bekas) ketika berumur 10 tahun- atau lebih- apabila mereka
tidak mengerjakannya. Dalam pelaksanaan metode ini diperlukan pengertian, kesabaran,
dan ketelatenan orang tua, pendidik dan dai terhadap anak atau peseta didiknya.
Dalam hal ini penanaman iman kepada anak-anak antara lain dapat dialkukan dalam bentuk
pembiasaan. Dalam materi yang diajrkan setiap kali anak atau murid makan dan berdo’a,
mencuci tangan supaya bersih, bangun pagi, hidup teratur, dan sebagainya. Pembiasaan
tidaklah memerlukan keterangan atau argumen yang logis. Pembiasaan akan berjalan dan
berpengaruh kerena semata-mata kebiasaan itu. Maksudnya, biasakanlah murid-murid kita
dan tidak perlu benar dijelaskan mengapa harus begitu. Biasakanlah bangun pagi, shalat
subuh tidak kesiangan, dan tidak perlu dijelaskan berulang-ulang mengapa harus begitu.
Dengan demikian, pembiasaan itu datangnya dari kebiasaan itu sendiri.
12. 12
a.PengertianSecara bahasa berasal dari kata biasa dalam kamus besar bahasa
Indonesia biasa adalah lazim atau umum dalam kaitanya dengan metode pengajaran
keimanan pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan oleh anak anak didik untuk
berfikir ,bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama islam
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika dalam penerapanaya dilakukan oleh peserta didik yang
usianya masih kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian
yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut kedalam kebiasaan-kebjasaan yang
mereka lakukan sehari hari. Oleh karena itu sebagai awal dari proses pendidikan
pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkannilai-nilai moral
kedalam jiwa anak.
b.Landasan teori metode pembiasaanDalam teori perkembangan anak didik dikenal
teori kovergen, dimana kepribadian anak dapat dibentuk melalui oleh lingkunganya dan
dengan mengembangkan potensi dasar yang ada pada diri anak tersebut.potensi ini dapat
menjadi penentu tingkah laku anak (melalui proses)
Oleh karena itu potensi dasarharus selalu di arahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan baik,salah satu cara untuk mengembangkan potensi dasar tesebut melalui
kebiasaan yang baik.
c. Kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan, Sebagaimana metode metode
yang lain, metodepembiasaan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode pembiasaan.
1) Dapat menghemat waktu dengan baik.
2) Pembiasaan tudak hanya bersifat lahiriah saja tetapi juga berhubungan dengan
aspek ruhaniah.
3) Pembiasaan dalam catatan sejarah merupakan metode yang paling berhasil dalam
pembentukan
Kelemahan metode pembiasaan .
Kelemahan metode ini adalah menumbuhkan tenaga pendidik yang benar benar
dijadikan contoh didalam penanamaan sebuah nilai kepada anak didik,oleh karena itu
13. 13
pendidik yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan
yang mampu menyelaraskan pendekatan dan perbuatan, sehingga pendidik tidak haanya
memberi kesan memberi nilai tetapi mampu menggambarkan nilai Yang disampaikan
terhadap anak didik.
4. Metode Keteladanan
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode-
metode lainnya. Melalui metode ini para orang tua, pendidik atau dai memberi contoh atau
teladan terhadap anak/peserta didiknya bagaiman cara berbicara, berbuat, bersikap,
mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dsb.
Melalui metode ini maka anak atau peserta didik dapat melihat, menyaksikan dan
meyakini cara sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanaknnya dengan lebih baik dan
lebih mudah. Metode keteladanan ini sesuai dengan sabda Rasolullah :
“Mulailah dari diri sendiri”.
Maksud hadist ini adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita menghendak
orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri untuk mengerjakannya.
Dalam pengajaran keimanan dengan menggunakan metode teladan ini, yaitu meneladani
kisah –kisah para nabi, rasul ataupun para sahabat. Misalnya saja pada masa Nabi Ibrahim,
yang mana nabi Ibrahim mencari tuhannya. Dengan cerita itu, maka dapat menambah
keyakinan makna adanya Allah.
a. Pengertian keteladanan
Keteladanan berasal dari kata teladan yang memiliki arti yang patut ditiru atau di
contoh.atau dapat di artikkan keteladanan adalah hal hal yang patut ditiru atau di contoh
oleh seseorang dari orang lain.namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan keimanan.
Sebagai pendidikan yang bersumber pada Alquran dan sunah rasulullah, metode
keteladanan tentunya didasarkan pada Al Quran.dalam firman allah surat al ahzab ayat 21
yang artinya :
14. 14
Artinya :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.”
b. Kelebihan dan kekurangan, Seperti telah di ungkapkan sebelumnya kelebihan dan
kekurangan metode ini tidak bisa dilihat secara kongkret,namun secaa abstrak dapat di
interpretasikan sebagai berikut :
Kelebihan
1) Akan mempermudah anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah
2)Akan mempermudah guru dalam mengevaluasi hasil belajar.
3) Agar tujuan belajar lebih terarah tercapai dengan baik.
4) Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat baik, maka
akantercipta situasiyang baik.
Kelemahan :
1) Jika figure yang di contoh tidak baik maka mereka cenderung mengikuti tidak baik.
2) Jika teori tanpa praktek maka akan timbul verbalisme.
7. Metode Nasihat
Metode inilah yang paling sering digunakan oleh para orang tua, pendidik dan da’i
terhadap peserta didik dalam proses pendidikannya. Memberi nasihat sebenarnya
merupakan kewajiban kita selaku muslim seperti tertera antara lain dalam Q.S al- Ashar ayat
3, yaitu agar kita senantiasa memberi nasihat dalam hal kebenaran. Rasulullah bersabda :
“Agama itu adalah nasihat.”
15. 15
Maksudnya adalah agama itu berupa nasihat dari Allah bagi umat manusia melalui
para nabi dan rasul-Nya agar manusia hidup bahagia, selamat dan sejahtera di dunia serta
akhirat. Selain itu menyampaikan ajaran agama pun –bisa-dilakukan melalui nasihat. Supaya
nasihat ini dapat terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannnya perlu
memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
a. Gunakan kata dan bahasa yang baik dan sopan serta mudah dipahami.
b. Jangan sampai menyinggung perasaan orang yang dinasehati atau orang disekitarnya.
c. Sesuaikan perkataan kita dengan umur sifat dan tingkat kemampuan/ kedudukan anak
atau orang yang kita nasehati.
d. Perhatian saat yang tepat kita memberi nasihat. Usahakan jangan menasehati ketika kita
atau orang yang dinasehati sedang marah.
e. Perhatikan keadaan sekitar ketika memberi nasihat. Usahakan jangan dihadapan orang
lain atau-apalagi dihadapan orang banyak (kecuali ketika memberi ceramah/tausiyah.).
f. Beri penjelasan, sebab atau kegunaan mengapa kitaperlu memberi nasihat.
g. Agar lebih menyentuh perasaaan dan hati nuraninya, sertakan ayat-ayat al-qur’an,hadist
rasulullah atau kisah para nabi/ rasul, para sahabatnya atau orang-orang yang shalih.
Metode pemberian nasihat yang dijadikan sebagai metode dalam pengajaran
keimanan, mempunyai peran yang sangat penting. Nasihat-nasihat yang diberikan oleh guru
dengan memperhatikan kondisi dan situasi anak didiknya akan lebih meresap di hati.
Apalagi ketika guru menyelipkan ayat-ayat atau kisah-kisah orang shalih yang sesuai dengan
apa yang dialami anak didik. Hal ini dapat memupuk rasa keimanan dalam diri anak.
16. 16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan
menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap
dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan.
Dalil- dalil tentang keimanan :Dalam Al- quran dijelaskan tentang keimanan pada :
Surah An- Nisa : 136
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan
17. 17
sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-
jauhnya.”
Metode Pengajaran Keimanan, antara lain :
Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode Amtsal.
Metode Ibrah dan Mauizah.
Metode Targhib dan Tarhib.
Metode Pembiasaan.
Metode Keteladanan
Metode Nasihat
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fatah Abu Ghuddah. 2009. 40 Metode Pendidikan Dan Pengajaran Rosullulah.
Bandung : Irsyad Baitus Salam
Ahmad Tafsir. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya
http://woelanmay.blogspot.com/2010/09/metode-pengajaran-keimanan.html
Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
http://banjirembun.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-pai-di-sd-smp-
dan.html